Anda di halaman 1dari 84

SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN

PERENCANAAN PLTS UNTUK POS PENGAMATAN

GUNUNG API PADA GUNUNG RINJANI

SKRIPSI

DISUSUN OLEH :

ISROQ BAHANUDIN NAKSABANDI

NIM: 2014-11-245

PROGRAM STUDI SARJANA

TEKNIK ELEKTRO

JAKARTA, 2018
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul

PERENCANAAN PLTS UNTUK POS PENGAMATAN GUNUNG

API PADA GUNUNG RINJANI

Disusun oleh :

Isroq Bahanudin Naksabandi

NIM : 201411245

Diajukan untuk memenuhi persyaratan


Progam Studi Sarjana Teknik Elektro

SEKOLAH TINGGI TEKNIK-PLN


Jakarta, 20 Juli 2018

Mengetahui, Disetujui,

Syarif Hidayat, ST., MT Prof.Dr. Masbah RT. Siregar


Ka. Prodi S1 Teknik Elektro Pembimbing Skripsi

i
PERNYATAAN KEASLIAN PROYEK SKRIPSI

Nama : Isroq bahanudin Naksabandi

NIM : 201411245

Jurusan : S1 Teknik Elektro

Judul Proyek Skripsi : Perencanaan PLTS Untuk Pos Pengamatan Gunung


Api Pada Gunung Rinjani

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana baik di lingkungan

STT-PLN maupun di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya

juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka. Pernyataan ini dibuat dengan penuh

kesadaran dan rasa tanggung jawab serta bersedia memikul segala resiko jika

ternyata pernyataan ini tidak benar.

Jakarta, 20 Juli 2018

( Isroq Bahanudin Naksabandi )

ii
UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan ini saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih


yang sebesar – besarnya kepada yang terhormat:

Prof.Dr. Masbah RT. Siregar Selaku Pembimbing

Karena kemurahan hati serta arahan dan bimbingan atas segala kendala
dan permasalahan dari seluruh kesalahan skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik. Tak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Supriadi Legino, MM, MBA, MA,. Selaku Ketua STT-PLN.
2. Bapak Syarif Hidayat, ST., MT,. Selaku Kepala Prodi S1 Teknik Elektro.
3. Bapak Fajar dan Bapak Zul selaku pegawai di pos pengamatan gunung
Rinjani yang telah berkenan memberikan izin pengambilan data.
4. Orang Tua ( Bangun dan Titik Hartani ) yang telah memberikan doa dan
dukungan penuh tanpa pamrih.
5. Bapak Joko wahyudi selaku Supervisor operasi PT. PLN Sektor Tanjung
yang telah memberikan saran dan masukan.
6. Tashqia Venintia selaku pemberi semangat dan arahan yang
membangun.
Semoga segala bimbingan, bantuan dan dukungan dari semua pihak diberi
balasan oleh Allah SWT.
Jakarta, 20 Juli 2018

Hormat Saya

Isroq Bahanudin Naksabandi

2014-11-245

iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Sekolah Tinggi Teknik - PLN, saya yang bertanda
tangandi bawah ini:

Nama : Isroq bahanudin Naksbandi

NIM : 2014-11-245

Program Studi : S1

Jurusan : Teknik Elektro

Jenis karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada Sekolah Tinggi Teknik - PLN Hak Bebas Royalti Non eksklusif
(Nonexclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Perencanaan PLTS Untuk Pos Pengamatan Gunung Api Pada Gunung Rinjani

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Sekolah Tinggi Teknik-PLN berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan Tugas Akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal 20 Juli 2018
Yang menyatakan

Isroq Bahanudin Naksabandi


2014-11-245

iv
Perencanaan PLTS Untuk Pos Pengamatan Gunung Api Pada

Gunung Rinjani

Oleh Isroq Bahanudin Naksabandi, 201411245

di bawah bimbingan Prof.Dr. Masbah RT. Siregar

ABSTRAK

Perencaanaan ini didasari dengan kebutuhan listrik yang harus non stop
yang disalurkan pada pos pengamatan gunung Rinjani, hal ini dikarenakan
kebutuhan listrik sangat penting dalam melihat pergerakan dari Gunung Api
tersebut. Perencanaan ini membutuhkan biaya sebesar Rp. 99.774.200,77
dengan besar beban yang direncanakan sebesar 15 kWh. Untuk pembebanan
yang demikian maka digunakan panel surya sebanyak 16 panel dengan
kapasitas 200 Wp, dan untuk solar charger controller (SCC) yang digunakan
sebanyak 2 buah dengan masing-masing SCC digunakan untuk 8 panel surya.
Sedangkan untuk baterai yang digunakan sebanyak 8 buah dengan masing-
masing baterai memiliki energi sebesar 2,4 kWh, lalu untuk inverternya
menggunakan inverter dengan daya sebesar 2650 W. Untuk perencanaan ini
dikatakan layak melihat dari performance ratio yang dihasilkan sebesar 85%.
Untuk pengembalian dana perencanaan ini, setelah dilakukan perhitungan akan
dikembalikan pada tahun ke-13 ( tahun ke-12 bulan ke 10). Hasil dari
perancangan ini diharapkan menjadi acuan bagi calon pengguna maupun
praktisi listrik agar diperoleh kesesuaian antara kebutuhan energi, harga, dan
kualitas yang baik.

Kata kunci : Gunung Api, perencanaan, PLTS

v
SOLAR POWER PLANT FOR MOUNTAIN ENTRY

IN RINJANI MONTAIN

By Isroq Bahanudin Naksabandi, 201411245

Under the guidance of Prof.Dr. Masbah RT. Siregar

ABSTRACT

This planning is based on the need for electricity that must be non-stop

which is distributed at the post observation of Mount Rinjani, this is because the

need for electricity is very important in seeing the movement of the Volcano.

This plan costs Rp. 99.774.200,77 with a planned load of 15 kWh. For such

loading, 16 solar panels are used with a capacity of 200 Wp, and for solar

charger controller (SCC) used 2 pieces with each SCC used for 8 solar panels.

As for the battery used as many as 8 pieces with each battery has an energy of

2.4 kWh, then for the inverter using an inverter with a power of 2650 W. For this

planning is said to see from the performance ratio produced by 85%. For this

planning refund, after the calculation will be returned in 13 year (12 year to 10

month). The results of this design is expected to be a reference for prospective

users and practitioners of electricity in order to obtain a suitability between

energy needs, price, and good quality.

keyword : Volcano, planning, Solar Power Plant

vi
DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................ ii

UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................. iii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................................ iv

ABSTRAK ......................................................................................................... v

ABSTRACT ...................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

1.2 Permasalahan Penelitian .............................................................................. 3

1.2.1 Identifikasi Masalah............................................................................ 3

1.2.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 3

1.2.3 Batasan Masalah ............................................................................... 4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................... 4

1.4 Sistematika Penulisan .................................................................................. 5

vii
BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 6

2.2 Landasan Teori ............................................................................................ 7

2.2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Surya .................................... 7

2.2.2 Prinsip Kerja Sel Surya ...................................................................... 7

2.2.3 Konfigurasi Sistem PLTS ................................................................... 9

2.2.3.1 Sistem PLTS Off Grid .......................................................... 10

2.2.3.2 Sistem PLTS On Grid .......................................................... 12

2.2.3.3 Sistem PLTS Hibrid ............................................................. 13

2.2.4 Komponen Utama Pembangkit Listrik Tenaga Surya....................... 14

2.2.4.1 Modul Surya ........................................................................ 15

2.2.4.2 Solar Charger Controler (SCC) ........................................... 17

2.2.4.3 Inverter ................................................................................ 19

2.2.4.4 Baterai ................................................................................. 22

2.2.5 Daya dan Efisiensi Modul Surya ...................................................... 30

2.2.6 Faktor Pengoperasian Sel Surya ..................................................... 30

2.2.7 Nilai-Nilai Perhitungan PLTS ............................................................ 32

2.2.7.1 Peak Sun Hour (PSH) ......................................................... 32

2.2.7.2 Parameter Untuk Kinerja PLTS ........................................... 33

2.2.7.3 Efek Shading ....................................................................... 36

2.2.7.4 Levelized Cost Of Energy dan Feed-In Tariff ...................... 37

2.2.7.5 Rangkaian Seri dan Paralel Sel Surya ................................ 41

2.3 Kondisi Pengamatan Stasiun Gunung Rinjani ............................................ 42

2.4 Alat-Alat Pengamatan Gunung Rinjani ....................................................... 43

viii
2.4.1 Pengukur Suhu .................................................................................. 43

2.4.2 Pengukur Gas.................................................................................... 44

2.4.3 Seismometer ..................................................................................... 44

2.4.4 Elektronik Distance Meansurement ................................................... 45

2.4.5 Tiltmeter............................................................................................. 45

2.4.6 Pengukur Lahar ................................................................................. 45

2.4.7 Satelit................................................................................................. 45

2.4.8 Komputer ........................................................................................... 45

2.4.9 Printer ................................................................................................ 46

2.5 Kerangka Pemikiran .................................................................................... 46

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Analisa Kebutuhan ..................................................................................... 48

3.1.1 Lokasi PLTS ..................................................................................... 48

3.1.2 Spesifikasi Komponen Yang Digunakan .......................................... 56

3.2 Teknik Penelitian ......................................................................................... 58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Teknik ............................................................................................ 61

4.1.1 Data Pemakaian Beban ................................................................... 61

4.1.2 Menentukan Kapasitas PV Modul .................................................... 62

4.1.3 Menentukan Rangkaian Panel Surya ............................................... 64

4.1.4 Menentukan Kapasitas Solar Charger Controller ............................. 64

4.1.5 Menentukan Kapasitas Baterai ........................................................ 64

4.1.6 Menentukan kapasitas Inverter ........................................................ 66

4.1.7 Menghitung Besar daya Keluaran PLTS .......................................... 66

ix
4.1.8 Menghitung Performance Ratio (PR) ............................................... 68

4.2 Analisa Ekonomi ........................................................................................ 69

4.2.1 Investasi Awal .................................................................................. 69

4.2.2 Biaya Pemeliharaan Dan Operasional ............................................ 70

4.2.3 Menghitung Biaya Siklus Hidup PLTS.............................................. 71

4.2.4 Menghitung Biaya Energi PLTS ...................................................... 72

4.2.5 Analisis Kelayakan Investasi ............................................................ 73

4.3 Kelebihan Dan Kelemahan Penggunaan PLTS ......................................... 79

BAB V SIMPULAN ........................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 71

x
DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.1 Nilai Iradian Dengan arah kompas 265 Hari Jumat ........................... 49

Tabel 3.2 Nilai Iradian Dengan arah kompas 265 Hari Sabtu ........................... 50

Tabel 3.3 Nilai Iradian Dengan arah kompas 265 Hari Minggu ......................... 51

Tabel 3.4 Nilai Iradian Dengan arah kompas 85 Hari Minggu ........................... 52

Tabel 3.5 Nilai Iradian Dengan arah kompas 165 Hari Minggu ......................... 53

Tabel 3.6 Nilai Iradian Dengan arah kompas 335 Hari Minggu ......................... 54

Tabel 3.7 Nilai Iradian Hasil NASA ................................................................... 55

Tabel 3.8 Spesifikasi Solar Charger Controller ................................................. 57

Tabel 4.1 Pemakaian Beban Stasiun Pengamatan Gunung Rinjani ................. 60

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Radiasi Matahari dan Energi Yield ....................... 68

Tabel 4.3 Biaya Investasi Awal PLTS di Stasiun Pengamat Gunung Rinjani .... 70

Tabel 4.4 Perhitungan NCF, DF, dan PVNCF .................................................. 74

Tabel 4.5 Perhitungan IRR Internal Rate of Return ......................................... 78

xi
DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Pergerakan Elektron Pada Semikonduktor ..................................... 7

Gambar 2.2 Prinsip Kerja sistem PLTS .............................................................. 7

Gambar 2.3 Skema PLTS Off – Grid System.................................................... 11

Gambar 2.4 Skema PLTS On – Grid System.................................................... 12

Gambar 2.5 Skema PLTS Hibrid....................................................................... 13

Gambar 2.6 Susunan Sel Surya ....................................................................... 15

Gambar 2.7 Jenis Sel Surya ............................................................................. 16

Gambar 2.8 Solar Controller Charger ............................................................... 18

Gambar 2.9 Inverter .......................................................................................... 19

Gambar 2.10 Baterai......................................................................................... 22

Gambar 2.11 Efek Shading ............................................................................... 36

Gambar 3.1 Lokasi Pos Pengamatan Gunung Rinjani ...................................... 21

Gambar 3.2 Panel Surya jSkay 200 Wp Polycristaline ..................................... 56

Gambar 3.3 Inverter SMA Sunnyboy ................................................................ 57

Gambar 3.4 Spesifikasi Inverter ........................................................................ 58

Gambar 3.6 Solar Controller Charger ............................................................... 59

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran B Daftar Riwayat Hidup ...................................................................... A

Lampiran C Daftar Konsultasi Skripsi ................................................................ B

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Indonesia merupakan negara berkembang yang masih
membutuhkan sistem kelistrikan yang optimal, berbagai daerah-daerah
yang ada diindonesia masih belum terpenuhi dan masih belum diterangi
oleh pihak PLN, terutama didaerah terpencil seperti pedesaan dan
lainnyaa. Begitu banyak kendala yang dihadapi dari pihak penyedia listrik
(PLN) terutama masalah tempat yang begitu jauh dan medan yang sulit
dalam masalah transmisi. Pemerintah pun masih belom memberikan
bantuan yang semestinya dalam menerangi pelosok-pelosok negeri. Ada
bagian-bagian dalam sistem diindonesia yang sangat perlu diberikan
pasokan listrik karena ini bergantung dengan bencana alam yang tidak
disebabkan oleh campur tangan manusia, yaitu untuk Pos Pengamatan
Gunung Api. Pengamatan gunung berapi tidak boleh disampingkan,
karena ini menyangkut dengan bencana alam yang tidak tau kapan akan
terjadi, apalagi jika gunung berapi tersebut dikatakan dalam keadaan
waspada, siaga dan lain sebagainya. Oleh karena itu perlu upaya-upaya
yang bagus dalam menanggapi hal ini, yaitu adanya pasokan listrik yang
sangat optimal setiap harinya, bahkan setiap jamnya. Karena pengamatan
perlu dilakukan 24 jam non stop. Upaya Ini sangat baik dilakukan jika
menggunakan pembangkit listrik tenaga surya, karena pembangkit ini
tidak bergantung dengan musim tapi bergantung dengan penyinaran
matahari. Pemanfaatan cahaya matahari ini juga tergolong masih belum
banyak diIndonesia karena masih mengoptimalkan penggunaan
pembangkit deasel, PLTU, PLTG dan sebagainya. Tapi tidak menutup
kemungkinan akan habis dengan sendirinya karena bergantung pada
bahan bakar yang tidak bisa diperbaharui. Indonesia termasuk Negara
yang memiliki suhu yg optimal dan mendapat penyinaran dari sinar
matahari yg tergolong lama yaitu kurang lebih 12 jam. Jadi sangat

1
disayangkan jika tidak memanfaatkan sinar matahari secara optimal untuk
menghasilkan listrik. Tapi dalam penerapannya cukup sulit untuk
membangun PLTS dikarenakan investasi yang cukup besar dan perlu
tahap-tahap perizinan yang sangat banyak. Dalam arti yang luas juga,
sumber energi surya atau tenaga matahari bukan hanya terdiri atas
pancaran matahari langsung ke bumi, melaikan juga melalui efek-efek
matahari tidak langsung, seperti tenaga angin, tenaga air, panas laut, dan
bahkan termasuk biomassa yang dapat memanfaatkan sebagai sumber
energi.

