Anda di halaman 1dari 10

BELA NEGARA, KESEHATAN DAN FISIOTERAPI DI ERA 4.

0
Sri Yani, SST.FT, M.Si
Dosen Prodi D3 Fisioterapi FIKES UPN Veteran Jakarta
Email : sri.yani@upnvj.ac.id

Pendahuluan
Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan petinggi
suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh komponen dari suatu
negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara tersebut. Setiap warga negara
memiliki kewajiban yang sama dalam masalah pembelaan negara. Hal tersebut merupakan wujud
kecintaan seorang warga negara pada tanah air yang sudah memberikan kehidupan padanya. Hal
ini terjadi sejak seseorang lahir, tumbuh dewasa serta dalam upayanya mencari penghidupan.
Di Indonesia, Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang
seutuhnya. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan
syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang. Kesadaran bela negara itu
hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan berkorban membela negara. Spektrum
bela negara itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan
baik sesama warga negara sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata.
Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan Negara.
(Watanas, 2018)
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPN Veteran Jakarta) sebagai Kampus
Bela Negara adalah Perguruan Tinggi yang mempunyai fungsi strategis dalam menghasilkan
lulusan yang memiliki jiwa kejuangan dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Pasal 27 ayart 3 UUD 1945 menyebutkan “setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”. Kampus Bela Negara adalah salah satu wujud
implementasi dari Pasal 27 ayat 3 UUD 1945 tersebut dalam bentuk sistem pertahanan negara
untuk menghadapi ancanam non militer.
Fakultas ilmu kesehatan (FIKES) merupakan salah satu fakultas di UPN Veteran Jakarta,
yang turut serta membangun derajat kesehatan masyarakat melalui pendidikan kesehatan dengan
pembentukan sumber daya insan kesehatan yang beridentitas bela negara dengan unggulan
masing-masing program studi. FIKES mempunyai 6 (enam) program studi yakni Program studi
Profesi Ners, Program Studi S1 Keperawatan, Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat, Program
Studi S1 Ilmu Gizi, Program Studi D3 Keperawatan dan Program Studi D3 Fisioterapi.
Sebagai kampus bela negara, maka setiap program studi perlu mengimplementasikannya
dalam proses pembelajaran untuk mewujudkan karya nyata dari seorang tenaga kesehatan dalam
bela negara. Salah satunya adalah tenaga fisioterapi. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan yang
ditujukan kepada individu dan/atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan
memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan
secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan
fungsi, dan komunisasi (Menkes, 2007). Untuk itu sebagai insan fisioterapis harus mampu
menunjukkan kiprahnya dalam bela negara di era 4.0.

Bela Negara (Subagyo, 2015)


Secara filosofis, bela negara merupakan sebuah implementasi dari teori kontrak sosial atau
teori perjanjian sosial tentang terbentuknya negara. Teori kontrak sosial dinyatakan bahwa negara
terbentuk karena keinginan warga negara atau masyarakat untuk melindungi hak dan
kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat agar supaya terjalin hubungan yang harmonis,
damai dan tentram.
Negara memiliki tujuan untuk meselaraskan kepentingan antar warga negara di tengah
interaksi masyarakat. Negara pun lahir kareana adanya kesepakatan antar warga negara. Hubungan
antar negara dan warga negara bersifat komplomenter.
Bela negara harus dipahami dalam konteks yang luas dimana setiap warga negara merupakan
entitas yang hidup didalam sebuah bangunan negara sehingga secara hakiki warga negara wajib
untuk menjaga, memelihara, dan mengayomi setiap pranata, institusi, dan perangkat kelengkapan
negara. Berbeda dengan negara yang otoriter atau negara yang tidak amanah terhadap kepentingan
rakyat.
Dasar bela negara di Indonesia sudah temaktub dalam berbagai perundang-undangan,
khususnya di dalam UUD NRI 1945.
a) Pasal 30 ayat 1: “Setiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pertahanan dan keamanan negara”.
b) Pasal 30 ayat 2: “Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan Polri sebagai kekuatan utama dan
rakyat sebagai kekuatan pendukung”.
UU No. 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara dalam pasal 9 diamanahkan secara jelas
tentang aturan bela negara bagi masyarakat Indonesia.
a) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan
dalam peyelenggaraan pertahanan negara.
b) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), diselenggarakan melalui:
- Pendidikan kewarganegaraan;
- Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib;
- Pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara
wajib; dan
- Pengabdian sesuai dengan profesi.
c) Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib,
dan pengabdian sesuai dengan profesi diatur dengan undang-undang.
Dalam regulasi hukum tentang dasar hukum pelaksanaan bela negara yang ada di Indonesia
adalah:
a) Tap MPR No. VI Tahun 1973 tentang Konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan Nasional.
b) Undang-Undang No. 29 Tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat.
c) Undang-Undang No. 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara RI. Diubah
oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988.
d) Tap MPR No. VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.
e) Tap MPR No. VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.
f) Amandemen UUD ’45 Pasal 30 dan Pasal 27 ayat 3.
g) Undang-Undang No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
Unsur-unsur bela negara adalah: Cinta Tanah Air, Kesadaran Berbangsa & Bernegara, Yakin
akan Pancasila sebagai Ideologi Negara, Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara, dan Memiliki
Kemampuan Awal Bela Negara.

