Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lapar adalah suatu kondisi di mana tubuh membutuhkan makanan, biasanya

saat perut telah kosong baik dengan sengaja maupun tidak sengaja untuk waktu yang

cukup lama. Kelaparan adalah bentuk ekstrem dari nafsu makan normal.

Nafsu makan merupakan keadaan yang mendorong seseorang untuk

memuaskan keinginan untuk makan selain rasa lapar (Guyton dan Hall, 2006).

Gangguan nafsu makan merupakan gangguan klinis yang penting namun acap kali

diabaikan (Grilo dan Mitchell, 2010).

Bagi banyak orang, nafsu makan yang tinggi sering disertai efek samping,

yakni masalah berat badan. Bila Anda mengalami hal ini, kemungkinan terjadi karena

lingkungan keluarga. Pasalnya, sebuah penelitian menunjukkan bahwa faktor gen

memiliki pengaruh cukup besar pada nafsu makan.

Penelitian terdahulu membuktikan bahwa Minyak atsiri temulawak dapat

meningkatkan nafsu makan tikus (Awalin, 1996). Namun, belum dapat ditemukan

dosis efektif peningkatan nafsu makan minyak atsiri temulawak. Metode yang

digunakan pada penelitian sebelumnya menggunakan tikus yang berada dalam

1
kondisi normal bukan tikus yang mengalami gangguan nafsu makan. Untuk itu

diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui dosis optimal pemberian minyak atsiri

temulawak dengan metode yang sesuai yaitu dilakukan pada tikus yang mengalami

gangguan nafsu makan. Gangguan nafsu makan ini dapat dibuat dengan memberikan

perlakuan penurunan nafsu makan.

Telah dilakukan juga penelitian dari University College London Institie of

Child Health menunjukan fakta, bahwa mereka telah menemukan variasi gen yang

menjadi penyebab tingginya nafsu makan seseorang. Menurut dr. Nadia Micali, dosen

senior dan konsultan psikiater di UCL Institute Child Health mengatakan bahwa

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengatasi krisis obesitas. Penelitian ini

menawarkan langkah awal yang penting dalam memahami risiko genetik dari makan

banyak. Selain itu juga membantu untuk menginformasikan bagaimana mengatasi

krisis obesitas.

Tim peneliti melihat dari data 6.000 peserta berusia 14 - 21 tahun.

Hasilnya bahwa anak muda memiliki variasi dalam lokus gen FTO, 20% dari mereka

memiliki nafsu makan tinggi, kondisi ini sangat umum terjadi pada laki-laki ,30%

dari mereka memiliki nafsu makan jika mereka makanan yang tersedia memiliki

variasi yang berbeda, dan sisanya 50% dari mereka memiliki nafsu makan yang

kurang.

2
Nafsu makan yang kurang dikarenakan mereka merasa bosan dengan menu

makanan yang sama, kebiasaan mengonsumsi cemilan yang menyebabkan enggap

makan nasi, dan rasa dari makanan yang tersedia.

Setiap orang pasti pernah mengalami kehilangan nafsu makan, baik itu orang

dewasa maupun anak-anak. Kehilangan nafsu makan atau nafsu makan yang menurun

merupakan suatu kondisi tidak ada keinginan untuk makan meskipun terkadang perut

terasa lapar. Nafsu makan yang menurun tentunya tidak baik untuk kesehatan tubuh

karena asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh akan berkurang.

Nafsu makan yang menurun terkadang menjadi suatu permasalahan yang

dikhawatirkan karena akan menyebabkan kondisi tubuh yang menurun juga, karena

tidak ada asupan gizi makanan yang masuk ke dalam tubuh sedangkan tubuh

memerlukannya. Pertumbuhan tubuh yang terus berkembang semakin besar membuat

aktivitasnya bertambah sehingga minat untuk makan menjadi berkurang ini terjadi

pada mahasiswa/i yang aktivitasnya semakin padat. Akan tetapi meskipun penurunan

nafsu makan adalah hal yang wajar, sebaiknya para mahasiswa/i dapat mengatasi hal

tersebut supaya asupan nutrisi tetap terjaga agar kondisi tubuh tetap fit.

Untuk mengatasi permasalahan nafsu makan yang menurun, Anda harus

mengetahui terlebih dahulu faktor penyebabnya. Apabila penyebabnya sudah

diketahui maka akan memudahkan dalam mengatasi dan mensiasatinya supaya

kebutuhan nutrisi tetap tercukupi. Anda bisa mengonsumsi jamu atau vitamin yang

mengandung temulawak sebagai penambah nafsu makan Anda.

3
1.2 Identifikasi Masalah

1.2.1 Kandungan apa yang terdapat pada temulawak yang dapat menambah nafsu

makan?

1.2.2 Apakah efek yang ditimbulkan pada penggunaan temulawak secara

berlebihan?

1.2.3 Apakah temulawak berpengaruh pada nafsu makan mahasiswa/mahasiswi

Farmasi Universitas Islam Bandung?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui kandungan apa yang terdapat pada temulawak

yang dapat menambah nafsu makan

1.3.2 Untuk mengetahui apakah efek yang ditimbulkan pada penggunaan

temulawak secara berlebihan

1.3.3 Untuk mengetahui apakah temulawak berpengaruh pada nafsu makan

mahasiswa/mahasiswi Farmasi Universitas Islam Bandung

1.4 Ruang Lingkup Kajian

Untuk menjawab identifikasi masalah di atas perlu pengkajian beberapa

pokok, penulis membatasi ruang lingkup artikel ilmiah ini. Adapun ruang lingkupnya

yaitu mengenai pengaruh temulawak terhadap nafsu makan mahasiswa dan

4
mahasiswi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi

Farmasi Universitas Islam Bandung 2015.

Penulis hanya membahas tentang temulawak sebagai penambah nafsu makan,

membahas kandungan apa yang terdapat dalam temulawak yang dapat menambah

nafsu makan. Penulis juga membahas faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya

nafsu makan.

