Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEAKTIFAN


SISWA PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN STAD DENGAN MEDIA PUZZLE PYTHAGORAS

Disusun Oleh:

Siti Mahmudah, S.Pd

PPG DALAM JABATAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019
A. Judul
Meningkatkan Kemampuan Penguasaan Konsep dan Keaktifan Siswa pada Materi
Teorema Pythagoras Melalui Model Pembelajaran STAD ( Student Teams Achievement
Divisions) dengan Media Puzzle Pythagoras Pada Kelas VIII A SMP Sadamiyyah Jepara

B. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Setiap kegiatan belajar mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif yaitu guru
dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa yang di
desain secara terencana, sistematis dan berkesinambungan. Siswa sebagai subyek
pembelajaran merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan oleh
guru. Segala potensi yang dimiliki siswa, baik secara individual maupun kelompok,
perbedaan latar belakang sosio kultural, cara belajar siswa dan pengetahuan awal yang
dimiliki merupakan informasi yang dapat memberikan umpan balik bagi guru. Jadi
pengalaman siswa mengenai materi pelajaran yang telah diberikan bisa dijadikan
apresiasi bagi guru untuk menghubungkan materi berikutnya. Selain itu pengalaman
belajar siswa dapat dijadikan alat memotivasi, sehingga dapat memperhatikan materi
berikutnya.
Berdasarkan hasil tes siswa pada tahun ajaran sebelumnya diketahui bahwa
banyak dari siswa kelas VIII A mengalami kesulitan pada materi Teorema Pythagoras
terutama pada penguasaan konsep. Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan
oleh sekolah yaitu 70. Sebanyak 29 dari 32 peserta didik atau 87,5% peserta didik
kelas VIII A mendapat nilai di bawah KKM. Rata-rata hasil belajar kelas hanya 60.
Guru harus memberikan tindak lanjut berupa tes remidial secara individual ataupun
klasikal kepada peserta didik agar nilai peserta didik dapat mencapai KKM. Siswa
mengalami masalah dalam pemahaman konsep pada penerapan soal - soal teorema
Pythagoras.
Selain itu, keaktifan siswa masih minim. Keaktifan belajar siswa kelas VIII A
terutama pada materi teorema Pythagoras masih rendah, sehingga berdampak pada
kesulitan belajar. Kesulitan belajar siswa akan berdampak terhadap hasil belajar siswa
karena untuk memperoleh hasil yang baik dapat diperoleh dari perlakuan belajar di
sekolah maupun di luar sekolah dan atas ketentuan serta usaha siswa dalam belajar.
Sehingga diperlukan alternatif solusi untuk menangani masalah siswa yang
mengalami kesulitan dalam memahami konsep teorema Pythagoras.
Siswa di sekolah adalah sebagai subyek pendidikan. Pembelajaran yang
meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik diberikan kepada siswa sehingga
siswa dapat berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangannya
masing-masing. Diharapkan siswa dapat memahami konsep-konsep dasar materi
pembelajaran yang dipelajari, sehingga tidak pengetahuan dari hafalan atau
mengerjakan soal-soal latihan saja yang diperoleh siswa di sekolah. Dengan
demikian, aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik dapat meningkat dan dapat
dijadikan bekal untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa akan lebih memahami konsep Teorema Pythagoras apabila strategi
pembelajaran melibatkan seluruh siswa dan menuntut siswa untuk selalu aktif. Salah
satu model yang dapat digunakan adalah model pembelajaran STAD (Student Teams-
Achievement Divisions). STAD juga dapat memotivasi dan menghilangkan kejenuhan
siswa pada saat proses belajar mengajar. Model pembelajaran STAD dilakukan
dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok yang beranggotakan kurang lebih 4
orang dengan kemampuan heterogen. Tiap kelompok diberi soal yang harus
dikerjakan semua anggota. Anggota kelompok yang tahu mengajari/menjelaskan pada
anggotanya yang lain. Guru secara acak menunjuk siswa untuk mengerjakan di depan
kelas dan menjelaskannya tanpa dibantu yang lain.
Dengan metode STAD ini siswa dituntut untuk dapat mengerjakan soal dengan
teliti dan jujur. Rasa tanggungjawab juga akan tertanam, karena siswa harus dapat
menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Siswa akan disiplin, selalu siap bila
sewaktu-waktu ditunjuk oleh guru untuk menyelesaikan soal di depan kelas.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
penguasaan konsep dan Keaktifan siswa Siswa kelas VIII A SMP Sadamiyyah materi
Teorema Pythagoras melalui model pembelajaran STAD dengan media Puzzle
Pythagoras. Kemampuan penguasaan konsep tersebut dimaksudkan agar siswa
memahami materi secara lebih sempurna demi tercapainya tujuan pembelajaran yang
maksimal.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut.
a. Apakah pembelajaran model STAD dengan media puzzle Pythagoras dapat
meningkatkan pemahan konsep siswa kelas VIII A SMP Sadamiyyah Jepara pada
materi Teorema Pythagoras ?
b. Apakah pembelajaran model STAD dengan media puzzle Pythagoras dapat
meningkatkan keaktifan siswa kelas VIII A SMP Sadamiyyah Jepara pada materi
Teorema Pythagoras ?