Berapa besar jumlah energi yang dikeluarkan oleh matahari sukar


dibayangkan. Menurut salah satu perkiraan, inti sang surya yang
merupakan suatu tungku termonuklir bersuhu 100 juta derajat Celsius tiap
detik mengkonversi 5 ton materi menjadi energy yang dipancarkan ke
angkasa luas sebanyak 64.100.000 W/m². sang surya merupakan suatu
bintang yang istimewa. Ia mempunyai radius sebesar 69.600.000 km dan
terletak rata-rata sejauh 149.600.000 km dari bumi (Energi edisi
kedua:1995, chapter 15).

1.2 Permasalahan Penelitian

1.2.1 Identifikasi Masalah


Dalam observasi yang dilakukan diGunung Rinjani,
permasalahan terdapat pada cuaca di Gunung Rinjani tersebut yang
mengalami perubahan yang cukup signifikan, hal ini dipengaruhi oleh
kabut yang dikeluarkan oleh Gunung Rinjani. Sehingga akan ada
efek shading yang terjadi dipanel surya tersebut. Dalam
pembangkitan energi listrik tenaga surya, proyek ini memiliki resiko
yang tinggi dan memerlukan dana yang besar dikarenakan investasi
untuk pembelian alat-alat dan panel suryanya cukup mahal. Oleh
Karena itu sebelum suatu pembangkit surya dikembangkan, perlu
dilakukan pengkajian dan perhitungan tentang radiasi matahari yang
dipancarkan didaerah tersebut, serta tidak adanya sheding terhadap
panel suryanya.

2
1.2.2 Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang ingin dijabarkan adalah:

1. Bagaimana sistem PLTS yang akan digunakan ditempat


tersebut?
2. Berapa besar manfaat yang dapat dicapai dari pembahasan
ini?
3. Berapa kapasitas baterai dan banyak panel surya yang harus
terpasang agar kebutuhan listrik terutama untuk alat-alat
pengamatan dapat terpenuhi?
4. Bagaimana perencanaan Pembangkit listrik tenaga surya yang
akan dibangun?
5. Apa saja alat yang dibutuhkan dan digunakan dalam
perencanaan pembangkit listrik tenaga surya?

1.2.3 Batasan Masalah


Skripsi ini akan membahas tentang perencanaan pembangkit
listrik tenaga surya untuk pembebanan 65% dari total Beban yang
akan dipakai untuk pengamatan gunung merapi dengan sistem off-
grid untuk memenuhi kelistrikan secara mandiri.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian


Adapun tujuan dari skripsi ini yaitu:

1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh


gelar Sarjana Strata Satu (S1) Jurusan Teknik Elektro di
Sekolah Tinggi Teknik PLN Jakarta.
2. Agar dapat dijadikan acuan dan pilihan utama yang dapat
digunakan secara optimal.
3. Mengetahui, memahami dan menguasai mekanisme sistem
perencanaan listrik secara off-grid.
4. Membandingkan dan mempelajari teori yang didapat dalam
kuliah dan penerapaannya pada PLTS tersebut.

3
1.3.2 Manfaat penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari penilitian ini adalah :

1. Sebagai bahan acuan kepada masyarakat dan pemerintahan


kota agar tidak menyalurkan transmisi yang panjang untuk
guna memenuhi kebutuhan listrik yang terpelosok tapi
digunakan PLTS.
2. Sebagai referensi dan sumber ilmu pengetahuan bagi penulis
maupun pembaca serta pihak-pihak lain yang berkepentingan
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini di bagi menjadi 5 Bab. Bab I berisi
tentang ringkasan materi dasar yang terdiri dari latar belakang masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, rumusan masalah, batasan masalah
dan sistematika penulisan. Bab II membahas mengenai pembangkit listrik
tenaga surya, sistem pembangkit tenaga surya berbasis off grid. Bab III
membahas tentang spesifikasi komponen yang akan di pasang dan denah
lokasi yang akan dibangun, radiasi yang didapat dan data data lainnya
yang diperlukan. Bab IV membahas tentang perhitungan dan
pemasangan. Pada bab V akan dibahas mengenai kesimpulan yang
didapat dari penelitian.

4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka

Tercatat dari kementrian ESDM, bahwa diindonesia potensi energy


surya yang dapat dikembangkan sebesar 21 GW, dan ini merupakan
angka yang sangat besar jika dikembangkan, Indonesia diproyeksikan
mampu mencapai target bauran energy 23 persen yang berasal dari
energi baru dan terbarukan (EBT) pada 2025. hal ini disampaikan oleh
Managing Director E. quadrant Dr. Matthias Eichelbronner di acara
fundamentals for successful RE Deployment Strategy in Indonesia di
Jakarta.

Sedangkan pos pengamatan gunung api diIndonesia merupakan pos


yang bertugas untuk mengamati siklus dan pergerakan yang terjadi
digunung tersebut sehingga bila terjadi pergerakan yang membahayakan
maka akan dapat segera dilakukan tindak evakuasi, pengamatan terkini
yang dilakukan Pos Pengamatan Gunungapi Rinjani Pusat Vulkanologi
dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementrian
ESDM pada senin, 25 September 2017 sejak pikul 00.00-24.00 Wita
terpantau adanya aktivitas dari Gunung Rinjani. Bahkan, aktivitas terkini,
Rinjani masuk dalam level II alias waspada, oleh karena itu gunung
Rinjani harus tetap dipantau selama 24 jam nonstop dengan pengawasan
yang bagus serta alat-alat yang bekerja secara maksimal
(suarantb.com,2017)

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Pembangkit listrik tenaga surya merupakan pembangkit yang


memanfaatkan energi surya untuk menghasilkan energi listrik, listrik
dihasilkan lewat modul surya yang dipancarkan radiasi sinar
matahari dalam bentuk foton, sehingga foton inilah yang

5
membangkitkan elektron-elektron terluar ( electron valensi) untuk
loncar ke pita konduksi. Dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Pergerakan elektron untuk semikonduktor

Elektron yang diberikan energi dari foton (sinar matahari) akan


mengisi lubang-lubang positif sehingga didapat pergerakan elektron
yang disebut arus listrik.

2.2.2 Prinsip Kerja Sel Surya


Prinsip Kerja Sistem PLTS

Gambar 2.2 Prinsip Kerja Sistem PLTS

6
Arus listrik timbul karena adanya energi foton cahaya matahari
yang diterimanya berhasil membebaskan elektron-elektron dalam
sambungan semikonduktor tipe N dan tipe P untuk mengalir. Sama
seperti Dioda Foto (Photodiode), Sel Surya atau Solar Cell ini juga
memiliki kaki Positif dan kaki Negatif yang terhubung ke rangkaian
atau perangkat yang memerlukan sumber listrik.

Pada dasarnya, sel surya merupakan dioda foto (Photodiode)


yang memiliki permukaan yang sangat besar. Permukaan luas sel
surya tersebut menjadikan perangkat sel surya ini lebih sensitif
terhadap cahaya yang masuk dan menghasilkan tegangan dan arus
yang lebih kuat dari dioda foto pada umumnya. Contohnya, sebuah
sel surya yang terbuat dari bahan semikonduktor silikon mampu
menghasilkan tegangan setinggi 0,5 V dan Arus setinggi 0,1 A saat
terkena (expose) cahaya matahari.

Saat ini, telah banyak yang mengaplikasikan perangkat sel


surya ini ke berbagai macam penggunaan. Mulai dari sumber listrik
untuk kalkulator, mainan, pengisi baterai hingga ke pembangkit listrik
dan bahkan sebagai sumber listrik untuk menggerakan satelit yang
mengorbit bumi kita. Sinar Matahari terdiri dari partikel sangat kecil
yang disebut dengan foton. Ketika terkena sinar Matahari, foton yang
merupakan partikel sinar matahari tersebut meghantam atom
semikonduktor silikon sel surya sehingga menimbulkan energi yang
cukup besar untuk memisahkan elektron dari struktur atomnya.
Elektron yang terpisah dan bermuatan negatif (-) tersebut akan
bebas bergerak pada daerah pita konduksi dari material
semikonduktor. Atom yang kehilangan Elektron tersebut akan terjadi
kekosongan pada strukturnya, kekosongan tersebut dinamakan
dengan “hole” dengan muatan positif (+). Daerah semikonduktor
dengan elektron bebas ini bersifat negatif dan bertindak sebagai
pendonor elektron, daerah semikonduktor ini disebut dengan
semikonduktor tipe N (N-type). Sedangkan daerah semikonduktor

7
dengan hole bersifat positif dan bertindak sebagai Penerima
(Acceptor) elektron yang dinamakan dengan Semikonduktor tipe P
(P-type).

Di persimpangan daerah Positif dan Negatif (PN Junction),


akan menimbulkan energi yang mendorong elektron dan hole untuk
bergerak ke arah yang berlawanan. Elektron akan bergerak menjauhi
daerah Negatif sedangkan Hole akan bergerak menjauhi daerah
Positif. Ketika diberikan sebuah beban berupa lampu maupun
perangkat listrik lainnya di Persimpangan Positif dan Negatif (PN
Junction) ini, maka akan menimbulkan Arus Listrik.
2.2.3 Konfigurasi Sistem PLTS
Pada umumnya ada 3 (tiga) tipe disain PLTS, yaitu: 1) PLTS
Off Grid/stand alone, suatu sistem PLTS yang tidak terhubung
dengan grid/berdiri sendiri, 2) PLTS On Grid, suatu sistem PLTS
yang dihubungkan pada grid sistem eksisting dan 3) PLTS Hibrid,
suatu sistem PLTS terintegrasi dengan satu atau beberapa
pembangkit listrik dengan sumber energi primer yang berbeda,
dengan pola operasi terpadu.
2.2.3.1 Sistem PLTS Off Grid
PLTS Off Grid sering disebut juga PLTS Stand Alone
artinya sistem hanya disuplai oleh panel surya saja tanpa
ada pembangkit jenis lain misalnya PLTD. Sistem tipe ini
hanya tergantung pada matahari seutuhnya. Karena panel
tidak mungkin mendapatkan sinar matahari terus menerus
terutama malam hari, maka sistem ini membutuhkan media
penyimpan yaitu baterai. PLTS Off Grid umumnya
dimaksudkan untuk melistriki daerah yang sangat terisolasi
dimana sarana transportasi sangat sulit, sehingga jika
membangun PLTD, akan timbul kesulitan untuk membawa
BBM. Menentukan kapasitas panel dan baterai secara akurat
sangat penting. Pada sistem Off Grid, umumnya kapasitas

8
baterai ditambah untuk mengantisipasi hari tidak ada sinar
matahari/hari berawan yang disebut days of autonomy
(DoA). Berdasarkan pertimbangan biaya, kapasitasnya
ditambahkan 1-2 kali periodenya. Dalam perencanaan,
kapasitas PV harus menyuplai beban minimal pada tingkat
radiasi rata-rata 1 kW/m2 dan secara bersamaan, mampu
mengisi baterai dengan jumlah energi yang dibutuhkan
dalam periode discharge. Waktu pengisian sekitar peak sun
hour (PSH) periode, yaitu lamanya penyinaran matahari
secara efektif, di Indonesia sekitar 3-4 jam/hari. Kapasitas
panel (kWp) harus memperhitungkan round trip effisiensi
baterai. Gambar 2.3 adalah diagram dasar PLTS tipe Off
Grid.