Penulis melakukan penelitian dengan cara penyebaran angket kepada

mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Program Studi Farmasi Universitas Islam Bandung 2015.

1.5 Postulat dan Hipotesis

1.5.1 Postulat

“Dan kami menurunkan Al-Qur’an sebagai penawar dan rahmat bagi orang-

orang yang mukmin”.(QS Al-Isra’: 82). Menurut para ahli tafsir bahwa nama

lain dari Al-Qur’an yaitu “Asysyifa” yang artinya secara terminologi adalah

obat penyembuh.

“Hai manusia, telah datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran dari

Tuhanmu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan rahmat

bagi orang-orang yang beriman”.(QS Yunus:57).

5
1.5.2 Hipotesis

Sebagian besar mahasiswa/mahasiswi Farmasi Universitas Isalm Bandung

telah mengetahui bahwa temulawak sebagai penambah nafsu makan.

1.6 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1.6.1 Studi Kepustakaan

Suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menggunakan

dan mempelajari buku-buku, internet, atau media lain yang berhubungan

dengan karya tulis ini.

1.6.2 Penelitian Lapangan

Suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara meninjau dan

mengamati secara langsung:

a. Kuisioner

Daftar pertanyaan yang disusun secara tertulis yang langsung kemudian

disediakan pilihan jawaban dalam bentuk option multiplechoice.

1.7 Sistematika Penulisan

Penulisan laporan penelitian ini terbagi menjadi empat bab,yaitu:

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

6
1.2 Identifikasi Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Ruang Lingkup Kajian

1.5 Postulat dan Hipotesis

1.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

1.7 Sistematika Penulisan

1.8 Manfaat Penelitian

BAB II ISI

2.1 Pengertian Farmakognosi

2.2 Gangguan Nafsu Makan

2.3 Sediaan Obat

2.4 Bahan Alam (Temulawak)

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Fenomena

3.2 Analisis

3.3 Solusi/Dampak

3.4 Kajian Islam

BAB IV KESIMPULAN

7
1.8 Manfaat Penilitian

1.8.1 Menambah wawasan dan pemahaman mahasiswa/mahasiswi mengenai

temulawak yang dapat digunakan sebagai penambah nafsu makan.

1.8.2 Meningkatkan kesadaran dan kualitas hidup mahasiswa/mahasiswi yang

mengalami nafsu makan kurang.

1.8.3 Meminimalisir kesalahan dalam penggunaan temulawak secara

berlebihan.

8
BAB II

PEMERIAN MASALAH

2.1 Pengertian Farmakognosi

Pada kurang lebih 2500 tahun sebelum masehi, penggunaan tanaman obat

sudah dilakukan orang, hal ini dapat diketahui dari lempeng tanah liat yang

tersimpan di Perpustakaan Ashurbanipal di Assiria, yang memuat simplisia antara

lain kulit delima, opium, adas manis, madu, ragi, minyak jarak. Juga orang Yunani

kuno misalnya Hippocrates (1446 sebelum masehi), seorang tabib telah mengenal

kayu manis, hiosiamina, gentiana, kelembak, gom arab, bunga kantil dan lainnya.

(Putri, 2012).

Pada tahun 1737 Linnaeus, seorang ahli botani Swedia, menulis buku “Genera

Plantarum” yang kemudian merupakan buku pedoman utama dari sistematik botani,

sedangkan farmakognosi modern mulai dirintis oleh Martiuss. Seorang apoteker

Jerman dalam bukunya “Grundriss Der Pharmakognosie Des Planzenreisches” telah

menggolongkan simplisia menurut segi morfologi, cara- cara untuk mengetahui

kemurnian simplisia.

Farmakognosi mulai berkembang pesat setelah pertengahan abad ke 19 dan

masih terbatas pada uraian makroskopis dan mikroskopis. Dan sampai dewasa

9
ini perkembangannya sudah sampai ke usaha- usaha isolasi, identifikasi dan juga

teknik-teknik kromatografi untuk tujuan analisa kualitatif dan kuantitatif.

Farmakognosi merupakan cara pengenalan ciri-ciri atau karakteristik obat

yang berasal dari bahan alam. Farmakognosi mencakup seni dan pengetahuan

pengobatan dari alam yang meliputi tanaman, hewan, mikroorganisme, dan mineral

yang dapat digunakan sebagai obat alami yang telah melewati berbagai macam uji

seperti; uji farmakodinamik, uji toksikologi dan uji biofarmasetika.

Identifikasi kandungan kimia Simplisia yang diuji berupa simplisia tunggal

baik dalam bentuk rajangan, serbuk, ekstrak, yang ditambahkan dengan pereaksi

tertentu, dan reaksi warna dilakukan untuk pemastian identifikasi.

Identifikasi simplisia yang akan dilakukan secara :

2.1.1 Organoleptik meliputi pengujian morfologi, yaitu berdasarkan warna,

bau, dan rasa, dari simplisia tersebut.

2.1.2 Makroskopik merupakan pengujian yang dilakukan dengan mata telanjang

atau dengan bantuan kaca pembesar terhadap berbagai organ tanaman yang

digunakan untuk simplisia.

2.1.3 Mikroskopik, pada umumnya meliputi pemeriksaan irisan bahan atau serbuk

dan pemeriksaan anatomi jaringan itu sendiri.

10
2.2 Gangguan Nafsu Makan

Dorongan untuk makan dipengaruhi oleh rasa lapar dan nafsu makan. Nafsu

makan merupakan suatu keadaan yang mendorong seseorang untuk memuaskan

keinginan makan (Guyton dan Hall, 1990). Nafsu makan diregulasi oleh hipotalamus

terutama pada hipotalamus lateral serta nuklei ventro medialis. Rangsangan terhadap

hipotalamus lateral akan mengakibatkan 4 meningkatnya nafsu makan sedangkan

rangsangan terhadap nuklei ventro medialis akan bereek sebaliknya (Guyton dan

Hall, 1990).

