Anda di halaman 1dari 2

Pindah dan Tinggal di Raya Dolog

Keluarga Jaulung, Ibu dan adik-adiknya sadar bahwa mereka membutuhkan keluarga dekat. Karena itu mereka sepakat untuk pindah dari
Sinondang ke Raya Dolog. Alasan mereka pindah karena saudara laki-laki dari Ongga, si Ibu janda tinggal di sana yaitu Johi, Arab dan Jahadam.
Untuk mengangkat barang-barangpun tidak ada bantuan. Harus dikerjakan sendiri. Mereka berjalan melewati padang yang luas, melewati tempat-
tempat yang berbahaya karena masih ada kerbau yang liar. Mereka berjalan sambil mengangkat barang melalui Bah Mayu, melewati Gunung
(nama tempat) sampai ke Raya Dolog.

Mereka harus menumpang dulu di rumah keluarga Gatin, anak Tuan Raya Dolog, saudara sepupu Ongga boru Purba. Perpindahan ini sekitar
pertengahan tahun 1905. Mereka masih bingung, apakah yang akan mereka kerjakan? Untuk membuka lahan baru harus dapat menebang pohon
yang besar-besar. Jaulung belum mampu. Karena itu keluarga baru ini mencari ladang galunggung (ladang yang ditinggalkan yang masih dapat
dipakai). Mereka membuka ladang di 4 tempat. Penduduk Raya Dolog saat itu banyak kekurangan pangan. Sering mereka mencari makanan sampai
ke Sinondang dan menukarnya dengan ikan. Di Raya Dolog banyak sungai kecil-kecil jadi mudah mencari ikan

Tidak berapa lama paman Jaulung pun pindah dari Raya Dolog ke Parsimagodan. Keluarga Jaulung pun turut pindah dengan maksud untuk
membuka perkampungan baru. Paman Jaulung pindah karena suruhan Raja Raya. Perpindahan itu sebenarnya hanya jarak 2 KM saja. Kembali lagi
membuka lahan baru. Mereka bersyukur karena tanah di Parsimagodan jauh lebih subur. Jaulung pun belajar mendirikan gubuk bagi mereka diajari
dan dibantu pamannya. Gubuk ini hanya beratap bambu, dinding juga dari bambu, juga lantai dari bambu. Gubuk itupun dibangun di samping
rumah pamannya

Kisah di atas diambil dari halaman 20 buku Otobiografi Pdt J Wismar Saragih yang ditulis ulang oleh Amboru Pdt Minaria br Sumbayak dan Makela
Jaiman Sumbayak. Dari sepenggal kisah di atas dapat ditarik beberapa hal sbb :

Ternyata Op Johi, Op Arab dan Op Jahadam pernah tinggal di Raya Dolog. Fakta ini menunjukkan bahwa kemungkinan orangtua mereka juga
menetap dan meninggal dunia di Raya Dolog, dan sampai saat ini belum diketahui letak kuburannya. Bapak dari Op Johi dan Op Arab bernama Op
Suhut. Bapak dari Op Jahadam bernama Op Urungtama. Op Suhut dan Op Urungtama adalah anak dari Op Maradat. Diduga kuat Op Suhut dan Op
Urungtama lahir dari rahim ibu yang sama. Saudara Op Suhut dan Op Urungtama dari lain ibu adalah Op Torangin (menetap di Raya Humala) dan
Op Jorbaik (Op dari Op Tarianus toko obat sigumonrong yang ada di simpang Sondi Raya).

Dikemudian hari Op Johi, Op Arab dan Op Jahadam ini keluar dari Raya Dolog. Op Johi kemudian membuka perkampungan di parsimagodan yang
akhirnya bernama Bahapal Raya. Op Johi meninggalkan Raya Dolog dan membuka perkampungan baru diduga karena ketidakharmonisan dengan
Tuan Raya Dolog yang adalah tondong pamupusnya. Tidak diketahui jelas apa yang menyebabkan ketidakharmonisan tersebut. Sedangkan Op Arab
kemudian pergi meninggalkan Raya Dolog dan menetap di Sindar Raya. Dari cerita yang pernah didapatkan bahwa kepergian Op Arab ke Sindar
Raya karena gagal mendapatkan boru Tuan Raya Dolog. Jadi kepergian Op Johi dan Op Arab dari Raya Dolog diduga karena hubungan yang tidak
harmonis dengan tondong pamupus mereka yaitu Tuan Raya Dolog. Sedangkan Op Jahadam diketahui akhirnya pergi juga meninggalkan Raya
Dolog. Tidak diketahui apa yang menjadi alasannya keluar dari Raya Dolog. Kemungkinan besar karena saninanya, Op Johi dan Op Arab sudah tidak
tinggal lagi di Raya Dolog. Op Jahadam kemudian diketahui menetap di Simbou Kehen dan kemungkinan kuburannya pun ada di Simbou Kehen.

Dari kisah dalam buku Pdt J Wismar di atas disebutkan juga bahwa keluarga Pdt J Wismar kemudian pindah dari Sinondang ke Raya Dolog setelah
bapak dari Pdt J Wismar, Op Jalam Sumbayak meninggal dunia tahun 1904. Kepindahan mereka dari Sinondang ke Raya Dolog kira-kira
pertengahan tahun 1905. Dan disebutkan juga bahwa tidak berapa lama paman Pdt J Wismar pindah dari Raya Dolog ke Parsimagodan yang
jaraknya sekitar 2 KM. Tidak disebutkan dengan jelas siapa nama pamannya yang pindah ini, namun sudah bisa dipastikan bahwa paman yang
dimaksud adalah Op Johi. Jika demikian adanya, maka perpindahan dari Raya Dolog ke Parsimagodan kemungkinan di akhir tahun 1905 atau di
awal tahun 1906. Dan ini artinya, sejak itulah mulai ada orang yang menghuni dan menetap di daerah tersebut. Kemudian yang menjadi
pertanyaan, sejak kapan nama Bahapal Raya digunakan dan mengapa nama itu yang dipilih sebagai nama kampung yang baru dibuka tersebut?
Bahapal terdiri dari kata bah dan hapal. Kata bah berarti air/sungai dan hapal berarti tebal. Bahapal berarti air/ sungai yang tebal. Apakah karena
memiliki air yang tebal maka kampung itu dinamakan bahapal? Bisa jadi seperti itu. Tapi ada satu informasi yang lain yang diceritakan oleh Tongah
Bahapal terkait nama bahapal tersebut. Katanya di sepanjang aliran air sungai di bahapal tumbuh tanaman yang dedaunannya tebal-tebal. Dari
kondisi itulah kemudian kampung tersebut dinamakan Bahapal. Atau ada pendapat atau informasi yang lain terkait penamaan Bahapal ini? Yang
jelas usia kampung Bahapal ini baru sekitar seratus sebelas tahun. Dan di kalangan marga Purba Sigumonrong, huta Bahapal termasuk salah satu
sentra penyebaran marga purba sigumonrong. Di kota Jakarta dan sekitarnya, kelompok keturunan Purba Sigumonrong dari kampung Raya Humala
(keturunan Op Torangin) dan Simbou Kehen (keturunan Op Urungtama) masuk dan bergabung jadi satu dengan kelompok Purba Sigumonrong
Bahapal Raya (keturunan Op Suhut/ Op Johi)

Anda mungkin juga menyukai