Anda di halaman 1dari 8

Standar Pengujian Peralatan Transformator

Fahmi Arif Kurnia Rahman


Jurusan Teknik Elektro POLINES
Jl. Prof. H. Sudarto, S. H. Tembalang Semarang 50275 INDONESIA

Abstrak dimaksudkan agar trafo daya tersebut dapat bekerja sesuai


Transformer atau trafo merupakan suatu peralatan yang dengan spesifikasinya pada berbagai kondisi di lapangan.
dapat mengubah tenaga listrik dari suatu level tegangan
ke level tegangan lainnya. Trafo ini tentunya diharapkan A. Tujuan
dapat bekerja pada performa yang diinginkan. Oleh Dalam penulisan makalah ini, penulis bertujuan untuk :
karena itu, sebelum trafo dapat digunakan pada sistem 1) Mengetahui pengertian dan jenis-jenis trafo.
tenaga listrik, maka perlu dilakukan beberapa rangkaian 2) Mengetahui klasifikasi standar pengujian trafo yang
pengujian pada trafo daya tersebut. Pengujian diperlukan sebagai bahan acuan.
transformator dilaksanakan menurut SPLN D3.002-1: 3) Membandingkan klasifikasi trafo yang baik dan trafo
2007 (Rev. SPLN 50: 1997 dan SPLN 50: 1982) dengan yang buruk.
melalui tiga macam pengujian, sebagaimana diuraikan 4) Mengetahui peralatan-peralatan yang digunakan
juga dalam IEC 60076, yaitu: pengujian rutin, pengujian dalam pengujian trafo.
jenis, pengujian khusus, pengujian serah-terima, 5) Mempelajari studi kasus atau contoh pengujian trafo.
pengujian lapangan. Beberapa peralatan yang digunakan
dalam pengujian Transformer diantaranya: tangen delta B. Ruang Lingkup Materi
2000 & delta 3000, tangen delta oil transformer, insulation Materi yang dibahas pada makalah ini meliputi pengertian,
test MIT1020, transformer turn ratio 310, transformer jenis-jenis, cara pengujian, perlatan-peralatan pengujian, dan
ohmmeter, dielectric breakdown, voltage OTS100 AF/2, studi kasus trafo.
dissolve gas analysis potable.
II. PEMBAHASAN TRANSFORMATOR
Keywords— Transformator, trafo, pengujian, SPLN, IEC,
Transformer atau trafo merupakan suatu peralatan yang dapat
peralatan, listrik.
mengubah tenaga listrik dari suatu level tegangan ke level
I. PENDAHULUAN tegangan lainnya. Trafo biasanya terdiri atas dua bagian inti
besi atau lebih yang dibungkus oleh belitan – belitan kawat
Dalam pola pendistribusian tenaga listrik ke pengguna
tembaga. Prinsip pengubahan level tegangan dilakukan
tenaga listrik di suatu kawasan, penggunaan sistem tegangan
dengan memanfaatkan banyaknya jumlah belitan pada inti
menengah sebagai jaringan utama adalah upaya utama untuk
trafo. Bila salah satu kumpulan belitan, biasanya disebut
menghindarkan rugi-rugi penyaluran (losses) dengan kualitas
belitan primer, diberikan suatu tegangan yang berubah-ubah,
persyaratan tegangan yang harus dipatuhi oleh PT PLN
maka akan menghasilkan mutual flux yang berubah-ubah
Persero selaku pemegang kuasa usaha utama sebagaimana
dengan besar amplitude yang tergantung pada tegangan,
diatur dalam UU Ketenagalistrikan No. 30 Tahun 2009.
frekuensi tegangan, dan jumlah lilitan kawat tembaga
Dengan ditetapkannya standar Tegangan Menengah
dibelitan primer. Mutual flux yang terjadi akan terhubung
sebagai tegangan operasi yang digunakan di Indonesia adalah
dengan belitan lain yang disebut sisi sekunder dan akan
20 kV, maka peralatan- peralatan JTM wajib memenuhi
menginduksi suatu tegangan yang berubah-ubah di dalamnya
kriteria enjineering kemananan ketenagalistrikan, termasuk
dengan nilai tegangan yang bergantung pada jumlah lilitan
didalamnya adalah peralatan transformator.
pada belitan sekunder. Dengan mengatur perbandingan jumlah
Transformator (trafo) adalah salah satu peralatan utama
lilitan antara sisi primer dan sekunder, maka akan dapat
dalam penyaluran energi listrik yang berfungsi
ditentukan rasio tegangan ataupun sering disebut rasio trafo.
mengkonversikan tegangan. Trafo ini tentunya diharapkan
dapat bekerja pada performa yang diinginkan. Karena apabila A. Trafo Tidak Berbeban
peralatan ini tidak bekerja dengan semestinya, maka Gambar 1 menunjukkan suatu bentuk trafo dengan
penyaluran energi listrik menjadi terganggu dan bahkan dapat rangkaian pada sisi sekunder dalam keadaan terbuka ataupun
menyebabkan terhentinya pasokan listrik pada suatu jaringan tidak berbeban, dan pada bagian primernya diberikan
listrik yang saling terinterkoneksi satu sama lain. Terhentinya tegangan berubahubah vi . Kemudian arus iφ , yang biasa
pasokan listrik tersebut tentunya merugikan berbagai pihak disebut sebagai arus eksitasi, akan mengalir pada sisi primer
mulai dari konsumen listrik ataupun produsen listrik yang dan menghasilkan flux yang berubah-ubah secara magnetik.
dalam hal ini PT PLN. Flux tersebut menghasilkan gaya gerak listrik (emf) dengan
Oleh karena itu, sebelum trafo dapat digunakan pada persamaan sebagai berikut ini:
sistem tenaga listrik, maka perlu dilakukan beberapa
rangkaian pengujian pada trafo daya tersebut. Hal ini
Dengan membandingkan persamaan (2) dan (3) maka
dapat diperoleh,
dimana :
λ1 = flux di sisi primer
φ = flux di inti trafo yang menghubungkan kedua belitan Maka dapat dikatakan bahwa prinsip pengubahan tegangan
N1 = jumlah lilitan kawat di belitan primer pada trafo dilakukan dengan perbandingan antara jumlah
belitan antara sisi primer dengan sisi sekundernya. Apabila
suatu beban dihubungkan pada sisi sekunder trafo maka akan
dihasilkan arus i2 dengan mmf N2i2. Dari persamaan (1) dan
dengan mengasumsikan permeabilitas inti trafo yang sangat
besar, maka penambahan beban pada sisi sekunder trafo tidak
mempengaruhi flux inti trafo. Total eksitasi mmf pada inti
trafo tidak akan berubah dan bahkan dapat diabaikan. Maka
akan diperoleh:

