Anda di halaman 1dari 24

 Perkembangan Smart Grid tidak terlepas dari penggunaan

pembangkit energi baru terbarukan (renewable energy).


Pembangkit ini umumnya menghasilkan arus searah (DC)
yang kemudian dengan inverter diubah menjadi arus bolak-
balik (AC)
 Walaupun ada generator yang menggunakan arus bolak-balik
(seperti wind turbine), tetapi disearahkan dulu menjadi arus
searah (DC) setelah itu baru diubah ke arus bolak-balik (AC).
Control ini umumnya menggunakan interface elektronika
daya.
 Distributed generator yang semakin besar akan menimbulkan
masalah pengaturan tegangan. Pengaturan saat ini dilakukan
dengan tap changer yang akan sulit mengikuti perubahan
tegangan dari waktu ke waktu kecuali menggunakan
pengendali elektronika daya.
1. PEMBANGKIT TENAGA SURYA
Pada pembangkit listrik tenaga surya terdapat elemen2 yaitu :
a. DC-DC coverter untuk Maximum Power Point Tracking
(MPPT) dan menambah tegangan.
b. DC-AC inverter satu phasa
c. Output filter dan transformator
d. Controller
 DC-DC converter diubah melalui inverter menjadi AC
50/60 Hz.
 Pulse Width Modulation (PWM) digunakan untuk
meminimalkan distorsi harmonisa.
 Untuk mengurangi harmonisa dapat juga digunakan
transformator
2. SISTEM ANGIN, AIR DAN PASANG SURUT
1. Power Electronic Converter
Karena kecepatan yang
berubah-ubah pada sistem
ini, digunakan Double Fed
Induction Generator (DFIG)
atau Full Power Converter
(FPG).
DFIG memiliki wound
rotor induction generator
yang dihubungkan ke
back-to-back power
electronic converter.
Pada generator FPC, diode bridge dihubungkan ke
terminal stator generator baik sinkron maupun
asinkron.
Frekwensi output yang berubah-ubah dikonversikan ke
DC menggunakan power electronic converter
kemudian diubah ke AC 50/60 Hz.
Pada sistem gearless, diguna-
kan multi-pole permanent
magnet machiner dengan
jumlah pole yang banyak.
2. SISTEM ANGIN, AIR DAN PASANG SURUT
2. Kontrol turbin angin
Turbin angin menggunakan back-to-back Voltage
Source Converter (VSC) untuk mengontrol kecepatan
rotor sehingga memperoleh efisiensi aerodinamis yang
maksimum dengan berbagai kecepatan angin.
2. SISTEM ANGIN, AIR DAN PASANG SURUT
2. Kontrol turbin angin
Apabila kecepatan angin
di bawah ratingnya,
kecepatan generator
bervariasi dan dikontrol
untuk mencapai kurva
daya maksimum.
Apabila kecepatan angin
di atas ratingnya, maka
blade mengurang daya
yang dibangkitkan oleh
rotor aerodinamis (titik X)
2. SISTEM ANGIN, AIR DAN PASANG SURUT
2. Kontrol turbin air
Turbin air didisain berdasarkan putaran dan tinggi jatuh
air. Perubahan tinggi jatuh akan mempengaruhi efisiensi
turbin. Kecepatan operasi yang bervariasi akan
mengubah kecepatan turbin sehingga efisiensi
maksimal.
Tinggi bersih dan baling-baling pengendali
mengendalikan air yang lewat melalui turbin.
Kinerja turbin ditampilkan dalam bentuk hill-chart
dimana dapat diketahui efisiensi maksimum berdasarkan
kecepatan rotor yang optimum.
2. SISTEM ANGIN, AIR DAN PASANG SURUT
2. Kontrol pasang surut
Pada sistem pasang surut, torsi dihasilkan generator
bergantung kepada variasi penggerak mula sesuai
kondisi aliran pasang surut.
Pengendaliannya menggunakan teknik hill climbing.
 Pertumbuhan distributed generation pada sistem Smart Grid
akan cukup besar. Beberapa pembangkit menggunakan
pembangkit sinkron akan memberikan pengaruh gangguan
hubung singkat.
 Semakin banyak pembangkit yang terhubung melalui power
electronic converter akan memberikan batasan seberapa
besar arus gangguan harus dibatasi.
 Beberapa kondisi pada saat terjadi gangguan di sistem
distributed generation :
◦ Pada beberapa jaringan, pembangkit sinkron akan
menambah arus gangguan, sehingga diperlukan
penggantian switchgear.
◦ Pada jaringan distribusi yang memiliki power electronic
yang terhubung pada DG, arus gangguan tidak dideteksi
sehingga diperlukan metode proteksi yang lain.
 Pembatasan arus gangguan menggunakan
Fault Current Limiters (FCL) seperti fuse
pembatas arus, supercinducting, magnetic,
static dan hybrid. Walaupun saat ini yang
banyak digunakan hanya fuse.
 Macam FCL:
◦ Thyristor
Sistem ini yang sudah digunakan. Pada kondisi
normal, kedua thyristor off dan arus melalui L1 dan
C. Impedansi L1 dan C mengmenjadi penghuung
penuh ikuti pada frekwensi 50 Hz, sehingga ωL1-
1/ωC = 0.
Apabila terjadi gangguan, kedua thyristor akan
terhubung maka L2 paralel dengan C yang berkibat
impedansi bertambah.
◦ Gate Turn Off (GTO)
◦ IGBT
◦ Gate Turn Off (GTO)
Pada sistem ini thyristor terhubung seri dengan
jaringan.
Apabila ada gangguan, GTO akan membuka,
sehingga arus dipecah mengalir melalui reaktansi
paralel. Dengan demikian arus gangguan terbagi
pada GTO dan reaktor paralel.

◦ IGBT
Pada sistem ini, dalam keadaan normal, bypass
switch menutup.
Apabial terjadi gangguan, by pass switch membuka
dan arus gangguan diambil alih oleh IGBT. IGBT
membuka ketika arus gangguan melebih nilai
settingnya. Kemudian arus gangguan mengalir
melalui varistor, dan arus gangguan menurun
 Suatu sistem distribusi sebagaimana pada gambar:

 Hitunglah arus gangguan 3 phasa di E tanpa generator G1.


 Hitunglah arus gangguan 3 phasa di E dengan generator G1.
 Hitunglah nilai C dan L2 untuk mengurangi arus gangguan.
 JAWABAN

Pada 69 kV, Z base 


69  10  3 2
 19,04 Ohm
250  10 6

250  10 6
Ibase   2091,85 A
3  69  10 3

Pada 13,8 kV, Z base 


13,8  10  3 2
 0,76 Ohm
250  10 6

250  10 6
Ibase   10459,25 A
3  13,8  10 3

Impedansi per unit :


 JAWABAN
1. Arus gangguan tanpa generator G1 :
1
  0,207 pu
0,26  0,625  1,97  1,97
 0,207  10459 ,25  2166,8 A

2. Rangkaian ekivalen dengan generator G1 :


Arus gangguan dengan
generator G1
1
  0, 233 pu
2,855  12 , 25
 1,97
2,855  12 , 25
 0,233  10459,25  2440,7 A
 JAWABAN
1. Bila impedansi Fault Curren Limiter =jZFCL, rangkaian ekivalen :

Bila arus gangguan diturunkan 5%, sehingga arus gangguan baru


=0,233x0,95 =0,22 pu, sehingga
1
 0, 22 pu
2,855  (12 , 25  Z FCL )
 1,97
2,855  12 , 25  Z FCL
Z FCL  j14 ,03 pu
 JAWABAN
Bila L1 = 10 mH, maka ωL-1/ωC=0  C =1013 mF.

Sehingga L2 = 7,76 mH
 Peralatan Shunt Compensation didasarkan pada Voltage
Source Inverter seperti STATCOM (Static synchronous
compensator), filter aktif dan Voltage Source Converter
dengan energy storage (VSC-ES).
 STATCOM digunakan untuk mengkompensasi daya reaktif
pada transmisi dan distribusi untuk mengendalikan tegangan,
mengurangi susut.
 D-STATCOM
◦ D-STATCOM merupakan STATCOM yang terhubung pada sistem
distribusi

◦ VSC pada D-STATCOM memproduksi tegangan 3 phasa yang


dapat diatur pada terminal tegangan.
◦ Bila tegangan output VSC lebih kecil dari tegangan terminal, D-
STATCOM membuat arus laging dari tegangan.
◦ Bila VSC memproduksi tegangan lebih besar dari tegangan
terminal, maka D-STATCOM memperoduksi daya reaktif.
 D-STATCOM
◦ LOAD COMPENSATION
 D-STATCOM dapat juga digunakan untuk memperbaiki
faktor daya dan menyeimbangkan beban yang tidak
seimbang.

 Untuk mengkompensasi beban, arus dimasukkan ke D-


STATCOM, kemudian D-STATCOM membangkitkan arus.
Dengan kata lain D-STATCOM merupakan sumber arus.
 D-STATCOM
◦ VOLTAGE CONTROL
 Thyristor based static VAR compensator digunakan
bersama D-STATCOM untuk mengontrol tegangan.
 FILTER AKTIF
◦ Filter aktif shunt terdiri dari PWM yang mengontrol
konverter sumber arus dan tegangan.
 SHUNT COMPENSATOR DENGAN ENERGY STORAGE
◦ Dengan perkembangan teknologi energy storage,
penggunaan VSC-ES menjadi layak untuk mengendalikan
tegangan dan mengurangi gangguan sistem tenaga.
◦ VCS-ES dapat digunakan untuk mengendalikan daya aktif
dan reaktif.
◦ Dengan D-STATCOM, pembangkitan daya reaktif dari VSC-
EC dapat digunakan untuk mengkompensasi beban dan
mengendalikan tegangan transient.
◦ Pembangkitan daya aktif, VSC-EC dapat digunakan
mempertahankan kondisi steady stage.

Anda mungkin juga menyukai