Maka Musa berdoa untuk mereka. Dan Yehuwa menyuruh Musa membuat ular
tembaga ini. Ia mengatakan untuk menaruhnya pada sebuah tiang, dan bahwa
setiap orang yang digigit harus melihat pada ular tembaga itu. Musa
mengerjakan persis seperti yang Allah suruh. Dan orang-orang yang digigit ular
melihat kepada ular tembaga itu dan mereka menjadi sehat kembali.
Ada sebuah pelajaran yang dapat kita ambil dari sini. Semuanya kita, sama
seperti orang-orang Israel yang digigit oleh ular-ular itu. Kita semua dalam
keadaan menuju kematian. Lihatlah di sekitarmu, dan kau akan melihat orang-
orang menjadi tua, sakit, dan mati. Ini disebabkan karena lelaki dan perempuan
yang pertama, Adam dan Hawa, berpaling dari Yehuwa, dan kita semua
keturunan mereka. Tetapi Yehuwa telah membuat jalan supaya kita dapat hidup
untuk selama-lamanya.
ULAR TEMBAGA
Patung atau tiruan seekor ular dari tembaga yang dibuat Musa pada
waktu pengembaraan Israel di padang belantara. Di dekat perbatasan
Edom bangsa itu memperlihatkan semangat memberontak, mengeluh
mengenai manna yang diberikan secara mukjizat dan mengenai
persediaan air. Karena itu Yehuwa menghukum mereka dengan
mengirim ular-ular berbisa ke tengah-tengah mereka, dan banyak orang
tewas akibat gigitan ular. Setelah bangsa itu bertobat dan Musa
memohonkan belas kasihan bagi mereka, Yehuwa menyuruhnya
membuat sebuah patung berbentuk ular dan menaruh patung itu pada
sebuah tiang. Musa melakukan hal itu, dan ”memang, jika seekor ular
telah memagut seseorang dan orang itu menatap ular tembaga itu,
maka ia tetap hidup”.—Bil 21:4-9; 1Kor 10:9.
Alkitab tidak mengidentifikasi jenis ular berbisa mana yang Yehuwa kirim
ke tengah-tengah bangsa itu. Ungkapan Ibrani untuk ”ular-ular berbisa”
(han·nekha·syimʹ has·sera·fimʹ) di Bilangan 21:6 dapat berarti ”ular-ular
beracun”, mungkin dari efek terbakar atau radang akibat bisanya.
Orang Israel menyimpan ular tembaga itu dan belakangan dengan tidak
patut mulai menyembahnya, yakni dengan membuat asap korban
untuknya. Oleh karena itu, sebagai bagian reformasi agamanya, Raja
Hizkia dari Yehuda (745-717 SM) menyuruh agar ular tembaga yang
berumur lebih dari 700 tahun tersebut diremukkan karena bangsanya
telah menjadikan itu sebagai berhala. Menurut teks Ibrani, catatan
di 2 Raja-Raja 18:4 secara harfiah berbunyi, ”ia (seseorang) mulai
menyebut ular itu Nehustan”. Beberapa terjemahan tidak
menerjemahkan kata ”Nehustan” itu. (TL; TB; BIS; AT; Ro; RS) Dalam
kamus karya Koehler dan Baumgartner, arti istilah
Ibrani nekhus·tanʹ yang diusulkan adalah ”ular perunggu” dan ”berhala-
ular perunggu”. (Hebräisches und Aramäisches Lexikon zum Alten
Testament, Leiden, 1983, hlm. 653) Terjemahan Dunia Baru dengan
tepat mengatakan bahwa ular tembaga itu ”biasa disebut berhala-ular
tembaga”.
Yesus Kristus menjelaskan arti nubuat peristiwa di padang belantara
yang melibatkan ular tembaga itu ketika ia memberi tahu Nikodemus,
”Lagi pula, tidak seorang pun telah naik ke surga kecuali dia yang turun
dari surga, yaitu Putra manusia. Dan sebagaimana Musa mengangkat
ular itu di padang belantara, demikian pula Putra manusia harus
diangkat, agar setiap orang yang percaya kepadanya dapat
memperoleh kehidupan abadi.” (Yoh 3:13-15) Seperti ular tembaga
yang Musa taruh pada sebuah tiang di padang belantara, Putra Allah
harus dipantekkan pada sebuah tiang, sehingga bagi banyak orang ia
tampak sebagai pelaku kejahatan dan pedosa, seorang yang seperti
seekor ular selalu dianggap terkutuk. (Ul 21:22, 23; Gal 3:13; 1Ptr 2:24)
Di padang belantara, seseorang yang telah dipagut salah satu ular
berbisa yang Yehuwa kirim ke tengah-tengah orang Israel pastilah harus
menatap ular tembaga itu dengan iman. Demikian pula, untuk
memperoleh kehidupan abadi melalui Kristus, kita perlu memperlihatkan
iman kepadanya.
Sekalipun "ular tembaga" itu pada awalnya merupakan benda sakral (yang
dikhususkan), yang dipakai TUHAN untuk menyelamatkan bangsa Israel, tetapi
setelah disimpan turun-temurun, benda itu kemudian menjadi berhala dan
diperlakukan sebagai "Penyelamat" . Tuhan tidak berkenan akan hal itu
sehingga bangsa Israel dihukum, hingga akhirnya muncul Hizkia, raja Yehuda
yang mengasihi TUHAN dan menghancurkan berhala itu: * 2 Raja 18:4