Gambar 1. Trafo dengan sisi sekunder


hubungan terbuka

B. Trafo Hubung Beban Dari kedua persamaan diatas dapat dituliskan persamaan
(7) di bawah ini,
Bila belitan lilitan kawat tembaga di sisi sekunder pada
gambar 1 diatas dihubungkan dengan beban, maka akan
terlihat seperti pada gambar 2. N1 adalah jumlah lilitan di sisi
primer dan N2 adalah jumlah lilitan di sisi sekunder. Belitan Perbandingan arus yang mengalir pada sisi primer dengan
sisi sekunder terhubung ke beban dan diasumsikan bahwa arus sisi sekunder adalah berbanding terbalik dengan perbandingan
yang keluar dari belitan sekunder adalah bernilai positif, maka antara jumlah lilitan pada kedua belitan trafo. Dari persamaan
arus tersebut akan menghasilkan gaya gerak magnet yang (4) dan (7) dapat dituliskan persamaan berikut
berlawanan arah dengan yang dihasilkan oleh arus dari lilitan v1i1 = v2i2 ………………………………. (8)
primer. Dengan menganggap resistansi belitan dapat Dari persamaan (8) dapat dikatakan bahwa suplai daya
diabaikan, maka akan dihasilkan flux yang terbatas pada inti yang terjadi pada sisi primer trafo akan bernilai sama dengan
trafo yang menghubungkan kedua inti belitan (flux bocor yang disalurkan pada sisi sekundernya akibat dari tidak
diasuksikan dapat diabaikan). adanya disipasi daya dan rugi-rugi daya.