Gangguan nafsu makan merupakan gangguan klinis yang penting namun acap

kali diabaikan (Grilo dan Mitchell, 2010). Masalah ini sebenarnya merupakan hal

yang sepele namun sering menjadi masalah utama pada anak-anak (Manikam dan

Perman, 2000). Menurut Waugh dan Lask (2010), 25%- 45% anak yang berkembang

normal mengalami gangguan nafsu makan sedangkan pada anak yang terlambat

perkembangannya angka ini mencapai 80%. Jika gangguan ini tidak segera diatasi

maka dapat menimbulkan masalah yang serius. Salah satu masalah yang ditimbulkan

akibat kurangnya nafsu makan adalah gagalnya pemenuhan kebutuhan nutrisi. Jika

hal ini dibiarkan berkepanjangan maka dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan

perkembangan anak. Kerja normal berbagai organ juga sangat terganggu apabila

terjadi defisiensi nutrisi (Greer, 2007).

Selain itu, nafsu makan erat kaitannya dengan berat badan. Kebanyakan

penderita gangguan nafsu makan juga diikuti dengan penurunan berat badan yang

11
cukup drastis sehingga memiliki berat badan dibawah normal. Ketidakidealan berat

badan anak ini dapat mengakibatkan berbagai masalah. Berat badan yang mencapai

dibawah 75% berat badan normal dapat menyebabkan gangguan perkembangan anak

dan osteoporosis dini. Selain itu, sintesi protein fungsional otak juga dapat terganggu

dan menyebabkan 5 gangguan otak yang apabila kronik dapat menjadi atrofi pada

otak (DeSocio, 2007). Apabila gangguan nutrisi ini berlangsung dalam jangka waktu

yang panjang maka dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang dapat

mengancam jiwa anak-anak (Waugh dan Lask, 2010).

2.3 Sediaan Obat

Obat tradisional adalah obat yang berasal dari bahan tumbuh-

tumbuhan,hewan, mineral atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang belum

mempunyai data klinis dan dipergunakan dalam usaha pengobatan berdasarkan

pengalaman.

Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan modern yang semakin pesat dan

canggih di zaman sekarang ini, ternyata tidak mampu menggeser atau

mengesampingkan begitu saja obat tradisional, tetatpi justru saling melengkapi. Hal

ini terbukti dari banyaknya peminat pengobatan tradisional. Namun yang menjadi

masalah dan kesulitan bagi para peminat obat tradisional ada kurangnya pengetahuan

dan informasi yang memadai mengenai jenis tumbuhan yang dipakai sebagai obat

tradisional. (Dalimartha, 2002).

12
Menurut Badan POM, obat tradisional dapat dikelompokan menjadi 4

golongan, yaitu:

1. Jamu

Jamu adalah ramuan dari bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau

campuran bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk

pengobatan berdasarkan pengalaman. Jamu sebagai warisan budaya bangsa harus

tetap dilestarikan dengan menjaga mutu dan keamanannya.

2. Obat herbal terstandar

Obat herbal yaitu sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan

dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis, dan bahan bakunya telah

terstandarisasi.

3. Fitofarmaka

Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah di buktikan keamanan

dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis dengan hewan percobaan dan telah

melalui uji klinis pada manusia serta bahan baku dan produknya telah terstandarisasi.

Penggunaan yang paling diinginkan adalah penggunaannya sebagai sediaan

fitofarmaka, yaitu sediaan seperti sediaan herbal terstandarkan, tetapi telah menjalani

dan lulus pengujian klinik. Sediaan fitofarmaka merupakan sediaan obat herbal yang

jaminan kualitasnya setara dengan obat sintetis, sehingga sediaan fitofarmaka ini akan

merupakan sediaan obat asal tumbuhan yang bukan lagi menjadi alternative dalam

13
pengobatan, tetapi menjadi mitra sejajar obat sintetis dalam sistem layanan kesehatan

formal.

4. Simplisia

Simplisa adalah bahan alamiah yang terdiri dari bahan nabati, hewani, dan

mineral yang dapat digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan

apapun dan dapat berupa bahan yang telah dikeringkan.

2.4 Bahan Alam (Temulawak)

Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan memakai tanaman

yang berkhasiat obat menjadi salah satu upaya dalam penanggulangan masalah

kesehatan yang dihadapi. Pengetahuan tentang tanaman obat ini merupakan warisan

budaya bangsa berdasarkan pengalaman secara turun temurun telah diwariskan oleh

generasi terdahulu kepada generasi berikutnya sampai saat ini. (Wijayakusuma,

1999).

Bahan alam tumbuhan yang digunakan dalam pengobatan baik sebagai obat

maupun bahan obat menunjukkan kecenderungan peningkatan dalam penggunaannya.

Peningkatan penggunaan ini menunjukkan peningkatan kepercayaan masyarakat

terhadap khasiat dan keamanannya, karena pengunaannya tidak ada efek samping.

Pengunaan bahan alam tumbuhan sebagai obat kini terpilah menjadi tiga bagian, yaitu

sebagai jamu, sediaan obat yang bahan dasarnya berupa simplisia, cara pembuatannya

14
masih sangat sederhana yaitu dengan diseduh dengan air panas, khasiat dan

keamanannya telah melalui pengujian praklinik berupa pengujian pada hewan

percobaan, serta kandungan kimia aktifnya telah dapat ditetapkan.

Diantara sekian banyak tumbuhan yang terdapat di Indonesia, temulawak

merupakan tumbuhan yang banyak digunakan untuk obat atau bahan obat, hingga

dapat dikatakan temulawak merupakan primadona tumbuhan obat Indonesia.

Curcuma xanthorrhiza atau yang lebih dikenal dengan Temulawak merupakan

tanaman asli Indonesia. Di Jawa Barat temulawak lebih dikenal dengan nama koneng

gede sedangkan di Madura dengan nama temulabah (KemenKes RI, 2010).

