Anda di halaman 1dari 42

DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

PENGUJIAN TIDAK MERUSAK


(NON-DESTRUKTIF TEST)

1. PENDAHULUAN

Pengujian non-destruktif adalah suatu metode untuk pengendalian mutu


atau penjaminan mutu untuk bahan baku, mesin atau suatu struktur. Yang
dimaksud dengan istilah ini adalah seluruh bagian pengujian yang dilakukan
untuk mengetahui adanya suatu cacat, ciri khas, keadaan struktur dalam dari
barang yang diuji, terhadap segala jenis bahan baku, produk atau struktur, tanpa
menggores atau memisahkan atau merusak barang yang diuji.

Metode pengujian tersebut termasuk pemeriksaan penglihatan luar,


pemeriksaan radiograf, pemeriksaan ultrasonic flow detecting, pemeriksaan
partikel maknetis, pemeriksaan penetrasi, pemeriksaan eddy current/ arus kisar
serta pengukuran regangan/ strain. Dalam pelaksanaan pengujian non-
destruktif, cara yang diterapkan sangat tergantung untuk tujuan apa hasil
pengujian tersebut digunakan. Maka, sesuai dengan tujuan tersebut, perlu
memilih cara pengujian non-destruktif yang tepat dan dilaksanakan secara tepat.

1.1. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah memperlajari Modul ini di harapkan peserta operator
mengetahui pengujian - pengujian yang di lakukan pada Ketel Uap.

1
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

1.2. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah memperlajari Modul ini di harapkan peserta operator mampu
untuk :
a. Mengetahui sasaran yang tepat untuk pengujian tidak merusak
b. Mengetahui jenis-jenis pengujian tidak merusak
c. Mengendalikan bahaya yang timbul selama pengujian tidak
merusak baik untuk bahan uji maupun manusia.

2. DEFENISI UJI TIDAK MERUSAK (NON - DESTRUKTIF TEST)

Uji tidak merusak adalah suatu bentuk pengujian yang di lakukan untuk
mengetahui adanya situasi :
 Cacat
 Ciri khas
 Keadaan struktur bagian dalam (Gambar 2-1, bentuk benda uji )

Gambar 2-1

Dari suatu bahan atau peralatan yang di uji tampa :


 Merusak
 Mengores atau
 Memisahkan material yang diuji

2
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pengujian tidak merusak merupakan suatu metode untuk mengendalikan mutu dari
suatu peralatan berupa :
 Bahan baku
 Mesin atau
 Suatu struktur

Tujuan dari pengujian tidak merusak (non-destruktif test)


Pengujian non-destruktif dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan. Dalam hal
mana pun, pertama-tama perlu mendapatkan sasaran yang tepat dari pemanfaatan
pengujian non-destruktif. Setelah itu, baru dapat ditentukan metode pengujian yang
tepat untuk mencapai sasarn tersebut.

3. MASALAH CACAT
Untuk melakukan pengujian non-destruktif secara benar, perlu
mengantipasi jenis cacat yang terjadi pada bahan baku atau bagian yang dilas.
Oleh karena itu perlu memiliki pengetahuan yang cukup. Cacat yang dibahas
di dalam bagian ini merupakan jenis yang dapat dihindari bila pengendalian
dilakukan dengan baik pada tahap produksi. Apabila dari segi jenis, kwantitas
atau ukuran suatu cacat tergolong terlalu berat, dalam kondisi pengoperasian
normal yang dijadikan persyaratan untuk rancangan, bahan, mesin atau struktur
yang mendapatkan cacat tersebut tidak sesuai untuk pemakaian.
Sebagian dari cacat ditemukan pada waktu pemeriksaan berkala adalah
termasuk apa yang tidak ditemukan di dalam pemeriksaan pada waktu
produksi. Sebagian besat dari cacat adalah yang terjadi/ atau berkembang
dalam proses pemakaian. Oleh karena itu, bila cacat tersebut dibiarkan, dapat
menjadi sumber penyebab kerusakan.

3
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Jenis cacat utama yang terdapat dengan bahan baku, pada bagian yang dilas
serta penyebab terjadinya cacat baik ketentuan menurut Amarica Standard
Non Destructive Test (ASNT), Jepang maupun Indonesia
Cacat terbagi atas tiga bagian :
1. Cacat ukuran
a. Bentuk tidak sesuai
b. Over tolerance
2. Cacat struktur
a. Rolling
b. Pouring/casting
c. Forging
d. Welding
3. Cacat sifat-sifat kimia dan sifat-sifat mekanis :
a. Sifat-sifat kimia, kandungan bahaya kimia
b. Sifat-sifat mekanis, kuat tarik, lengkung, kebesaran dan lain-lain.

3.1. Cacat pada pelat baja


(1) Tercatat kedua bagian
Cacat pada bagian yang membentuk lapisan yang tipis ke arah
rolling. Cacat ini adalah bagian yang tidak menjadi satu dengan
diberi tekanan oleh karena terdapat lubang kontraksi, blowhole,
slag/terak logam atau sisa bahan yang tahan api di dalam ingot
logam.
(2) Bahan mon-logam yang tercampur
Dalam proses pembuatan ingot, bahan-bahan lain yang sangant
halus, seperti bahan hasil deoksidasi ( A1203, MnO, S102,
MnS) tercampur.

4
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

(3) Goresan pada permukaan


Swelling, berbagai jenis cacat, scab (akibat dari splash atau
garis atau terdapat blowhole pada waktu pembuatan ingot),
bintik-bintik atau goretan oleh karena kemasukan bahan hasil
oksidasi.

