Digital - 2017-10 - 20380226-TA-Dede Sunardi PDF
Digital - 2017-10 - 20380226-TA-Dede Sunardi PDF
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS AKHIR
DEDE SUNARDI
0706230411
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya Farmasi
DEDE SUNARDI
0706230411
Universitas Indonesia
Penulis
Juli 2010
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................... 2
viii
Universitas Indonesia
1
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit
yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas
dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan
farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan di rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan
obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi
semua lapisan masyarakat.
Agar pelayanan farmasi berlangsung secara optimal dan kompetisi sumber
daya manusia dibidang kesehatan dapat dipertahankan dan ditingkatkan, perlu
adanya pendidikan dan pelatihan di lapangan. Oleh karena itu, Program Diploma
III Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia (Departemen Farmasi FMIPA UI) bekerja sama dengan
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Ditkesad (RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad) memberikan kesempatan kepada calon Ahli Madya Farmasi
Rumah Sakit untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan mulai tanggal 1 April 2010 sampai
dengan 31 Mei 2010. Dengan dilaksanakannya PKL ini, para calon Ahli Madya
Farmasi Rumah Sakit diharapkan dapat menjadi tenaga kesehatan yang
profesional dan ikut berperan dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat,
mampu memahami peran kerjanya dan mampu menerapkan pelayanan
kefarmasian di rumah sakit.
1.1 Tujuan
1) Mengetahui dan memahami tentang kegiatan kefarmasian yang
dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat
Gatot Soebroto Ditkesad baik kegiatan secara organisasi maupun kegiatan
kefarmasiannya.
2) Menerapkan teori yang telah didapat selama kuliah dan
membandingkannya dengan kegiatan di lapangan.
3) Mendidik para calon Ahli Madya Farmasi Rumah Sakit yang siap terjun ke
masyarakat sebagai tenaga kesehatan yang terlatih dan profesional.
Universitas Indonesia
3
Universitas Indonesia
swasta madya, dan rumah sakit umum swasta utama. Rumah sakit umum swasta
pratama adalah rumah sakit umum swasta yang memberikan pelayanan medik
yang bersifat umum. Rumah sakit umum swasta madya adalah rumah sakit umum
swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik dalam 4
(empat) cabang. Rumah sakit umum swasta utama adalah rumah sakit umum
swasta yang memberikan pelayanan medik yang bersifat umum, spesialistik, dan
subspesialistik.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
100-300 tempat tidur; dan rumah sakit kelas D yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan sekurang-kurangnya pelayanan medik dasar dengan kapasitas lebih
kurang 100 tempat tidur.
Universitas Indonesia
datang ke rumah sakit, yang tidak memerlukan tinggal di ruang perawatan rumah
sakit, disebut pelayanan penderita rawat jalan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
penggunaan obat di rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal
maupun nasional; melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit
dengan mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan
terapi (tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus menerus
penggunaan obat secara rasional); mengumpulkan dan meninjau laporan
mengenai efek samping obat.; dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang
menyangkut obat kepada staf medis dan perawat.
Universitas Indonesia
2.1.9 Formularium
Formularium adalah kumpulan informasi obat yang secara terus menerus
direvisi dan mengembangkan keputusan klinik dari para staf medik. Formularium
disusun oleh Panitia Farmasi dan Terapi yang merupakan buku pedoman bagi para
dokter dan perawat serta apoteker dalam penggunaan obat yang tersedia di rumah
sakit.
Kebutuhan akan formularium rumah sakit meningkat dengan adanya
faktor-faktor sebagai berikut: meningkatnya efek samping pada beberapa obat
baru yang potensial; tingginya praktek pemasaran yang komprehensif dari industri
farmasi; dan adanya tuntutan atau perhatian dari masyarakat umum dengan
adanya suatu pelayanan kesehatan yang terbaik dengan biaya yang rendah.
Komposisi formularium rumah sakit menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1197/ Menkes/ SK/ X/ 2004 adalah sebagai berikut: halaman
judul; daftar nama anggota PFT; daftar isi; informasi mengenai kebijakan dan
prosedur di bidang obat; produk obat yang diterima untuk digunakan; serta
lampiran.
Sistem yang dipakai adalah suatu sistem dimana prosesnya tetap berjalan
terus, dalam arti kata bahwa sementara formularium itu digunakan oleh staf
medis, di lain pihak PFT mengadakan evaluasi dan menentukan pilihan terhadap
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
landasan filosofi dan etika; mengembangkan ilmu dan profesi dengan konsultasi
pendidikan dan penelitian; mengembangkan kemampuan administrasi dan
manajemen penyediaan obat dan alat kesehatan di rumah sakit; meningkatkan
keterampilan tenaga farmasi yang bekerja di Instalasi Farmasi Rumah Sakit; dan
memperlihatkan kesejahteraan staf dan pegawai yang bekerja di lingkungan
Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan mengembangkan pengetahuan tentang farmasi
rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
telepon atau tamu lain sehingga memberikan rasa privasi dan nyaman kepada
pasien.
2.3.5 Dispensing
2.3.5.1 Dispensing Sediaan Farmasi Pencampuran Obat Steril
Melakukan pencampuran obat steril sesuai kebutuhan pasien yang
menjamin kompatibilitas, dan stabilitas obat maupun wadah sesuai dengan dosis
yang ditetapkan. Kegiatannya adalah mencampur sediaan intravena kedalam
cairan infus; melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut
yang sesuai; dan mengemas menjadi sediaan siap pakai. Faktor yang perlu
diperhatikan adalah ruangan khusus; lemari pencampuran Biological Safety
Cabinet; dan Hepa Filter.
Universitas Indonesia
obatnya dari efek toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung
diri, mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun proses pemberian
kepada pasien sampai pembuangan limbahnya. Secara operasional, dalam
mempersiapkan dan melakukan harus sesuai prosedur yang ditetapkan dengan alat
pelindung diri yang memadai sehingga kecelakaan terkendali.
Kegiatan ini meliputi melakukan perhitungan dosis secara akurat;
melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut yang sesuai; mencampur sediaan
obat kanker sesuai dengan protokol pengobatan; mengemas dalam kemasan
tertentu; dan membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku. Faktor yang perlu
diperhatikan adalah pada pemberian obat kanker; ruangan khusus yang dirancang
dengan kondisi yang sesuai; lemari pencampuran Biological Safety Cabinet; Hepa
Filter; pakaian khusus; dan Sumber Daya Manusia yang terlatih.
Universitas Indonesia
PIO Nas
PIO
Regional
PIO Lokal
Farmasi di Ruangan
Universitas Indonesia
karena pustaka primer tidak mengalami revisi seperti pustaka tersier sehingga
harus di telaah kritis terlebih dahulu.
Contoh pustaka tersier adalah ISO, MIMS, dll. Keuntungan dari pustaka
tersier ini adalah mudah didapat, selain itu kebenaran dari pustaka ini dapat 100%
kita percayai, karena pustaka ini selalu mengalami revisi setiap beberapa tahun
sekali.
Universitas Indonesia
gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada pelayanan
kesehatan/dokter tertentu; membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan
kesehatan/dokter satu dengan yang lain; penilaian berkala atas penggunaan obat
spesifik; dan menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
diselenggarakan oleh apotik rumah sakit/satelit farmasi yang dibuka 24 jam dan
ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasi emergensi.
Sistem pelayanan distribusi di rumah sakit meliputi sistem persediaan
lengkap di ruangan, sistem resep perorangan, dan sistem unit dosis. Sistem
persediaan lengkap di ruangan, yaitu pendistribusian perbekalan farmasi untuk
persediaan di ruang rawat merupakan tanggung jawab perawat ruangan; setiap
ruang rawat harus mempunyai penanggung jawab obat; dan perbekalan yang
disimpan tidak dalam jumlah besar dan dapat dikontrol secara berkala oleh
petugas farmasi. Sistem resep perorangan merupakan pendistribusian perbekalan
farmasi resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui Instalasi
Farmasi. Sistem unit dosis merupakan pendistribusian obat-obatan melalui resep
perorangan yang disiapkan; diberikan/digunakan dan dibayar dalam unit dosis
tunggal atau ganda; dan yang berisi obat dalam jumlah yang telah ditetapkan atau
jumlah yang cukup untuk penggunaan satu kali dosis biasa. Kegiatan pelayanan
distribusi diselenggarakan di apotik rumah sakit dengan sistem resep perorangan,
satelit farmasi dengan sistem dosis unit, dan ruang perawat dengan sistem
persediaan di ruangan.
2.5 Evaluasi
2.5.1 Tujuan Evaluasi
2.5.1.1 Tujuan Umum Evaluasi
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197/Menkes/
SK/X/2004, tujuan umum dari evaluasi adalah agar setiap pelayanan farmasi
memenuhi standar pelayanan yang ditetapkan dan dapat memuaskan pelanggan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
27
Universitas Indonesia
lengkap dengan bagian anak dan bersalin serta sudah memiliki fasilitas perawatan
yang terbilang paling lengkap dan modern.
Pada tanggal 26 Juli 1950, Letkol dr. Satrio telah siap untuk melakukan
upacara serah terima Leger Hospitaal Batavia kepada pemerintah Indonesia. Dari
pihak Belanda diwakili oleh Letkol dr. Scheffers. Sejak saat itu Leger Hospitaal
Batavia resmi masuk dalam jajaran Djawatan Kesehatan Tentara Angkatan Darat
(DKTAD) dengan nama Rumah Sakit Tentara Pusat (RSTP), namun dengan
perkembangannya DKTAD berubah menjadi Djawatan Kesehatan Angkatan
Darat (DKAD) dan nama RSTP pun diganti dengan Rumah Sakit Pusat Angkatan
Darat (RSPAD). Sebagai penghormatan untuk mengenang jasa Letjen TNI Gatot
Soebroto, dengan surat keputusan Kasad Nomor: Skep/ 582/ X/ 1970 tanggal 22
Oktober 1970 nama beliau ditetapkan sebagai nama RSPAD dan sejak saat itu
rumah sakit ini bernama ”Rumah Sakit Gatot Soebroto” disingkat RSGS.
Keberadaan pemeriksaan diagnostik yang mutakhir serta keasrian
bangunan pelayanan kesehatan, RSGS dipakai untuk tempat pemeriksaan dan
perawatan pejabat tinggi negara. Sesuai dengan tuntuan organisasi agar lebih
mudah pengucapannya, maka pada tanggal 4 Agustus 1977 dibuat keputusan
Kajan Kesad yang dituangkan dalam Surat Edaran Nomor E/ 18/ VIII/ 1977.
Akhirnya, nama rumah sakit ini berubah menjadi Rumah Sakit Pusat Angkatan
Darat Gatot Soebroto disingkat RSPAD Gatot Soebroto.
Tahun 1994 diresmikan Wahana Bina Balita tempat penitipan anak-anak
karyawan RSPAD, disini tumbuh kembang anak dibawah pengawasan dokter
umum, psikolog, dokter spesialis anak, dan pisikiater anak sedangkan bagi
keluarga yang sedang dirawat dibangun tempat penginapan Wisma Bermis.
Kemudian tahun 2000 diresmikan ruang perawatan khusus untuk
Kedokteran Militer yaitu suatu upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
bagi prajurit Tentara Nasional Indonesia, yang mengalami korban tempur atau
latihan. Saat ini, RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad merupakan rumah sakit tingkat
satu dan menjadi rujukan tertinggi di jajaran TNI yang memberikan perawatan
kesehatan untuk Prajurit TNI AD, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan masyarakat
umum. Melihat penampilan bangunan yang anggun seluas 115.010 m2 di atas
tanah 12.500 m2 serta diisi oleh 1.000 tempat tidur, RSPAD Gatot Soebroto
Universitas Indonesia
Ditkesad patut menjadi salah satu rumah sakit militer yang terkemuka dikawasan
Asia Tenggara.
Universitas Indonesia
3.4 Kedudukan, Visi, Misi, dan Tujuan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
3.4.1 Kedudukan
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Ditkesad disingkat
RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah Badan Pelaksana Kesehatan,
berkedudukan dibawah Direktorat Kesehatan Angkatan Darat.
3.4.2 Visi
Visi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Ditkesad adalah
“Menjadi Rumah Sakit Kebanggaan Prajurit”.
3.4.3 Misi
Misi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Ditkesad, antara
lain :
3.4.3.1 Misi Utama
Menyelenggarakan fungsi perumahsakitan tingkat pusat dan rujukan
tertinggi bagi RS TNI AD dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD.
