Anda di halaman 1dari 18

PUBLIKASI JURNAL

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH MELALUI PENERAPAN METODE


PEMBELAJARAN DEMOSNTRASI MATERI SHALAT JAMAK, QASAR, JAMAK
QASAR DAN SHALAT DALAM KEADAAN DARURAT SISWA
DI KELAS VII-3 MTsN 2 KENDARI

OLEH :

Dra. Hj. NUSRIATI


19671110 199603 2 001

MATA PELAJARAN
FIQIH

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 2


KOTA KENDARI
2016
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSROOM ACTION RESEARCH)

1. Judul Penelitian : MENINGKATKAN HASIL BELAJAR


FIQIH MELALUI PENERAPAN METODE
PEMBELAJARAN DEMOSNTRASI
MATERI SHALAT JAMAK, QASAR,
JAMAK QASAR DAN SHALAT DALAM
KEADAAN DARURAT SISWA DI KELAS
VII-3 MTsN 2 KENDARI
2. a. Mata Pelajaran : Fiqih
b. Bidang Kajian : Metode/Strategi/Teknik Pembelajaran

3. Ketua Penelitian
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dra. Hj. Nusriati
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Pangkat/Golongan dan NIP : Penata / IV /a
: 19671205 200804 2 011
d. Pekerjaan : Guru Fiqih
e. Sekolah : Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kendari
f. Kolaborator : Badrul Kamal, S.Ag

Kendari, Juni 2016

Mengetahui
Kepala MTsN 2 Kendari, Penulis,

Mappataling, S.Pd., M.A. Dra. Hj. Nusriati


NIP. 19731231 199903 1 013 NIP. 19671205 200804 2 011

ii
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN
DEMOSNTRASI MATERI SHALAT JAMAK, QASAR, JAMAK QASAR DAN SHALAT DALAM
KEADAAN DARURAT SISWA DI KELAS VII-3 MTsN 2 KENDARI

Hj. Nusriati
MTsN 2 Kendari, Jl. Tekaka No. 35 Kendari
hjnusriati@yahoo.com

ABSTRAK

Proses dalam membekali peserta didik mengenai rukhsah dalam ibadah shalat yang
mencakup shalat Jamak, Qashar, Jamak Qashar dan shalat dalam Keadaan Darurat, dianggap
sangat penting untuk ditanamkan kepada peserta didik agar tetap mempertahankan keutuhan
pelaksanaan ibadah shalat lima waktu. Akan tetapi, yang menjadi kendala adalah siswa sulit
memahami tata cara pelaksanaan dan sering timbul pemaknaan ganda diantara jenis-jenis shalat
tersebut. Kendala lainnya adalah guru hanya memberikan penjelasan secara teoritis dan pasif,
sehingga materi yang berkaitan dengan gerakan-gerakan shalat ini, sulit dipahami dan diamalkan
peserta didik, ditambah siswa sangat jarang mengamati pelaksanaan ibadah ini dalam kehidupan
sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu metode pembelajaran yang tepat
dan efektif untuk menumbuhkan pengetahuan siswa mengenai pelaksanaan shalat tersebut yaitu
dengan menggunakan metode Demonstrasi. Sehingga timbul pertanyaan, apakah penggunaan
Metode Demonstrasi ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa Mata Pelajaran Fiqih siswa kelas
VII-3 MTsN 2 Kendari ?
Manfaat penelitian ini adalah : (1) Bagi guru, Merupakan motivasi untuk meningkatkan
keterampilan dalam menentukan strategi pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa, serta sebagai informasi bagi semua tenaga pendidik mengenai efektifitas pelaksanaan
pembelajaran menggunakan teknik Demonstrasi. (2) Bagi siswa, dapat meningkatkan keaktifan
dan hasil belajar Fiqih materi shalat Jamak, Qashar, Jamak Qashar dan shalat dalam Keadaan
Darurat. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan hasil
belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran Metode Demonstrasi. Jenis penelitian ini
adalah PTK yang setiap siklusnya terdiri dari tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa pada
setiap siklusnya. Hal ini ditunjukkan pada kondisi prasiklus, presentase ketuntasan hasil belajar
siswa hanya sekitar 36,84%, siklus I (73,68%), dan siklus II telah mencapai presentase ketuntasan
belajar sekitar 92,11% dan dapat dinyatakan bahwa pada siklus I dan II, ketuntasan hasil belajar
siswa telah mencapai indikator keberhasilan (73%). Kemudian hasil peningkatan keaktifan belajar
siswa juga nampak meningkat, ditandai dengan hasil yang diperoleh pada tahapan prasiklus
hanya mencapai 50%, siklus I (76,92%), dan pada tahapan siklus II telah mencapai nilai keaktifan
sekitar 90,38%, sehingga dapat dinyatakan bahwa keaktifan belajar telah memenuhi indikator
keberhasilan (70%) pada siklus I dan II. Oleh karena itu, penggunaan Model Pembelajaran
menggunakan Metode Demonstrasi dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada
Mata Pelajaran Fiqih materi shalat Jamak, Qashar, Jamak Qashar dan shalat dalam Keadaan
Darurat di Kelas VII-3 MTsN 2 Kendari.