C. Rangkaian Pengganti Trafo


Pada umumnya, trafo yang digunakan di dunia
ketenagalistrikan bukanlah trafo-trafo ideal, karena sangatlah
sulit untuk memperoleh bahan pada inti dan belitan trafo yang
dapat menghasilkan persamaan-persamaan sesuai dengan
keadaan saat trafo pada keadaan ideal. Hal ini disebabkan oleh
resistansi pada belitan, fluksi nyasar (rugi-rugi fluksi), dan
permeabilitas inti trafo. Agar dapat memperoleh gambaran
terhadap trafo yang digunakan, maka digunakanlah
pemodelan trafo dengan cara membuat rangkaian pengganti
Gambar 2. Trafo ideal terhubung dengan beban
pada trafo. Rangkaian pengganti trafo dapat dilihat seperti
Dengan asumsi tersebut di atas, maka pada gambar 1 dapat gambar di bawah ini.
dikatakan apabila tegangan yang berubah waktu v1 diberikan
pada belitan primer akan dihasilkan flux inti φ yang
menghasilkan gaya gerak listrik e1 yang sebanding dengan
tegangan v1.

Flux pada inti juga terhubung ke bagian sekunder trafo


sehingga menghasilkan induksi gaya gerak gerak listrik emf
e2 sehingga belitan sekunder akan menghasilkan tegangan
Gambar 3. Rangkaian pengganti trafo
pada terminalnya dengan persamaan.
Pada umumnya, satuan – satuan yang ada pada rangkaian
pengganti trafo sudah diinformasikan pada nameplate trafo
saat trafo sudah melewati serangkaian pengujian pada
laboratorium sehingga dapat digunakan di lapangan. Namun,
untuk dapat mengetahui parameter reaktansi dan induktansi
tiap belitan pada trafo, dapat dilakukan dengan dua jenis
pengujian, yakni uji hubung singkat dan uji opencircuit. Uji
hubung singkat digunakan untuk mengetahui impedansi
ekivalen dari kedua belitan (R1+jX1 dan R2+jX2), sedangkan
uji open-circuit yang dilakukan dengan keadaan sisi sekunder
terbuka, dilakukan untuk mengetahui rugi – rugi magnetik
trafo (Rc dan Xm) yang dimodelkan secara paralel dengan Catatan :
kedua belitan pada trafo. Rugi – rugi magnetik ini disebabkan  R = pengujian rutin ; J= pengujian jenis
oleh inti trafo dan belitan trafo yang menghasilkan fluksi pada S = pengujian serah-terima ; L = pengujian lapangan
trafo.  Tidak dilakukan pada sisi primer untuk trasformator
Untuk keadaan short circuit, maka berlaku formula dengan tegangan pengenal 20 kV/√3.
sebagai berikut ini untuk mengetahui parameter impedansi  Untuk transformator dengan tegangan pengenal 20
tiap belitan trafo.
kV/ √3, pengujian dilakukan pada tegangan uji 3,46
tegangan nominal.
 Setelah pengujian kenaikan suhu, transformator harus
mampu dienerjais tanpa beban pada 105% tegangan
pengenal selama 2 jam.
 Dapat dilakukan dengan waktu uji lebih cepat.
PT PLN (Persero) dapat menetapkan mata uji khusus
Untuk saat keadaan open-circuit, maka digunakan formula maupun merubah atau menambahkan mata uji dengan
berikut ini untuk mengetahui parameter Rc dan Xm. menyatakannya saat pemesanan.
Pengujian transformator dilaksanakan menurut SPLN
D3.002-1: 2007 (Rev. SPLN 50: 1997 dan SPLN 50: 1982)
dengan melalui tiga macam pengujian, sebagaimana
diuraikan juga dalam IEC 60076, yaitu:
1. Pengujian Rutin
Pengujian rutin adalah pengujian yang dilakukan terhadap
setiap transformator, meliputi:
A. Pengujian tahanan isolasi
Pengukuran tahanan isolasi dilakukan pada awal
pengujian dimaksudkan untuk mengetahui secara dini