3.2. Cacat pada barang tuangan logam

(1) Retak
Retak dapat dibagi 2 jenis, yaitu yang terjadi dalam keadaan
benda tersebut panas dan keadaan dingin. Retak dalam keadaan
panas terjadi segera sesudah pengerasan. Hal ini disebabkan
oleh karena adanya benda asing di dalam grain boundary yang
lemah sehingga menimbulkan reaksi gaya tarik antara butir-butir
kristal. Retak dalam keadaan dingin disebabkan oleh karena
kekuatan penyesutan/shrinkage stress yang terjadi pada benda
tuangan dalam proses pendinginan dihambat oleh tekanan
cetatan ingot terlalu keras dan sebagainya.
(2) Cekungan penyesutan/shrinkage cavity
Sesuatu jenis cacat yang disebabkan oleh masalah perancangan
dengan pipa naik/riser, cetakan tuangan, chiller yang
mengakibatkan timbulnya lubang penyesutan di dalam benda
tuangan.
(3) Tercampurnya pasir/sand melusion atau benda lain
Cacat jenis ini disebabkan butir pasir yang tercampur di dalam
benda tuangan oleh karena cetakan pasir/sand mold terlepas,
atau benda lain yang merupakan slag/terak logam yang masuk

5
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

dari sprue dan muncul ke permukaan serta di dalam benda


tuangan.
(4) Ketidakleburan
Oleh suatu sebab termasuk kurang tingginya suhu pada waktu
penuangan, sebagian permukaan yang seharusnya menyatu
dengan ingot logam ditutupi dengan sehingga tersisa di dalam
benda tuangan sebagai bagian yang tidak terlebur.
(5) Blowhole
Jika deoksidasi dan dehidrasi dengan ingot logam tidak cukup,
jika pasir tuangan mengandung terlalu banyak air, atau jika
cetakan tuangan bermasalah, cacat ini disebabkan oleh karena
gas yang ada di dalam logam tidak dapat dikeluarkan dengan
sempurna dalam proses pengerasan.

3.3. Cacat dengan benda tempaan


(1) Quenching crack/retak yang terjadi dalam proses pemadaman
Dalam proses quenching, benda didinginkan secara mendadak.
Dengan demikian, terjadi penyesutan mendadak pada bagian
permukaan luar sedangkan penyesutan pada bagian dalam lebih
terlambat. Dengan kata lain, terjadi transformasi martensite,
dan menimbulkan ekspansi voluma yang cukup besar. Dengan
demikian, sepanjang permukaan luar yang telah menjadi keras,
terdapat tensile stress yang sangat kuat. Terutama, pada bagian
sudut atau ubungan/ridge tensile stress yang sangat kuat
terkonsentrasi sehingga menyebabkan keretakan.
(2) Cacat terbuka
Di bagian tengah ingot logam, terdapat bagian di mana daya
pengikat menjadi lemah oleh karena terdapat inter crystalline

6
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

crack yang halus atau lubng-lubang halus yang muncul di grain


boundary. Bagian tersebut, pada umumnya, terkait dalam proses
tema. Namun jika terdapat lubang yang menonjol atau proses
penempaan kurang baik, sebagian dari lubang tersebut tetapi
tidak terkait.
(3) Tercampurnya benda nin-logam, cacat dengan pasir
Benda non-logam yang tercampur biasanya terdapat di bagian
dalam ingot logam, dan sangat halus. Bilamana terdapat benda
non-logam dalam jumlah banyak atau proses pengerasan pelan,
benda non-logam tersebut terkumpul dan menjadi besar. Cacat
dengan pasir disebabkan oleh karena sebagian dari catakan
tempaan terlepas dan masuk ke dalam ingot.
Cacat-cacat semacam ini pada umumnya berbentuk panjang dan
tidal lebar, atau dalam bentuk pelat.

3.4. Cacat pada bagian dilas


(1) Retak
Retakan dapt dibagi ke dua jenis, yaitu retak yang terjadi di
bawah suhu tinggi atau suhu rendah.
Retak yang disebabkan oleh suhu tinggi disebabkan oleh gaya
tarik/tensile force dalam keadaan logam yang dilas atau bagian
yang memperoleh pengaruh suhu panas bersifat kurang regang
oleh karena pengaruh dari suhu tinggi di dalam proses
pengerasan.
(Logam yang dilas bersifat mengecil jika terjadi pengerasan.
Namun jika logam dasar menghambat proses tersebut, sebagai
akibatnya daya tarik menimbul).

7
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Retak yang disebabkan suhu rendah adalah retak yang terjadi


bila suhu bagian yang dilas menjadi kurang dari 300xc.
Penyebabnya adalah hidrogen yang ada di bagian yang dilas,
gaya reaksi tarik, pengerasan logam yang dilas serta penurunan
kapasitas regangan/ductility. Termasuk diantaranya adalah
retakan yang terjadi lama setelah dilakukan pengelasan. Untuk
mendeteksi retakan tersebut, perlu diadakan penguhian non-
destruksi setelah lebih dari 24 jam dari pengelasan. Gambar 3.1.
adalah foto potongan lintang yang menunjukan adanya retakan
yang disebabkan oleh suhu tinggi sedangkan gambar 3.2.
adalah foto retakan yang terjadi lama setelah dilakukan
pengelasan yang terdapat di permukaan logam yang dilas
(retakan melintang).

Gambar 3 - 1. Retakan melintang

8
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Gambar 3 -2 . Peretakan lag pengelasan

(2) Ketidaksempurnaan peleburan


Cacat ini adalah tersisanya bagian akar/root face yang tidak
terlebur. Jika seudut aluran/groove angle terlalu kecil atau back
chipping tidak cukup, bagian akar/root face tidak terlebur dan
tersisa sehingga terjadi ketidaksempurnaan peleburan.
Gambar 3.3. menunjukan foto potongan melintang dari contoh
ketidak sempurnaan peleburan bagian dalam.

Gambar 3-3. Penetrasi yang kurang

9
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Gambar 3-4. Fusi lack pada permuakan celah

(3) Ketidak sempurnaan pelumeran


Keadaan yang tidak terlumernya bagian-bagian selain bagian
akar/root face pada umumnya disebut ketidaksempurnaan
pelumeran. Sebagai contoh, pada Gambar 3.4. terlihat
ketidaksempurnaan pelumeran yang terjadi di antara bidang
yang dialur/groove dan bead/ulat las, sedangkan pada Gambar
3.5. terlihat contoh ketidaksempurnaan pelumeran diantara
bidang yang dialur/groove dan bead/ulat las yang mengandung
slag/terak logam di dalamnya. Gambar 3.6. menunjukan contoh
ketidaksempurnaan pelumeran diantara bead dan bead yang
mengandung slag. Gambar 3.7 adalah contoh
ketidaksempurnaan pelumeran pada bagian bawah back
chipping. Ketidaksempurnaan pelumeran yang mengandung
slag sulit dibedakan dengan slag inclusion.