Gambar 2.3. Diagram Dasar PLTS Off Grid

Dalam merencanakan sistem PLTS Off Grid pada suatu


daerah belum berlistrik, untuk menghitung beban, beberapa
asumsi untuk indikator-indikator kelistrikannya, antara lain:

9
1. Load factor (LF),

Sehubungan daerah baru belum ada data LF, maka LF


dapat diasumsikan sama dengan LF lokasi berlistrik
terdekat lokasi. Atau menggunakan LF tipikal yaitu 0,5 -
0,6.
2. Demand factor (DF),
Umumnya untuk daerah pedesaan di Indonesia DF rata-
rata adalah 0,35.
3. Diversity factor (DiF), umumnya DiF PLN sekitar 1,2.
2.2.3.2 Sistem PLTS On Grid
PLTS dengan konfigurasi On Grid dimaksudkan untuk
lokasi sudah berlistrik dan sistem di lokasi memiliki periode
operasi siang hari. Disebut On Grid karena PLTS
dihubungkan (tied) pada sistem eksisting. Tujuan dari
pembangunan PLTS adalah untuk mengurangi konsumsi
BBM.
PLTS tipe On Grid tidak dilengkapi baterai. Agar PLTS
tidak mempengaruhi stabilitas sistem induknya, maka
kapasitasnya dibatasi maksimum sebesar 20% dari beban
rata-rata siang hari. Inverter untuk PLTS On Grid disebut
juga On Grid Inverter. Jenis ini memiliki kemampuan
melepaskan hubungan (islanding system) saat grid
kehilangan tegangan. Gambar 2.4 adalah skema suatu PLTS

10
Gambar 2.4 Skema Dasar PLTS On Grid
2.2.3.3 Sistem PLTS Hibrid
PLTS hibrid adalah PLTS yang pengoperasiannya
digabungkan dengan PLTD yang sudah ada. Pada sistem ini
PLTS diharapkan berkontribusi secara maksimal untuk
menyuplai beban pada siang hari, sehingga agar bagian
PLTS tidak mengganggu sistem yang ada, maka PLTS harus
dilengkapi dengan baterai sebagai buffer atau stabiliser.
Dengan adanya baterai, PV dapat memberikan daya dan
energy ke beban selama periode siang (hours of sun) tanpa
resiko eksisting sistem terganggu. Penentuan kapasitas
panel harus memperhitungkan kemampuan panel mengisi
baterai pada saat menyuplai beban jika radiasi matahari
diatas rata-rata.
Sistem PLTS Hibrid ini dimaksud menambah jam
operasi/pelayanan sistem yang ada dan mengurangi
konsumsi bahan bakar.

11
Gambar 2.5 Skema Dasar PLTS Hibrid

2.2.4 Komponen Utama Pembangkit Listrik Tenaga Surya


Fotovoltaik (panel surya) adalah suatu alat yang dapat
mengubah energi surya (foton) menjadi energi listrik arus searah.
Kemudian listrik arus searah diubah menjadi arus bolak-balik sesuai
dengan sistem tegangan dan frekuensi setempat.
Suatu PLTS memiliki komponen utama yaitu: panel surya
(fotovoltaik), inverter dan baterai. PLTS tidak memiliki daya konstan
(non capacity value generation system) karena kapasitas
keluarannya tergantung pada tingkat radiasi matahari yang selalu
berubah setiap waktu. PLTS dinilai dari seberapa banyak energi
yang bisa dihasilkan, bukan seberapa besar dayanya, kecuali pada
sistem yang memiliki storage system. Oleh sebab itu, kapasitas
suatu PLTS ditentukan oleh besarnya konsumsi energi suatu beban
dalam suatu periode, yaitu dengan menggunakan harga rata-rata
suatu beban pada suatu lokasi dalam periodenya. Kapasitas
komponen utama ditentukan sesuai tipe dan desain dari PLTS yang
akan dibangun. Pada sistem PLTS, menghitung kapasitas masing-

12
masing komponen atau disebut juga sizing, sangat penting karena
jika kapasitas komponen terlalu kecil, maka sistem tidak dapat
memenuhi kebutuhan energi yang diinginkan, tetapi jika
kapasitasnya terlalu besar, maka biaya untuk PLTS akan sangat
besar. Sistem PLTS memiliki komponen utama yaitu: modul surya,
inverter/power conditioner unit (PCU), solar charge controller
(SCC)/battery charge controller (BCC) dan storage system (Battery).
2.2.4.1 Modul Surya
Bagian terkecil dari fotovoltaik adalah sel surya yang
pada dasarnya sebuah foto dioda yang besar dan dapat
menghasilkan daya listrik. Fotovoltaik terdiri dari dua jenis
bahan berbeda yang disambungkan melalui suatu bidang
junction yang jika sinar jatuh pada permukaannya akan
diubah menjadi listrik arus searah.
Untuk mendapatkan daya yang cukup besar diperlukan
banyak sel surya. Biasanya sel-sel surya itu sudah disusun
sehingga berbentuk panel, dan dinamakan modul surya.
Gambar dibawah menunjukan susunan dari potongan
melintang suatu sel surya sebagai sumber listrik.

13
Gambar 2.6 Susunan Sel Surya

Ada 2 (dua) jenis modul surya yang paling populer yaitu


jenis crystalline silicon dan thin film. Jenis crystalline silicon
terbuat dari bahan silikon dan thin film sebagian besar
terbuat dari bahan kimia. Jenis crystalline terdiri dari 2 (dua)
jenis yaitu tipe monocrystalline dan polycrystalline. Masing-
masing jenis memiliki efisiensi berbeda yaitu monocrystalline
14-16%, polycrystalline 13 – 15% . Modul surya thin film
terdiri dari beberapa jenis yang dinamai sesuai dengan
bahan dasarnya, seperti A-Si:H, CdTe dan CIGs. Rata-rata
efisiensi modul surya jenis thin film 6,5 – 8%. Sehingga,
dengan kapasitas yang sama, masing-masing jenis modul
memiliki luas permodul yang berbeda, hal ini berimplikasi
pada penyediaan lahan yang berbeda. Adapun gambar dari
modul tersebut antara lain:

(a). Monocrystalin (b). Polycrystalin (c) Thin Film


Gambar 2.7 Jenis Sel Surya
Kebutuhan kapasitas (kWp) panel surya ditentukan oleh
besar energi (kWh) yang dibutuhkan beban dalam satu
periode dan tingkat radiasi matahari di lokasi. Beberapa
faktor dapat mempengaruhi efisiensi panel seperti
temperatur, koneksi kabel, inverter, baterai, dan lain-lain,
sehingga secara praktek hasil perhitungan yang diperoleh
dikoreksi dengan faktor derating yang umumnya sekitar
0,67%. Untuk menghitung energi yang dibutuhkan, maka

14
perlu menghitung jumlah PV yang akan direncanakan,
dihitung dengan rumus sebagai berikut:

𝐸𝑙
PV area = .........................(2.1)
𝐺𝑎𝑣 𝑥 𝜂𝑃𝑉 𝑥 𝑇𝐶𝐹 𝑥 𝜂𝑜𝑢𝑡

Keterangan:

El = Beban yang ingin dilistriki (W)


Gav = insolasi matahari (W/m²)
րpv = effisiensi panel (%)
TCF = suhu rasio (temperature correct factor)
րout = effisiensi inverter
Untuk mendapatkan tegangan yang diinginkan, modul surya
disusun secara berderet yang disebut string. Untuk
mendapatkan daya/arus yang diinginkan, string modul surya
disusun secara paralel. Besarnya tegangan string
disesuaikan dengan tegangan masukan inverter.
2.2.4.2 Solar Charge Controller (SCC) atau Battery Charge
Controller (BCC).
Charge controller berfungsi memastikan agar baterai
tidak mengalami kelebihan pelepasan muatan (over
discharge) atau kelebihan pengisian muatan (over charge)
yang dapat mengurangi umur baterai. Charge controller
mampu menjaga tegangan dan arus keluar masuk baterai
sesuai kondisi baterai.

15
Gambar 2.8 Solar Charge Controller
Charge controller sering disebut dengan solar charge
controller atau battery charge controller. Jika charge
controller menghubungkan panel surya ke baterai atau
peralatan lainnya seperti inverter maka disebut solar charge
controller. Jika bagian ini terhubung dari inverter ke baterai
lazim disebut battery charge controller, namun hal tersebut
tidak baku. Walaupun kedua alat ini berfungsi sama, berbeda
dengan SCC, BCC tidak diperlengkapi oleh PWM-MPPT
(Pulse Width Modulation-Maximum Power Point Tracking),
yaitu kemampuan untuk mendapatkan daya listrik dari panel
surya pada titik maksimumnya.
2.2.4.3 Inverter
Inverter merupakan komponen yang sangat penting di
PLTS. Inverter berfungsi mengubah arus searah (DC) yang

16
dihasilkan oleh panel surya menjadi arus bolak balik (AC).
Tegangan DC dari panel surya cenderung tidak konstan
sesuai dengan tingkat radiasi matahari. Tegangan masukan
DC yang tidak konstan ini akan diubah oleh inverter menjadi
tegangan AC yang konstan yang siap digunakan atau
disambungkan pada sistem yang ada, misalnya jaringan
PLN. Parameter tegangan dan arus pada keluaran inverter
pada umumnya sudah disesuaikan dengan standar baku
nasional/internasional.

Gambar 2.9 Inverter

Saat ini, seluruh inverter menggunakan komponen


elektronika dibagian dalamnya. Teknologi terkini suatu
inverter telah menggunakan IGBT (Insulated-Gate Bipolar
Transistor) sebagai komponen utamanya menggantikan
komponen lama BJT, MOSFET, J-FET , SCR dan lainnya.
Karaktersitik IGBT adalah kombinasi keunggulan antara
MOSFET dan BJT.
Pemilihan jenis inverter dalam merencanakan PLTS
disesuaikan dengan desain PLTS yang akan dibuat . Jenis

17
inverter untuk PLTS disesuaikan apakah PLTS On Grid atau
Off Grid atau Hibrid. Inverter untuk sistem On Grid (On Grid
Inverter) harus memiliki kemampuan melepaskan hubungan
(islanding system) saat grid kehilangan tegangan. Inverter
untuk sistem PLTS hibrid harus mampu mengubah arus dari
kedua arah yaitu dari DC ke AC dan sebaliknya dari AC ke
DC. Oleh karena itu inverter ini lebih populer disebut bi-
directional inverter.
Kelengkapan suatu inverter belum memiliki standard,
sehingga produk yang satu dengan lain tidak sepenuhnya
kompatibel. Ada inverter yang telah dilengkapi fungsi SCC
dan atau BCC dan fungsi lainnya secara terintegrasi. Alat ini
lazim disebut juga PCS (Power Conditioner System) atau
Power Conditioner Unit (PCU). Dibutuhkannya SCC atau
BCC tergantung dari kelengkapan inverter tersebut. Jika
inverter telah dilengkapi dengan charge controller (SCC dan
BCC) dibagian internalnya, maka charge controller eksternal
sangat mungkin tidak diperlukan lagi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan inverter
adalah:
1. Kapasitas/daya inverter
Daya inverter harus mampu melayani beban pada
kondisi daya rata-rata, tipikal dan surja. Secara praktis,
kapasitas inverter dihitung sebesar 1,3 x beban puncak.
2. Tegangan masukan inverter
Pada kondisi beban naik turun, tegangan keluaran
panel surya dapat mencapai tegangan tanpa beban (Voc).
Untuk menghindarkan kerusakan akibat kenaikan
tegangan, tegangan masukan inverter dihitung = 1,1 –
1,15 Voc string PV.

18
3. Arus masukan inverter
Pada kondisi sinar matahari sangat terik, panel surya
dapat menghasilkan arus seolah-olah pada kondisi tanpa
beban (Isc). Untuk menghindarkan kerusakan akibat
kenaikan tegangan, secara praktek kapasitas arus input
inverter dihitung = 1,1 – 1,15 Isc string PV.
4. Keluaran Inverter

Memiliki beberapa kualitas berdasarkan mutu daya


keluarannya. Ada yang sinus murni, modified square wave
atau square wave. Pilihlah yang memiliki kualitas sinus
murni agar mampu memberikan suplai bagi seluruh jenis
beban.

5. Pilih inverter yang menggunakan sistem komutasi


elektronik dengan Insulated-Gate Bipolar Transistor
(IGBT).

6. Memiliki sistem pengaturan MPPT (Maximum Power Point


Tracking) dengan metoda PWM (Pulse Width Modulation).

7. Mampu bekerja pada temperatur sampai dengan 45o C.


2.2.4.4 Baterai
Mengingat PLTS sangat tergantung pada kecukupan
energi matahari yang diterima panel surya, maka diperlukan
media penyimpan energi sementara bila sewaktu-waktu
panel tidak mendapatkan cukup sinar matahari atau untuk
penggunaan listrik malam hari. Baterai harus ada pada
sistem PLTS terutama tipe Off Grid.

19
Gambar 2.10 Baterai
Beberapa teknologi baterai yang umum dikenal adalah
lead acid, alkalin, Ni-Fe, Ni-Cad dan Li-ion. Masing-masing
jenis baterai memiliki kelemahan dan kelebihan baik dari segi
teknis maupun ekonomi (harga). Baterai lead acid dinilai
lebih unggul dari jenis lain jika mempertimbangkan kedua
aspek tersebut. Baterai lead acid untuk sistem PLTS
berbeda dengan baterai lead acid untuk operasi starting
mesin-mesin seperti baterai mobil. Pada PLTS, baterai yang
berfungsi untuk penyimpanan (storage) juga berbeda dari
baterai untuk buffer atau stabilitas. Baterai untuk pemakaian
PLTS lazim dikenal dan menggunakan deep cycle lead acid,
artinya muatan baterai jenis ini dapat dikeluarkan (discharge)
secara terus menerus secara maksimal mencapai kapasitas
nominal. Baterai adalah komponen utama PLTS yang
membutuhkan biaya investasi awal terbesar setelah panel
surya dan inverter. Namun, pengoperasian dan
pemeliharaan yang kurang tepat dapat menyebabkan umur
baterai berkurang lebih cepat dari yang direncanakan,
sehingga meningkatkan biaya operasi dan pemeliharaan.