Dalam bidang kesehatan maka wujud nyata bela negara termaktub dalam UU No. 3 Tahun
2002 Tentang Pertahanan Negara dalam pasal 9 ayat 1 yakni pengabdian sesuai dengan profesi.
Era 4.0 dan Bidang Kesehatan
Dunia sedang memasuki era Revolusi Industri 4.0, yaitu era yang merupakan periode
perkembangan baru ketika beberapa teknologi yang meliputi teknologi fisik, teknologi digital dan
teknologi biologis masing-masing telah mencapai perkembangan yang belum pernah terjadi
sebelumnya pada bidangnya masing-masing. Ketiga teknologi tersebut merupakan pendorong
teknologi utama atau yang paling mendasar untuk Revolusi Industri 4.0. Era ini ditandai dengan
meluasnya jaringan siber yang secara fisik didukung oleh beragam kemajuan teknologi digital,
yang digunakan untuk:
a. meningkatnya produktifitas;
b. meningkatnya kecepatan kerja;
c. efisiensi biaya;
d. komunikasi sosial lintas batas dan waktu;
e. reposisi dan reorientasi peran manusia dalam sistem produksi;
f. inovasi layanan baru yang mendisrupsi cara bisnis lama;
g. dan lain-lain.
Pada era ini terjadi perubahan di semua sektor, termasuk kesehatan. Dalam kesehatan digital
terdapat konvergensi pada:
a. revolusi digital;
b. genomik;
c. ilmu kesehatan;
d. pelayanan kesehatan;
e. kehidupan manusia dan masyarakat.
Pada riset kecerdasan buatan di bidang kedokteran dikembangkan pada penelitian radiologi,
neurologi, patologi, dermatologi, kardiologi dan oftalmologi, sebagai salah satu contohnya adalah
kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk melakukan diagnosis retinopati diabetik, melalui
proses sebagai berikut (Fuad, 2019):
1. beragam foto fundus retinopati diabetic diklasifikasikan, diterjemahkan menjadi
algoritme/program computer:
2. algoritme dilatih/ditingkatkan kinerjanya/disempurnakan melalui pengenalan kasus
sehingga lebih cerdas;
3. algoritme kemudian diujikan ke kasus yang lebih banyak untuk di pilih algoritme mana yang
paling bagus performanya. Hasil ini dibandingkan dengan ahli. Inilah yang disebut dengan
kecerdasan buatan karena komputer dapat dilatih dan memiliki kecerdasan setara dengan
ahli. Pendekatan machine learning yang baru yaitu deep learning, memberikan sepenuhnya
kepada komputer untuk mengenali karakter yang harus diidentifikasi, seperti gambar di
bawah ini:

1 3

Gambar 1. Cara kerja kecerdasan buatan untuk diagnosis retinopati diabetik (Fuad, 2019)

Di Indonesia sendiri dalam bidang kesehatan terutama pelayanan kesehatan telah dikembangkan
teknologi telemedis terintegrasi untuk layanan medis dengan alamat web
https://temenin.kemkes.go.id, pada TEMENIN terdapat 4 (empat) layanan telemedis yang tersedia,
yakni

1. Tele-radiologi
Tele-radiologi mengintepretasikan foto menjadi sebuah diagnosis, yang dikirim secara
online dan digunakan oleh dokter ahli radiologi untuk penanganan cepat.
2. Tele-EKG
Pemeriksaan kesehatan terhadap aktivitas elektrik jantung, ditujukan untuk menilai kerja
jantung, hasil EKG dikirim ke spesialis penyakit jantung diagnosis cepat.
3. Tele-USG
Tele-USG digunakan untuk membantu diagnosis ibu hamil yang ada di pelosok daerah dan
dihubungkan dengan dokter spesialis obgyn untuk mempercepat rujukan.
4. Tele-Konsultasi
Tele-komunikasi mempertemukan pasien dengan dokter ahli untuk konsultasi online,
mengetahui kondisi pasien, dan membuat rekomendasi pengobatan.