Kata Kunci : Metode Pembelajaran, Demonstrasi, Hasil Belajar

1
ABSTRACT

Processes in the rukhsah equip learners in worship that includes prayer Plural, Qashar,
Plural Qashar and prayers in Emergencies, is considered very important to be imparted to the
students in order to maintain the integrity of the implementation of praying five times a day.
However, the constraints is students difficult to understand the procedures of double meaning and
often arise between the types of such prayers. Another constraint is the only teacher to explain
theoretically and passive, so that the material relating to the movements of this prayer, hard to
understand and put into practice the students, plus students very rarely observed the conduct of
worship in daily life. Based on this, we need a method of learning that is appropriate and effective
way to cultivate students' knowledge on the implementation of the prayer is by using
Demonstration methods. Thus the question arises, whether the use of this demonstration method
can improve student learning outcomes Subjects Fiqh class VII-3 in MTsN 2 Kendari?
The benefits of this research are: (1) For the teacher, is a motivation to improve skills in
determining the learning strategies to improve student achievement, as well as the information for
all educators regarding the effectiveness of learning using demonstration techniques. (2) For
students, it can enhance the activity and learning outcomes Fiqh Plural prayer material, Qashar,
Plural Qashar and prayer in an Emergency. While the purpose of this study will determine the
increase in activity and student learning outcomes through the implementation of learning model
demonstration method. This research is a PTK which each cycle consisting of the stages of
planning, action, observation, and reflection.
The results showed an increase in activity and student learning outcomes in each cycle.
This is shown in prasiklus conditions, the percentage of completeness of student learning
outcomes is only about 36.84%, the first cycle (73.68%), and the second cycle has reached a
percentage of mastery learning about 92.11% and it can be stated that in the first cycle and II ,
completeness of student learning outcomes have achieved success indicators (73%). Then the
result of increased activity of learning students also seem to increase, marked by the results
obtained at this stage of prasiklus only reached 50%, the first cycle (76.92%), and on the stages of
the second cycle has reached a value of about 90.38% liveliness, so it can be declared that the
activity of learning has met an indicator of success (70%) in cycle I and II. Therefore, the use of
Learning Model using the method of demonstration can enhance the activity and student learning
outcomes in Subjects Fiqh Plural prayer material, Qashar, Plural Qashar and prayers in
Emergencies in Class VII-3 MTsN 2 Kendari.

