SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
NIM: 2014-11-245
TEKNIK ELEKTRO
JAKARTA, 2018
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
NIM : 201411245
Mengetahui, Disetujui,
i
PERNYATAAN KEASLIAN PROYEK SKRIPSI
NIM : 201411245
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana baik di lingkungan
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
kesadaran dan rasa tanggung jawab serta bersedia memikul segala resiko jika
ii
UCAPAN TERIMA KASIH
Karena kemurahan hati serta arahan dan bimbingan atas segala kendala
dan permasalahan dari seluruh kesalahan skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik. Tak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Supriadi Legino, MM, MBA, MA,. Selaku Ketua STT-PLN.
2. Bapak Syarif Hidayat, ST., MT,. Selaku Kepala Prodi S1 Teknik Elektro.
3. Bapak Fajar dan Bapak Zul selaku pegawai di pos pengamatan gunung
Rinjani yang telah berkenan memberikan izin pengambilan data.
4. Orang Tua ( Bangun dan Titik Hartani ) yang telah memberikan doa dan
dukungan penuh tanpa pamrih.
5. Bapak Joko wahyudi selaku Supervisor operasi PT. PLN Sektor Tanjung
yang telah memberikan saran dan masukan.
6. Tashqia Venintia selaku pemberi semangat dan arahan yang
membangun.
Semoga segala bimbingan, bantuan dan dukungan dari semua pihak diberi
balasan oleh Allah SWT.
Jakarta, 20 Juli 2018
Hormat Saya
2014-11-245
iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademika Sekolah Tinggi Teknik - PLN, saya yang bertanda
tangandi bawah ini:
NIM : 2014-11-245
Program Studi : S1
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Sekolah Tinggi Teknik-PLN berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan Tugas Akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal 20 Juli 2018
Yang menyatakan
iv
Perencanaan PLTS Untuk Pos Pengamatan Gunung Api Pada
Gunung Rinjani
ABSTRAK
Perencaanaan ini didasari dengan kebutuhan listrik yang harus non stop
yang disalurkan pada pos pengamatan gunung Rinjani, hal ini dikarenakan
kebutuhan listrik sangat penting dalam melihat pergerakan dari Gunung Api
tersebut. Perencanaan ini membutuhkan biaya sebesar Rp. 99.774.200,77
dengan besar beban yang direncanakan sebesar 15 kWh. Untuk pembebanan
yang demikian maka digunakan panel surya sebanyak 16 panel dengan
kapasitas 200 Wp, dan untuk solar charger controller (SCC) yang digunakan
sebanyak 2 buah dengan masing-masing SCC digunakan untuk 8 panel surya.
Sedangkan untuk baterai yang digunakan sebanyak 8 buah dengan masing-
masing baterai memiliki energi sebesar 2,4 kWh, lalu untuk inverternya
menggunakan inverter dengan daya sebesar 2650 W. Untuk perencanaan ini
dikatakan layak melihat dari performance ratio yang dihasilkan sebesar 85%.
Untuk pengembalian dana perencanaan ini, setelah dilakukan perhitungan akan
dikembalikan pada tahun ke-13 ( tahun ke-12 bulan ke 10). Hasil dari
perancangan ini diharapkan menjadi acuan bagi calon pengguna maupun
praktisi listrik agar diperoleh kesesuaian antara kebutuhan energi, harga, dan
kualitas yang baik.
v
SOLAR POWER PLANT FOR MOUNTAIN ENTRY
IN RINJANI MONTAIN
ABSTRACT
This planning is based on the need for electricity that must be non-stop
which is distributed at the post observation of Mount Rinjani, this is because the
need for electricity is very important in seeing the movement of the Volcano.
This plan costs Rp. 99.774.200,77 with a planned load of 15 kWh. For such
loading, 16 solar panels are used with a capacity of 200 Wp, and for solar
charger controller (SCC) used 2 pieces with each SCC used for 8 solar panels.
As for the battery used as many as 8 pieces with each battery has an energy of
2.4 kWh, then for the inverter using an inverter with a power of 2650 W. For this
planning is said to see from the performance ratio produced by 85%. For this
planning refund, after the calculation will be returned in 13 year (12 year to 10
vi
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ......................................................................................................... v
ABSTRACT ...................................................................................................... vi
vii
BAB II LANDASAN TEORI
viii
2.4.1 Pengukur Suhu .................................................................................. 43
2.4.5 Tiltmeter............................................................................................. 45
2.4.7 Satelit................................................................................................. 45
ix
4.1.8 Menghitung Performance Ratio (PR) ............................................... 68
x
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1 Nilai Iradian Dengan arah kompas 265 Hari Jumat ........................... 49
Tabel 3.2 Nilai Iradian Dengan arah kompas 265 Hari Sabtu ........................... 50
Tabel 3.3 Nilai Iradian Dengan arah kompas 265 Hari Minggu ......................... 51
Tabel 3.4 Nilai Iradian Dengan arah kompas 85 Hari Minggu ........................... 52
Tabel 3.5 Nilai Iradian Dengan arah kompas 165 Hari Minggu ......................... 53
Tabel 3.6 Nilai Iradian Dengan arah kompas 335 Hari Minggu ......................... 54
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Radiasi Matahari dan Energi Yield ....................... 68
Tabel 4.3 Biaya Investasi Awal PLTS di Stasiun Pengamat Gunung Rinjani .... 70
xi
DAFTAR GAMBAR
Hal
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
disayangkan jika tidak memanfaatkan sinar matahari secara optimal untuk
menghasilkan listrik. Tapi dalam penerapannya cukup sulit untuk
membangun PLTS dikarenakan investasi yang cukup besar dan perlu
tahap-tahap perizinan yang sangat banyak. Dalam arti yang luas juga,
sumber energi surya atau tenaga matahari bukan hanya terdiri atas
pancaran matahari langsung ke bumi, melaikan juga melalui efek-efek
matahari tidak langsung, seperti tenaga angin, tenaga air, panas laut, dan
bahkan termasuk biomassa yang dapat memanfaatkan sebagai sumber
energi.