3. Cara mengatasi Masalah


Cara pemecahan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu peneliti akan
menggunakan model pembelajaran STAD dengan media Puzzle Pythagoras. Dengan
tindakan tersebut diharapkan pemahan konsep dan keaktifan siswa pada materi
Teorema Pythagoras akan meningkat.

4. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
a. mengetahui peningkatan kemampuan penguasaan konsep siswa kelas VIII A
SMP Sadamiyyah dengan model STAD menggunakan media puzzle Pythagoras,

b. mengetahui peningkatan keaktifan siswa kelas VIII A SMP Sadamiyyah dengan


model STAD menggunakan media puzzle Pythagoras

5. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat bermanfaat secara:
a. Manfaat Praktis
1) Bagi Peserta Didik
a) Peserta didik memiliki peningkatan pemahaman konsep melalui model
pembelajaran STAD.
b) Aktivitas belajar peserta didik menjadi lebih baik yang meliputi
keaktifan, berani menyampaikan pendapat, berani bertanya, meningkat
motivasi belajarnya sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.
2) Bagi guru
a) Guru dapat memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya dengan
menggunakan atau menerapkan model pembelajaran yang sesuai
dengan materi pembelajaran.
b) Guru dapat meningkatkan keterampilan dalam mengelola pembelajaran
di kelas.
3) Bagi sekolah

Memberikan masukan kepada penyelenggara dan pengelola sekolah dalam


usaha memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di sekolah.
b. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan :


1) Dapat dipakai sebagai acuan bagi para peneliti dan bagi para
pendidik khususnya dalam penggunaan model pembelajaran.

2) Dapat memberikan informasi dalam mengembangkan atau penggunaan


model-model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peserta
didik.

3) Memberikan dorongan dan motivasi kepada peserta didik untuk


belajar lebih giat sehingga prestasi mereka meningkat.

B. LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN

1. Landasan Teori

a. Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk


memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,
2003:2). R. Gagne dalam Slameto (2003:13) menjelaskan bahwa belajar adalah
suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan,
kebiasaan, dan tingkah laku, serta penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang diperoleh dari instruksi. Menurut Rifa’i & Anni (2012:66), belajar
merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu
mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang.
Belajar dan pembelajaran adalah hal yang berbeda. Menurut Wenger,
sebagaimana dikutip oleh Miftahul Huda (2013:2), pembelajaran bukanlah
aktivitas sesuatu yang dilakukan oleh seseorang ketika ia tidak melakukan
aktivitas yang lain. Pembelajaran juga bukanlah sesuatu yang berhenti dilakukan
oleh seseorang. Lebih dari itu, pembelajaran bisa terjadi di mana saja dan pada
level yang berbeda-beda, secara individual, kolektif, ataupun sosial. Pembelajaran
adalah seperangkat peristiwa (events) yang memengaruhi peserta didik
sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan (Rifa’i &
Anni, 2012:157).
Belajar dalam penelitian ini diartikan sebagai segala usaha yang dilakukan
peserta didik untuk mendapat pengalaman, pengetahuan, keterampilan dan
mampu menguasai apa yang telah diterimanya dalam hal ini adalah pelajaran
matematika tentang bilangan pecah.
Melalui pembelajaran menggunakan model STAD dengan media puzzle
Pythagoras pada materi Teorema Pythagoras dalam penelitian ini, diharapkan
dapat mempermudah peserta didik dalam belajar dan meningkatkan hasil
belajarnya.
b. Pemahaman Konsep
Pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari hafalan. Pemahaman memerlukan
kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep. Untuk itu, maka
diperlukan adanya hubungan atau pertautan antara konsep dan makna atau arti
dari suatu konsep. Gardner (Minggi, 2010: 31) mengemukakan bahwa
pemahaman adalah salah satu aspek dalam belajar yang digunakan sebagai dasar
mengembangkan model pembelajaran dengan memperhatikan indikator
pemahaman.
Beberapa kerangka teori tentang pemahaman konsep matematika
dikemukakan oleh beberapa ahli, salah satunya adalah kerangka teori pemahaman
yang dikemukakan oleh Skemp. (Skemp, 2005) menjelaskan bahwa
pengkategorian pemahaman atas dua jenis pemahaman yaitu: (1) pemahaman
instrumental dan (2) pemahaman relasional. Pemahaman instrumental
didefinisikan sebagai “rules without reasons” atau dengan kata lain kemampuan
seseorang menggunakan prosedur matematik untuk menyelesaikan suatu masalah
tanpa mengetahui mengapa prosedur itu digunakan. Pemahaman relasional
didefinisikan sebagai “knowing what to do and why” atau dengan kata lain
kemampuan menggunakan suatu aturan dengan penuh kesadaran mengapa ia
menggunakan aturan tersebut
c. Keaktifan
Aktif menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002:19) berarti giat (bekerja
atau berusaha), sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana
siswa dapat aktif. Menurut Moh User Usman (2002:26) cara yang dapat
dilakukan guru untuk memperbaiki keterlibatan siswa antara lain sebagai berikut:
1) Tingkatkan persepsi siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar yang
membuat respon yang aktif dari siswa.
2) Masa transisi antara kegiatan dalam mengajar hendaknya dilakukan secara
cepat dan luwes
3) Berikan pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang
akan dicapai
4) Usahakan agar pengajaran dapat lebih memacu minat siswa
Sesuai dengan uraian diatas maka peneliti mengadakan penelitian dengan
judul ”Meningkatkan pemahaman konsep dan Keaktifan Siswa SMP Sadamiyyah
Jepara Pada Materi Teorema Pythagoras dengan model pembelajaran STAD
(Students Teams Achievement Division) menggunakan media puzzle Pythagoras”.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pembelajaran kooperatif tipe
STAD dapat meningkatkan pemahanan konsep dan keaktifan belajar siswa. Dalam
penelitian ini indikator meningkatnya pemahaman dan keaktifan siswa dilihat dari
proses pembelajaran selama dikenai tindakan dan meningkatnya prestasi belajar
siswa dilihat dari hasil tes siswa.
c. Model Pembelajaran STAD
Menurut Trianto ( 2007:52 ), pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan
salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-
kelompok kecil denganjumlah anggota tiap kelompok 4–5 siswa secara heterogen.
Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan
kelompok, kuis dan penghargaan kelompok.
Inti dari STAD adalah guru menyampaikan suatu materi, kemudian para siswa
bergabung dalam kelompoknya yang terdiri dari 4 atau 5 siswa yang bersifat
heterogen untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru, setelah selesai
mereka menyerahkan pekerjaannya secara tunggal untuk setiap kelompok kepada
guru.
Slavin ( dalam Nur, 2000: 26 ) menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan
dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut
tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian
siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah
menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi
tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.
Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga
membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
Langkah atau sintak inti pembelajaran pada kooperatif tipe STAD berdasarkan
pendapat penemunya, yaitu Slavin (1995), adalah: 1) presentasi materi (oleh guru),2)
siswa belajar dalam kelompok, 3) siswa mengerjakan kuis individual, 4) pemberian
skor peningkatan individual, dan 5) penghargaan kelompok. Sintak secara lengkap,
jika kita ingin menerapkan pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah:1)Orientasi (apersepsi, penyampaian tujuan, dan memotivasi), 2) guru
mempresentasikan materi, 3) siswa belajar atau berdiskusi dalam kelompok, 4) siswa
mengerjakan kuis individual, 5)
pemberian skor peningkatan individual, 6) penghargaan kelompok, dan 7) Penutup
(penyampaian review dan tindak lanjut).