Universitas Indonesia
3.4.4 Tujuan
RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad didirikan dengan tujuan: melaksanakan
fungsi rujukan tertinggi bagi Rumah Sakit TNI/ TN AD serta masyarakat umum;
menjadi Center of Excellence Traumatology; menjadi rumah sakit yang memiliki
pelayanan spesialisasi dan subspesialisasi sesuai perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi; tercapainya sumber daya manusia, baik kuantitas maupun kualitas
yang mampu mendukung pelayanan kesehatan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad;
serta melaksanakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum menuju
swakelola.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.6 Komite Medik dan Komite Riset RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
3.6.1 Komite medik
Berdasarkan Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Kep/ 50.a/
XII/ 2006 tanggal 31 Desember 2006, tentang Perubahan Organisasi dan tugas
RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad (Orgas RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad),
Universitas Indonesia
Ketua Komite Medik merupakan jabatan fungsional jenjang utama dijabat oleh
seorang Perwira Tinggi AD berpangkat Brigadir Jenderal TNI berkualifikasi
Dokter Ahli, berperan sebagai Pa Ahli yang memiliki integritas, otonomi, dan
profesionalisme keilmuan kesehatan, merupakan pembantu utama Ka RSPAD
Gatot Soebroto yang bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan memberikan
nasehat/ pertimbangan/ saran di bidang pelayanan rumah sakit, baik diminta atau
tidak diminta serta melakukan pengawasan, pengendalian, dan penegakan kode
etik kesehatan, dengan tugas meliputi: memberikan saran dan pertimbangan
kepada Kepala RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dalam penentuan standar
pelayanan, pengawasan, serta penilaian mutu pelayanan kesehatan; memberikan
saran dan pertimbangan medik kepada Kepala RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
dalam rangka rujukan pasien ke rumah sakit lain, baik dalam negeri maupun luar
negeri; memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad di bidang pendidikan, pelatihan, serta pengembangan tenaga
kesehatan di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad; memberikan saran dan
pertimbangan kepada Kepala RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dalam
menegakkan etika profesi dan etika rumah sakit serta hukum kedokteran di
RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad; dan memberikan saran dan pertimbangan
kepada Kepala RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dalam supervisi perumahsakitan
terhadap rumah sakit tingkat Kodam.
Ketua Komite Medik adalah Perwira Ahli Kesatuan Angkatan Darat (Pa
Ahli Kesad) yang dipilih oleh dan dari seluruh Ketua SMF (Staf Medik
Fungsional) serta mendapat persetujuan dari Kepala RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad dan ditetapkan dalam jabatan dengan keputusan Kepala Staf Angkatan
Darat (Kasad), untuk masa jabatan 2 (dua) tahun. Ketua Komite Medik dapat
membentuk beberapa Sub Komite sesuai kebutuhan.
Pembentukan Sub Komite serta penetapan keanggotaannya ditetapkan oleh
Kepala RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad atas usulan Ketua Komite Medik. Dalam
melaksanakan tugasnya, Ketua Komite Medik dibantu Staf Medik Fungsional
sebagai anggota dan satu orang PNS Golongan III sebagai Kepala Kelompok
Administrasi (Kapokmin). Ketua Komite Medik dalam melaksanakan tugas dan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
38
Universitas Indonesia
yang terdiri dari empat cabang, dirubah menjadi sistem sentralisasi. Untuk
meningkatkan kecepatan pelayanan pasien di rawat inap, maka pengiriman resep
dari ruangan ke apotek dikirim melalui faximile yang selanjutnya obat diantarkan
oleh petugas apotek masing-masing ruangan.
Pada tahun 2001, untuk meningkatkan pelayanan khusus pasien-pasien
Kedokteran Militer (pasien-pasien korban daerah operasi dan latihan) dibuat Depo
Khusus untuk melayani pasien tersebut.
Bagian Farmasi berubah menjadi Instalasi Farmasi pada tahun 2004
berdasarkan validasi organisasi dengan Kepala Instalasi yang dijabat oleh seorang
Apoteker berpangkat Kolonel yaitu Kolonel CKM Drs. Wahyudi Uun Hidayat,
Apt., Msc. Instalasi Farmasi merupakan unsur pelaksana di bidang pelayanan obat
dan suplai medis serta pemeliharaan alat kesehatan, sehingga Kepala Instalasi
Farmasi bertanggung jawab langsung kepada Kepala RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad.
Dalam rangka peningkatan pelayanan pasien-pasien di unit perawatan
umum, pada tahun 2009 dibuat depo farmasi khusus untuk melayani pasien di unit
tersebut. Sistem distribusi yang diterapkan terdiri dari sistem unit dose, individual,
dan floor stock.
Instalasi Farmasi membawahi tiga Sub Instal, yaitu Sub Instal Yan Matkes
(Sub Instalasi Pelayanan Material Kesehatan); Sub Instal Haralkes (Sub Instalasi
Pemeliharaan Alat Kesehatan); dan Sub Instal Jang Info (Sub Instalasi Penunjang
dan Informasi). Kegiatan kefarmasian yang dilakukan antara lain: pelayanan rawat
jalan; pelayanan rawat inap; unit produksi; unit perbekalan; pelayanan 24 jam;
pelayanan farmasi klinik; pelayanan gas medis; pelayanan haralkes; unit
pendidikan, pelatihan dan pengembangan; KFT, tim-tim yang berkaitan dengan
farmasi; dan pelayanan khusus masyarakat umum (swasta).
4.2.2 Visi, Misi, dan Tugas Pokok Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad
4.2.2.1 Visi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah unit pelayanan
kebanggaan prajurit, khususnya pelayanan kesehatan di bidang kefarmasian.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.2.4 Tugas dan Tanggung Jawab Personil Instalasi Farmasi RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad
4.2.4.1 Kepala Instalasi Farmasi
Kepala Instalasi Farmasi dijabat oleh seorang Perwira Menengah
(Pamen) TNI AD berkualifikasi apoteker dan berpangkat Kolonel CKM. Tugas
dan kewajiban Kepala Instalasi Farmasi, antara lain merencanakan,
menyelenggarakan dan melaksanakan pelayanan kefarmasian; merencanakan dan
menyediakan material kesehatan meliputi obat dan suplai medis; melaksanakan
kegiatan informasi obat dan material kesehatan serta monitoring efek samping
obat; menyelenggarakan pemeliharaan alat kesehatan meliputi pemeliharaan
berkala dan perbaikan tingkat ringan, sedangkan untuk perbaikan tingkat sedang
dan berat dilaksanakan melalui kerjasama dengan pihak lain; menyusun,
mengevaluasi dan mengembangkan piranti lunak pelayanan obat dan suplai medis
serta pemeliharaan alat kesehatan; melaksanakan pembinaan personil dalam
lingkup Instalasi Farmasi; dan melaporkan pelaksanaan tugasnya secara berkala
kepada Kepala RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad.
4.2.4.2 Kepala Sub Instalasi Pelayanan Material Kesehatan (Ka Sub Instal
Yan Mat Kes)
Ka Sub Instal Yan Matkes dijabat oleh seorang Perwira Menengah
(Pamen) TNI AD berkualifikasi apoteker dan berpangkat Letnan Kolonel CKM.
Tugas dan kewajiban Ka Sub Instal Yan Matkes, antara lain menyelenggarakan
semua kegiatan pelayanan obat dan suplai medis baik untuk pasien rawat jalan
maupun rawat inap; mengatur dan mengawasi persediaan obat dan suplai medis di
unit pelayanan rawat jalan dan rawat inap; memantau dan mengawasi penggunaan
obat dan suplai medis di lantai-lantai perawatan; mengkoordinir kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan oleh Kasi di lingkungan Sub Instal Yan Matkes; membuat
laporan pemakaian obat, suplai medis dan obat narkotika serta mengevaluasi dan
menindaklanjutinya; mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan
kewajiban para Kasi; melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup Sub Instal
Yan Matkes; dan melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada
Kepala Instalasi Farmasi. Kasub Instal Yan Matkes membawahi tiga Kepala Seksi
Universitas Indonesia
(Kasi), yaitu Kepala Seksi Pelayanan Rawat Inap (Kasi Yan Wat Inap), Kepala
Seksi Pelayanan Rawat Jalan (Kasi Yan Wat Jalan), dan Kepala Urusan Pelayanan
Khusus (Kasi Yan Wat Khusus).
4.2.4.2.1 Kasi Yan Wat Inap
Kasi Yan Wat Inap dijabat oleh seorang Perwira Menengah (Pamen) TNI
AD berpangkat Mayor CKM atau PNS berpangkat golongan IV A dan
berkualifikasi apoteker. Tugas dan kewajiban Kasi Yan Wat Inap, antara lain
menyelenggarakan dan memimpin semua kegiatan pelayanan obat dan suplai
medis untuk pasien rawat inap; mengatur dan mengawasi persediaan obat dan
suplai medis beserta sarana dan prasarana di unit-unit pelayanan pasien rawat
inap; memantau dan mengawasi penggunaan obat dan suplai medis di ruang-ruang
perawatan; membuat laporan yang berkaitan dengan kegiatan pelayanan pasien
rawat inap secara periodik; membuat analisa, evaluasi dan tindak lanjut pelayanan
pasien rawat inap; melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup seksi Yan
Wat Inap; dan melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Kepala
Sub Instal Yan Matkes.
Dalam melaksanakan tugasnya, Kasi Yan Wat Inap membawahi empat
Perwira Urusan (Paur), yaitu Perwira Urusan Pelayanan Rawat Inap A (Paur Yan
Wat Inap A); Perwira Urusan Pelayanan Rawat Inap B (Paur Yan Wat Inap B);
Perwira Urusan Pelayanan Rawat Inap C (Paur Yan Wat Inap C); dan Perwira
Urusan Pelayanan Rawat Inap D (Paur Yan Wat Inap D). Setiap Paur Yan Wat
Inap dijabat oleh seorang PNS berpangkat golongan III/A-B. Tugas dan
kewajibannya, antara lain mengkoordinir seluruh pelayanan obat dan suplai medis
pasien rawat inap masing-masing unit; membuat laporan obat-obat yang tidak
terlayani baik dalam jumlah maupun harganya setiap bulan; membuat laporan
jumlah resep setiap bulan beserta perincian (asal resep, harga resep dan klasifikasi
resep); membuat laporan pemasukan dan pengeluaran narkotika dan psikotropika
setiap bulan; melakukan stock opname setiap tahun; melaporkan keadaan personil;
membuat masukan dan saran ke Kasi Yan Wat Inap untuk perbaikan pelayanan;
dan melaporkan ke Kasi Yan Wat Inap permasalahan-permasalahan yang dihadapi
setiap hari. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi termasuk di dalamnya
Universitas Indonesia
jumlah persediaan obat yang banyak, sedikit dan kosong; komplain pasien;
keraguan analisa resep; penggantian obat; pemasukan dan pengeluaran obat.
4.2.4.2.2 Kepala Seksi Pelayanan Rawat Jalan (Kasi Yan Wat Jalan)
Kasi Yan Wat Jalan dijabat oleh seorang PNS berpangkat golongan IV A
dan kualifikasi apoteker. Tugas dan kewajiban Kasi Yan Wat Jalan diantaranya
menyelenggarakan semua kegiatan pelayanan obat dan suplai medis untuk pasien
rawat jalan; mengatur dan mengawasi persediaan obat, sarana dan prasarana di
unit-unit pelayanan pasien rawat jalan; melaksanakan tertib administrasi yang
menyangkut seluruh kegiatan pelayanan pasien rawat jalan; membuat laporan
yang berkaitan dengan kegiatan pelayanan pasien rawat jalan secara periodik;
membuat analisa, evaluasi dan tindak lanjut pelayanan pasien rawat jalan;
melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup seksi Yan Wat Jalan; dan
melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Kepala Sub Instal Yan
Matkes.
Dalam melaksanakan tugasnya, Kasi Yan Wat Jalan membawahi dua Paur,
yaitu Perwira Urusan Rawat Jalan A dan B; dan Perwira Urusan Rawat Jalan C,
D, dan Gigi dan Mulut. Setiap Perwira Urusan dijabat oleh seorang PNS
berpangkat golongan III/A-B dengan tugas dan kewajiban antara lain
mengkoordinir seluruh pelayanan obat dan suplai medis pasien rawat jalan
masing-masing unit; membuat laporan obat-obat yang tidak terlayani baik dalam
jumlah maupun harganya setiap bulan; membuat laporan jumlah resep setiap
bulan beserta perincian (asal resep, harga resep dan klasifikasi resep); membuat
laporan pemasukan dan pengeluaran narkotika dan psikotropika setiap bulan;
melakukan stock opname setiap tahun; melaporkan keadaan personil; membuat
masukan dan saran ke Kasi Yan Wat Jalan untuk perbaikan pelayanan; dan
melaporkan ke Kasi Yan Wat Jalan permasalahan-permasalahan yang dihadapi
setiap hari. Permasalahan-permasaahan yang dihadapi termasuk di dalamnya
jumlah persediaan obat yang banyak, sedikit dan kosong; komplain pasien;
keraguan analisa resep; penggantian obat; dan pemasukan dan pengeluaran obat.
Universitas Indonesia
4.2.4.3 Kepala Sub Instalasi Pemeliharaan Alat Kesehatan (Ka Sub Instal
Haralkes)
Kasub Instal Haralkes dijabat oleh seorang Pamen TNI AD berkualifikasi
Apoteker dengan pangkat Letnan Kolonel CKM atau PNS golongan IV B. Tugas
dan kewajibannya, antara lain menyelenggarakan perencanaan program kerja
bidang pemeliharaan dan perbaikan alat kesehatan; memonitor inventaris alat
kesehatan di seluruh RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad; menyelenggarakan
perencanaan, penyimpanan, dan pendistribusian gas medis untuk seluruh RSPAD
Gatot Soebroto Ditkesad; menyusun laporan berkala seluruh kegiatan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.2.4.4 Kepala Sub Instalasi Penunjang dan Informasi (Ka Sub Instal Jang
dan Info)
Kasub Instal Jang & Info dijabat oleh seorang PNS berkualifikasi
Apoteker dan berpangkat golongan IV/A-B. Tugas dan kewajibannya, antara lain
merencanakan, menyediakan, menyimpan, dan mendistribusikan obat dan suplai
medis untuk kebutuhan seluruh RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad; melaksanakan
kegiatan informasi obat dan suplai medis serta monitoring efek samping obat,
khususnya bagi penderita rawat inap; menyusun, mengevaluasi, dan
mengembangkan piranti lunak pelayanan matkes serta pemeliharaannya;
memberikan informasi persediaan obat bulanan untuk seluruh unit pelayanan;
menerbitkan leaflet-leaflet mengenai informasi obat; merencanakan, menyiapkan,
dan mengevaluasi pemakaian obat-obat sitostatika; mengawasi dan mengevaluasi
pelaksanaan tugas dan kewajiban para Kasi; melaksanakan pengembangan
pendidikan, pelatihan dan pelayanan kefarmasian; melaksanakan pembinaan
personil dalam lingkup Sub Instalasi Jang dan Info; dan melaporkan pelaksanaan
tugasnya secara periodik kepada Kepala Instalasi Farmasi.
