Anda di halaman 1dari 37

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN FIKIH MATERI

POKOK HAJI MELALUI PENERAPAN METODE GALLERY WALK DAN


DEMONSTRASI BAGI SISWA KELAS X PEMINATAN MATEMATIKA
DAN IPA MA. MUHAMMADIYAH LIMBUNG KABUPATEN GOWA

Oleh:
NURUL FADHILAH

FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
PENDIDIKAN PROFESI GURU 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1
Pendidikan juga berfungsi sebagai suatu proses untuk mendewasakan
manusia, atau dengan kata lain pendidikan merupakan suatu upaya untuk
memanusiakan manusia. Dalam mendewasakan ini tentunya melalui beberapa
proses dalam pembelajaran. Proses pembelajaran tidak membutuhkan waktu
yang singkat tetapi melalui beberapa tahapan. Dalam proses pembelajaran
tersebut dapat mengubah manusia dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak baik
menjadi baik, sebagaimana pendidikan pada umumnya, jadi pendidikan
merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Proses
belajar mengajar merupakan kegiatan interaksi antara guru dan siswa serta
komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan belajar.
Dalam mencapai tujuan pembelajaran dibutuhkan peran seorang guru
yang profesional agar materi yang disampaikan dapat diserap siswa. Adapun
langkah-langkah yang diambil oleh seorang guru agar dapat mencapai tujuan
kegiatan pembelajaran salah satunya adalah penggunaan metode mengajar.
“Metode mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan
hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”.2 Metode juga
merupakan seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik

1
Tim Redaksi, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional 2003 (UU RI NO.20 TH.
2003), ( Jakarta: Sinar Grafika, 2003 ), hlm. 2.
2
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1989 ), hlm. 76.

1
yang lebih signifikan dibanding dengan materi sendiri. Realita proses belajar
mengajar menunjukkan bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih
disenangi peserta didik meskipun sebenarnya materi yang disampaikan tidak
terlalu menarik. Sebaliknya, materi yang cukup baik karena disampaikan
dengan cara yang kurang menarik maka materi itu sendiri kurang dapat
diserap oleh peserta didik. Oleh karena itu penerapan metode yang tepat
sangat mempengaruhi pencapaian keberhasilan dalam proses mengajar.
Dalam memilih metode yang digunakan dalam proses belajar
mengajar, seorang guru perlu mempunyai alasan yang kuat dan faktor-faktor
yang mendukung pemilihan metode tersebut. Melihat pada hakekatnya metode
adalah penerapan prinsip-prinsip psikologi dan prinsip-prinsip pendidikan
bagi perkembangan peserta didik.3
Sebelum penelitian tindakan, bahwa metode yang digunakan guru di
kelas X MA. Muhammadiyah Limbung pada mata pelajaran fikih masih
menggunakan metode ceramah, siswa menunjukkan sikap yang kurang aktif
dan cenderung pasif dalam mengikuti pelajaran. Hal ini dapat dilihat pada saat
proses pembelajaran itu berlangsung. Selama proses pembelajaran,
beberapa dari siswa tersebut tidak memperhatikan penjelasan materi yang
diberikan guru dan ada juga yang mengobrol dengan teman bahkan ada yang
mengerjakan tugas mata pelajaran lain. Sehingga siswa tidak berperan
aktif dalam mengikuti pelajaran. Oleh karena itu guru mencoba mencari
alternatif metode yang dapat digunakan untuk menyampaikan suatu materi
dalam pelajaran fikih yaitu materi Haji.
Setiap ibadah dalam Islam, pelaksanaannya harus berdasarkan nash
hukum yang tegas baik dari Al-Qur’an maupun as-Sunnah. Haji adalah salah
satu rukun Islam setelah syahadatain, shalat, zakat, dan puasa.

3
Nana Syaodah Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, ( Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2000 ), hlm.196-197.

2
Pada mata pelajaran fikih yang mengajarkan keterampilan dalam
melaksanakan praktik ajaran agama sangat diperlukan metode yang
komunikatif, mengingat secara paedagogis agama Islam yang diajarkan bukan
hanya untuk dihafal guna menjadi ilmu pengetahuan atau kognitif, tetapi
untuk dihayati (afektif) dan diamalkan (psikomotorik).6 Dan ranah
psikomotorik sendiri merupakan perwujudan dari ranah kognitif dan ranah
afektif yang dikuasai siswa sehingga kedua unsur di atas mempengaruhi
pembentukan ranah psikomotorik yang akan dikuasai siswa.
Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dan untuk
mempermudah pemahaman pembelajaran fikih materi pokok Haji, maka
diperlukan cara yang tepat agar siswa lebih mudah memahami materi Haji.
Kaitannya dengan penelitian ini, peneliti menggunakan metode gallery walk
dan demonstrasi sebagai metode pembelajaran dalam peningkatan prestasi
belajar siswa dalam pembelajaran fikih, khususnya materi pokok Haji.
Metode gallery walk dan demonstrasi merupakan salah satu metode
pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar fikih.
Dengan metode gallery walk dan demonstrasi, siswa akan dapat terlibat secara
aktif selama proses belajar mengajar berlangsung. Dengan metode gallery
walk dan demonstrasi diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
pada pelajaran fikih materi pokok Haji.
Memperhatikan hal-hal tersebut di atas, mendorong penulis untuk
meneliti tentang prestasi belajar fikih melalui penerapan metode gallery walk
dan demonstrasi di MI Weleri Kendal.
Dengan pertimbangan tersebut penulis mengambil judul :
“Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Fikih Materi Pokok Haji
Melalui Penerapan Metode Gallery Walk dan Demonstrasi Bagi Siswa
Kelas X Matematika dan IPA MA. Muhammadiyah Kabupaten Gowa.