10
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Gambar 3-5. Inklusi terak permukaan

Gambar 3-6 Lack crack diantara dua lapisan Gambar 3-7. Fusi lack gouging
bagian belakan

11
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

(4) Slag inclusion/masukan terak logam


Slag inclusion terjadi bila sebagian dari slag tidak naik ke
permukaan dan tersisa di dalam logam yang dilas atau
dibersihkan dengan baik, dan lapisan atasnya dilas, slag tersebut
tidak terlebur dan tersisa didalamnya. Dalam kasus pertama
tersebut di atas, slag yang tersisa relatif berukuran kecil, dan
tersebar secara merata sedangkan dalam kasus kedua slag
berbentuk relatif besar, bentuknya beraneka ragam dan berantai.
Gambar 3.8. menunjukkan keadaan potongan melintang dari
slag inclusion.

Gambar 3-8 Inklusi terak

(5) Blowhole
Blowhole (lubang udara) serta lubang udara seperti piping dan
pit disebabkan oleh karena logam mengeras sebelum gas seperti
CO dan H2 yang ada di dalam logam yang dilas keluar
semuanya. Cacat jenis ini dapat berbentuk pula sebagai peot

12
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

pada permukaan. Menurut bentuk juga disebut sebagai


wormhole, piping atau pit. Pada dasarnya blowhole adalah
lubang udara.
(6) Tungsten inclusion
Untuk mengelas baja stainlass, logam paduan aluminium dan
titan, seringkali diterapkan metode pengelasan tungsten-intert-
gas arc/TIG wilding. Dalam hal ini, bila tungsten yang
merupakan elektroda terlumer dan masuk ke dalam logam yang
dilas, terjadi janis cacat yang dinamakan tungsten inclusion.

3.5. Cacat yang dapat didetaksi dengan pengujian konvensional


(1) Fatigue crack/patah karena lelah
Meskipun stress/beban kekuatan yang didapatkan dalam 1 cycle
tidak menimbulkan retak, bila terdapat stress tersebut berulang-
ulang sampai ratusan kali atau jutaan kali, dapat terjadi retak
yang disebut fatigue crack. Fatigue crack melingkup contract
stress fatigue crack, heat stress fatigue crack dan corrosion
fatigue crack.
(2) Stress corrocion crack
Retak jenis ini disebabkan bila permukaan bahan logam terdapat
tensil stress yang sangat besar secara statis. Retak ini juga
berkaitan dengan melemahnya hidrogen/hydrogen
embrittlement. Sering disebutkan dengan singkatan SCC.
(3) Cavitation
Kavitasi adalah korosi yang disebabkan beban kekuatan pada
permukaan yan terjadi bila lubang air yang muncul dalam cairan
tergencet.

13
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

(4) Heat stress crack


Retak ini disebabkan oleh heat stress dalam 1 atau sangat sedikit
pemutaran proses pendinginan setelah dipanaskan.

4. PENGUJIAN TIDAK MERUSAK


4.1. Pengujian radiografik
4.1.1. Dasar pengujian radiografik
4.1.1.1. Jenis dan sifat sinar radiasi
Sinar radiasi dapat dibagi menjadi beberapa jenis.
Sinar X dan sinar Y serta sianr neutron memiliki
kelebihan dalam kemampuan menembus substan.
Proses timbulnya sinar X dan sianar Y sangat
berbeda, tetapi secara fisik keduanya memiliki sifat
yang persis sama dan merupakan gelombang
eletromagnetis yang pendek. Sinar neutron adalah
zat-zat tertentu seperti hidrogen dan boron. Oleh
karena itu sering digunakan untuk menguji bahan
yang mengandung banyak hidrogen seperti plastik.
Pengujian radiografik yang umum dumaksudkan
untuk pengujian penetrasi dengan sinar X dan
sinar Y.

4.1.1.2. Mekanisme pengujian radiografik


Tujuan dari pengujian radiografik adalah untuk
mendeteksi cacat yang ada di dalam bahan yang
diuji. Sebagai contoh, berikut dijelaskan kasus yang
digambarkan pada gambar 4.1, yaitu dalam bahan
yang diuji yang memiliki tebal T terdapat blowholw

14
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

T. Dari mesin sinar X, sinar X dipancar ke bahan


baku yang diuji dengan luas pancaran tertentu.
Kekuatan sinar X yang menembus bagian yang tidak
ada cacat dan mencapai pada film sinar X dapat
dihitung dengan rumus (4-1)
I = Ioe-uT (4-1)
Di lain pihak, sinar X yang menembus bagian cacat
yang berukuran T melewati ketebalan T - T.
Kekuatan T dari sinar yang menembus dapat
dihitung dengan rumus (4-2).
I’ = Ioe-u (T- T) (4-2)

Gambar 4-2 Mekanisme pengujian radiografik Sinar X

15
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Yaitu, sinar X yang menembus bagian yang cacat


menyingkapkan film lebih kuat dari pada sinar X
yang menembus bagian yang tidak cacat, dengan
perhitungan I’ -I= I. Dengan demikian
mengakibatkan kepekaan warna film berbeda di
antara kedua bagian tersebut sehingga dapat
dideteksi adanya bagian yang cacat.
Metode yang menempatkan film sinar X secara
langsung dibelakang bahan yang diuji adalah metode
fotografik langsung sedangkan yang menggunakan
plat fluoreccence sebagai pengganti film sinar X, dan
melakukan observasi secara langsung perbedaan
tingkat kilap berdasarkan reaksi fluorescence atau
melalui alat optik atau layar adalah metode
pandang/clairvoyance.
Pada saat ini untuk mendeteksi adanya cacat, metode
fotografik lebih mampu dari pada metode pandang.