Kasub Instal Jang dan Info membawahi dua Kasi, yaitu Kepala Seksi
Penunjang (Kasi Jang) dan Kepala Seksi Infomasi dan Monitoring Efek Samping
Obat (Kasi Info dan Meso).
4.2.4.4.1 Kepala Seksi Penunjang (Kasi Jang)
Kasi Jang dijabat oleh seorang PNS berpangkat golongan IV/A-B,
berkualifikasi apoteker. Tugas dan kewajiban Kasi Jang, antara lain membuat
rencana kebutuhan obat, suplai medis, dan kebutuhan produksi setiap triwulan;
membuat perencanaan, penanganan, dan pelaporan khusus untuk obat-obat
sitostatika; membuat laporan penerimaan dan pemakaian obat, suplai medis, dan
obat-obat yang diproduksi sendiri; membuat laporan penerimaan dan pemakaian
obat-obat narkotika dan psikotropika yang diminta melalui unit bekkes
(perbekalan kesehatan); melaporkan setiap obat-obat yang sudah mendekati
expired date dan persediaan yang kosong; melaksanakan stock opname obat dan
suplai medis setiap akhir tahun anggaran; melaksanakan dan mengawasi
penyimpanan obat dan suplai medis menurut peraturan yang berlaku;
melaksanakan koordinasi dengan Bagian Perencanaan dan Pengadaan mengenai
Universitas Indonesia
4.2.4.4.2 Kepala Seksi Infomasi dan Monitoring Efek Samping Obat (Kasi
Info dan Meso)
Kepala Seksi Informasi dan Monitoring Efek Samping Obat (Kasi Info dan
Meso) dijabat oleb seorang PNS berpangkat golongan IV/A. Tugas dan kewajiban
Kasi Info dan Meso, antara lain melaksanakan kegiatan informasi obat kepada
tenaga medis, para medis, pasien dan keluarganya; melaksanakan monitoring efek
samping obat di setiap unit pelayanan pasien rawat jalan dan rawat inap; mendidik
dan membimbing para Sarjana Farmasi, siswa SMF, dan lain-lain yang
membutuhkan informasi tentang obat dan sistem pelayanan farmasi dalam praktek
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
orang. Depo ini berada dibawah pimpinan apoteker yang dibantu oleh asisten
apoteker. Alur pelayanan resep sama seperti di pelayanan rawat mondok, namun
resep tidak dikirim melalui fax, melainkan berupa resep asli. Alur pelayanan resep
di Depo Farmasi Dokmil dapat dilihat pada lampiran 5. Depo Farmasi Kamar
Operasi terletak di lantai II Gedung Bedah. Depo farmasi ini melayani kebutuhan
pasien selama operasi. Jumlah SDM di depo farmasi ini sebanyak dua orang.
Depo ini dibuat untuk menunjang Instalasi Kamar Operasi dalam manajemen
perbekalan farmasi sehingga pelayanan dan pengawasan perbekalan farmasi dapat
efisien.
Depo Farmasi Perawatan Umum terletak di lantai I Unit Perawatan
Umum. Depo Farmasi ini melayani Rawat Inap A dengan jumlah SDM sebanyak
empat orang. Sistem distribusi yang diterapkan adalah unit dose untuk pasien
yang dirawat pada lantai I, II, dan VI, sedangkan untuk pasien lantai III dan V
diterapkan sistem resep individual.
Pengadaan obat-obatan dan perbekalan kesehatan di Apotek dan Depo
Farmasi Rawat Inap berasal dari gudang farmasi. Jumlah obat-obat dan
perbekalan kesehatan yang masuk dan yang keluar dicatat di kartu stok yang
kemudian dibuat laporannya setiap bulan. Kartu stock obat dapat dilihat pada
lampiran 6.
Universitas Indonesia
Disamping itu, salinan resep tidak berlaku di apotek rawat jalan. Apotek rawat
jalan hanya melayani resep asli. Salinan resep dapat diambil di luar apotek.
Prosedur pelayanan resep di Apotek Rawat Jalan (berdasarkan
No.Protap/003/V/1997), yaitu hanya melayani pasien berhak; resep harus ditulis
oleh dokter RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dengan menggunakan blanko resep
dinas; resep masuk melalui loket penerimaan resep, tidak melayani resep iter;
resep diperiksa kelengkapan dan identitas pasien yang berisi nomor Catatan Medis
(C.M), nama pasien, nama penanggung yang berhak, pangkat atau golongan, NRP
atau NIP, tempat dinas dan kesatuan; resep diberi nomor urut dan tanda jam resep
masuk; resep masuk dicatat di buku register, distok, kemudian dibuat etiket; obat
diracik atau disiapkan sesuai dengan jenis dan ketentuannya yaitu penyakit akut
diberikan maksimal lima hari, penyakit kronis maksimal sepuluh hari, dan
antibiotik minimal lima hari pemakaian; bila obat sudah disiapkan, diperiksa
kembali oleh petugas dan diparaf lalu dibawa ke loket masing-masing; diserahkan
ke pasien atau keluarga pasien dengan memberi tanda terima (tanda tangan dan
nama jelas di bagian belakang resep) oleh pasien atau keluarga pasien; resep yang
dilayani akan disimpan selama tiga tahun; obat-obat yang tidak diambil dalam
tujuh hari, dimasukkan stok kembali; dan bila obat tersebut tidak tersedia, segera
dihubungi dokter penulis resep untuk diganti obat yang sejenis yang ada atau
dibuatkan salinan resep. Skema alur pelayanan resep rawat jalan dapat dilihat
pada lampiran 7.
Masing-masing resep yang telah dilayani di apotek rawat jalan ini
diberikan harga untuk laporan akhir bulan dalam administrasi. Laporan narkotika,
psikotropika, pemakaian obat, jumlah resep dengan perinciannya, laporan uang,
dan jumlah obat yang tidak didukung/tidak bisa dilayani juga dibuat setiap
bulannya.
Apotek rawat jalan memiliki gudang transit obat yang merupakan tempat
penyimpanan obat sementara yang akan digunakan. Permintaan obat ke urusan
perbekalan dilakukan satu bulan sekali dengan menyertakan lembar daftar
permintaan obat. Apabila dalam waktu tenggang tersebut persediaan di instalasi
farmasi rawat jalan habis, maka persediaan yang sangat dibutuhkan dapat diambil
sementara dari gudang farmasi dengan menggunakan bon sehingga untuk
Universitas Indonesia
permintaan yang akan datang hanya mengurangi dari jumlah yang tertera di bon
tersebut.
Selain pelayanan resep, pelayanan lain yang terjadi di apotek rawat jalan
RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah pelayanan farmasi klinik, yaitu berupa
pelayanan konseling dan informasi obat. Informasi obat dilakukan pada saat obat
diberikan, sedangkan konseling diberikan di suatu ruangan untuk pasien khusus
(HIV dan Diabetes). Kegiatan konseling ini dititikberatkan pada kepatuhan pasien
dalam meminum obat agar mencapai efek terapi yang optimal. Contoh kartu
konseling dapat dilihat pada lampiran 8.
Sumber Daya Manusia yang terdapat di apotek rawat jalan RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad berjumlah dua puluh orang dengan rincian empat belas orang
asisten apoteker dan enam orang non asisten apoteker. Setiap SDM memiliki
tugas dan tanggung jawabnya masing-masing dan tambahan tugas administrasi.
Universitas Indonesia
ada di rawat jalan dibuat salinan resep; pasien rawat jalan langsung mengajukan
resep atau salinan resep ke Ka Instal Farmasi atau pejabat yang berwenang untuk
disetujui; setelah disetujui, salinan resep tersebut dibawa ke unit pelayanan
restitusi, salinan resep tersebut diberi nomor, dicatat, lalu dibukukan dan bagian
belakang resep diberi cap; obat direstitusi sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
salinan resep tersebut dikirim ke apotek langganan, yaitu Kimia Farma untuk
disiapkan oleh Kimia Farma, kemudian dikirim ke unit pelayanan restitusi untuk
didistribusikan langsung ke pasien.
Kewenangan untuk menyetujui resep restitusi, antara lain obat dengan
harga di bawah atau sama dengan Rp 300.000,00 akan disetujui oleh Kasi Jang
Info atau apoteker yang berwenang; obat dengan harga Rp 300.000,00-Rp
1.000.000,00 akan disetujui oleh Ka Instal Farmasi; obat dengan harga Rp
1.000.000,00-Rp 3.000.000,00 akan disetujui oleh Dirbinjangmed; obat dengan
harga Rp 3.000.000,00-Rp 5.000.000,00 akan disetujui oleh Wakarumkit; obat
dengan harga di atas Rp 5.000.000,00 akan disetujui oleh Karumkit. Alur
pelayananan unit pelayanan restitusi (penyediaan cito) dapat dilihat pada
lampiran 9.
Universitas Indonesia
Alur pelayanan resep di unit pelayanan jaga cito dapat dilihat pada
lampiran 10. Personil di unit pelayanan jaga cito terdiri dari asisten apoteker
yang bertugas secara bergiliran.
Universitas Indonesia
sentral untuk satu gedung bedah. Pelayanan gas medis beroperasi selama 24 jam.
Dalam pengadaan kebutuhan gas medis, RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad bekerja
sama dengan PT. Aneka Gas.
4.2.5.6 Pelayanan Farmasi Penunjang
4.2.5.6 .1 Pelayanan Perbekalan Kesehatan dan Gudang
Gudang farmasi merupakan sarana yang digunakan untuk menyimpan
obat-obatan dan material kesehatan dalam jumlah terbatas. Gudang farmasi terdiri
dari dua bagian, yaitu gudang obat dan gudang pembalut. Gudang obat merupakan
tempat menyimpan obat-obatan baik obat kering maupun basah. Gudang pembalut
merupakan tempat menyimpan alat kesehatan sekali pakai.
Personil di gudang farmasi terdiri dari lima orang. Sistem penyimpanan di
gudang farmasi berdasarkan bentuk sediaan (bentuk kering dan basah), disusun
secara alfabetis, dan menggunakan gabungan dari sistem FIFO (First in First Out)
dan FEFO (First Expired First Out ). Gudang farmasi melayani permintaan
bekkes dari instalasi farmasi rawat jalan, instalasi farmasi rawat inap, poliklinik,
dan unit produksi.
Prosedur-prosedur yang dilakukan oleh gudang farmasi, yaitu prosedur
pengeluaran perbekalan kesehatan dan prosedur pemasukan perbekalan kesehatan.
Prosedur pengeluaran perbekalan kesehatan, yaitu unit-unit yang meminta mengisi
Lembar Daftar Permintaan (LDP) obat dengan mencantumkan jumlah obat yang
diminta dan sisa obat yang ada di unit, lalu ditandatangani oleh Kepala Unit
masing-masing; obat dan alat kesehatan sekali pakai yang dikeluarkan dari
gudang farmasi maksimal untuk pemakaian dua minggu dan harus disetujui oleh
Paur Perbekalan; obat atau alat kesehatan sekali pakai yang diminta disiapkan dan
distok, kemudian diserahkan dengan disertai paraf di LDP oleh si penerima juga
formulir isian pertanggungjawaban pemakaian; setiap bulan gudang farmasi
membuat laporan pengeluaran obat atau alat kesehatan sekali pakai untuk
dilaporkan ke Dirbinjangmed; dan khusus obat yang sudah rusak atau kadaluarsa
dibuat administrasinya untuk dikembalikan ke Bagian Daldisi Invent Matkes
dengan tembusan Dirbinjangmed. Prosedur pemasukan perbekalan kesehatan,
yaitu petugas mengisi LDP obat yang disetujui Ka Instalasi Farmasi; LDP dikirim
ke Rendal Ada Bekkes untuk disetujui, jika sudah disetujui maka dibawa ke
Universitas Indonesia
Bagian Daldisi Invent Matkes untuk mendapatkan obat atau alkes; dan Obat yang
diambil dari Gudang Material dibawa ke gudang farmasi disusun berdasarkan
bentuk sediaan secara alfabetis, menggunakan sistem FIFO dan FEFO. Alur
pelayanan permintaan obat dari poliklinik ke bagian farmasi dapat dilihat pada
lampiran 11. Contoh LDP dapat dilihat pada lampiran 12 dan 13.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Rendal Ada Bekkes yang bekerja sama dengan PT. Kimia Farma. Pemesanan
Narkotika dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) yang ditanda
tangani oleh apoteker yang berwenang dengan dilengkapi nama jelas, nomor SIK,
SIA, dan stempel rumah sakit. Untuk satu lembar SP hanya untuk satu macam
narkotika.
Penyimpanan narkotika disimpan dalam lemari khusus yang dibuat
seluruhnya dari kayu yang kuat; mempunyai kunci ganda yang berlainan yang
memisahkan dua bagian penyimpanan, yaitu bagian pertama digunakan untuk
menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta persediaan narkotika dan
bagian kedua digunakan untuk menyimpan narkotika yang digunakan sehari-hari;
lemari khusus tersebut dibuat menempel pada tembok sehingga tidak dapat
dipindahkan; tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain narkotika;
dan diletakkan di tempat yang aman dan yang tidak diketahui oleh umum.
Pengeluaran narkotika dari gudang farmasi ke apotek dan depo farmasi
dilakukan berdasarkan LDP tiap bulan untuk golongan narkotik yang digunakan
sehari-hari, seperti codein. Untuk golongan narkotik seperti morfin, petidin, dan
garam-garamnya, pengeluarannya dilakukan berdasarkan resep asli.
Setelah itu, laporan penggunaan narkotika dibuat, disampaikan, dan
disimpan setiap bulan atau paling lambat dilaporkan tanggal 10 bulan berikutnya.
Laporan ini dilaporkan kepada Sudin Yankes dengan tembusan ke Balai Besar
POM Provinsi setempat, PT. Kimia Farma, dan sebagai arsip rumah sakit.
Universitas Indonesia
yang tidak layak pakai; melaksanakan pembinaan personel di jajaran Unit Gudang
Materil; melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad.
Kanit Gudmat dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh satu Kepala
Kelompok yang dijabat oleh seorang PNS Gol III/B-C dan dua Kepala Seksi yang
masing-masing dijabat oleh seorang Pamen Angkatan Darat berpangkat Mayor
CKM, terdiri dari Kepala Kelompok Administrasi (Kapokmin), Kepala Seksi
Gudang Material Kesehatan (Kasi Gudmatkes), dan Kepala Seksi Gudang
Material Umum (Kasi Gudmatum).
Kanit Gudmat dalam melaksanakan tugas kewajibannya
bertanggungjawab kepada Ka RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dan dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh Dirbinjangmed dan
Dirbinjangum. Struktur organisasi unit gudang material dapat dilihat pada
lampiran 14.
Gudang Material di RSPAD Gatot Soebroto terdiri dari gudang obat,
gudang pembalut, gudang transit, dan gudang tahan api. Di rumah sakit ini
terdapat dua gudang obat, yaitu Gudang A1 Kering yang digunakan untuk
menyimpan obat-obat kering dan Gudang A1 Basah yang digunakan untuk
menyimpan obat-obatan basah. Contoh obat-obatan yang ditempatkan di Gudang
A1 kering menyimpan bentuk sediaan paat dan bahan baku padat, suhu dalam
Gudang A1 kering diatur sejuk. Gudang A1 Basah menyimpan sediaan semi
padat, cair, dan bahan baku cair. Gudang A1 basah dilengkapi dengan lemari
pendingin yang digunakan untuk obat yang termolabil, termasuk suppositoria.
Gudang pembalut yang dikenal dengan gudang A2 digunakan untuk
menyimpan alat kesehatan sekali pakai antara lain kapas, kassa, catheter, dan
syringe. Gudang transit digunakan untuk penyimpanan sementara ketika
dilakukan pemeriksaan penerimaan barang. Sedangkan gudang tahan api
digunakan untuk menyimpan barang yang mudah terbakar dan beracun.
Barang farmasi disusun secara alphabet dengan memperhatikan pula
sistem FEFO dan FIFO. Sistem FEFO (first expired first out) adalah barang yang
mendekati kadaluarsa akan diprioritaskan untuk terlebih dahulu dipergunakan dan
sistem FIFO (first in first out) adalah barang yang pertama kali datang akan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
71
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
komisi yang disaksikan oleh anggota Gudmat RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
dan perwakilan dari rekanan. Pengecekan perbekalan farmasi meliputi
kelengkapan dokumen, jenis, jumlah, dosis, kemasan, tanggal kadaluarsa, dan
spesifikasi lain yang telah ditetapkan dalam Surat kontrak Jual Beli / Surat
Perintah Pembelian Kepala RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. Material/barang
yang telah selesai diperiksa segera disimpan di gudang penyimpanan (Gudang
Material). Jika ada perbekalan farmasi yang tidak sesuai dengan kualitas dan
kuantitas yang dibutuhkan, perbekalan tersebut segera dikarantina.
Universitas Indonesia
Gudang A2 pembalut adalah gudang untuk menyimpan alat kesehatan sekali pakai
atau disposable seperti kapas, syringe, verband, dan lain sebagainya.
Penyimpanan dilakukan dengan kombinasi sistem FIFO dan FEFO. FIFO
(First In First Out) adalah penyimpanan perbekalan farmasi yang disimpan
terlebih dahulu diprioritaskan untuk digunakan terlebuh dahulu sedangkan FEFO
(First Expired First Out) adalah penyimpanan perbekalan farmasi yang
mempunyai tanggal kadaluarsa paling dekat diprioritaskan digunakan terlebih
dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah pebekalan farmasi yang sudah
kadaluarsa tetapi belum digunakan.
Terdapat beberapa perbekalan farmasi yang membutuhkan kondisi
penyimpanan khusus, misalnya supositoria dan vaksin yang membutuhkan suhu
penyimpanan yang relatif rendah disimpan di lemari pendingin. Selain itu, untuk
perbekalan farmasi yang mudah terbakar disimpan di gudang tahan api.
Untuk obat narkotik dan psikotropik tidak disimpan di gudang material
terlebih dahulu, tetapi langsung disimpan di gudang farmasi. Hal ini dimaksudkan
untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, seperti penyalahgunaan
narkotik dan psikotropik.
Lokasi Gudang Material RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad cukup mudah
dijangkau sehingga akses ke gudang farmasi cukup efisien. Dari segi desain,
gudang material sudah cukup memenuhi standar, seperti penyimpanan di rak-rak,
kemudahan pergerakan, sirkulasi udara, penyimpanan perbekalan farmasi dengan
kondisi khusus, dan tersedianya alat indikator kebakaran, dan terdapatnya
penggunaan palet untuk penyimpana perbekalan farmasi yang tidak disimpan di
rak.
Pencatatan stok perbekalan farmasi yang masuk dan keluar dicatat dalam
kartu stok meja dan kartu stok yang diletakkan di dekat perbekalan farmasi. Di
gudang material tidak terdapat kartu stok yang dekat dengan perbekalan farmasi,
hanya mempunyai kartu stok meja. Hal tersebut memperbesar kemungkinan
ketidakcocokan antara stok dalam kartu stok dan stok fisik yang selanjutnya akan
menimbulkan masalah pada stock opname. Selain itu, pencatatan stok di gudang
material masih dilakukan secara manual. Belum terlaksananya sistem
komputerisasi agak mempengaruhi keakuratan data.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pencatatan stok. Hal ini dilakukan untuk mempercepat pelayanan dan kurangnya
personil yang ada.
Setelah resep diterima, petugas memberikan kode pada resep dan kartu
pengambilan obat ke pasien. Pemberian kode resep dibedakan dengan penggunaan
spidol biru untuk kesatuan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad, sedangkan spidol
merah untuk nonkesatuan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. Pada resep pasien
yang berasal dari kesatuan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad disertakan pula kartu
barcode. Kartu ini memiliki nomor atau angka yang sfesifik untuk tiap anggota.
Nomor tersebut dimasukkan ke dalam program komputer yang secara langsung
akan menyimpan data pasien dan riwayat pengobatannya. Sehingga penggunaan
sistem barcode ini cukup penting untuk memonitor distribusi obat dan
meminimalisir penyalahgunaan obat. Ruangan yang tersedia di Apotik Rawat
Jalan cukup efektif dengan tersedianya rak/lemari untuk obat keras dan tablet,
serta tempat peracikan dan tempat cairan terpisah, serta cukup luas sehingga
membantu pergerakan petugas.
Penyerahan obat kepada pasien dilakukan di dua loket berbeda, loket
pertama untuk anggota TNI beserta keluarga dan loket lainnya untuk karyawan
RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. Sering terjadinya pasien tidak mengambil obat
dihari yang sama (esok hari atau terkadang dua hari setelahnya), menyebabkan
cukup banyak item obat yang tersisa. Hal ini mungkin dikarenakan lamanya resep
ditangani dan jam dinas instalasi farmasi ini yang hanya sampai jam 14.30 sesuai
dengan jam dinas rumah sakit. Untuk obat yang tidak diambil setelah satu
minggu, tidak dapat diambil oleh pasien yang bersangkutan. Obat tersebut bila
masih dalam keadaan baik, akan digunakan kembali, namun untuk obat
campuran/racikan tidak dapat digunakan lagi. Tidak sedikit pula pasien
kehilangan nomor untuk mengambil obat, sehingga menyulitkan petugas untuk
mencari obatnya. Selain itu, terkadang terjadi pelayanan resep yang tidak sesuai
nomor urut sehingga pasien dengan nomor resep lebih kecil terkadang memprotes
atas hal tersebut.
Saat ini pendataan resep dan obat masih dilakukan secara manual sehingga
kemungkinan terjadinya data yang tidak akurat semakin besar. Di samping itu,
Universitas Indonesia
pelayanan resep juga memakan waktu lebih lama jika pendataan resep dan obat
masih dilakukan secara manual.
Ketentuan pemberian obat yang berlaku di instalasi farmasi rawat jalan
RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad diantaranya adalah untuk antibiotik diberikan
seluruhnya (sesuai yang tercantum dalam resep) atau diberikan minimal untuk 5
hari pemakaian. Untuk pasien akut diberikan obat untuk pemakaian maksimal 5
hari sedangkan untuk pasien kronik diberikan maksimal untuk pemakaian 10 hari.
Apabila obat-obat tidak tersedia di intalasi farmasi rawat jalan maka akan
dibuat salinan resep agar obat tersebut dapat ditebus di apotek luar atau diajukan
ke bagian restitusi. Instalasi farmasi rawat jalan memiliki gudang transit sebagai
tempat penyimpanan obat. Setiap obat yang ada di gudang tersebut memiliki kartu
stok untuk memudahkan pengendalian dan pengawasan obat di apotek rawat jalan.
Instalasi Farmasi Rawat Mondok RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad terdiri
dari Apotek Rawat Mondok, Depo Farmasi Kedokteran Militer, dan Depo
Farmasi Perawatan Umum. Ketiganya melayani pasien berhak dan keluarganya
yang dirawat. Pelayanan resep dimulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 14.00,
sedangkan untuk penyerahan obat sampai pukul 14.30 WIB. Resep diterima
menggunakan faksimili yang dikirim dari masing-masing lantai perawatan atau
dikirim langsung ke masing-masing depo oleh petugas.
Instalasi Farmasi Rawat Mondok ini menggunakan kombinasi sistem
sentralisasi pada Apotek Rawat Mondok dan sistem desentralisasi pada Depo
Farmasi Kedokteran Militer, Depo Farmasi perawatan Umum, dan Depo farmasi
Instalasi Kamar Operasi.
Resep yang masuk ke Apotek Rawat Mondok diberi nomor dan kode
masing-masing lantai dan unit perawatan. Kode yang diberikan yaitu spidol merah
untuk resep perawatan jantung dan paru; spidol biru untuk resep perawatan
obstetrik dan ginekologi; spidol hitam untuk resep perawatan Ilmu Kesehatan
Anak (IKA), jiwa dan bayi; spidol hijau untuk resep Intensive Care Unit (ICU).
Sistem distribusi obat di pelayanan rawat mondok terbagi menjadi resep
individual dan unit dose. Hanya resep dari lantai 1 dan 2 Kebidanan yang
menggunakan sistem unit dose. Sistem resep unit dose belum dapat diterapkan di
Universitas Indonesia
seluruh ruang perawatan dikarenakan keterbatasan SDM di apotek dan dana yang
tersedia.
Ketentuan pemberian obat yang diberikan maksimal 2 hari untuk injeksi
dan 5 hari untuk obat per oral. Apabila dalam resep tertera jumlah obat yang
melebihi ketentuan, pemberian obat akan disesuaikan dengan jumlah maksimal
yang diperbolehkan. Jika pasien yang bersangkutan akan pulang, maka
permintaan obat akan diberikan semua. Obat yang telah disiapkan, diambil oleh
petugas dari masing-masing lantai perawatan
Obat-obat dan perbekalan kesehatan dicatat pada kartu stok secara
terpisah, yaitu kartu stok untuk sediaan basah, kering, dan perbekalan kesehatan
lainnya. Untuk obat-obat yang tidak tersedia, diberikan salinan resep rangkap 4
(arsip direstitusi, data Kimia Farma, penagihan, dan untuk beberapa arsip
lainnya), diproses melalui pelayanan restitusi. Depo Farmasi Dokmil yang terletak
di lantai 6 Unit Bedah menyediakan obat yang dibutuhkan oleh pasien yang
dirawat di bagian Dokmil. Depo Farmasi Dokmil ini melayani pasien TNI dan
keluarganya di lantai 3, 4, 5 dan 6. Sedangkan lantai 6 Dokmil khusus untuk
pasien TNI yang terluka di medan pertempuran atau daerah operasi militer.