Temulawak adalah salah satu tumbuhan dari 19 jenis temu-temuan keluarga

Zingiberaceae yang tumbuh di Indonesia. Menurut Tampubolon (1981), secara

tradisonal, temulawak telah banyak digunakan sebagai obat diare, ambeian, sembelit,

dan menambah pengeluaran cairan empedu. Selain itu temulawak juga digunakan

dalam pengobatan sakit ginjal, demam, sakit kuning, penyakit kurang darah, radang

lambung, kencing darah, ayan, kurang darah sehabis nifas, exsim, kejang-kejang,

jerawat, kurang nafsu makan, cacar air (Aliadi, 1996).

Temulawak sudah dikenal secara empiris dapat meningkatkan nafsu makan

anak. Temulawak juga merupakan salah satu komposisi dari jamu cekok peningkat

nafsu makan yang telah turun temurun digunakan (Limananti dan Triratnawati,

15
2003). Kandungan temulawak yang diduga bertanggung jawab dalam efek

peningkatan nafsu makan adalah minyak atsirinya (Awalin,1996).

Temulawak (Curcuma xanthorhiza Roxb) adalah salah satu tumbuhan obat

keluarga Zingiberaceae yang banyak tumbuh dan digunakan sebagai bahan baku obat

tradisional di Indonesia. Temulawak diketahui memiliki banyak manfaat salah

satunya potensi sebagai antioksidan. Komponen aktif yang bertanggung jawab

sebagai antioksidan dalam rimpang temulawak adalah kurkumin. Rimpang

temulawak ini di percaya masyarakat sebagai penambah nafsu makan.

Temulawak merupakan terna berbatang semu berwarna hijau atau coklat gelap

yang tingginya hanya dapat mencapai 2 m. Terdapat 2-9 helai daun hijau atau coklat

keunguan terang sampai gelap yang berbentuk lonjong atau lanset setiap batangnya

yang dihubungkan dengan pelepah. Daunnya lebar dan berbentuk bulat memanjang

hingga lanset. Perbungaan temulawak berupa bunga maemuk bulir bersifat lateral

dengan kelopak bunga berwarna putih berbulu dan memiliki daun pelindung

berbentuk bulat telur sungsang hingga bulat memanjang. Mahkota bunga berbentuk

tabung dengan helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan

ujung yang berwarna merah (Kemenkes RI, 2010). Temulawak biasa ditemukan pada

daerah dengan iklim tropis. Suhu optimum pertumbuhan temulawak sebesar 19-30oC

dengan curah hujan tahunan antara 1500-4000 mm/tahun serta dengan ketinggian

tempat sebesar 5-1500 m dpl. Tanaman ini tumbuh dengan baik pada lahan yang

terlindung sinar matahari dan dapat beradaptasi pada berbagai jenis tanah. Jenis tanah

16
yang optimal untuk rimpang adalah tanah yang subur, gembur dan berdrainase baik

(Kemenkes RI, 2010).

Klasifikasi temulawak adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma xanthorrhiza Roxb. (Tjitrosoepomo, 2004).

Temulawak mengandung zat warna kuning yang dinamakan kurkumin dan

desmetoksi kurkumin yang merupakan turunan dari diferuloilmetan. Kedua senyawa

ini merupakan komponen penyusun dari kurkuminoid. Selain itu, temulawak juga

mengandung pati dan minyak atsiri. Minyak atsiri temulawak mengandung senyawa

turunan monoterpen dan seskuiterpen (Sidik, 1995). Senyawa yang terkandung ini

antara lain α kurkumen, germakran, ar-turmeron β-atlantanton serta d-kamfor

(KemenKes RI, 2010).

17
Temulawak memiliki aktivitas anti inflamasi dan dipercaya meningkatkan

kerja ginjal. Selain itu, temulawak juga dapat digunakan sebagai anti jerawat karena

memiliki aktivitas anti mikroba yang baik. Manfaat lain dari Temulawak antara lain

sebagai anti kolesterol, obat anemia, anti oksidan serta pencegah kanker (Sidik,

1995). Temulawak juga banyak digunakan secara tradisional untuk mengobati diare,

disentri, wasir, sembelit, radang lambung dan kejang (Raharjo dan Rostiana, 2005).

Kandungan temulawak yang diduga bertanggung jawab dalam efek

peningkatan nafsu makan adalah minyak atsirinya (Awalin,1996). Hal ini dibuktikan

pada penelitian peningkatan minyak atsiri pada tikus oleh Ardhiani (2005). Minyak

atsiri temulawak memiliki sifat koleretik yaitu mempercepat sekresi empedu sehingga

mempercepat pengosongan lambung serta pencernaan dan absorpsi lemak di usus

(Ozaki dan Liang,1988).

Temulawak atau (Curcuma Xantherrhiza Roxb) merupakan tumbuhan obat

yang tergolong dalam rumpun temu-temuan. Biasa disebut juga dengan curcuma

javanica, karena merupakan tanaman asli Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.

Temulawak memiliki rasa yang pahit, sedikit pedas dan beraroma tajam. Temulawak

mengandung 48-59,64% zat tepung, 1,6-2,2% kurkumin, 1,48-1,63% minyak atsiri,

karbohidrat, lemak, protein, serat kasar dan mineral kompleks lainnya. Dan sudah

sejak jaman dulu, temulawak dikenal memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh.

18
Kandungan temulawak yang telah dilakukan penelitian:

a. Organolepis : kuning muda-kecoklatan, bau sedikit menyengat, rasa pahit.

b. Makroskopik : Kuning pucat pada bagian dalam, coklat muda pada bagian

luar, bentuknya bulat dan agak besar.

c. Mikroskopik : Serabut sklerenkim, rabut penutup,berkas pembuluh dan butir

pati.

19
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Fenomena

Ketersediaan temulawak di Indonesia cukup melimpah, akan tetapi

masyarakat Indonesia kurang memahami kandungan dan manfaat yang cukup banyak

dari temulawak itu sendiri.

