Makalah Konseling 2
Makalah Konseling 2
DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS FARMASI
PRODI D3 FARMASI
SURAKARTA
2019
BENTUK SEDIAAN OBAT
Cara peyimpanan :
2. TABLET
Tablet adalah sediaan padat yang kompak, yang dibuat secara kempa
cetak, berbentuk pipih dengan kedua permukaan rata atau cembung, dan
mengandung satu atau beberapa bahan obat, dengan atau tanpa zat
tambahan. ( Berat tablet normal antara 300 — 600 mg ). Sifat :
1) Cukup stabil dalam transportasi dan penyimpanan.
2) Tidak tepat untuk : - obat yang dapat dirusak oleh asam lambung
dan enzim pencernaan - obat yang bersifat iritatif.
3) Formulasi dan pabrikasi sediaan obat dapat mempengaruhi
bioavailabilitas bahan aktif.
4) Dengan teknik khusus dalam bentuk sediaan multiplayer obat-obat
yang dapat berinteraksi secara fisik/khemis, interaksinya dapat
dihindari
5) Tablet yang berbentuk silindris dalam perdagangan disebut Kaplet
Penyimpanan :
Disimpan dalam wadah tertutup, balk ditempat yang sejuk dan terlindung
dari sinar matahari.
Contoh :
3. KAPSUL
Sediaan obat yang bahan aktifnya dapat berbentuk padat atau setengah
padat dengan atau tanpa bahan tambahan dan terbungkus cangkang
yang umumnya terbuat dari gelatin. Cangkang dapat larut dan dipisahkan
dari isinya.
1) Kapsul Lunak ( Soft Capsule ): berisi bahan obat berupa
minyak/larutan obat dalam minyak.
2) Kapsul keras ( Hard Capsule ): berisi bahan obat yang kering
Penyimpanan :
Contoh : Natur E
3. CREAM
Sediaan semi padat yang banyak mengandung air, sehingga
memberikan perasaan sejuk bila dioleskan pada kulit, sebagai vehikulum
dapat berupa emulsi 0/W atau emulsi W/O.
Sifat :
Absorbsi obat cukup baik dan mudah dibersihkan dari kulit
Kurang stabil dalam penyimpanan karena banyak mengandung air
dan mudah timbul jamur bila sediaan dibuka segelnya.
Dapat berfungsi sebagai pelarut dan pendingin
Sediaan ini cocok untuk dermatosa akut.
Contoh : Chloramfecort 10 g, Hydrokortison 5g, Scabicid 1 Og
4. PASTA
Masa lembek dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentu
serbuk dalam jumlah besar ( 40 — 60% ), dengan vaselin atau paraffin cair
atau bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilage,
sabun.
Sifat :
Obat dapat kontak lama dengan kulit
Sediaan ini cocok untuk dermatosa yang agak basah ( Sub akut
atau kronik )
Dapat berfungsi sebagai pengering, pembersih, dan
pembawaUntuk lesi akut dapat meninggalkan kerak vesikula
Contoh : Pasta Lassari
Sifat :
Homogen
Lebih kental dan lebih manis dibandingkan dengan Solutio.
Cocok untuk anak-anak maupun Dewasa.
Sirup Kering :
Suatu sediaan padat yang berupa serbuk atau granula yang terdiri dari
bahan obat, pemanis, perasa, stabilisator dan bahan lainnya, kecuali
pelarut. Apabiola akan digunakan ditambah pelarut (air) dan akan menjadi
bentuk sediaan suspensi.
Sifat :
3. SUSPENSI
Sediaan cair yang mengandung bahan padat dalam bentuk halus yang
tidak larut tetapi terdispersi dalam cairan/vehiculum, umumnya
mengandung stabilisator untuk menjamin stabilitasnya, penggunaannya
dikocok dulu sebelum dipakai.