2
1.2.2 Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang ingin dijabarkan adalah:
3
1.3.2 Manfaat penelitian
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
5
membangkitkan elektron-elektron terluar ( electron valensi) untuk
loncar ke pita konduksi. Dapat digambarkan sebagai berikut:
6
Arus listrik timbul karena adanya energi foton cahaya matahari
yang diterimanya berhasil membebaskan elektron-elektron dalam
sambungan semikonduktor tipe N dan tipe P untuk mengalir. Sama
seperti Dioda Foto (Photodiode), Sel Surya atau Solar Cell ini juga
memiliki kaki Positif dan kaki Negatif yang terhubung ke rangkaian
atau perangkat yang memerlukan sumber listrik.
7
dengan hole bersifat positif dan bertindak sebagai Penerima
(Acceptor) elektron yang dinamakan dengan Semikonduktor tipe P
(P-type).
8
baterai ditambah untuk mengantisipasi hari tidak ada sinar
matahari/hari berawan yang disebut days of autonomy
(DoA). Berdasarkan pertimbangan biaya, kapasitasnya
ditambahkan 1-2 kali periodenya. Dalam perencanaan,
kapasitas PV harus menyuplai beban minimal pada tingkat
radiasi rata-rata 1 kW/m2 dan secara bersamaan, mampu
mengisi baterai dengan jumlah energi yang dibutuhkan
dalam periode discharge. Waktu pengisian sekitar peak sun
hour (PSH) periode, yaitu lamanya penyinaran matahari
secara efektif, di Indonesia sekitar 3-4 jam/hari. Kapasitas
panel (kWp) harus memperhitungkan round trip effisiensi
baterai. Gambar 2.3 adalah diagram dasar PLTS tipe Off
Grid.
9
1. Load factor (LF),
10
Gambar 2.4 Skema Dasar PLTS On Grid
2.2.3.3 Sistem PLTS Hibrid
PLTS hibrid adalah PLTS yang pengoperasiannya
digabungkan dengan PLTD yang sudah ada. Pada sistem ini
PLTS diharapkan berkontribusi secara maksimal untuk
menyuplai beban pada siang hari, sehingga agar bagian
PLTS tidak mengganggu sistem yang ada, maka PLTS harus
dilengkapi dengan baterai sebagai buffer atau stabiliser.
Dengan adanya baterai, PV dapat memberikan daya dan
energy ke beban selama periode siang (hours of sun) tanpa
resiko eksisting sistem terganggu. Penentuan kapasitas
panel harus memperhitungkan kemampuan panel mengisi
baterai pada saat menyuplai beban jika radiasi matahari
diatas rata-rata.
Sistem PLTS Hibrid ini dimaksud menambah jam
operasi/pelayanan sistem yang ada dan mengurangi
konsumsi bahan bakar.
11
Gambar 2.5 Skema Dasar PLTS Hibrid
12
masing komponen atau disebut juga sizing, sangat penting karena
jika kapasitas komponen terlalu kecil, maka sistem tidak dapat
memenuhi kebutuhan energi yang diinginkan, tetapi jika
kapasitasnya terlalu besar, maka biaya untuk PLTS akan sangat
besar. Sistem PLTS memiliki komponen utama yaitu: modul surya,
inverter/power conditioner unit (PCU), solar charge controller
(SCC)/battery charge controller (BCC) dan storage system (Battery).
2.2.4.1 Modul Surya
Bagian terkecil dari fotovoltaik adalah sel surya yang
pada dasarnya sebuah foto dioda yang besar dan dapat
menghasilkan daya listrik. Fotovoltaik terdiri dari dua jenis
bahan berbeda yang disambungkan melalui suatu bidang
junction yang jika sinar jatuh pada permukaannya akan
diubah menjadi listrik arus searah.
Untuk mendapatkan daya yang cukup besar diperlukan
banyak sel surya. Biasanya sel-sel surya itu sudah disusun
sehingga berbentuk panel, dan dinamakan modul surya.
Gambar dibawah menunjukan susunan dari potongan
melintang suatu sel surya sebagai sumber listrik.
13
Gambar 2.6 Susunan Sel Surya
14
perlu menghitung jumlah PV yang akan direncanakan,
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
𝐸𝑙
PV area = .........................(2.1)
𝐺𝑎𝑣 𝑥 𝜂𝑃𝑉 𝑥 𝑇𝐶𝐹 𝑥 𝜂𝑜𝑢𝑡
Keterangan:
15
Gambar 2.8 Solar Charge Controller
Charge controller sering disebut dengan solar charge
controller atau battery charge controller. Jika charge
controller menghubungkan panel surya ke baterai atau
peralatan lainnya seperti inverter maka disebut solar charge
controller. Jika bagian ini terhubung dari inverter ke baterai
lazim disebut battery charge controller, namun hal tersebut
tidak baku. Walaupun kedua alat ini berfungsi sama, berbeda
dengan SCC, BCC tidak diperlengkapi oleh PWM-MPPT
(Pulse Width Modulation-Maximum Power Point Tracking),
yaitu kemampuan untuk mendapatkan daya listrik dari panel
surya pada titik maksimumnya.