III. PEMBAHASAN PENGUJIAN TRANSFORMATOR kondisi isolasi transformator, untuk menghindari
kegagalan yang fatal dan pengujian selanjutnya,
Semua sistem pengukuran yang digunakan pada pengukuran dilakukan antara:
pengujian-pengujian harus bersertifikat, terkalibrasi periodik  Tahanan isolasi antara kumparan fase
dan tertelusur sesuai aturan yang tertuang dalam ISO 9001.  Tahanan isolasi antara kumparan primer dan
Macam pengujian pada setiap klasifikasi pengujian tercantum kumparan sekunder
pada dibawah ini.  Tahanan isolasi antara tangki dengan tanah (khusus
TABEL I untuk transformator yang memakai pengaman
MACAM PENGUJIAN tangki).
Harga tahanan isolasi ini digunakan untuk
kriteria kering tidaknya transformator, juga untuk
mengetahui apakah ada bagian-bagian yang terhubung
singkat
Berdasarkan IEC standar, ketentuan tahanan isolasi
adalah:
1kV = 1M ohm
Catatan :
1kV = besar tegangan fase terhadap tanah.
Kebocoran arus yang diizinkan setiap kV= 1mA.
B. Pengujian tahanan kumparan D. Pengujian vector group
Pengukuran tahanan kumparan adalah untuk Pemeriksaan vector group bertujuan untuk
mengetahui berapa nilai tahanan listrik pada mengetahui apakah polaritas terminal-terminal
kumparan yang akan menimbulkan panas bila transformator positif atau negatif. Standar dari notasi
kumparan tersebut dialiri arus. Nilai tahanan belitan yang dipakai adalah Additive dan Subtractive.
dipakai untuk perhitungan rugi-rugi tembaga E. Pengujian rugi-rugi tanpa beban (No Load Losses Test)
transformator. Pada saat melakukan pengukuran yang Rugi-rugi tanpa beban merupakan rugi-rugi yang
perlu diperhatikan adalah suhu belitan pada saat terkait dengan eksitasi trafo. No load test yang diukur
pengukuran yang diusahakan sama dengan suhu meliputi
udara sekitar, oleh karenanya diusahakan arus • Rugi-rugi inti
pengukuran kecil. • Rugi-rugi dielektrik
Peralatan yang digunakan untuk pengukuran • Rugi-rugi konduktor pada lilitan yang terkait
tahanan di atas 1 Ohm adalah Wheatstone Bridge, dengan arus eksitasi
sedangkan untuk tahanan yang lebih kecil dari 1 ohm • Rugi-rugi konduktor oleh arus sirkulasi pada
digunakan Precition Double Bridge. Pengukuran belitan paralel
dilakukan pada setiap phasa transformator, yaitu Pengukuran ini bertujuan untuk mengukur rugi–
antara terminal: rugi saat belitan sekunder tidak terhubung sama sekali
1) Pengukuran pada terminal tegangan tinggi pada beban.
a) Pada transformator 3 phasa F. Pengujian rugi-rugi beban (Load Losses Test)
- phasa A - phasa B Rugi–rugi beban (load losses) merupakan rugi–rugi
- phasa B - phasa C yang diakibatkan oleh beban pada trafo. Rugi–rugi ini
- phasa C - phasa A mencakup I2 R pada belitan dan bus bar yang
b) Transformator 1 phasa disebabkan oleh arus yang mengalir pada beban
Terminal H1-H2 untuk transformator yang terhubung pada trafo.
double bushing dan terminal H dengan Load losses diukur dengan mengaplikasikan hubung
Ground untuk transformator single singkat pada terminal high voltage atau terminal low-
bushing dan pengukuran voltage pada trafo dan memberikan tegangan tertentu
sisi tegangan rendah melalui terminal yang berlainan untuk menghasilkan
c) Pada transformator 3 phasa arus yang mengalir pada belitan– belitan pada trafo.