Sifat :
Cocok untuk penderita yang sukar menelan, anak-anak dan
manula
Bisa ditambah pemanis dan perasa sehingga rasanya lebih enak
dari Solutio
Volume pemberiannya besar
Kecepatan absorbsi obat tergantung pada besar kecilnya ukuran
partikel yang terdispersi
4. ELIXIR
Larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven, untuk
mengurangi jumlah etanol bisa ditambah kosolven lain seperti gliserin
dan propilenglikol, tetapi etanol harus ada untuk dapat dinyatakan
sebagai elixir. Kadar alcohol antara 3-75%, biasanya sekitar 315%,
keggunaan alcohol selain sebagai pelarut, juga sebagai pengawet atau
korigen saporis.
Sifat :
Cocok untuk penderita yang sukar menelan. Karena mengandung
Alkohol, hati-hati untuk penderita yang tidak tahan terhadap
Alkohol atau menderita penyekit tertentu
Elixir kurang manis dan kurang kental dibandingkan bentuk
sediaan sirup.
Contoh : Batugin 300 ml, Mucopect 60 ml ( Paediatri )
5. TINGTURA
Larutan mengandung etanol atau hidroalkohol dibuat dari bahan
tumbuhan atau senyawa kimia. Secara tradisional tingtura tumbuhan
berkhasiat obat mengandung 10% bahan tumbuhan, sebagian besar tingtura
tumbuhan lain mengandung 20%bahan tumbuhan. Sifat :
Homogen dan bahan obat lebih stabil
Kadar alcohol yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme
Karena Berisi beberapa komponen, dengan adanya cahaya
matahari dapat terjadi perubahan fotosintesis
Contoh : Halog 8 ml
6. GARGARISMA
Obat yang dikumur sampai tenggorokan, dan tidak boleh ditelan.
Contoh : Betadine 190 ml
7. GUTTAE
Sediaan cair yang pemakaiannya dengan cara meneteskan.
TETES ORAL :
Sifat: :
Volume pemberian kecil sehingga cocok untuk bayi dan anak-
anak
Pada umumnya ditambahkan pemanis, perasa, dan bahan lain
yang sesuai dengan bentuk sediaannya
Bahan obatnya berkhasiat sebagai antimikroba, analgetika
antipiretika, vitamin, antitusif, dekongestan.
Contoh : Multivitaplek 15 ml, Triamic 10 ml, Termagon
TETES MATA :
Sifat :
Harus steril dan jernih
Isotonis dan isohidris sehingga mempunyai aktivitas optimal
Untuk pemakaian berganda perlu tambah pengawet
TETES TELINGA :
Sifat :
8. LOTION
Sediaan cair yang digunakan untuk pemakaian luar pada kulit
Sifat :
Sebagai pelindung atau pengobatan tergantung komponennya.
Sesudah dioleskan dikulit, segera kering dan meninggalkan
lapisan tipis komponen obat pada permukaan kulit
Bahan pelarut (solven) berupa air, alcohol, glyserin atau bahan
pelarut lain yang cocok. Contoh : Tolmicen 10 ml.
PENYIMPANAN KHUSUS
1. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat
2. Harus mempunyai kunci yang kuat
3. Lemari dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan,
bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin,
dan garam-garamnya, serta persediaan narkotika; bagian kedua
dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai
sehari-hari.
4. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari ukuran kurang dari
40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok
atau lantai
5. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang
lain selain narkotika
6. Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh penanggung
jawab/asisten apoteker atau pegawai lain yang dikuasakan
7. Lemari khusus harus ditaruh pada tempat yang aman dan tidak
boleh terlihat oleh umum.
