Anda di halaman 1dari 12

JURNAL PSIKOLOGI TABULARASA

VOLUME 10, NO.2, OKTOBER 2015: 236 – 247____________________________________________

PENERAPAN METODE MODIFIKASI PERILAKU PEMBENTUKAN


(SHAPING) UNTUK MEMBENTUK PERILAKU SOSIAL ANAK DENGAN
KETIDAK-MAMPUAN INTELEKTUAL RINGAN
Gerry Olvina Faz
Praktisi Klinik Tumbuh Kembang Anak Natalie Palangkaraya

Abstract
Mild intellectually disabled children often experience problems in their social behaviors.On the other
side, most of them need assistance from nearby people in order to deal with daily problems.This
program, therefore, aims at establishing new social behavior with the shaping technique in modified
behavior. The program employs single case with subject having characteristics as follow: female, 11 year
old, and diagnosed with mid-intellectual disability. New behavior expectedly to be established is to ask
stranger for help in crossing the street with the program held in seven sessions. During the process,
positive reinforcement, fading and generalization were also given. The program results in subject able to
show behavior of asking stranger for help in order to help her cross the street through the shaping
technique in modified behavior.
Keywords: Shaping, Social Behavior, Mild Intellectually Disabled

Abstrak
Anak-anak dengan ketidakmampuan intelektual ringan kerap kali mengalami masalah dalam perilaku
sosialnya. Di sisi lain kebanyakan dari mereka membutuhkan pertolongan sekitarnya untuk
menyelesaikan masalah sehari-hari. Tujuan dari program ini adalah untuk membentuk perilaku sosial
baru dengan teknik shaping dalam modifikasi perilaku. Program ini menggunakan kasus kasus tunggal
dengan karakteristik partisipan: perempuan, berusia sebelas tahun dan didiagnosa ketidakmampuan
intelektual ringan. Perilaku baru yang akan dibentuk adalah perilaku meminta bantuan pada orang asing
saat menyeberang jalan dan program diberikan sebanyak tujuh sesi. Di dalam prosesnya juga diberikan
penguatan positif, fading dan generalisasi. Hasil program ini menunjukkan bahwa partisipan mampu
memunculkan perilaku meminta tolong pada orang asing untuk membantunya menyeberang jalan
melalui teknik shaping dalam modifikasi perilaku.
Kata Kunci: Shaping, Perilaku Sosial, Ketidakmampuan Intelektual Ringan

Pengantar1 ketidak-mampuan intelektual memiliki


Kecerdasan merupakan beberapa kesulitan dalam hal
kemampuan yang diperlukan seseorang berkomunikasi, mengingat, memahami
untuk beradaptasi dan menyelesaikan aturan sosial, memahami sebab akibat
masalah yang dihadapi sehari-hari. pada kejadian sehari-hari, menyelesaikan
Berdasarkan American Association on masalah, berpikir secara logis, masalah
Intellectual and Development Disability fungsi sosial serta bereaksi dan
(dalam Rezayi, 2014) seseorang dengan berinteraksi sesuai usianya. Dengan
kekurangan yang dimiliki individu
Korespondensi: Gerry Olvina Faz, Praktisi
Klinik Tumbuh Kembang Anak Natalie,
dengan ketidak-mampuan intelektual
Palangkaraya. tersebut maka artinya sangat dibutuhkan
Email: gerryolvinafaz@gmail.com

236
FAZ

bantuan dari lingkungan agar mereka Keterampilan sosial sendiri terdiri


mampu lebih adaptif dalam dari banyak perilaku sosial seperti
kehidupannya. memperkenalkan diri, bertanya,
Berdasarkan hal tersebut maka mendengarkan, berbagi hingga meminta
sesungguhnya kemampuan sosial bantuan pada orang lain (Saphiro, 2004).
merupakan salah satu yang sangat Dengan lemahnya kemampuan pada
penting dimiliki seseorang dengan ranah tersebut maka diperlukan suatu
kondisi tersebut, terutama adalah tindakan untuk meningkatkan
bagaimana mereka mempunyai inisiatif kemampuan sosial mereka. Intervensi
meminta bantuan orang-orang di melibatkan pendekatan behavioristik
sekitarnya saat mengalami kesulitan. terbukti cukup signifikan dalam
Sayangnya, masalah kecerdasan yang mengubah perilaku anak dengan
mereka miliki tersebut juga disabilitas (Neely-Barnes & Dia, 2008).
mempengaruhi keterampilan sosial Ada pun perilaku sosial spesifik ini
mereka. Seseorang dengan masalah dipilih dalam program ini adalah
inteligensi biasanya memiliki perilaku meminta bantuan saat
kemampuan sosial yang rendah sehingga menyeberang jalan. Perilaku ini dipilih
berdampak pada munculnya masalah dengan beberapa pertimbangan yaitu,
dalam ranah sosial (Gresham & pertama situasi menyeberang jalan
MacMillan, 1997). merupakan situasi yang tidak bisa
Kemampuan sosial yang rendah dihindari dan setiap orang pasti
pada individu dengan ketidak-mampuan mengalaminya. Kedua, jalanan di kota-
intelektual sudah terlihat sejak usia muda kota besar di Indonesia, tidak ramah
Rezayi (2014). Oleh sebab itu, intervensi untuk pejalan kaki apalagi untuk anak-
pada usia muda sangat penting dilakukan anak berkebutuhan khusus. Oleh sebab
agar anak dengan lebih terampil secara itulah, ketika anak dengan ketidak-
sosial pada usia dewasanya. Karra mampuan intelektual kesulitan
(2013) melakukan penelitian terkait menyeberang karena jalanan yang dinilai
adanya perbedaan kemampuan sosial berbahaya, maka sebaiknya dia perlu
yang lebih baik pada anak-anak yang belajar meminta tolong orang lain untuk
menerima pendidikan khusus. membantunya menyeberang jalan.

JURNAL PSIKOLOGI 237


KONSELING PELATIHAN KESEHATAN REPRODUKSI

Pendekatan modifikasi perilaku modifikasi perilaku. Modifikasi perilaku


lumrah diberikan untuk memunculkan merupakan pendekatan untuk asesmen,
atau memperkuat suatu perilaku lemah, evaluasi dan perubahan perilaku
mengurangi perilaku yang berlebihan, (Kazdin, 2001). Modifikasi perilaku
memunculkan perilaku baru dan merupakan aplikasi sistematis dari
menghilangkan perilaku yang tidak prinsip-prinsip pembelajaran dan teknik
dikehendaki (Martin et al, 2010). Ada untuk menilai dan meningkatkan
berbagai macam teknik di dalam perilaku individu yang terlihat maupun
modifikasi perilaku, namun dalam yang tidak terlihat dalam rangka
program ini digunakan teknik shaping meningkatkan fungsi sehari-hari
karena perilaku meminta bantuan (Kazdin, 2001).
menyeberang jalan merupakan perilaku Teknik dan prosedur penanganan
baru bagi partisipan. modifikasi perilaku adalah dengan

Tinjauan Teoritis mengubah lingkungan untuk membantu

Anak-anak dengan mental fungsi individu secara lebih baik.

retardasi ringan memiliki ciri-ciri Variabel fisik yang membentuk

sebagai berikut (Wenar et al, 2000), lingkungan seseorang disebut

mampu mempelajari keterampilan rangsangan/ stimulus. Yang dimaksud

akademis setara dengan kemampuan dengan stimulus adalah orang, objek,

kelas 6 SD pada akhir usia belasan dan peristiwa yang saat ini hadir di

tahun, kesulitan menerima pelajaran lingkungan secara langsung yang

sekolah menengah, membutuhkan menimpa seseorang dan yang dapat

pendidikan khusus, hanya mampu mempengaruhi perilaku (Martin et al,

belajar hal yang konkret dan kesulitan 2010).

dalam berpikir konseptual serta Shaping merupakan suatu prosedur

perencanaan, mampu bekerja dan yang dapat digunakan untuk membentuk

bersosialisasi dengan pendidikan dan suatu perilaku yang belum pernah

latihan yang sesuai serta membutuhkan ditampilkan oleh individu di dalam

pendampingan saat menghadapi stres modifikasi perilaku (Martin et al, 2010).

dalam masalah sosial dan ekonomi. Di dalam shaping pembentukan perilaku

Sementara itu, pendekatan yang baru dilakukan dengan cara memberikan

digunakan dalam program ini yaitu reinforcer pada setiap tahapan perilaku

238 JURNAL PSIKOLOGI


FAZ

sehingga semakin lama semakin yang tidak jauh dari rumah. Berbeda
mendekati target perilaku yang dengan teman-teman sebayanya yang
diinginkan (Martin et al, 2010). Lima mampu pulang sendiri, partisipan masih
aspek atau dimensi dari perilaku yang dijemput oleh ibu karena untuk pulang
bisa dibentuk melalui shaping (Martin et ke rumah partisipan harus melewati jalan
al, 2010) yaitu Topografi (bentuk), raya dan partisipan tidak berani
frekuensi, durasi, latensi, dan intensitas. menyeberang jalan raya. Melihat dari
kemampuan kecerdasaan partisipan yang
Metode
berada pada taraf mild mental
Teknik modifikasi perilaku yang
retardation maka seharusnya partisipan
digunakan adalah, dengan menggunakan
akan mampu tumbuh menjadi seseorang
shaping. Alasan penggunaan teknik ini
yang lebih mandiri dan bisa
karena sebelumnya partisipan tidak
menyelesaikan masalah yang
pernah memunculkan perilaku meminta
dihadapinya sehari-hari saat dewasa
bantuan pada orang lain yang tidak
kelak (Wenar & Kerig, 2000). Oleh
dikenalnya untuk membantu
sebab itu, pelatiahan dan pendidikan
menyeberang jalan.
perlu diberikan untuk mencapai
Partisipan adalah seorang anak
perkembangan yang optimal.
perempuan berusia 11 tahun 4 bulan
Adapun rancangan program
duduk di kelas 4 SD Negeri. Hasil tes
modifikasi perilaku dengan teknik
inteligensi Stanford Binet menunjukkan
shaping dapat dilihat dibawah ini:
IQ partisipan berfungsi pada taraf 61 dan
berada pada mental age 6 tahun 8 bulan. Kegiatan Sebelum Program

Berdasarkan hasil penilaian secara Dilakukan pengambilan data

keseluruhan kecerdasan F termasuk melalui baseline sebanyak tiga kali

kategori mild mental retardation (APA, melalui wawancara dan observasi.

2000). Kegiatan Pelaksanaan Program

Hasil Child Behavioral Check List Kegiatan dilakukan di dua setting

(CBCL), menunjukkan partisipan yaitu saat pulang sekolah di jalan Juanda

cenderung memiliki masalah sosial dan dan saat jalan-jalan dengan modifikator

kecenderungan menarik diri. Saat ini di jalan Margonda Raya. Reinforcement

partisipan bersekolah di sekolah dasar diberikan diawal untuk menumbuhkan

JURNAL PSIKOLOGI 239


KONSELING PELATIHAN KESEHATAN REPRODUKSI

motivasi dan penguatan perilaku, namun proses generalisasi.


seiring waktu dihilangkan agar terdapat

Tabel Pelaksanaan Program Modifikasi Perilaku Dengan Teknik Shaping


Program Modifikasi Perilaku

Sesi Ke- Program Setting (waktu dan tempat) Reinforcement

1 Roleplay bersama modifikator. Pada siang hari di rumah Pujian


Partisipan dilatih meminta partisipan.
bantuan secara verbal oleh
modifikator.

2 Ditemani modifikator saat Saat pulang sekolah, di Jalan Pujian dan Stiker
meminta bantuan menyeberang Raya Juanda, Depok.
jalan pada orang lain

3 Ditemani modifikator saat Saat pulang sekolah, di Jalan Pujian


meminta bantuan menyeberang Raya Juanda, Depok.
jalan pada orang lain

4 Modifikator berjarak lebih dari 2 Saat pulang sekolah, di Jalan Pujian dan Stiker
meter dan partisipan meminta Raya Juanda, Depok.
bantuan menyeberang jalan pada
orang lain sendiri

5 Modifikator berjarak lebih dari 2 Saat pulang sekolah, di Jalan Pujian


meter dan partisipan meminta Raya Juanda, Depok.
bantuan menyeberang jalan pada
orang lain sendiri

6 Modifikator berada di seberang Saat jalan-jalan, di jalan -


jalan dan partisipan meminta Margonda Raya, Depok.
bantuan menyeberang jalan pada
orang lain sendiri

7 Modifikator berada di seberang Saat jalan-jalan, di jalan -


jalan dan F meminta bantuan Margonda Raya, Depok.
menyeberang jalan pada orang
lain sendiri

240 JURNAL PSIKOLOGI


FAZ

Kegiatan Pasca Program Baseline ke-2 Gagal


Dilakukan proses follow up untuk Baseline Ke-3 Gagal
mengetahui apakah perilaku pasca Sementara itu pada proses
kegiatan masih menetap. Follow up pelaksanaan terdapat perubahan yang
dilakukan empat hari pasca program baik dan partisipan mampu mencapai
dengan cara observasi langsung setiap target yang diberikan. Hanya saja
menggunakan setting dan perlakuan perlu menjadi catatan pada sesi ke tiga,
seperti sesi ke enam dan ke tujuh. partisipan mencari orang yang sama
Program modifikasi perilaku yang menolongnya pada sesi ke dua.
dianggap berhasil apabila partisipan Oleh sebab itu, pada sesi berikutnya
mampu meminta bantuan orang lain modifikator mencari posisi yang berbeda
untuk membantunya menyeberang jalan agar partisipan tidak hanya meminta
di setting mana pun, tanpa didampingi tolong pada orang yang sama berulang-
modifikator dan perilaku tersebut ulang.
menetap. Selain itu pada awal pelaksanaan
program, partisipan menunjukkan
Hasil
ekspresi yang ketakutan dan proses
Berdasarkan hasil baseline
menuju ke tempat orang yang akan
didapatkan bahwa partisipan sama sekali
dimintai tolong membutuhkan waktu
tidak mampu menyeberang sendiri dan
yang cukup lama. Ia lebih banyak
meminta tolong pada orang lain untuk
menoleh pada modifikator dan sangat
membantunya menyeberang jalan.
sulit melaksanaka instruksi yang
Partisipan hanya menunjukkan perilaku
diberikan. Sementara pada sesi-sesi
diam, menatap modifikator dan tidak
terakhir, proses partisipan meminta
melakukan apa pun sesuai intruksi.
tolong pada orang lain lebih cepat dan ia
Hasil Baseline
lebih terlihat yakin.
Baseline ke-1 Gagal

Tabel Hasil Pelaksanaan Program Modifikasi Perilaku Dengan Teknik Shaping


Program Modifikasi Perilaku
Sesi Target Keberhasilan
1 Partisipan melakukan role play mengucapkan permintaan √
tolong untuk menyeberang jalan kepada modifikator.

JURNAL PSIKOLOGI 241


KONSELING PELATIHAN KESEHATAN REPRODUKSI

2 Partisipan mendatangi seseorang dan meminta bantuan √


menyeberang jalan secara verbal sambil ditemani
modifikator.
3 Partisipan mendatangi seseorang dan meminta bantuan √
menyeberang jalan secara verbal sambil ditemani
modifikator.
4 Partisipan mendatangi seseorang dan meminta bantuan √
menyeberang jalan sementara modifikator berada lebih
dari 2 meter di belakang Partisipan.
5 Partisipan mendatangi seseorang dan meminta bantuan √
menyeberang jalan sementara modifikator berada lebih
dari 2 meter di belakang Partisipan.
6 Partisipan mendatangi seseorang dan meminta bantuan √
menyeberang jalan sementara modifikator berada di
seberang jalan.
7 Partisipan mendatangi seseorang dan meminta bantuan √
menyeberang jalan sementara modifikator berada di
seberang jalan.
Melalui teknik shaping dengan
Pada saat follow up, partisipan
menerapkan positive reinforcement pada
menunjukkan keyakinan diri saat
situasi yang dibuat bertahap dari yang
dimintai mengulang proses yang
temudah hingga tersulit, membuat
dilakukan pada program beberapa hari
partisipan terbiasa memunculkan
sebelumnya. Partisipan nampak
perilaku meminta tolong untuk
langsung memahami apa yang harus
menyeberang jalan. Proses bertahap ini
dilakukan, mendatangi orang yang bisa
penting dalam modifikasi perilaku teknik
dimintai tolong tanpa ragu dan berhasil
shaping (Martin et al, 2010). Hal ini
menyeberang jalan tanpa diberikan
karena bila seseorang menemui
reinforcement apa pun lagi.
kegagalan akibat target yang diharapkan
terlalu tinggi pada sesi awal cenderung
Diskusi
menyebabkan menurunnya motivasi.
Perilaku meminta bantuan orang
Oleh sebab itu, melalui penerapan teknik
lain untuk menyeberang jalan
ini pada partisipan, membuat partisipan
merupakan perilaku yang baru partisipan
lebih mudah melalui setiap sesi dan
pelajari melalui modifikasi perilaku ini.
akhirnya berhasil menguasai perilaku

242 JURNAL PSIKOLOGI


FAZ

meminta bantuan pada orang lain untuk conditioning, adanya konsekuensi positif
menyeberang jalan meski tanpa terhadap perilaku akan memperkuat
didampingi modifikator. perilaku tersebut (Kazdin, 2001). Oleh
Agar partisipan dapat melakukan sebab itu lah tidak mengherankan
generalisasi pada perilakunya, sehingga melalui teknik ini dapat membantu
perilaku tersebut tetap dapat muncul partisipan memperkuat perilaku meminta
meski tanpa kehadiran modifikator, tolong pada orang lain untuk
maka keberadaan modifikator menjadi menyeberang jalan pada sesi berikutnya.
bagian dari situasi yang dimanipulasi Ada beberapa hal yang menjadi
pada sesi yang dijalani partisipan. Selain catatan dalam penerapan modifikasi
itu, adanya prompt yang diberikan perilaku pada partisipan. Pertama,
modifikator baik secara verbal dan selama sesi berlangsung partisipan selalu
gestural pun mempengaruhi munculnya berhasil mendapatkan bantuan. Meski
perilaku meminta bantuan pada orang modifikator telah mengajarkan pada
lain untuk menyeberang jalan pada partisipan apa yang harus dia lakukan
partisipan. Prompt terbukti mampu saat ditolak orang lain, sayangnya
membantu seseorang untuk selama sesi berlangsung partisipan tidak
memunculkan perilaku yang diharapkan pernah mengalami penolakan dari orang
(Martin et al, 2010). Hanya saja dalam yang dimintai tolong olehnya sehingga ia
proses modifikasi perilaku ini, prompt tidak dapat mempraktikkan tindakan
tidak dicatat dan direncanakan secara yang dapat ia munculkan saat ditolak.
detail sejak semula oleh modifikator. Mengetahui bagaimana partisipan
Meski pun demikian pada dua sesi menghadapi penolakan sebenarnya
terakhir dan pada follow up modifikator penting. Hal ini karena, penolakan dari
tidak memberikan prompt sama sekali orang lain dapat dipersepsikan partisipan
dan partisipan berhasil memunculkan menjadi suatu hal yang tidak
perilaku yang diharapkan. menyenangkan sehingga menjadi salah
Pemberian positive reinforcement satu faktor penurunan perilaku.
berupa stiker dan pujian pada sesi-sesi Hal kedua yang menjadi catatan
tertentu memperkuat munculnya perilaku yaitu adanya proses belajar dari
partisipan. Berdasarkan teori operant pengalaman sesi sebelumnya, sehingga

JURNAL PSIKOLOGI 243


KONSELING PELATIHAN KESEHATAN REPRODUKSI

partisipan cenderung meminta tolong partisipan tidak selalu berada pada


pada orang yang sudah dikenalnya. Pada situasi dimana selalu ada orang yang
sesi ketiga, partisipan meminta tolong dikenalnya untuk dimintai tolong
pada orang yang sama seperti pada sesi menyeberang jalan.
kedua. Proses belajar operant Hal ini terbukti, pada sesi ke empat
conditioning terjadi disini yaitu perilaku partisipan justru kembali menunjukkan
diperkuat akibat mendapatkan positive keragu-raguannya kembali padahal pada
reinforcement (Kazdin, 2001), sehingga sesi ke tiga partisipan bisa meminta
ia cenderung mengulangi pada orang bantuan menyeberang jalan dengan lebih
yang sama yang telah membantunya. yakin. Pada sesi ke empat, partisipan
Bantuan dari satu orang tertentu dihadapkan pada situasi jalan yang
dianggap sebagai konsekuensi positif berbeda dan tentunya diharapkan untuk
yang membuat partisipan akan kembali meminta tolong pada orang yang
lagi pada orang yang sama saat butuh berbeda pula. Oleh sebab
bantuan menyeberang jalan. Sayangnya itulah,partisipan kembali menyesuaikan
dengan pola tersebut, dapat menghambat diri pada situasi yang baru tersebut. Pada
proses generalisasi pada partisipan. sesi ke lima, meski pun partisipan
Proses generalisasi sendiri adalah menunjukkan keraguan namun proses
proses mentranser respon perilaku yang partisipan untuk meminta tolong
sudah muncul pada situasi berbeda dari menyeberang jalan lebih cepat
saat latihan (Kazdin, 2001). Dalam hal dibandingkan pada hari ke empat.
ini diharapkanpartisipan mampu Pada sesi ke enam dan ke tujuh,
meminta tolong pada siapa pun dan perilaku partisipan meminta tolong
dimana pun untuk menyeberang jalan. menyebarang jalan sudah bisa muncul
Bila partisipan hanya belajar meminta meski tanpa didampingi modifikator.
tolong pada orang yang sama maka Selain itu juga, berbeda pada sesi
partisipan tidak akan bisa mencapai pertama, pada sesi ketujuh partisipan
generalisasi perilaku dan akhirnya tidak membutuhkan waktu yang lama
menyebabkan perilaku partisipan untuk bisa meminta bantuan pada orang
meminta tolong menyeberang jalan lain. Setelah melihat modifikator telah
tersebut hanya akan muncul bila ada sampai di seberang jalan, secara
orang yang dikenali olehnya. Padahal otomatis partisipan berjalan mendekati

244 JURNAL PSIKOLOGI


FAZ

orang yang bisa membantunya baik. Partisipan juga mampu melewati


menyeberang jalan dan meminta bantuan setiap sesi sesuai dengan instruksi
pada orang tersebut meski tidak modifikator. Hasil akhir dari program ini
dikenalnya. adalah partisipan berhasil memunculkan
Hal lain yang menarik pada proses perilaku meminta bantuan orang lain saat
ini adalah munculnya perubahan emosi menyeberang jalan meski tanpa
pada partisipan. Saat partisipan pertama didampingi modifikator. Hasil follow up
kali meminta tolong untuk menyeberang menunjukkan partisipan mampu
jalan, ekspresi partisipan selalu tegang mempertahankan perilaku memunculkan
dan ragu saat melangkah mendekati perilaku meminta bantuan orang lain saat
orang yang akan dimintai tolong. Saat menyeberang jalan secara mandiri.
sesi terakhir dan follow up, partisipan Dengan demikian, dapat disimpulkan
lebih santai dan langsung mendatangi bahwa program modifikasi perilaku ini
seseorang untuk meminta tolong. telah berhasil membentuk perilaku
Keberhasilan partisipan di setiap sesi dan meminta tolong pada orang lain untuk
pengalaman mendapatkan umpan balik menyeberang jalan pada partisipan.
yang positif dari orang dimintai tolong Adapun beberapa kelemahan di
menjadi pengalaman yang positif bagi program ini agar menjadi masukan bagi
partisipan untuk membangun self modifikator selanjutnya adalah sebagai
efficacy partisipan. Self efficacy berikut:
merupakan keyakinan seseorang 1. Faktor eksternal seperti bagaimana
mengenai kemampuannya pada situasi arahan/ prompt yang diberikan oleh
tertentu (Bandura, 1994). Dengan pemeriksa dari awal hingga selesai
adanya self efficacy yang positif kurang tercatat dengan baik. Hal ini
partisipan menjadi merasa lebih yakin dikarenakan modifikator sebagai
pada dirinya dan tidak lagi merasa pembuat program merangkap menjadi
ketakutan saat meminta bantuan orang pelaksana program. Situasi ini
lain menyeberang jalan. menyebabkan terjadinya kesulitan
dalam mengobservasi perilaku
Kesimpulan dan Saran
modifikator saat melaksanakan
Selama proses, modifikasi perilaku
kegiatan. Frekuensi arahan fisik,
partisipan dapat bekerja sama dengan

JURNAL PSIKOLOGI 245


KONSELING PELATIHAN KESEHATAN REPRODUKSI

verbal dan gestural sendiri seharusnya 4. Untuk di masa yang akan datang
seiring waktu harus dikurangi. diharapkan berbagai perilaku sosial
2. Setting yang dilakukan hanya lain pada anak dengan
dilakukan sepulang sekolah dan ketidakmampuan intelektual dapat
kurang beragam. Hal ini menjadi perhatian bagi para pelaksana
memungkinkan partisipan bertemu modifikasi perilaku. Hal ini karena
dengan orang yang sama untuk banyak perilaku sosial anak dengan
dimintai tolong. Sementara tujuan ketidakmampuan intelektual yang
dari program ini adalah terjadi proses perlu dimodifikasi untuk
generalisasi dimana ia mampu memudahkan mereka lebih adaptif
meminta tolong menyeberang jalan dalam berbagai tantangan sehari-hari.
dimana saja dan dengan siapa saja.
Kepustakaan
Berdasarkan hal tersebut maka ada
American Psychiatry Assosiation.(2000).
pun saran yang diberikan bagi
Diagnosis and statistical manual
perlaksana modifikasi perilaku
of mental disorder DSM-IV-TR
berikutnya adalah sebagai berikut:
(Text Revision.). Washington DC:
1. Perlunya perencanaan dan pencatatan
Author.
mengenai arahan/prompt, misalnya
bermula dari prompt fisik, verbal Bandura, A. (1994). Self-efficacy. In V.
hingga gestural dengan frekuensi S. Ramachaudran (Ed.),
yang semakin dikurangi. Encyclopedia of human behavior,
2. Sebaiknya pelaksana program 4, 71-81. New York: Academic
berbeda dengan pembuat program, Press. (Reprinted in H. Friedman
sehingga perilaku pelaksana program [Ed.], Encyclopedia of mental
selama kegiatan dapat diobservasi dan health. San Diego: Academic
dievaluasi secara objektif oleh Press, 1998).
pembuat program.
Gresham, F.M. & MacMillan, D.L.
3. Buatlah keragaman setting situasi
(1997). Social competence and
pelaksanaan program untuk
affective characteristics of students
menghindari kecenderungan
with mild disabilities [Abstract].
partisipan meminta tolong pada orang
yang sama.

246 JURNAL PSIKOLOGI


FAZ

Review Of Educational Research, Neely-Barnes, Susan L. & Dia, David A.


67, 4. (2008). Families of children with
disabilities: a review of literature
Karra, Aruna. (2013). Social skills of
and recommendations for
children with intellectual disability
interventions. Journal of Early and
attending home based program and
Intensive Behavior Intervention. 5,
children attending regular special
3.
school: A Comperative Study.
International Journal of Rezayi, Saeed. (2014). Gifted and
Humaniteis and Social Science intellectual disabled children’s
Intervention, 2, 8. social competence profile. Iranian
Journal of Cognition and
Kazdin, Alan E. (2001). Behavior
Education. 1, 2.
modification in applied setting (6th
ed.). Illinois: Waveland Press, Inc. Saphiro, L. E. (2004). 101 ways to teach
children social skill. USA: The
Martin, Garry & Pear, Joseph. (2010).
Bureau For At-Risk Youth.
Behavior modification: what it is
and how to do it (9th ed.). Boston: Wenar, C & Kerig, P. (2000).
Pearson Education. Developmental Psychopathology
from infancy through adolescene,
Mash, E. J., & Wolfe, D. A. (2010).
fifth edition. New York : McGraw-
Abnormal Child Psychology (4th
Hill.
ed.). USA: Wadsworth. Iranian
Journal of Cognition and
Educatio. 1, 2.

JURNAL PSIKOLOGI 247

Anda mungkin juga menyukai