- phasa a - phasa b Untuk mendapatkan hasil pengujian yang akurat,
- phasa b - phasa c maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai
- phasa c - phasa a berikut:
d) Transformator 1 phasa (terminal X1-X4 a. Untuk dapat mengetahui suhu dari belitan– belitan
dengan X2-X3 dihubung singkat. pada trafo dengan tingkat akurasi tertentu,
C. Pengujian perbandingan belitan minimal ketiga kondisi dibawah ini harus
Pengukuran perbandingan belitan adalah untuk dipenuhi:
mengetahui perbandingan jumlah kumparan sisi (1) Suhu dari tiap belitan trafo harus dalam
tegangan tinggi dan sisi tegangan rendah pada setiap keadaan stabil,
tapping, sehingga tegangan output yang dihasilkan oleh (2) Suhu pada tiap belitan tarafo harus diukur
transformator sesuai dengan yang dikehendaki, dengan cepat sesaat sebelum dan
toleransi yang diijinkan adalah: sesudah pengujian load losses dan tegangan
a. 0,5 % dari rasio tegangan atau impedansi beban. Rata–rata pengukuran
b. 1/10 dari persentase impedansi pada tapping diambil sebagai data untuk menentukan
nominal. suhu yang sebenarnya,
Pengukuran perbandingan belitan dilakukan pada (3) Perbedaan suhu antara sebelum dan sesudah
saat semi assembling yaitu, setelah coil transformator pengujian tidak lebih dari 50 C pada tiap
diassembling dengan inti besi dan setelah tap changer belitan.
terpasang, pengujian kedua ini bertujuan untuk b. Konduktor yang digunakan untuk
mengetahui apakah posisi tap transformator telah menghubungsingkatkan belitan low-voltage yang
terpasang secara benar dan juga untuk pemeriksaan berarus tinggi harus memiliki luas yang sama atau
vector group transformator. Pengukuran dapat lebih besar dari timah trafo.
dilakukan dengan menggunakan Transformer Turn c. Frekuensi yang digunakan dari sumber pengujian
Ratio Test (TTR), misalnya merk Jemes G. Biddle Co untuk mengukur load losses dan tegangan
Cat. No.55005 atau Cat. No. 550100-47 impedansi beban harus ±0,5 % dari nilai nominal
trafo.
Penghitungan nilai koreksi rugi – rugi akibat
kenaikan temperatur saat uji load losses dan
tegangan impedansi dari data yang diperoleh pengujian beban penuh, pengujian dilakukan dengan
dilakukan dengan menggunakan formula di memberikan arus transformator sedemikian hingga
bawah ini. membangkitkan rugi-rugi transformator, yaitu rugi
beban penuh dan rugi beban kosong.
B. Pengujian tegangan impulse
Dimana: Pengujian impulse ini dimaksudkan untuk
Ps(Tm) : stray losses (watt) pada suhu Tm mengetahui kemampuan dielektrik dari sistem isolasi
P(Tm) : rugi – rugi beban trafo (transformer load transformator terhadap tegangan surja petir. Pengujian
losses) (watt) pada suhu Tm impuls adalah pengujian dengan memberi tegangan
Pr(Tm) : rugi – rugi I2 R yang dihitung (watt) lebih sesaat dengan bentuk gelombang tertentu.
pada suhu Tm Tegangan tinggi impuls umumnya terbagi manjadi
G. Pengujian tegangan terapan (Withstand Test) dua, yaitu tegangan tinggi impuls petir dan tegangan
Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji kekuatan tinggi surja hubung.
isolasi antara kumparan dan body tangki. Pengujian C. Pengujian tegangan tembus oli
dilakukan dengan memberi tegangan uji sesuai dengan Pengujian tegangan tembus oli dimaksudkan
standar uji dan dilakukan pada: mengetahui kemampuan dielektrik oli. Hal ini