A. PENGERTIAN PEDIATRIK
Pediatrik adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan
perawatan medis bayi (infant), anak-anak (children), dan remaja
(aldosents). Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), pediatrik
adalah spesialisasi ilmu kedokteran yang berkaitan dengan fisik, mental
dan sosial kesehatan anak sejak lahir sampai dewasa muda. Pediatrik juga
merupakan disiplin ilmu yang berhubungan dengan pengaruh biologis,
sosial, lingkungan dan dampak penyakit pada perkembangan anak. Anak-
anak berbeda dari orang dewasa secara anatomis, fisiologis, imunologis,
psikologis, perkembangan dan metabolisme.
B. KLASIFIKASI POPULASI PEDIATRIK
Secara internasional populasi pediatrik dikelompokkan menjadi:
a. Preterm newborn infants (bayi prematur yang baru lahir).
b. Term newborn infants (bayi yang baru lahir umur 0-28 hari).
c. Infants and toddlers (bayi dan anak kecil yang baru belajar berjalan
umur > 28 hari sampai 23 bulan).
d. Children (anak-anak umur 2-11 tahun).
e. Adolescents (anak remaja umur 12 sampai 16 sampai 18 tahun
tergantung daerah). Usia didefinisikan dalam hari, bulan dan tahun
lengkap (WHO, 2007).
GERIATRI
A. Pengertian Geriatri
Istilah geriatri pertama kali digunakan oleh Ignas Leo Vascher pada
tahun 1909. Namun ilmu geriatri sendiri, baru berkembang pada tahun
1935. Pada saat itulah diterapkan penatalaksanaan terpadu terhadap
penderita-penderita lanjut usia (lansia) dilengkapi dengan latihan jasmani
dan rohani (Martono dan Pranarka, 2010).Pasien geriatri adalah pasien
usia lanjut yang berusia lebih dari 60 tahun serta mempunyai ciri khas
multipatologi, tampilan gejalanya tidak khas, daya cadangan faali
menurun, dan biasanya disertai gangguan fungsional. Penderita geriatri
berbeda dengan penderita dewasa muda lainnya, baik dari segi konsep
kesehatan maupun segi penyebab, perjalanan, maupun gejala dan tanda
penyakitnya sehingga, tatacara diagnosis pada penderita geriatri berbeda
dengan populasi lainnya (Penninx et al.,
2004).
B. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Geriatri
Menurut Boedi Darmojo (2004), menjadi tua bukanlah suatu penyakit
atau sakit, tetapi suatu perubahan dimana kepekaan bertambah atau batas
kemampuan beradaptasi menjadi berkurang yang sering dikenal dengan
geriatric giant yang merupakan suatu sindroma geriatri.Sindroma geriatri
adalah kumpulan gejala mengenai kesehatan yang sangat sering
dikeluhkan oleh para lanjut usia dan/atau keluarganya. Sindroma itu
bukanlah suatu penyakit, sehingga diperlukan upaya penanganan lebih
lanjut untuk mencari penyakit yang mendasari timbulnya sindroma
tersebut. Menurut Solomon et al. (1994) terdapat beberapa masalah
tersering yang dialami oleh populasi geriatri diantaranya immobilitas
(immobility), impaksi (impaction), ketidakseimbangan (instability),
iatrogenik (iatrogenic), kemunduran intelektual (intellectual impairment),
gangguan/susah tidur (insomnia), inkontinensia (incontinence), menutup
diri (isolation), impoten (impotence), menurunnya sistem imun (imuno-
defficiency), mudah terkena infeksi, malnutrisi (inanition), serta gangguan
pengelihatan, pembauan, pendengaran dan lain-lain (Solomon et al.,
1994citKuswardhani et al., 2008). Perubahan yang terjadi pada lansia
diantaranya yaitu:
1) Perubahan dari aspek biologisPerubahan yang terjadi pada sel seseorang
menjadi lansia yaitu adanya perubahan genetika yang mengakibatkan
terganggunya metabolisme protein, gangguan metabolisme
Deoxyribonucleic Nucleic Acid (DNA), terjadi ikatan DNA dengan
protein stabil yang mengakibatkan gangguan genetika,gangguan kegiatan
enzim dan sistem pembuatan enzim, menurunnya proporsi protein diotak,
otot, ginjal darah dan hati, terjadinya pengurangan parenchim serta adanya
penambahan lipofuscin.