Keywords: Learning Method, Demonstrations, Learning Outcomes

1. PENDAHULUAN serta panca indera yang dimilikinya untuk


Pendidikan adalah usaha sadara dan membentuk pribadi muslim sejati (Fathul
terencana untuk mewujudkan suasana belajar Jannah, 2013 : 161). Dalam basis kurikulum
dan proses pembelajaran agar peserta didik PAI, salah satu kajian ilmu yang amat penting
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk membentuk kepribadian muslim
untuk memiliki kepribadian, kecerdasan, akhlak berakhlak karimah adalah ilmu Fiqih yang
mulia, keterampilan, serta kekuatan spiritual terdiri dari Fiqih ibadah dan muamalah.
keagamaan sebagai aspek yang sangat Secara substansial, pelajaran Fiqih
penting untuk mewujudkan manusia yang memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi
berakhlak mulia (UU RI Nomor 20 Tahun 2003). kepada peserta didik untuk mempraktekkan
Dalam konteks ajaran agama Islam, dan menerapkan hukum Islam dalam
hakikat pendidikan adalah mengembalikan kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan
nilai-nilai yang ilahiyah pada manusia (fitrah) keserasian, keselarasan dan keseimbangan
dengan bimbingan Alquran dan as-Sunnah hubungan manusia dan Allah SWT., dengan diri
(Hadits) sehingga menjadi manusia berakhlak manusia sendiri, sesama manusia, makhluk
karimah (insan kamil), yakni untuk mencapai lainnya ataupun lingkungannya. Dalam
keseimbangan pertumbuhan pribadi manusia Permenag No. 2 Tahun 2008, dijelaskan bahwa
secara menyeluruh melalui latihan-latihan standar Kompetensi lulusan mata pelajaran
kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan, perasaan Fiqih di Madrasah adalah siswa mampu
2
mengenal dan melaksanakan hukum Islam tetap dapat ditunaikan. Jadi, salah satu materi
yang berkaitan dengan rukun Islam, mulai dari penting dalam ilmu Fiqih yang diajarkan di
ketentuan tata cara pelaksanaan thaharah, sekolah agar siswa memahami rukhsah dalam
puasa, zakat, sampai dengan pelaksanaan shalat lima waktu adalah pelaksanaan shalat
ibadah haji, serta ketentuan tentang makanan Jamak, Qashar, Jamak Qashar dan shalat
dan minuman, khitan, kurban dan cara dalam keadaan darurat.
pelaksanaan jual-beli dan pinjam meminjam, “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan
serta yang terpenting disini adalah mengenai tidak menghendaki kesukaran bagimu” (QS. al-
ibadah shalat. Baqarah:185).
Shalat dalam ajaran Agama Islam Shalat Jamak yaitu dua salat fardu yang
menduduki posisi yang sangat penting dan lima dikerjakan dalam satu waktu pada salat-
mendasar. Sedemikian pentingnya kedudukan salat yang telah ditentukan, salat Qasar adalah
shalat dalam ajaran Agama Islam, banyak ayat salat fardu yang diringkas bilangan rakaat
dalam Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW., sebenarnya pada salat-salat yang telah
yang memerintahkan umat muslim untuk ditentukan. Shalat yang seperti ini hukumnya
melaksanakan shalat, diantaranya : mubah (boleh) bagi orang yang memenuhi
syarat-syaratnya. Shalat Jamak Qasar ialah
‫ فمتتن تتترك‬،‫ الصتتلةا عمتتاد التتدين‬:‫قال رسول ا صلى ا عليه واله‬ dua shalat fardu dikerjakan dalam satu waktu
،‫ ومن ترك أوقاتها يدخل الويتتل‬،‫صلته متعمدا فقد هدم دينه‬ dan diringkas bilangan rakaatnya pada shalat-
‫ “ويل للمصلين الذين‬:‫والويل واد في جهنم كما قال ا تعالى‬ shalat yang telah ditentukan. Sedangkan shalat
‫”عن صلتهم ساهون‬ dalam keadaan darurat adalah shalat yang
Artinya: “Shalat adalah tiang agama. Barang dilaksanakan ketika sakit atau dalam
siapa yang menegakkan shalat,maka kendaraan. Dalam keadaan seperti ini seorang
berarti ia menegakkan agama, dan muslim wajib melaksanakan shalat, dengan
barang siapa yang meninggalkan shalat catatan masih sehat akal dan ingatannya
berarti ia merobohkan agama”. (HR. (Zurinal dan Aminuddin, 2008 : 5).
Bukhari Muslim). Proses dalam membekali peserta didik
mengenai rukhsah dalam ibadah shalat yang
،‫ من ترك صلته حتى تفوته من غيتتر عتتذر‬:‫قال صلى ا عليه واله‬ mencakup shalat Jamak, Qashar, Jamak
‫ بين العبد وبين الكفر ترك الصلةا‬:‫ ثم قال‬،‫فقد حبط عمله‬ Qashar dan shalat dalam keadaan darurat,
Artinya: “Barangsiapa yang meninggalakan dianggap sangat penting untuk ditanamkan
shalatnya sehingga melewatkan sejak dini. Akan tetapi, yang menjadi kendala
waktunya tanpa alasan maka amalnya dalam upaya menanamkan pemahaman jenis-
terputus, kemudian beliau saw bersabda: jenis shalat ini kepada peserta didik adalah
Antara seorang hamba dan kekafiran siswa sulit memahami tata cara pelaksanaan
adalah meninggalkan shalat.” (Bihar, jilid dan sering timbul pemaknaan ganda diantara
82, hal 202). jenis-jenis shalat tersebut. Kendala lainnya
Dalam pendidikan ilmu Fiqih, siswa selalu adalah guru hanya memberikan penjelasan
diberikan pemahaman akan pentingnya untuk secara teoritis dan pasif, sehingga materi yang
melaksanakan shalat lima waktu. Berbagai berkaitan dengan gerakan-gerakan shalat,
metode pembelajaran telah dilaksanakan oleh siswa sulit untuk memahami secara
tenaga pendidik untuk membekali siswa berkelanjutan. Apa lagi kita ketahui bahwa
dengan pemahaman secara teori dan praktek siswa sangat jarang untuk mengamati secara
shalat lima waktu. Akan tetapi secara langsung pelaksanaan dari jenis-jenis shalat
manusiawi, dalam kehidupan sehari-hari tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
terdapat beberapa hal, situasi dan kondisi yang Berdasarkan hal tersebut, maka
tidak memungkinkan untuk melaksanakan diperlukan suatu metode pembelajaran yang
shalat lima waktu. Tetapi dalam ajaran Agama tepat dan efektif untuk menumbuhkan
Islam, tuntutan ibadah shalat ini juga sesuai pengetahuan siswa mengenai pelaksanaan
dengan fitrah manusia. Islam adalah agama shalat Jamak, Qashar, Jamak Qashar dan
yang sesuai dengan kondisi dan keterbatasan shalat dalam keadaan darurat yaitu dengan
yang dimiliki oleh manusia. Pada keadaan menggunakan metode pembelajaran
normal, berlaku hukum ‘azimah (ketat), dan Demonstrasi. Menurut Sanjaya (2008 : 152),
pada keadaan tidak normal, maka Islam bahwa metode demonstrasi adalah metode
mengakomodirnya dengan rukhsah mengajar dengan cara memperagakan suatu
(keringanan/ kemudahan) sehingga syariat benda tertentu yang tidak terlepas dari
3
penjelasan secara lisan oleh seorang guru. lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada
Metode pembelajaran demonstrasi menjadikan kemampuan memecahkan masalah.
proses pembelajaran akan lebih menarik, 2. Ranah afektif
sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga Ranah afektif merupakan ranah yang
melihat peristiwa yang terjadi; dan mengamati berkenaan dengan sikap dan nilai. Sikap
secara langsung siswa akan memiliki seseorang dapat diramalkan perubahannya,
kesempatan untuk membandingkan antara teori bila seseorang telah memiliki penguasaan
dan kenyataan. Metode ini dapat membuat kognitif tingkat tinggi (Nana Sujana, 2010: 29).
pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih Pernyataan tersebut mengungkapkan bahwa
kongkret sehingga dapat menghindarkan pada dasarnya ranah kognnitif dan afektik
verbalisme. Berdasarkan penjelasan tersebut, memiliki keterkaitan. Namun dalam prakteknya,
maka melatar belakangi untuk dilakukan ranah afektif ini masih cenderung diabaikan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mengenai oleh para guru yang lebih sering melakukan
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fiqih Materi penilaian hanya pada ranah kognitif.
Shalat Jamak, Qasar, jamak Qasar dan Shalat
dalam Keadaan Darurat Melalui Penerapan 2.2. Pendidikan Agama Islam
Metode Pembelajaran Demonstrasi Siswa di Menurut Nazarudin, (2007: 12) Pendidikan
Kelas VII-3 MTsN 2 Kendari. Agama Islam (PAI) merupakan usaha sadar
dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam
2. KAJIAN TEORI meyakini, memahami, dan mengamalkan Islam
2.1. Kajian Hasil Belajar melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan
Dimyati dan Mudjiono, (2006 : 3-4) atau latihan. Sedangkan menurut Muhaimin,
menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari (2002: 75-76) PAI yang pada hakekatnya
suatu interaksi tindak belajar dan tindak merupakan sebuah proses itu, dalam
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar perkembangannya juga dimaksud sebagai
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. rumpun mata pelajaran yang diajarkan di
Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan sekolah maupun perguruan tinggi. PAI
berakhirnya pengajaran dari puncak proses diarahkan untuk meningkatkan keyakinan,
belajar. Hasil belajar mempunyai peranan pemahaman, penghayatan dan pengamalan
penting dalam proses pembelajaran. Tujuan ajaran Agama Islam peserta didik, disamping
utama yang ingin dicapai dalam kegiatan untuk membentuk keshalehan sosial.
pembelajaran adalah hasil belajar. Hasil belajar Menurut Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur
digunakan untuk mengetahui sebatas mana Kholidah, (2009: 7) mengemukakan bahwa
siswa dapat memahami serta mengerti materi Peserta didik yang telah mencapai tujuan
tersebut. pendidikan Agama Islam dapat digambarkan
Menurut Purwanto, (2010: 45) hasil sebagai sosok individu yang memiliki
belajar adalah perubahan yangmengakibatkan keimanan, komitmen dan sosial pada tingkat
