Anda di halaman 1dari 20

PRODI MAGISTER TEOLOGI

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BAPTIS KALVARI JAKARTA


--------------------------------------------------------

TUGAS MINGGUAN

Diajukan Kepada Program Studi S2 Teologi


Sekolah Tinggi Teologi Baptis Kalvari
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Survei Perjanjian Baru I

Tanggal Dikumpul:
30 Agustus 2020

Dosen Pengampu:
Hanoch Herkanus Hamadi M. Th

Disusun Oleh:
Noventywan Halomoan Manullang
NIM: S2.TEO.20.135

PROGRAM STUDI MAGISTER TEOLOGI


SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BAPTIS KALVARI
2020
1. Rangkuman Pasal 3 Kitab Matius

Matius 3:1-12, menyampaikan tentang Yohanes memberitakan penghakiman dan

undangan pertobatan. Dua hal ini disampaikan Yohanes supaya kita bisa menyiapkan diri

untuk menyambut kerajaan Surga. Seruan pertobatan yang disampaikan oleh Yohanes

Pembaptis adalah seruan bagi manusia untuk mempersiapkan diri bahwa akan datang Dia

yang membersihkan kita dari dosa. Namun demikian Yohanes mempertegas bahwa

pertobatan tidak hanya sekedar kata-kata saja namun pertobatan itu harus menghasilkan

buah yang nyata.

Matius 1:13-17, menyampaikan tentang ketaatan Yesus kepada Bapa untuk memberi diri

untuk dibaptis oleh Yohanes, terbukanya langit dan turunNya Roh Kudus serta adanya

pernyataan Bapa kepada Yesus yang mengatakan: “Inilah AnakKu yang Kukasihi,

kepadaNyalah Aku berkenan.”

2. Rangkuman Pasal 3 Kitab Markus

Markus 3:1-6, menyampaikan tentang Yesus yang menyembuhkan seorang yang mati

sebelah tangannya pada hari sabat. Hal ini dilihat oleh para ahli Taurat dan orang Farisi,

kalau-kalau bisa dijadikan alasan untuk menjerat Yesus. Namun mereka bungkam ketika

ditanyai oleh Yesus : “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau

berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang ?”.

Markus 3:7-12, menyampaikan tentang Yesus dan para muridNya menyingkir ke danau.

Mereka diikuti banyak orang dari Galilea, Yudea, Yerusalem, Idumea, daerah seberang

Yordan, Tirus dan Sidon. Disana kepada Yesus disediakan perahu, supaya jangan-jangan

ia dihimpit oleh banyak orang. Ia juga menyembuhkan banyak orang.

Markus 3:13-19, menyampaikan tentang Dari danau, Yesus naik ke atas bukit bersama

mereka yang dikehendakiNya. Dari antara mereka, Yesus menetapkan dua belas orang

untuk menyertai Dia. Mereka diutus untuk mewartakan kabar gembira dan juga diberikan

kuasa untuk mengusir setan.

Markus 3:20-30, menyampaikan tentang Saat Yesus masuk ke sebuah rumah, banyak

orang datang mengerumuni Dia sehingga makan pun Ia tak dapat. Ia bahkan dikirai orang

gila, sehingga hendak diambil oleh keluargaNya. Saat itu para ahli Taurat dari Yerusalem
mengumpat Yesus, karena menurut mereka Ia mengusir roh jahat dengan kuasa Beelzebul.

Hal itu ditanggapi Yesus dengan berkata bahwa tak ada kerajaan yang bisa bertahan bila

terpecah-belah. Dan Yesus mengingatkan kepada mereka bahwa dosa dan hujat anak-anak

manusia akan diampuni tetapi apabila seseorang menghujat Roh Kudus maka ia tidak akan

mendapat ampun selama-lamanya.

Markus 3:31-35, menyampaikan tentang Pada saat itu ibu dan saudara-saudara Yesus

datang dan menunggu Yesus. Mereka juga menyuruh orang untuk memanggil Yesus.

Panggilan itu lantas ditanggapi Yesus dengan berkata bahwa mereka yang melakukan

kehendak Allah itulah saudara-saudariNya, merekalah ibuNya.

3. Rangkuman Pasal 3 Kitab Lukas

Lukas 3:1-20, menyampaikan tentang pelayanan Yohanes dengan seruan-seruan

pertobatan dan nasihat-nasihat kepada banyak orang. Akan tetapi setelah ia menegor raja

wilayah Herodes, Yohanes dimasukkan kedalam penjara.

Lukas 3:21-22, menyampaikan tentang pembaptisan yang dilakukan Yohanes kepada

banyak orang dan Yesus, maka terdengarlah suara pernyataan dari langit.

Lukas 3:23-38, menyampaikan tentang silsilah Yesus yang tidak berhenti sampai kepada

Daud dan Abraham saja. Akan tetapi, Lukas meneruskan sampai kepada Adam.

4. Rangkuman Pasal 3 Kitab Yohanes

Yohanes 3:1-21, menyampaikan tentang Ketidakmampuan Nikodemus seorang farisi dan

juga seorang pemimpin agama Yahudi untuk memahami ucapan Yesus. Agaknya ia

mengakui bahwa Yesus adalah utusan Allah, tetapi ia belum bisa menerima bahwa Yesus

adalah Anak Allah, Mesias yang telah lama dinantikan bangsa Yahudi. Ketika Yesus

berbicara tentang perkara roh, ia sama sekali tidak mengerti apa yang sedang Tuhan Yesus

katakan. Kemudian Yesus menegurnya bahwa meskipun ia adalah seorang pengajar, ia

masih berpikir dengan sifat kedagingannya, yaitu logika manusia. Untuk dapat memahami

kesaksian Yesus, Nikodemus harus mengalami kelahiran kembali dalam roh, sebab hanya

roh yang dapat mengerti perkara roh.

Yohanes 3:22-36, menyampaikan tentang Yesus dan Yohanes membaptis di tempat

yang berbed, Penegasan Yohanes akan pengutusan dirinya dan Yohanes juga
mengatakan bahwa Ia bukan Mesias, tetapi Ia dengan jelas mengatakan bahwa

dirinya diutus untuk mendahuluiNya dan kesaksian Yohanes tentang Yesus sendiri kepada

murid-muridnya dan orang Yahudi pada masa itu.

5. Siapakah Arthasasta, Ahasyweros, Darius, Xerxes dan Koresh ?

a. Arthasasta

Artahsasta Longimanus, putra Xerxes I, adalah raja yang disebutkan di Ezra 7:1-28 dan

Nehemia 2:1-18; 13:6. Kebanyakan karya referensi menetapkan bahwa ia naik takhta

pada tahun 465 SM, tetapi ada alasan yang kuat untuk menyatakan bahwa ini sebenarnya

terjadi pada tahun 475 SM.—Lihat PERSIA (Pemerintahan Xerxes dan Artahsasta).

Artahsasta Longimanus memberikan izin kepada imam Ezra dan juga kepada Nehemia

untuk melakukan perjalanan ke Yerusalem. (Ezr 7:1-7; Neh 2:1, 7, 8) Para sejarawan

kuno menggambarkan dia sebagai orang yang secara umum baik hati dan pemurah. Hal

ini selaras dengan tindakannya pada tahun ketujuh masa pemerintahannya (468 SM),

ketika Longimanus mengabulkan kepada Ezra ”semua permohonannya” dengan

mengeluarkan sebuah dekret yang menetapkan agar ia diberi perak, emas, dan bejana-

bejana untuk digunakan di bait, maupun persediaan gandum, anggur, minyak, dan

garam. (Ezr 7:6, 12-23; 8:25-27) Sumbangan yang limpah ini bisa jadi menjelaskan

mengapa Artahsasta disebutkan bersama Kores dan Darius di Ezra 6:14 sebagai salah

seorang yang perintahnya ikut berperan dalam ’membangun dan menyelesaikan’ bait,

walaupun pembangunannya telah rampung 47 tahun sebelumnya, pada tahun 515 SM.

Dekret raja bahkan memberi Ezra wewenang untuk mengangkat pejabat-pejabat

pengadilan dan hakim-hakim guna mengajarkan hukum Allah (maupun hukum raja) dan

menghukum mati para pelanggar jika perlu.—Ezr 7:25, 26.

Pada tahun ke-20 masa pemerintahannya (455 SM), Artahsasta Longimanus

memberikan izin kepada Nehemia untuk pulang ke Yerusalem guna membangun

kembali tembok-tembok dan gerbang-gerbang kota itu. (Neh 2:1-8) Karena di Daniel

9:25 hal ini dikaitkan dengan waktu kedatangan Mesias yang dijanjikan, tahun ke-20

masa pemerintahan Artahsasta itu sangat penting.


Dalam Nehemia 13:6 disebutkan bahwa pada ”tahun yang ketiga puluh dua

pemerintahan Artahsasta”, yaitu tahun 443 SM, Nehemia kembali untuk suatu waktu ke

istana raja ini.

b. Ahasyweros

Ahasyweros (A·has·u·eʹrus). Nama atau gelar dalam Kitab-Kitab Ibrani yang dikenakan

kepada tiga penguasa yang berbeda.

1. Ayah Darius dari Media yang disebut di Daniel 9:1. Ahasyweros di sini tidak

mungkin langsung diidentifikasikan sebagai seorang tokoh dalam sejarah dunia.

2. Ahasyweros di Ezra 4:6, kemungkinan adalah Cambyses, pengganti Kores, orang

yang menaklukkan Babel dan membebaskan bangsa Yahudi. Pada awal

pemerintahannya, orang-orang Yahudi mendapat surat tuduhan yang ditulis oleh

musuh-musuh mereka. Cambyses memerintah dari tahun 529 sampai 522 S.M.

3. Ahasyweros dalam buku Ester dianggap sebagai Xerxes I, putra raja Persia, Darius

Agung (Darius Hystaspis). Ahasyweros (Xerxes I) diperlihatkan menguasai

127 wilayah hukum, dari India sampai ke Etiopia. Kota Susan adalah ibu kota

kekuasaannya selama sebagian besar masa pemerintahannya.—Est 1:1, 2.

Dalam buku Ester tahun-tahun pemerintahan dari raja ini tampaknya dihitung dari masa

pemerintahannya bersama sang ayah, Darius Agung. Ini berarti bahwa Xerxes naik

takhta tahun 496 S.M. dan bahwa tahun pertama pemerintahannya adalah 495 S.M.

Dalam tahun ketiga pemerintahannya, pada suatu pesta perjamuan yang mewah, ia

memerintahkan Ratu Wasti yang elok untuk hadir dan memperlihatkan kecantikannya

kepada rakyat serta para pembesar. Karena sang ratu menolak maka raja murka, dan

menceraikannya. (Est 1:3; 10-12, 19-21) Pada tahun ketujuh masa pemerintahannya ia

memilih Ester, seorang wanita Yahudi, sebagai pilihannya dari sekian banyak gadis

yang dibawa untuk menggantikan Wasti. (Est 2:1-4, 16, 17) Dalam tahun ke-12

pemerintahannya ia mengizinkan Haman, perdana menterinya, menggunakan cincin

meterai raja untuk menandatangani sebuah dekrit yang akan mengakibatkan

pemusnahan bertahap atas orang-orang Yahudi. Maksud ini digagalkan oleh Ester dan

Mordekhai saudara sepupunya, Haman digantung, dan sebuah dekrit baru dikeluarkan
yang memberi hak kepada bangsa Yahudi untuk berjuang melawan para penyerang

mereka.—Est 3:1-9, 11; 7:9, 10; 8:3-14; 9:5-10.

Kemudian, ”raja Ahasyweros mengenakan upeti atas negeri dan daerah-daerah pesisir”.

(Est 10:1) Tindakan ini cocok sekali dengan cita-cita Xerxes, yang menyelesaikan

sebagian besar pekerjaan pembangunan yang diprakarsai ayahnya di Persepolis.

Xerxes I tampaknya juga adalah ”[raja] keempat” yang disebut di Daniel 11:2, tiga raja

yang sebelumnya adalah Kores Agung, Cambyses II, dan Darius Hystaspis. Walaupun

tujuh raja lain memerintah setelah Xerxes di Kekaisaran Persia, Xerxes adalah kaisar

Persia terakhir yang melancarkan perang sampai ke Yunani, yang pemunculannya

sebagai kuasa dunia yang dominan digambarkan dalam ayat selanjutnya.—Dan 11:3.

c. Darius

Dalam catatan Alkitab, nama ini digunakan untuk tiga raja: satu orang Media, dan dua

lainnya orang Persia. Ada yang berpendapat bahwa mungkin ”Darius” adalah gelar atau

sebutan raja dan bukan nama pribadi, paling tidak dalam kisah Darius, orang Media.

1. Darius orang Media, pengganti Raja Belsyazar, orang Khaldea, setelah Babilon

ditaklukkan oleh pasukan Kores dari Persia; pada saat itu, Darius berusia kira-kira

62 tahun. (Dan 5:30, 31) Ia juga disebut sebagai ”putra Ahasweros dari benih orang

Media”.—Dan 9:1.

Ketika menjalankan wewenang administratifnya, Darius melantik 120 penguasa

distrik (satrap) untuk berdinas di seluruh wilayah kekuasaannya, dan ia juga

melantik tiga pejabat tinggi yang, sebagai wakil-wakil raja, memiliki wewenang atas

para penguasa distrik tersebut. Tujuan utama pengaturan ini bisa jadi berkaitan

dengan soal finansial, sebab salah satu tugas utama penguasa distrik adalah

memungut pendapatan dan upeti untuk perbendaharaan kerajaan. (Bdk. Ezr 4:13.)

Salah satu di antara tiga pejabat tinggi yang dilantik itu adalah Daniel, yang jauh

lebih unggul daripada para pejabat tinggi lain dan para penguasa distrik sehingga

Darius mempertimbangkan untuk menjadikan dia perdana menteri. Jelas karena

dengki, dan mungkin juga karena kesal terhadap integritas Daniel yang tentunya

menghambat korupsi dan praktek suap yang mereka lakukan, kedua pejabat tinggi
tersebut, yang bersekongkol dengan para penguasa distrik, merancang suatu jebakan

hukum. Mereka bersama-sama menghadap raja dan mengajukan sebuah maklumat

untuk ditandatangani raja, memberi kesan bahwa hal ini telah disetujui oleh semua

pejabat tinggi pemerintah (tetapi Daniel tidak disebutkan). Maklumat itu berisi

larangan untuk menyampaikan ”permohonan kepada allah atau manusia mana pun”

selain kepada Darius selama 30 hari. Hukuman yang diusulkan bagi pelanggarnya

adalah dilemparkan ke lubang singa. Dekret itu dibuat seolah-olah untuk

meneguhkan kedudukan Darius sebagai raja asing yang baru di wilayah itu dan

sebagai ungkapan loyalitas serta dukungan dari para pejabat pemerintah yang

mengajukannya.—Dan 6:1-3, 6-8.

2. Darius Histaspis, disebut juga Darius Agung atau Darius I (orang Persia). Ia

dianggap sebagai salah satu penguasa terkemuka dalam Imperium Persia. Darius

menyebut dirinya ”putra Histaspes, dari dinasti Akhemenes, orang Persia, putra

seorang Persia, orang Arya, dari benih Arya”. (History of the Persian Empire, hlm.

122, 123) Dengan demikian, ia mengaku berasal dari garis keturunan raja yang

leluhurnya sama seperti Kores Agung, walaupun dari cabang keluarga yang

berbeda.

Setelah Kambises II meninggal pada tahun 522 SM dalam perjalanan pulang dari

Mesir, takhta Persia diduduki sebentar oleh saudaranya, Bardiya (atau mungkin

seorang Majus bernama Gaumata). Darius, dengan bantuan enam bangsawan Persia

lainnya, membunuhnya dan merebut takhta. Versi Darius mengenai peristiwa ini

dicatat dalam tiga bahasa pada inskripsi raksasa yang atas perintahnya diukirkan

pada tebing-tebing terjal di Behistun, menghadap sebuah dataran yang dilalui jalur

utama para kafilah dari Bagdad ke Teheran. Menurut inskripsi itu, Gaumata adalah

perebut takhta, yang berpura-pura menjadi saudara lelaki Kambises yang

sebelumnya telah terbunuh. Banyak sejarawan modern menerima bahwa catatan ini

(di dalamnya Darius berulang-ulang meyakinkan bahwa ”ini benar dan bukan

dusta”) didasarkan atas fakta, walaupun ada juga yang yakin bahwa Darius adalah

”pembohong besar” dan bahwa bukti menunjukkan dialah sebenarnya si perebut


takhta. Bagaimanapun, banyak pemberontakan terjadi di seluruh imperium sewaktu

Darius menjadi raja dan konon selama dua tahun berikutnya ia harus menaklukkan

unsur-unsur pemberontakan di seluruh wilayah kekuasaannya. Mesir, yang telah

melepaskan kuk Persia, ditaklukkan lagi oleh Darius sekitar tahun 519-518 SM.

Setelah itu, ia memperluas wilayah imperiumnya ke India di sebelah timur dan ke

Trake dan Makedonia di sebelah barat. Ia juga terkenal karena secara efisien

mengorganisasi kembali struktur administratif di seluruh imperiumnya, karena

membentuk kaidah hukum imperium itu, yang disebut Peraturan-Peraturan yang

Baik, dan karena membuka kembali kanal yang menghubungkan sungai Nil di

Mesir dengan Laut Merah.

Darius Histaspis disebutkan dalam catatan Alkitab khususnya sehubungan dengan

pembangunan kembali bait di Yerusalem. Fondasi bait diletakkan pada tahun

536 SM, tetapi pekerjaan itu dilarang pada tahun 522 SM dan ”terus terhenti hingga

tahun kedua dari masa pemerintahan Darius” (520 SM). (Ezr 4:4, 5, 24) Pada tahun

tersebut, nabi Hagai dan nabi Zakharia menggugah orang Yahudi untuk memulai

kembali pembangunan, dan pekerjaan pun dimulai lagi. (Ezr 5:1, 2; Hag 1:1, 14, 15;

Za 1:1) Hal ini mendorong Tatenai, gubernur yang menangani masalah-masalah

kerajaan di wilayah sebelah barat S. Efrat, beserta pejabat-pejabat lainnya,

mengadakan pengusutan dan mengirim surat kepada Darius, raja Persia. Surat

tersebut memberi tahu Darius tentang pekerjaan pembangunan itu, menguraikan

klaim yang diajukan orang Yahudi bahwa proyek mereka sah, dan memohon agar

dilakukan penyelidikan di tempat penyimpanan arsip kerajaan untuk melihat apakah

ada bukti tertulis yang mendasari klaim tersebut. (Ezr 5:3-17) Pernyataan orang

Yahudi yang mengontraskan tindakan Nebukhadnezar, orang Khaldea, sebagai

penghancur bait itu, dengan Kores, orang Persia, sebagai pribadi yang

memerintahkan pembangunan kembali bait itu, tentunya memberikan pengaruh

yang baik dan menyenangkan atas diri Darius sebab, dalam tahun-tahun pertama

pemerintahannya, ia harus mengatasi dua pemberontakan oleh para perusuh yang

menggunakan nama Nebukhadnezar (disebut Nebukhadnezar III dan


Nebukhadnezar IV oleh para sejarawan), mengaku sebagai putra-putra Nabonidus,

dan berupaya memerdekakan Babilon dari Imperium Persia.

d. Xerxes

Cicit dari Cyrus yang Agung, pendiri Kekaisaran Persia, Xerxes I mencoba

menggantikan tugas ayahnya, Darius I, dalam proses penaklukan wilayah Yunani yang

tidak pernah terselsaikan. Xerxes I memerintah Persia, setelah Darius I wafat pada 486

SM. Darius I sebenarnya memiliki peran yang sangat besar dalam proses perluasan

wilayah kekuasaan Persia atas Mesir. Namun tugas terbesarnya sebagai raja Perisa

dalam proses perluasan kekuasaan yang jauh lebih besar tidak berhasil diselesaikan.

Ia gagal menaklukan negara-negara kota di Yunani karena kurangnya informasi

mengenai kekuatan pasukan Yunani, yang ternyata lebih terlatih dibandingkan pasukan

Persia.

Sepuluh tahun setelah kegagalan ayahnya itu, Xerxes I merencanakan pembalasan

kekalahan pasukan Persia di wilayah Yunani. Hal pertama yang dilakukan oleh Xerxes

I untuk melancarkan rencananya itu adalah menumpas pemberontakan di wilayah Mesir,

yang telah berlangsung selama 2 tahun.

Xerxes I lalu menunjuk saudaranya, Achaemenes, untuk memerintah di Mesir dengan

pemerintahan yang baru di bawah kekuasaannya. Pemberantasan para pemberontak di

Mesir itu sangat penting dalam rencana penaklukan Persia atas Yunani, karena mereka

akan mendapat tambahan kekuatan perang, dan sumber daya lain yang dibutuhkan.

Xerxes I pun berhasil menghentikan pemberontakan besar di Babilonia pada 482 SM.

Pemberontakan itu cukup merepotkan pasukan Persia, sehingga Xerxes I menunda

rencana penyerangannya ke Yunani.

Setelah berhasil menumpas para pemberontak dengan kekejamannya, Xerxes I

memerintahkan pasukannya untuk menghancurkan kuil-kuil ziggurat dan kuil Marduk

yang sangat dihormati oleh masyarakat Babilonia. Hal itu dilakukan untuk menunjukkan

kekejaman Xerxes I sehingga pemberontakan lain tidak akan terjadi.


Akhirnya pada 481 SM, Xerxes I memusatkan perhatiannya pada penaklukan wilayah

Yunani. Xerxes I memimpin pasukannya melakukan penyerbuan gabungan antara darat

dan laut, dengan membawa sekitar 300.000 tentara.

Penyerbuan pasukan Persia itu berhasil menguasai wilayah Yunani bagian utara pada

musim panas tahun 480 SM. Mereka lalu melanjutkan penyerangannya ke arah selatan,

menuju pegunungan yang sempit di Thermopylae.

Di tempat itu, pasukan Persia dihadang oleh sekitar 300 prajurit Sparta, yang terkenal

sangat tangguh dalam pertempuran darat. Hadangan pasukan Sparta itu memberikan

kerugian yang sangat besar pada pihak Xerxes I, banyak pasukannya yang terbunuh.

Hingga akhirnya mereka berhasil menembusnya dan melanjutkan perjalanannya ke

Athena.

Sementara itu, pasukan laut Perisa telah kehilangan banyak kapal perang setelah hancur

akibat cuaca yang sangat buruk di wilayah laut Yunani, dan strategi pasukan laut Yunani

yang sangat baik. Setelah melihat kemungkinan yang sangat kecil untuk menang, Xerxes

I memilih untuk mundur dari wilayah Yunani dan kembali ke Persia.

Ia mencoba membentuk kembali pasukannya selama musim dingin dan kembali pada

musim semi untuk bertempur dengan pasukan Yunani di Platea. Namun untuk yang

kedua kalinya, pasukan Yunani yang sangat terlatih berhasil mengalahkan pasukan

Persia.

Meskipun Xerxes I tidak pernah berhasil menaklukan wilayah Yunani, Kekaisaran

Perisa mencapai puncak kejayaan di bawah pemerintahannya. Setelah Xerxes I wafat

dalam insiden pembunuhan oleh pengawalnya, Atabaus, tahun 465 SM, Kekaisaran

Persia mulai mengalami kemunduran.

e. Koresh

Koresh Agung (atau Koresy Agung; bahasa Inggris: Cyrus the Great) adalah pendiri

Kekaisaran Persia. Ia memulai kariernya selaku pejabat rendahan di bagian barat daya

Iran, dia mendapat banyak kemenangan lewat pertempuran dan menguasai tiga kerajaan

besar yaitu; Media, Lydia dan Babilonia. Ia juga menyatukan hampir seluruh daerah

Timur Tengah lama menjadi satu negara yang membentang mulai India hingga Laut
Tengah. Raja ini disebut namanya dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab

Kristen karena titahnya untuk mengembalikan orang-orang buangan, termasuk bangsa

Yahudi, kembali ke tanah air masing-masing, serta mengizinkan orang-orang Yahudi

membangun kembali Bait Suci di Yerusalem (Yesaya 45:13; 2 Tawarikh 36:22-23; Ezra

1:1-8).

Koresh berbeda dari raja-raja pada jamannya dalam hal memilih gaya pemerintahannya.

Dia mengadopsi toleransi dan respek pada agama, tradisi dan adat istiadat orang lain

sebagai pondasi kebijaksanaan pemerintahannya. Akibatnya, orang-orang yang berada

di bawah kekuasaannya justru menaruh respek dan hormat kepadanya. Hampir seluruh

daerah kekuasaannya mengalami keamanan dengan kebijaksanaan yang dijalankannya.

Setelah dia menaklukkan Babel, Koresh tidak mendeklarasikan dirinya sebagai Sang

Penakluk, melainkan sebagai Pembebas dan Penerus sah dari raja sebelumnya. Koresh

tidak memaksa orang-orang untuk mengikuti agamanya, sebaliknya dia melakukan

langkah-langkah yang sangat supportif, seperti mengijinkan orang Yehuda kembali ke

Yerusalem dan justru membantu mereka merekonstruksi Bait Suci yang ada di

Yerusalem. Salah satu kutipan ucapan Koresh yang terkenal hingga sekarang adalah

“Whenever you can, act as a liberator. Freedom, dignity, wealth–these three together

constitute the greatest happiness of humanity. If you bequeath all three to your people,

their love for you will never die.”

Toleransi yang dijalankan Koresh juga mempengaruhi anaknya, Cambyses II. Setelah

dia berhasil menaklukkan Mesir, Cambyses juga menghornati dewa-dewa lokal orang

Mesir. Darius Agung yang juga merupakan penerus tahta Koresh, mempergunakan

agama sebagai alat politik untuk memperkokoh kuasa kerajaannya. Dia menghormati

dewa para petinggi di bawahnya (bdg. Daniel 6:19-21) meskipun dia sendiri menyatakan

sebagai pengikut Ahura Mazda (agama Zoroantrisme, orang Persia). Sebuah tulisan di

dalam bahasa Elam yang ditemukan di Persepolis menunjukkan bahwa Darius

mengijinkan penganut berbagai agama di daerah kekuasaannya untuk menyembah dewa

nenek moyang mereka dan dia bahkan memberikan banyak persembahan dari harta

kekayaannya. Pembangunan kembali Bait Suci di Yerusalem juga diselesaikan pada


tahun ke-6 dari masa pemerintahan Darius (Ezra 6:15). Artahsasta (Artaxerxes),

pengganti Darius juga melakukan hal yang serupa. Bukan hanya mengijinkan bahwa

pengikut agama lain untuk tetap beribadah menurut keyakinan mereka, tetapi dia juga

malah mendorong mereka untuk melakukannya. Bandingkan Ezra 7.

6. Apa yang dimaksud dengan Purim, Helenisasi, Orang Samaria dan Septuaginta ?

a. Purim

Hari raya ini ditetapkan oleh Mordekhai, dimulai pada hari keempat belas dari bulan

kedua belas, dan diadakan untuk memperingati kekalahan rencana jahat Haman (Est. 3:7-

15; 9:17, 20). Perayaan ini diadakan selama dua hari, dengan perjamuan penuh sukacita,

perhentian dan pengiriman hadiah-hadiah (Est. 9:17-19, 21). Sesudah itu bangsa Yahudi

mendapatkan penegasan dari penguasa kerajaan, agar mereka sendiri melestarikan hari

raya itu (Est. 9:27, 28, 29)

b. Helenisasi

Haelenisasi adalah penyebaran bahasa Yunani di Palestina yang juga berimbas ke Yudea telah

berjalan selama 4 abad sebelum masa hidup dan pelayanan Yesus. Helenisasi terjadi dengan

pesat diseluruh jajahan Yunani, mulai dari kawasan Asia Kecil, Siria, Palestina, Mesir, dan ke

Timur sampai sungai Efrat dan perbatasan dengan India. Kondisi demikian lebih kuat

menguasai kawasan Palestina dimana setelah kematiannya di tahun 323 sM, kawasan

Palestina menjadi pusat perbenturan tiga wangsa yunani penggantinya. Wangsa atau dinasti

berarti kelanjutan kekuasaan pemerintahan yang dipegang oleh satu garis keturunan

(keluarga yang sama).

c. Orang Samaria

Orang Samaria adalah penduduk wilayah Palestina bagian utara, yang dulunya menjadi

wilayah kerajaan Israel Utara. Sejak abad ke-6 SM, ada pertentangan antara orang-orang

Samaria dengan orang-orang Yahudi, yang berlangsung hingga masa Perjanjian Baru.

Pertentangan tersebut terutama disebabkan alasan etnisitas, yang mana orang-orang

Yahudi menganggap orang-orang Samaria tidak berdarah Israel murni karena merupakan

hasil pernikahan campur orang Yahudi dengan non-Yahudi. Selain itu, dalam hal

keagamaan juga ada perbedaan di antara keduanya sehingga orang-orang Yahudi


menganggap ibadah orang-orang Samaria tidaklah benar. Di sisi lain, orang-orang

Samaria juga melihat orang-orang Yahudi secara negatif. Orang-orang Samaria

menganggap diri mereka sebagai bangsa Israel yang benar, dan memisahkan diri dari

kalangan bangsa Israel yang telah dicemarkan oleh imam Eli pada zaman Samuel.

Orang-orang zaman Alkitab yang tinggal di Samaria setelah kerajaan Israel di utara

ditawan oleh orang-orang Asiria. Orang Samaria adalah sebagian Israel dan sebagian

bukan Israel. Agama mereka adalah campuran kepercayaan dan praktik Yahudi serta

kafir. Perumpamaan tentang orang Samaria yang baik dalam Lukas 10:25–37

memperlihatkan kebencian yang telah orang Yahudi kembangkan terhadap orang Samaria

karena orang Samaria telah murtad dari agama orang Israel. Tuhan mengarahkan para

Rasul untuk mengajarkan Injil kepada orang Samaria (Kis. 1:6–8). Filipus dengan penuh

keberhasilan mengkhotbahkan Injil Kristus kepada orang Samaria dan melakukan banyak

mukjizat di antara mereka (Kis. 8:5–39).

d. Septuaginta

Septuaginta adalah terjemahan kitab-kitab Perjanjian Lama atau Tanakh yang

diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani (dari bahasa Ibrani – ditulis dalam huruf Ibrani

Kuno) mulai dari abad ke-3 SM. Terjemahan ini disebut “septuaginta” yang dalam bahasa

Yunani artinya adalah 70 dan sering ditulis sebagai “LXX” karena konon disusun 70

orang Yahudi yang ditugaskan oleh Ptolemeus II Filadelfus (285 – 247 SM) dari Mesir

atas perintah raja Iskandariyah pada abad ke-3 SM untuk dimasukkan ke Perpustakaan

Alexandria.

Pada kenyataannya Septuaginta dikerjakan oleh 72 orang sarjanawan yang mengenal baik

tentang hukum-hukum Yahudi dan mampu menterjemahkan dengan baik ke dalam bahasa

Yunani. Ada juga yang mengatakan bahwa ke 72 orang tersebut berasal dari 6 orang dari

tiap suku Israel yang berjumlah 12 (6 x 12 = 72), tetapi pendapat ini masih perlu

dipertanyakan (baca: Important Early Translations of the Bible)

Pada abad 19 dan abad 20 tersedia banyak sekali translasi Alkitab ke dalam berbagai

bahasa. Namun sebelumnya, Alktab yang tersedia hanya terdapat dalam beberapa

penerjemahan saja. Melalui artikel ini dapat diketahui bagaimana penerjemahan Kitab
versi Yunani dan Ibrani ke Bahasa Lainnya. Penerjemahan mula-mula kitab terjadi ke

dalam bahasa Yunani yaitu Septuaginta tercatat dari abad ke 3 hingga ke 2 sebelum

Kristus (3-2 BC). Bukan hanya sebagai terjemahan yang tertua tetapi juga bermanfaat

sebagi penghubung antara kitab Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru yang

menggunakan bahasa Yunani sebagai bahasa penulisannya. Alasan sebenarnya untuk

melaksanakan penerjemahan ini adalah untuk memenuhi keperluan pendidikan dan

liturgis dari komunitas Yahudi di Aleksandria yang jumlahnya cukup besar. Kebanyakan

dari mereka telah lupa bahasa Ibrani atau telah tumbuh dan berbicara sehari-hari dengan

bahasa Yunani Umum. Tetapi mereka adalah orang Yahudi dan ingin mengerti Kitab-

kitab suci Tua, dimana tempat bergantungnya Iman dan Hidup mereka. Kepentingan

Septuaginta sangat jelas. Disamping sebagai terjemahan pertama yang pernah di buat dari

Kitab berbahasa Ibrani, juga merupakan media untuk membawa pemikiran keagamaan

orang-orang Ibrani kepada dunia. Septuaginta juga merupakan Kitab yang digunakan pada

masa Jemaat Kristen mula-mula, dan para penulis Perjanjian Baru sering mengutip dari

Septuaginta. Pengaruh lanjutan dari septuaginta juga membuat Origen menggabungkan

Septuaginta kedalam karyanya bernama Hexapla, yaitu edisi kesarjanaan yang cukup

rumit dari Perjanjian Lama. Berabad-abad Septuaginta memiliki pengaruh yang luas,

seperti menjadi dasar penerjemahan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Latin, Coptic,

Gothic, Armenian, Georgia, Ethiopia, Aram Kristen Palestina, Syria, Arab, dan Slavonic.

Dan yang paling terpenting saat ini digunakan Otoritas dalam teks alkitabiah dari

Perjanjian Lama bagi Gereja Ortodok Yunani.

7. Apa yang dimaksud Stoic School dan Epicurean School ?

a. Stoic School

Stoicisme adalah sekolah filsafat Helenistik yang didirikan oleh Zeno dari Citium di

Athena pada awal abad ke-3 SM. Ini adalah filosofi etika pribadi yang diinformasikan

oleh sistem logika dan pandangannya tentang dunia alam. Menurut ajarannya, sebagai

makhluk sosial, jalan menuju eudaimonia (kebahagiaan, atau keberkahan) ditemukan

dengan menerima momen yang muncul dengan sendirinya, dengan tidak membiarkan

diri dikendalikan oleh keinginan akan kesenangan atau ketakutan akan rasa sakit,
dengan menggunakan pikiran untuk memahami dunia dan melakukan bagian seseorang

dalam rencana alam, dan dengan bekerja bersama serta memperlakukan orang lain

secara adil dan adil.

Kaum Stoic secara khusus dikenal karena mengajarkan bahwa "kebajikan adalah satu-

satunya kebaikan" bagi manusia, dan bahwa hal-hal eksternal seperti kesehatan,

kekayaan, dan kesenangan tidak baik atau buruk dalam diri mereka sendiri (adiaphora),

tetapi memiliki nilai sebagai "materi. untuk kebajikan untuk ditindaklanjuti ". Di

samping etika Aristoteles, tradisi Stoic membentuk salah satu pendekatan pendiri utama

untuk etika kebajikan. Kaum Stoa juga berpendapat bahwa emosi destruktif tertentu

dihasilkan dari kesalahan penilaian, dan mereka percaya bahwa orang harus bertujuan

untuk mempertahankan kemauan (disebut prohairesis) yang "sesuai dengan alam".

Karena itu, kaum Stoa mengira indikasi terbaik dari filosofi seseorang bukanlah apa

yang dikatakan seseorang, tetapi bagaimana seseorang berperilaku. Untuk menjalani

kehidupan yang baik, seseorang harus memahami aturan tatanan alam karena mereka

mengira semuanya berakar di alam.

Banyak orang Stoa — seperti Seneca dan Epictetus — menekankan bahwa karena

"kebajikan cukup untuk kebahagiaan", seorang bijak akan tangguh secara emosional

terhadap kemalangan. Keyakinan ini mirip dengan arti frasa "ketenangan tabah",

meskipun frasa tersebut tidak memasukkan pandangan Stoa "etis radikal" bahwa hanya

orang bijak yang dapat dianggap benar-benar bebas, dan bahwa semua kerusakan moral

sama ganasnya.

Stoicisme berkembang pesat di seluruh dunia Romawi dan Yunani hingga abad ke-3

M, dan di antara penganutnya adalah Kaisar Marcus Aurelius. Itu mengalami

penurunan setelah agama Kristen menjadi agama negara pada abad ke-4 Masehi. Sejak

itu ia telah mengalami kebangkitan, terutama di Renaissance (Neostoicisme) dan di era

kontemporer (Stoicisme modern).

b. Epicurean School

Epicureanism adalah sistem filsafat yang didirikan sekitar 307 SM berdasarkan ajaran

filsuf Yunani kuno Epicurus. Epicureanisme awalnya merupakan tantangan bagi


Platonisme. Kemudian lawan utamanya menjadi Stoicisme.

Beberapa tulisan Epicurus masih ada. Beberapa sarjana menganggap puisi epik De

rerum natura (Latin untuk On the Nature of Things) oleh Lucretius untuk menyajikan

dalam satu karya terpadu argumen inti dan teori Epicureanisme. Banyak dari gulungan

yang digali di Villa of the Papirus di Herculaneum adalah teks Epicurean. Setidaknya

beberapa diperkirakan milik filsuf Epicurean Philodemus.

Epicurus adalah seorang materialis atom, mengikuti langkah-langkah Democritus.

Materialismenya membawanya pada serangan umum terhadap takhayul dan intervensi

ilahi. Mengikuti filsuf Cyrenaic Aristippus, Epicurus percaya bahwa kebaikan terbesar

adalah mencari kesenangan yang sederhana dan berkelanjutan dalam bentuk keadaan

ataraxia (ketenangan dan kebebasan dari rasa takut) dan aponia (tidak adanya rasa sakit

tubuh) melalui pengetahuan tentang cara kerja manusia. dunia dan membatasi

keinginan. Kombinasi dari kedua kondisi ini membentuk kebahagiaan dalam bentuk

tertingginya. Sejalan dengan itu, Epicurus dan para pengikutnya menghindari politik

karena hal itu dapat menyebabkan frustrasi dan ambisi yang dapat langsung

bertentangan dengan pengejaran Epikurus untuk kedamaian pikiran dan kebajikan. [1]

Meskipun Epicureanisme adalah bentuk hedonisme sejauh ia menyatakan kesenangan

sebagai satu-satunya tujuan intrinsiknya, konsep bahwa tidak adanya rasa sakit dan

ketakutan merupakan kesenangan terbesar, dan dukungannya terhadap kehidupan

sederhana, membuatnya sangat berbeda dari "hedonisme" sebagai mengerti bahasa

sehari-hari.

Epicureanisme berkembang pesat di era Hellenistik Akhir dan selama era Romawi, dan

banyak komunitas Epicurean didirikan, seperti di Antiochia, Alexandria, Rhodes, dan

Herculaneum. Pada akhir abad ke-3 M, Epicureanisme hampir punah, ditentang oleh

filsafat lain (terutama Neoplatonisme) yang sekarang sedang naik daun. Ketertarikan

pada Epicureanisme dibangkitkan di Zaman Pencerahan dan berlanjut di era modern.

8. Apa yang dimaksud dengan Bar Mitzvah dan Bat Mitzvah ?

Bar Mitzvah (Ibrani: ‫ )בַּ ר ִמצְ וָה‬dan Bat Mitzvah (Ibrani: ‫( )בַּ ת ִמצְ וָה‬pengucapan Ashkenazi:

"Bas Mitzvah") (plural: B'nai Mitzvah untuk anak laki-laki (atau laki-laki sekaligus
perempuan), dan B'not Mitzvah – pengucapan Ashkenazi: "B'nos Mitzvah" – untuk anak

perempuan) merupakan ritual Yahudi yang ditujukan kepada orang yang menginjak usia

remaja.

Bar (‫ )בַּ ר‬adalah sebuah kata Aram Babilonia Yahudi yang artinya "putra" (‫)בֵּ ן‬, sementara

bat (‫ )בַּ ת‬artinya "putri" dalam bahasa Ibrani, dan mitzvah (‫)מצְ וָה‬
ִ artinya "perintah" atau

"hukum" (plural: mitzvot). Sehingga bar mitzvah dan bat mitzvah secara literal

diterjemahkan menjadi "putra perintah" atau "putri perintah". Namun dalam penggunaan

rabbinik, kata bar artinya "di bawah kategori" atau "subyek untuk".

9. Berikan contoh Humanis dari para tokoh ?

Humanisme adalah sebuah pemikiran filsafat yang mengedepankan nilai dan kedudukan

manusia serta menjadikannya sebagai kriteria dalam segala hal. Humanisme telah menjadi

sejenis doktrin beretika yang cakupannya diperluas hingga mencapai seluruh etnisitas

manusia, berlawanan dengan sistem-sistem beretika tradisonal yang hanya berlaku bagi

kelompok-kelompok etnis tertentu.

Contoh Humanis dari tokoh :

a) Arthur Combs

Arthur W. Combs adalah seorang pendidik / psikolog yang memulai karir akademis

sebagai profesor ilmu biologi dan psikolog sekolah di sekolah umum di Alliance, Ohio

(1935-1941). Ia bergelar MA dalam Konseling, sekolah di The Ohio State University

(1941) dan pada saat itu Carl Rogers tercatat sebagai mentor atau guru.