Kelebihan model pembelajaran STAD adalah untuk meningkatkan keaktifan


siswa karena siswa belajar dalam kelompok-kelompok dibentuk dari siswa yang
memiliki kemampuan akademik yang berbeda sehingga akan terjadi tukar pikiran
untuk menyelesaikan tugas kelompok dengan baik, memiliki tingkat pencapaian
belajar yang lebih tinggi dan produktivitas belajar yang lebih besar , lebih
menimbulkan sikap saling menghormati pendapat orang lain dan bertanggung jawab
serta menghasilkan kepercayaan diri yang lebih besar.
Adapun kelemahan model pembelajaran STAD adalah jika ukuran kelompok
terlalu besar maka akan menjadi sulit bagi kelompok tersebut untuk berfungsi secara
efektif, rawan terjadi konflik-konflik verbal yang berkenaan dengan perbedaan
pendapat anggota-anggota kelompok, guru direpotkan dengan perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran STAD yang dianggap cukup rumit.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran STAD
memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan kelemahannya. Sehingga model
pembelajaran STAD ini dapat diterapkan dikelas dan dapat membuat siswa lebih
aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar apabila guru dengan aktif
membimbing siswa dalam proses diskusi. Selain itu, kelemahan model
pembelajaran ini dapat dikurangi apabila guru dengan kreatif menyajikan
pengajaran yang menarik bagi siswa.
d. Teorema Pythagoras
Pythagoras adalah sebuah nama orang dari zaman Yunani Kuno pada tahun
570 – 495 SM. Pythagoras adalah seorang filsuf dan ilmuwan matematika yang
cemerlang pada zamannya. Hal ini dibuktikan dengan temuannya yang berhasil
menyelesaikan permasalahan panjang sisi segitiga dengan formula yang sangat
sederhana.
Teorema Pythagoras adalah teorema matematika tentang segitiga siku-siku,
yang menunjukkan bahwa panjang alas kuadrat tambah panjang tinggi kuadrat
sama dengan panjang sisi miring kuadrat. Misalkan panjang alas segitiga adalah
a, panjang tingginya adalah b, panjang sisi miringnya adalah c. Maka dengan
menggunakan dalil pytaghoras, hubungan antara ketiganya dapat dirumuskan
menjadi a2 + b2 = c2
e. Puzzle Teorema Pythagoras
Pembuktian teorema Pythagoras dapat dilakuakan dengan menggunakan alat
peraga berupa puzzle Pythagoras.
Kegunaan Puzzle Teorema Pythagoras adalah untuk menunjukan kebenaran dalil
Pythagoras dengan luasan, yaitu luas persegi pada sisi miring sama dengan
jumlah luas persegi pada kedua sisi siku-sikunya.
1) Cara Membuat Alat Peraga