20
Atau dampak yang paling minimal adalah baterai tidak dapat
dioperasikan sesuai kapasitasnya.
Kapasitas baterai yang diperlukan tergantung pada pola
operasi PLTS. Besar kapasitas baterai juga harus
mempertimbangkan seberapa banyak isi baterai akan
dikeluarkan dalam sekali pengeluaran. Kapasitas baterai
dinyatakan dalam Ah atau Ampere hours. Jika suatu PLTS
menggunakan baterai dengan kapasitas 2000 Ah dengan
tegangan sekitar 2 Volt. Maka baterai tersebut memiliki
kemampuan menyimpan muatan sekitar 2000 Ah x 2 V atau
4 kWh.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam
menentukan jenis dan kapasitas baterai untuk suatu PLTS
dan pengaruhnya pada umur baterai antara lain: DoD (Depth
of Discharge), jumlah siklus, efisiensi baterai,
discharge/charge rate dan temperatur.
1. Depth of Discharge (DoD)
Depth of disharge adalah jumlah muatan/energi yang
dikeluarkan atau dipakai dari baterai. DoD dinyatakan
dengan persentase dari kapasitas nominal baterai. DoD
80% artinya bahwa baterai tersebut telah melepaskan
muatannya 80% dari 100% ratingnya. Pada kondisi ini
baterai tinggal memiliki muatan sekitar 20% yang disebut
juga dengan SOC atau stated of charge. Semakin besar
DoD suatu baterai semakin pendek umur baterai tersebut.
Dalam perhitungan, baterai dinyatakan dengan 2 (dua)
angka DoD yaitu DoD maksimal dan DoD harian. DoD
maksimal adalah DoD terbesar yang dapat dicapai
baterai. Jika DoD maksimal dicapai, charge controller
akan memutus hubungan baterai dengan beban (cut-off).
Sedangkan DoD harian adalah batas DoD rata-rata yang
akan dicapai dalam setiap siklus normalnya. Umumnya

21
baterai sistem PLTS direncanakan untuk DOD 25%
hingga 30% sehingga umur baterai sekitar 5 tahun. Ini
berarti, kapasitas baterai harus beberapa kali jumlah
energi yang akan dilepas dalam satu siklus. Umur baterai
berpengaruh langsung dengan DoD dalam setiap
siklusnya. Baterai dengan DoD 50% akan memiliki umur
lebih panjang dua kali. Jika DoD 10%, maka umurnya
akan bertambah 5 kali dari DoD 50%. Konsekuensinya
adalah tingginya biaya baterai.
3. Jumlah Siklus Baterai
Satu kali proses lengkap dari satu kali proses
pengeluaran (discharge) dan satu kali proses pengisian
kembali (charge) disebut 1 cycle. Umur baterai biasanya
dinyatakan dengan jumlah siklus baterai. Jika suatu
baterai dinyatakan memiliki umur siklus 1800 cycle, dan
dioperasikan sebanyak 1 cycle perhari, maka umur baterai
relatif 1.800/(1 x 365 hari) sama dengan 4,9 tahun. Tapi
jika 2 cycle/hari maka umur baterai turun menjadi 2,5
tahun.
4. Efisiensi Baterai
Sesuai fungsinya sebagai media penyimpan
sementara, maka proses penting yang terjadi pada baterai
adalah pengisian (charging) dan pengeluaran
(discharging). Rugi-rugi di baterai adalah karena adanya
internal resistance sehingga sebagian energi listrik diubah
menjadi panas pada saat charging dan discharging.
Selama 1 cycle efisiensi baterai sekitar 75%. Efisiensi
dalam 1 siklus disebut dengan round trip efficiency.
5. Discharge dan Charge Rate
Faktanya, baterai hampir tidak dapat dioperasikan
sesuai dengan rating yang disebutkan. Kapasitas baterai
sering dihubungkan dengan rate dari charge atau

22
discharge baterai tersebut. Charge rate atau discharge
rate adalah bilangan yang menyatakan waktu yang
dibutuhkan baterai dalam mengeluarkan atau mengisi
muatannya. Discharge rate disimbolkan dengan Cxx dan
umumnya baterai distandarkan dengan rate C20, artinya
berapa besar arus yang mampu dikeuarkan suatu baterai
dalam waktu 20 jam. Jika suatu baterai memiliki kapasitas
2000 Ah, maka pada skala C20, baterai tersebut mampu
mengeluarkan arus maksimal 2000 Ah/20 jam = 100 A.
Jika baterai harus digunakan untuk mengeluarkan arus
lebih besar dari 200 A, maka secara teori baterai akan
mampu selama 2000 Ah/200A = 10 jam. Tapi faktanya,
kapasitas baterai akan segera berkurang tidak mencapai
10 jam. Semakin besar discharge rate semakin kecil
kemampuan kapasitas baterai. Laju charging dan
discharging akan menentukan efisiensi juga, semakin
cepat lajunya akan semakin rendah efisiensinya, hal ini
dikarenakan arus listrik yang mengalir akan semakin
meningkat.
6. Temperatur Baterai
Temperatur baterai sangat mempengaruhi kinerja
baterai. Semakin tinggi temperatur baterai semakin
mampu baterai bekerja pada kapasitas maksimalnya, dan
sebaliknya. Namun, pengoperasian baterai pada
temperatur yang lebih tinggi akan menyebabkan baterai
mengalami penuaan dini (aging). Temperatur ideal baterai
adalah sekitar 20˚-25˚ C.
7. Kapasitas dan Spesifikasi Baterai Bank
Pada program PLTS 1000 Pulau, kapasitas baterai
bank untuk PLTS Tipe Off Grid dan PLTS Tipe Hibrid akan
sangat berbeda. Keandalan PLTS Off Grid sangat
tergantung pada kemampuan baterai yang disiapkan, oleh

23
sebab itu kapasitas pada PLTS Off Grid ditentukan oleh
baterai bank yang disiapkan.
Berdasarkan sifat-sifat baterai di atas, maka dalam
menentukan kapasitas operasi, spesifikasi dan
pengaturan pengoperasian baterai untuk PLTS Terpusat
(komunal) harus mempertimbangkan faktor dan kriteria
teknis antara lain sebagai berikut:
1) baterai adalah jenis deep cycle,
2) baterai memiliki sistem ventilasi atau katup
pengatur Valve Regulated Lead Acid (VRLA)
battery.
3) Media elektrolit jenis cair, gel atau AGM
(Absorbed Glass Mat).
4) Elektroda positip jenis tubular.
5) Tegangan per sel (VPC) 2 volt dc.
6) Kapasitas per sel baterai minimal 1800 Ah pada
C20 discharge,
7) Jumlah cycle baterai minimal 2.000 cycle pada
DoD 80%, C20,
8) Kapasitas baterai harus mampu untuk days of
autonomy selama 2 (dua) kali periode operasi,
9) DoD maksimal 80%,
10) DoD harian maksimal 50% untuk Off Grid dan
60% untuk Hibrid, dan 11) mampu bekerja pada
temperatur sampai dengan 45 C.
Untuk menghitung kapasitas baterai (battery bank)
digunakan persamaan baterai

𝑘𝑊ℎ= 𝐷𝑜𝐴.𝐸𝑜.𝐷𝑜𝐷.𝑚𝑎𝑘𝑠𝜂𝑑𝑖𝑠𝑐.𝐶𝑓𝑏𝑎𝑡𝑡..........................(2.2)

dimana Eo: energy yang siap suplai oleh baterai (kWh),


DoA: days of autonomy /hari berawan (hari), DoD:

24
kapasitas yang boleh dikeluarkan (%), ηdisc: discharge
eficiency/efisiensi discharge (%), Cfbatt: faktor koreksi
baterai.
Setelah kapasitas baterai, selanjutnya ditentukan
kapasitas dan tegangan persatuan baterai untuk
mendapatkan jumlah baterainya.
2.2.5 Daya dan Efisiensi Panel Surya
Daya disini merupakan daya yang diterima dari hasil perkalian dari
besarnya intensitas cahaya matahari yang ditangkap oleh panel
surya tersebut dengan luas permukaan panel surya tersebut dengan
persamaan:
E = Iᵣ x A.......................................................(2.3)
Dimana
Iᵣ : Intensitas radiasi matahari (W/m²)
A : Luas permukaan (m²)
Sedangkan besar daya sesaat yaitu perkalian dari tegangan dan
arus yang dihasilkan oleh sel fotovoltaic yang dinyatakan dalam
persamaan:
P = V x I.......................................................(2.4)
Dimana
P : Daya (Watt)
V : Beda Potensial (Volt)
I : Arus (Ampere)
Efisiensi yang terjadi pada sel surya merupakan perbandingan yang
dapat dibangkitkan oleh sel surya adalah efisiensi sesaat pada
pengambilan data.
𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
Ր= x 100%..............................(2.5)
𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡

Sedangkan efisiensi yang dihasilkan


𝑃
Ր= x 100%.................................(2.6)
Iᵣ 𝑥 𝐴
Dimana :

25
Ր : efisiensi (%)
Iᵣ : Intensitas radiasi matahari (W/m²)
P : Daya listrik (Watt)
A : Luasan sel surya
Apabila penggunaan menginginkan tegangan maupun arus yang
besar, maka panel surya dapat dirangkai seri atau paralel maupun
kombinasi keduanya. Bila dirangkai secara seri maka tegangannya
akan naik tetapi bila dirangkai secara parallel maka arus akan naik.
2.2.6 Faktor Pengoperasian Sel Surya
Pengoperasian maksimum sel surya sangat bergantung pada:
A. Ambient Air Temperature
Sebuah sel surya dapat beroperasi secara maksimum jika
tempetarur sel tetap normal ( pada 25˚C), kenaikan temperature
lebih tinggi dari temperature normal fotovoltaik (PV akan
melemahkan voltage). Setiap Kenaikan temperature sek surya 1
drajat Celsius akan berkurang sekitar 0,5 % pada total tenaga
yang dihasilkan atau akan melemah 2x lipat untuk kenaikan
temperature sel per 10 derajat Celsius.
B. Radiasi solar matahari
Radiasi solar matahari dibumi dan berbagai lokasi
bervariabel, dan sangat tergantung keadaan spectrum solar ke
bumi, radiasi akan banyak mempengaruhi arus (I) sedikit pada
tegangan.
C. Kecepatan Angin Bertiup
Kecepatan tiupan angin disekitar lokasi sel surya akan
sangat membantu terhadap pendingin permukaan sel surya
sehingga temperature dapat terjaga dikisaran 25˚C.
D. Keadaan Atmosfer Bumi
Keadaan atmosfer bumi berawan, mendung, jenis partikel
udara asap, uap air, kabut dan polusi sangat menentukan hasil
maksimum arus listrik dari sel surya.
E. Orientasi Panel Kearah Matahari Secara Optimum

26
Orientasi dari rangkaian panel kearah matahari secara
optimum adalah sangat penting untuk menghasilkan energy yang
maksimum. Selain arah orientasi, sudut orientasi dari panel juga
sangat mempengaruhi hasil energi yang maksimum. Untuk lokasi
yang terletak dibelahan latitude, maka panel sebaiknya
diorientadikan ke barat atau timur akan tetap menghasilkan
energy, tidak akan menghasilkan energi yang maksimum.
F. Sudut Orientasi Matahari
Mempertahankan sinar matahari jatuh kesebuah
permukaan panel PV secra tegak lurus akan mendapatkan
energy maksimum ± 1000 W/m². untuk mempertahankan
ketegak lurusan sinar matahari terhadap panel surya dibutuhkan
pengaturan posisi modul surya, karena sun latitude akan
berubah setiap jam dalam sehari. Kalau tidak mempertahankan
ketegak lurusan antara sinar matahari dengan bidang PV, maka
ekstra luasan bidang PV diutuhkan.
2.2.7 Nilai-Nilai Perhitungan PLTS
2.2.7.1 Peak Sun Hour (PSH)
PSH adalah nilai efektif sebuah modul surya dalam
satuan waktu. Nilai PSH merupakan nilai imajiner, di mana
matahari akan bersinar dengan radiasi konstan1.000 W / m²
selama satu jam. Meskipun nilai PSH ini tidak real, namun
sangat berguna untuk menghitung energi yang diproduksi.
PSH sangat subjektif tergantung pada karakteristik
lingkungan termasuk lamanya penyinaran matahari dan
indeks kecerahan di suatu tempat. Besarnya nilai PSH bisa
diperoleh dengan menggunakan rumus berikut :

ΣI . Δt
𝑃𝑆𝐻 = ........................................(2.7)
Iᵣ

Keterangan :

27
I = Intensitas matahari pada jam tertentu pada bulan tertentu

∆t = Rentang waktu dimana matahari memiliki intensitas rata-


rata harian

Iᵣ = Intensitas matahari untuk pengujian standar PV (1000

W/m2).

2.2.7.2 Parameter untuk Kinerja PLTS


Berdasarkan IEC 61 724 : Fotovoltaik system
performance monitoring-guidelines for measurement, data
exchange and analysis, parameter unjuk kerjaPLTS
dipresentasikan ke dalam formula sebagai berikut :
 Final Yield (YF)
Hasil akhir atau final yield (YF) ditetapkan dalam
periode tahunan, bulan, atau harian dari keluaran
bersih (net) energi AC pada sistem dibagi dengan daya
puncak dari PV array yang terpasang pada kondisi
pengujian standar (STC) pada iradiasi surya 1000
W/m²Ydan temperatur sel 25°C.

Epv
𝑌𝐹 = (kWhAc/ kWpDc).......................(2.8)
Po
Keterangan :
PO = daya puncak (kWp DCC)
EPV = energi ke jaringan (k Wh AC)

 Reference Yield (YR)


Hasil acuan atau reference yield (YR) adalah total
dari insulasi matahari pada suatu bidang (HT) dalam
satuan kWh/m² di bagi dengan iradiasi array acuan (1
kW/m2), oleh karena itu reference yield adalah jumlah
dari peak sun – hours. Dengan :

28
HT
𝑌𝑅 = (kWh/m2/kWp)...........................(2.9)
GSTP
Keterangan :
HT = iradiasi pada bidang array (kWh/m² )
GSTC = iradiasi referensi STC (1kW/m²)
 Perfomance Ratio
Kualitas dari suatu PLTS dapat juga diuraikan oleh
performance ratio (PR). PR biasanya dinyatakan dalam
persentase, yang menunjukan rugi total pada sistem saat
mengkonversi dari DC menjadi keluaran AC.
𝑌𝐹
𝑃𝑅 =
𝑌𝑅

Atau rasio performa dapat dirumuskan :

𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
=
𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖

𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
=
[𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘(𝑘𝑊)𝑥 𝑃𝑆𝐻 (ℎ)𝑥 365] 𝑥 [1+(( 𝑇℃−25℃)𝑥 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑇(
% ......(2.10)
)

 Capacitance Factor
Faktor kapasitas dari PLTS biasanya dinyatakan
dalam persentase merupakan rasio dari keluaran energi
aktual dalam periode satu tahun dengan keluaran jika
beroperasi pada daya nominal selama setahun penuh
(24 jam setiap hari selama setahun).
𝑌𝐹
𝐶𝐹 = .....................................(2.11)
8760

 Array Yield (𝑌𝐴 )


Hasil array atau array yield (YA) ditetapkan dalam
periode tahunan, bulan, atau harian dari keluaran array
energi AC pada sistem dibagi dengan daya puncak dari
PV array yang terpasang pada kondisi pengujian standar
(STC) pada iradiasi surya 1000W/m²Ydan temperatur sel

29
25°C.