 tegangan tinggi terhadap sisi tegangan rendah dan dilakukan karena selain berfungsi sebagai pendingin
body yang di ke tanahkan dari transformator, oli juga berfungsi sebagai isolasi.
 tegangan rendah terhadap sisi tegangan tinggi dan Persyaratan yang ditentukan adalah sesuai dengan
body yang di ke tanahkan standart SPLN 49 - 1 : 1982, IEC 158 dan IEC 296
 pengujian 60 detik yaitu:
H. Pengujian tegangan induksi (Induce Test) > = 30 KV/2,5 mm sebelum purifying
Pengujian tegangan induksi bertujuan untuk > = 50 KV/2,5 mm setelah purifying
mengetahui kekuatan isolasi antara layer dari tiap-tiap 3. Pengujian Khusus
belitan dan kekuatan isolasi antara belitan Pengujian khusus adalah pengujian yang lain dari uji rutin
transformator. Pengujian dilakukan dengan memberi dan jenis, dilaksanakan atas persetujuan pabrik denga
tegangan supply dua kali tegangan nominal pada salah pembeli dan hanya dilaksanakan terhadap satu atau lebih
satu sisi dan sisi lainnya dibiarkan terbuka. Untuk transformator dari sejumlah transformator yang dipesan
mengatasi kejenuhan pada inti besi (core) maka dalam suatu kontrak. Pengujian khusus meliputi :
frekuensi yang digunakan harus dinaikkan sesuai denga A. Dielektrick test
kebutuhan. Lama pengujian tergantung pada besarnya Tujuan pengujian dielektrik pada trafo adalah
frekuensi pengujian dan waktu pengujian maksimum untuk mengetahui bahwa trafo telah didesain
adalah 60 detik sehingga dapat bertahan terhadap tegangan lebih
I. Pengujian kebocoran tangki yang tidak tepat pada trafo berkaitan pada level
Pengujian kebocoran tangki dilakukan setelah kemampuan isolasi trafo. Suhu trafo selama uji
semua komponen transformator sudah terpasang. dielektrik haruslah berada diantara 100C – 400C.
Pengujian dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan Pengujian dielektrik dapat dilakukan pada kondisi
kondisi paking dan las transformator. Pengujian low-frequency dielectric test. Pengujian ini dilakukan
dilakukan dengan memberikan tekanan nitrogen (N2) dengan beberapa acuan seperti yang tertera pada
sebesar kurang lebih 5 psi dan dilakukan pengamatan Tabel 2 dan Tabel 3.
pada bagian-bagian las dan paking dengan memberikan
cairan sabun pada bagian tersebut. Pengujian dilakukan TABEL 2.
HUBUNGAN ANTARA TEGANGAN NOMINAL SISTEM
sekitar 3 jam apakah terjadi penurunan tekanan
DENGAN BIL UNTUK SISTEM PADA 34,5 KV BIL (KV)
2. Pengujian Jenis HINGGA LEBIH KECIL DARI 34,5 KV
A. Pengujian kenaikan suhu
Pengujian kenaikan suhu dimaksudkan untuk
mengetahui berapa kenaikan suhu oli dan kumparan
transformator yang disebabkan oleh rugi-rugi
transformator apabila transformator dibebani.
Pengujian inijuga bertujuan untuk melihat apakah
penyebab panas transformator sudah cukup effisien
atau belum. Pada transformator dengan tapping
tegangan di atas 5% pengujian kenaikan suhu
dilakukan pada tappng tegangan terendah (arus
tertinggi), pada transformator dengan tapping
maksimum 5% pengujian dilakukan pada tapping
TABEL 2.
nominal. Pengujian kenaikan suhu sama dengan
HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN ISOLASI DIELEKTRIK PADA
TRAFO KERING DENGAN TINGKAT BIL 200 KV DAN
Ø : arc tan (x/r) (dalam radian)
DIBAWAHNYA
e : bilangan logaritma alami

C. Pengujian impedansi urutan nol pada transformator


tiga phasa
D. Harmonik pada arus beban kosong
E. Tingkat bunyi akuistik
F. Daya yang diambil oleh motor-motor kipas dan
pompa minyak

4. Pengujian Serah-Terima
Mata uji pengujian serah-terima adalah sama dengan
mata uji pengujian rutin (Tabel 6 kolom 4), tetapi PT PLN
dapat menambah mata uji lainnya dengan menyatakannya
pada saat pemesanan. Pengujian serah-terima
dilaksanakan di laboratorium PLN atau pabrikan.
Prosedur pengujian adalah sebagai berikut:
A. Transformator yang akan diserah-terimakan harus telah
lulus uji jenis dan identik dengan transformator yang
B. Hubung singkat diuji jenis.
Pengujian hubung singkat (short circuit) B. Transformator yang akan diserah-terimakan harus lulus
dilakukan pada trafo untuk dapat mengetahui uji rutin dan dilengkapi dengan laporan pengujiannya.
kemampuan trafo terhadap tekanan elektrik dan C. Pengujian serah terima disaksikan oleh PT PLN.
mekanik yang disebabkan oleh hubung singkat pada D. Jumlah sampel adalah 10% (dibulatkan) dari jumlah
bagian beban. Hubung singkat yang dimaksud dapat yang akan diserahterimakan dengan jumlah minimum 1
meliputi hubung singkat satu fase ke tanah, fase - (satu) unit pada kelompok tersebut.
fase, tiga fase, dan double fase ke tanah. Kejadian Transformator identik
hubung singkat dapat membentuk arus simetri dan Sebuah transformator dapat dinyatakan identik satu sama
arus asimetri pada trafo. lain bila:
a. Arus simetri (symmetrical current) A. Daya pengenal, tegangan tertinggi (Um) sisi belitan
Formula yang digunakan untuk menghitung primer dan sekunder, kelompok vektor harus
arus hubung singkat (I SC, dalam ampere rms) sama.
adalah : B. Tegangan impedans harus sama dengan toleransi ±
10%.
C. Rugi tanpa beban harus sama dengan toleransi ± 10%
Dimana: D. Rugi I²R pada belitan primer dan sekunder harus sama
IR : arus nominal pada trafo ( per unit) dengan toleransi ± 10%
ZT : impedansi trafo pada keadaan I (per unit) E. Arus tanpa beban harus sama dengan toleransi 30%.
Z S : impedansi sistem sebagai beban yang F. Bahan dasar, desain dan konstruksi dari belitan dan inti
terhubung ke trafo (per unit) besi harus sama
Sehingga arus simetri hubung singkat yang G. Letak busing tegangan tinggi maupun tegangan rendah
terjadi dengan besar beberapa kali dari arus harus sama, tetapi jenis busing dapat berbeda
normalnya adalah: (porselin atau plug-in).
H. Jumlah dan ukuran sirip pendingin harus sama,
toleransi ukuran sirip 5%
I. Dimensi tangki harus sama dengan toleransi 5%
b. Arus asimetri (asymmetrical current)
Trafo didesain untuk dapat bertahan terhadap Penilaian pengujian serah terima
arus asimetri yang mencapai puncaknya di awal Kriteria penilaian pengujian serah-terima :
cycle saat arus tersebut mengalir di trafo. Arus A. Sampel transformator dinyatakan baik, jika hasil
asimetri, ISC (pk asymm) dapat diketahui dengan pengujian dari seluruh mata uji pada kolom 6 Tabel 6
formula berikut : berhasil baik.
B. Seluruh transformator yang akan diserahterimakan
dinyatakan diterima jika semua sampel yang diuji
Dimana, hasilnya baik.
C. Jika lebih dari 1 (satu) sampel mengalami kegagalan, 2. TANGEN DELTA OIL TRANSFORMER
maka semua transformator yang diajukan (akan Penggunaan:
diserahterimakan) ditolak, karena dianggap dalam Pengujian Power Factor dari isolasi minyak trafo.
kelompok tersebut masih ada cacat.
D. Jika 1 (satu) sampel mengalami kegagalan, pada
dasarnya semua transformator yang diajukan belum
dapat diterima dan pengujian dapat diulang dengan
mengambil sampel baru sejumlah yang pertama. Jika
semua sampel baru diuji dengan hasil baik, maka
semua transformator yang diajukan dianggap baik dan
dapat diterima. Jika dalam pengujian ulang masih ada 1
(satu) sampel saja mengalami gagal, maka seluruh
transformator yang diajukan ditolak.
E. Terhadap kelompok transformator yang dinyatakan Gambar 5. Tangen Delta Oil Transformer
ditolak pada butir C dan D, pabrikan atau pemasok
dapat mensortir dan transformator yang baik dapat Spesifikasi:
diajukan kembali. Untuk pengajuan kembali pabrikan  Dihubungkan dengan perangkat utama DELTA
harus meneliti sebab-sebab kegagalan dan bila 2000 atau DELTA 3000 dapat menginject tegangan
kegagalan menyangkut sistem produksi, pabrikan harus hingga 10kV
memperbaiki proses produksinya.  Pengujian dilakukan pada 25 derajat dan 100
derajat Celcius
5. Pengujian Lapangan  Standard ASTM D-924
Pengujian lapangan dilakukan oleh PLN unit. Mata uji
pengujian lapangan tercantum pada Tabel 1 kolom 7 3. INSULATION TEST MIT1020
Penggunaan:
Insulation test dan Polarity Index dimana pengujian
IV. PEMBAHASAN PERALATAN PENGUJIAN TRAFO untuk mengukur kekuatan dan kelayakan bahan isolasi
Beberapa peralatan yang digunakan dalam pengujian
Transformer diantaranya :
1. TANGEN DELTA 2000 & DELTA 3000
Penggunaan:
Pengukuran tangen delta pada Transformator, untuk
menguji kelayakan isolasi trafo dan dapat mengukur arus
eksistensi dari gulungan trafo.