Alat dan bahan:

a) Penggaris
b) Gunting
c) Cutter
d) Pena
e) Kardus
f) Kertas marmer atau asturo empat warna
g) Kertas manila warna biru
h) Double tip
i) Selotip
j) Stereofoam ukuran 50 cm x 50 cm
k) Print out judul Teorema Pythagoras

Cara membuat:

a) Potong kardus dengan ukuran 50 cm x 50 cm.


b) Buat pola bentuk persegi dengan ukuran 4cm x 4cm sebanyak 50
buah dan buat bentik segitiga siku-siku dengan ukuran alas 12cm,
tinggi = 16cm, dan sisi miring = 20cm pada kardus yang telah
dipotong.
c) Gambar pola pada kardus sesuai dengan bentuk pola puzzle yang
akan dibuat.
d) Potong kardus sesuai dengan pola yang telah dibuat
e) Lapisi kardus yang dengan menggunakan kertas manila.
f) Tempelkan pada stereofoam sesuai ukuran.
g) Selanjutnya lapisi keping-keping kardus yang kecil dengan kertas
marmer warna sesuai selera. Misalkan 20 buah warna hijau, 16
buah warna orange, dan 9 buah warna merah dengan segitiga siku-
siku warna biru.
h) Tempelkan pula segitiga siku-siku pada tengah-tengah kardus.
i) Tempelkan print out judul pada kiri atas.

Cara Penggunaan Alat Peraga:

a) Pada kardus berwarna biru terdapat segitiga yang berwarna biru


tua, satuan persegi berwarna merah sebanyak 9 buah, hijau
sebanyak 25 buah dan orange sebanyak 16 buah.
b) Kita misalkan sisi segitiga siku-siku yang tegak dengan a, sisi
bawah segitiga siku-siku dengan b, dan sisi miring dengan c.
c) Sehingga persegi yang berwarna orange memiliki luas = a x a =
a2dan persegi yang berwarna merah memiliki luas = b x b = b2
d) Kemudian kita pindahkan setiap persegi satuan berwarna orange
dan merah ke sisi miring segitiga siku-siku.
e) Ternyata persegi satuan berwarna merah dan orange dapat
memenuhi sisi miring yang panjangnya c satuan.

2. Kerangka Berpikir
Kondisi awal peserta didik kelas VIII SMP Sadamiyyah Jepara diketahui bahwa
hasil belajar peserta didik pada materi Teorema Pythagoras belum optimal. Hal
tersebut ditunjukkan dari hasil wawancara dengan guru matematika kelas VIII yang
menyampaikan bahwa ketuntasan nilai hasil ulangan materi Teorema Pythagoras
masih rendah. Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 75. Rata-
rata hasil belajarnya hanya 68,02.
Selain itu, peserta didik masih banyak yang belum aktif pada saat proses
pembelajaran. Misalnya, masih kurang beraninya peserta didik untuk bertanya,
mengungkapkan pendapatnya, belum terjadi suasana aktif dalam diskusi serta
kurangnya keterlibatan peserta didik secara langsung dalam pembelajaran.
Pada penelitian ini direncanakan akan dilakukan tindakan kelas dalam dua
siklus. Langkah awal dilakukan perencanaan merancang skenario pembelajaran
siklus 1 dengan menggunakan langkah-langkah model STAD tanpa media Puzzle
Pythagoras, kemudian dilakukan pelaksanaan tindakan berupa proses pembelajaran.
Pada siklus 2 dengan menggunakan langkah – langkah model STAD dengan media
Puzzle Pythagoras, kemudian dilakukan pelaksanaan tidakan berupa proses
pembelajaran.. Pada bagian akhir pembelajaran dilakukan evaluasi belajar dengan
diberi tes evaluasi. Jika ada peningkatan hasil belajar, berarti sudah berhasil. Akan
tetapi, jika belum ada peningkatan, maka akan dilanjutkan siklus berikutnya.
Kerangka Berpikir penelitian dapat dilihat melalui bagan berikut:
KONDISI Aktivitas belajar dan hasil belajar
AWAL matematika peserta didik pada
materi Teorema Phytagoras belum
optimal