Di Indonesia satu-satunya bagian yang dimanfaatkan adalah rimpang temu

lawak untuk dibuat jamu godog. Rimpang ini mengandung 48-59,64 % zat tepung,

1,6-2,2 % kurkumin dan 1,48-1,63 % minyak asiri dan dipercaya dapat menambah

nafsu makan serta anti inflamasi.

Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan

terlindung dari teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun tanaman ini tumbuh

subur di bawah naungan pohon bambu atau jati. Namun temulawak juga dapat

dengan mudah ditemukan di tempat yang terik seperti tanah tegalan. Secara umum

tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai cuaca di daerah

beriklim tropis. Suhu udara yang baik untuk budidaya tanaman ini antara 19-30ºC dan

tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan antara 1.000-4.000 mm/tahun.

Masyarakat perkotaan khususnya mereka menginginkan produk obat yang

telah jadi, yang telah dikemas dengan kemasan yang menarik. Padahal sebenarnya

temulawak sebagi penambah nafsu makan dapat diolah secara tradisional dengan

biaya yang cukup minim yaitu dengan cara mengambil 25 gr temulawak, 10 gr asam

20
jawa dan gula merah secukupnya direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc,

saring dan diminum. Minuman tersebut dipercaya dapat menambah nafsu makan.

Mahasiswa dan mahasiswi Farmasi Universitas Islam Bandung pun masih ada

yang belum mengetahui khasiat temulawak untuk apa. Saat diwawancara mereka

mengira bahwa temulawak itu adalah kunyit, padahal temulawak dan kunyit berbeda

walaupun dalam kasat mata terlihat sama tetapi keduanya memiliki khasiat yang

berbeda. Tetapi banyak juga yang telah mengetahui khasiat temulawak sebagai

penambah nafsu makan.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan seseorang kehilangan nafsu

makan,yaitu mulai dari adanya kondisi medis, penyakit hiperaktif atau adanya pola

hidup yang tidak sehat sehingga mempengaruhi kinerja dari sistem pencernaan,

diantaranya sebagai berikut:

a. Pengaruh obat-obatan

Pada kondisi tertentu, konsumsi dari obat-obatan bisa menyebabkan

terjadinya perubahan hormonal di dalam tubuh sehingga kemampuan dari sistem

pencernaan menjadi berkurang yang kemudian menyebabkan proses transportasi

makanan ke usus menjadi lebih lambat. Jenis obat-obatan

seperti eritromisin berpotensi untuk menghambat selera makan serta menjadikan

transportasi makanan ke usus lebih lambat.

Selain itu, jenis obat seperti amfetamin yang biasanya dikonsumsi untuk

menurunkan berat badan juga dapat menimbulkan rasa mual dan hilangnya nafsu

21
makan. Anti arthritis yang biasa digunakan untuk menghilangkan rasa sakit

berpotensi untuk menimbulkan iritasi pada lapisan dalam lambung sehingga timbul

rasa enggan untuk makan. Hal ini akan terjadi jika obat tersebut dikonsumsi dalam

jangka waktu yang lama. Dalam banyak kasus, obat yang sering digunakan untuk

mengobati jantung dan obat yang digunakan untuk tekanan darah tinggi juga bisa

menimbulkan kehilangan nafsu makan.

b. Anorexia nervosa

Anorexia nervosa merupakan penyebab hilangnya nafsu makan yang sangat

sering terjadi pada anak muda, terutama bagi anak perempuan. Kondisi ini lebih

mengarah pada masalah jiwa dimana selalu muncul pemikiran yang salah mengenai

berat badannya. Hal ini kemudian membuat mereka selalu memakaskan diri untuk

melakukan program diet yang berat agar bisa menurunkan berat badan. Untuk jangka

panjang, anoreksia bisa menimbulkan kehilangan nafsu makan yang tergolong dalam

tingkat berat.

c. Faktor Penuaan

Orang yang sudah tua berpotensi untuk kehilangan nafsu makan dikarenakan

tubuhnya yang sudah kekurangan gizi. Datangnya proses penuaan akan membuat

tubuh semakin kekurangan mineral penting seperti zinc dan kalsium sehingga bisa

meningkatkan risiko terserang berbagai penyakit. Kurangnya seng di dalam tubuh

kemudian menyebabkan kemampuan untuk mencicipi makanan menjadi berkurang.

22
d. Stres dan Depresi

Penyebab hilangnya nafsu makan yang terakhir adalah stres yang berat,

apalagi gaya hidup saat ini yang tergolong serba cepat dan instan. Tingginya beban

kerja seseorang, adanya tekanan akademik dan masalah yang mempengaruhi tingkat

emosional seseorang semuanya akan mengarah pada masalah komplikasi di lambung.

Ketika seseorang dalam kondisi depresi, marah atau takut, maka tidak ada keinginan

untuk makan.

Dibalik dari begitu banyaknya faktor yang bisa menghilangkan nafsu makan

seseorang, stres merupakan penyebab yang sangat sering menjadi pemicunya.

Kondisi ini akan mengurangi asupan makanan seseorang dan dalam tingkat lanjut

akan menurunkan energi tubuh. Tubuh yang sudah berada dalam kondisi seperti ini

akan semakin mudah untuk terkena penyakit-penyakit lainnya. Keadaan ini akan

semakin diperparah saat orang tersebut mencoba untuk makan. Pasalnya, seseorang

yang sedang berada di bawah tekanan stres dan mencoba untuk makan berlebihan

malah hanya membuatnya menjadi mual. Kondisi ini sama berbahayanya dengan

seseorang yang kehilangan nafsu makan.

3.2 Analisis Data

Pengambilan data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu dengan

mewawancara dan membagikan kuisioner kepada narasumber yaitu mahasiswa dan

mahasiswi Farmasi Universitas Islam Bandung.

23
Kuisioner dibagikan kepada perwakilan 10 orang dari masing-masing kelas

Farmasi A-E sebagai sampel penelitian. Wawancara dan Pembagian Kuisioner

dimulai dari tanggal 20 Desember 2015 hingga 22 Desember 2015.