3
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah dan beberapa pokok pikiran di
atas, maka permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini adalah :
1. Bagaimana metode gallery walk dan demonstrasi pada pembelajaran fikih
meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas X Peminatan Matematika dan
IPA MA. Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa ?
2. Bagaimana metode gallery walk dan demonstrasi pada pembelajaran fikih
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Peminatan Matematika dan
IPA MA. Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan penelitian
a. Untuk menemukan format skenario pembelajaran fikih dengan
penerapan metode gallery walk dan demonstrasi sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar siswa pada
pembelajaran fikih dengan penerapan metode gallery walk dan
demonstrasi di kelas X Peminatan Matematika dan IPA MA.
Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa.

2. Manfaat
a. Secara teoritis
1) Dengan penelitian ini, penulis dapat mengetahui konsep
penerapan metode gallery walk dan demonstrasi dalam
pembelajaran fikih kelas X Peminatan Matematika dan IPA
MA. Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa.
2) Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan
yang bernilai ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya di lembaga pendidikan tersebut.
b. Secara praktis
1) Penerapan metode gallery walk dan demonstrasi dapat
memberikan nuansa baru bagi siswa untuk dapat meningkatkan
prestasi belajar pada kelas X Peminatan Matematika dan IPA
MA. Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa.

4
2) Bagi guru, diperolehnya suatu variasi pembelajaran yang sesuai
dengan tuntunan kurikulum.
3) Bagi siswa, menumbuhkan keaktifan, kemampuan
bekerjasama, kemampuan untuk bertindak, berkomunikasi,
serta suasana pembelajaran yang menyenangkan.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, atau dalam
bahasa Inggris sering disebut Classroom Action Reseach, yaitu penelitian
yang dilakukan oleh guru di kelas dengan penekanan pada peningkatan
kualitas maupun praktek dalam proses pembelajaran.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 60 hari dan
bertempat di kelas X Peminatan Matematika dan IPA MA. Muhammadiyah
Limbung Kabupaten Gowa.
3. Subyek Penelitian
a. Siswa kelas X Peminatan Matematika dan IPA MA. Muhammadiyah
Limbung Kabupaten Gowa
b. Peneliti sebagai pengamat sekaligus guru di dalam melakukan
pembelajaran fikih dengan metode gallery walk dan demonstrasi.
4. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini dipilih model spiral dari Kemis
dan Taggart yang terdiri dari beberapa siklus tindakan dalam pembelajaran
berdasarkan refleksi mengenai hasil dari tindakan-tindakan dari siklus
sebelumnya. Dimana setiap siklus tersebut terdiri dari 4 tahapan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi), dan
refleksi.

5
5. Metode Pengumpulan Data

Dalam hal ini, peneliti menggunakan beberapa metode untuk


menggali informasi yang dibutuhkan. Metode yang dipakai oleh peneliti
untuk mendapatkan informasi tersebut antara lain :

a. Metode Observasi

Yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematis


fenomena-fenomena yang diselidiki. 14 Sebagai metode ilmiah,
observasi dapat diartikan sebagai pengamatan yang meliputi
pemusatan perhatian terhadap subjek dengan menggunakan seluruh
alat inderanya.

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang


berkaitan dengan situasi proses pembelajaran fiqih kelas X Peminatan
Matematika dan IPA MA. Muhammadiyah Limbung Kabupaten
Gowa.

b. Tes

Tes menurut Sumadi Suryabrata sebagaimana dikutip oleh


Chabib Thoha adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan

atau perintah-perintah yang harus dijalankan, yang mendasarkan


harus bagaimana testee menjawab pertanyaan-pertanyaan atau
melakukan perintah-perintah itu, penyelidik menngambil kesimpulan
dengan cara membandingkan dengan standar atau testee lainnya. 15

Metode tes digunakan untuk mendapatkan hasil belajar


peserta didik yang telah melakukan pembelajaran fikih melalui
metode gallery walk dan demonstrasi sebagai evaluasi setelah proses
pembelajaran berlangsung.

13
Rochiati Wiratmaja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), hlm.66.
14
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, ( Yogyakarta, Andi Offet, 2004), Jil.2, hlm. 130

6
c. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah salah satu metode yang


digunakan untuk mencari data-data otentik yang bersifat
dokumentasi, baik itu berupa catatan harian,memori, atau catatan
penting lainnya.

Metode dokumentasi ini digunakan peneliti untuk


mengetahui dan mendapatkan daftar nama peserta didik yang
menjadi sampel penelitian tindakan kelas.

6. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan


mengurutkan data ke dalam pola kategori dan satuan uraian dasar,
sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan ide yang disarankan
oleh data.

Data yang diperoleh dari penelitian baik melalui pengamatan, tes,


atau dengan menggunsksn metode yang lain kemudian diolah dengan
analisis data deskriptif untuk menggambarkan keberhasilan pembelajaran
fikih pada pokok bahasan materi Haji dengan penerapan metode gallery
walk dan demonstrasi.

Adapun teknik pengumpulan data yang terbentuk kuantitatif berupa


data-data yang disajikan berdasarkan angka-angka maka analisis yang
digunakan yaitu prosentase dengan rumus sebagai berikut :

Skor yang dicapai


Nilai = X 100 %
Skor maksimal

15
Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
hlm. 43.

7
Menurut Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) di
MAMuhammadiyah Limbung untuk ketuntasan belajar jika
seorang siswa mendapatkan skor ≥ 65 maka di katagorikan sebagai
siswa yang telah tuntas secara individual. Mendiknas mengemukakan
bahwa ketuntasan belajar secara klasikal apabila dikelas tersebut terdapat ≥
85% dari jumlah siswa tuntas secara individual.38 Data hasil belajar
diperoleh dari tes akhir yang berupa soal pilihan ganda yang berjumlah
10 soal yang dibagikan pada tiap pertemuan. Data hasil belajar yang
diperoleh mash berupa data mentah yang harus dianalisis. Analisis data ini
dilakukan dengan menggunakan rumus presentase yaitu :
a. Ketuntasan Individu

P= x 100%

Keterangan :

P= persentase

F= Frekuensi

N=Jumlah siswa

b. Ketuntasan Klasikal40

P= x 100%

Keterangan :

P= Presentasi

F= Frekuensi

N=Jumlah Siswa

8
Tabel 3.1 : Kriteria Hasil Belajar Siswa

No Persentase Hasil Belajar Siswa

1 90-100 Sangat Tinggi

2 80-89 Tinggi

3 65-79 Sedang

4 0-54 Sangat Rendah

Pada penelitian ini, suatu kelas dikatakan tuntas jika dalam kelas

tersebut terdapat ≥ 85 % siswa telah mencapai nilai ketuntasan 75. Nilai

75 adalah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang di tetapkan

pada mata pelajaran Fiqh materi Makanan dan Minuman yang Halal.

F. Hipotesis Tindakan
Hipotesis ialah “dugaan yang mungkin benar dan mungkin salah, akan
ditolak jika salah atau palsu dan akan diterima jika fakta-fakta itu
membenarkan.”16
Jadi hipotesis ialah “merupakan suatu pernyataan sementara yang
diajukan untuk memecahkan suatu masalah, atau untuk menerangkan suatu
gejala.”17
Adapun hipotesis yang penulis ajukan ialah ada peningkatan prestasi
belajar fikih materi pokok Haji melalui penerapan metode gallery walk dan
demonstrasi bagi siswa kelas X Peminatan Matematika dan IPA MA.
Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa.

9
BAB II
PEMBELAJARAN FIKIH DAN METODE GALLERY WALK
SERTA DEMONSTRASI

A. Pembelajaran Fikih
1. Pengertian Pembelajaran Fikih
Dalam menjabarkan pengertian pembelajaran fikih, penulis akan
menguraikan sesuai dengan susunan kata yang membentuknya yaitu
“pembelajaran” dan “fikih”.
E. Mulyasa mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan
proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya yang bertujuan
untuk menghasilkan perubahan perilaku. Dalam interaksi tersebut sangat
dipengaruhi oleh faktor internal yang datang dari individu maupun faktor
eksternal yang datang dari lingkungan. 1
Sementara itu, dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
tahun 2003 Bab I pasal 1 dijelaskan bahwa “pembelajaran merupakan
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar.”2
Beralih ke pengertian “fikih”, secara bahasa mempunyai arti “tahu”
atau “paham”.3 Sebagaimana firman Allah SWT yang disebutkan dalam
Al-Qur’an surah at-Taubah/9 :87

“Mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak berperang, dan


hati mereka telah dikunci mati Maka mereka tidak mengetahui
(kebahagiaan beriman dan berjihad).” (QS.at Taubah/9: 87). 4

1
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep Karakteristik dan Implementasi,
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), hlm. 100.
2
Tim Redaksi, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional 2003 (UU RI NO.20 TH.
2003), ( Jakarta: Sinar Grafika, 2003 ), hlm. 4
3
TM. Hasbi ash Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fikih, (Semarang : Pustaka Rizki Putra,
1997), hlm.15

10
Adapun pengertian fikih menurut istilah ada beberapa pendapat
sebagai berikut :
a. Ibnu Subki dari kalangan Syafi’iyah mendefinisikan fikih sebagai
berikut:

“Ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliyah yang digali


dan ditemukan dari dalil-dalil yang tafsili.” 5

b. Abdul Wahhab Khalaf memberi pengertian fikih sebagai hukum-


hukum syara’ yang bersifat praktis yang bersumber dari dalil-dalil
yang rinci.6
c. A. Syafii Karim menjelaskan fikih sebagai suatu ilmu yang
mempelajari syariat Islam yang bersifat amaliah (perbuatan) diperoleh
dari dalil-dalil hukum yang terinci dari ilmu tersebut.7
Meskipun terdapat perbedaan dalam konteks redaksi, namun secara
substansi, ketiga pendapat di atas berujung pada satu pengertian tentang
fikih yaitu sebagai ilmu yang mempelajari syariat Islam baik dalam
konteks asal hukum maupun praktek dari syariat Islam itu sendiri.
Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian pembelajaran dan
fikih di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran fikih adalah
proses interaksi antara guru dan siswa yang bertujuan untuk
mengembangkan kreatifitas berfikir siswa dalam bidang syariat Islam, baik
dalam konteks asal hukumnya maupun praktiknya sehingga siswa mampu
menguasai materi tersebut.

4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, ( Semarang : PT Tanjung Mas Inti,
1992 ) hlm.294
5
Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, ( Bogor: Kencana, 2003), hlm. 5
6
Ahmad Rofiq, Hukum-hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2002), hlm. 5
7
A. Syafii Karim, Fiqih – Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11

11
2. Tujuan Pembelajaran Fikih
Pembelajaran fiqih diarahkan untuk mengantarkan peserta didik
agar dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara
pelaksanaannya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga
menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syariat Islam kaffah
(sempurna).
Adapun pembelajaran fikih di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk
membekali peserta didik agar dapat :
a. Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam yang
baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk
dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.
b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar
dan baik sebagai perwujudan dari ketaatan dan menjalankan ajaran
agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT,
dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia dan makhluk lainnya
maupun hubungan dengan lingkungannya.8

3. Fungsi Pembelajaran Fikih


Pada dasarnya pembelajaran fikih memiliki fungsi-fungsi sebagai
berikut :
a. Menanamkan nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada
Allah SWT, sebagai pedoman untuk mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat.
b. Membiasakan pengamalan terhadap hukum Islam pada peserta didik
dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku
di madrasah dan masyarakat.
c. Membentuk kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial di madrasah
dan masyarakat.

8
Peraturan Menteri Agama RI No.2 Tahun 2008, tentang Standar Kompetensi Lulusan
dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab , Bab VII

13
d. Meneguhkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta
menanamkan akhlak peserta didik seoptimal mungkin.
e. Membangun mental peserta didik dalam menyesuaikan diri dalam
lingkungan fisik dan sosialnya.
f. Memperbaiki kesalahan-kesalahan dan kelemahan-kelemahan peserta
didik dalam pelaksanaan ibadah dan muamalah dalam kehidupan
sehari-hari.
g. Membekali peserta didik akan bidang fikih atau hukum Islam untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

4. Ruang Lingkup Fikih


Ruang lingkup mata pelajaran fikih di Madrasah Ibtidaiyah
meliputi:
a. Fikih ibadah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman tentang
cara pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik, seperti: tata cara
taharah, salat, puasa, zakat, dan ibadah haji.
b. Fikih muamalah, yang menyangkut pengenalan dan pemahaman
mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan
haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam
meminjam.9

5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Fikih Kelas V


Standar Kompetensi mata pelajaran fikih berisi sekumpulan
kemampuan yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh mapel
fikih di Madrasah Ibtidaiyah. Kemampuan ini berorientasi kepada perilaku
afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam
rangka memperkuat keimanan, ketakwaan dan ibadah kepada Allah SWT.

9
Peraturan Menteri Agama RI No.2 Tahun 2008, tentang Standar Kompetensi Lulusan
dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab , Bab VII

14
Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar fikih kelas V
yaitu:10
Kelas V, Semester I
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Mengenal ketentuan makanan 1.1 Menjelaskan ketentuan makanan
dan minuman yang halal dan dan minuman yang halal dan
haram. haram
1.2 Menjelaskan binatang yang halal
dan haram dagingnya
1.3 Menjelaskan manfaat makanan
dan minuman halal
1.4 menjelaskan akibat makanan dan
minuman haram

Kelas V, Semester II
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
2. Mengenal ketentuan kurban 2.1 Menjelaskan ketentuan kurban
2.2 Mendemonstrasikan tata cara
kurban
3. Mengenal tata cara ibadah 3.1 Menjelaskan tata cara haji
haji 3.2 Mendemonstrasikan tata cara haji

B. Metode Gallery Walk dan Demonstrasi


1. Pengertian Metode Gallery Walk dan Demonstrasi
Secara bahasa, metode berasal dari kata metha dan hodos, “metha”
berarti melalui dan “hodos” berarti jalan atau cara. Sehingga metode dapat
diartikan sebagai suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. 11 Dalam

10
Peraturan Menteri Agama RI No.2 Tahun 2008
11
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 61.

15
Kamus Umum Bahasa Indonesia, metode berarti cara yang telah teratur
dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud (dalam ilmu
pengetahuan dan sebagainya.12
Sedangkan secara istilah, metode berarti jalan yang ditempuh oleh
seseorang supaya sampai pada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan atau
perniagaan maupun dalam kaitan ilmu pengetahuan dan lainnya. 13 Bila
dikaitkan dengan pembelajaran, dapat diambil pengertian bahwa metode
pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh yang sesuai dan
serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan
pembelajaran yang efektif dan efesien sesuai yang diharapkan. 14
Metode berkedudukan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam
kegiatan belajar mengajar, yaitu metode berfungsi sebagai alat perangsang
dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang. Agar kegiatan
belajar mengajar tidak membosankan bagi anak didik, dan guru dapat
berhasil dalam penyampaian pesan-pesan keilmuan serta anak didik tidak
dirugikan maka metode yang digunakan harus tepat dan bervariasi.
Metode juga berkedudukan sebagai strategi pengajaran. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan daya serap anak didik, sehingga guru
harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan
efisien. Yaitu dengan menguasai teknik-teknik penyajian atau yang sering
disebut dengan metode mengajar.
Antara metode dan tujuan jangan sampai bertolak belakang.
Artinya, metode harus menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. Bila
tidak, maka akan sia-sia perumusan tujuan tersebut. Jadi, guru sebaiknya
menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar,

12
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka ,
1999 ), hlm.649.
13
Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), hlm. 87.
14
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang:
RaSAIL Media Group, 2008), hlm. 8.

16
sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan
pembelajaran.15
Metode gallery walk merupakan bagian dari strategi-strategi
pembelajaran yang ada pada model pembelajaran berbasis PAIKEM
( Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan ). 16
Gallery walk ( pameran berjalan ) atau disebut juga galeri belajar
merupakan suatu cara untuk menilai dan mengingat apa yang telah siswa
pelajari.17 Metode ini adalah model pembelajaran yang kegiatannya diikuti
oleh beberapa kelompok untuk menyelesaikan tugas bersama-sama
kemudian dipamerkan sambil berjalan kepada kelompok lain.
Sedangkan metode demonstrasi menurut Syaiful Bahri Djamaroh
adalah suatu metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses
atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. 18
Sedangkan Armai Arief menjelaskan bahwa metode demonstrasi
adalah “metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk
memperjelassuatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana
berjalannya suatu proses pembentukan tertentu kepada siswa”. 19
Metode gallery walk dan demonstrasi juga merupakan metode
pembelajaran yang memberi kesempatan penuh kepada siswa untuk
mengembangkan kreatifitas mereka. Dengan tujuan siswa dapat mengikuti
pembelajaran di kelas dan menjadi siswa yang aktif baik kehadirannya,
mengungkapkan pendapatnya, menemukan hal yang baru, bukan hanya
sekedar siswa yang pasif. Pembelajaran ini juga dianggap menyenangkan
karena siswa terlibat langsung dalam materi pelajaran yang diajarkan

15
Syaiful Bahri Djamaroh dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), hlm. 75.
16
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, hlm. 73.
17
Melvin L. Silbermen, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusa
Media, 2006 ), hlm 274.
18
Syaiful Bahri Djamaroh, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2005), hlm. 239.
19
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, ( Jakarta: Ciputat Pers,
2002), hlm. 190.

17
sehingga dapat menambah pengalaman yang dapat mengembangkan
kecakapannya.

2. Tujuan Metode Gallery Walk dan Demonstrasi


Tujuan dari penerapan metode gallery walk ini adalah untuk
membangun kerja sama kelompok (cooperative learning) dan saling
memberi apresiasi dan koreksi dalam belajar.20
Adapun tujuan dari penerapan metode demonstrasi adalah
membimbing dan mengarahkan anak untuk menggunakan mata dan
telinganya secara terpadu sehingga hasil dari pengamatan kedua indera itu
dapat menambah penguasaan mata pelajaran yang diberikan.
Metode demonstrasi lebih banyak digunakan untuk memperjelas
cara mengerjakan atau kaifiyat suatu proses ibadah, misalnya berwudlu,
shalat, haji dan materi lain yang bersifat motorik. Metode ini juga sebagai
suatu wahanauntuk memberikan pengalaman belajar agar anak dapat
menguasai pelajaran lebih baik. Dalam metode ini anak dilatih untuk
menangkap unsur-unsur penting untuk proses pengamatan, sehingga
kemungkinan melakukan kesalahan sangat kecil bila terus menirukan apa
yang telah didemonstrasikan oleh guru dibandingkan jika ia melakukan hal
yang sama hanya berdasarkan penjelasan lisan oleh guru.

3. Langkah-langkah Penerapan Metode Gallery Walk dan Demonstrasi


a. Langkah-langkah penerapan metode gallery walk:
1) Peserta dibagi dalam beberapa kelompok
2) Kelompok diberi kertas plano/ flip cart
3) Tentukan topik/ tema pelajaran
4) Hasil kerja kelompok ditempel di dinding
5) Masing-masing kelompok berputar mengamati hasil kerja
kelompok lain

20
Ismail SM, Strategi, hlm. 89

18
6) Salah satu wakil kelompok menjelaskan setiap apa yang
ditanyakan oleh kelompok lain.
7) Koreksi bersama-sama
8) Klarifikasi dan penyimpulan21
b. Langkah-langkah penerapan metode demonstrasi:
1) Persiapan/ perencanaan
a) Tetapkan tujuan demonstrasi
b) Tetapkan langkah-langkah pokok demonstrasi
c) Siapkan alat-alat yang diperlukan
2) Pelaksanaan demonstrasi
a) Usahakan demonstrasi dapat diikuti, diamati oleh seluruh kelas
b) Tumbuhkan sikap kritis pada siswa sehingga terdapat tanya
jawab, dan diskusi tentang masalah yang didemonstrasikan.
c) Beri kesempatan setiap siswa untuk mencoba sehingga siswa
merasa yakin tentang kebenaran suatu proses.
d) Buatlah penilaian dari kegiatan siswa, dalam demonstrasi
tersebut.
3) Tindak lanjut demonstrasi
Setelah demonstrasi selesai, berikanlah tugas kepada siswa baik
secara tertulis maupun secara lisan. Dengan demikian kita dapat
menilai sejauh mana hasil demonstrasi dipahami siswa. 22

C. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai prestasi belajar, dalam
hal ini akan dijelaskan terlebih dahulu tentang definisi belajar. Muhibbin
Syah mengungkapkan pengertian belajar sebagai tahapan perubahan
seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

21
Ismail SM, Strategi, hlm. 89
22
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2009), hlm. 84.
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif.

19
Sedangkan menurut (Wingkel, 1987) sebagaimana dikutip oleh
Yatim Riyanto, belajar adalah suatu aktifitas mental dan psikis yang
berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat adanya
interaksi antara individu dengan individu dan antara individu dengan
lingkungan. 23
Dalam perspektif agama, belajar merupakan kewajiban bagi setiap
orang yang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam
meningkatkan derajat kehidupan mereka.
Firman Allah (QS Al Mujadalah/ 58: 11):

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-


lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
( QS. Mujadalah/ 58 : 11 ) 24

Sedangkan indikator belajar yang harus dimiliki peserta didik adalah


sebagai berikut:

a. Belajar ditandai oleh adanya perubahan pengetahuan, sikap tingkah


laku dan ketrampilan yang relatif tetap dalam diri seseorang sesuai
tujuan yang diharapkan.
b. Belajar terjadi melalui latihan dan pengalaman yang bersifat
komulatif.
c. Belajar merupakan proses aktif komulatif yang terjadi melalui mental
proses.

23
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: sebagai Referensi Bagi Guru/Pendidik
dalam Implementasi Pembelajaran yang efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2010),
24 24
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, ( Semarang : PT Tanjung Mas Inti,
1992 ) hlm.910

20
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar secara garis
besar digolongkan menjadi dua, yaitu faktor dalam dan faktor luar. 25
a. Faktor Dalam
Yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
belajar yang berasal dari siswa yang sedang belajar. Faktor dalam ini
meliputi:
1) Kondisi fisiologis
a) Kondisi fisik
b) Kondisi panca indera
2) Kondisi psikologis
a) Kecerdasan
b) Bakat
c) Minat
d) Motivasi
e) Emosi
f) Kemampuan
kognitif b. Faktor Luar
Yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
1) Faktor lingkungan
a) Lingkungan alami
b) Lingkungan sosial
2) Faktor instrumental
a) Kurikulum
b) Program
c) Sarana dan fasilitas
d) Guru/ tenaga pengajar

25
Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang,Psikologi Belajar, ( Semarang: IKIP
Semarang Press, 1990), hlm.148-155

21
3. Aspek-aspek Prestasi Belajar
Untuk membantu bagaimana merancang kurikulum yang sesuai
dengan keadaan peserta didik, apa ciri keberhasilannya, bagian-bagian
mana yang seharusnya diukur ketika pendidik ingin mengetahui
keberhasilan belajar peserta didik, Benjamin S. Bloom menawarkan
konsep taksonomi yang dikembangkan bersama dengan David R.
Krathwohl dan Simpson yang dikenal dengan taksonomi Bloom’s.
Bloom’s membagi tujuan belajar pada tiga domain, yaitu cognitive
domain, affective domain, dan psycho-motor domain. 26
a. Cognitive Domain
Tingkat/hasil
Ciri-cirinya
belajar
1. Knowledge -Jenjang belajar terendah
-Kemampuan mengingat fakta-fakta

-Kemampuan menghafalkan rumus, definisi,


prinsip, prosedur
-Dapat mendeskripsikan
2. Comprehension -Mampu menerjemahkan (pemahaman terjemah)
-Mampu menafsirkan, mendeskripsikan secara
verbal
-Mampu membuat estimasi
3. Application -Kemampuan menerapkan materi pelajaran
dalam situasi baru
-Kemampuan menetapkan prinsip atau
generalisasi pada situasi baru
-Dapat menyusun problema-problema sehingga
dapat menetapkan generalisasi
-Dapat mengenali hal-hal yang menyimpang dari
prinsip dan generalisasi
-Dapat mengenali fenomena baru dari prinsip
dan generalisasi
-Dapat meramalkan sesuatu yang akan terjadi
berdasarkan prinsip dan generalisasi-Dapat
menjelaskan alasan penggunan prinsip dan
generalisasi
4. Analysis -Dapat memisah-misahkan suatu integritas
menjadi unsur-unsur, menghubungkan
antarunsur, dan mengorganisasikan prinsip-
prinsip
-Dapat mengklasifikasikan prinsip-prinsip
-Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu
-Meramalkan kualitas/kondisi
-Mengetengahkan pola tata hubungan, atau sebab
akibat

23
-Mengenal pola dan prinsip-prinsip organisasi
materi yang dihadapi
-Meramalkan dasar sudut pandangan atau
kerangka acuan dari materi
5. Synthesis -Menyatukan unsur-unsur, atau bagian-bagian
menjadi satu keseluruhan
-Dapat menemukan hubungan yang unik
-Dapat merencanakan langkah yang konkrit
-Dapat mengabstraksikan suatu gejala, hipotesa,
hasil penelitian,dan sebagainya
6. Evaluation -Dapat menggunakan kriteria internal, dan
kriteria eksternal
-Evaluasi tentang ketetapan suatu karya/
dokumen(kriteria internal)
-Evaluasi tentang keajegan dalam memberikan
argumentasi (kriteria internal)
-Menentukan nilai/sudut pandang yang dipakai
dalam mengambil keputusan(kriteria internal)
-Membandingkan karya-karya yang relevan
(eksternal)
-Mengevaluasi suatu karya dengan kriteria
eksternal

b. Affective Domain
Tingkat/hasil
Ciri-cirinya
belajar
1. Receiving -Aktif menerima dan sensitif(tanggap) dalam
menghadapi gejala-gejala(fenomena)
-Siswa sadar tetapi sikapnya pasifterhadap
stimulus

24
-Siswa sedia menerima, pasif terhadap fenomena
tetapi sikapnya mulai aktif
-Siswa mulai selektif, artinya sudak aktif melihat
dan memilih
2. Responding -Bersedia menerima, menanggapi dan aktif
menyeleksi reaksi
-Mengikuti sugesti dan patuh
-Sedia menanggapi atau merespon
-Puas dalam menanggapi
3. Valuing -Sudah mulai menyusun/memberikan persepsi
tentang obyek/fenomena
-Menerima nilai/percaya
-Memilih nilai/seleksi nilai
-Memiliki ikatan batin(memiliki keyakinan
terhadap nilai)
4. Organization -Pemilikan sistem nilai
-Aktif mengkonsepsikan nilai dalam dirinya
-Mengorganisasikan sistem nilai (menjaga agar
nilai menjadi aktif dan stabil)
5.Characterization -Menyusun berbagai macam sistem nilai
by a value or menjadi nilai yang mapan dalam dirinya
value compleks -Predisposisi nilai (terapan dan pemilikan sistem
nilai)
-Karakteristik pribadi, atau internalisasi nilai
(nilai sudah menjadi bagian yang melekat
dalam pribadinya)

25
c. Psycho-motor Domain
Tingkat/hasil
Ciri-cirinya
belajar
1. Perception -Mengenal obyek melalui pengamatan inderawi
-Mengolah hasil pengamatan (dalam fikiran)
-Melakukan seleksi terhadap obyek (pusat
perhatian)
2. Set -Mental set, atau kesiapan mental untuk bereaksi
-Physical set, kesiapan fisik untuk bereaksi
-Emotional set, kesiapan emosi/perasaan untuk
bereaksi
3.Guided -Melakukan imitasi (peniruan)
Response -Melakukan trial and eror (coba-coba salah )
-Pengembangan respon baru
4. Mechanism -Mulai tumbuh performance skill dalam berbagai
bentuk
-Respon-respon baru muncul dengan sendirinya

5.Complex overt -Sangat terampil (skillful performance) yang


Response digerakkan oleh aktifitas motoriknya
6. Adaptation -Pengembangan keterampilan individu untuk
gerakan yang dimodifikasi
-Pada tingkat yang tepat untuk menghadapi
problem solving
7. Origination -Mampu mengembangkan kreatifitas gerakan-
gerakan baru untuk menghadapi bermacam-
macam situasi atau problema-problema yang
spesifik

26
Tujuan dari pendidikan yang merupakan perubahan perilaku yang
direncanakan dapat dicapai melalui proses belajar mengajar. Prestasi
belajar merupakan hasil yang dicapai setelah mengikuti proses belajar
mengajar yang disesuaikan dengan tujuan pendidikan. Belajar
mengusahakan perubahan perilaku dalam domain-domain
tersebut.Domain-domain dalam perilaku kejiwaan bukanlah kemampuan
tunggal, tetapi disusun secara hirarkis dari tingkat yang paling rendah dan
sederhana hingga yang paling tinggi dan kompleks.

Kaitannya dengan pembelajaran fikih melaui metode gallery walk


dan demonstrasi, ketiga domain atau ranah belajar tersebut sangat
mempengaruhi prestasi belajar fikih. Sekalipun bahan pelajaran fikih berisi
ranah kognitif, ranah afektif harus menjadi bagian integral dari bahan
pelajaran tersebut dan harus tampak dalam proses belajar dan hasil belajar
yang dicapai siswa. Hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam
berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin,
motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar,
dan hubungan sosial.

Sedangkan hasil belajar ranah psikomotorik berkenaan dengan


keterampilan atau kemampuan bertindak setelah menerima pengalaman
belajar tertentu. Dalam hal ini, pembelajaran fikih khususnya materi pokok
haji menuntut untuk memaksimalkan ranah ini agar siswa memiliki
kemampuan melakukan serangkaian tata cara dan urutan dalam
pelaksanaan ibadah haji sesuai dengan tuntunan syari’at Islam.

D. Peningkatan Prestasi Belajar Fikih melalui Penerapan Metode Gallery


Walk dan Demonstrasi.

Berawal dari keprihatinan sebagai sosok guru akan prestasi belajar


peserta didik tentang pelajaran fiqih, maka muncullah upaya penerapan
metode gallery walk dan demonstrasi. Pada pra siklus terlihat jelas bahwa

27
masih banyak anak mendapatkan hasil kurang tuntas, kemudian pada siklus I
setelah diterapkannya metode gallery walk dan demonstrasi ada peningkatan
yang cukup signifikan ditunjukan dengan meningkatnya hasil belajar anak
yang jauh lebih baik dari pra siklus.

Setelah siklus I membuahkan hasil yang cukup signifikan maka siklus


kedua dijalankan, dengan penerapan metode gallery walk dan demonstrasi
pada siklus II sungguh memukau ditunjukkan dengan hasil belajar siswa yang
maksimal, hanya satu anak yang tidak tuntas.

Dengan demikian penerapan metode gallery walk dan demonstrasi pada


mata pelajaran fiqih bab haji sangat bagus. Benang merah yang dapat ditarik
dari penerapan metode di atas mulai dari pra siklus sampai pada siklus II
membuahkan hasil yang sangat baik.

28
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, atau dalam bahasa
Inggris sering disebut Classroom Action Reseach, yaitu proses pengkajian
masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya
untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai
tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap
pengaruh dari perlakuan tersebut.1

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 60 hari, yaitu mulai
tanggal 28 Oktober 2019 sampai dengan 18 November 2019. Tempat
penelitian adalah di kelas X Peminatan Matematika dan IPA MA.
Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa.

C. Subyek Penelitian
a. Siswa kelas X Peminatan Matematika dan IPA berjumlah 36 terdiri dari 16
laki-laki dan 16 perempuan,
b. Peneliti sebagai pengamat sekaligus guru di dalam melakukan
pembelajaran fiqih dengan metode gallery walk dan demonstrasi.

D. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini dipilih model spiral dari Kemis
dan Taggart yang terdiri dari beberapa siklus tindakan dalam pembelajaran
berdasarkan refleksi mengenai hasil dari tindakan-tindakan dari siklus
sebelumnya. Dimana setiap siklus tersebut terdiri dari 4 tahapan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi), dan refleksi. 2

1
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana, 2010) hlm. 26
2
Rochiati Wiratmaja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), hlm.66.

29
Model Spiral dari Kemmis dan Taggart 3
Perencanaan

Pelaksanaan SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

a. Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian


1) Pra Siklus
Tahap pra siklus ini peneliti akan mengamati pembelajaran
fikih secara langsung di kelas X Peminatan Matematika dan IPA
untuk mengidentifikasi masalah dan menganalisis akar penyebab
masalah. Kemudian menentukan dan menetapkan tindakan apa
yang akan digunakan untuk mengatasi masalah tersebut.
2) Siklus 1
Pelaksanaan siklus 1 dimulai dari perencanaan ,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Adapun penjelasannya
sebagai berikut :
a) Perencanaan
- Menyiapkan peserta didik benar-benar berada pada suasana
penyadaran diri untuk tetap semangat belajar dengan
menekankan pada keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran dan berada pada konsentrasi terhadap materi
pelajaran fikih yang sedang dibahas atau dipelajari.
- Menyiapkan Rencana Pembelajaran yang sesuai dengan
metode gallery walk dan demonstrasi. Dalam hal ini

3
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm.16.

30
ditekankan pada hasil pengamatan pada pra siklus yang
menekankan pada keaktifan siswa melalui pembelajaran
dengan metode gallery walk dan demonstrasi.
- Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP )
- Menyiapkan lembar soal
b) Pelaksanaan
- Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP
yang telah disiapkan.
c) Pengamatan
- Peneliti melakukan pengamatan pada saat berlangsungnya
proses pembelajaran.
d) Refleksi
- Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.
- Menganalisa hasil pengamatan. Selanjutnya membuat
refleksi, apakah ada yang perlu dipertahankan dan
diperbaiki?
- Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi
untuk tindakan berikutnya.
- Membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus
1
3) Siklus 2
Untuk pelaksanaan siklus 2 yang dilaksanakan di kelas X
Peminatan Matematika dan IPA adalah sebagai tindak lanjut
evaluasi dari pelaksanaan siklus 1. Langkah-langkah yang
dilakukan dalam siklus 2 dimulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi.
a) Perencanaan
- Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan
masalah.
- Meninjau kembali rencana pembelajaran yang disiapkan
untuk siklus 2 dengan melakukan revisi sesuai hasil refleksi
siklus 1

31
- Menyiapkan lembar kerja observasi.
b) Pelaksanaan
- Guru/ peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
RPP yang disiapkan dan direvisi berdasarkan evaluasi
siklus 1.
c) Pengamatan
- Penamatan dilakukan bersamaan dengan tindakan,dengan
menggunakan instrumen yang telah tersedia. Fokus
pengamatan adalah kegiatan siswa dalam mengerjakan
sesuatu sesuai dengan skenario pembelajaran.
d) Refleksi
- Refleksi pada siklus 2 ini dilakukan untuk
menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan metode gallery walk dan demonstrasi yang
diharapkan dapat menumbuhkan keaktifan siswa dalam
rangka untuk mencapai kompetensi mata pelajaran fikih
secara maksimal.
b. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tabel 1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Waktu (minggu) ke
No Rencana Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Observasi awal X
2. Persiapan
Menyusun konsep pelaksanaan X X
Menyepakati jadwal dan tugas X
Menyusun instrument X
Diskusi konsep pelaksanaan X
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan Pra Siklus X