2. Psikologis
Perubahan psikologis pada lansia sejalan dengan perubahan secara
fisiologis. Masalah psikologis ini pertama kali mengenai sikap lansia
terhadap kemunduran fisiknya (disengagement theory) yang berarti adanya
penarikan diri dari masyarakat dan dari diri pribadinya satu sama lain.
Lansia dianggap terlalu lamban dengan daya reaksi yang lambat,
kesigapan dan kecepatan bertindak dan berfikir menurun. Perubahan psikis
pada lansia adalah besarnya individual differences pada lansia. Lansia
memiliki kepribadian yang berbeda dengan sebelumnya. Penyesuaian diri
lansia juga sulit karena ketidakinginanlansia untuk berinteraksi dengan
lingkungan ataupun pemberian batasan untuk dapat beinteraksi.
3. Perubahan seksual
Pada dasarnya perubahan fisiologis yang terjadi pada aktivitas seksual
pada usia lanjut biasanya berlangsung secara bertahap dan menunjukkan
status dasar dari aspek vaskuler, hormonal dan neurologiknya (Darmojo
danMartono, 2004). Untuk suatu pasangan suami istri, bila semasa usia
dewasa dan pertengahan aktivitas seksual mereka normal, akan kecil sekali
kemungkinan mereka akan mendapatkan masalah dalam hubungan
seksualnya.
C. Permasalahan yang sering dialami geriatric
1. Permasalahan dari Aspek Fisiologi Terjadinya perubahan normal
pada fisik lansia yang dipengaruhi oleh faktor kejiwaan sosial, ekonomi
dan medik. Perubahan tersebut akan terlihat dalam jaringan dan organ
tubuh seperti kulit menjadi kering dan keriput, rambut beruban dan
rontok, penglihatan menurun sebagian atau menyeluruh, pendengaran
berkurang, indra perasa menurun, daya penciuman berkurang, tinggi
badan menyusut karena proses osteoporosis yang berakibat
badanmenjadi bungkuk, tulang keropos, massanya dan kekuatannya
berkurang dan mudah patah, elastisitas paru berkurang, nafas menjadi
pendek, terjadi pengurangan fungsi organ di dalam perut, dinding
pembuluh darah menebal sehingga tekanan darah tinggi, otot jantung
bekerja tidak efisien, adanya penurunan organ reproduksi terutama pada
wanita, otak menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria,
serta seksualitas tidak terlalu menurun.
2. Permasalahan dari Aspek Psikologi
Menurut Hadi Martono (1997) dalam Martono dan Pranarka (2010),
beberapamasalah psikologis lansia antara lain:
1.Kesepian (loneliness)
Hal yang dialami oleh lansia pada saat meninggalnya pasangan
hidup,terutama bila dirinya saat itu mengalami penurunan status kesehatan
seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan
sensorik terutama gangguan pendengaran harus dibedakan antara kesepian
dengan hidup sendiri. Banyak lansia hidup sendiri tidak mengalami
kesepian karena aktivitas sosialnya tinggi, lansia yang hidup di lingkungan
yang beranggota keluarga yang cukup banyak tetapi mengalami kesepian.
2. Duka cita (bereavement)
Pada periode duka cita ini merupakan periode yang sangat rawan bagi
lansia. Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan
kesayangan bisa meruntuhkan ketahanan kejiwaan yang sudah rapuh dari
seorang lansia, yang selanjutnya memicu terjadinya gangguan fisik dan
kesehatannya. Adanya perasaan kosong kemudian diikuti dengan ingin
menangis dan kemudian suatu periode depresi. Depresi akibat duka cita
biasanya bersifat self limiting.