Pertanyaan yang dicantumkan dalam angket terlampir dalam lampiran.

Dari hasil pembagian kuisioner tersebut dapat diperoleh data responden

sebagai berikut:

Tabel 1

Pengetahuan Khasiat Temulawak sebagau Penambah Nafsu Makan

No Pengetahuan Khasiat Temulawak sebagai Frekuensi Presentase

Penambah Nafsu Makan

1. Tahu 44 88%

2. Tidak Tahu 6 12%

Tabel selanjutnya di lampirkan dalam lampiran.

Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa mahasiswa dan mahasiswi

Farmasi Universitas Islam Bandung 2015 memiliki pengetahuan mengenai khasiat

temulawak sebagai penambah nafsu makan banyak dengan frekuensi 44 orang dari 50

orang. Temulawak dapat dijadikan sebagai obat herbal penambah nafsu makan karena

24
mempunyai kandungan minyak astiri. Kandungan temulawak yang bertanggung

jawab dalam efek peningkatan nafsu makan adalah minyak atsirinya. Hal ini

dikarekanan minyak atsiri temulawak memiliki sifat koleretik yaitu mempercepat

sekresi empedu sehingga mempercepat pengosongan lambung serta pencernaan dan

absorpsi lemak di usus.

Minyak atsiri merupakan cairan terkonsentrasi, hidrofobik dan mengandung

senyawa volatil yang beraroma. Kerangka dasar minyak atsiri berupa terpena yang

terdiri dari satuan isoprena. Minyak atsiri mudah menguap dalam suhu ruang

sehingga minyak ini disebut juga dengan minyak eteris atau minyak menguap.

Minyak atsiri juga disebut minyak esensial karena membawa bau atau esen dari

tanaman. Penguapan minyak yang terjadi tanpa adanya dekomposisi. Minyak atsiri

bersifat mudah menguap, memiliki rasa getir dan berbau khas.

Selanjutnya mahasiswa dan mahasiswi yang pernah mengonsumsi jamu atau

vitamin yang telah mengisi kuisioner yaitu cukup banyak. Hal ini didapatkan dari

hasi wawancara dan kuisioner. Mereka khususnya mahasiswa/mahasiswi kost

mengatakan bahwa vitamin yang mengandung temulawak sangat membantu mereka

dalam hal nafsu makan, seringkali mereka tidak nafsu makan dikarenakan aktivitas

mereka yang padat yang akhirnya lupa untuk makan, dan saat mereka melihat

makanan pun tidak ada rasa untuk makan karena mereka stress dengan kegiatan

mereka yang sangat padat. Dalam hal ini jamu atau vitamin yang mengandung

temulawak sangat membantu mahasiswa dan mahsiswi dalam menjaga nafsu

25
makannya, karena mereka berpikir jika terus menerus mereka tidak makan, kesehatan

pun akan terganggu dan aktivitas di kampus pun terbengkalai.

Jamu atau Vitamin yang mengandung temulawak berpengaruh terhadap nafsu

makan mahasiswa dan mahasiswi Farmasi Universitas Islam Bandung 2015. Akan

tetapi sebgian besar mahasiswa dan mahasiswi tidak mengetahui efek samping yang

ditimbulkan temulawak bila dikonsumsi secara berlebihan. Berikut efek samping

yang ditimbulkan bila mengonsumsi temulawak secara berlebih:

1. Gangguan lambung

Salah satu efek samping temulawak adalah menyebabkan iritasi lambung dan

mual, karena itu temulawak tidak dianjurkan untuk ibu hamil dan menyusui.

2. Risiko gangguan empedu

Temulawak sebaiknya dihindari oleh penderita batu empedu dan penderita

yang mengalami penyumbatan saluran empedu. Pasalnya, temulawak bekerja

merangsang produksi empedu sehingga penderita gangguan empedu berisiko

mengalami kondisi lebih parah jika mengonsumsi temulawak, bahkan keracunan

empedu sendiri akibat produksi yang berlebihan.

3. Risiko pendarahan

Jangan sembarangan mengonsumsi temulawak bersama dengan obat

pengencer darah. Karena temulawak sudah bekerja membantu menurunkan kadar

lemak darah, sehingga jika ditambah dengan bahan kimia pengencer darah,

dikhawatirkan justru mengakibatkan terjadinya pendarahan.

26
Dari hasil data yang diperoleh, mahasiswa dan mahasiswi Farmasi Universitas

Islam Bandung 2015 mempunyai cara lain yang mereka gunakan untuk menambah

nafsu makannya sendiri, mereka mengatakan bahwa dengan mengonsumsi minyak

ikan nafsu makan pun akan bertambah, selain itu dengan memperbaiki mood diri

mereka yakin nafsu makan akan meningkat.

3.3 Solusi/Dampak

Sebagai mahasiswa dan mahasiswi dengan pola pikir dan berpengetahuan

tinggi seharusnya sudah bisa memilah dan memilih mana yang baik dan buruk bagi

kondisi tubuhnya sendiri.

Nafsu makan harus tetap terjaga agar asupan gizi yang dibutuhkan tubuh tetap

terjaga. Jika nafsu makan kurang, makan pun enggan dan dampaknya akan sangat

berpengaruh pada kondisi tubuh yang akan menurun. Jika kondisi tubuh menurun,

tubuh akan lemah, aktivitas organisasi dan kuliah yang padat akan terbengkalai.

3.4 Kajian Islam

Berdasarkan kajian diatas, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

‫نحن قوم ال نأكل حتى نجوع وإذا أكلنا ال نشبع‬

“Kita (kaum muslimin) adalah kaum yang hanya makan bila lapar dan

berhenti makan sebelum kenyang.“

27
Al-Qur’an mengisyaratkan tentang pengobatan juga menceritakan tentang

keindahan alam semesta yang dapat kita jadikan sumber dari pembuat obat-obatan.

“Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan tanaman-tanaman untukmu, seperti zaitun,

kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sungguh, pada yang demikian itu

benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah)bagi orang-orang yang

berfikir.(QS An-Nahl:11).

28
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan dari analisis penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan

yang dapat ditarik dari penelitian ini yaitu mahasiswa dan mahasiswi farmasi

Universitas Islam Bandung 2015 mengetahui bahwa temulawak memiliki khasiat

sebagai penambah nafsu makan. Khususnya mahasiswa dan mahasiswi yang berasal

dari sekolah menengah kejuruan farmasi mereka lebih paham dengan apa yang

terkandung dalam temulawak. Kandungan yang dimiliki temulawak sebagai

penambah nafsu makan yaitu minyak astirinya.

Data yang diperoleh tersebut sesuai dengan hipotesis awal mengenai

mahasiswa dan mahasiswi farmasi Universitas Islam Bandung 2015 telah mengetahui

jika temulawak memiliki khasiat sebagai penambah nafsu makan.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan seseorang kehilangan nafsu

makan,yaitu mulai dari adanya kondisi medis, penyakit hiperaktif atau adanya pola

hidup yang tidak sehat sehingga mempengaruhi kinerja dari sistem pencernaan,

diantaranya sebagai berikut:

a. Pengaruh obat-obatan

b. Anorexia nervosa

c. Faktor Penuaan

29
d. Stres dan Depresi

Selain temulawak memiliki berbagai macam khasiat yang dapat

menyembuhkan penyakit, khususnya sebagai penambah nafsu makan, temulawak

juga memiliki efek samping jika penggunaannya tidak sesuai dan dikonsumsi secara

berlebihan. Efek samping yang ditimbulkan yaitu:

1. Gangguan lambung,

2. Risiko gangguan empedu, dan

3. Risiko pendarahan

Temulawak yang dikonsumsi para mahasiswa dan mahasiswi farmasi

Universitas Islam Bandung dari hasil penelitian yang didapat bahwa temulawak

berpengaruh terhadap nafsu makan mereka.

30
SINOPSIS

“Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)” Tanaman ini sudah dikenal

sebagai tanaman rempah dan obat sejak lama. Berbagai kandungan di dalam

rimpangnya diyakini memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Manfaat-manfaat

tersebut diketahui melalui berbagai penelitian dan sudah terbukti secara klinis.

Temulawak diketahui dapat menambah nafsu makan. Oleh karena itu, tidak heran jika

banyak obat tradisional maupun vitamin penambah nafsu makan yang mengandung

rimpang temulawak. Temulawak mengandung 48-59,64% zat tepung, 1,6-2,2%

kurkumin, 1,48-1,63% minyak atsiri. Minyak atsiri dalam temulawak inilah yang

bertanggung jawab sebagai penambah nafsu makan karena sifat koleretiknya yaitu

mempercepat sekresi empedu sehingga mempercepat pengosongan lambung serta

pencernaan dan absorpsi lemak di usus yang kemudian akan mensekresi berbagai

hormon yang meregulasi peningkatan nafsu makan.

Berdasarkan dari analisis penelitian yang telah dilakukan mahasiswa dan

mahasiswi Farmasi Universitas Islam Bandung 2015 mengetahui bahwa temulawak

memiliki khasiat sebagai penambah nafsu makan.

Selain temulawak memiliki berbagai macam khasiat yang dapat

menyembuhkan penyakit, khususnya sebagai penambah nafsu makan, temulawak

juga memiliki efek samping jika penggunaannya tidak sesuai dan dikonsumsi secara

berlebihan. Efek samping yang ditimbulkan yaitu:

31
1. Gangguan lambung,

2. Risiko gangguan empedu, dan

3. Risiko pendarahan

Temulawak yang dikonsumsi para mahasiswa dan mahasiswi farmasi

Universitas Islam Bandung dari hasil penelitian yang didapat bahwa temulawak

berpengaruh terhadap nafsu makan mereka.

Dalam artikel ilmiah ini, pembaca akan mendapatkan informasi mengenai

temulawak, mulai dari klasifikasi, kandungan, dan manfaatnya sebagai penambah

nafsu makan.

32
SYNOPSIS

"Curcuma (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)" This plant has been known as a spice

and medicinal plant since long. A variety of content in the rhizome are believed to have

many health benefits. Such benefits are known through a variety of research and has

been proven clinically. Wild Ginger is known to increase appetite. Therefore, do not

be surprised if a lot of traditional medicine and vitamin appetite enhancer containing

ginger rhizome. Curcuma contains 48 to 59.64% starch, 1.6 to 2.2% curcumin, 1.48 to

1.63% essential oil. Essential oils in ginger is responsible as an appetite enhancer

because koleretiknya properties that accelerate the secretion of bile thereby

accelerating gastric emptying and digestion and absorption of fat in the intestine which

will then secrete a variety of hormones that regulate appetite increase.

Based on the analysis of the research that has been done by the students and

student Pharmacy Bandung Islamic University in 2015 know that ginger has efficacy

as an appetite enhancer.

Besides ginger has a wide range of properties that can cure the disease,

particularly as appetite enhancer, ginger also has side effects if its use is not appropriate

and consumed in excess. Side effects are:

1. Disorders of the stomach,

2. The risk of biliary disorders, and

3. The risk of bleeding

33
Ginger consumed by students of pharmaceutical Bandung Islamic University

of results of research found that ginger effect on their appetite.

In this scientific article, readers will find information on ginger, ranging from

classification, content, and its benefits as an appetite enhancer.