32
Pelaksanaan Siklus 1 X
Pelaksanaan Siklus 2 X
4. Penyusunan Laporan
Menyusun konsep laporan X
Menyempurnakan draft laporan X

B. Metode Pengumpulan Data

Dalam hal ini, peneliti menggunakan beberapa metode untuk menggali


informasi yang dibutuhkan. Metode yang dipakai oleh peneliti untuk
mendapatkan informasi tersebut antara lain :

a. Metode Observasi

Yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-


fenomena yang diselidiki.4 Sebagai metode ilmiah, observasi dapat
diartikan sebagai pengamatan yang meliputi pemusatan perhatian
terhadap subjek dengan menggunakan seluruh alat indera. Sedangkan
Noeng Muhajir mengemukakan observasi sebagai interaksi antara
peneliti dan yang diteliti, dan ada pengaruh hambatan timbal balik.
Karena itu peneliti darus memandang yang diobservasi sebagai subyek,
mereka beraktifitas, segala sesuatunya indeterminan, dan secara bersama
keduanya membangun data penelitian. 5

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan


dengan situasi proses pembelajaran fikih kelas X Peminatan Matematika
dan IPA yang meliputi metode pembelajaran, media, sarana dan
prasarana, serta hasil pembelajaran fiqih sebelum dilakukannya
tindakan pada siklus I
maupun silkus II.

4
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, hlm. 130.
5
Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996),
hlm. 115.

33
b. Tes

Tes menurut Sumadi Suryabrata sebagaimana dikutip oleh Chabib


Thoha adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan atau
perintah-perintah yang harus dijalankan, yang mendasarkan harus
bagaimana testee menjawab pertanyaan-pertanyaan atau melakukan
perintah-perintah itu, penyelidik menngambil kesimpulan dengan cara
membandingkan dengan standar atau testee lainnya. 6

Metode tes digunakan untuk mendapatkan hasil belajar peserta


didik yang telah melakukan pembelajaran fikih melalui metode gallery
walk dan demonstrasi sebagai evaluasi setelah proses pembelajaran
berlangsung.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah salah satu metode yang digunakan


untuk mencari data-data otentik yang bersifat dokumentasi, baik itu
berupa catatan harian,memori, atau catatan penting lainnya.

Metode dokumentasi ini digunakan peneliti untuk mengetahui dan


mendapatkan data tentang sejarah perkembangan sekolah, keadaan guru,
siswa, karyawan, daftar nama peserta didik yang menjadi sampel
penelitian tindakan kelas, sarana prasarana, dan data lain yang
diperlukan dalam penelitian.

C. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan megurutkan


data ke dalam pola kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan ide yang disarankan oleh data.

Data yang diperoleh dari penelitian baik melalui pengamatan, tes, atau
dengan menggunakan metode yang lain kemudian diolah dengan analisis

6
Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), hlm.
43.

34
data deskriptif untuk menggambarkan keberhasilan pembelajaan fikih pada
pokok bahasan materi Haji dengan penerapan metode gallery walk dan
demonstrasi.

Adapun teknik pengumpulan data yang terbentuk kuantitatif berupa


data-data yang disajikan berdasarkan angka-angka maka analisis yang
digunakan yaitu prosentase dengan rumus sebagai berikut :

Skor yang dicapai


Nilai = X 100 %
Skor maksimal

G. Indikator Kinerja
E. Mulyasa berpendapat bahwa kualitas pembelajaran dapat dilihat
dari segi proses dan hasil. Proses pembelajaran dikatakan berhasil bila
setidaknya 75% peserta didik terlibat secara aktif, baik secara fisik, mental
ataupun sosial selama proses pembelajaran. Selain itu, siswa juga harus
menunjukkan kegairahan tinggi terhadap pembelajaran. Dari segi hasil,
proses pembelajaran dikatakan berhasil setidaknya terdapat 75% siswa yang
mengalami perubahan positif dan output yang bermutu tinggi.

35
DAFTAR PUSTAKA

Al-Imam Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, Lebanon : Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah,


2008.
Arif, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Pers, 2002.
Arikunto, Suharsimi, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Ashiddiqi, Teungku Hasybi, Pengantar Ilmu Fikih, Semarang : Pustaka Rizki
Putra, 1999.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, Semarang : PT Tanjung Mas
Inti, 1992
Djamaroh , Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:
Rineka Cipta, 2005.
Djamaroh, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta :
Rineka Cipta, 2006 .
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep Karakteristik dan
Implementasi, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002.
Furchan, H. Arief, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2004. -
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta, Andi Offet, 2004, Jilid I
, Metodologi Research, Yogyakarta, Andi Offet, 2004, Jilid II
Ihsan , Fuad, Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 2008.
Ismail, SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang :
Rasail Media Group, 2008.
Karim, A. Syafii, Fiqih – Ushul Fiqh, Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Muhajir,Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin,
1996.
Peraturan Menteri Agama RI No.2 Tahun 2008, tentang Standar Kompetensi
Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab
Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1999.
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005.
Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran: sebagai Referensi
Bagi
Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang efektif dan
Berkualitas, Jakarta: Kencana, 2010.
Rofiq, Ahmad, Hukum-hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2002.
Saminanto, Ayo Praktik PTK : Penelitian Tindakan Kelas, Semarang:
RaSAIL Media Group, 2010 .
Sanjaya, Wina, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Kencana, 2010.
Silbermen, Melvin L., Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif,
Bandung: Nusa Media, 2006 .
Sudjana,Nana,Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1989.
Sukmadinata, Nana Syaodah, Pengembangan Kurikulum Teori dan
Praktek, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000.
Syarifuddin, Amir, Garis-garis Besar Fiqh, Bogor: Kencana, 2003.
Thoha,Chabib, Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang,Psikologi Belajar, Semarang:
IKIP
Semarang Press, 1990.
Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka , 2005 .
Tim Redaksi, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional 2003 (UU RI NO.20
TH. 2003), Jakarta: Sinar Grafika, 2003.
Wiratmaja, Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005.

Anda mungkin juga menyukai