Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PRINSIP PENGELOLAAN PROGRAM KIA/KB DI


WILAYAH KERJA

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK IV

1. Icora Matoangin NIM : 711530119031


2. Inggrid Angel Kalesaran NIM : 711530119032
3. Inggrit Kareho NIM : 711530119033
4. Iramayasari Mandjurungi NIM : 711530119034
5. Irawati NIM : 711530119035
6. Ireyne F.K Mandji NIM : 711530119036
7. Irma Safitri Amalia NIM : 711530119037
8. Ivana Prisillia Pakasi NIM : 711530119038
9. Jaineke M. Aror NIM : 711530119039
10. Jane Efrita Mumek NIM : 711530119040

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MANADO


JURUSAN KEBIDANAN
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, Kami dapat menyelesaikan makalah dari mata kuliah Asuhan Kebidanan
Komunitas yang berjudul “PRINSIP PENGELOLAAN PROGRAM KIA/KB DI WILAYAH
KERJA”.
Makalah sangat erat kaitannya dengan pengelolaan program KIA/KB di wilayah
kerja.Makalah inipun diajukan guna memenuhi tugas kuliah kepada ibu dosen Iyam Manueke,
S.Sit,M.Kes Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang di tentukan.
Kami menyadari makalah yang kami ajukan masih jauh dari kata sempurna, maka dari
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Terutama dalam ilmu kebidanan. Amin.

Manado, September 2019


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………………………………….i
Kata Pengantar............................................ .............................................. ……………………ii
Daftar Isi.................................................................................................... ……………………iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................2
1.3 Tujuan... ..............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

PRINSIP PELAYANAN KIA KB DI WILAYAH KERJA………………………………..3

BAB III PENUTUP


3.1 . Kesimpulan…………….. .................................................... ………………………….13
3.2 Saran……………………………………………………………………………………13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak (PWS KIA) adalah alat
manajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah kerja
terus menerus. Hal tersebut dimaksudkan agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan
tepat terhadap wilayah kerja yang cakupan pelayanan KIA nya masih rendah ataupun wilayah
yang membutuhkan penanganan atau tindak lanjut secara khusus.
Penyajian PWS KIA dapat dipakai sebagai alat motivasi dan komunikasi kepada
sektor terkait/stakeholder yang berkaitan terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu dan
anak. Dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa penyajian PWS KIA berkaitan langsung dengan
masyarakat setempat, khususnya aparat yang berperan dalam pendataan dan penggerakan
sasaran agar menadapatkan pelayanan KIA, maupun dalam membantu memecahkan masalah
teknis rujukan kasus resiko tinggi. Dalam hal ini adalah sumber daya masyarakat setempat
seperti kader kesehatan, tokoh masyarakat dan tokoh agama.
Pelaksanaan PWS KIA baru berarti bila dilengkapi dengan tindak lanjut berupa
perbaikan dalam pelaksanaan pelayanan KIA. Tindak lanjut dimaksudkan disini adalah
intesifikasi penggerakan sasaran dan mobilisasi sumber daya yang diperlukan dalam rangka
meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA. Contohnya adalah bagaimana memotivasi
hamil untuk memeriksakan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilannya yang dilakukan
oleh masyarakat itu sendiri, kader misalnya
Hasil rekapitulasi PWS KIA ditingkat kabupaten dapat dipakai untuk menentukan
Puskesmas yang raawan. Demikian juga PWS KIA tingkat propinsi, yaitu untuk
mengidentifikasi kabupaten mana yang memerlukan penanganan khusus dan juga untuk
menentukan kabupaten mana yang rawan sehingga masalah-masalah yang dihadapi tersebut
dapat diatasi dengan baik.
Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta
mutu pelayanan KIA secara efektif dan efesien. Untuk mencapai tujuan ini ada beberapa
prisnsip atau kegiatan pokok yang harus di laksanakan oleh karena itu dalam makalah ini
kelompok akan membahas “Prinsip Pengelolaan Program KIA-KB di wilayah Kerja”

1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana prinsip pengelolaan program KIA KB di wilayah kerja?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui prinsip pengelolaan program KIA KB di wilayah kerja

2
BAB II
PEMBAHASAN

Pengelolaan program KIA pada prinsipnya bertujuan memantapkan dan meningkatkan


jangkauan serta mutu pelayanan KIA, secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA
dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut :

1. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu yang baik serta
jangkauan yang setingi-tingginya
2. Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan pertolongan
oleh tenaga professional secara berangsur.
3. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga kesehatan maupun di
masyarakat oleh kader dan dukun bayi, serta penanganan dan pengamatan secara terus
menerus.
4. Peningkatan pelayanan neonatus (bayi berusia kurang dari 1 bulan) dengan mutu yang baik
dan jangkauan yang setinggi-tingginya.

Prinsip pengelolaan PWS KIA meliputi beberapa hal yang mencakup indikator
ketercapaian program PWS KIA. Adapun indikator tersebut adalah sebagai berikut

A. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa
kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal seperti yang ditetapkan dalam buku
pedoman pelayanan antenatal untuk petugas puskesmas. Walaupun pelayanan antenatal
selengkapnya mencakup banyak hal yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan
kebidanan) pemeriksaan laboratorium atas indikasi intervensi dasar dan khusu (sesuai resiko
yang ada) dalam penerapan operasionalnya dikenal standar 10 T untuk pelayanan antenatal
yaitu sebagai berikut :

1. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan


Pengukuran ini dilakukan untuk memantau perkembangan tubuh ibu hamil. Hasil ukur juga
dapat dipergunakan sebagai acuan apabila terjadi sesuatu pada kehamilan, seperti bengkak
kehamilan kembar, hingga kehamilan dengan obesitas.

3
2. Pemeriksaan Tekanan Darah

Selama pemeriksaan antenatal, pengukuran tekanan darah atau tensi selalu dilakukan
secara rutin. Tekanan darah yang normal berada di angka 110/80 – 140/90 mmHg. Bila lebih
dari 140/90 mmHg, gangguan kehamilan seperti pre-eklampsia dan eklampsia bisa mengancam
kehamilan Anda karena tekanan darah tinggi (hipertensi)

3. Pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri (Puncak Uteri)


Tujuan pemeriksaan puncak rahim adalah untuk menentukan usia kehamilan. Tinggi
puncak rahim dalam sentimeter (cm) akan disesuaikan dengan minggu usia kehamilan.
Pengukuran normal diharapkan sesuai dengan tabel ukuran fundus uteri sesuai usia kehamilan
dan toleransi perbedaan ukuran ialah 1-2 cm. Namun, jika perbedaan lebih kecil 2 cm dari umur
kehamilan, kemungkinan ada gangguan pada pertumbuhan janin.

4. Skrining Status Imunisasi Tetanus dan Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Pemberian imunisasi harus didahului dengan skrining untuk mengetahui dosis dan status
imunisasi tetanus toksoid yang telah Anda peroleh sebelumnya. Pemberian imunisasi TT cukup
efektif apabila dilakukan minimal 2 kali dengan jarak 4 minggu

5. Pemberian Tablet Zat Besi


Pada umumnya, zat besi yang akan diberikan berjumlah minimal 90 tablet dan maksimal
satu tablet setiap hari selama kehamilan. Hindari meminum tablet zat besi dengan kopi atau teh
agar tidak mengganggu penyerapan.

6. Tetapkan Status Gizi


Pengukuran ini merupakan satu cara untuk mendeteksi dini adanya kekurangan gizi saat
hamil. Jika kekurangan nutrisi, penyaluran gizi ke janin akan berkurang dan mengakibatkan
pertumbuhan terhambat juga potensi bayi lahir dengan berat rendah. Cara pengukuran ini
dilakukan dengan pita ukur mengukur jarak pangkal bahu ke ujung siku, dan lingkar legan atas
(LILA).

7. Tes Laboratorium (Rutin dan Khusus)


Pemeriksaan laboratorium terdiri dari pemeriksaan kadar hemoglobin, golongan darah dan
rhesus, tes HIV juga penyakit menular seksual lainnya, dan rapid test untuk malaria.
Penanganan lebih baik tentu sangat bermanfaat bagi proses kehamilan.

4
8. Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk memantau, mendeteksi , dan menghindarkan
faktor risiko kematian prenatal yang disebabkan oleh hipoksia, gangguan pertumbuhan, cacat
bawaan, dan infeksi. Pemeriksaan denyut jantung sendiri biasanya dapat dilakukan pada usia
kehamilan 16 minggu.

9. Tatalaksana Kasus
Anda berhak mendapatkan fasilitas kesehatan yang memiliki tenaga kesehatan yang
kompeten, serta perlengkapan yang memadai untuk penanganan lebih lanjut di rumah sakit
rujukan. Apabila terjadi sesuatu hal yang dapat membahayakan kehamilan, Anda akan
menerima penawaran untuk segera mendapatkan tatalaksana kasus.

10. Temu Wicara Persiapan Rujukan


Temu wicara dilakukan setiap kali kunjungan. Biasanya, bisa berupa konsultasi, persiapan
rujukan dan anamnesa yang meliputi informasi biodata, riwayat menstruasi, kesehatan,
kehamilan, persalinan, nifas, dan lain-lain.

Temu wicara atau konsultasi dapat membantu Anda untuk menentukan pilihan yang tepat
dalam perencanaan, pencegahan komplikasi, dan juga persalinan. Pelayanan ini juga diperlukan
untuk menyepakati segala rencana kelahiran, rujukan, mendapatkan bimbingan soal
mempersiapkan asuhan bayi, serta anjuran pemakaian KB pasca melahirkan

Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama
kehamilan. Dengan ketentuan waktu sebagai berikut :

- Minimal 1 kali pada triwulan pertama


- Minimal 1 kali pada triwulan ke dua
- Minimal 2 kali pada triwulan ke tiga

B. Pertolongan persalinan
Dalam program KIA, dikenal beberapa jenis tenaga yang memberikan pertolongan
persalinan kepada masyarakat. Jenis-jenis tenaga tersebut yaitu :
1. Tenaga professional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, perawat dan bidan
2. Dukun bayi :

5
- Terlatih, dukun bayi yang telah mendapatkan latihan oleh tenaga kesehatan yang
dinyatakan lulus.
- Tidak terlatih, dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau
dukun yang sedang dilatih tapi belum dinyatakan lulus.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Pencegahan infeksi
2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar
3. Merujuk kasus yang tidak dapat di tangani ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi
4. Melaksanakan inisiasi menyusu dini
5. Memberikan injeksi vitamin K1 dan salep mata pada bayi baru lahir

C. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas


Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai
6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada
ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan
nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu
1. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai 3 hari setelah persalinan
2. Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan (8-14 hari)
3. Kunjungan nifas ke 3 dalam waktu 6 minggu setelah persalinan (36-42 hari)
Pelayanan yang di berikan adalah :
- Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu
- Pemeriksaan tinggi fundus uteri (subinvolusi uterus)
- Pemeriksaan lochia dan pengeluaran pervagina lainnya
- Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI ekslusif 6 bulan
- Pemberian kapsul vitamin A 200.000 iu sebanyak 2 kali
- Pelayanan KB pasca salin

D. Pelayanan kesehatan neonatus


Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
diberikan oleh tenaga keshatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali selama
periode 0-28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun kunjungan rumah.

6
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus adalah sebagai berikut :
- Kunjungan neonatal ke-1 dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam setelah lahir
- Kunjungan neonatal ke-2 dilakukan pada kurun waktu hari 3-7 setelah lahir
- Kunjungan neonatal ke-3 dilakukan pada kurun waktu hari 8-28 setelah lahir

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan


kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan/masalah kesehatan pada
neonatus. Pelayanan kesehatan neonatal dasar dilaksanakan secara komprehensif dengan
melakukan pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dan pemeriksaan mengunakan
pendekatan manajemen terpadu bayi muda untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat
meliputi :
1. Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir
- Perawatan tali pusat
- Memberikan ASI ekslusif
- Memastikan bayi telah di beri injeksi vitamin K
- Memastikan bayi telah di beri salep mata antibiotik
- Pemberian imunisasi HB0
2. Pemeriksaan mengunakan pendekatan MTBM
- Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare berat
- Pemberian imunisasi HB0 belum diberikan pada waktu bayi baru lahir
- Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI ekslusif, pencegahan
hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah dengan mengunakan
buku KIA
- Penanganan dan rujukan kasus bila di perlukan.

E. Deteksi dini faktor resiko, komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga kesehatan
maupun masyarakat
Untuk menurunkan angka kematian ibu secara bermakna, kegiatan deteksi dini ibu
hamil beresiko perlu lebih digalakan baik di fasilitas pelayanan KIA maupun di masyarakat.
Dalam rangka itulah, deteksi ibu hamil beresiko perlu difokuskan ke keadaan yang
menyebabkan kematian ibu bersalin di rumah dengan pertolongan dukun bayi. Berikut ini
adalah beberapa faktor resiko pada ibu hamil.

7
Risiko tinggi/komplikasi kebidanan pada kehamilan merupakan keadaan penyimpangan
dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.
Semakin cepat diketahuinya adanya resiko tinggi/komplikasi semakin cepat akan mendapatkan
penanganan yang semestinya. Sehinga angka kematian ibu secara signifikan dapat diturunkan.
Faktor resiko ibu hamil di antaranya :
1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
2. Anak lebih dari 4
3. Jarak persalinan terakhir dari kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun
4. Tinggi badan kurang dari 145 cm
5. Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas < 23,5 cm
6. Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul
7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini
8. Sedang atau pernah menderita penyakit kronis antara lain tuberculosis, kelainan jantung-
ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin ( diabetes mellitus, lupus eritematosus, dll) tumor
dan keganasan.
9. Riwayat kehamilan buruk : keguguran berulang, kehamilan ektopik tergangu, mola
hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat congenital
10. Riwayat persalinan beresiko : persalinan dengan seksio sesarea, vakum/forsep
11. Riwayat nifas beresiko : perdarahan pasca persalinan, infeksi masa nifas, psikosis post
partum (post partum blues)
12. Riwayat keluarga menderita kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat congenital
Semakin banyak ditemukan faktor resiko pada seorang ibu hamil maka semakin tinggi
resiko kehamilannya. Resiko tinggi/komplikasi kebidanan meliputi :
1. Hb kurang dari 8 gr%
2. Tekanan darah tinggi (systole > 140 mmhg, diastole >90 mmhg)
3. Oedema yang nyata
4. Eklamsia
5. Perdarahan pervaginam
6. Ketuban pecah dini
7. Letak lintang pada kehamilan lebih dari 32 minggu
8. Letak sungsang pada primigravida

8
9. Infeksi berat/sepsis
10. Ancaman persalinan premature
11. Kelainan jumlah janin (kehamilan ganda, kembar siam dll)
12. Kelainan besar janin (janin besar intra uterine growth retardation)
13. Distosis (persalinan macet, persalinan tak maju)
14. Perdarahan pasca persalinan (atonia uteri, retensio placenta, robekan jalan lahir )
15. Infeksi masa nifas
16. Penyakit kronis pada ibu (jantung,paru-paru, ginjal dll)
Tingginya AKI di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh penyulit persalinan yang
tidak dapat segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap. Factor waktu
dan transportasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus resiko tinggi.
Penempatan bidan di desa memungkinkan penanganan dan rujukan ibu hamil beresiko tinggi
sejak dini, serta identifikasi tempat persalinan yang tepat bagi ibu hamil sesuai dengan resiko
kehamilannya.
Deteksi dini untuk komplikasi pada neonatus dengan melihat tanda-tanda atau gejala
sebagai berikut
1. Tidak mau minum/menyusu atau memuntahkan semua
2. Riwayat kejang
3. Bergerak hanya jika dirangsang/letargis
4. Frekuensi nafas ≤ 30 x/m atau ≥ 60 x/m
5. Suhu tubuh ≤ 36,5̊C atau ≥ 37,5̊C
6. Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat
7. Merintih
8. Ada pustul di kulit
9. Nanah banyak di mata
10. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut
11. Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat
12. Kulit kuning dan tinja pucat
13. Berat badan menurut umur rendah atau masalah pemberian ASI
14. BBLR : bayi berat lahir rendah < 2500 gram
15. Kelaina congenital seperti ada celah dibibir atau di langit-langit

9
Komplikasi pada neonatus antara lain
1. Prematuritas dan BBLR (2500 gram)
2. Asfiksia
3. Infeksi bakteri
4. Kejang
5. Ikterus
6. Diare
7. Hipotermia
8. Tetanus neonatorum
9. Masalah pemberian ASI
10. Trauma lahir, sindrom ganguan pernapasan, kelainan congenital dan lain-lain.

F. Penaganan komplikasi kebidanan


Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan komplikasi
kebidanan untuk mendapatkan penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan yang
berkompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Diperkirakan 15-20% ibu hamil akan
mengalami komplikasi kebidanan. Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan
komplikasi kebidanan maka di perlukan adanya fasilitas pelayanan obstetri dan neonatal
emergency secara berjenjang dari bidan, puskesmas mampu PONED (pelayanan obstetri
neonatal emergensi dasar) sampai rumah sakit PONEK (pelayanan obstetri neonatal emergensi
komprehensif) 24 jam.

G. Pelayanan neonatus dengan komplikasi


Pelayanan neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus dengan penyakit dan
kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan kematian oeh dokter, perawat dan
bidan terlatih di polindes, puskesmas, puskesmas PONED, rumah bersalin dan rumah sakit
pemerintah/swasta. Diperkirakan sekitar 15% bayi akan mengalami komplikasi neonatal.

10
H. Pelayanan kesehatan bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh
tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan
setelah bayi lahir. Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi:
1. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari-2 bulan
2. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3-5 bulan
3. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6-8 bulan
4. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9-11 bulan

Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan


kesehatan dasar, sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi serta peningkatan kualitas
hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :
1. Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, polio 1234, DPT/HB 123, Campak)
sebelum bayi berusia satu tahun
2. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).
3. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6-11 bulan)
4. Konseling ASI ekslusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda-tanda sakit dan
perawatan kesehatan bayi di rumah mengunakan buku KIA
5. Penanganan dan rujukan kasus bila perlu.

I. Pelayanan kesehatan anak balita


Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan kepada anak balita sakit dan sehat.
Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi :
1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam
buku KIA/KMS.
2. SDIDTK minimal 2 kali setahun.
3. Pemberian vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) 2 kali setahun.
4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balit.
5. Pelayanan anak balita sesuai standar dengan mengunakan pendekatan MTBS

11
J. Pelayanan KB berkualitas
Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan menghormati hak
individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam
menurunkan angka kematian ibu dan menurunkan tingkat fertilitas (kesuburan) bagi pasangan
yang telah cukup anak ( 2 anak lebih baik) serta meningkatkan fertilitas bagi pasangan yang
ingin mempunyai anak.
Pelayanan KB bertujuan untuk menunda (merencanakan kehamilan). Bagi pasangan
usia subur yang ingin menjarangkan kehamilan, dapat mengunakan metode kontrasepsi
meliputi :
1. KB alamiah (sistim kalender, metode amenore laktasi, koitus interuptus)
2. Metode KB hormona (pil,suntik,susuk)
3. Metode KB non hormonal ( kondom, IUD, tubektomi, vasektomi)

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengelolaan program KIA pada prinsipnya bertujuan memantapkan dan meningkatkan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA, secara efektif dan efisien. Prinsip pengelolaan PWS KIA
meliputi beberapa hal yang mencakup indikator ketercapaian program PWS KIA. Adapun
indikator tersebut adalah pelayanan antenatal, pertolongan persalinan, pelayanan nenotaus,
deteksi komplikasi ibu hamil dan resti, penanganan komplikasi kebidanan dan neoantus,
pelayanan kesehatan bayi, pelayanan kesehatan balita dan pelayanan KB yang berkualitas.

3.2 Saran
Pengelolaan program PWS KIA harus mengacu pada prinsip dan indikator yang ada,
sehinga semua permasalahan mengenai kesehatan ibu dan anak di wilayah kerja dapat diketahui
sedini mungkin.

13
DAFTAR PUSTAKA
- https://www.motherandbaby.co.id/article/2018/9/5/10821/Ketahui Makna Standar 10T-
dalam Antenatal Care
- https://www.academia.edu/30171732/MODUL_PEMBELAJARAN_PENGELOLAAN_
PROGRAM_PWS_KIA_KB_DI_WILAYAH_KERJA
- Meilani dkk,2009. Kebidanan Komunitas. Fitramaya, Yogyakarta
- Syafrudin hamidah, 2009. Kebidanan Komunitas. EGC, Jakar

14

Anda mungkin juga menyukai