manusia berubah dalam sikap dan tingkah yang diharapkan. Menerima tanpa keraguan
lakunya. Aspekperubahan itu mengacu kepada sedikit pun akan kebenaran ajaran Islam,
taksonomi tujuan pengajaran yang bersedia untuk berperilaku atau
dikembangkanoleh Bloom yaitu mencakup memperlakukan objek keagamaan secara
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada positif, melakukan perilaku ritual dan sosial
umumnya, ranah kognitif paling keagamaan secara positif, melakukan perilaku
banyakdigunakan oleh para guru di sekolah ritual dan sosial keAgamaan sebagaimana
karena berkaitan dengan kemampuan yang digariskan dalam ajaran Agama Islam.
siswadalam menguasai isi bahan pengajaran.
Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2.3. Pengembangan Hasil Belajar Siswa
2010:22-31) menjelaskan ranah kognitif dan Madrasah Tsanawiyah
ranah afektif. Arikunto Suharsimi, (2006: 13) peranan
1. Ranah kognitif berbagai metode jika ditinjau dari jenis metode
Menurut Nana Sudjana (2010: 23-28) dan banyaknya metode yang sudah dikenal
ranah kognitif meliputi lima tipe hasilbelajar dapat digunakan untuk mengajar. Metode
yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, tersebut antara lain metode pemberian tugas
analisis, sintesis dan evaluasi. Tujuan aspek dan resitasi, metode diskusi, metode
kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir pendekatan proses, metode penemuan,
yang mencakup kemampuan intelektual yang metode kerja kelompok, metode eksperimen,
4
dan metode tanya jawab dan metode lain serta 1. Metode demonstrsi memerlukan persiapan
gabungan dari metode tersebut. yang lebih matang, sebab tanpa persiapan
a. Salah satu karakteristik pembelajaran MTs. yang memadai demonstrasi bisa gagal
yaitu adanya kurikulum. Kurikulum kurikulum sehingga dapat menyebabkan metode ini
merupakan sekumpulan mata pelajaran tidak fefekti lagi.
yang bersifat sistematis dan diperlukan 2. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-
untuk mendapatkan ijazah dalam bidang bahan, dan tempat yang memadai yang
studi tertentu. Di dalam kurikulum bearti menggunakan metode ini memerlukan
terkandung dua hal pokok, yaitu : (1) adanya pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan
mata pelajaran yang harus ditempuh oleh dengan ceramah. Demonstrasi memerlukan
siswa, dan (2) tujuan utamanya yaitu untuk kemampuan dan keterampilan guru yang
memperoleh ijazah. Keberhasilan siswa khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja
ditentukan oleh seberapa jauh mata lebih profesional.
pelajaran tersebut dikuasainya dan biasanya
disimbolkan dengan skor yang diperoleh 2.6. Tinjauan Shalat Jamak, Qasar, Jamak
setelah mengikuti suatu tes atau ujian (Nana Qasar dan Shalat dalam Keadaan
Syaodih, 2005: 267). Darurat
Shalat jamak adalah melaksanakan dua
2.4. Tinjauan Metode Demonstrasi shalat dalam satu waktu. Shalat yang boleh
Roehstyah, (2001: 81) metode demostrasi dijamak hanya shalat Dzuhur dengan ‘Ashar,
adalah cara mengajar instruktur atau guru lalu Magrib dengan ‘Isya’.Sedangkan shalat
menunjukkan atau memperlihatkan suatu yang tidak boleh dijamak adalah Subuh. Shalat
proses. Peran penggunaan metode jamak hukumnya boleh bagi orang-orang yang
demonstrasi mampu mengkomunikasikan sedang dalam perjalanan berada dalam
sesuatu yang ingin disampaikan oleh pemberi keadaan hujan, sakit atau karena ada
kepada penerima keperluan lain yang sukar menghindarinya.
Metode demonstrasi mempunyai Pelaksanaan shalat jamak dapat dilakukan
kemampuan atau potensi mengatasi dengan 2 cara yaitu Jamak Taqdim dan Jama
kekurangan-kekurangan guru, metode Ta’khir. Jamak taqdim ialah mengerjakan shalat
demonstrasi mampu menyampaikan meteri dalam waktu awal (Ibnu Mas’ud dan Zainal
secara jelas dan mudah di pahami siswa. Abidin, 2007: 293). Menurut Musthafa Kamal
Dengan demikian penggunan metode (2002: 64) Seseorang diperbolehkan
demonstrasi dapat menyalurkan pesan yang menjamak shalat wajib pada saat-saat tertentu
dapat merangsang pikiran, perasaan, dan dan karena sebab-sebab tertentu, dan
kemauan. Dari hal tersebut maka proses diantaranya adalah safar (bepergian), hujan,
belajar akan efektif dan prestasi belajar siswa sakit dan suatu keperluan tertentu sesuai
akan meningkat (Sudirman, 1991:133). anjuran.
Sedangkan menurut Syaiful (2010: 210) Qashar artinya memendekkan atau
kelebihan metode Demonstrasi ini adalah : meringkas. Shalat Qashar maksudnya adalah
1. Metode ini dapat membuat pengajaran meringkas jumlah rakaat shalat yang empat
menjadi lebih jelas dan lebih kongkret menjadi dua; misalnya shalat Dzuhur, ‘Ashar
sehingga dapat menghindarkan verbalisme. dan ‘Isya. Menurut Wahbah az-Zuhaili, (2010:
2. Siswa diharapkan lebih mudah dalam 423) terdapat beberapa syarat dilakukannya
memahami apa yang dipelajari; Proses shalat Qashar yaitu perjalanannya jarak jauh,
pengajaran akan lebih menarik. bepergian tidak untuk maksiat, dan berniat
3. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, qoshor stiap melaksanakan sholat.
menyesuaikan antara teori dengan Jamak Qashar adalah melakukan shalat
kenyataan, dan mencoba melakukannya dengan cara dijamak sekaligus di Qashar,
sendiri. artinya mengumpulkan dua waktu shalat dan
4. Materi yang disajikan yaitu materi pelajaran meringkas rakaat. Menurut Menurut Wahbah
yang tidak mungkin kurang sesuai dengan az-Zuhaili, (2010: 425) shalat Jamak Qashar
menggunakan metode lain. merupakan shalat yang pelaksanaannya
Di samping beberapa kelebihan, disamping Jamak juga di Qashar, baik dalam
metode demonstrasi juga memiliki beberapa Jamak taqdim maupun dalam jamak takhir.
kelemahan yaitu : Shalat yang semula empat rakaat (zuhur,
Ashar, dan Isya) dikerjakan dua rakaat, tidak
5
ada selingan antara kedua shalat yang di terdiri dari empat komponen yaitu perencanan,
jamakkan. tindakan, pengamatan, dan refleksi.
3.4. Prosedur Penelitian
3. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dalam dua
3.1. Setting Penelitian siklus utama yaitu siklus I dan siklus II, dan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diawali dengan kegiatan Pra-siklus. Pada siklus
dilaksanakan di kelas VII-3 MTsN 2 Kendari utama (I dan II), masing-masing terdiri dari
pada semester genap tahun ajaran 2015/2016, empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan,
dengan materi shalat Jamak, Qashar, Jamak observasi dan refleksi.
Qashar dan shalat dalam Keadaan Darurat 3.5. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
menggunakan pendekatan Demonstrasi, Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan mempertimbangkan hal sebagai dengan cara diawali dengan perlakuan tes
berikut: yang digunakan untuk mengukur kemampuan
1) Masih banyak siswa kelas VII-3, yang siswa dalam rana kognitif. Kemudian dilakukan
belum memahami lebih jauh pelajaran Fiqih tahap observasi yang terdiri dari lembar
mengenai ketentuan dan tata cara observasi keaktifan belajar siswa, observasi
pelaksanaan shalat Jamak, Qashar, Jamak kegiatan guru dan lembar observasi kondisi
Qashar dan shalat dalam Keadaan Darurat. lingkungan kelas.
2) Belum ada yang melakukan Penelitian Analisis data merupakan usaha untuk
Tindakan Kelas (PTK) yang menggunakan memilih, membuang, menggolongkan,
pembelajaran teknik Demonstrasi di Kelas menyusun kedalam kategorisasi,
VII-3. mengklasifikasikan data untuk mendukung
3) Memperbaiki dan meningkatkan proses tujuan dari penelitian. Sebagaimana dalam
pembelajaran ilmu Fiqih di Sekolah. pelaksanaan PTK menggunakan metode
4) Adannya dukungan dari pihak sekolah Demonstrasi, analisis data yang digunakan
untuk melaksanakan metode pembelajaran dalam penelitian ini adalah :
dan pelaksanaan penelitian ini. a. Analisis kualitatif digunakan untuk
3.2. Subyek Penelitian memberikan informasi yang
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas menggambarkan peningkatan keaktifan
VII-3 MTsN 2 Kendari, dengan jumlah belajar dan hasil belajar peserta didik
keseluruhan 38 siswa yang terdiri dari 18 siswa dengan menggunakan metode Demonstrasi
putra dan 20 siswa putri. pada materi shalat Jamak, Qashar, Jamak
3.3. Jenis Penelitian Qashar dan shalat dalam Keadaan Darurat.
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian b. Analisis Kuantitatif digunakan untuk
Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan menganalisis data nilai hasil belajar peserta
mekanisme kolaboratif dan terdiri dari berbagai didik dan perolehan skor keaktifan belajar
tahapan-tahapan. Penelitian tindakan yang peserta didik dengan menggunakan metode
dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki Demonstrasi pada materi shalat Jamak,
atau meningkatkan mutu Praktek pembelajaran Qashar, Jamak Qashar dan shalat dalam
(Arikunto, 2008: 58). Konsep penelitian ini Keadaan Darurat. Sugioyono (2001 : 81),
adalah model spiral dari Kemmis dan menjelaskan bahwa dalam hal peneliti
McTaggart yang terdiri dari beberapa siklus menggunakan statistik deskripif dengan
tindakan dalam pembelajaran berdasarkan mencari nilai rata-rata dan presentase dari
refleksi mengenai hasil dari tindakan-tindakan hasil belajar maupun keaktifan belajar
pada siklus sebelumnya. Dalam setiap siklus peserta didik, sebagaimana rumus :

6
Indikator peningkatan hasil belajar dan pembelajaran diperoleh dari rata-rata nilai dan
keaktifan siswa pada tiap pertemuan. Hasil data observasi ini dianalisis dengan mengacu pada
kriteria sebagai berikut :
Tabel 1. Kriteria Peningkatan Hasil Belajar
Presentase (100%) Kriteria
85 – 100 Sangat Tinggi
70 – 84 Tinggi
55 – 69 Cukup Tinggi
40 – 54 Kurang
0 – 39 % Sangat Kurang
Marno (2008 : 7)

4. HASIL PENELITIAN sekitar 24 siwa. Dari hasil pretest tersebut


4.1. Pra-siklus tampak bahwa hasil belajar dan keaktifan
Hasil observasi Pra-siklus didapatkan data dalam proses belajar siswa masih berada
keaktifan peserta didik hanya sekitar 50 % dalam kategori masih rendah. Kondisi
dengan kriteria kurang, dan ini masih sangat demikian, melatar belakangi untuk
jauh dari indikator keberhasilan keaktifan dilaksanakannya Penelitian Tindak Kelas
belajar siswa. Keaktifan belajar siswa dapat mengenai upaya Meningkatkan Hasil Belajar
dikatakan memenuhi atau tinggi, jika sudah Fiqih Melalui Penerapan Metode Pembelajaran
mencapai indikator keberhasilan yang sudah Demonstrasi Siswa Kelas VII-3 MTsN 2
ditetapkan yaitu 70 % (Marno, 2008: 73). Kendari. Data hasil observasi mengenai
Hasil prestest terdapat nilai rata-rata keaktifan peserta didik dalam belajar Fiqih
sebesar 57,55 dengan ketuntasan klasikal yaitu siswa Kelas VII-3 MTsN 2 Kendari ditampilkan
36,84 % atau sekitar 14 siswa, sedangkan melalui Tabel 2:
siswa yang belum tuntas adalah 63,16 % atau