Namun, karena saat ini sudah jarang sekali terjadi perang, lantai 6 Dokmil
digunakan untuk pasien yang mengalami kasus bedah.
Resep yang diterima di unit ini merupakan resep asli yang langsung
diantar oleh perawat dari masing-masing lantai. Lalu resep diberi kode dan nomor.
Kemudian obat disiapkan oleh petugas depo. Setelah obat disiapkan, obat diambil
oleh petugas dari masing-masing lantai. Sistem distribusi yang digunakan adalah
sistem distribusi individual dan unit dose. Sistem unit dose hanya diterapkan
untuk pasien lantai 6.
Ketentuan pemberian obat sama dengan di Apotek Rawat Mondok, yaitu 2
hari untuk sediaan injeksi dan 5 hari untuk sediaan oral. Apabila dalam resep
tertera jumlah obat yang melebihi ketentuan, pemberian obat akan disesuaikan
dengan jumlah maksimal yang diperbolehkan. Jika pasien yang bersangkutan akan
pulang, maka permintaan obat akan diberikan semua.
Obat-obat dan perbekalan kesehatan dicatat pada kartu stok secara
terpisah, yaitu kartu stok untuk sediaan basah, kering, dan perbekalan kesehatan
Universitas Indonesia
lainnya. Untuk obat-obat yang tidak tersedia, diberikan salinan resep rangkap 4
(arsip direstitusi, data Kimia Farma, penagihan, dan untuk beberapa arsip
lainnya), diproses melalui pelayanan restitusi. Pelayanan obat yang direstitusi
terkadang membutuhkan waktu yang lama sehingga terkadang suka dititipkan di
Unit Pelayanan Jaga Cito, hal itu disebabkan obat tersedia pada waktu di luar jam
kerja.
Depo Farmasi Perawatan Umum (PU) melayani resep dari lantai 1-6 PU,
kecuali lantai 4 yang merupakan pasien swasta. Depo Farmasi PU melayani resep
pasien yang menderita penyakit dalam.Sistem distribusi yang diterapkan adalah
sistem distribusi individual dan unit dose. Sistem individual diterapkan untuk
pasien lantai 3 dan 5, sedangkan sistem unit dose diterapkan untuk pasien lantai 1,
2, dan 6.
Resep dari lantai perawatan dikirim melalui faksimili atau diantar
langsung oleh petugas dari masing-masing lantai. Lalu resep diberi kode dan
nomor. Kemudian obat disiapkan oleh petugas depo. Setelah obat disiapkan, obat
diambil oleh petugas dari masing-masing lantai. Ketentuan pemberian obat sama
dengan di Apotek Rawat Mondok dan Depo Farmasi Dokmil
Untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi pasien/masyarakat umum,
Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad menyelenggarakan Yanmasum
Farmasi yang terbagi menjadi PKM I, PKM II dan PKM III yang tersebar di
lokasi-lokasi strategis rumah sakit.
Universitas Indonesia
5.3 Evaluasi
RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad merupakan rumah sakit yang memiliki
jumlah pasien yang sangat banyak dengan berbagai macam kasus penyakit. Untuk
pengadaan obat dan perbekalan kesehatan berkaitan erat dengan hal tersebut.
Evaluasi perlu dilakukan terutama terkait dengan sistem manajemen farmasi untuk
menilai serta membandingkan hasil pelayanan dengan standar pelayanan yang
telah ditetapkan rumah sakit.
KFT (Komite Farmasi dan Terapi) adalah sekelompok penasehat dari staf
medik yang bertindak sebagai garis komunikasi staf medik dan Instalasi Farmasi
Rumah Sakit. Dalam mengevaluasi penggunaan obat, Komite Farmasi dan Terapi
(KFT) memiliki peranan penting. Selain itu, KFT juga mengembangkan kebijakan
untuk pengelolaan pemberian obat dan mengelola sistem formularium. Komite ini
merupakan suatu kelompok pemberi rekomendasi kebijakan yang berkaitan
dengan terapi obat bagi staf medik dan kepala rumah sakit. KFT telah menyusun
Formularium Rumah Sakit sejak tahun 1982 yang dibuat dengan nama Daftar
Obat Esensial (DOE) RSPAD Edisi I. Saat ini, Daftar Obat Esensial RSPAD
sudah diterbitkan sampai edisi VIII.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
6.1 Kesimpulan
1) Kegiatan kefarmasian yang diterapkan di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
sebagian besar sudah sesuai dengan teori yang didapat selama kuliah.
2) Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dikepalai oleh perwira
berpangkat kolonel dengan kualifikasi apoteker yang bertanggungjawab
langsung kepada Kepala Rumah Sakit.
3) Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad telan menjalankan
manajemen farmasinya dengan cukup baik.
4) Kegiatan kefarmasian yang diselenggarakan, yaitu pelayanan farmasi
rawat jalan, pelayanan farmasi rawat inap, unit produksi, unit perbekalan,
pelayanan 24 jam, pelayanan farmasi klinik, pelayanan gas medik,
pelayanan haralkes, unit pendidikan, pelatihan dan pengembangan, KFT,
dan pelayanan khusus masyarakat umum (swasta).
5) Seluruh kegiatan kefarmasian sudah berjalan cukup baik, tapi ada
beberapa yang belum optimal, diantaranya pada pelayanan farmasi klinik
dan unit produksi pada sediaan steril.
6) RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad selaku rumah sakit pendidikan, telah
membina serta mendidik para calon ahli madya farmasi rumah sakit
dengan baik membuat wawasan dan keterampilannya semakin bertambah
dengan mempelajari berbagai problematika yang dihadapi di lapangan
sehingga siap terjun ke masyarakat sebagai tenaga kesehatan yang terlatih
dan profesional.
6.2 Saran
1) Sistem komputerisasi perlu diterapkan secara bertahap dan menyeluruh
agar database seluruh aspek pelayanan dapat menghasilkan pendataan
yang akurat dan perlu dilakukan penambahan personil, terutama di
Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad agar kegiatan
kefarmasian berjalan optimal dan cepat dalam pelayanan.
87
Universitas Indonesia
Organisasi dan Tugas Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto
Ditkesad. (2006). Keputusan Kasad Nomor Kep/ 50/ XII/ 2006. Jakarta:
Tentara Nasional Indonesia Markas Besar Angkatan Darat.
Organisasi dan Tugas Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto
Ditkesad. (2006). Keputusan Kasad Nomor Kep/ 50.a/ XII/ 2006. Jakarta:
Tentara Nasional Indonesia Markas Besar Angkatan Darat.
89
Siregar, Charles. (2006). Farmasi Klinik : Teori dan penerapan. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Siregar, Charles., & Amalia, Lia. (2004). Farmasi Rumah Sakit : Teori &
Penerapan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Universitas Indonesia
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Daftar Singkatan
35
TUGAS KHUSUS
DEDE SUNARDI
0706230411
TUGAS KHUSUS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya Farmasi
DEDE SUNARDI
0706230411
iii
iv
v
vi
1
1.2 Tujuan
1) Mengetahui resep yang masuk ke Pelayanan Farmasi di Luar Jam Dinas
pada bulan April 2010 di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad yang termasuk
golongan Obat Kegawatdaruratan Medis (KDM) atau tidak
2) Mengetahui unit yang paling banyak meresepkan ke Pelayanan Farmasi di
Luar Jam Dinas pada bulan April 2010 di RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad.
Universitas Indonesia
2.1 Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker
untuk menyerahkan obat kepada pasien (Anief, 2004). Resep adalah permintaan
tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk menyediakan
dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang berlaku
(Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/MENKES/SK/IX/2004).
2.1.1 Penulisan Resep
Dalam resep harus memuat: Nama, alamat, dan nomor izin praktek dokter,
dokter gigi, dan dokter hewan; tanggal penulisan resep (inscription); tanda R/
pada bagian kiri setiap penulisan resep. Nama setiap obat atau komposisi obat
(invacatio); aturan pemakaian obat yang tertulis (signature); tanda tangan atau
paraf dokter penulis resep sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku; tanda
seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya
melebihi dosis maksimal (Anief, 2004).
2.1.1.1 Resep Cito
Untuk penderita yang segera memerlukan obatnya, dokter menulis di
bagian kanan atas resep: Cito, Statim, Urgen, P.I.M.= periculum in
mora=berbahaya bila ditunda, resep ini harus dilayani dulu (Anief, 2004)
2.2 Apotek
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh Apoteker (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51
tahun 2009). Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya
kepada masyarakat (Keputusan Menteri Kesehatan No.
1027/MENKES/SK/IX/2004).
2.2.1 Pelayanan Farmasi di Luar Jam Dinas
Pelayanan Farmasi di Luar Jam Dinas adalah apotek yang melayani obat
cito yang berasal dari poliklinik gawat darurat dan ruang perawatan di luar jam
3
gawat darurat dan ruang perawatan di luar jam dinas atau jam kerja dan pada hari
libur (Kebijakan dan Prosedur Pelayanan Farmasi No. 22/11/2004 tentang
Prosedur Pelayanan Obat di Luar Jam Dinas di Apotek Jaga Cito).
2.4 Obat
Obat adalah suatu zat yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rokhaniah pada manusia atau hewan, memperbagus badan dan bagian badan
manusia.
Berdasarkan jenisnya, obat dapat dikelompokkan menjadi obat tradisional,
obat jadi, obat paten, obat baru, obat essensial, obat generik berlogo, obat wajib
apotek dan obat cito. Obat tradisional adalah obat jadi atau obat berbungkus yang
berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral, dan atau sediaan galenik
atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang usaha pengobatannya berdasarkan
pengalaman.
Obat jadi yaitu obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk
serbuk, cairan, salep, tablet, pil, suppositoria, atau bentuk lain yang mempunyai
Universitas Indonesia
nama teknis sesuai dengan Formulariun Indonesia atau buku lain. Obat paten
adalah obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama sipembuat atau
yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang
memproduksinya.
Obat baru ialah obat yang terdiri atau berisi suatu zat, baik sebagai bagian
yang berkhasiat maupun yang tak berkhasiat, misalnya lapisan, pengisi, pelarut,
bahan pembantu, atau komponen lain yang belum dikenal hingga tidak diketahui
khasiat dan keamanannya. Obat essensial adalah obat obat yang paling dibutuhkan
untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat terbanyak yang meliputi
diagnosa, profilaksis terapi dan rehabilitasi.
Obat generik berlogo adalah obat essensial yang tercantum dalam Daftar
Obat Essensial Nasional (DOEN) dan mutunya terjamin karena diproduksi sesuai
dengan persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (C.P.O.B) dan diuji ulang
oleh Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan. Obat Wajib
Apotek ialah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker di
apotek (Anief, 2000).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.3 Metode
Observasi ini dilakukan dengan menggunakan metode retrospektif, yaitu
evaluasi resep yang dilakukan setelah pelayanan dilaksanakan. Pengambilan data
dilakukan terhadap resep-resep obat bukan alat kesehatan (alkes) yang masuk ke
Pelayanan Farmasi di Luar Jam Dinas RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad periode
Januari-Mei 2010.
7
Universitas Indonesia
Tabel 4.1 Rekapitulasi resep yang bertuliskan cito dan yang tidak bertuliskan cito
Lembar Resep
RESEP
Jumlah %
Bertuliskan Cito ! 480 32,06%
Tidak bertuliskan Cito ! 1017 67,94%
Total 1497 100%
9
Bertuliskan cito Tidak bertuliskan cito
67,9
94% 3
32,06%
Gambar 4.1
4 Perbanddingan Reseep Bertulisk
kan Cito daan Resep Tidak Bertulliskan
Cito
Beerdasarkan data
d di atass, terlihat bahwa
b resepp yang masuuk ke Pelay
yanan
Farmasi di
d Luar Jam
m Dinas RS
SPAD Gato
ot Soebrotoo Ditkesad didominasii oleh
resep yanng tidak berrtuliskan ciito yaitu seebanyak 1017 lembar resep (67,9
94%).
Nilai terseebut cukup besar bila dibandingk
kan dengan resep bertuuliskan cito yang
hanya berj
rjumlah 4800 lembar resep (32,06%
%). Data di
d atas menuunjukkan bahwa
b
Pelayanann Farmasi dii Luar Jam Dinas
D RSPA
AD tidak seecara khusuus melayani resep
obat yang bertuliskann cito.
4.1.1 Reseep Bertuliskan Cito
Dilihat dari data
d rekapituulasi resep yang bertulliskan cito pada lampiiran 1
dapat dikeetahui daftarr obat yang digolongkaan berdasarkkan nama oobat yang diisertai
kategori obat
o berdasaarkan daftar obat KDM
M.
Beerdasarkan analisis ressep yang bertuliskan
b cito, diperroleh perseentase
resep yanng menganddung obat KDM sepeerti yang teertera padaa Tabel 4.2
2 dan
Gambar 4.2.
Tab
bel 4.2 Jumllah resep beertuliskan ciito yang meengandung oobat KDM
Lem
mbar Resep
RESSEP
Jumlah Perseentase (%)
Mengandungg Obat KDM
M 39 8,13
Tidaak Mengandung Obat KD
DM 441 9
91,87
TOTTAL 480 100
Unive onesia
ersitas Indo
Mengandungg Obat KDM Tidak Menggandung Obat K
KDM
8
8,13%
91,8
87%
Unive onesia
ersitas Indo
6
5
4
3
2
1
0
Lidocaine inj
L Dopamin iinj Dobutam
min inj Dextrosa 40%‐ D
Diazepam inj
50%
Beerdasarkan data
d di atas,, bahwa obaat KDM yaang sering ddigunakan adalah
a
mbar resep yang
Lidocaine inj sebanyak 5 lembaar resep (12,,82 %) dari 39 total lem
bertuliskann cito yang mengandunng obat KD
DM.
Unive onesia
ersitas Indo
80
70
60
lembar resep
50
40
30
20
10
0
Unive onesia
ersitas Indo
Leembar resep
Nama Obat
JML %
%
Mengaandung obatt KDM 96 9,4
44%
Tidak meenandung ob
bat KDM 921 90,56%
TOTAL 1017 10
00%
Mengaandung Obat KDM T
Tidak Mengan dung Obat KD
DM
90,5
56%
9,44%
Beerdasarkan data
d di atass, pada reseep yang tidaak bertuliskkan cito, terrdapat
96 lembarr resep yangg menganduung obat KD
DM (9,44 %).
% Jika meruujuk pada sistem
penulisan resep yang baik, seharrusnya resep
p yang menggandung obbat KDM diisertai
tanda pennulisan cito pada pojokk kanan ataas lembar resep.
r Hal iini dimaksu
udkan
Unive onesia
ersitas Indo
agar resepp yang menngandung obbat KDM teersebut dappat disiapkaan dengan segera
untuk pasiien yang meembutuhkann tindakan pengobatan
p kegawatdarruratan med
dis.
Dilihat dari data
d obat KD
DM pada resep
r yang tidak
t bertulliskan cito dapat
diketahui lima obat KDM yangg paling baanyak diresepkan. Datta tersebut dapat
dilihat padda Tabel 4.66 dan Gambbar 4.6.
Tabel 4.6 Limaa besar obat KDM padaa resep yangg tidak bertuuliskan cito
Lembar ressep
NO
O Nama O
Obat
JM
ML %
1 Phenytoin inj 1
16 16,66%
2 Furosemide inj 1
13 13,54%
3 Lidocain
ne inj 1
12 12,50%
4
4 Dobutam
min inj 1
11 11,46%
5 Dopamin inj 8 8,33%
20
15
10
5
0
Phenytoin in
nj Furosemid
de inj Lidoccaine inj Do
obutamin inj Dopamin in
nj
Beerdasarkan data
d di atas,, bahwa obaat KDM yaang sering ddigunakan adalah
a
Phenytoinn inj sebanyaak 16 lembaar resep (16
6,66 %) darii 96 total leembar resep yang
tidak bertuuliskan cito yang menggandung obaat KDM.
Dillihat dari data rekappitulasi reseep yang tiidak bertuliiskan cito pada
lampiran 2 dapat dikketahui daftaar obat yan
ng digolongkkan berdasaarkan namaa obat
yang diserrtai jumlah lembar
l reseep.
Unive onesia
ersitas Indo
Beerdasarkan hal
h itu, dapaat diperoleh
h sepuluh jennis obat yanng paling baanyak
diresepkann ke Pelayaanan Farmassi di Luar Jam Dinas pada
p bulan A
April 2010. Data
tersebut daapat dilihat pada Tabell 4.7 dan Gaambar 4.7.
Taabel 4.7 Seepuluh Obaat yang Paaling Banyaak Diresepkkan pada Resep
R
Tiidak Bertuliiskan cito
Le
embar Resep
p
No Namaa Obat K
KDM/NON KD
DM
Jumlaah %
%
1 Paarasetamol taab 140
0 15,83% NON KDM
M
2 Ass. Mefenamaat tab 118
8 38%
9,3 NON KDM
M
3 Ammoxycyllin tabt 90 7,9
92% NON KDM
M
4 Saangobiad tab 78 6,8
88% NON KDM
M
5 Raanitidine inj 70 6,4
46% NON KDM
M
6 Cyyprofloxacin ttab 69 6,4
46% NON KDM
M
7 Neeuralgad tab 68 5,6
63% NON KDM
M
8 Neeurobiad tab b 59 5,4
42% NON KDM
M
9 Raanitidine tab 56 5,4
42% NON KDM
M
10 Ceeftriaxone injj 51 5,2
21% NON KDM
M
160
1 140
Lembar Resep
1
140 118
1
120
1
100 90
78
80 70 69 68
59 56
60 51
40
20
0
Saama halnya seperti padda resep yaang bertuliskkan cito, ddari sepuluh
h obat
yang paliing banyakk diresepkaan pada reesep yang tidak berttuliskan cito di
Pelayanann Farmasi di
d Luar Jam
m Dinas RS
SPAD Gatott Soebroto Ditkesad adalah
a
obat yang tidak termaasuk kategoori obat KDM
M. Dalam hal
h ini penuulisan resep tanpa
Unive onesia
ersitas Indo
disertai kata ‘cito’ di pojok kanan atas lembar resep sudah benar. Tapi, bila dilihat
dari banyaknya resep yang mengandung obat tersebut, hal ini terjadi karena
banyak perawat dari tiap unit memasukkan resep ke Pelayanan Farmasi di Luar
Jam Dinas dengan alasan persediaan obat tersebut habis atau pengadaan yang
diminta tiap bulan tidak sesuai dengan jumlahnya. Pelayanan Farmasi di Luar Jam
Dinas hanya mendukung obat-obat untuk satu hari bagi unit perawatan. Oleh
karena itu, ketika obat yang dikonsumsi pasien hari ini habis, besoknya para
perawat suka memasukkan resep lagi ke Pelayanan Farmasi di Luar Jam Dinas
dengan tujuan untuk mendapatkan obat yang lebih cepat. Pernyataan di atas dapat
dimaklumi mengingat pada faktanya bahwa Fungsi Instalasi Farmasi RSPAD
Gatot Soebroto Ditkesad dalam hal ini lebih diutamakan dalam unsur pelayanan
dan proses pengadaan obat-obat tersebut untuk tiap unit dilakukan oleh
Dirbinjangmed yang disesuaikan dengan anggaran yang ada.
4.2 Analisis Sumber Resep yang Masuk di Pelayanan Farmasi di Luar Jam
Dinas RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad.
Pelayanan Farmasi di Luar Jam Dinas RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
melayani resep dari seluruh unit di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad, baik resep
bertuliskan cito maupun yang tidak bertuliskan cito. Pemantauan sumber resep di
Pelayanan Farmasi di Luar Jam Dinas RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad perlu
dilakukan untuk mengetahui unit tujuan pendistribusian obat dari Pelayanan
Farmasi di Luar Jam Dinas RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. Selain itu,untuk
mengetahui ketepatan dari suatu unit dalam meresepkan obat ke Apotik Jaga Cito
RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad.
Berdasarkan data rekapitulasi resep yang bertuliskan cito dan yang tidak
bertuliskan cito pada lampiran 1 dan lampiran 2, dapat diketahui unit asal resep
dari tiap obat.
Berikut adalah hasil pengolahan data resep yang masuk ke Pelayanan
Farmasi di Luar Jam Dinas RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad pada bulan April
2010 menurut unit asal resep. Pada resep bertuliskan cito dapat dilihat pada Tabel
4.8 dan Gambar 4.8 sedangkan pada resep yang tidak bertuliskan cito pada Tabel
4.9 dan Gambar 4.9.
Universitas Indonesia
200
150
Lembar Resep
100
50
0
IGD PU ObGyn IKA Bedah DokMil OK
KG KB Paru ICU
U
Unive onesia
ersitas Indo
400
0
350
0
300
0
Lembar Resep
250
0
200
0
150
0
100
0
50
0
0
Unive onesia
ersitas Indo
pertama pada keadaan gawat darurat sehingga obat-obat di instalasi ini yang
paling sering digunakan, sedangkan persediaan obat di lemari dan trolley gawat
darurat jumlah dan jenisnya terbatas. Selain itu, Instalasi Gawat Darurat adalah
salah satu unit perawatan yang masih beroperasi di luar jam dinas dan ketika hari
libur. Sehingga jika Instalasi Gawat Darurat kekurangan obat dan memerlukan
obat yang bersifat segera (emergency), hanya Apotik Jaga Cito RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad yang dapat melayani resep di luar jam dinas dan hari libur.
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari resep obat yang masuk ke Pelayanan
Farmasi di Luar Jam Dinas RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad pada bulan April
2010 :
1) Lembar resep yang masuk sebanyak 1497 resep dan sebanyak 135 lembar
resep (9,02 %) diantaranya mengandung obat Kegawatdaruratan Medis
(KDM) yang terdiri dari 39 lembar resep (28,89 %) pada resep yang
bertuliskan cito dan 96 lembar resep (71,11 %) pada resep yang tidak
bertuliskan cito
2) Unit yang paling banyak meresepkan obat ke Pelayanan Farmasi di Luar
Jam Dinas adalah Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebanyak 529 lembar
resep (35,34 %) dari 1497 lembar resep.
5.2 Saran
1) Pihak Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad memberikan
sosialisasi secara menyeluruh ke setiap tenaga kesehatan mengenai
pengertian dan fungsi Pelayanan Farmasi di Luar Jam Dinas sesuai dengan
kebijakan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad.
2) Melihat bahwa Pelayanan Farmasi di Luar Jam Dinas di RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad tidak hanya melayani resep-resep yang mengandung
obat KDM, untuk meminimalkan penyalahgunaan Pelayanan Farmasi di
Luar Jam Dinas maka resep-resep yang masuk ke Pelayanan Farmasi di
Luar Jam Dinas sebaiknya dibatasi pada resep yang bertuliskan CITO.
21
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. (2000). Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
22
Lampiran 1
Rekapitulasi Resep Bertuliskan Cito yang Masuk ke Pelayanan Farmasi di Luar Jam
Dinas pada Bulan April 2010
No. Tgl. ∑
No Nama Obat Asal R/ Dokter Kategori
R/ R/ R/
IGD 547 7 Irja D
Lt. 4 Paru 686 9 Rianti NON
1 Acyclovir tab 4
Lt. 2 PU 858 11 Ety KDM
IGD 1391 18 Tatiyana
NON
2
Acyclovir zalf Lt. 4 Paru 686 9 Rianti 1 KDM
Lt. 6 PU 362 4 Anna
KB 399 5 Fitri
Lt. 4 Paru 1460 18 Shinta
NON
3 Adona inj Lt. 6 PU 1511 19 Wishnu 7
KDM
Lt. 3 PU 1532 20 Hari
IGD 1559 21 Marethania
Lt. 1 PU 1584 21 Luki
OKG 597 8 Jimmy NON
4 Alinamin-F inj 2
Lt. 1 Obst 1393 18 Fitri KDM
NON
5 1
Allopurinol tab/Reucid IGD 1131 15 Josefina KDM
NON
6 1
Alprazolam tab Lt. 6 PU 909 11 Budi KDM
IGD 334 4 Tatiyana NON
7 Ambroxol tab 2
IGD 484 6 Liza KDM
Lt. 6 PU 363 4 Anna
NON
8 Ambroxol syr IKA 2 482 6 Shinta 3
KDM
IGD 483 6 Shinta
NON
9 1
Amikacin SO4 inj/Amikin R. Bayi 1865 25 Dian KDM
NON
10
Aminofusin L 600 inf ICU 1172 15 Ufi 1 KDM
NON
11
Aminofusin Paed inf 1027 13 Novita 1 KDM
NON
12
Aminoleban inf Lt. 6 PU 350 4 Anna 1 KDM
Lt. 1 PU 946 11 Lisa
13 Aminophylline inj 2 KDM
Lt. 4/2 1872 25 Ichsan
IGD 260 4 Husnah
Lt. 5/2 713 10 Eddy
NON
14 Amlodipine tab/Amdixal Lt. 3 PU 1541 20 5
KDM
IGD 1675 23 Liza
1751 24 Keny
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Abd.
IGD 155 3 Djannah
Abd.
IGD 176 3 Djannah
NON
75 Ephedrin HCl tab IGD 714 10 Mia 6
KDM
IGD 1643 22 Liza
IGD 1721 23 Tannov
IGD 1920 25 Mia
NON
76 1
Ericaf tab IGD 1675 23 Liza KDM
NON
77 1
Erythromycin tab KB 681 9 Yuda KDM
IGD 344 4 Tatiyana
NON
78 Esprison tab/Myonal/Myori IGD 1399 18 Tatiyana 3
KDM
IGD 1456 18 Husnah
NON
79 1
Ethambutol HCl tab/Ethambutol Lt. 5/2 749 10 Nishal KDM
NON
80 1
Fluoxetine HCl kaps/Kalxetin Lt. 2 Jantuing 997 12 Budi KDM
Lt. 5/2 588 8 Umar
NON
81 Fosfomycin inj/Fosmicin Lt. 6/2 966 12 Ihsan 3
KDM
Lt. 6/2 1003 12 Ihsan
IKA 2 332 4 Dame
Lt. 2 Jantung 839 11 Agus
NON
82 Furosemide tab/Lasix Lt. 2 Jantung 1076 14 Sri D 5
KDM
Lt. 5/2 1772 24 Umar
Lt. 6 PU 2136 29 Velma
ICU 752 10 Tati NON
83 Gelatin inf/Gelofusine 2
ICU 1172 15 Ufi KDM
Gentamicin SO4 crim/ Lt. 2 Gyn 315 4 Yuda NON
84 2
Garamycin IGD 1391 18 Tatiyana KDM
Lt. 6 PU 317 4 Syachril
Gentamicin SO4 inj/ NON
85 IKA 1 718 10 Agus 3
Gentamerk/Garamycin KDM
Lt. 2 Gyn 2015 27 Nanik
Abd.
IGD 155 3 Djannah
Abd.
IGD 176 3 Djannah
NON
86 Glyceril Guayacolas tab/GG IGD 714 10 Mia 6
KDM
Lt. 3 PU 1133 15 Luki
IGD 1721 23 Tannov
IGD 2057 27 Dame
NON
87 1
Glyceryl trinitrate kaps/Nitrokaf Pav. Kartika 1775 24 Tati KDM
NON
88 1
Haemaccel inf Lt. 6 PU 1442 18 Velma KDM
Lt. 2 PU 255 4 Jimmy NON
89 Haes Steril 6 % inf/ Voluven 4
Lt. 6 PU 362 4 Anna KDM
13
14
15
Lt. 6 PU 10 1 Herman
Kloramfenikol zalf, tts mata/ NON
109 809 11 Nishal 3
Kemicetin/Cendo Fenicol KDM
IGD 1402 18 Syarif
NON
110 Lactacyd liq OKG 220 3 Ayu 1 KDM
IGD 1378 18 Tatiyana NON
111 Lactobacillus scht/Lacto-B 2
IGD 1645 22 Liza KDM
IGD 66 2 Mia
IGD 73 2 Mia
IGD 347 4 Tatiyana
IGD 457 6 Liza
Lt. 2 PU 858 11 Ety
IGD 1102 14 Ratih
NON
112 Lafidryl syr IGD 1105 14 Ratih 13
KDM
Lt. 2 Gyn 1327 17 Ayu
IGD 1409 18 Tatiyana
IGD 1558 21 Shinta
IGD 1962 26 Irja D
IGD 2078 28 Tannov
Lt. 3 PU 2142 29 Amiyati
NON
113 1
Lafihistin tab Lt. 2 PU 858 11 Ety KDM
NON
114 1
Lafimycort cream B. Pastik 2150 30 Denny KDM
Lt. 1 Obst 161 3 Jimmy
Lt. 1 Obst 162 3 Jimmy
NON
115 Laktulosa syr/Lactulax Lt. 1 Obst 232 3 Astrid 5
KDM
Lt. 6 PU 1648 22 Velma
IGD 2161 30 Febi
Lt. 2 Gyn 736 10 Fitri NON
116 Laxadine syr 2
IGD 1387 18 Syarif KDM
IGD 1068 14 Liza NON
117 Levofloxacin inj, drip 2
ICU 2 1880 25 Sri W KDM
KB 153 3 Jimmy
Lt. 5/2 327 4 Nishe
118 Lidocaine inj/Xylocaine KB 399 5 Fitri 5 KDM
KB 693 9 Yuda
Lt. 2 Gyn 2015 27 Nanik
Lt. 6/2
(Dokmil) 395 5 Eddy NON
119 Lidocaine gel/Xylocaine 2
KDM
Lt. 6/2 1911 25 Dicky
NON
120 Lisinopril tab Lt. 1 PU 1586 21 Luki 1 KDM
NON
121 Loratadine tab IKA 2 971 12 Besty 1 KDM
122 Lovenox inj Lt. 2 Jantung 839 11 Agus 3 NON
16
17
18
KB 1922 25 Jimmy
OKG 1947 25 Jimmy
Lt. 4 Paru 1952 25 Shinta
Lt. 1 Obst 1983 26 Jimmy
Lt. 6 PU 2168 30 Anna
Lt. 6/2 2188 30 Ganda
1627 22 Fitri
NON
140 MgSO4 40 % inj 1708 23 Jimmy 3
KDM
KB 2111 29 Farha
OKG 43 1 Yuda
OKG 120 2 Jimmy
OKG 420 6 Fitri NON
141 Misoprostol tab/Cytotec 6
KB 978 12 Yuda KDM
KB 979 12 Yuda
KB 2111 29 Farha
Na Bicarbonat tab/ Lt. 6 PU 772 10 Syachril NON
142 2
Bicnat/Sodium Bicarbonat Lt. 6 PU 1894 25 Farieda KDM
Lt. 2 Gyn 313 4 Yuda
Na Bicarbonat inj/
143 Lt. 6 PU 1894 25 Farieda 3 KDM
Sodium Bicarbonat/Meylon
Lt. 2 Gyn 2119 29 Fitri
OKG 150 3 Jimmy NON
145 Na. Diklofenak tab/Voltadex 2
Lt. 5/2 835 11 Hanna KDM
Lt. 6 PU 665 9 Maryatun
Lt. 5 PU 961 12 Farieda
N-acetylcysteine scht/ Lt. 3 PU 1133 15 Luki NON
146 6
Fluimucil Lt. 6 PU 1151 15 Maryatun KDM
1627 22 Fitri
KB 2111 29 Farha
NON
147 1
NaCl kaps Lt. 6 PU 1492 19 Anna KDM
IGD 492 7 Retno
Lt. 2 Gyn 313 4 Yuda
Unit Stroke 639 8 Nanik NON
148 NaCl 0,9 %/NaCl 3 %/NaCl inf 6
Lt. 5 PU 919 11 Budi KDM
Lt. 6 PU 1077
Lt. 2 Gyn 1885 25 Yopie
IGD 666 9 Yadi
Lt. 6 PU 1103 14 Ganda
Netilmicin inj/Netromycin/ NON
149 Lt. 5/2 1567 21 Yadi 5
Hypobach KDM
Lt. 5/2 1747 24 Ganda
Lt. 6/2 2188 30 Ganda
IGD 76 2 Mia NON
150 Neuralgad tab 18
IGD 260 4 Husnah KDM
19
20
21
22
Lt. 6 PU 1077
Lt. 6 PU 1647 22 Velma
KB 698 9 Yuda
IGD 1412 18 Tatiyana NON
163 Oralit scht 4
IGD 1645 22 Liza KDM
IGD 1674 23 Liza
Lt. 6/2
(Dokmil) 756 10 Christin
Lt. 6/2 NON
164 Ossoral tab 3
(Dokmil) 757 10 Christin KDM
IGD 1956 26 Christin
OKG 120 2 Jimmy
KB 153 3 Jimmy
KB 399 5 Fitri
KB 693 9 Yuda
OKG 967 12 Jimmy
Oxytocin inj/Syntocinon/ KB 978 12 Yuda NON
165 12
Pitogin KB 978 12 Yuda KDM
KB 1580 21 Astrid
OKG 1779 24 Jimmy
OKG 1780 24 Jimmy
OKG 1947 25 Jimmy
OKG 1948 25 Jimmy
NON
166 1
Pan Amin G inf IKA 1 1218 16 Soroy KDM
IGD 632 8 Liza NON
167 Pantoprazole inj/Pantozol 2
Lt. 6 PU 1647 22 Velma KDM
Lt. 6 PU 42 1 Haikal
IGD 66 2 Mia
IGD 73 2 Mia
IKA 2 109 2 Besty
IKA 2 110 2 Besty
Lt. 1 Obst 160 3 Jimmy
Lt. 1 Obst 163 3 Jimmy
IGD 227 3 Dame
Paracetamol tab/PCT/ NON
168 IGD 243 3 Husnah 76
Sanmol/Farmadol KDM
IGD 255 4 Jimmy
IGD 298 4 Tatiyana
IGD 300 4 Tatiyana
IKA 2 332 4 Dame
IGD 346 4 Liza
IGD 347 4 Tatiyana
IGD 365 4 Liza
IGD 366 5 Liza
23
24
25
26
27
28
KDM
NON
196 1
Terazosin HCl tab/Hytrin Lt. 5/2 1772 24 Umar KDM
IGD 347 4 Tatiyana
NON
197 Theophyllin tab IGD 485 6 Shinta 3
KDM
IGD 506 7 Irja D
IGD 89 2 Mia
IGD 139 2 Aditya
IGD 248 3 Adrel NON
198 Tinoridina kap/Nonflamin 6
IGD 548 7 Gusti KDM
IGD 1689 23 Umar
IGD 1863 25 Dicky
IGD 464 6 Yulinda
IGD 613 8 Liza
IGD 654 9 Doroty
IGD 706 10 Mia
IGD 1032 13 Okky
NON
199 Tramadol tab/Tramal IGD 1092 14 Gusti 11
KDM
IGD 1513 19 Okkian
IGD 1518 20 Okkian
Lt. 6 PU 1529 20 Michael
Lt. 2 Gyn 1842 25 Jimmy
Lt. 2 Gyn 1843 25 Jimmy
IKA 2 332 4 Dame NON
200 Tramadol supp/Tramal 2
OKG 967 12 Jimmy KDM
IGD 139 2 Aditya
Lt. 6/2
(Dokmil) 299 4 Umar
Lt. 5/2 588 8 Umar
IGD 588 8 Liza
Lt. 6/2 619 8 Michael
Lt. 1 Obst 991 12 Astrid NON
201 Tramadol inj/Tramal 13
Lt. 3 PU 1101 14 Luki KDM
Lt. 4/2 1264 17 Hamid
Lt. 2 Gyn 1355 18 Fitri
Lt. 2 Gyn 1356 18 Fitri
Lt. 5/2 1746 24 Ganda
Lt. 6 PU 1787 24 Reggy
OKG 2137 29 Fitri
Lt. 2 Gyn 312 4 Yuda
Lt. 2 Gyn 986 12 Yuda
NON
202 Tranexamic acid tab/Transamin Lt. 2 Gyn 1253 18 Fitri 10
KDM
IGD 1411 18 Syarif
OKG 1718 23 Jimmy
29
30
31
32
Lampiran 2
No. Tgl. ∑
No Nama Obat Asal R/ Dokter Kategori
R/ R/ R/
IGD 929 11 Hanna
IGD 995 12 Irja D
IGD 1082 14 Ratih NON
1 Acyclovir tab 6
IGD 1083 14 Ratih KDM
IGD 1810 24 Renny
IGD 2093 28 Tannov
IGD 929 11 Hanna
IGD 995 12 Irja D
NON
2 Acyclovir zalf IGD 1592 21 Irja D 5
KDM
IGD 1810 24 Renny
IGD 2093 28 Tannov
ICU 195 3 Ufi
Pav. Kartika 345 4 Andi
Lt. 6 PU 448 6 Harry
IGD 505 7 Irja D
IKA 2 609 8 Nanik
NON
3 Adona inj Lt. 6 PU 630 8 Dwi 11
KDM
940 11 Ichsan
Lt. 3 PU 955 12 Ety
Lt. 4 Paru 1324 17 Shinta
Lt. 6 PU 1441 18 Velma
Lt. 3 PU 1936 25 Ety
Lt. 2 Jantung 578 8 Martika
NON
4 Adona tab IKA 1 1263 17 Ardika 3
KDM
Lt. 3 PU 1583 21 Luki
ICU 2 88 2 Nadia
ICU 2 92 2 Nadia
IKA 1 143 3 Aditya
NON
5 Albumin Human 20 % IKA 1 247 3 Aditya 7
KDM
749 10 Sri W
752 10 Martika
ICU 2 2055 27 Sri W
OKG 501 7 Budi
Lt. 1 Obst 653 9 Astrid NON
6 Alinamin-F inj 4
1014 12 Ayu KDM
OKG 1692 23 Budi
33
34
35
36
37
KB 570 8 Jimmy
IGD 576 8 Liza
IGD 593 8 Liza
IGD 595 8 Liza
Lt. 3 PU 694 9 Tannov
IGD 746 10 Irja D
IGD 785 10 Irja D
818 11
IGD 864 11 Martika
IGD 1094 14 Sri D
IGD 1129 15 Irja D
1156 15 Josefina
Lt. 2 PU 1211 16 Hendra
Lt. 6 PU 1213 16 Hendra
IGD 1296 17 Renny
Lt. 6 PU 1307 17 Anna
IGD 1326 17 Jimmy
IGD 1343 17 Hanna
KB 1555 21 Fitri
IGD 1560 21 Liza
IGD 1639 22 Liza
IGD 1686 23 Irja D
IGD 1687 23 Irja D
KB 1707 23 Jimmy
IGD 1738 24 Irja D
IGD 1783 24 Pratiwi
IGD 1830 Hanna
IGD 1923 25 Andi
1971 26 Husnah
IGD 1973 26 Martika
IGD 1988 26 Irja D
IGD 1991 26 Irja D
IKA 2 2043 27 Novita
Lt. 3/2 2157 30
IGD 2182 30 Irja D
IGD 15 1 Haikal
Lt. 1 Obst 123 2 Jimmy
Lt. 2 Jantung 188 3 Dame
Antasida susp/Dexanta/ Lt. 2 Gyn 204 3 Astrid NON
24 44
Lafimag/Magtra IGD 206 3 Butet KDM
IGD 3 Dame
IGD 253 4 Husnah
IGD 259 4 Irja D
38
39
40
41
42
NON
30 1
As. Salisilat 1 % zalf Lt. 2 PU 982 12 Lilik KDM
Lt. 2 Pav. NON
31 Asering inj Kartika 1174 Hanna 1 KDM
IGD 6 1 Husnah
Neurologi 7 1 Abd. Hamid
158 3 Rico
Lt. 2 Gyn 436 6 Gunawan
Lt. 2 Jantung 660 9 Agus
1075 14 Prihadi
IGD 1094 14 Sri D
ICU 1132 15 Sri W
Asetosal tab/Aptor/Aspirin/ Pav. Kartika 1178 15 Hanna
NON
32 Aspilets/Ascardia/ IGD 1201 16 Tannov 19
KDM
Thrombo Aspilets
Lt. 2 PU 1221 16 Rico
Lt. 2 Jantung 1544 20 Shinta
IGD 1981 26 Irja D
IGD 1999 26 Martika
IGD 2003 26 Martika
Lt. 3 PU 2010 27 Irja D
Lt. 2 Jantung 2133 29 Husnah
Lt. 6 PU 2154 30 Renny
Lt. 6 PU 2167 30 Yongkie
Atracurium besylate NON
33 1
inj/Notrixum ICU 977 12 Ufi KDM
Lt. 6 PU 34 1 Anna
Lt. 2 Gyn 203 3 Astrid
IGD 264 4 Husnah
IGD 310 4 Irja D
397 5 Erna
Lt. 6 PU 471 6 Farieda
IGD 490 7 Irja D
IGD 491 7 Irja D
IGD 503 7 Irja D
Attapulgit aktif tab/ NON
34 Lt. 3 PU 667 9 Tannov 25
Neo Diare/New Diatab KDM
IGD 808 Hanna
IGD 938 11 Lisa
ICU 974 12 Ufi
ICU 2 996 12 Ufi
IGD 1053 Hanna
Lt. 3 PU 1231 16 Rita
IGD 1296 17 Renny
IGD 1297 17 Renny
Lt. 3 PU 1309 17 Renny
43
44
45
Abd. KDM
Lt. 5/2 175 3 Djannah
Lt. 6 PU 212 3 Maryatun
IGD 258 4 Irja D
Lt. 5/2 341 4 Eddy
IGD 423 6 Astrid
Lt. 2 Jantung 660 9 Agus
IGD 866 11 Martika
Lt. 3 PU 945 11 Ety
IGD 1201 16 Tannov
Lt. 2 PU 1221 16 Rico
Lt. 5/2 1322 17 Astrid
Lt. 2 Jantung 1682 23 Irja D
IGD 1882 25 Mia
IGD 1999 26 Martika
Lt. 3 PU 2010 27 Irja D
IGD 2160 30 Irja D
ICU 2 117 2 Nadia
NON
53 Carbamazepine tab/Tegretol ICU 2 294 4 Yuni 3
KDM
ICU 953 12 Sri W
NON
54 Cebex tab IGD 808 Hanna 1 KDM
NON
55
Cefadroxil syr IGD 549 7 Irja D 1 KDM
Lt. 1 Obst 59 2 Yuda
Lt. 1 Obst 61 2 Yuda
IGD 249 Jimmy
IGD 264 4 Husnah
Lt. 1 Obst 272 4 Ridho
Lt. 1 Obst 273 4 Ridho
Lt. 1 Obst 274 4 Ridho
Lt. 1 Obst 275 4 Ridho
Lt. 1 Obst 277 4 Ridho
Lt. 1 Obst 281 4 Ridho NON
56 Cefadroxil tab 39
Lt. 1 Obst 301 4 Yuda KDM
Lt. 1 Obst 337 4 Yuda
IGD 576 8 Liza
IGD 595 8 Liza
Lt. 5/2 687 9 Doroty
Lt. 1 Obst 728 10 Fitri
Lt. 1 Obst 730 10 Fitri
Lt. 1 Obst 735 10 Fitri
Lt. 1 Obst 876 11 Farha
Lt. 2 Gyn 879 11 Farha
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
KB 525 7 Jimmy
Lt. 2 Gyn 535 7 Yuda
KB 564 7 Jimmy
ICU 677 9 Nadia
711 10 Fitri
811 10 Fitri
KB 819 11 Fitri
Lt. 1 Obst 845 11 Astrid
ICU 973 12 Ufi
IKA 1 1145 15 Agus
IGD 1761 24 Pratiwi
Lt. 1 Obst 2069 28 Astrid
IGD 1963 26 Tannov NON
85 Dextromethorphan tab/DMP 2
IGD 2063 28 Tannov KDM
ICU 195 3 Ufi NON
86 Dextrosa 5 % 2
IGD 455 Yulinda KDM
Lt. 2 Gyn 684 9 Ayu
Lt. 2 Gyn 685 9 Ayu
IGD 710 10 Mia
87 Dextrosa 40 % 913 11 Rico 7 KDM
Lt. 6 PU 969 12 Velma
KB 1569 21 Astrid
Pav. Kartika 2139 29 Ety
Lt. 4/2 645 9 Aditya
Diazepam Inj/Valium/ Lt. 4/2 795 10 Astrid
88 4 KDM
Stesolid IGD 957 12 Husnah
1730 23 Agus
IKA 2 180 3 Arifin
Lt. 5/2 348 4 Sri W
Lt. 6 PU 402 5 Budi
Lt. 6 PU 403 5 Budi
Lt. 2 PU 661 9
Lt. 3 PU 671 9 Handrianto
IKA 2 794 10 Amalia
Diazepam tab/Valium/ IKA 2 813 Hanna NON
89 25
Stesolid Lt. 2 Gyn 924 11 Farha KDM
998 12 Amiyati
ICU 1049 13 Nanik
ICU 2 1110 14 Syaufi
IGD 1147 15 Liza
Pav. Kartika 1178 15 Hanna
Pav. Kartika 1224 16
IGD 1244 17 Syarif
56
57
58
59
60
61
62
63
KB 564 7 Jimmy
599 8 Robert
811 10 Fitri
KB 895 11 Farha
Neurologi 1000 12 Abd. Hamid
OKG 1013 12 Ayu
1014 12 Ayu
Lt. 3/2 1072 14 Okkian
Pav. Kartika 1178 15 Hanna
Lt. 2 PU 1211 16 Hendra
IKA 1 1306 17 Nishal
1368 18 Umar
IGD 1377 18 Mia
Lt. 1 Obst 1636 22 Ichsan
Lt. 5/2 1668 22 Ganda
IGD 1695 23 Yulinda
OKG 1714 23
IGD 2016 27 Umar
OKG 2120 29 Fitri
IGD 1217 16 Syarif NON
152 Ketoprofen tab/Pronalges 2
OKG 1692 23 Budi KDM
NON
153
Ketoprofen inj/Kaltrofen IGD 1622 22 Ichsan 1 KDM
ICU 41 1 Sri W
Lt. 4/2 495 7 Sri D
IGD 666 9 Yadi
IKA 1 675 9 Catur
Lt. 5 PU 699 10 Ety
IGD 1168 15 Ganda NON
154 Ketorolac inj/Remopain 12
IGD 1234 16 Syarif KDM
IGD 1410 18 Syarif
Lt. 5/2 1473 19 Ganda
Lt. 6/2 20 Marethania
Lt. 5/2 1688 23 Ganda
IGD 1722 23 Yulinda
158 3 Rico
NON
155 KL Aspartat tab/Aspar K Lt. 2 Jantung 660 9 Agus 3
KDM
ICU 1789 24 Nanik
Lt. 6 PU 530 7 Atun NON
156 Kloramfenikol inj/Chloramex 2
IGD 575 8 Liza KDM
Abd.
Kloramfenikol zalf, tts mata/ IGD 171 3 Djannah NON
157 Kemicetin/Cendo Fenicol/ 14
Lt. 5/2 173 3 Budiman KDM
Lafimycetin
Lt. 1 Obst 208 3 Najib
64
65
66
KB 54 2 Jimmy
Lt. 2 PIS 424 6 Toto
KB 787 10 Fitri
IKA 1 830 11 Nishal
KB 856 11 Fitri
KB 876 11 Farha
KB 895 11 Farha
KB 1184 16 Fitri
KB 1778 24 Farha
Lt. 6/2
(Dokmil) 213 3 Giantoro
NON
166 Lidocaine gel/Xylocaine IGD 941 11 Husnah 3
KDM
Abd.
Pav. Kartika 1656 22 Djannah
NON
1
167 Linkomisina HCL kap/Linchopar IKA 2 377 5 Nonie KDM
IGD 392 5 Astrid
NON
168 Loratadine tab IGD 1966 26 Martika 3
KDM
ICU 2181 30 Sri W
ICU 195 3 Ufi
Lt. 6 PU 423 6 Astrid
Lt. 2 Jantung 472 6 Liza
ICU 514 7 Ufi
ICU 523 7 Ufi
Lt. 2 Jantung 550 7 Irja D
Lt. 2 Jantung 551 7 Irja D
Lt. 2 Jantung 660 9 Agus
Lt. 2 Jantung 782 10 Irja D
ICU 974 12 Ufi
ICU 977 12 Ufi NON
169 Lovenox inj 21
KDM
Lt. 2 Jantung 983 12 Shinta
ICU 1029 13 Nanik
ICU 13 Nanik
Lt. 2 Jantung 1043 13 Dame
ICU 1086 14 Yudith
1088 14 Syaufi
ICU 1143 15 Ufi
ICU 1154 15 Ufi
Pav.
Darmawan 1735 24 Priyadi
1890 25 Sri W
IGD 65 2 Irja D
IGD 75 2 Irja D NON
170 Lytamin syr 21
IGD 91 2 Irja D KDM
IGD 99 2 Irja D
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
1090 14
IGD 1149 15 Liza
Lt. 1 Obst 1232 16 Jimmy
Lt. 1 Obst 1233 16 Jimmy
IGD 1486 19 Hanna
IGD 1877 25 Andi
Lt. 3 PU 1934 25 Ety
IGD 1967 26 Tannov
IGD 1968 26 Tannov
IGD 1986 26 Martika
IGD 1988 26 Irja D
Lt. 1 Obst 2069 28 Astrid
Lt. 3 PU 2099 28 Kenny
IGD 2156 30 Irja D
NON
208 1
NH4Cl tab/Amonium Klorida IGD 113 2 Mia KDM
KB 18 1 Yuda
KB 524 7 Jimmy
KB 525 7 Jimmy
KB 656 9 Yuda
Lt. 1 Obst 734 10 Fitri
Lt. 1 Obst 793 10 Fitri
NON
209 Nifedipine tab/Farmalat 797 10 Fitri 13
KDM
811 10 Fitri
Lt. 1 Obst 844 11 Astrid
Lt. 1 Obst 845 11 Astrid
Lt. 1 Obst 1848 25 Jimmy
KB 2008 27 Astrid
Lt. 6 PU 2154 30 Renny
NON
210 Nimodipin inj/Nimotop Lt. 6 PU 423 6 Astrid 1 KDM
NON
211 Nistatin drop 1594 21 Erna 1 KDM
212 Nitroglycerin inj/Nitrocine IGD 866 11 Martika 1 KDM
ICU 560 7 Ufi
Norepinephrine inj/ ICU 974 12 Ufi
213 4 KDM
Vascon/Raivas ICU 1084 14 Ufi
IGD 1182 16 Liza
IGD 53 2 Josefina
IGD 113 2 Mia
Lt. 1 Obst 267 4 Ridho NON
214 OBH syr/Potio Nigra 23
IGD 269 4 Irja D KDM
IGD 338 4 Irja D
IGD 364 5 Dame
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
Kartika
Pav. Kartika 1223 16
Lt. 5/2 1473 19 Ganda
Lt. 6/2 20 Marethama
KB 1606 21 Astrid
Lt. 5/2 1688 23 Ganda
IGD 1969 26 Sri D
Lt. 3 PU 2010 27 Irja D
Abd.
Pav. Kartika 2184 30 Djannah
IGD 414 5 Astrid
IGD 925 11 Hanna NON
244 Salbutamol tab/AVentolin 4
IGD 1552 20 Shinta KDM
Lt. 4/2 Astrid
ICU 2 115 2 Nadia
ICU 2 559 7 Ufi
245 Salbutamol Neb/Ventolin Neb 4 KDM
ICU 2 861 11 Yuni
Lt. 2 Jantung 2023 27 Shinta
IGD 995 12 Irja D
IGD 1084 14 Ratih
IGD 1454 18 Husnah
NON
246 Salicyl talk IGD 1761 24 Pratiwi 7
KDM
IGD 1992 26 Martika
IGD 2128 29 Husnah
IGD 2175 30 Irja D
Lt. 1 Obst 14 1 Jimmy
Lt. 2 Gyn 55 2 Gunawan
Lt. 1 Obst 59 2 Yuda
Lt. 1 Obst 60 2 Yuda
Lt. 1 Obst 61 2 Yuda
Lt. 1 Obst 62 2 Yuda
Lt. 1 Obst 63 2 Yuda
Lt. 1 Obst 64 2 Yuda
Lt. 5/2 68 2 Ichsan NON
247 Sangobion tab/Sangobiad tab 78
Lt. 5/2 69 2 Ichsan KDM
KB 154 3 Jimmy
Lt. 2 Jantung 188 3 Dame
Lt. 2 Gyn 203 3 Astrid
Lt. 2 Gyn 204 3 Astrid
Lt. 2 Gyn 205 3 Astrid
Lt. 1 Obst 267 4 Ridho
Lt. 1 Obst 272 4 Ridho
Lt. 1 Obst 273 4 Ridho
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99