Gambar 2. Tampilan web temenin

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 46 tahun 2017 tentang Strategi Nasional e-


kesehatan, terdapat 7 komponen penentu keberhasilan penerapan e-kesehatan yakni (Menkes,
2017):
1. tata kelola dan kepemimpinan (governance and leadership);
2. strategi dan investasi (strategy and investment);
3. layanan dan aplikasi (services and application);
4. standar dan interoperabilitas (standards and interoperability);
5. infrastruktur (infrastructure);
6. peraturan, kebijakan, dan pemenuhan kebijakan (legislation, policy, and compliance);
dan
7. sumber daya manusia (workforce).
Semua komponen tersebut harus ditata dengan baik dan seimbang, apabila hanya focus kepada
aplikasi/teknologi namun tidak mempertimbangkan lainnya, inovasi e-kesehatan tidak akan
berkesinambungan.

Bela Negara dan Fisioterapi di Era 4.0.


Dalam bidang fisioterapi wujud nyata bela negara termaktub dalam UU No. 3 Tahun 2002
Tentang Pertahanan Negara dalam pasal 9 ayat 1 yakni pengabdian sesuai dengan profesi.
Bagaimana pengabdian seorang fisioterapi di era 4.0?
Fisioterapis adalah seseorang yang telah lulus pendidikan formal fisioterapi dan kepadanya
diberikan kewenangan tertulis untuk melakukan tindakan fisioterapi atas dasar keilmuan dan
kompetensi yang dimilikinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ilmu fisioterapi adalah sintesa ilmu biofisika, kesehatan dan ilmu-ilmu lain yang mempunyai
hubungan dengan upaya fisioterapi pada dimensi promosi, pencegahan, intervensi dan pemulihan
gangguan gerak dan fungsi serta sumber fisis untuk penyembuhan seperti latihan, tehnik
manipulasi, dingin, panas serta modalitas elektroterapeutik.
Sebagai profesi maka fisioterapi memiliki otonomi mandiri yaitu kebebasan dalam
melakukan keputusan-keputusan professional (professional judgement) dalam melakukan upaya-
upaya promotive, preventif, dan penyembuhan serta pemulihan dalam batas pengetahuan yang
didapat sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Secara umum bahwa tindakan fisioterapi
yang dilakukan oleh seorang fisioterapis adalah tanggung jawab secara individu yang disertai oleh
keputusan-keputusan profesi yang mereka lakukan dan tidak dapat dikontrol dan/atau diintervensi
oleh profesi lainnya.
Dalam menjalankan aktifitas profesinya, profesi fisioterapi memiliki tanggung jawab profesi
yang berkesinambungan dan tindakan atau intervensi fisioterapi yang dilakukan harus dalam batas
kewenangan, kemampuan dan kode etik profesi serta mengikuti aturan-aturan atau ketentuan-
ketentuan baik yang ditetapkan oleh Ikatan Fisioterapi Indonesia maupun Pemerintah.
Lingkup pelayanan fisioterapi diterapkan pada dimensi promotive, preventif, kuratif dan
rehabilitative dengan cakupan pelayanan sepanjang rentang kehidupan manusia sejak praseminasi
sampai dengan ajal. Dengan demikian maka cakupan pelayanan fisioterapi adalah :
1. Promotif
Mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan bagi individu dan masyarakat umum.
2. Preventif
Pencegahan terhadap gangguan, keterbatasan fungsi, ketidakmampuan indivisu yang
berpotensi untuk mengalami gangguan gerak dan fungsi tubuh akibat factor-faktor
kesehatan/social ekonomi dan gaya hidup.
3. Kuratif dan Rehabilitatif
Memberikan intervensi untuk pemulihan integritas system tubuh yang diperlukan untuk
pemulihan gerak, memaksimalkan fungsi, meminimalkan ketidakmampuan dan
meningkatkan kualitas hidup individu dan kelompok yang mengalami gangguan gerak
akibat keterbatasan fungsi dan kecacatan.