Tabel 2. Nilai keaktifan belajar siswa tahap Pra-siklus


Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4
1. Siswa datang tepat waktu saat pelajaran dimulai 4
2. Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru 2
3. Siswa mencatat hal penting dari penjelasan guru 2

7
Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4
4. Siswa aktif menyatakan pendapat dan bertanya 2
5. Siswa aktif memberi jawaban pertanyaan guru 2
6. Siswa memperhatikan dengan baik contoh gerakan- 1
gerakan shalat dan hal-hal lain yang diperagakan
sesuai dengan materi
7. Siswa aktif menanyakan penjelasan guru yang 1
belum dimengerti
8. Siswa mampu memperagakan atau mencotohkan 1
gerakan-gerakan shalat atau sesuatu yang telah
dicontohkan oleh guru sebelumnya.
9. Keaktifan siswa mengumpulkan hasil pekerjaan 2
10. Siswa pernah menjadi tutor sebaya 2
11. Siswa aktif menyelesaikan soal-soal remidi 3
12. Siswa aktif menyelesaikan tugas pengayaan 2
13. Siswa aktif dalam menarik kesimpulan tentang 2
pentingnya materi pelajaran yang telah diberikan
Jumlah 3 1 3 4
6
Jumlah Total 26
Skor Maksimal 52
Sumber : Data primer, diolah April (2016)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilihat hasil tersebut, keaktifan rata-rata siswa perlu
dari indikator kesiapan dan keaktifan siswa ditingkatkan.
dalam proses pembelajaran Fiqih pada tahap Berdasarkan hasil observasi Pada tahap
Pra-siklus dapat diketahui keaktifan siswa Pra-siklus ketuntasan hasil belajar siswa
dalam proses pembelajaran sebelum digambarkan melalui Gambar 1 berikut
diterapkan teknik Demonstrasi yaitu 50 %. Dari
:

Gambar 1. Hasil ketuntasan belajar Pra-siklus


Jika ditampilkan melalui Tabel, maka diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 3. Hasil ketuntasan belajar siswa tahap Pra-siklus


Ketuntasan (%)
Nilai Rata-Rata
Tuntas Belum Tuntas
57,55 36,84 (14 siswa) 63,18 (24 siswa)

8
Berdasarkan data pada Tabel 3, maka lebih jelasnya disajikan dalam bentuk Grafik pada
Gambar 2 sebagai berikut :

Gambar 2. Ketuntasan belajar siswa tahap Pra-siklus

Berdasarkan Gambar 1 dan 2, nilai rata- secara spontan yang menyebabkan siswa tidak
rata siswa yang diperoleh hanya sekitar 57,18, dapat menerima dan menjawab pertanyaan
dengan ketuntasan klasikal hanya sekitar 36,84 dari guru, dan dapat dikatakan bahwa proses
% (14 siswa), sedangkan siswa yang belum pembelajaran siswa masih bergantung kepada
tuntas secara klasikal mencapai 63,16 % (24 guru.
siswa). Hal ini dapat dikatakan bahwa 4.2. Analisis Hasil Belajar Siklus I
ketuntasan hasil belajar siswa pada tahapan Berdasarkan hasil observasi keaktifan
Pra-siklus masih di bawah indikator peserta didik pada siklus I ini, nampak terlihat
keberhasilan yang telah ditentukan oleh peningkatan keaktifan siswa dalam mengikuti
sekolah yaitu 70 % dengan KKM 73. Hal ini kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari
terjadi karena pada tahap Pra-siklus, peserta presentase keaktifan siswa rata-rata mencapai
didik belum terlibat aktif dalam proses 76,92 %, (Terlampir) dan lebih meningkat
pembelajaran seperti penerimaan teori, dibanding dengan keaktifan siswa pada
kegiatan memperagakan shalat menggunakan tahapan Pra-siklus (50 %), dan pada tahapan
media atau praktek serta diskusi kelompok, ini, mekanisme peragaan shalat masih
yang diduga disebabkan oleh kurangnya dicontohkan oleh guru tanpa disertai media
motivasi dari guru, cara mengajar yang Gambar atau Poster. Berdasarkan hasil tes
dilakukan secara pasif, guru hanya akhir siklus I, maka nilai tes akhir ditunjukkan
menggunakan metode ceramah, pemberian pada Gambar berikut
materi secara teoritis, siswa dituntut untuk lebih
banyak menghafal, dan sistem tanya jawab

9
Gambar 3. Hasil tes tertulis siswa siklus I
Berdasarkan Gambar 3, jika
ditampilkan dalam bentuk Tabel, maka
diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4. Hasil ketuntasan belajar siswa tahap Siklus I


Ketuntasan (%)
Nilai Rata-Rata
Tuntas Belum Tuntas
76,05 73,68 (28 siswa) 26,32 (10 siswa)
Berdasarkan data pada Tabel 5, maka lebih jelasnya disajikan dalam bentuk grafik pada
Gambar 4 sebagai berikut :