3. Depresi,
Persoalan hidup yang mendera lansia seperti kemiskinan, usia, stress
yang berkepanjangan, penyakit fisik yang tidak kunjung sembuh,
perceraian atau kematian pasangan, keturunan yang tidak bisa merawatnya
dan sebagainya dapat menyebabkan terjadinya depresi. Gejala depresi
pada usia lanjut sedikit berbeda dengan dewasa muda, dimana pada usia
lanjutterdapat gejala somatik. Pada usia lanjut rentan untuk terjadi: episode
depresi berat dengan ciri melankolik, harga diri rendah, penyalahan diri
sendiri, ide bunuh diri, penyebab terjadinya depresi merupakan gabungan
antara faktor-faktor psikologik, sosial dan biologik. Seorang usia lanjut
yang mengalami depresi bisa saja mengeluhkan mood yang menurun,
namun kebanyakan menyangkal adanya depresi. Yang sering terlihat
adalah hilangnya tenaga/energi, hilangnya rasa senang, tidak bisa tidur
atau keluhan rasa sakit dan nyeri kecemasan dan perlambatan motorik
(Gumru and Arıcıoğlu, 2012).
4.Gangguan cemas
Terbagi dalam beberapa golongan yaitu fobia, gangguan panik,
gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan
obsesif-kompulsif. Pada lansia gangguan cemas merupakan kelanjutan dari
dewasa muda dan biasanya berhubungan dengan sekunder akibat penyakit
medis, depresi, efek samping obat atau gejala penghentian mendadak suatu
obat
5. Psikosis pada lansia
Terbagi dalam bentuk psikosis bisa terjadi pada lansia, baik sebagai
kelanjutan keadaan dari dewasa muda atau yang timbul pada lansia.
6.Parafrenia
Merupakan suatu bentuk skizofrenia lanjut yang sering terdapat pada
lansia yang ditandai dengan waham (curiga) yang sering lansia merasa
tetangganya mencuri barang-barangnya atau tetangga berniat
membunuhnya. Parafrenia biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi atau
diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.
Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu hal yang perlu
mendapat perhatian. Kesulitan mengunyah dan tidak mau makan bisa
karena rasa tidak nyaman di mulut, mulut kering, sariawan, gigi goyang,
dan kebersihan yang buruk (termasuk perawatan gigi palsu yang kurang
baik) bisa memengaruhi kenyamanan makan.Selain itu, gigi ompong pada
lansia juga memengaruhi pemilihan makanan. Karena itu, sebaiknya
temani lansia untuk periksa ke dokter gigi kalau ada keluhan tertentu dan
untuk kontrol rutin.
Coba ingat-ingat waktu Anda masih kecil dulu. Semakin dipaksa dan
dimarah-marahi agar makan, Anda semakin tidak nafsu makan, bukan?
Begitu juga dengan lansia.Karena itu, saat membujuk lansia agar mau
makan, Anda harus banyak bersabar dan selalu gunakan nada bicara yang
positif, enteng, dan ceria. Jangan malah diancam seperti, “Kalau ayah tidak
makan sekarang juga, nanti aku tidak akan siapkan makanan apa pun buat
ayah.”
DAFTAR PUSTAKA
Murini, Tri. 2013. Bentuk Sediaan Obat (BSO) Dalam Preskripsi. UGM-
Press. Yogyakrta
Australian Drug Evaluation Committee (1989) Medicine in Pregnancy.
Australian Goverment Publishing Service,Canberra.
Katzung BG (1987) Basic and Clinical Pharmacology,3rd edition.
Lange Medical Book, California.
Suryawati S et al (1990), Pemakaian Obat pada
Kehamilan.Laboratorium Farmakologi Klinik FK-UGM, Yogyakarta
Tan Hoan Tjay.Drs & Kirana Rahardja.Drs (2007) Obat-Obat Penting.
PT Elex Komputindo. Gramedia: Jakarta