34
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA LENGKAP : SASKARA APRILIA HERULLNISSA

NAMA PANGGILAN : SASKA

TEMPAT,TANGGAL LAHIR : BANDUNG, 28 APRIL 1997

ALAMAT : JALAN GAGAK V NO 137/144F

AGAMA : ISLAM

JENIS KELAMIN : PEREMPUAN

NAMA AYAH : HENDRAJAT

NAMA IBU : IDA RULLIJANTI

ALAMAT ORANG TUA : JALAN GAGAK V NO 137/144F

STATUS : MAHASISWA

HOBI : MENYANYI

GOLONGAN DARAH :B

RIWAYAT PENDIDIKAN : 1.TK TITIAN HARAPAN DI BANDUNG,

LULUS TAHUN 2003

35
2. SDN TIKUKUR 1 DI BANDUNG, LULUS

TAHUN 2009

3. SMPN 19 DI BANDUNG, LULUS TAHUN 2012

4. SMA ALFA CENTAURI DI BANDUNG, LULUS

TAHUN 2015

5. PROGRAM STUDI FARMASI, MASUK TAHUN

2015

RIWAYAT ORGANISASI : 1. OSIS SMPN 19 BANDUNG

2. OSIS SMA ALFA CENTAURI

3. SEKERTARIS POM 2015

RIWAYAT PEKERJAAN :-

BANDUNG, 12 JANUARI 2016

HORMAT SAYA,

SASKARA APRILIA HERULLNISSA

36
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 JURNAL ILMIAH

37
38
39
40
41
LAMPIRAN 2 ANGKET PENELITIAN

42
LAMPIRAN 3 TABEL HASIL PENELITIAN

Tabel 2

Mahasiswa yang Pernah Menonsumsi Jamu atau Vitamin yang

Mengandung Temulawak

No Mahasiswa/i Mengonsumsi Jamu atau Frekuensi Presentasi

Vitamin yang Mengandung Temulawak

1. Pernah 38 76%

2. Tidak Pernah 12 24%

Tabel 3

Pengaruh Jamu atau Vitamin yang Dikonsumsi terhadap Nafsu Makan

No Pengaruh Jamu atau Vitamin yang Frekuensi Presentasi

Dikonsumsi terhadap Nafsu Makan

1. Iya Berpengaruh 32 64%

2. Tidak Berpengaruh 18 36%

43
Tabel 4

Pengetahuan Efek Samping Temulawak Secara Berlebihan

No Pengetahuan Efek Samping Temulawak Frekuensi Presentasi

Secara Berlebihan

1. Tahu 19 38%

2. Tidak Tahu 31 62%

Tabel 5

Adakah Cara Lain yang digunakan untuk Menambah Nafsu Makan

No Adakah Cara Lain yang digunakan untuk Frekuensi Presentasi

Menambah Nafsu Makan

1. Ada 21 42%

2. Tidak 29 58%

44
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, E. & Tim Lentera, 2005, Khasiat dan Manfaat Temulawak: Rimpang

Penyembuh Aneka Penyakit, Jakarta: Agro Media Pustaka

Aliadi, A., Sudibyo, R. B., Hargono, D., Faruoq, Sidiq, Sutaryadi, Pramono,

S., 1996, Tanaman Obat Pilihan, Jakarta: Yayasan Sidowayah.

Ardhiani, M., 2005, Pengaruh Pemberian Campuran Suspensi Ekstrak

Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.) dan Temulawak

(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) terhadap Peningkatan Berat Badan

Tikus Putih Jantan serta Identifikasi Kandungan Kimianya, Skripsi,

Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Awalin, N., 1996, Minyak Astiri Rimpang Temulawak Pengaruhnya terhadap

Kenaikan Berat Badan Tikus Putih Jantan dan Analisis Kandungan

Kimianya, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta.

Dalimartha, S., 2002. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jakarta: Trubus

Agriwidya.

DeSocio, J.E., O’Toole, J.K., Nemirrow, S.J., Lukach. M.E. & Magee, M.G.,

2007, Screening for Chilhood Eating Disoeders in Primary Care. Prim

Care Companion, J. Clin. Psychiatry, 16-20.

45
Greer, A.J., Gulotta, C.S., Masler, E.A. & Laud, R.B., 2007, Caregiver Stress

and Outcomes of Children with Pediatric Feeding Disorders Treated in

an Intensive Interdisciplinary Program. J. Pediatr. Psychol., 612-620.

Grilo, C.M. and Mitchell J.E., 2010. The treatment of eating disorders: A

clinical handbook, 417-427, The Guildford Press, New York.

Guyton, A. C., dan Hall, J. E., 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi

11. Jakarta: EGC, 1022.

KemenKes RI, 2010, Vademekum Tanaman Obat untuk Saintifikasi Jamu,

Jakarta.

Limananti, A. I. & Triratnawati, A., 2003, Ramuan Jamu Cekok sebagai

Penyembuh Kurang Nafsu Makan pada Anak: Suatu Kajian

Etnomedisin, Makara Kesehatan, 11-20.

Manikam, R. & Perman, J.A., 2000 Pediatric Feeding Disorder. Journal of

Clin Gastroenterol., 34-46.

Ozaki, Y. & Liang, O.B., 1988, Cholagogic Action the Essent oils Obtain

from Curcuma xanthorrhiza Roxb., Shoyalu zasshi., 257-263.

Putri, S., 2012. Farmakognosi, Jurnal Ilmiah Universitas Al-Fatah Bengkulu

46
Raharjo, M., & Rostiana, O., 2005, Budidaya Tanaman Temulawak, Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanaman

Obat dan Aromatika. Bogor.

Sidik, Mulyono, M.W., dan Mutadi, A., 1995, Temulawak (Curcuma

xanthorrhiza Roxb.), Jakarta: Phyto Medika.

Tampubolon, O. T., 1981, Tumbuhan Obat Bagi Pecinta Alam, Bogor:

Bhratara Karya Aksara, Bogor.

Tjitrosoepomo, G., 2004, Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta), Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta.

Waugh, R.B & Lask, B., 2010, Treatment of Chilhood Eating Difficulties and

Disorders, The Treatment of Eating Disorders., 417-427.

Wijayakusuma, H., 1999, Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia, Jakarta:

Prestasi Insan Indonesia.

47

Anda mungkin juga menyukai