𝐸𝑎𝑟𝑟𝑎𝑦
𝑌𝐹 = ( kWhAc / kWpDc )...................(2.12)
𝑃𝑜

Keterangan :
𝑃𝑂 = daya puncak (kWp DCC)
𝐸𝑃𝑉 = energi ke array (kWh AC)

 Capture Losses ( Lc ) dan System Losses ( Ls )


Capture Losses adalah kerugian array, termasuk
termal, kabel, kualitas modul, shading, kotoran, MPP,
kerugian regulasi. Sedangkan sistem losses adalah
penggantian inverter dalam sistem on-grid.

𝐿𝐶 = 𝑌𝑅 – 𝑌𝐴 ......................................(2.13)
𝐿𝑆 = 𝑌𝐴 – 𝑌𝐹 ......................................(2.14)

2.2.7.3 Efek Shading


Shading effect adalah suatu akibat dari pembuangan
energi karena suatu kondisi dimana salah satu sel didalam
suatu modul photovoltaic diteduhi oleh suatu benda sehingga
tidak mendapatkan pencahayaan matahari (gambar 3.11).
Akibat yang dapat terjadi adalah timbul panas pada bagian
cell yang terkena shading. Sebagian atau seluruh energi,
yang dibangkitkan oleh sel-sel yang diterangi oleh sinar
matahari akan dibuang berupa panas yang tinggi pada sel-
sel yang diteduhi atau tidak mendapatkan sinar matahari.
Effek ini dapat merusak sel fotovoltaik dengan hebat. Efek ini
biasanya menciptakan suatu bekas berupa area berwarna
putih pada sel fotovoltaik.

30
Gambar 2.11 Efek Shading

Agar mencegah sel-sel fotovoltaik dirusak oleh efek


shading , maka digunakan dioda by-pass yang dihubungkan
secara parallel dengan sejumlah sel-sel fotovoltaik yang
dihubungkan secara seri, sedemikian sehingga hanya
sebagian energi y ang dibangkitkan modul photovoltaic akan
dibuang di dalam sel-sel photovoltaic yang diteduhi atau
terkena shading tersebut. Biasanya diode by-pass sudah
termasuk didalam setiap modul PV. Selain menggunakan
dioda by-pass, pemasangan PV Array harus diberi jarak
yang cukup. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
efek shading. (gambar 2.9)

Gambar 2.12 Ilustrasi Pemasangan PV Array (agar tidak


menimbulkan efek shading)

31
2.2.7.4 Levelized Cost Of Energy (LCOE) dan Feed-In Tariff (FIT)
Sumber energi terbarukan dapat dianalisis kelayakan
ekonomisnya dengan membandingkan nilai Levelized Cost
of Energy (LCOE) pada pembangkit dengan nilai Feed-In
Tariff (FIT) berdasarkan dengan standar yang telah
dikeluarkan oleh kementerian ESDM. Nilai Levelized Cost of
Energy dapat didefinisikan sebagai total biaya selama masa
hidup pembangkit dibagi dengan energi yang dihasilkan
selama masa hidup pembangkit. Total biaya dan energi yang
dihasilkan pembangkit akan dijadikan ke nilai pada masa
sekarang (present value) dengan suatu faktor diskonto yang
disesuaikan dengan suku bunga pada tahun tersebut. Pada
rumus ini, energi dianggap sebagai suatu produk yang
memiliki nilai jual. Berikut rumus untuk mencari nilai COE
adalah:

COE = (IC * FCR + LRC + AOM + AFC)/AEP.............(2.15)

Keterangan :

COE = Cost of energy ($/kWh)

IC = Investasi awal pembangkit

FCR = Bunga bank tahun tertentu (%)

LRC = Biaya penggatian pembangkit

AFC = Biaya bahan bakar tahunan

AOM = Biaya tahunan operasi dan maintenance


pembangkit

AEP = Produksi energi tahunan pembangkit

32
Sedangkan FIT merupakan harga listrik maksimum
per kWh yang dibayarkan oleh perusahaan listrik negara
kepada pengembang pembangkit listrik ketika membeli listrik
dari pembangkit listrik energi terbarukan. Berikut harga
Feed-In Tariff yang ditetapkan oleh kementrian ESDM untuk
PLTS berdasarkan permen ESDM No.17/2013 adalah 0,25
USD/kWh. Beberapa faktor yang mempengaruhi perhitungan
LCOE yaitu sebagai berikut :

a. Suku bunga rill


Suku bunga rill merupakan bunga yang dihitung
berdasarkan perubahan aktual dari nilai awal dan akhir
sejumlah tertentu, atau dapat juga dihitung dengan mencari
nilai mata uang dari sejumlah uang dengan tingkat bunga
tertentu. Nilai suku bunga rill ini dapat digunakan untuk
mencari nilai uang di masa depan dengan menggunakan
data inflasi dan bunga nominal pada investasi.Berikut
rumus untuk mencari nilai suku bunga rill adalah:
𝑖′ − 𝑓
𝑖= ......................................(2.16)
1+𝑓

Keterangan :

𝑖 = suku bunga rill (%)

𝑖 ′ = suku bunga nominal (%)

𝑓 = nilai inflasi (%)

b. Capital Recovery Factor


Capital Recovery factor merupakan rasio yang dapat
digunakan untuk mengkonversi nilai saat ini (present
value) pada aliran kas menjadi nilai yang sama tiap tahun.
Capital recovery factor ini digunakan sebagai metode
untuk megubah nilai akhir pada aliran kas agar dapat di
estimasi nilai tersebut menjadi nilai masukan/pengeluaran

33
tiap tahun dengan nominal yang sama. Rumus untuk
capital recovery factor adalah :

𝑖(1+𝑖)𝑁
𝐶𝑅𝐹 = (1+𝑖)𝑁 −1............................................(2.17)

Keterangan :

CRF = Capital Recovery Factor

I = suku bunga rill

N = durasi/lama proyek

Dari nilai CRF dapat ditentukan nilai nominal tahunan


dengan persamaan sebagai berikut :

Cann = CRF . NPV..........................................(2.18)

Keterangan :

Cann = Nilai nominal tahunan

CRF = Capital recovery factor

NPV = net present value

c. Nilai Salvage / Depresiasi


Nilai Salvage merupakan nilai sisa pembangkit
pada masa akhir proyek. Nilai jual pembangkit
mengalami penurunan dalam segi fisik dan performa
setiap tahunnya sampai dengan masa umur dari
pembangkit tersebut habis sehingga pembangkit akan
sepenuhnya diganti dengan pembangkit yang baru.
Berikut rumus yang digunakan untuk perhitungan nilai
salvage suatu pembangkit :
(𝐿𝑇−𝑂𝑇)
𝑆𝑎𝑙𝑣𝑎𝑔𝑒 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 = 𝑥 𝑅𝐶............................(2.19)
𝐿𝑇

Keterangan:

34
LT = Umur pembangkit (tahun)

OT = Lama pembangkit telah beroperasi (tahun)

Rc = Biaya Replacement pembangkit

2.2.7.5 Rangkaian Seri dan Paralel Sel Surya (Solar Cell)


Seperti Baterai, Sel Surya juga dapat dirangkai secara
Seri maupun Paralel. Pada umumnya, setiap Sel Surya
menghasilkan Tegangan sebesar 0,45 ~ 0,5V dan arus listrik
sebesar 0,1A pada saat menerima sinar cahaya yang terang.
Sama halnya dengan Baterai, Sel Surya yang dirangkai
secara Seri akan meningkatkan Tegangan (Voltage)
sedangkan Sel Surya yang dirangkai secara Paralel akan
meningkatkan Arus (Current).

Gambar. 2.13 Rangkaian seri dan parallel panel surya

2.3 Stasiun Pengamatan Gunung Rinjani


Pengamatan kondisi gunung rinjani dilakukan oleh Badan
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Adapun kondisi
terkini dari gunung Rinjani yaitu Menurut Pengamatan terkini yang
dilakukan Pos Pengamatan Gunungapi Rinjani Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM

35
pada Senin, 25 September 2017 sejak pukul 00.00-24.00 Wita terpantau
adanya aktivitas dari Gunung Rinjani. Bahkan, aktivitas terkini, Rinjani
masuk dalam level II alias waspada. Dalam rilis yang diterima
suarantb.com, Selasa, 26 September 2017 tidak terlihat asap yang
muncul dari kawah Rinjani. Gunung yang berlokasi di Pulau Lombok ini
terlihat jelas. Hanya saja, tercatat terjadinya sejumlah gempa tektonik jauh
sebanyak 16 kali dengan amplitudo 7-52 milimeter dan durasi 35-130
detik.

Atas kondisi ini masyarakat dan wisatawan diimbau untuk tidak


beraktivitas atau berkemah di dalam area tubuh Gunung Barujari,
termasuk di area lava baru dan seluruh area di dalam radius 1,5 kilometer
dari kawah Gunung Barujari. Petugas Pos Pengamatan Gunungapi
Rinjani, Mutaharlin menyatakan pendakian diperbolehkan, kecuali di
seluruh bagian tubuh Gunung Barujari. “Karena material lava letusan
masih bertemperatur tinggi dan tidak stabil. Sehingga rawan untuk terjadi
rockfall atau longsoran batu,” ujarnya.

Meskipun tidak dapat dipastikan, namun potensi letusan Gunung


Rinjani masih ada. Masyarakat dan wisatawan yang beraktivitas di luar
radius 1,5 kilometer dari Gunung Barujari dan sekitar Gunung Rinjani
diharapkan untuk selalu menyiapkan masker, penutup hidung dan mulut
serta pelindung mata agar terhindar dari infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA) dan iritasi mata jika terjadi letusan abu.
2.4 Alat-Alat Pengamatan Gunung Merapi

Gunung berapi merupakan struktur unik dan kompleks yang


menarik untuk diamati. Menyediakan tanah yang amat subur di
sekelilingnya di saat gunung itu tidur dan akan mengubur Dusun di
sekitarnya disaat dia terjaga untuk memuntahkan isi perutnya. Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi serta Kementerian Energi dan
Sumber daya mineral, bertugas memantau gunung berapi di saat tidur dan

36
terjaga, gunung di jaga oleh berbagai peralatan ilmiah yang sangat
canggih yang datanya dilaporkan ke kantor pusat di Bandung.

2.4.1 Pengukur Suhu.

Termometr khusus di tanamankan di sekitar kawah untuk


memantau perubahan suhu, Menjelang letusan, magma bekerja
seperti kompor yang memanaskan kawah, data suhu tersebut
dikirimkan kemarkas pemantau yang berjarak beberapa kilometer
dari puncak gunung.

2.4.2 Pengukur Gas.

Gas beracun, Seperti CO2 da SO2, Keluar dari retakan di


sekitar kawah kadar gas seperti ini biasanya di pantau oleh
pengukur gas yang dipsang di puncak gunung.

2.4.3 Seismometer.

Tekanan oleh magma sanggup meretakan dan


mengguncangkan batuan yang berada di dinding dapur magma,
guncangan ini menimbulkan getaran yang terasa di permukaan.
Menjelang letusan. Aktivias gempa vulkanaik mengalami
peningkatan, peralatan, seperti seismometer. Mampu membaca
gearan ini dan menetukan frekuensi dan pusat gempa.

2.4.4 Electronic Distance Measurement (EDM)

Peralatan ini memancarkan cahaya inframerah cermin


pemantul yang dipasang di lereng gunung berapi. Menjelang
letusan gunung mengalami penggendutan sehingga terjadi
pergeseran horizontal dan vertical, perubahan posisi cermin
pemantul membuat waktu tempuh cahaya ikut berubah. Perubahan
waktu tempuh ini yang diterjemakan EDM sebagai penggendutan.

2.4.5 Tiltmeter.

37
Peralatan ini dipasang dilereng gunung untuk mengukur
perubahan kelandaian gunung, peralatan ini berguna untuk melihat
tingkat deformasi gunung. Data yang disajikan tiltmeter besifat
realtime, sehingga bias dipakai untuk pengambilan keputusan
cepat.

2.4.6 Pengukur lahar.

Lava yang mengalir dari puncak gunung bias bercampur


dengan air membentuk lahar dingin. Material ini biasanya mengalir
kebagian bawah gunung, waktu kedatangan dan kecepatan lahar
dingin seperti ini bias diukur pada titik tertentu, sehingga bias
dipakai sebagai tanda peringatan peringatan bagi penduduk yang
tinggal di sekitar gunung.

2.4.7 Satelit.

Satelit sebagai penginderaan jauh, bisa dipakai untuk


mengamati perubahan di permukaan bumi. Jika satelit
menggunakan cahaya tampak, perubahan seperti sebaran lava dan
abu bisa dipantau. Satelit radar memiliki keunggulan dalam
mengukur perubahan permukaan bumi hingga satuan meter.

2.4.8 Komputer

Komputer digunakan untuk menyimpan data-data hasil dari


pencatatan dan data-data yang terdapat pada gunung merapi
tersebut, sehingga dapat dikirim kepusat untuk didekumentasikan.

2.4.9 Printer

Printer digunakan untuk mengeprint data-data agar dapat


terbentuk menjadi hard file agar dapat memudahkan untuk
penganalisaan datanya.

38
2.5 Kerangka Pemikiran

Mengumpulkan data penggunaaan


beban dan lokasi pembangunan.

Mengumpulkan data panel surya,


baterai, SCC dan inverter

Menghitung daya yang


dibangkitkan, menentukan jumlah
peralatan yang digunakan

Melakukan analisa ekonomi

39
BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Analisa Kebutuhan

3.1.1 Letak Geografis

Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana


Geologi Pos Keamanan Gunung Api berada di jalan Raya Sembalun
Desa Sembalun Kec. Sembalun Kab. Lombok Timur NTB dengan
koordinat 8˚25’ LU dan 116˚ 28’ BB/ 8,417˚ LS 116,467˚BT.