Gambar 6. Insulation Test MIT1020

Spesifikasi:
 500 V, 1000 V, 2500 V, 5000 V dan 10000 V
 Variasi test pada volatse 25 V hingga 10000 V
 Akurasi baik dengan toleran 5%
Gambar 4. Tangen Delta 2000
4. TRANSFORMER TURN RATIO 310
Spesifikasi: Penggunaan:
 Teruji baik, pada daerah dengan interferensi tinggi Pengukuran untuk mengetahui Rasio, Arus Eksitasi,
hingga mencapai 765 kV. Pergeseran Fasa dan Persen Error antar belitan
 Dioperasikan secara otomatis, mempersingkat Transformer yang diukur.
waktu pengujian dan meminimalisir kesalahan
pengujian oleh operator.
 Dilengkapi dengan thermal print-out external,
sehingga pengukuran dapat langsung terbaca.
 Dapat melakukan pengujian pada TRAFO dengan
sistem GIS
 Dapat membaca dan merekam Transformator yang
didesain dengan sistem Tangen Delta Negative. Gambar 7. Transformer Turn Ratio 310
Keunggulan:
 Pengukuran dengan jangkauan rasio tertinggi
(45,000:1) dan akurasi tertinggi (0,1%)
 Bekerja pada daerah interferensi tinggi/teganan
tinggi.
5. TRANSFORMER OHMMETER
Penggunaan:
Untuk Mengetahui nilai resistansi Trafo pada tiap tiap Gambar 10. Dissolved Gas Analysis Portable
tap changer.
Spesifikasi:
 Dapat diketahui secara lansung pada lokasi uji
 7 Fault Gas : C02,CO,H2,C2H2,C2H4,C2H6,CH4
 Portable dalam carry case sehingga dapat dibawa
kelokasi uji
 Standard IEEE C57.104; IEC 60599 dan ASTM D-
Gambar 8. Transformer Ohmmeter 3612
Spesifikasi:  3 Diagnosis tools: Duval Triangle, Rogger Ratio,
 Portable untuk mengukur DC winding, motor, tap Key Glass
Changer
 Memungkinkan pengukuran arus DC primer dan V. PENUTUP
sekunder pada winding secara bersamaan. Makalah ini berisi tentang definisi transformator, dimana
 Dilengkapi dengan Electromagnetic safety indicator transformator adalah suatu peralatan yang dapat mengubah
6. DIELCTRIC BREAKDOWN VOLTAGE OTS100 AF/2 tenaga listrik dari suatu level tegangan ke level tegangan
Penggunaan: lainnya. Dalam pengujiannya berdasarkan SPLN D3.002-1:
Pengukuran tegangan tembus dari isolasi minyak pada 2007 terdapat lima macam pengujian, yaitu pengujian rutin,
Tranformator pengujian jenis, pengujian khusus, pengujian serah-terima,
pengujian lapangan. Beberapa peralatan yang digunakan
dalam pengujian Transformer diantaranya: tangen delta 2000
& delta 3000, tangen delta oil transformer, insulation test
MIT1020, transformer turn ratio 310, transformer ohmmeter,
dielectric breakdown, voltage OTS100 AF/2, dissolve gas
analysis potable. Penyusun berharap makalah ini berguna
untuk penulis pribadi dan siapa saja yang ingin memperlajari
Gambar 9. Dielectric Breakdown Voltage OTS100 AF/2 pengujiannya tranformator .

Spesifikasi: REFERENSI
 Mampu menginject tegangan hingga mencapai [1] Anonim. Techniques for High-Voltage Testing. IEEE: Std4, 1995.
[2] Anonim. IEC 60076-1. International Electrotechnical Commission:
100kV 1999
 Standard test ASTM D2877, IEC 156, UNF21, [3] Meriam, L, J., & Kraige, G. L. Mekanika Teknik Dinamika. Jakarta:
ASTM D1816 Erlangga, 1993.
 Print Out Internal [4] Tobing, L., Bonggas. Peralatan Tegangan Tinggi. Jakarta: Erlangga.
2003.
[5] Kelompok Bidang Distribusi. SPLN D3.002-1 Spesifikasi
7. DISSOLVED GAS ANALYSIS PORTABLE Transformator Distribusi. PT PLN (Persero): 2007.
Penggunaan: [6] Kelompok Pembakuan Bidang Transmisi. SPLN 50 Pengujian
Untuk mengetahui kandungan gas terlarut (ppm) dan Transformator. PT PLN (Persero): 1997.
[7] http://elearning.smkn1samarinda.com/virlib/multi_
sampel minya trafo. media/listrik/listrik_07/ch4/index.html
[8] http://www.elektroindonesia.com/elektro/ener36b. html
[9] http://kamuslistrik.blogspot.com/2011/05/pengujian-transformator.html
[10] http://kamuslistrik.blogspot.com/2011/05/pengujian-transformator.html

Anda mungkin juga menyukai