2.2.4.3 Inverter
Inverter merupakan komponen yang sangat penting di
PLTS. Inverter berfungsi mengubah arus searah (DC) yang
16
dihasilkan oleh panel surya menjadi arus bolak balik (AC).
Tegangan DC dari panel surya cenderung tidak konstan
sesuai dengan tingkat radiasi matahari. Tegangan masukan
DC yang tidak konstan ini akan diubah oleh inverter menjadi
tegangan AC yang konstan yang siap digunakan atau
disambungkan pada sistem yang ada, misalnya jaringan
PLN. Parameter tegangan dan arus pada keluaran inverter
pada umumnya sudah disesuaikan dengan standar baku
nasional/internasional.
17
inverter untuk PLTS disesuaikan apakah PLTS On Grid atau
Off Grid atau Hibrid. Inverter untuk sistem On Grid (On Grid
Inverter) harus memiliki kemampuan melepaskan hubungan
(islanding system) saat grid kehilangan tegangan. Inverter
untuk sistem PLTS hibrid harus mampu mengubah arus dari
kedua arah yaitu dari DC ke AC dan sebaliknya dari AC ke
DC. Oleh karena itu inverter ini lebih populer disebut bi-
directional inverter.
Kelengkapan suatu inverter belum memiliki standard,
sehingga produk yang satu dengan lain tidak sepenuhnya
kompatibel. Ada inverter yang telah dilengkapi fungsi SCC
dan atau BCC dan fungsi lainnya secara terintegrasi. Alat ini
lazim disebut juga PCS (Power Conditioner System) atau
Power Conditioner Unit (PCU). Dibutuhkannya SCC atau
BCC tergantung dari kelengkapan inverter tersebut. Jika
inverter telah dilengkapi dengan charge controller (SCC dan
BCC) dibagian internalnya, maka charge controller eksternal
sangat mungkin tidak diperlukan lagi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan inverter
adalah:
1. Kapasitas/daya inverter
Daya inverter harus mampu melayani beban pada
kondisi daya rata-rata, tipikal dan surja. Secara praktis,
kapasitas inverter dihitung sebesar 1,3 x beban puncak.
2. Tegangan masukan inverter
Pada kondisi beban naik turun, tegangan keluaran
panel surya dapat mencapai tegangan tanpa beban (Voc).
Untuk menghindarkan kerusakan akibat kenaikan
tegangan, tegangan masukan inverter dihitung = 1,1 –
1,15 Voc string PV.
18
3. Arus masukan inverter
Pada kondisi sinar matahari sangat terik, panel surya
dapat menghasilkan arus seolah-olah pada kondisi tanpa
beban (Isc). Untuk menghindarkan kerusakan akibat
kenaikan tegangan, secara praktek kapasitas arus input
inverter dihitung = 1,1 – 1,15 Isc string PV.
4. Keluaran Inverter
19
Gambar 2.10 Baterai
Beberapa teknologi baterai yang umum dikenal adalah
lead acid, alkalin, Ni-Fe, Ni-Cad dan Li-ion. Masing-masing
jenis baterai memiliki kelemahan dan kelebihan baik dari segi
teknis maupun ekonomi (harga). Baterai lead acid dinilai
lebih unggul dari jenis lain jika mempertimbangkan kedua
aspek tersebut. Baterai lead acid untuk sistem PLTS
berbeda dengan baterai lead acid untuk operasi starting
mesin-mesin seperti baterai mobil. Pada PLTS, baterai yang
berfungsi untuk penyimpanan (storage) juga berbeda dari
baterai untuk buffer atau stabilitas. Baterai untuk pemakaian
PLTS lazim dikenal dan menggunakan deep cycle lead acid,
artinya muatan baterai jenis ini dapat dikeluarkan (discharge)
secara terus menerus secara maksimal mencapai kapasitas
nominal. Baterai adalah komponen utama PLTS yang
membutuhkan biaya investasi awal terbesar setelah panel
surya dan inverter. Namun, pengoperasian dan
pemeliharaan yang kurang tepat dapat menyebabkan umur
baterai berkurang lebih cepat dari yang direncanakan,
sehingga meningkatkan biaya operasi dan pemeliharaan.
20
Atau dampak yang paling minimal adalah baterai tidak dapat
dioperasikan sesuai kapasitasnya.
Kapasitas baterai yang diperlukan tergantung pada pola
operasi PLTS. Besar kapasitas baterai juga harus
mempertimbangkan seberapa banyak isi baterai akan
dikeluarkan dalam sekali pengeluaran. Kapasitas baterai
dinyatakan dalam Ah atau Ampere hours. Jika suatu PLTS
menggunakan baterai dengan kapasitas 2000 Ah dengan
tegangan sekitar 2 Volt. Maka baterai tersebut memiliki
kemampuan menyimpan muatan sekitar 2000 Ah x 2 V atau
4 kWh.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam
menentukan jenis dan kapasitas baterai untuk suatu PLTS
dan pengaruhnya pada umur baterai antara lain: DoD (Depth
of Discharge), jumlah siklus, efisiensi baterai,
discharge/charge rate dan temperatur.
1. Depth of Discharge (DoD)
Depth of disharge adalah jumlah muatan/energi yang
dikeluarkan atau dipakai dari baterai. DoD dinyatakan
dengan persentase dari kapasitas nominal baterai. DoD
80% artinya bahwa baterai tersebut telah melepaskan
muatannya 80% dari 100% ratingnya. Pada kondisi ini
baterai tinggal memiliki muatan sekitar 20% yang disebut
juga dengan SOC atau stated of charge. Semakin besar
DoD suatu baterai semakin pendek umur baterai tersebut.