SIKLUS I
Menggunakan model
pembelajaran STAD tanpa
Penerapan model media Puzzle Phytagoras
pembelejaran
TINDAKAN Problem Based
Learning
SIKLUS II
Menggunakan model
pembelajaran STAD dengan
media Puzzle Phytagoras

Diharapkan:
1. Aktivitas belajar peserta
didik pada kategori minimal
KONDISI baik
AKHIR 2. Rata-rata hasil belajar ≥ 79
dan minimal 75% peserta
didik memperoleh nilai hasil
belajar ≥ 79

3. Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Penerapan Model Pembelajaran STAD dengan media puzzle Pythagoras dapat


meningkatkan kemampuan pemahaman konsep peserta didik kelas VIII SMP
Sadamiyyah Jepara pada materi pokok Teorema Pythagoras

b. Penerapan Model Pembelajaran STAD dengan media Puzzle Pythagoras dapat


meningkatkan keaktifan siswa kelas VIII SMP Sadamiyyah Jepara pada materi
pokok Teorema Pythagoras.

C. METODE PENELITIAN
1. Setting Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII
SMP Sadamiyyah kelas VIII semester Gasal. Jumlah siswa adalah 32 siswa.
b. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah sekolah tempat peneliti mengajar yakni di SMP
Sadamiyyah, Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara.
c. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada awal tahun ajaran baru tahun
2020/2021, yaitu bulan Juli sampai September 2020. Penentuan waktu penelitian
mengacu pada kalender sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang
membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas.
d. Siklus PTK
PTK ini rencananya akan dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat
peningkatan hasil belajar dan kerjasama dalam pelajaran matematika materi
Teorema Pythagoras menggunakan Model Pembelajaran STAD dengan media
Puzzle Pythagoras.
2. Persiapan PTK
Sebelum pelaksanaan PTK dibuat berbagai input instrumental yang akan
digunakan untuk memberi perlakuan dalam PTK, yaitu rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang akan dijadikan PTK. Selain itu, juga akan dibuat
perangkat pembelajaran yang berupa: 1) Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
yang didalamnya memuat penjelasan tugas investigasi; 2) Angket Kerjasama; 3)
Lembar Observasi.
3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut.
a. Siswa
Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar dan kerjasama siswa pada
materi pola bilangan.
b. Guru
Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran model Group
Investigation berbantuan batu pelangi pada peningkatan hasil belajar dan
kerjasama siswa.
c. Teman Sejawat
Teman sejawat dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat
implementasi PTK secara komprehensif, baik dari sisi siswa dan sisi guru.
4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut.
a. Tes
Menurut Arikunto (2006: 53), tes merupakan alat atau prosedur yang
digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan
cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes yang berupa tes tertulis ini
digunakan untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa dalam materi pola
bilangan.
Tes tertulis diberikan pada siswa secara individu setelah mempelajari
materi. Tes tertulis dilaksanakan setiap akhir siklus 1 dan siklus 2 serta kuis
diberikan setiap akhir pembelajaran. Hasil tes siswa kemudian dianalisis oleh
peneliti untuk mengetahui hasil belajar siswa. Hasil tersebut juga sebagai bahan
untuk (1) menentukan ketercapaian hasil belajar siswa sesuai KKM, (2)
menentukan ketercapaian proporsi ketuntasan 75% dari jumlah siswa dalam
kelas, dan (3) menentukan nilai rata-rata kelas.
1) Wawancara
Peneliti menggunakan metode wawancara untuk mengumpulkan data
mengenai hasil belajar dan kerjasama siswa. Keterangan-keterangan berupa
data/informasi selanjutnya diolah dengan teknik triangulasi teknik untuk
menyusun simpulan.
Menurut Susan Stainback sebagaimana dikutip oleh Sugiyono (2009:
232) dengan wawancara, maka peneliti mengetahui hal-hal yang lebih
mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan
fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui
observasi. Wawancara merupakan proses pembuktian, maka bisa saja hasil
wawancara sesuai atau berbeda dengan informasi yang telah diperoleh
sebelumnya.
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara
bebas terstruktur, karena sebelum melakukan wawancara peneliti telah
menyiapkan pedoman wawancara sehingga setiap informan mendapatkan
pertanyaan dasar yang sama, namun dalam pelaksanaan peneliti dapat
mengembangkan pertanyaan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan situasi
dan kondisi dalam melakukan penelitian.
2) Observasi
Menurut Sugiyono (2009: 145) observasi merupakan teknik
pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan
teknik yang lain, yaitu wawancara dan angket. Observasi yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan observasi terstruktur. Observasi terstruktur
merupakan observasi yang telah dirancamg secara sistematis, tentang apa
yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya (Sugiyono, 2009: 146).
3) Angket
Metode angket digunakan untuk memperoleh data tentang kerjasama
siswa dalam pembelajaran matematika. Model skala untuk mengungkap
sikap siswa terhadap matematika menggunakan skala Likert. Menurut
Sugiyono (2009: 93) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Skala Likert meminta kepada individu terhadap suatu pertanyaan
dengan jawaban selalu (SL), sering (S), kadang-kadang (KK), jarang (J),
tidak pernah (TP). Angket ini diberikan kepada siswa agar peneliti
mendapatkan data yang selanjutnya digunakan untuk mengetahui sejauh
mana sikap kerjasama siswa dalam pembelajaran matematika. Selanjutnya
mendeskripsikan sikap kerjasama siswa dalam pembelajaran matematika
berdasarkan indikator sikap kerjasama siswa.
b. Langkah – langkah Penelitian