Gambar 4. Ketuntasan belajar siswa siklus I


Peningkatan hasil belajar pada siklus I,
Berdasarkan Gambar 3 dan 4 di atas, dipengaruhi oleh adannya meningkatnya
memperlihatkan peningkatan hasil belajar motivasi belajar siswa yang ditandai dengan
siswa dari tahapan Pra-siklus. Berdasarkan keaktifan siswa mengajukan pertanyaan pada
hasil tes pada siklus I ini, nilai rata-rata kelas materi yang belum dimengerti, siswa
telah mencapai 76,05, dan dengan perolehan memperhatikan dengan seksama penjelasan
hasil tersebut, maka dapat dikatakan bahwa guru baik dalam bentuk teoritis atau hal-hal
pada tahapan ini, hasil belajar siswa menjadi yang diperagakan, siswa menulis hal-hal
meningkat. Indikator lain dapat diketahui dari penting yang dijelaskan oleh guru, kemudian
presentase ketuntasan belajar, dimana siswa mulai timbul kepercayaan diri dalam aksi
presentase nilai siswa yang dianggap belum memperagakan gerakan-gerakan shalat
tuntas hanya sekitar 26,32 % (10 siswa), dan Jamak, Qashar, Jamak Qashar dan shalat
yang tuntas secara klasikal telah mencapai dalam Keadaan Darurat, serta mulai
73,68 % (28 siswa) dengan kriteria sudah memahami bagaimana ketentuan-ketentuan
memenuhi presentase ketuntasan klasikal dalam pelaksanaannya.
(70%) dengan KKM yang telah ditentukan (73). Mansyur (2000: 114), menyatakan bahwa
model pembelajaran Demonstrasi dapat
10
merangsang siswa lebih aktif dalam mengikuti Demonstrasi sebagai upaya meningkatkan
proses pembelajaran, dapat memusatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih
perhatian siswa dan menambah pengalaman materi shalat Jamak, Qashar, Jamak Qashar
anak didik serta membantu siswa untuk dan shalat dalam Keadaan Darurat secara
mengingat lebih lama tentang materi berkelanjutan.
pembelajaran yang disampaikan karena siswa
tidak hanya mendengar tetapi juga melihat 4.3. Analisis Hasil Belajar Siklus II
bahkan mempraktekannya secara langsung. Tindakan-tindakan yang telah dirumuskan
Meksipun demikian, tahapan siklus I pada siklus I diatas akan diterapkan dan
belum dapat dikatakan sempurnah, dan dikembangkan pada siklus II ini, adapun hasil
membutuhkan lanjutan untuk tahapan observasi pada siklus II presentase keaktifan
selanjutnya yaitu Siklus II. Hal ini disebabkan peserta didik telah mencapai 90,38 % lebih
oleh masih terdapatnya sejumlah siswa tinggi dari pada siklus I yang sudah mencapai
sekitar 26,32 % atau sekitar 10 siswa yang 76,92 % (Terlampir). Pada pembelajaran siklus
nilainya masih di bawah KKM, sehingga perlu II hasil belajar peserta didik yang diperoleh juga
dilakukan tahapan selanjutnya yaitu siklus II mengalami peningkatan bila dibandingkan
dengan tujuan untuk meningkatkan hasil dengan hasil ketuntasan belajar pada siklus I.
belajar siswa kelas VII-3 MTsN 2 Kendari, Hasil evaluasi berdasarkan hasil tes akhir siklus
serta sebagai sarana untuk menguji II yang diperoleh, maka nilai tes akhir siklus II
ketepatan metode pembelajaran tipe ditampilkan pada Gambar berikut

Gambar 5. Ketuntasan belajar siswa siklus II

Berdasarkan Gambar di atas, maka hasil belajar peserta didik di Kelas VII-3 MTsN
dapat disimpulkan bahwa hasil ketuntasan 2 Kendari, dan untuk lebih jelasnya lagi
belajar siswa pada siklus II ini telah ditampilkan melalui Tabel 9 sebagai berikut :
memenuhi standar atau kriteria ketuntasan

Tabel 5. Hasil ketuntasan belajar siswa tahapan Siklus II


Ketuntasan (%)
Nilai Rata-Rata
Tuntas Belum Tuntas
85,26 92,11 (35 siswa) 7,89 (3 siswa)

Dari Tabel tersebut, maka dapat digambarkan tuntasan hasil belajar siswa di Kelas VII-3
Grafik perbandingan ketuntasan dan ketidak MTsN 2 Kendari, sebagai berikut

11
Gambar 6. Ketuntasan belajar siswa siklus II

Berdasarkan Tabel 5, serta pada shalat tersebut. Guru memberikan penjelasan


Gambar 7 dan 8, nilai rata-rata kelas pada bahwa ke empat jenis shalat tersebut juga
siklus II meningkat menjadi 85,21 dari nilai memberikan gambaran kepada kita semua
76,32 pada tahapan siklus I. Presentase siswa bahwa Agama Islam merupakan Agama Allah
yang sudah tuntas belajar pada tahapan siklus yang dimudahkan terutama berkaitan dengan
ini telah mencapai perkembangan yang cukup ibadah kita sehari-hari. Kapanpun, dimanapun
signifikan yaitu ketuntasan klasikal mencapai dan dalam kondisi apapun, kita selalu diberi
92,11 % (35 siswa), sedangkan presentase jalan untuk dimudahkan dalam melaksanakan
siswa yang belum tuntas belajar hanya sekitar ibadah seperti shalat lima waktu. Oleh karena
7,89 % (3 siswa). Oleh karena itu, hasil belajar itu, dapat disimpulkan bahwa penerapan
siswa pada siklus II dapat dikatakan telah metode pembelajaran menggunakan teknik
mencapai batas ketuntasan yang sudah Demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar
ditetapkan oleh sekolah yaitu 70 % dengan siswa pada mata pelajaran ilmu Fiqih secara
KKM 73. Hal ini disebabkan karena pada siklus berkelanjutan.
II selama proses pembelajaran, siswa memiliki
partisipasi yang cukup tinggi serta keaktifan 4.4. Analisis Hasil Penelitian
dan kesungguhan belajar untuk mengetahui Data nilai siswa pada semua tahapan baik
ketentuan dan tata cara pelaksanaan serta tahapan Pra-siklus, Siklus I dan Siklus II,
proses memperagakan/praktek shalat Jamak, ditampilkan pada Tabel 3, sebagai berikut :
Qashar, Jamak Qashar dan shalat dalam
Keadaan Darurat serta hikmah pelaksanaan

Tabel 6. Perbandingan hasil belajar siswa antar siklus


Ketuntasan (%)
Tahapan Nilai Rata-Rata
Tuntas Belum Tuntas
Pra-siklus 57,55 36,84 (14 siswa) 63,16 (24 siswa)
Siklus I 76,05 73,68 (28 siswa) 26,32 (10 siswa)
Siklus II 85,21 92,11 (35 siswa) 7,89 (3 siswa)
12
Sumber : Data primer, diolah April (2016)

Berdasarkan data Tabel 6, mengenai perbandingan hasil belajar antar siklus, kemudian
untuk lebih jelasnya ditampilkan melalui Gambar 7 dan 8.