Gambar 3.1 Lokasi Pos Pengamatan Gunung Api Rinjani


Pos pengamatan gunung Rinjani ini memiliki luas sekitar 15 m
x 22 m. Jika akan dibangun PLTS maka lahan yang dapat digunakan
sekitas 5 m x 7 m.

40
3.2 Metode Pengumpulan Data
3.2.1 Melakukan pengukuran dengan Pyranometer
Pyranometer merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mengukur iradiasi matahari pada bidang datar dengan satuan W/m².
kinerja alat ini dengan dipasang pada suatu permukaan bidang
kemudian dengan adanya hantaman cahaya tepat pada sensor
cahaya yang didalam pyranometer tersebut. Didalam pyranometer
terdapat modul surya yang dapat mengkalkulasikan secara langsung
dalam bidang per m²nya. Layar pyranometer memberikan data
berupa suhu ruangan, suhu modul PV, sudut kemiringan terhadap
bidang datar dan arah kompas 360˚. Adapun gambar dari alat
tersebut yaitu:

Gambar 3.2 Alat Ukur Pyranometer


Dari data hasil penelitian menggunakan pyranometer didapat
beberapa nilai iradian ditempat tersebut yaitu:

41
Tabel.3.1 Nilai iradian (Wp/m²) dengan arah kompas 265 hari jumat.

Jam Suhu Sudut Sudut Sudut Sudut Sudut Sudut Ket.


11˚ 12˚ 13˚ 14˚ 15˚ 16˚
7:00 21˚C 336 342 350 358 368 378 Awan

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


8:00 33˚C 684 696 737 762 772 816 Cerah

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


9:00 30 ˚C 418 421 442 435 436 430 Awan

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


10:00 29 ˚C 534 521 503 499 522 510 Awan

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


11:00 25˚C 200 186 236 191 219 203 Hujan

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


12:00 30 ˚C 1300 1291 1102 1281 1285 1255 Cerah

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


13:00 39˚C 1330 1334 1317 1316 1314 1251 Cerah

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


14:00 34˚C 1185 1174 1115 1146 1173 1071 Cerah

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


15:00 24˚C 208 203 206 212 204 205 Mendung

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


16:00 23 ˚C 179 169 163 182 128 136 Gerimis
Dan
Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²
Berkabut
17:00 27˚C 142 138 120 124 117 119 Cerah
Berkabut
Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²
18:00 24˚C - - - - - Wp/M² - Kabut

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²

42
Tabel.3.2 Nilai iradian (Wp/m²) dengan arah kompas 265 hari sabtu

Jam Suhu Sudut Sudut Sudut Sudut Sudut Sudut Ket.


11˚ 12˚ 13˚ 14˚ 15˚ 16˚
7:00 24 ˚C 256 265 273 313 311 337 Berawan

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


8:00 30 ˚C 507 499 520 495 504 540 Berawan

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


9:00 31 ˚C 888 942 973 951 984 1001 Cerah

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


10:00 33 ˚C 1012 1109 1209 1085 1064 1033 Berawan

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


11:00 33 ˚C 320 324 308 319 357 282 Hujan

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


12:00 23 ˚C 134 123 128 111 105 102 Cerah
Berkabut
Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²
13:00 25 ˚C 175 165 155 142 128 151 Cerah
Berkabut
Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²
14:00 24 ˚C 174 143 131 183 180 185 Cerah
Berkabut
Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²
15:00 23˚C 118 110 106 126 116 138 Mendung

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


16:00 23˚C 181 148 163 180 115 123 Gerimis
Dan
Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²
Berkabut
17:00 23˚C 125 105 132 124 120 116 Cerah
Berkabut
Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²
18:00 22˚C 0 0 0 0 0 0 Kabut

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²

43
Tabel.3.3 Nilai iradian (Wp/m²) dengan arah kompas 265 hari minggu

Jam Suhu Sudut Sudut Sudut Sudut Sudut Sudut ket.


11˚ 12˚ 13˚ 14˚ 15˚ 16˚
7:00 28˚C 166 179 205 211 209 235 Cerah

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


8:00 31˚C 521 526 529 546 562 570 Cerah

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


9:00 39˚C 725 732 733 762 766 769 Cerah

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


10:00 40˚C 1001 1005 1012 1035 1042 1055 Cerah

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


11:00 43˚C 1261 1256 1245 1240 1200 1199 Cerah

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


12:00 25˚C 0 0 0 0 0 0 Kabut
mendung
Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²
13:00 20˚C 0 0 0 0 0 0 Kabut
dan hujan
Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²
deras
14:00 20˚C 0 0 0 0 0 0 Kabut
dan hujan
Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²
deras

15:00 20˚C 140 138 136 136 136 135 Hujan

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


16:00 28˚C 654 643 607 604 589 572 Cerah

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


17:00 28˚C 137 133 132 125 119 111 Cerah
Berkabut
Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²
18:00 26˚C 0 0 0 0 0 0 Kabut

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²

44
Tabel.3.4 Nilai iradian (Wp/m²) dengan arah kompas 85 hari minggu

Jam Suhu Sudut Sudut Sudut Sudut Sudut Sudut Ket.


11˚ 12˚ 13˚ 14˚ 15˚ 16˚
7:00 28˚C 0 0 0 0 0 0 Cerah

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


8:00 31˚C 201 196 184 165 154 140 Cerah

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


9:00 39˚C 512 491 489 471 453 424 Cerah

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


10:00 40˚C 856 841 823 821 784 762 Cerah

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


11:00 43˚C 1095 1084 1074 1065 1050 1035 Cerah

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


12:00 25˚C 0 0 0 0 0 0 kabut

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


13:00 20˚C 0 0 0 0 0 0 Kabut dan
hujan
Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²
deras
14:00 20˚C 0 0 0 0 0 0 Kabut dan
hujan
Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²
deras

15:00 20˚C 156 155 153 154 155 151 Hujan

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


16:00 28˚C 801 802 808 821 842 854 Cerah

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


17:00 28˚C 257 266 301 327 359 392 Cerah
Cerah
Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²
Berkabut
18:00 26˚C 101 117 203 205 213 230 Kabut

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²

45
Tabel.3.5 Nilai iradian (Wp/m²) dengan arah kompas 165 hari minggu

Jam Suhu Sudut Sudut Sudut Sudut Sudut Sudut ket.


11˚ 12˚ 13˚ 14˚ 15˚ 16˚
7:00 28˚C 110 136 102 176 176 146 Cerah

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


8:00 31˚C 350 388 386 388 388 392 Cerah

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


9:00 39˚C 637 651 651 655 655 648 Cerah

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


10:00 40˚C 840 855 889 876 876 874 Cerah

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


11:00 43˚C 1223 1210 1228 1201 1201 1183 Cerah

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


12:00 25˚C 0 0 0 0 0 0 Kabut
mendun
Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²
g
13:00 20˚C 0 0 0 0 0 0 Kabut
dan
Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²
hujan
deras

14:00 20˚C 0 0 0 0 0 0 Kabut


dan
Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²
hujan
deras

15:00 20˚C 138 136 138 136 136 136 Hujan

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


16:00 28˚C 782 781 776 785 789 775 Cerah

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


17:00 28˚C 109 112 108 121 113 119 Cerah
Berkab
Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²
ut
18:00 26˚C 99 100 98 99 87 98 Kabut

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²

46
Tabel.3.6 Nilai Iradian (Wp/M²) Dengan Arah Kompas 335 Hari Minggu

Jam Suhu Sudut Sudut Sudut Sudut Sudut Sudut Ket.


11˚ 12˚ 13˚ 14˚ 15˚ 16˚
7:00 28˚C 128 109 133 135 183 116 Cerah

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


8:00 31˚C 371 373 372 387 410 439 Cerah

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


9:00 39˚C 621 645 631 629 621 619 Cerah

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


10:00 40˚C 912 908 919 900 913 911 Cerah

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


11:00 43˚C 1130 1129 1120 1111 1104 1094 Cerah

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


12:00 25˚C 0 0 0 0 0 0 Kabut
mendung
Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²
13:00 20˚C 0 0 0 0 0 0 Kabut
dan hujan
Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²
deras
14:00 20˚C 0 0 0 0 0 0 Kabut
dan hujan
Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²
deras
15:00 20˚C 151 146 150 146 143 143 Hujan

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


16:00 28˚C 644 640 633 612 600 594 Cerah

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²


17:00 28˚C 116 102 111 121 114 112 Cerah
Berkabut
Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²
18:00 26˚C 97 100 90 101 98 99 Kabut

Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M² Wp/M²

47
3.2.2 Pengambilan data melalui situs NASA
Tabel.3.7 Nilai Iradian yang didapatkan dari data NASA dengan
memasukkan nilai koordinat sesuai dengan koordinat stasiun
pengamatan.

Latitude 8.417 / Longitude 116.467


BULAN IRADIAN (Wp/M²) TEMPERATURE (˚C)
Minimum Maksimum
Januari 5.27 27.2 28.1
Februari 6.09 26.9 28.0
Maret 6.81 27.5 28.7
April 6.95 28.7 30.0
Mei 6.12 29.3 30.4
Juni 5.15 29.3 30.2
Juli 5.14 28.8 29.8
Agustus 5.30 28.7 29.7
September 5.29 28.7 29.6
Oktober 5.13 28.7 29.6
November 4.79 28.5 29.4
Desember 4.71 27.9 28.7
Rata2 5.5625

Pembangunan pembangkit listrik tenaga surya ini, untuk


penempatan pemasangan panelnya sekitar 25 m² dikarenakan panel
yang dipasang memiliki luas sebesar ±20 m²

48
3.3 Spesifikasi Komponen yang digunakan

a. Panel Surya jSky 200 Wp Polycrystalline

Gambar 3.3 Jsky Solar Panel 200 Wp

Power ( Pmax) : 200 Watts


Power Tolerance : 0 ~+ 3%
Open Circuit Voltage ( Voc) : 29.8 V
Short Circuit Current ( Isc ) : 8.73 A
Maximum Power Voltage ( Vmp ) : 24.6 V
Maximum Power Current ( Imp ) : 8.14 A
Maximum System Voltage : 360 V
Efficiency : 13,5%
Solar Cells
Mechanical Properties

Dimensions (L×W×H / mm) : 1320x990x35


Weight (Kgs) : 13.6
Solar Cells : Polycristaline 156x156 mm
No. of Cells : 48 (6x8)
Glass : 3.2mm low-iron tempered glass
Frame : Anodized aluminum alloy
Junction box : IP 65 above, 3 bypass diodes

49
Cables : 4mm², length 1000mm
Connectors : IP67, MC4 compatible

(Harga = Rp. 2.300.000/Pcs )


b. Spesifikasi inverter

Gambar 3.4 Inverter SMA Sunnyboy

50
Gambar 3.5 Spesifikasi Inverter

51
c. Solar Charger controller

Gambar 3.6 Solar Charger Controller


Tabel 3.8 Spesifikasi Solaar Charger Controller

Spesifikasi Keterangan

Nominal System Voltage 12V/24V auto work

Rated Battery Current 20A

Rated Load Current 20A

Maximum Battery Voltage 32V

Max. Solar Input Voltage 100VDC

Max. PV Input Power 12V 260W

24V 520W

Dimension (mm) 169 x 118 x 83

Weight (Kg) 0.95

Enclosure IP30

52
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Teknik

4.1.1 Data Pemakaian Beban

Setelah memperoleh data spesifikasi alat dan data lama


penggunaan beban maka dapat dihitung kebutuhan beban per hari
seperti berikut :

Tabel 4.1 Pemakaian Beban Untuk Stasiun Pengamatan Gunung Merapi


Rinjani perhari.

No Alat-Alat Listrik Jumlah Jam Pemakaian Daya Total

1 Lampu 15 Buah 10 jam 18 watt 2700 Wh


2 Komputer Dan 1 Buah 24 jam 400 watt 9600 Wh
Komponen
Pendukungnya
3 Discriminator 1 Buah 24 jam 46 watt 1104 Wh
4 Radio box 1 Buah 24 jam 1 watt 24 Wh
5 Seismograf 1 Buah 24 jam 10 watt 240 Wh
(Drum
Recorder)
6 Modem Vsat 2 Buah 24 jam 5 watt 240 Wh
7 Printer 1 Buah 1 jam 0,8 watt 0,8 Wh
8 Televisi 1 Buah 7 jam 55 watt 385 Wh
9 Pemanas air 1 Buah 6 jam 350 watt 2100 Wh
10 Pompa air 1 Buah 5 jam 280 watt 1400 Wh
11 Keperluan lain - 5 jam 50 watt 250 Wh
( charger hp
dll.)
TOTAL 1472,8 18,0438
Watt KWh

53
Penggunaan beban yang akan direncanakan dalam
perencaannaan ini akan digunakan 65% untuk perencanaan
PLTSnya, dikarenakan sebagian besar dari alat yang digunakan
adalah alat yang harus disuplai tenaga listrik 24 jam nonstop.