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Tindakan

Observasi

Observasi

Refleksi SIKLUS II Tindakan

Observasi

Dilanjutkan ke siklus III dan


seterusnya hingga indikator
keberhasilan tercapai.
Rincian langkah-langkah dalam setiap siklus dijabarkan sebagai berikut.

1) Siklus 1

Siklus 1 direncanakan dalam dua kali pertemuan yang masing-masing


pertemuan dilaksanakan dalam 2 jam pelajaran. Adapun tahapan pada siklus 1
adalah sebagai berikut.
a) Perencanaan

Pada tahap ini kegiatan-kegiatan sebagai berikut.


i. Menyusun rencana pembelajaran untuk materi Teorema Pythagoras
ii. Membentuk kelompok-kelompok (direncanakan dalam satu
kelompok terdiri dari 4 peserta didik).
iii. Menyiapkan soal pemecahan masalah tentang materi Konsep
Teorema Pythagoras
iv. Menyiapkan instrumen penelitian yang berupa tes, pedoman,
pengamatan untuk peserta didik, pedoman pengamatan untuk guru,
dan angket.
b) Tindakan

Dalam tahap ini apa yang telah direncanakan pada tahap perencanaan akan
dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang disusun. Pelaksanaan tidak
mengganggu kegiatan di sekolah, karena urutan materi berjalan sesuai
dengan kurikulum yang sudah berlaku di Sekolah tersebut. Pada tahap ini
dilakukan dengan model pembelajaran STAD.
c) Observasi dan Evaluasi
Observasi terhadap kegiatan pembelajaran dilakukan pada saat pelaksanaan,
untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran. Pada akhir siklus pertama
diakhiri dengan tes. Berdasarkan hasil observasi, hasil wawancara, dan hasil
tes, maka tahap berikutnya dapat dilaksanakan.
d) Refleksi
Setelah hasil observasi, hasil angket, dan hasil tes dianalisis, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan refleksi apakah pembelajaran berhasil.
Apabila hasil belum sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan, maka
penelitian dilanjutkan pada siklus kedua.
b) Siklus 2