Untuk mengerti tingkah laku manusia, yang penting adalah mengerti bagaimana dunia ini

dilihat dari sudut pandangnya. Pernyataan ini adalah salah satu dari pandangan humanistik

mengenai perasaan, persepsi, kepercayaan, dan tujuan tingkah laku inner (dari dalam)

yang membuat orang berbeda dengan orang lain. untuk mengerti orang lain, yang

terpenting adalah melihat dunia sebagai yang dia lihat, dan untuk menentukan bagaimana

orang berpikir, merasa tentang dia atau dunianya.

b) Abraham H. Maslow

Abraham Maslow adalah teoretikus yang banyak memberi inspirasi dalam teori

kepribadian. Ia juga seorang psikolog yang berasal dari Amerika dan menjadi seorang
pelopor aliran psikologi humanistik. Ia terkenal dengan teorinya tentang hierarki

kebutuhan manusia.

Teori Maslow didasarkan atas asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal:

Suatu usaha yang positif untuk berkembang.

Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.

Maslow berpendapat bahwa ada hierarki kebutuhan manusia. Kebutuhan dari tingkat yang

lebih rendah yaitu tingkat untuk bisa surviveatau mempertahankan hidup dan rasa aman,

dan ini adalah kebutuhan yang paling penting. Tetapi jika secara fisik manusia secara fisik

terpenuhi kebutuhannya dan merasa aman, mereka akan distimuli untuk memenuhi

kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dicintai dan kebutuhan

akan harga diri dalam kelompok mereka sendiri. Jika kebutuhan ini telah terpenuhi orang

akan kembali mencari kebutuhan yang lebih tinggi lagi, prestasi intelektual, penghargaan

estetis, dan akhirnya self-actualization.

c) Carl. Rogers

Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang

berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan

pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun.

Rogers menganjurkan pendekatan pendidikan sebaiknya mencoba membuat belajar dan

mengajar lebih manusiawi, lebih personal dan berarti.

Lebih khusus dalam bidang pendidikan, Rogers mengutarakan pendapat tentang prinsip-

prinsip belajar yang humanistik yang diidentifikasikan sebagai sentral dari filsafat

pendidikannya, yakni:

Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.

Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai

relevansi dengan maksud-maksud sendiri.

Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap

mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.

Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan

apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.


Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan

berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.

Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.

Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut

bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.

Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun

intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.

Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai

terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan

penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.

Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar

mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan

penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.

d) Socrates

Socrates (Yunani: Σωκράτης, Sǒcratēs) (469 SM - 399 SM) adalah filsuf dari Yunani

yang merupakan salah satu figur paling penting dalam tradisi filosofis Barat. Socrates

lahir di Athena, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani

selain Plato dan Aristoteles. Socrates adalah guru Plato, kemudian Plato pada gilirannya

mengajar Aristoteles. Semasa hidupnya, Socrates tidak pernah meninggalkan karya

tulisan, sehingga sumber utama mengenai pemikiran Socrates berasal dari tulisan

muridnya, Plato.

Peninggalan pemikiran Socrates yang paling penting ada pada cara dia berfilsafat dengan

mengejar satu definisi absolut atas satu permasalahan melalui satu dialektika. Pengejaran

pengetahuan hakiki melalui penalaran dialektis menjadi pembuka jalan bagi para filsuf

selanjutnya. Perubahan fokus filsafat dari memikirkan alam menjadi manusia juga

dikatakan sebagai jasa dari Sokrates. Manusia menjadi objek filsafat yang penting setelah

sebelumnya dilupakan oleh para pemikir hakikat alam semesta. Pemikiran tentang

manusia ini menjadi landasan bagi perkembangan filsafat etika dan epistemologis di

kemudian hari.
10. Dan apa pengaruh humanisme bagi teologis / kekristenan ?

Istilah ''humanisme'' memiliki sejumlah arti yang kesemuanya kurang-lebih menunjuk pada

suatu pandangan dunia yang sangat terpusatkan pada manusia daripada yang suprahuman

atau yang abstrak. Dalam arti dasarnya, humanisme secara sederhana berarti pandangan-

tentang- manusia, yakni penaruhan segenap perhatian pada umat manusia, di manapun

mereka berada dan apa pun statusnya. Dalam arti sempit, kata "humanisme" menunjuk pada

gerakan filsafat dan kesusastraan yang berawal di Italia pada abad ke-14 hingga sekitar abad

ke-17 dan tersebar ke seluruh negara Eropa dan merupakan bagian dasariah dari gerakan

Renaissance. Konsep Kristiani tentang manusia lahir dengan latarbelakang filosofis dan

historis tertentu. Pelbagai pandangan tentang manusia senantiasa menantang dan menuntut

pengambilan sikap umat Kristiani sepanjang masa. Dewasa Ini ada begitu banyak pemikir

Kristiani yang berkompeten berusaha untuk membuat sintesis pribadi tanpa pertentangan

dengan prinsip-prinsip kepercayaan dan humanisme Kristiani. Dewasa ini, dalam dunia dan

masyarakat modern, umat beriman pada umumnya dan umat Kristiani pada khususnya

mendap~t tantangan dari humanisme 'sekular' non-Kristiani, khususnya humanisme

agnostik dan ateistik modern. Kedua bentuk humanisme tersebut menjadi partner dialog

kontemporer umat Kristiani. Sebagai agama yang manusiawi dan sungguh memanusiakan

manusia, agama Kristen sangat berkaitan dengan humanisme. Humanisme Kristiani tidak

hanya mengacu pada konsep tertentu tentang manusia, tetapi juga dan terutama mengacu

pada prinsip utamanya yaitu inkarnasi. Gereja menandaskan bahwa misteri tentang manusia

hanya dapat dipahami dalam misteri inkarnasi. Tentu saja iman Kristiani tidak mutlak

bertentangan dengan semua bentuk humanisme. Akan tetapi, umat Kristiani tidak menerima

humanisme yang menghendaki agar manusia terpisahkan dari Allah dan menjadikan

kodratnya sebagai tujuan dalam dirinya sendiri. Melalui dialog para humanis dan umat

Kristiani dapat dan harus belajar dari yang lain dan juga tentang diri mereka sendiri guna

meningkatkan situasi hidup manusia.

Anda mungkin juga menyukai