Seorang fisioterapis yang telah menjalankan profesinya sesuai dengan standar profesi dan
pelayanan fisioterapi maka dia telah melakukan pengabdian terhadap profesinya sebagai wujud
nyata dalam bela negara. Namun di era 4.0 tuntutan seorang fisioterapis tidak hanya itu, dia harus
mampu memanfaatkan teknologi informasi dalam praktik fisioterapi.
Konfederasi Fisioterapi Dunia (World Confederation for Physical Therapy) meyakini bahwa
makin besar jumlah manusia bergaya hidup sedenter merupakan faktor risiko utama munculnya
penyakit kronis yang menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian. Pada kondisi seperti ini,
sesungguhnya excercise (latihan fisik) adalah strategi yang paling efektif untuk dilakukan
sepanjang daur kehidupan. Sebagai profesi yang ahli dalam ilmu gerak dan latihan dengan seluruh
pengetahuannya yang mendalam tentang faktor risiko, patologi dan pengaruhnya terhadap seluruh
sistem, fisioterapis adalah profesi yang paling ideal untuk mempromosikan, mengarahkan dan
meresepkan serta mengelola upaya dan kegiatan latihan fisik.
Di tahun 2020 IFI memilih frasa “Gerak adalah Budaya /Exercise is Culture”. bahwa
sesungguhnya profesi fisioterapi adalah profesi yang paling ideal disebut sebagai “Movement
Expert“. Fisioterapi-lah, baik di dalam kurikulum maupun di dalam praksisnya mempelajari gerak
sebagai fenomena paling esensial dalam kehidupan. Gerak yang dilihat oleh seorang fisioterapis
berjenjang, dari gerak pada level yang paling kecil yaitu gerak biologi (molekuler) hingga gerak
pada level individu dalam komunitas sosiologis. Gerak bagi fisioterapis tidak saja dilihat sebagai
hasil dari keinginan akan tetapi juga dilihat dari fungsi gerak itu bagi kelestarian kehidupan.
Gerak adalah budaya, mengandung arti bahwa sesungguhnya inti dari seluruh modalitas
yang digunakan oleh fisioterapis mulai dari promotive, preventif, kuratif dan rehabilitatif adalah
terapi latihan (exercise therapy). Fisioterapi adalah ahli gerak. Exercise adalah nafas bagi
fisioterapi. Gerak adalah bukti adanya kehidupan. Sesorang yang malas gerak akan sakit, tidak
bergerak akan mati, dan jika mau sehat bergeraklah Bersama Fisioterapi.
Dalam era 4.0, fisioterapi dapat memanfaatkan teknologi informasi dalam upaya promotif
dan preventif. Misal dengan aplikasi wellness app.

Gambar 3. Fitur-fitur yang terdapat dalam aplikasi wellness app


Dalam aplikasi tersebut bisa ditentukan program latihan, latihan yang telah dilakukan selama
sehari, satu minggu dan bahkan satu bulan bisa tercatat dengan baik, beserta parameter-parameter
sehat misal tekanan darah, nadi dan kualitas tidur. Hal ini bermanfaat untuk membantu
pasien/klien mengontrol quality of life (kulitas hidup).

Kesimpulan
1. Bela negara adalah hak dan kewajiban setiap warga negara.
2. Bukti nyata dari seorang tenaga kesehatan dan fisioterapis adalah pengabdian terhadap
profesi.
3. Pada Era 4.0 tenaga kesehatan dan fisioterapis dapat menfaatkan teknologi informasi dalam
pengabdian terhadap profesi

Daftar Pustaka

Watanas, S. (2018, Oktober 19). www.wantannas.go.id. Retrieved from


https://www.wantannas.go.id/2018/10/19/bela-negara-pengertian-unsur-fungsi-tujuan-
dan-manfaat-bela-negara/
Menkes. (2007). Standar Profesi Fisioterapi. Jakarta: Kepmenkes No.: 376/Menkes/SK/III/2007.
Subagyo, A. (2015). Bela Negara: Peluang dan Tantangan di Era Globalisasi. Graha Ilmu.
Fuad, A. (2019). Inovasi dan Pemanfaatan Teknologi Digital Bidang Kesehatan. Yogyakarta:
UGM.
http://temenin.kemkes.go.id/

Anda mungkin juga menyukai