Dalam perhitungan, baterai dinyatakan dengan 2 (dua)
angka DoD yaitu DoD maksimal dan DoD harian. DoD
maksimal adalah DoD terbesar yang dapat dicapai
baterai. Jika DoD maksimal dicapai, charge controller
akan memutus hubungan baterai dengan beban (cut-off).
Sedangkan DoD harian adalah batas DoD rata-rata yang
akan dicapai dalam setiap siklus normalnya. Umumnya
21
baterai sistem PLTS direncanakan untuk DOD 25%
hingga 30% sehingga umur baterai sekitar 5 tahun. Ini
berarti, kapasitas baterai harus beberapa kali jumlah
energi yang akan dilepas dalam satu siklus. Umur baterai
berpengaruh langsung dengan DoD dalam setiap
siklusnya. Baterai dengan DoD 50% akan memiliki umur
lebih panjang dua kali. Jika DoD 10%, maka umurnya
akan bertambah 5 kali dari DoD 50%. Konsekuensinya
adalah tingginya biaya baterai.
3. Jumlah Siklus Baterai
Satu kali proses lengkap dari satu kali proses
pengeluaran (discharge) dan satu kali proses pengisian
kembali (charge) disebut 1 cycle. Umur baterai biasanya
dinyatakan dengan jumlah siklus baterai. Jika suatu
baterai dinyatakan memiliki umur siklus 1800 cycle, dan
dioperasikan sebanyak 1 cycle perhari, maka umur baterai
relatif 1.800/(1 x 365 hari) sama dengan 4,9 tahun. Tapi
jika 2 cycle/hari maka umur baterai turun menjadi 2,5
tahun.
4. Efisiensi Baterai
Sesuai fungsinya sebagai media penyimpan
sementara, maka proses penting yang terjadi pada baterai
adalah pengisian (charging) dan pengeluaran
(discharging). Rugi-rugi di baterai adalah karena adanya
internal resistance sehingga sebagian energi listrik diubah
menjadi panas pada saat charging dan discharging.
Selama 1 cycle efisiensi baterai sekitar 75%. Efisiensi
dalam 1 siklus disebut dengan round trip efficiency.
5. Discharge dan Charge Rate
Faktanya, baterai hampir tidak dapat dioperasikan
sesuai dengan rating yang disebutkan. Kapasitas baterai
sering dihubungkan dengan rate dari charge atau
22
discharge baterai tersebut. Charge rate atau discharge
rate adalah bilangan yang menyatakan waktu yang
dibutuhkan baterai dalam mengeluarkan atau mengisi
muatannya. Discharge rate disimbolkan dengan Cxx dan
umumnya baterai distandarkan dengan rate C20, artinya
berapa besar arus yang mampu dikeuarkan suatu baterai
dalam waktu 20 jam. Jika suatu baterai memiliki kapasitas
2000 Ah, maka pada skala C20, baterai tersebut mampu
mengeluarkan arus maksimal 2000 Ah/20 jam = 100 A.
Jika baterai harus digunakan untuk mengeluarkan arus
lebih besar dari 200 A, maka secara teori baterai akan
mampu selama 2000 Ah/200A = 10 jam. Tapi faktanya,
kapasitas baterai akan segera berkurang tidak mencapai
10 jam. Semakin besar discharge rate semakin kecil
kemampuan kapasitas baterai. Laju charging dan
discharging akan menentukan efisiensi juga, semakin
cepat lajunya akan semakin rendah efisiensinya, hal ini
dikarenakan arus listrik yang mengalir akan semakin
meningkat.
6. Temperatur Baterai
Temperatur baterai sangat mempengaruhi kinerja
baterai. Semakin tinggi temperatur baterai semakin
mampu baterai bekerja pada kapasitas maksimalnya, dan
sebaliknya. Namun, pengoperasian baterai pada
temperatur yang lebih tinggi akan menyebabkan baterai
mengalami penuaan dini (aging). Temperatur ideal baterai
adalah sekitar 20˚-25˚ C.
7. Kapasitas dan Spesifikasi Baterai Bank
Pada program PLTS 1000 Pulau, kapasitas baterai
bank untuk PLTS Tipe Off Grid dan PLTS Tipe Hibrid akan
sangat berbeda. Keandalan PLTS Off Grid sangat
tergantung pada kemampuan baterai yang disiapkan, oleh
23
sebab itu kapasitas pada PLTS Off Grid ditentukan oleh
baterai bank yang disiapkan.
Berdasarkan sifat-sifat baterai di atas, maka dalam
menentukan kapasitas operasi, spesifikasi dan
pengaturan pengoperasian baterai untuk PLTS Terpusat
(komunal) harus mempertimbangkan faktor dan kriteria
teknis antara lain sebagai berikut:
1) baterai adalah jenis deep cycle,
2) baterai memiliki sistem ventilasi atau katup
pengatur Valve Regulated Lead Acid (VRLA)
battery.
3) Media elektrolit jenis cair, gel atau AGM
(Absorbed Glass Mat).
4) Elektroda positip jenis tubular.
5) Tegangan per sel (VPC) 2 volt dc.
6) Kapasitas per sel baterai minimal 1800 Ah pada
C20 discharge,
7) Jumlah cycle baterai minimal 2.000 cycle pada
DoD 80%, C20,
8) Kapasitas baterai harus mampu untuk days of
autonomy selama 2 (dua) kali periode operasi,
9) DoD maksimal 80%,
10) DoD harian maksimal 50% untuk Off Grid dan
60% untuk Hibrid, dan 11) mampu bekerja pada
temperatur sampai dengan 45 C.
Untuk menghitung kapasitas baterai (battery bank)
digunakan persamaan baterai
𝑘𝑊ℎ= 𝐷𝑜𝐴.𝐸𝑜.𝐷𝑜𝐷.𝑚𝑎𝑘𝑠𝜂𝑑𝑖𝑠𝑐.𝐶𝑓𝑏𝑎𝑡𝑡..........................(2.2)
24
kapasitas yang boleh dikeluarkan (%), ηdisc: discharge
eficiency/efisiensi discharge (%), Cfbatt: faktor koreksi
baterai.
Setelah kapasitas baterai, selanjutnya ditentukan
kapasitas dan tegangan persatuan baterai untuk
mendapatkan jumlah baterainya.
2.2.5 Daya dan Efisiensi Panel Surya
Daya disini merupakan daya yang diterima dari hasil perkalian dari
besarnya intensitas cahaya matahari yang ditangkap oleh panel
surya tersebut dengan luas permukaan panel surya tersebut dengan
persamaan:
E = Iᵣ x A.......................................................(2.3)
Dimana
Iᵣ : Intensitas radiasi matahari (W/m²)
A : Luas permukaan (m²)
Sedangkan besar daya sesaat yaitu perkalian dari tegangan dan
arus yang dihasilkan oleh sel fotovoltaic yang dinyatakan dalam
persamaan:
P = V x I.......................................................(2.4)
Dimana
P : Daya (Watt)
V : Beda Potensial (Volt)
I : Arus (Ampere)
Efisiensi yang terjadi pada sel surya merupakan perbandingan yang
dapat dibangkitkan oleh sel surya adalah efisiensi sesaat pada
pengambilan data.
𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
Ր= x 100%..............................(2.5)
𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡
25
Ր : efisiensi (%)
Iᵣ : Intensitas radiasi matahari (W/m²)
P : Daya listrik (Watt)
A : Luasan sel surya
Apabila penggunaan menginginkan tegangan maupun arus yang
besar, maka panel surya dapat dirangkai seri atau paralel maupun
kombinasi keduanya. Bila dirangkai secara seri maka tegangannya
akan naik tetapi bila dirangkai secara parallel maka arus akan naik.
2.2.6 Faktor Pengoperasian Sel Surya
Pengoperasian maksimum sel surya sangat bergantung pada:
A. Ambient Air Temperature
Sebuah sel surya dapat beroperasi secara maksimum jika
tempetarur sel tetap normal ( pada 25˚C), kenaikan temperature
lebih tinggi dari temperature normal fotovoltaik (PV akan
melemahkan voltage). Setiap Kenaikan temperature sek surya 1
drajat Celsius akan berkurang sekitar 0,5 % pada total tenaga
yang dihasilkan atau akan melemah 2x lipat untuk kenaikan
temperature sel per 10 derajat Celsius.
B. Radiasi solar matahari
Radiasi solar matahari dibumi dan berbagai lokasi
bervariabel, dan sangat tergantung keadaan spectrum solar ke
bumi, radiasi akan banyak mempengaruhi arus (I) sedikit pada
tegangan.
C. Kecepatan Angin Bertiup
Kecepatan tiupan angin disekitar lokasi sel surya akan
sangat membantu terhadap pendingin permukaan sel surya
sehingga temperature dapat terjaga dikisaran 25˚C.
D. Keadaan Atmosfer Bumi
Keadaan atmosfer bumi berawan, mendung, jenis partikel
udara asap, uap air, kabut dan polusi sangat menentukan hasil
maksimum arus listrik dari sel surya.
E. Orientasi Panel Kearah Matahari Secara Optimum
26
Orientasi dari rangkaian panel kearah matahari secara
optimum adalah sangat penting untuk menghasilkan energy yang
maksimum. Selain arah orientasi, sudut orientasi dari panel juga
sangat mempengaruhi hasil energi yang maksimum. Untuk lokasi
yang terletak dibelahan latitude, maka panel sebaiknya
diorientadikan ke barat atau timur akan tetap menghasilkan
energy, tidak akan menghasilkan energi yang maksimum.
F. Sudut Orientasi Matahari
Mempertahankan sinar matahari jatuh kesebuah
permukaan panel PV secra tegak lurus akan mendapatkan
energy maksimum ± 1000 W/m². untuk mempertahankan
ketegak lurusan sinar matahari terhadap panel surya dibutuhkan
pengaturan posisi modul surya, karena sun latitude akan
berubah setiap jam dalam sehari. Kalau tidak mempertahankan
ketegak lurusan antara sinar matahari dengan bidang PV, maka
ekstra luasan bidang PV diutuhkan.
2.2.7 Nilai-Nilai Perhitungan PLTS
2.2.7.1 Peak Sun Hour (PSH)
PSH adalah nilai efektif sebuah modul surya dalam
satuan waktu. Nilai PSH merupakan nilai imajiner, di mana
matahari akan bersinar dengan radiasi konstan1.000 W / m²
selama satu jam. Meskipun nilai PSH ini tidak real, namun
sangat berguna untuk menghitung energi yang diproduksi.
PSH sangat subjektif tergantung pada karakteristik
lingkungan termasuk lamanya penyinaran matahari dan
indeks kecerahan di suatu tempat. Besarnya nilai PSH bisa
diperoleh dengan menggunakan rumus berikut :
ΣI . Δt
𝑃𝑆𝐻 = ........................................(2.7)
Iᵣ
Keterangan :
27
I = Intensitas matahari pada jam tertentu pada bulan tertentu
W/m2).
Epv
𝑌𝐹 = (kWhAc/ kWpDc).......................(2.8)
Po
Keterangan :
PO = daya puncak (kWp DCC)
EPV = energi ke jaringan (k Wh AC)
28
HT
𝑌𝑅 = (kWh/m2/kWp)...........................(2.9)
GSTP
Keterangan :
HT = iradiasi pada bidang array (kWh/m² )
GSTC = iradiasi referensi STC (1kW/m²)
Perfomance Ratio
Kualitas dari suatu PLTS dapat juga diuraikan oleh
performance ratio (PR). PR biasanya dinyatakan dalam
persentase, yang menunjukan rugi total pada sistem saat
mengkonversi dari DC menjadi keluaran AC.
𝑌𝐹
𝑃𝑅 =
𝑌𝑅
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
=
𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
=
[𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘(𝑘𝑊)𝑥 𝑃𝑆𝐻 (ℎ)𝑥 365] 𝑥 [1+(( 𝑇℃−25℃)𝑥 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑇(
% ......(2.10)
)
℃
Capacitance Factor
Faktor kapasitas dari PLTS biasanya dinyatakan
dalam persentase merupakan rasio dari keluaran energi
aktual dalam periode satu tahun dengan keluaran jika
beroperasi pada daya nominal selama setahun penuh
(24 jam setiap hari selama setahun).
𝑌𝐹
𝐶𝐹 = .....................................(2.11)
8760
29
25°C.
𝐸𝑎𝑟𝑟𝑎𝑦
𝑌𝐹 = ( kWhAc / kWpDc )...................(2.12)
𝑃𝑜
Keterangan :
𝑃𝑂 = daya puncak (kWp DCC)
𝐸𝑃𝑉 = energi ke array (kWh AC)
𝐿𝐶 = 𝑌𝑅 – 𝑌𝐴 ......................................(2.13)
𝐿𝑆 = 𝑌𝐴 – 𝑌𝐹 ......................................(2.14)
30
Gambar 2.11 Efek Shading
31
2.2.7.4 Levelized Cost Of Energy (LCOE) dan Feed-In Tariff (FIT)
Sumber energi terbarukan dapat dianalisis kelayakan
ekonomisnya dengan membandingkan nilai Levelized Cost
of Energy (LCOE) pada pembangkit dengan nilai Feed-In
Tariff (FIT) berdasarkan dengan standar yang telah
dikeluarkan oleh kementerian ESDM. Nilai Levelized Cost of
Energy dapat didefinisikan sebagai total biaya selama masa
hidup pembangkit dibagi dengan energi yang dihasilkan
selama masa hidup pembangkit. Total biaya dan energi yang
dihasilkan pembangkit akan dijadikan ke nilai pada masa
sekarang (present value) dengan suatu faktor diskonto yang
disesuaikan dengan suku bunga pada tahun tersebut. Pada
rumus ini, energi dianggap sebagai suatu produk yang
memiliki nilai jual. Berikut rumus untuk mencari nilai COE
adalah:
Keterangan :
32
Sedangkan FIT merupakan harga listrik maksimum
per kWh yang dibayarkan oleh perusahaan listrik negara
kepada pengembang pembangkit listrik ketika membeli listrik
dari pembangkit listrik energi terbarukan. Berikut harga
Feed-In Tariff yang ditetapkan oleh kementrian ESDM untuk
PLTS berdasarkan permen ESDM No.17/2013 adalah 0,25
USD/kWh. Beberapa faktor yang mempengaruhi perhitungan
LCOE yaitu sebagai berikut :
Keterangan :
33
tiap tahun dengan nominal yang sama. Rumus untuk
capital recovery factor adalah :
𝑖(1+𝑖)𝑁
𝐶𝑅𝐹 = (1+𝑖)𝑁 −1............................................(2.17)
Keterangan :
N = durasi/lama proyek
Keterangan :
Keterangan:
34
LT = Umur pembangkit (tahun)
35
pada Senin, 25 September 2017 sejak pukul 00.00-24.00 Wita terpantau
adanya aktivitas dari Gunung Rinjani. Bahkan, aktivitas terkini, Rinjani
masuk dalam level II alias waspada. Dalam rilis yang diterima
suarantb.com, Selasa, 26 September 2017 tidak terlihat asap yang
muncul dari kawah Rinjani. Gunung yang berlokasi di Pulau Lombok ini
terlihat jelas. Hanya saja, tercatat terjadinya sejumlah gempa tektonik jauh
sebanyak 16 kali dengan amplitudo 7-52 milimeter dan durasi 35-130
detik.
36
terjaga, gunung di jaga oleh berbagai peralatan ilmiah yang sangat
canggih yang datanya dilaporkan ke kantor pusat di Bandung.
2.4.3 Seismometer.
2.4.5 Tiltmeter.
37
Peralatan ini dipasang dilereng gunung untuk mengukur
perubahan kelandaian gunung, peralatan ini berguna untuk melihat
tingkat deformasi gunung. Data yang disajikan tiltmeter besifat
realtime, sehingga bias dipakai untuk pengambilan keputusan
cepat.
2.4.7 Satelit.
2.4.8 Komputer
2.4.9 Printer
38
2.5 Kerangka Pemikiran
39
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Analisa Kebutuhan
40
3.2 Metode Pengumpulan Data
3.2.1 Melakukan pengukuran dengan Pyranometer
Pyranometer merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mengukur iradiasi matahari pada bidang datar dengan satuan W/m².
kinerja alat ini dengan dipasang pada suatu permukaan bidang
kemudian dengan adanya hantaman cahaya tepat pada sensor
cahaya yang didalam pyranometer tersebut. Didalam pyranometer
terdapat modul surya yang dapat mengkalkulasikan secara langsung
dalam bidang per m²nya. Layar pyranometer memberikan data
berupa suhu ruangan, suhu modul PV, sudut kemiringan terhadap
bidang datar dan arah kompas 360˚. Adapun gambar dari alat
tersebut yaitu:
41
Tabel.3.1 Nilai iradian (Wp/m²) dengan arah kompas 265 hari jumat.
42
Tabel.3.2 Nilai iradian (Wp/m²) dengan arah kompas 265 hari sabtu
43
Tabel.3.3 Nilai iradian (Wp/m²) dengan arah kompas 265 hari minggu
44
Tabel.3.4 Nilai iradian (Wp/m²) dengan arah kompas 85 hari minggu
45
Tabel.3.5 Nilai iradian (Wp/m²) dengan arah kompas 165 hari minggu
46
Tabel.3.6 Nilai Iradian (Wp/M²) Dengan Arah Kompas 335 Hari Minggu
47
3.2.2 Pengambilan data melalui situs NASA
Tabel.3.7 Nilai Iradian yang didapatkan dari data NASA dengan
memasukkan nilai koordinat sesuai dengan koordinat stasiun
pengamatan.
48
3.3 Spesifikasi Komponen yang digunakan
49
Cables : 4mm², length 1000mm
Connectors : IP67, MC4 compatible
50
Gambar 3.5 Spesifikasi Inverter
51
c. Solar Charger controller
Spesifikasi Keterangan
24V 520W
Enclosure IP30
52
BAB IV
53
Penggunaan beban yang akan direncanakan dalam
perencaannaan ini akan digunakan 65% untuk perencanaan
PLTSnya, dikarenakan sebagian besar dari alat yang digunakan
adalah alat yang harus disuplai tenaga listrik 24 jam nonstop.
= 0,5%/˚C x 200 W x 18 ˚C
= 18 W
54
Keluaran daya saat temperature naik menjadi 43 ˚C dapat
diperhitungkan menjadi Pmpp saat naik temperature ˚C =𝑃𝑚𝑝𝑝 -P saat
temperature ˚C naik:
= 200 W-18W
= 182 W
182
TCF = 𝑥100 = 0,91
200
𝐸𝑙
PV area = PV area =
𝐺𝑎𝑣 𝑥 ր𝑃𝑉 𝑥 𝑇𝐶𝐹 𝑥 ր𝑜𝑢𝑡
11,73 𝐾𝑤ℎ
= 𝑘𝑤ℎ = 19,87 𝑚²
4,71 𝑥 0,153 𝑥 0,91𝑥0,9
𝑚2
= 3060 W
= 16 panel
55
4.1.3 Menentukan Rangkaian Panel Surya
Penentuan rangkaian ini dilakukan untuk mengetahui besar
daya yang dikeluarkan panel surya secara keseluruhan, jika untuk
meperbesar arus maka dilakukan pemasangan secara parallel, dan
jika ingin memperbesar tegangan maka perlu dirangkai secara seri,
adapun perhitungannya sebagai berikut:
Diketahui:
Open Circuit Voltage ( Voc) : 29,8 V
Maximum Power Voltage ( Vmp ) : 24,6 V
Maximum Power Current ( Imp ) : 8,14 A
Maximum System Voltage : 360 V
Minimum System Voltage : 80 V
56
4.1.4 Menentukan Kapasitas Solar Charger Controller
57
:
Gambar 4.1 Block Diagram Off Grid Pos Pengamatan Gunung Rinjani
58
tertinggi.Apabila data yang digunakan adalah radiasi matahari
terendah 3,59 maka energi yang dihasilkan panel dapat dihitung
sebagai berikut:
= 2.72 𝑘𝑊 × 4.71 ℎ
= 12,76 kWh
Jadi, energi yang dihasilkan pada saat radiasi matahari terendah
adalah 12.76 kWh.
Jika menggunakan data radiasi matahari tertinggi yaitu 6.95 maka :
= 2.72 𝑘𝑊 × 6.95 ℎ
= 18,9 kWh
Jadi, energi yang dihasilkan pada saat radiasi matahari
tertinggi adalah 18.9 kWh.
𝑃𝑜𝑢𝑡 = 𝑃𝑖 × 𝑃𝑆𝐻
= 2,72 𝑘𝑊 × 5,56 ℎ
= 15,13 kWh
𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑥 365 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑬𝒏𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒚𝒊𝒆𝒍𝒅 = 𝟏𝟓, 𝟏𝟑 𝒌𝑾𝒉 𝒙 𝟑𝟔𝟓 𝒉𝒂𝒓𝒊 = 𝟓. 𝟓𝟐𝟐 𝒌𝑾𝒉/𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏.
59
4.1.8 Menghitung Performance Ratio (PR)
𝐸 𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑
𝑃𝑅 = , E ideal = P array_STC x 𝐻𝑡𝑖𝑙𝑡
𝐸 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
1000 𝑊
𝐻𝑡𝑖𝑙𝑡 = 𝑃𝑆𝐻 𝑥 365 = ( 5,56 ℎ 𝑥 ) 𝑥 365 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑚2
= 2029,4 𝑘𝑊ℎ/𝑚2
ℎ 𝑊ℎ
𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 = 200 𝑊𝑝 𝑥 16 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙 𝑥 2029,4 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 = 6.494.080 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
60
Tabel 4.3 Biaya Investasi Awal PLTS diPosPengamatan Gunung
Rinjani
61
dan operasionalnya lebih besar. Besarnya biaya tersebut per tahun
adalah:
(1 + 𝑖)𝑛 − 1
𝑃 = 𝑀[ ]
𝑖(1 + 𝑖)𝑛
(1 + 0,12)15 − 1
𝑀𝑝𝑤 (𝑀 12% 15𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛) = 𝑅𝑝. 933.845,34 [ ]
0,12(1 + 0,12)15
62
= Rp 6.359.486,765
𝐿𝐶𝐶 = 𝐶 + 𝑀𝑝𝑤
= 𝑅𝑝. 99.744.020,77
i (1 + i)n
𝐶𝑅𝐹 =
(1 + i)n − 1
0,12 (1 + 0,12)15
=
(1 + 0,12)15 − 1
0,656
=
4,473
= 0,146
Sedangkan Produksi kWh tahunan nilainya sebesar sebagai berikut.
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑘𝑊ℎ 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛𝑎𝑛 = 𝑘𝑊ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 × 365
= 15,13𝑘𝑊ℎ × 365
= 5.522 𝑘𝑊ℎ
Setelah memperoleh nilai LCC, CR dan kWh produksi
tahunan, maka besar biaya energi (LCoE) untuk perencanaan sistem
PLTS ini adalah sebagai berikut.
63
LCC × CRF
LCoE =
Produksi kWh Tahunan
𝑅𝑝. 99.744.020,77 × 0,146
=
5.522 𝑘𝑊ℎ
= 𝑅𝑝. 2637.2 ≈ 𝑅𝑝. 3000, − /𝑘𝑊ℎ
i =12%.
64
Tabel 4.4 Perhitungan NCF, DF dan PVNCF dengan i =12% dengan Melihat
Total Produksi Energi Tahunan.
Present Kumulatif
Arus Kas Discount
Arus Kas Value NCF PV NCF
Biaya Arus Kas Bersih (Net Factor
Tahun Keluar (NCF x (NCF + PV
(Rp) Masuk (Rp) Cash Flow) (DF) 12%
(Rp) DF) NCF)
(Rp) (Rp)
(Rp) (Rp)
- 1
65
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa total nilai sekarang arus kas
bersih (PV NCF) yang merupakan hasil perkalian antara arus kas
bersih (NCF) dengan faktor diskonto (DF) adalah sebesar
𝑁𝐶𝐹𝑡
(∑𝑛𝑡=1 ) adalah sebesar Rp. 106.329.074 Sehingga dengan
(1+𝑖)𝑡
106.329.074
𝑃𝐼 =
99.774.200,77
= 1,066
Hasil perhitungan PI yang bernilai 1,06 6(>1), menunjukkan
bahwa investasi PLTS yang akan dikembangkan layak untuk
dilaksanakan.
66
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada tahun ke-12, kumulatif PV
NCF mendekati nilai investasi awal dengan kekurangan sebesar Rp.
3.069.680 yaitu dari Rp 99.774.200,77– Rp 96.704.520. Dalam tahun
ke-13, nilai sekarang arus kas bersih (PV NCF tahun ke-13) adalah
sebesar Rp 3.578.179,6 Sehingga untuk dapat menutupi kekurangan
investasi awal sebesar Rp. 3.069.680, maka lama waktu yang
diperlukan adalah sekitar 10 Bulan (0,857 dari 12 bulan) yang
diperoleh dari:
Rp. 3.069.680
= 0,857
Rp. 3.578.179,6
67
Untuk bisa memperoleh hasil akhir dari IRR kita harus mencari
discount rate yang menghasilkan NPV positif, kemudian setelah itu
cari discount rate yang menghasilkan NPV negatif. Digunakan
persamaan berikut
IRR= 13.20%
Diperoleh IRR lebih dari i, yaitu 13.20% dan dapat disimpulkan bahwa
perencanaan PLTS Offgrid di stasiun Pengamatan gunung Merapi ini dapat
dikatakan layak.
68
4.3 Kelebihan dan Kelemahan Penggunaan PLTS
1. Kelebihan penggunaan PLTS
a. Ramah lingkungan
PLTS tidak membutuhkan generator seperti pembangkit listrik yang
lain sehingga tidak ada kebisingan yang dihasilkan. Selain itu, tidak
ada limbah atau polusi yang dihasilkan dari penggunaan PLTS.
b. Tidak membutuhkan bahan bakar
PLTS tidak membutuhkan bahan bakar seperti bensin, solar, batu
bara dan sebagainya.
c. Sumber energi yang berkelanjutan
Karena energi berasal dari matahari, tentu sumber energi ini tidak
akan ada habisnya. Selama ada matahari, maka PLTS akan tetap
bisa menghasilkan energi lisitrik.
d. Lokasi yang fleksibel
PLTS dapat dibangun dimanapun tanpa memperhatikan kondisi
topograf lingkungan yang akan ditempati.
2. Kelemahan penggunaan PLTS
a. Harga pemasangan/pembuatan relatif mahal
Karena disebabkan harga untuk tiap komponen relatif mahal.
Semakin mahal besar daya yang ingin dibangkitkan, semakin banyak
komponen yang dibutuhkan mengakibatkan semakin banyak biaya
yang diperlukan.
b. Tidak berfungsi di malam hari
PLTS membutuhkan energi matahari agar dapat bekerja. Namun,
pada rancangan ini, di malam hari PLTS akan digantikan dengan
listrik dari PLN.
c. Bergantung pada cuaca
Efisiensi PLTS sangat bergantung erat pada kondisi cuaca. Cuaca
yang berawan maka menurunkan kemampuan PLTS beroperasi.
69
BAB V
SIMPULAN
70