Gambar 7. Nilai hasil belajar siswa antar siklus

Gambar 8. Perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa antar siklus

Dari hasil analisis nilai dan ketuntasan hasil cukup maksimal yaitu 85,21. Sedangkan untuk
belajar siswa yang ditunjukkan pada Gambar 9 presentase ketuntasan klasikal, secara
dan 10, memperlihatkan peningkatan nilai dan berturut-turut adalah 36,84% (14 siswa),
presentase ketuntasan belajar peserta didik 73,68% (28 siswa) dan 92,11% (35 siswa).
pada semua tahapan atau siklus. Dari data Siklus I dan siklus II, ketuntasan hasil belajar
hasil observasi dan test yang dilakukan pada dianggap sudah mencapai indikator
semua tahapan, maka secara berturut-turut keberhasilan yang telah ditentukan oleh
nilai rata-rata kelas untuk Pra-siklus adalah sekolah yaitu 70 % dengan KKM 73. Oleh
57,55, siklus I adalah 76,05, dan siklus II karena itu, dalam pelaksanaan pembelajaran
mengalami peningkatan sampai pada nilai yang Ilmu Fiqih materi Jamak, Qashar, Jamak
13
Qashar dan shalat dalam Keadaan Darurat Kemudian ketuntasan klasikal Pra-siklus hanya
menggunakan metode pembelajaran sekitar 36,84 % dan nilai rata-rata 57,55,
Demonstrasi, menunjukkan adannya meningkat menjadi 73,68% pada siklus I
peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata 76,05, dan pada siklus II
Kelas VII-3 MTsN 2 Kendari. mampu mencapai ketuntasan klasikal sekitar
Penggunaan model pembelajaran metode 92,11% dengan peningkatan nilai rata-rata
Demonstrasi, dapat menumbuhkan 85,21.
pemahaman secara berkelanjutan pada materi
pembelajaran yang diberikan kepada peserta 5.2. Saran
didik. Hal tersebut disebabkan karena dalam Berdasarkan hasil penelitian dan
metode Demonstrasi ini, siswa diberi penarikan kesimpulan, maka peneliti
penjelasan secara teori dan diikuti dengan merekomendasikan beberapa saran sebagai
praktek secara langsung di kelas. Oleh karena berikut :
itu, dapat disimpulkan bahwa teknik 1. Diharapkan kepada tenaga pendidik di
pembelajaran Demonstrasi mampu sekolah untuk mencoba menerapkan model
meningkatkan keaktifan belajar siswa dan hasil pembelajaran dengan menggunakan
belajar siswa Kelas VII-3 MTsN 2 Kendari. metode Demonstrasi.
5. KESIMPULAN DAN SARAN 2. Sebelum pelaksanaan pembelajaran
dengan metode Demonstrasi, guru telah
5.1. Kesimpulan merencanakan dengan baik persiapan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah terutama RPP dan media pembelajaran
dilaksanakan pada siklus I dan siklus II, maka yang akan digunakan sesuai dengan
dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kondisi lingkungan kelas.
dengan teknik Demonstrasi, mampu 3. Diperlukan penelitian lanjutan untuk
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa mengkaji bagaimana penerapan Metode
pada mata pelajaran Fiqih Materi shalat Jamak, Pembelajaran dengan menggunakan teknik
Qashar, Jamak Qashar dan shalat dalam Demonstrasi terhadap topik atau materi
Keadaan Darurat di kelas VII-3 MTsN 2 lainnya yang berhubungan dalam
Kendari, yang ditandai dengan peningkatan peningkatan hasil belajar Fiqih dan Ilmu
keaktifan siswa pada tahap Pra-siklus yang Pendidikan Agama Islam lainnya.
hanya sekitar 50 % (kriteria kurang), siklus I
mencapai 76,92% (cukup tinggi), dan pada
siklus II telah mencapai 90,38% (sangat tinggi).

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, 2009. Metode dan Teknik Pembelajaran Agama
Islam, Refika Aditama, Bandung.

Arikunto Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono, 2009. Belajar dan Pembelajaran, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2010. Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Fathul Jannah, 2013. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional. Jurnal Dinamika Ilmu.
13(2) : 161.

Hamalik Oemar, 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Bumi Aksara,
Jakarta.

Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, 2007. Fiqh Madzhab Syafi’i Buku 1: Ibadah, Pustaka Setia,
Bandung.

14
Mansyur, H., 2000. Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar Modul 1-6. Dirjen Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, Depatemen Agama. Jakarta.

Muhaimin, 2002. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di
Sekolah, PT.Remaja Rosda Karya, Bandung.

Muhammad Ali, 2000. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, Angkasa, Bandung.

Musthafa Kamal, 2002. Fiqih Islam, Citra Karsa Mandiri, Yogyakarta.

Nana Sudjana 2010. Dasar-dasar Proses Belajar, Sinar Baru, Bandung.

Nazarudin, 2007. Manajemen Pembelajaran, Teras, Yogyakarta.

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar Kompetensi
Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab di Madrasah.

Purwanto, 2010. Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Roestiyah NK., 2001. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta,

Sanjaya, W., 2006. Strategi Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Sudirman, N., 1991. Prinsip – Prinsip Pengelolaan Sumber Belajar, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Sungkono, 2003. Pengembangan dan Pemanfaatan Bahan Ajar Modul dalam Proses
Pembelajaran. FIP UNY, Yogyakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas. Citra Umbara,
Bandung.

Wahbah az-Zuhaili, 2010. Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Gema Insani, Depok.

Wina Sanjaya, 2008. Strategi Pembelajaran, Pernada Media Group, Jakarta.

Zurinal, Z. & Aminuddin. 2008. Fiqih Ibadah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah.

15

Anda mungkin juga menyukai