4.1.2. Contoh penerapan pengujian radiografik


Pengujian radiografik adalah salah satu metode pengujian non-
destruktif yang cocok untuk mendeteksi adanya cacat di dalam suatu
bahan. Metode ini diterapkan secara luas untuk menguji bagian yang
dilas atau barang tempaan seperti pressure vessel/bejana yang
menggunakan tekanan tinggi, badan kapal, pipeline/jaringan pipa serta
sruktur jenis lain. Untuk memeriksa barang yang tebal digunakan sianr
Y yang memiliki energi tinggi sedangkan untuk barang yang tipis

16
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

digunakan sinar X yang energinya rendah. Batas kemampuan


pengujian adalah sekitar 300 mm untuk baja dan besi serta 800 mm
untuk aluminium. Gambar 4-2 dan 4-3 adalah contoh gambar terobosan
sinar X sedangkan Gambar 4-4 menunjukan suasana di lapangan
dimana pengujian radiografik dilaksanakan. Diantara cacat, blowhole,
slag inclusion, sand inclusion, adanya benda asing serta shrinkage
cavity yang lebih tebal ke arah terobosan sinar radiasi relatif mudah
dideteksi meskipun cacat tersebut sekecil apapun ukurannya. Di lain
pihak, retak/crack yang cukup luas tetapi sangat tipis, karena sulit
dibedakan perbedaan ketebalan bila sudut iradiasi menjadi besar.
Demikian pula dalam hal ketidaksempurnaan peleburan, tidak semua
cacatnya dapat dideteksi. Foto terobosan menunjukkan bentuk secara 2
dimensi, ukuran dan penyebaran secara obyektif sehingga mudah dapat
diperkirakan jenis cacatnya. Dari hanya 1 lembar foto terobosan tidak
dapat diketahui ketinggian cacat serta posisinya dari permukaan.
Dengan menggunakan 2 lembar foto yang diambil dengan arah iradiasi
yang berbeda, dapat diperoleh informasi mengenai ketinggian dan arah
cacat.

Gambar 4-2 a

17
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Gambar 4-2. b

Gambar 4-3

18
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Gambar 4-4

4.1.3. Pengendalian keselamatan


Telah diketahui bahwa radiasi dapat mengganggu kesehatan manusia.
Seandainya yang terkena radiasi tidak secara langsung mengalami
gangguan secara langsung, masih dapat dialami dampak negatif
terhadap unsur gen. Oleh karena itu harus sangat berhati-hati bila
menggunakan sinar radisi.
Mesin sinar X tidak mengeluarkan sianr X bila sumber listriknya
dimatikan sedangkan sumber sianr RI terus-menerus mengeluarkan
radiasinya. Pengendaliannya harus sangat berhati-hati. Perlu
diperhatikan bahwa radiasi tidak hanya terjadi ke arah lurus, tetapi juga
menyebar dari bahan yang diuji, dinding sekeliling, lantai dan plafon.
Penggunaan sinar radiasi diatur berdasarkan undang-undang mengenai
pencegahan gangguan dari radiasi, undang-undang keselamatan kerja
dan kesehatan, peraturan mengenai pencegahan gangguan ionized
radiation. Juga diatur penggunaan sinar X dilakukan di bawah
pengawasan petugas yang berijazah “operator pekerjaan dengan sianr

19
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

X” sedangkan penggunaan sinar Y di bawah pengawasan “petugas


penggunaan radiasi” serta”operator pekerjaan radiografik sinar Y”.
Sebagai sumber listrik mesin sinar X menggunakan listrik tegangan
tinggi yang berkisar sekitar puluhan ribu sampai ratusan ribu volt.
Dalam keadaan normal pemakaiannya tidak bahaya karena telah
dilakukan isolasi yang baik. Namun dalam keadaan tertentu perlu pula
berhati-hati terhadap listrik tegangan tinggi tersebut.

4.2. Ultrasonic flaw detection test/pengujian deteksi cacat dengan ultrasonik.

4.2.1. Garis besar pengujian deteksi cacat dengan ultrasonik


Ultrasonic adalah suara frekwensi tinggi sehingga tidak terdengar bagi
manusia. Perbedaan gelombang suara yang terdengar oleh manusia dan
ultrasonik adalah bahwa propagasi ultrasonik di dalam suatu bahan
seperti logam (disebut sebagai bahan yang diuji) terjadi kearah
tertentu. Yaitu, menuju satu arah tertentu dan berjalan mulus.
Gelombang ultrasonik yang berjalan lurus mempunyai sifat merefleksi
bila bertemu dengan bahan asing atau di batas bagian yang kosong.
Dengan memanfaatkan sifat tersebut dapat dideteksi adanya cacat serta
posisi dan ukuran cacat. Ultrasonik flaw detection test ini sangat cocok
untuk mendeteksi adanya bagian yang cacat di dalam suatu bahan diuji
sedangkan untuk mendeteksi cacat yang ada di permukaan lebih cocok
menerapkan metode pengujian magnetic particle testing atau liquid
penetrant test.

4.2.2. Mekanism ultrasonic flaw detection test.


Pertama-tama seperti dijelaskan pada gambar 4.5, pada permukaan
bahan yang diuji (permukaan yang dideteksi) memasang pendeteksi

20
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

yang dapat mengeluarkan dan menerima ultrasonik, dan mentransmisi


ultrasonik. Bila ultrasonik diterima kembali (gema) setelah direfleksi di
dalamnya, dapat dinilai ada cacat di dalam bahan yang diuji. Posisi
cacat dapt diukur menurut beberapa lama waktu diperlukan mulai dari
transmisi ultrasonic sampai penerimaan kembali. Ukuran cacat dapat
dihitung ketinggian gema yang diterima atau wilayah di mana gema
muncul.

Gambar 4-5

4.2.3 Ultrasonik yang merefleksi, melewati dan membelok


Bila gelombang ultrasonik secara vertikal memasuki bidang pemisah di
mana bertemu dengan bahan yang berbeda dari bahan yang sedang
dilewati oleh ultrasonik, sebagian dari gelombang ultrasonik tersebut
melewati sedangkan sebagian lagi merefleksi. Proporsi masing-masing

21
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

bagian ultrasonik tersebut ditentukan oleh rumus kecepatan suara (c)


kali kepadatan (p) dari kedua bahan tersebut, atau acoustic impedence
(z). (Lihat Gambar 4-6).

Gambar 4-6. Ultrasonik yang merefleksi dan melewati bila memasuki


bidang pemisah secara vertikal

4.3. Pengujian dengan partikel magnet (magnetic particle testing)

4.3.1. Mekanisme pengujian magnetik partikel


Bahan yang tertarik pada magnet adalah bahan ferromagnetic
sedangkan bahan yang tidak tertarik magnet adalah bahan
non-magnetik. Pada saat ini bahan-bahan yang paling banyak
digunakan adalah bahan besi dan baja yang sebagian besar
merupakan bahan ferromagnetik. Bila bahan ferromagnetik
dimagnetkan, di dalam bahan tersebut muncul aliran
magnetisma. Aliran magnetisma tersebut mudah mengalir di
dalam bahan non-magnetik. Kalau ada cacat di jalur aliran

22
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

magnetisma, bagian tersebut tidak ada bahan ferromagnetik


sehingga aliran magnetisma sulit mengalir. Aliran
magnetisma dihalangi oleh bagian cacat sehingga aliran
magnetisma by-pass bagian tersebut seperti dijelaskan pada
Gambar 4-7 (a) dan (b). Secara bersamaan, aliran
magnetisma bocor ke udara di permukaan bahan
ferromagnetik. Aliran magnetisma yang bocor makin banyak
bila makin banyak aliran magnetisma yang mengalir di sekitar
bagian cacat, makin luas bagian cacat yang menghalangi aliran
magnetisma dan posisi cacat makin dekat ke permukaan bahan
ferromagnetik. Bila dibandingkan cacat yang ada
dipermukaan (a) dan cacat yang ada di dalam, aliran
magnetisma yang bocor lebih banyak di dalam kasus (a).

Gambar 4-7 Bocor aliran magnetisme oleh adanya cacat

23
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

4.3.2. Cara memagnetkan


Cara menimbulkan aliran magnetisma pada bahan yang diuji
adalah cara memagnetkan. Menurut standar industri Jepang
ditentukan 7 cara seperti dijelaskan pada tabel 4-1 Metode
pengaliran listrik ke sumbu adalah cara mengalirkan listrik
secara langsung ke arah sumbu bahan yang diuji. Dengan
demikian, muncul aliran magnetisma ke arah lingkar bahan
yang diuji. Oleh karena itu mudah dapat mendeteksi cacat
yang posisinya paralel dengan arah sumbu. Metode interpole
adalah cara yang menimbulkan aliran magnetisma pada sumbu
besi dari elektromagnet. Cara lain adalah menimbulkan reaksi
langsung pada bahan yang diuji oleh medan magnet yang
timbul di sekitar aliran listrik. Metode pengaliran listrik
secara vertikal serta metode plod semuanya menimbulkan
aliran magnetisma dengan cara mengalirkan aliran listrik
secara langsung pada bahan yang diuji oleh cetus-api/spark.
Metode mana yang dipilih ditentukan dengan
mempertimbangkan bentuk, ukuran dari bahan yang diuji, arah
posisi cacat dan arah medan magnet. Pada umumnya, metode
pengaliran listrik secara vertikal, metode penetrasi aliran
listrik, metode penetrasi aliran magnetisma serta metode
interpole yang menggunakan elektromagnet arus rata
diterapkan untuk menguji bahan yang ukurannya relatif kecil
sedangkan metode interpole dengan elektromagnet arus tukar
bahan dan metode plod diterapkan untuk bahan ukurannya
relatif besar. Magnetic particle testing pada umumnya
diterapkan untuk mendeteksi cacat ke segala arah. Untuk
tujuan tersebut pada umumnya dikombinasikan dengan

24
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

metode magnetisasi sehingga arah medan magnet menjadi


saling membentuk siku-siku. Untuk menimbulkan aliran
magnetisma pada bahan yang diuji, digunakan aliran listrik
yang dimagnetkan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu arus
rata dan arus tukar. Kemampuan deteksi sangat berbeda
tergantung jenis aliran listrik yang dimagnetkan dalam bahan
yang diuji berbeda di antara kedua jenis aliran listrik. Aliran
magnetisma yang dimagnetkan oleh arus tukar mengalir
banyak di permukaan sedangkan bila masuk ke dalam
berkurang dengan pesat. Sebagian besar aliran magnetisma
arus tukar pada lapisan permukaan yang sekitar 2 sampai 3
mm ke dalam dari permukaan, dan hampir tidak mengalir di
bagian yang lebih dalam. Dengan demikian perlu
menggunakan alairan magnetisma arus rata.

Tabel 4.1. Standar Industri Jepang Cara Pengaliran Listrik


Cara Memagnet Penjelasan
Metode pemberian aliran alur langsung Alur aliran langsung ke sumbu
ke sumbu
Metode pemberian alur aliran sudut Alur aliran electrik diantara dua bagian
Metode flod Alur aliran antara dua elektroda pada
jarak tertentu
Metode aliran penetrasi Alur aliran pada wire menyambung pada
lobang benda
Metode coil Coil di pasang pada benda uji dan alur
aliran pada coil
Metode magnet (two pole Methode) Benda berada di antara dua magnet, satu
magnet elektrik dan magnet permanent

25
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Gambar 4-8

4.4. Pengujian penetrasi cairan (Liquid penetration inspection)

26
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

4.4.1. Tujuan pengujian penetrasi cairan


Tujuan pengujian penetrasi cairan adalah memperbesar dan
mendeteksi cacat yang halus yang terbuka pada permukan bahan yang
diuji. Metode ini dapat diterapkan hampir seluruh bahan yang
termasuk bahan logam maupun no-logam kecuali bahan berpori
seperti kayu dan keramik tak direngkas yang banyak berpori-pori
kecil dan bersifat menyerap air. Juga tidak boleh diterapkan untuk
mendapatkan pengaruh negatif dari cairan yang digunakan untuk
pengujian ini.
Metode ini adalah salah satu metode yang sangat efektif untuk
mendeteksi cacat yang terbuka pada permukaan. Kelemahan dari
metode ini adalah perlunya keterampilan dan pengalaman dari pelaku
karena memerlukan banyak pekerjaan manual.
Kredibilitas hasil pengujian ini sangat tergantung kemampuan
masing-masing operator yang melakukan pengujian ini.

4.4.2. Mekanism pengujian penetrasi cairan


Dengan metode ini, cacat yang sangat halus dan tidak dapat dideteksi
secara visual dicari setelah dibuat keadaan yang mudah dideteksi
secara visual. Dua fenomena berikut dimanfaatkan dalam metode
pengujian ini. Yang pertama adalah kapilaritas, yaitu membasahi
cacat yang sangat halus dengan cairan lalu menyerap cairan tersebut
ke permukaan dan secara bersamaan menyebarluaskan ke permukaan.
Fenomena lain adalah visualisasi. Cairan tersebut diberi warna yang
dengan mudah terlihat secara visual atau dari perubahan warna
maupun kepekaan, dapat membedakan dari bagian yang tidak ada
cacat.

27
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kapilaritas
Kapilaritas adalah suatu kejadian yang dijelaskan pada gambar
4-9 yaitu bila dimasukkan suatu pipa kaca kecil ke dalam cairan
seperti air, cairan tersebut masuk ke dalam pipa tersebut, dan
ketinggian cairan dalam pipa dan ketinggian permukaan cairan di
luarnya menjadi berbeda. Kejadian semacam ini terlihat dalam
berbagai kasus yang terjadi sehari-hari. Misalnya, bila dibasahkan
suatu benda dengan air dan kalau ada keretakan pada
permukaannya, air tersebut dengan cepat diserap ke dalam
keretakan tersebut. Atau tetesan air yang dijatuhkan ke atas
sehelai kain dengan cepat menyebar luas pada kain tersebut.
Semua kejadian semacam ini adalah contoh dari kapilaritas.
Kapilaritas terjadi makin cepat bila sela yang ada makin kecil
serta viskositas cairan rendah.

Gambar 4-9. Water level rising by capillary phenomenon


4.4.3. oses dasar dari pengujian penetrasi cairan
Seperti telah dijelaskan dapat dilakukan berbagai jenis pengujian
penetrasi cairan dengan kombinasi cairan developing. Dalam bagian

28
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

ini akan dijelaskan mengenai proses pokok dari pengujian penetrasi


model menghilangkan bahan pelarut dan memberi warna dengan
menggunakan cairan pencuci yang cepat kering.
Proses pokok dari pengujian penetrasi cairan terdiri dari 6 proses,
yaitu proses awal, proses penetrasi, proses pencucian (atau proses
penghilangan), proses developing, observasi serta proses akhir. Selain
6 proses tersebut, ada pula ditambah proses emulsi setelah proses
penetrasi. Tujuan dan pelaksanaan masing-masing adalah seperti
berikut.

4.4.3.1. Proses awal


Bagi setiap penguji an penetrasi cairan, proses penetrasi,
yaitu memasukkan cairan penetrasi ke dalam keretakan
yang terbuka pada permukaan yang tertutup di dalamnya
dengan kotoran, oli atau cairan lain, cairan penetrasi tidak
dapat dimasukkan dengan sempurna. Oleh karena itu,
sebelumnya perlu disingkirkan bahan-bahan yang akan
menghalangi masuknya cairan penetrasi. Persiapan
tersebut disebut proses awal, Gambar 4-10.

4.4.3.2. Proses penetrasi


Proses penetrasi adalah suatu proses untuk memasukkan
cairan penetrasi ke dalam bagian yang cacat. Bial cairan
tidak dapat masuk ke dalamnya, tidak dapat di lakukan
pengujian ini. Oleh karena itu perlu dimasukkan cairan
penetrasi dalam jumlah cukup ke lokasi-lokasi yang
diperlikan, serta menunggu cukup waktu sampai cairan
tersebut masuk ke dalam. Waktu tunggu penetrasi berbeda

29
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

tergantung jenis bahan yang diuji, suhu, jenis cairan


penetrasi serta jenis cacat. Maka perlu ditentukan
berdasarkan eksperimen yang dilakukan terlebih dahulu.

Gambar 4-10. Sebelum perlakuan

Gambar 4-11. Penetran

30
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Gambar 4-12. Cara penetrasi

4.4.3.3. Proses emulsi


Proses ini hanya diterapkan jika dilakukan pengujian
penetrasi after emulsion, Agar dengan air dapat mencuci
cairan penetrasi yang komoposis utamanya oli, air tersebut
ditambahkan bahan emulsi terlebih dahulu atau ditambah
kemudian. Sebagai proses emulsi, sample yang telah
diberi cairan penetrasi melalui proses penetrasi direndam
di dalam cairan emulsi atau menuangkan cairan emulsi ke
sample tersebut. Kemudian, membiarkan lapisan cairan
pentrasi secara merata. Dengan demikian, lapisan cairan
penetrasi yang kelebihan yang ada di bagian cacat dapat
dicuci sedangkan cairan penetrasi yang ada di dalam
bagian yang cacat tidak tercuci. Untuk itu perlu mengatur
emulsi. Perlu selalu menyelidiki pencemaran atau
penurunan mutunya, dan mengatur waktu emulsi.

4.4.3.4. Proses pencucian (proses penghilangan)

31
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Proses pencucian bertujuan menghilangkan cairan


penetrasi yang kelebihan yang ada pada permukaan bahan
yang diuji setelah proses penetrasi. Pertama-tama dimulai
dengan dilap kain seperti dijelaskan dalam pada Gambar
4-13 dan 4-14. Kain yang digunakan sebaiknya dalam
keadaan kering, dan tidak berulang-ulang kali dilap.

Gambar 4-13. Cara penghilangan

Gambar 4-14. Menyemprot kotoran

4.4.3.5. Proses developing

32
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Proses developing adalah suatu proses dengan


membentuk tanda yang menunjukkan kecacatan pada
permukaan bahan developing dan ada pula yang diuji.
Dapat mengguanakan bahan developing, lapisan
laminasi dibentuk di atas bahan yang diuji dengan
menggunakan bubuk bahan developing yang memiliki
sela-sela halis yang banyak sekali. Sebagai bahan
developing digunakan bahan developing cepat kering,
bahan developing basa serta bahan developing kering.
Bahan developing cepat kering adalah dalam bentuk
semprotan. Seperti dijelaskan pada Gambar 4-15 dan
4-16 disemprot. Pertama-tama mengocok kalengnya
ke arah atas-bawah. Dari jarak kira-kira 30 cm,
menekan tombol dengan keras-keras sehingga bahan
developing keluar dengan kecepatan tinggi.
Menyemprot kea rah kanan-kiri, kemudian sedikit
demi sedikit berpindah menyemprot secara merata.

Gambar 4-15 Pemakaian developing

33
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Gambar 4-16. Cara/perlakuan

4.4.3.6. Observasi
Tujuan observasi adalah mengamati lapisan yang dibentuk
bahan developing secara visusal agar mengecek dan
menilai apakah ditemukan tanda cacat atau apakah tanda
tersebut benar-benar menunjukkan adanya cacat. Hal yang
harus dilakukan pertama-tama adalah mengecek apakah
permukaan yang diuji telah memenuhi persyaratan yang
diperlukan untuk melakukan observasi.

4.4.3.7. Proses akhir


Tujuan proses akhir adalah menghilangkan bahan
developing dan cairan penetrasi yang tersisa agar
mencegah erosi pada permukaan bahan yang diuji.
Pertama-tama menghilangkan bahan developing yang
menempel pada permukaan bahan yang diuji dengan cara
menyikat atau melap dengan kain kering. Kemudian

34
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

dicuci dengan air atau bahan pelarut. Bila perlu, dilakukan


proses anti karat.

4.4.4. Keselamatan dan kesehatan kerja

4.4.4.1. Mencegah kebakaran


Bahan-bahan yang digunakan, kecuali bahan developing
dan sebagian jenis bahan emulsi, bersifat mudah terbakar.
Adapun jenis bahan yang sangat mudah terbakar seperti
obat penyemprot yang menggunakan liquified petroleum
gas/gas minyak bumi cairan. Bahan-bahan tersebut
ditentukan sebagai bahan berbahaya menurut undang-
undang kebakaran sehingga persyaratan mengenai
penyimpanan, jumlah yang digunakan sekaligus dan
sarana dimana bahan-bahan tersebut digunakan menurut
undang-undang harus ditaati. Untuk penyimpanan bahan-
bahan untuk pengujian ini dalam jumlah besar, diperlukan
gudang khusus.

4.4.4.2. Keselaamtan dan kesehatan kerja


Hal-hal yang diperhatikan adalah sebagai berikut.
(1) Bahan-bahan yang digunakan untuk pengujian ini pada
dasarnya diketahui tidak mengganggu kesehatan.
Namun, bila bahan penetrasi, bahan pencucian, bahan
developing yang cepat kering dihirup secara langsung,
atai dihirup dalam jumlah banyak bila bahan-bahan
tersebut disemprot, dapat menimbulkan rasa muak.
Terutama pengujian ini dilakukan di dalam wadah

35
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

yang tertutup atau di dalam ruangan yang tertutup, gas


yang mudah menguap atau beracun dapat mengganggu
sehingga perlu dilakukan ventilsi dengan baik. Bila
perlu, mengecek keselamatan dengan menggunakan
pendeteksi gas. Untuk mencegah iritasi kulit sebagai
akibat terkena bahan-bahan penguji, sebaiknya
digunakan sarung tangan. Apabila menggunkan bahan
pelarut organik, kepekaan bahan tersebut harus sesuai
dengan bahan pelarut yang dintentukan oleh Peraturan
Pencegahan Keracunan Bahan Pelarut Organik.
(2) Sinar ultraviolet dari lampu ultraviolet tidak
mengganggu mata atau kulit bila sinar tersebut ada di
ambang frekwensi yang ditentukan menurut undang-
undang. Namun, bila terkena selama waktu terlalu
lama dan terkena secara langsung, dapat
mengakibatkan kelelahan mata atau terbakarnya kulit.
(3) Bahan developing mengandung banyak bubuk bahan
oksida logam yang sangat halus. Ketika dilakukan
pengujian ini, bubuk tersebut tersebar ke udara. Perlu
diperhatikan ventilasi yang baik, dan usahakan tidak
menghirup bubuk tersebut dalam jumlah banyak.

4.5. Eddy current flaw detection/Pemeriksaan cacat dengan arus kisar.

4.5.1. Dasar pemeriksaan cacat dengan arus kisar


Jika arus tukar dialirkan ke spiral, muncul medan magnet arus tukar.
Jika spiral tersebut didekatkan ke benda logam, arus kisar timbul pada
logam tersebut.

36
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Arus kisar berubah bila ada bagian yang tidak tersambung di dalam
logam tersebut. Sebagai akibat medan magnet berubah, dan
menimbulkan impedence (pelawanan terhadap arus tukar) dari spiral.
Dengan demikian, melalui pengamatan mengenai perubahan
impedence dari spiral, dapat mendeteksi adanya keretakan pada
permukaan logam. Pengujian dengan arus kisar ini memanfaatkan
perubahan listrik yang disebabkan oleh arus kisar untuk mendeteksi
adanya kecacatan. Metode pengujian ini memanfaatkan kejadian
induksi elektromagnetik (Lihat 7.1.3) sehingga juga disebutkan
sebagai pengujian induksi elektromagnetik. Seperti dijelaskan di
dalam bagian 7.5, sebutan pengujian elektromagnetik digunakan
dalam arti yang luas. Untuk pengujian yang mendeteksi cacat,
biasanya disebut dengan pengujian dengan arus kisar.

4.5.2. Faktor yang mempengaruhi pengujian dengan arus kisar


Metode ini memanfaatkan perubahan arus kisar yang diinduksi ke
bahan yang diuji bila terdapat cacat pada bahan yang diuji. Maka,
hanya bahan yang dapat diinduksi yang bisa diuji. Arus kisar yang
mucul jika spiral yang telah dialirkan arus tukar didekatkan ke bahan
yang diuji dipengaruhi berbagai faktor yang mempengaruhi pengujian
dengan arus kisar.

4.5.3. Kelebihan pengujian dengan arus kisar dan arus penerapan


Kelebihan dengan arus kisar sebagai salah satu metode pengujian
non-destruktif adalah sebagai berikut:
1) Sangat cepat.
2) Tidak menyentuh bahan yang diuji.
3) Dengan mudah dapat melakukan otomatisasi proses pengujian.

37
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

4) Dapat mendeteksi cacat di bagiab-bagian yang sulit didekati oleh


manusia, seperti baja dengan suhu tinggi atau pipa yang ada di
dalam heat exchanger.
5) Dengan mudah dapat mencatat dan memelihara data hasil
pengujian.

Metode pengujian ini memiliki kekurangan sebagai berikut.


1) Hanya bahan yang bersifat penghantar dapat diuji.
2) Bahan yang diuji harus memiliki bentuk yang sederhana.
3) Hanya dapat dideteksi kecacatan yang ada di permukaan.
4) Bentuk dan kedalaman cacat sulit diketahui secara akurat.
Kasus penerapan pengujian dengan arus kisar
Metode pengujian dengan arus kisar yang menggunakan feedthrough
coil diterapkan untuk pengujian di dalam proses produksi batang,
kawat atau pipa, besi, baja, campuran aluminium serta pengujian
seluruh produk yang dihasilkan.

4.6. Pengukuran distorsi

Tujuan dan mekanisme


Pengukuran distorsi dilakukan pada tahap perancangan mesin dan suatu
struktur untuk menilai kecocokan ukuran, bentuk dan mutu bahan suku cadang
yang digunakan serta untuk mengawasi agar pemakaian mesin dan struktur
tidak terganggu dengan kerusakan atau perubahan bentuk.
Terdapat beberapa metode pengukuran distorsi yang menerapkan mekanisme
fisik yang telah diketahui.
Metode yang diterapkan secara luas adalah yang menggunakan alat pengukur
distorsi berdasarkan pelawanan terhadap listrik. Pengukuran distorsi

38
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

ditempelkan pada permukaan bahan yang diuji. Jika bentuk bahan berdasarkan
perubahan nilai pelawanan terhadap listrik yang menunjukkan distorsi pada
lokasi tersebut.

5. Penerapan Pengujian Tidak Merusak (Non-Destruktif Test)


Klasifikasi dan perbandingan metode pengujian non-destruktif.
Seperti ditunjukkan di dalam Gambar 5-1 Pengujian non-destruktif pada waktu
produksi maupun pemakain produk pengelasan sangat penting sebagai metode
penjaminan mutu dari suatu produk yang dihasilkan atau suatu barang yang
terbentuk dari bahan baku dan suku cadang. Tujuan utama dari metode
pengujian ini adalah meningkatkan kepercayaan terhadap mutu.
Melalui penerapan metode pengujian non-destruktif , dapat menurunkan
tingkat kecacatan pada masing-masing tahap produksi sehingga biaya produksi
dapat dikurangi bahkan pada akhirnya dapat meningkatkan teknologi produksi.
Gambar 5-1 berikut menunjukkan jenis pengujian yang diterapkan pada
masing-masing tahap produksi.

39
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pipa Bahan baku Plat


UT.ET UT,MT
PT
Pengolahan suku cadang Bagian sudut
PT,MT
Produksi
Bagian yang dilas
RT, UT, MT, PT
Struktur yang dihasilkan
SM, AE RT, UT, MT, PT
Penagawasan pada waktu pemakain Pemeliharaan/servis
RT : pengujian radiografik UT: Pengujian ultrasonik
MT: Magnetic Particle Inspection PT: Pengujian penetrasi
ET: Pengujian dengan arus liar/eddy current SM: pengujian distorsi
AE: Acaustic mission test

40
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Contoh pengujian non-destruktif untuk struktur hasil pengelasan


Klasifikasi pengujian non-destruktif
Pengujian radiografik
Kecacatan
pada bagian dalam
Deteksi kecacatan Pengujian ultasonik
Magnetik particle test
Kecacatan pada bagian
Permukaan
Pengujian visual
Pengujian penetrasi
Pengujian elektromagnetik
Pengujian
non dektruktif Metode mekanik
Antara alat pengukur Metode elektrik
atau antara titik Metode pengukuran
dengan sinar X
Pengukuran
distorsi Acaustic emission test
Metode pengujian
Fotoelastisitas
Meode pengujian
Photoelastic coating
Penyebar stress Metode brittle coating
Metode moire

41
DPNKK – JICA Pengujian Non – Destruktif Test
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Metode pengujian non-destruktif untuk tujuan mendeteksi cacat

Metode Magnetic Penetrasi Eddy current Radiografik Ultrasonik


Pengujian Particle

Mekanisme Reaksi Reaksi Reaksi Transmisi dari Metode pulse


untuk penyerapan penetrasi elektromagne-tik perbeda-an reflection
mendeteksi mangnet timbul cairan jika arus listrik jumlah dengan
cacat medan magnet penetrasi kisar berubah transmisi di menerima
dan bubuk diserap output dari spiral antara bagian gelombang
magnet deteksi barubah tanpa cacat dan ultrasonik yang
menempel pada dengan cacat direfleksi oleh
bagian yang mendeteksi cacat
cacat adanya cacat mendeteksi
adanya cacat

Lokasi cacat Lapisan Permukaan Lapisan Bagian dalam Bagian dalam


yang diuji permukaan permukaan

Cacat yang crack/ retak crack/retak Crack/retak blowhole Ketidaksem-


dapat dideteksi pinhole pinhole (cacat pinhole ketidaksem- purnaan pele-
di bagian yang yang terbuka purnaan buran, ketidak
dilas pada peleburan, sempurnaan
permukaan) ketidak sem- pelumeran
purnaan crack, slug
pelumeran, inclusion
sebagian retak, konsentrasi
slug inclusion blowhoe

42

Anda mungkin juga menyukai