Siklus kedua dilakukan untuk memperbaiki segala sesuatu yang belum baik dan
berakhir pada siklus pertama. Adapun tahapan pada siklus kedua juga sama
dengan tahapan yang ada pada siklus pertama. Perbaikan dilakukan berdasarkan
hasil pada siklus pertama.
1) Perencanaan

Pada tahap ini direncanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.


i. Menyempurnakan perangkat pembelajaran untuk materi Teorema
Pythagoras
ii. Memperbaiki bentuk kelompok-kelompok (direncanakan dalam satu
kelompok terdiri dari 4 peserta didik).
iii. Menggunakan media Puzzle Pythagoras untuk memahami konsep
Teorema Pythagoras
iv. Memperbaiki soal-soal tentang materi teorema Pythagoras yang berkiatan
dengan kehidupan sehari-hari.
v. Memperbaiki instrumen penelitian yang berupa tes, pedoman, pengamatan
untuk peserta didik, pedoman pengamatan untuk guru, dan angket.

2) Tindakan

Dalam tahap ini apa yang telah direncanakan pada tahap perencanaan akan
dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah disusun. Pelaksanaan tidak
mengganggu kegiatan di sekolah, karena urutan materi berjalan sesuai dengan
kurikulum yang sudah ada di Sekolah. Pelaksanaan pembelajaran diadakan
perbaikan sesuai dengan hasil pada siklus sebelumnya.
3) Observasi dan Evaluasi
Observasi terhadap kegiatan pembelajaran dilakukan pada saat implementasi,
untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran dengan memfokuskan pada
aktivitas siswa dalam kelompok. Kegiatan pengamat lainnya dalam tahap ini
adalah sebagaimana siklus pertama. Pada akhir siklus kedua diakhiri dengan
tes. Berdasarkan hasil observasi, hasil wawancara, dan hasil tes, maka tahap
berikutnya dapat dilaksanakan.
4) Refleksi
Setelah hasil observasi, hasil angket, dan hasil tes dianalisis, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan refleksi apakah pembelajaran berhasil. Apabila
hasil belum sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan, maka penelitian
dilanjutkan pada siklus ketiga.
c) Siklus 3

Siklus ketiga dilakukan untuk memperbaiki segala sesuatu yang belum belum
tercapai pada siklus kedua. Tahapan pada siklus ketiga juga sama dengan tahapan
pada siklus pertama dan kedua. Perbaikan dilakukan berdasarkan hasil pada siklus
kedua.

5. Rencana Kerja

Jadwal rencana kerja ini dirancang dalam bentuk chart sebagai berikut.
Tabel 1. Jadwal Penelitian
Jenis Mei Juni Juli Agustus September
No.
Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pembuatan
proposal
2. Penyusunan
perangkat
pembelajaran
3. Implementasi
siklus 1
4. Implementasi
siklus 2
5. Penyusunan
Laporan
6. Pelaporan
Hasil
Penelitian
Daftar Pustaka

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.


Huda, M. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Izaak, M.P ,& Tipa, D.S.R,2016. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ( Student
Team Achievement Division) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Kelas VIII
Sekolah ABC Topik Relasi dan Fungsi. A Journal of language, Literature, Culture, and
Education. Polyglot Vol.12 , Nomor 12.

Johnson, E. B. 2011. Contextual Teaching and Learning: menjadikan kegiatan belajar


mengajar mengasyikkan dan bermakna. Bandung: Kaifa

Khasanah, Fitria.2016. Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa melalui Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe STAD (Students Teams Achievement Division). LIKHITAPRAJNA. Jurnal
Ilmiah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ISSN: 1410-8771. Volume. 18, Nomor 2, hal
48-57

Kemendikbud. 2015. Panduan Penilaian untuk SMP. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMP.

Muslich, M. 2009. Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) Itu Mudah. Jakarta:Bumi
Aksara.

Rifa’i,A. & Anni, C. T. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang:Universitas Negeri Semarang


Press.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai