1405 3551 1 SM PDF
1405 3551 1 SM PDF
Abstract
Mild intellectually disabled children often experience problems in their social behaviors.On the other
side, most of them need assistance from nearby people in order to deal with daily problems.This
program, therefore, aims at establishing new social behavior with the shaping technique in modified
behavior. The program employs single case with subject having characteristics as follow: female, 11 year
old, and diagnosed with mid-intellectual disability. New behavior expectedly to be established is to ask
stranger for help in crossing the street with the program held in seven sessions. During the process,
positive reinforcement, fading and generalization were also given. The program results in subject able to
show behavior of asking stranger for help in order to help her cross the street through the shaping
technique in modified behavior.
Keywords: Shaping, Social Behavior, Mild Intellectually Disabled
Abstrak
Anak-anak dengan ketidakmampuan intelektual ringan kerap kali mengalami masalah dalam perilaku
sosialnya. Di sisi lain kebanyakan dari mereka membutuhkan pertolongan sekitarnya untuk
menyelesaikan masalah sehari-hari. Tujuan dari program ini adalah untuk membentuk perilaku sosial
baru dengan teknik shaping dalam modifikasi perilaku. Program ini menggunakan kasus kasus tunggal
dengan karakteristik partisipan: perempuan, berusia sebelas tahun dan didiagnosa ketidakmampuan
intelektual ringan. Perilaku baru yang akan dibentuk adalah perilaku meminta bantuan pada orang asing
saat menyeberang jalan dan program diberikan sebanyak tujuh sesi. Di dalam prosesnya juga diberikan
penguatan positif, fading dan generalisasi. Hasil program ini menunjukkan bahwa partisipan mampu
memunculkan perilaku meminta tolong pada orang asing untuk membantunya menyeberang jalan
melalui teknik shaping dalam modifikasi perilaku.
Kata Kunci: Shaping, Perilaku Sosial, Ketidakmampuan Intelektual Ringan
236
FAZ
kelas 6 SD pada akhir usia belasan dan peristiwa yang saat ini hadir di
digunakan dalam program ini yaitu reinforcer pada setiap tahapan perilaku
sehingga semakin lama semakin yang tidak jauh dari rumah. Berbeda
mendekati target perilaku yang dengan teman-teman sebayanya yang
diinginkan (Martin et al, 2010). Lima mampu pulang sendiri, partisipan masih
aspek atau dimensi dari perilaku yang dijemput oleh ibu karena untuk pulang
bisa dibentuk melalui shaping (Martin et ke rumah partisipan harus melewati jalan
al, 2010) yaitu Topografi (bentuk), raya dan partisipan tidak berani
frekuensi, durasi, latensi, dan intensitas. menyeberang jalan raya. Melihat dari
kemampuan kecerdasaan partisipan yang
Metode
berada pada taraf mild mental
Teknik modifikasi perilaku yang
retardation maka seharusnya partisipan
digunakan adalah, dengan menggunakan
akan mampu tumbuh menjadi seseorang
shaping. Alasan penggunaan teknik ini
yang lebih mandiri dan bisa
karena sebelumnya partisipan tidak
menyelesaikan masalah yang
pernah memunculkan perilaku meminta
dihadapinya sehari-hari saat dewasa
bantuan pada orang lain yang tidak
kelak (Wenar & Kerig, 2000). Oleh
dikenalnya untuk membantu
sebab itu, pelatiahan dan pendidikan
menyeberang jalan.
perlu diberikan untuk mencapai
Partisipan adalah seorang anak
perkembangan yang optimal.
perempuan berusia 11 tahun 4 bulan
Adapun rancangan program
duduk di kelas 4 SD Negeri. Hasil tes
modifikasi perilaku dengan teknik
inteligensi Stanford Binet menunjukkan
shaping dapat dilihat dibawah ini:
IQ partisipan berfungsi pada taraf 61 dan
berada pada mental age 6 tahun 8 bulan. Kegiatan Sebelum Program
cenderung memiliki masalah sosial dan dan saat jalan-jalan dengan modifikator
2 Ditemani modifikator saat Saat pulang sekolah, di Jalan Pujian dan Stiker
meminta bantuan menyeberang Raya Juanda, Depok.
jalan pada orang lain
4 Modifikator berjarak lebih dari 2 Saat pulang sekolah, di Jalan Pujian dan Stiker
meter dan partisipan meminta Raya Juanda, Depok.
bantuan menyeberang jalan pada
orang lain sendiri
meminta bantuan pada orang lain untuk conditioning, adanya konsekuensi positif
menyeberang jalan meski tanpa terhadap perilaku akan memperkuat
didampingi modifikator. perilaku tersebut (Kazdin, 2001). Oleh
Agar partisipan dapat melakukan sebab itu lah tidak mengherankan
generalisasi pada perilakunya, sehingga melalui teknik ini dapat membantu
perilaku tersebut tetap dapat muncul partisipan memperkuat perilaku meminta
meski tanpa kehadiran modifikator, tolong pada orang lain untuk
maka keberadaan modifikator menjadi menyeberang jalan pada sesi berikutnya.
bagian dari situasi yang dimanipulasi Ada beberapa hal yang menjadi
pada sesi yang dijalani partisipan. Selain catatan dalam penerapan modifikasi
itu, adanya prompt yang diberikan perilaku pada partisipan. Pertama,
modifikator baik secara verbal dan selama sesi berlangsung partisipan selalu
gestural pun mempengaruhi munculnya berhasil mendapatkan bantuan. Meski
perilaku meminta bantuan pada orang modifikator telah mengajarkan pada
lain untuk menyeberang jalan pada partisipan apa yang harus dia lakukan
partisipan. Prompt terbukti mampu saat ditolak orang lain, sayangnya
membantu seseorang untuk selama sesi berlangsung partisipan tidak
memunculkan perilaku yang diharapkan pernah mengalami penolakan dari orang
(Martin et al, 2010). Hanya saja dalam yang dimintai tolong olehnya sehingga ia
proses modifikasi perilaku ini, prompt tidak dapat mempraktikkan tindakan
tidak dicatat dan direncanakan secara yang dapat ia munculkan saat ditolak.
detail sejak semula oleh modifikator. Mengetahui bagaimana partisipan
Meski pun demikian pada dua sesi menghadapi penolakan sebenarnya
terakhir dan pada follow up modifikator penting. Hal ini karena, penolakan dari
tidak memberikan prompt sama sekali orang lain dapat dipersepsikan partisipan
dan partisipan berhasil memunculkan menjadi suatu hal yang tidak
perilaku yang diharapkan. menyenangkan sehingga menjadi salah
Pemberian positive reinforcement satu faktor penurunan perilaku.
berupa stiker dan pujian pada sesi-sesi Hal kedua yang menjadi catatan
tertentu memperkuat munculnya perilaku yaitu adanya proses belajar dari
partisipan. Berdasarkan teori operant pengalaman sesi sebelumnya, sehingga
verbal dan gestural sendiri seharusnya 4. Untuk di masa yang akan datang
seiring waktu harus dikurangi. diharapkan berbagai perilaku sosial
2. Setting yang dilakukan hanya lain pada anak dengan
dilakukan sepulang sekolah dan ketidakmampuan intelektual dapat
kurang beragam. Hal ini menjadi perhatian bagi para pelaksana
memungkinkan partisipan bertemu modifikasi perilaku. Hal ini karena
dengan orang yang sama untuk banyak perilaku sosial anak dengan
dimintai tolong. Sementara tujuan ketidakmampuan intelektual yang
dari program ini adalah terjadi proses perlu dimodifikasi untuk
generalisasi dimana ia mampu memudahkan mereka lebih adaptif
meminta tolong menyeberang jalan dalam berbagai tantangan sehari-hari.
dimana saja dan dengan siapa saja.
Kepustakaan
Berdasarkan hal tersebut maka ada
American Psychiatry Assosiation.(2000).
pun saran yang diberikan bagi
Diagnosis and statistical manual
perlaksana modifikasi perilaku
of mental disorder DSM-IV-TR
berikutnya adalah sebagai berikut:
(Text Revision.). Washington DC:
1. Perlunya perencanaan dan pencatatan
Author.
mengenai arahan/prompt, misalnya
bermula dari prompt fisik, verbal Bandura, A. (1994). Self-efficacy. In V.
hingga gestural dengan frekuensi S. Ramachaudran (Ed.),
yang semakin dikurangi. Encyclopedia of human behavior,
2. Sebaiknya pelaksana program 4, 71-81. New York: Academic
berbeda dengan pembuat program, Press. (Reprinted in H. Friedman
sehingga perilaku pelaksana program [Ed.], Encyclopedia of mental
selama kegiatan dapat diobservasi dan health. San Diego: Academic
dievaluasi secara objektif oleh Press, 1998).
pembuat program.
Gresham, F.M. & MacMillan, D.L.
3. Buatlah keragaman setting situasi
(1997). Social competence and
pelaksanaan program untuk
affective characteristics of students
menghindari kecenderungan
with mild disabilities [Abstract].
partisipan meminta tolong pada orang
yang sama.