4.1.2 Menentukan Kapasitas PV Modul


Untuk menentukan kapasitas modul surya yang diinginkan,
maka perlu ditetapkan beban yang benar-benar diinginkan, yaitu
sebesar 65% dari total beban yang digunakan, maka dapat dihitung
sebagai berikut:
Beban = 65% X total beban
= 65% X 18,0438
= 11,7 Kw
Jika beban sudah diketahui, maka perlu dihitung berapa luas
PV area yang digunakan, maka dapat dilakukan perhitungan sebagai
berikut:
𝐸𝑙
PV area =
𝐺𝑎𝑣 𝑥 ր𝑃𝑉 𝑥 𝑇𝐶𝐹 𝑥 ր𝑜𝑢𝑡

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, panel surya memiliki


penurunan kapasitas daya yang dihasilkan jika melebihi dari standar
suhu optimal panel surya tersebut bekerja. Jika panel surya tersebut
bekerja diatas suhu 25 ˚C maka akan berkurang 0.5% setiap
perubahan temperaturnya. Maka dapat dilakukan perhitungan
sebagai berikut. Jika suhu maksimum ditempat tersebut mencapai 43
˚C, maka kenaikannya menjadi 18˚C. maka dapat dilakukan
perhitungan sebagai berikut:

P saat naik 18˚C = 0,5%/˚C x Pmpp x kenaikan ˚C

= 0,5%/˚C x 200 W x 18 ˚C

= 18 W

54
Keluaran daya saat temperature naik menjadi 43 ˚C dapat
diperhitungkan menjadi Pmpp saat naik temperature ˚C =𝑃𝑚𝑝𝑝 -P saat
temperature ˚C naik:

= 200 W-18W

= 182 W

182
TCF = 𝑥100 = 0,91
200

Jika telah diketahui semuanya, maka dilakukan perhitungan


menentukan kapasitas PV area keseluruhan sebagai berikut:

𝐸𝑙
PV area = PV area =
𝐺𝑎𝑣 𝑥 ր𝑃𝑉 𝑥 𝑇𝐶𝐹 𝑥 ր𝑜𝑢𝑡

11,73 𝐾𝑤ℎ
= 𝑘𝑤ℎ = 19,87 𝑚²
4,71 𝑥 0,153 𝑥 0,91𝑥0,9
𝑚2

Menghitung daya yang dibangkitkan

P watt peak = area array x PSI x ր𝑃𝑉

= 20 m² x 1000 W/m² x 0,153

= 3060 W

Dengan diketahuinya daya yang dapat dibangkitkan oleh


keseluruhan panel tersebut, maka dapat kita hitung berapa panel
yang dibutuhkan, dengan ketentuan panel yang digunakan memiliki
daya 200 Wp, maka dapat dihitung sebagai berikut:

𝑃𝑤𝑎𝑡𝑡 𝑝𝑒𝑎𝑘 3060 𝑊


= = =15,3
𝑃𝑚𝑝𝑝 200 𝑊

= 16 panel

55
4.1.3 Menentukan Rangkaian Panel Surya
Penentuan rangkaian ini dilakukan untuk mengetahui besar
daya yang dikeluarkan panel surya secara keseluruhan, jika untuk
meperbesar arus maka dilakukan pemasangan secara parallel, dan
jika ingin memperbesar tegangan maka perlu dirangkai secara seri,
adapun perhitungannya sebagai berikut:
Diketahui:
Open Circuit Voltage ( Voc) : 29,8 V
Maximum Power Voltage ( Vmp ) : 24,6 V
Maximum Power Current ( Imp ) : 8,14 A
Maximum System Voltage : 360 V
Minimum System Voltage : 80 V

Pengaturan Seri-Paralel Panel Surya

1. Secara seri minimal


80𝑉
𝑀𝑖𝑛 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙 𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑛𝑔 = 24,6𝑉 = ≈ 3 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙

2. Secara seri maximal


360𝑉
𝑀𝑎𝑥 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙 𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑛𝑔 = = 12 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙
29,8𝑉
3. Secara paralel
18𝐴
𝑀𝑎𝑥 𝑃𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 = 8,14𝐴 = 2,21 ≈ 2 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙

Dengan demikian tegangan dan arus maksimum yang mampu


di keluarkan dari array tersebut adalah:
8 x Vmax = 8 x 24.6
= 196.8 V
2 x Imax = 2 x 8,14
= 16.28 A
Jadi dalam perencanaan ini akan dibuat menjadi dua array, 1 array
untuk 8 panel surya, dirangkai 2 paralel dan 4 seri.

56
4.1.4 Menentukan Kapasitas Solar Charger Controller

Dalam penentuan kapasitas SCC ini dibutuhkan SCC yang


memiliki kapasitas yang lebih besar dari arus dan tegangan yang
hitung diatas, karena tegangan SCC hanya sebesar 100 V maka
SCC yang dibutuhkan dalam perencanaan ini sebanyak 2 buah agar
mencapai tegangan lebih dari satu array sebesar 98,4.

4.1.5 Menentukan Kapasitas Baterai

Dari perhitungan yang didapatkan, untuk energy yang


dihasilkan sebanyak 11,7 kWh. Maka akan diambil kapasitas baterai
sebesar 15 kWh. Adapun baterai yang digunnakan adalah baterai
MPOWER VRLA GEL 12 V dan 200 Ah, sehingga dapat dihitung
kapasitas baterai sebesar 2400 Wh. Jika dilihat dari inverter yang
digunakan, mana perlu dengan range tegangan dari 80 s/d 360 V,
maka baterai yang digunakan tidak boleh kurang dari 7 dan lebih dari
30 baterai.

Jika kapasitas baterai yang digunakan hanya 80% dari


kapasitas keseluruhan, Maka dapat dihitung:

𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 15000 𝑊ℎ


Jumlah baterai =
𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑏𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑖 𝑋 80%
=
2400 𝑋 80%
=
= 7.8125 ≈8 buah
4.1.6 Menentukan kapasitas inverter

Dari perhitungan tentang seri dan parallel diatas, maka inverter


yang digunakan sebanyak 1 buah, karena rangkaian modul suryanya
dirangkai dengan ketentuan dari nilai system dari inverter tersebut,
dan panel surya yang dirangkai secara seri Tidak lebih dari 12 dan
kurang dari 3, serta rangkaian paralelnya tidak lebih dari 2.
Untuk lebih jelas mengenal pemasangan panel surya seri
parallel dapat dilihat pada gambar berikut :

57
:
Gambar 4.1 Block Diagram Off Grid Pos Pengamatan Gunung Rinjani

4.1.7 Menghitung Besar Daya Keluaran PLTS

Asumsi rugi-rugi (losses) sistem PLTS dianggap 15% karena


keseluruhan komponen sistem yang digunakan masih baru (Bien,
Kasim, & Wibowo, 2008:41 dalam bukunya Mark Hankins, 1991:
68), sehingga besar energi dari panel surya tesebut di kurangi
dengan besar losses seperti perhitungan berikut :

16 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙 𝑠𝑢𝑟𝑦𝑎 × 200 𝑊𝑎𝑡𝑡 = 3200 ≈ 3.2 𝑘𝑊

Dengan losses 15 % maka output dari PLTS yaitu

𝑃𝑖 = 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 × (100% − 15%)

= 3200 𝑤𝑎𝑡𝑡 × 85%


= 2720 W ≈ 2.72 kW

Hasil dari pengurangan losses pada panel surya berdasarkan


kapasitas panel yang terpasang adalah sebesar 2.72 kW. Berikut ini
akan dianalisa energi yang dihasilkan oleh modul surya berkaitan
dengan data radiasi matahari yang terendah danyang

58
tertinggi.Apabila data yang digunakan adalah radiasi matahari
terendah 3,59 maka energi yang dihasilkan panel dapat dihitung
sebagai berikut:

𝑃𝑜𝑢𝑡 = 𝑃𝑖 × 𝑅𝑎𝑑𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚

= 2.72 𝑘𝑊 × 4.71 ℎ
= 12,76 kWh
Jadi, energi yang dihasilkan pada saat radiasi matahari terendah
adalah 12.76 kWh.
Jika menggunakan data radiasi matahari tertinggi yaitu 6.95 maka :

𝑃𝑜𝑢𝑡 = 𝑃𝑖 × 𝑅𝑎𝑑𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚

= 2.72 𝑘𝑊 × 6.95 ℎ
= 18,9 kWh
Jadi, energi yang dihasilkan pada saat radiasi matahari
tertinggi adalah 18.9 kWh.

Jika ingin menghitung energi yang dihasilkan rata rata pertahun,


maka data radiasi yang digunakan adalah radiasi rata rata, atau
disebut Peak Sun Hour (PSH) dengan nilai 5.56

𝑃𝑜𝑢𝑡 = 𝑃𝑖 × 𝑃𝑆𝐻

= 2,72 𝑘𝑊 × 5,56 ℎ
= 15,13 kWh
𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑥 365 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑬𝒏𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒚𝒊𝒆𝒍𝒅 = 𝟏𝟓, 𝟏𝟑 𝒌𝑾𝒉 𝒙 𝟑𝟔𝟓 𝒉𝒂𝒓𝒊 = 𝟓. 𝟓𝟐𝟐 𝒌𝑾𝒉/𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏.

Tabel . 4.2 Hasil perhitungan radiasi matahari dan Energi yield

Radiasi Radiasi Radiasi 𝐸𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑


Matahari Matahari Matahari
(kWh/tahun)
Terendah Tertinggi Rata-rata
(kWh) (kWh) (kWh)

12,76 18,9 15,13 5.522

59
4.1.8 Menghitung Performance Ratio (PR)

Performance Ratio (PR) adalah ukuran suatu kualitas sistem


dilihat dari energi tahunan yang dihasilkan. Apabila sistem tersebut
nilai PR nya berkisar 70-90% , maka sistem tersebut dapat dikatakan
layak. Berikut perhitungan untuk mencari nilai performance ratio dari
sistem PLTS ini :

𝐸 𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑
𝑃𝑅 = , E ideal = P array_STC x 𝐻𝑡𝑖𝑙𝑡
𝐸 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙

1000 𝑊
𝐻𝑡𝑖𝑙𝑡 = 𝑃𝑆𝐻 𝑥 365 = ( 5,56 ℎ 𝑥 ) 𝑥 365 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑚2

= 2029,4 𝑘𝑊ℎ/𝑚2

𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 = 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙 𝑠𝑢𝑟𝑦𝑎 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙 𝑥 𝐻𝑡𝑖𝑙𝑡

ℎ 𝑊ℎ
𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 = 200 𝑊𝑝 𝑥 16 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙 𝑥 2029,4 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 = 6.494.080 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

𝑬𝒏𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒊𝒅𝒆𝒂𝒍 = 𝟔. 𝟒𝟗𝟒, 𝟎𝟖 𝒌𝑾𝒉/𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏

Sehingga diperoleh PR, sebesar :

𝐸 𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 𝟓.𝟓𝟐𝟐 𝒌𝑾𝒉/𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏


𝑃𝑅 = = 𝑷𝑹 = = 0.85 ≈ 85%
𝐸 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝟔.𝟒𝟗𝟒,𝟎𝟖 𝒌𝑾𝒉/𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏

Jadi, dari hasil perhitungan performa ratio diatas didapat ratio


sebesar 85%

4.2 Analisa Ekonomi

4.2.1 Investasi Awal

Biaya investasi awal untuk PLTS yang akan dikembangkan di


Stasiun Pengamatan Gunung Rinjani mencakup biaya untuk
komponen sistem PLTS serta biaya instalasinya. Tabel 4.3
menunjukkan besarnya biaya investasi awal yang akan dikeluarkan.

60
Tabel 4.3 Biaya Investasi Awal PLTS diPosPengamatan Gunung
Rinjani

KOMPONEN JUMLAH HARGA SATUAN TOTAL HARGA


(Rp) (Rp)

Panel Surya 16 Rp 2.300.000 Rp 36.800.000


jSky 200 Wp
Baterai 8 Rp.4.400.000,00 Rp 35.200.000
VRLA GEL
12 V 200Ah
Inverter 1 €779.00 Rp. 12.084.534
sunny boy
2.5-1VL-40
Solar 2 Rp 1.650.000 Rp. 3.300.000
charger
controller
Biaya Rp 6.000.000 Rp 6.000.000
Instalasi
(Lain – Lain)
Total Rp 93.384.534

4.2.2 Biaya Pemeliharaan dan Operasional

Biaya pemeliharaan dan operasional per tahun untuk PLTS


dihitung sebesar 1% sampai 2 % dari total biaya investasi awal
(Santiari: 2011). Besar persentase tersebut mencakup biaya untuk
pekerjaan pembersihan panel surya, biaya pemeliharaan serta
pemeriksaan peralatan komponen. Adapun pada penelitian ini,
biaya pemeliharaan dan operasional (M) ditetapkan sebesar 1%
dari total biaya investasi awal. Hal itu karena Indonesia hanya
memiliki 2 musim, yaitu musim hujan dan kemarau, dibandingkan
negara lain yang memiliki 4 musim, sehingga biaya pemeliharaan

61
dan operasionalnya lebih besar. Besarnya biaya tersebut per tahun
adalah:

𝑀 = 0,01 × 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖

= 0,01 × 𝐑𝐩 𝟗𝟑. 𝟑𝟖𝟒. 𝟓𝟑𝟒

= 𝑅𝑝. 933.845,34 / 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

4.2.3 Menghitung Biaya Siklus Hidup PLTS (Life Cycle Cost)

Biaya siklus hidup (LCC) pada sistem PLTS ditentukan


oleh nilai sekarang dari biaya total sistem PLTS yang terdiri dari
biaya investasi awal (C), biaya jangka panjang untuk pemeliharaan,
operasional dan penggantian komponen (Mpw).

PLTS yang akan dibangun pada penelitian ini, diasumsikan


dapat beroperasi selama 15 tahun. Penentuan umur proyek ini
mengacu kepada jaminan yang diberikan oleh produsen panel surya.
Besarnya tingkat diskonto (i) yang digunakan untuk menghitung nilai
sekarang pada penelitian ini adalah sebesar 12%. Penentuan tingkat
diskonto ini mengacu pada tingkat suku bunga kredit Bank Indonesia
pada bulan Januari tahun 2017 yaitu rata-rata sebesar 12% (BI,
2017).

Besarnya nilai sekarang (Present Value) untuk biaya


pemeliharaan dan operasional (Mpw) PLTS selama umur proyek 15
tahun dengan tingkat diskonto 12%, dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut.

(1 + 𝑖)𝑛 − 1
𝑃 = 𝑀[ ]
𝑖(1 + 𝑖)𝑛

(1 + 0,12)15 − 1
𝑀𝑝𝑤 (𝑀 12% 15𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛) = 𝑅𝑝. 933.845,34 [ ]
0,12(1 + 0,12)15

= 𝑅𝑝. 933.845,34 × 6,81

62
= Rp 6.359.486,765

Setelah memperoleh besar biaya pemeliharaan dan


operasional (Mpw), maka biaya siklus hidup (LCC) untuk PLTS yang
akan dikembangkan selama umur proyek 15 tahun adalah sebagai
berikut.

𝐿𝐶𝐶 = 𝐶 + 𝑀𝑝𝑤

= Rp 93.384.534 + Rp. 6.359.486,765

= 𝑅𝑝. 99.744.020,77

4.2.4 Menghitung Biaya Energi PLTS (Levelized Cost of Energy)


Biaya Energi (Levelized Cost of Energy) suatu PLTS,
ditentukan oleh biaya siklus hidup (LCC), faktor pemulihan modal
(CRF) dan kWh produksi tahunan. Faktor pemulihan modal untuk
mengkonversi semua arus kas biaya siklus hidup menjadi
serangkaian biaya tahunan dihitung dengan persamaan sebagai
berikut.

i (1 + i)n
𝐶𝑅𝐹 =
(1 + i)n − 1
0,12 (1 + 0,12)15
=
(1 + 0,12)15 − 1
0,656
=
4,473
= 0,146
Sedangkan Produksi kWh tahunan nilainya sebesar sebagai berikut.
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑘𝑊ℎ 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛𝑎𝑛 = 𝑘𝑊ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 × 365
= 15,13𝑘𝑊ℎ × 365
= 5.522 𝑘𝑊ℎ
Setelah memperoleh nilai LCC, CR dan kWh produksi
tahunan, maka besar biaya energi (LCoE) untuk perencanaan sistem
PLTS ini adalah sebagai berikut.

63
LCC × CRF
LCoE =
Produksi kWh Tahunan
𝑅𝑝. 99.744.020,77 × 0,146
=
5.522 𝑘𝑊ℎ
= 𝑅𝑝. 2637.2 ≈ 𝑅𝑝. 3000, − /𝑘𝑊ℎ

4.2.5 Analisis Kelayakan Investasi


Kelayakan investasi PLTS ditentukan berdasarkan hasil
perhitungan Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI) dan
Discounted Payback Period (DPP). Untuk menghitung kelayakan
investasi PLTS digunakan biaya energi yaitu Rp 3.000,-/kWh.
Dengan biaya energi tersebut dan besar kWh produksi tahunan
sebesar 5,522 kWh, maka arus kas masuk tahunannya adalah
sebesar Rp. 16.545.450 Sedangkan pengeluaran tahunannya
diperhitungkan sebesar Rp. 933.845,34 yang ditentukan berdasarkan
biaya pemeliharaan dan operasional tahunan PLTS. Tabel 4.4
menunjukkan hasil perhitungan arus kas bersih, faktor diskonto (i)
sebesar 12% dan nilai sekarang arus kas bersih. Faktor diskonto
(DF) dihitung dengan persamaan sebgai berikut.
1
𝐷𝐹 =
(1 + 𝑖)𝑛
Misalnya perhitungan faktor diskonto dengan n adalah tahun ke-1
adalah:
1
𝐷𝐹 =
(1 + 0,12)1
= 0,8929
Berikut merupakan tabel perhitungan NCF, DF dan PVNCF dengan

i =12%.

64
Tabel 4.4 Perhitungan NCF, DF dan PVNCF dengan i =12% dengan Melihat
Total Produksi Energi Tahunan.

Present Kumulatif
Arus Kas Discount
Arus Kas Value NCF PV NCF
Biaya Arus Kas Bersih (Net Factor
Tahun Keluar (NCF x (NCF + PV
(Rp) Masuk (Rp) Cash Flow) (DF) 12%
(Rp) DF) NCF)
(Rp) (Rp)
(Rp) (Rp)
- 1

1 16.545.450 933.845,34 15.611.604 0,8929 13.939.601 13.939.601

2 16.545.450 933.845,34 15.611.604 0,7972 12.445.571 26.385.172

3 16.545.450 933.845,34 15.611.604 0,7118 11.112.340 37.497.512

4 16.545.450 933.845,34 15.611.604 0,6355 9.921.174,3 47.418.686

5 16.545.450 933.845,34 15.611.604 0,5674 8.858.024,1 56.276.710

6 16.545.450 933.845,34 15.611.604 0,5066 7.908.838,6 64.185.549

7 16.545.450 933.845,34 15.611.604 0,4523 7.061.128,5 71.246.677


99.774.200,7
8 7 16.545.450 933.845,34 15.611.604 0,4039 6.305.526,9 77.552.204

9 16.545.450 933.845,34 15.611.604 0,3606 5.629.544,4 83.181.748

10 16.545.450 933.845,34 15.611.604 0,3220 5.026.936,5 88.208.685

11 16.545.450 933.845,34 15.611.604 0,2875 4.488.336,2 92.697.021

12 16.545.450 933.845,34 15.611.604 0,2567 4.007.498,7 96.704.520

13 16.545.450 933.845,34 15.611.604 0,2292 3.578.179,6 100.282.699

14 16.545.450 933.845,34 15.611.604 0,2046 3.194.134,2 103.476.834

15 16.545.450 933.845,34 15.611.604 0,1827 2.852.240,1 106.329.074

1. Net Present Value (NPV)


Teknik Net Present Value dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut.
𝑛
𝑁𝐶𝐹𝑡
𝑁𝑃𝑉 = ∑ − 𝐼𝐴
(1 + 𝑖)𝑡
𝑡=1

65
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa total nilai sekarang arus kas
bersih (PV NCF) yang merupakan hasil perkalian antara arus kas
bersih (NCF) dengan faktor diskonto (DF) adalah sebesar
𝑁𝐶𝐹𝑡
(∑𝑛𝑡=1 ) adalah sebesar Rp. 106.329.074 Sehingga dengan
(1+𝑖)𝑡

biaya investasi awal (IA) sebesar Rp. 99.774.200,77 maka besar


nilai NPV adalah:
𝑁𝑃𝑉 = 106.329.074 − 99.774.200,77
= 6.554.873,23

Hasil perhitungan NPV yang bernilai positif sebesar Rp.


6.554.873,23 (>0), menunjukkan bahwa investasi PLTS yang akan
dikembangkan tersebut layak untuk dilaksanakan.

2. Profitability Index (PI)


Teknik Profitability Index dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut.
∑𝑛𝑡=1 𝑁𝐶𝐹𝑡 (1 + 𝑖)−𝑡
𝑃𝐼 =
𝐼𝐴
Dengan total nilai sekarang arus kas bersih sebesar Rp
106.329.074dan biaya investasi awal (IA) sebesar Rp
99.774.200,77maka besar nilai PI adalah:

106.329.074
𝑃𝐼 =
99.774.200,77
= 1,066
Hasil perhitungan PI yang bernilai 1,06 6(>1), menunjukkan
bahwa investasi PLTS yang akan dikembangkan layak untuk
dilaksanakan.

3. Discounted Payback Period (DPP)

Discounted Payback Period (DPP) diperoleh dengan


menghitung berapa tahun nilai sekarang arus kas bersih kumulatif
(kumulatif PV NCF) akan sama dengan nilai investasi awal.

66
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada tahun ke-12, kumulatif PV
NCF mendekati nilai investasi awal dengan kekurangan sebesar Rp.
3.069.680 yaitu dari Rp 99.774.200,77– Rp 96.704.520. Dalam tahun
ke-13, nilai sekarang arus kas bersih (PV NCF tahun ke-13) adalah
sebesar Rp 3.578.179,6 Sehingga untuk dapat menutupi kekurangan
investasi awal sebesar Rp. 3.069.680, maka lama waktu yang
diperlukan adalah sekitar 10 Bulan (0,857 dari 12 bulan) yang
diperoleh dari:

Rp. 3.069.680
= 0,857
Rp. 3.578.179,6

Diperoleh DPP sekitar 12 tahun 10 Bulan menunjukkan bahwa


investasi PLTS yang akan dikembangkan di Pos Pengamatan
GunungApi Rinjani pada jangka waktu 15 tahun yang akan datang
layak untuk dilaksanakan. Hal ini karena DPP yang dihasilkan
menunjukkan waktu yang lebih cepat dari periode umur proyek yang
ditetapkan, yaitu 15 tahun.
4. Internal Rate of Return (IRR)

IRR dipakai untuk menentukan sebuah investasi dilaksanakan


atau tidak, biasanya digunakan acuan kalau investasi tersebut harus
lebih tinggi dari Minimum acceptable rate of return atau Minimum
atractive rate of return.

Pada suku bunga IRR akan diperoleh NPV=0, atau biasa


disebut dengan IRR mengandung makna suku bunga yang dapat
diberikan investasi, yang memberikan NPV = 0. Syarat utamanya
adalah apabila IRR> suku bunga MARR.

IRR adalah discount rate yang membuat NPV sama dengan


nol, namun tidak berhubungan dengan discount rate yang dihitung
berdasarkan data di luar proyek sebagai social opportunity cost of
capital (SOCC) yang berlaku umum di masyarakat (bunga deposito).

67
Untuk bisa memperoleh hasil akhir dari IRR kita harus mencari
discount rate yang menghasilkan NPV positif, kemudian setelah itu
cari discount rate yang menghasilkan NPV negatif. Digunakan
persamaan berikut

Tabel 4.5 Perhitungan IRR (Internal Rate of Return)

No Arus kas DF 12% PV 12% DF 13% PV 13%


Bersih
1 15.611.604 0,8929 13.939.601 0.884956 13815582.63
2 15.611.604 0,7972 12.445.571 0.783147 12226180.84
3 15.611.604 0,7118 11.112.340 0.69305 10819622.15
4 15.611.604 0,6355 9.921.174,3 0.613319 9574893.354
5 15.611.604 0,5674 8.858.024,1 0.54276 8473354.187
6 15.611.604 0,5066 7.908.838,6 0.480319 7498550.022
7 15.611.604 0,4523 7.061.128,5 0.425061 6635884.008
8 15.611.604 0,4039 6.305.526,9 0.37616 5872460.961
9 15.611.604 0,3606 5.629.544,4 0.332885 5196868.798
10 15.611.604 0,3220 5.026.936,5 0.294588 4598991.199
11 15.611.604 0,2875 4.488.336,2 0.260696 4069882.716
12 15.611.604 0,2567 4.007.498,7 0.230706 3601690.712
13 15.611.604 0,2292 3.578.179,6 0.204165 3187343.131
14 15.611.604 0,2046 3.194.134,2 0.180677 2820657.776
15 15.611.604 0,1827 2.852.240,1 0.159891 2496154.975

IRR= 13.20%

Diperoleh IRR lebih dari i, yaitu 13.20% dan dapat disimpulkan bahwa
perencanaan PLTS Offgrid di stasiun Pengamatan gunung Merapi ini dapat
dikatakan layak.

68
4.3 Kelebihan dan Kelemahan Penggunaan PLTS
1. Kelebihan penggunaan PLTS
a. Ramah lingkungan
PLTS tidak membutuhkan generator seperti pembangkit listrik yang
lain sehingga tidak ada kebisingan yang dihasilkan. Selain itu, tidak
ada limbah atau polusi yang dihasilkan dari penggunaan PLTS.
b. Tidak membutuhkan bahan bakar
PLTS tidak membutuhkan bahan bakar seperti bensin, solar, batu
bara dan sebagainya.
c. Sumber energi yang berkelanjutan
Karena energi berasal dari matahari, tentu sumber energi ini tidak
akan ada habisnya. Selama ada matahari, maka PLTS akan tetap
bisa menghasilkan energi lisitrik.
d. Lokasi yang fleksibel
PLTS dapat dibangun dimanapun tanpa memperhatikan kondisi
topograf lingkungan yang akan ditempati.
2. Kelemahan penggunaan PLTS
a. Harga pemasangan/pembuatan relatif mahal
Karena disebabkan harga untuk tiap komponen relatif mahal.
Semakin mahal besar daya yang ingin dibangkitkan, semakin banyak
komponen yang dibutuhkan mengakibatkan semakin banyak biaya
yang diperlukan.
b. Tidak berfungsi di malam hari
PLTS membutuhkan energi matahari agar dapat bekerja. Namun,
pada rancangan ini, di malam hari PLTS akan digantikan dengan
listrik dari PLN.
c. Bergantung pada cuaca
Efisiensi PLTS sangat bergantung erat pada kondisi cuaca. Cuaca
yang berawan maka menurunkan kemampuan PLTS beroperasi.

69
BAB V

SIMPULAN

1. Perencanaan PLTS di Stasiun Pengamatan Gunung Rinjani dilakukan


dengan sistem Off Grid, sistem ini dipilih dikarenakan di Stasiun tersebut
sering terjadinya trip dari jaringan dikarenakan jarak dari gardu induk
ketempat tersebut sangat jauh sehingga tegangan yang diperoleh ditempat
tersebut hanya tegangan sisa, sedangkan kebutuhan listrik di tempat
tersebut harus dipasok selama 24 jam, dikarenakan alat yang digunakan
bekerja selama 24 jam. Karena jika alat tidak bekerja, ini akan menyulitkan
bagi pekerja di stasiun tersebut.
2. Beban yang dipakai di Stasiun Pengamatan Gunung Rinjani sebesar ±
18,3kWh tapi yang direncanakan sebanyak 65%, sedangkan komponen
sistem PLTS yang diperlukan yaitu inverter sunny boy, panel surya
sebanyak 16 dengan kapasitas 200 Wp, baterai VRLA gel sebanyak 8
dengan kapasitasnya 1200 Wh, hal ini untuk mensuplai alat-alat yang
digunakan pada pos pengamatan gunung Rinjani yaitu, komputer,
Discriminator, radio box, seismograf, dan modem Vsat.
3. Dari 16 panel surya, peneliti hanya membutuhkan 2 array dengan 2
dipasang paralel dan 4 dipasang seri.
4. Jika dilihat keuntungan dari segi sosial, proyek ini dapat dijadikan sarana
penelitian dan pengembangan.
5. Berdasarkan perhitungan ekonomis, perencanaan ini membutuhkan biaya
investasi sebesar Rp.99.774.200,77. Perencanaan ini bersifat
menguntungkan jika dikembangkan dan pengembalian modal terjadi pada
tahun ke-13 dari umur proyek 15 tahun.
6. Dilihat secara umum, proyek ini kurang menjanjikan karena pengembalian
modal yang lama, dan dapat dilihat juga dari biaya per kWh yang lebih
besar (Rp 3000,-) dari BPP PLN. (Rp 1650,-)

70

Anda mungkin juga menyukai