MUARA BOLAK
TAPANULI TENGAH
TAHUN 2019
DAFTAR ISI
JUDUL………………………………………………………………………………..
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………..
BIODATA PENULIS………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………
A. SIMPULAN………………………………………………………………..
B. Rekomndasi……………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….
LAMPIRAN………………………………………………………………………
HALAMAN PENGESAHAN
Pengembangan dalam bentuk Best Practice berjudul Pembelajaran Kerukunan Hidup melalui
Pendekatan Saintifik dengan Model Discoveri Learning di SD N 153053 UNTEBOANG 1
Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara.
Hari : Jumat
FORMEL TARIHORANNIP .
NIP.19650805 1991 03 100 7
BIODATA PENULIS
ROSTRIKA TARIHORAN
NUPTK. 5333764666210083
KATA PENGANTAR
Salam Sejahtera
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha esa yang telah memberikan karuniaNya
sehinggapenulis dapat menyelesaikan Best Practice ini pada tanggal 19 Desember 2019
Dalam penyusunan Best Practice penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan dariberbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat.
Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yangmembangun sangat penulis harapkan demi perbaikan karya ini.
ROSTRIKA TARIHORAN
NUPTK.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu model pembelaj aran yang berorientasi pada HOTS dan disarankan
dalamimplementasi Kurikulum 2013 adalah Model Discovery/Inquiry Learning.Model
pembelajaran penyingkapan penemuan (Discovery/inquiry Learning) adalah memahami konsep,
arti, danhubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan.
Discovery
terjadi bila individu terlibat terutama dalampenggunaan proses mentalnya untuk menemukan
beberapa konsep dan prinsip. Discoverydilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran,
prediksi, penentuan daninferensi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery
itu sendiri adalah themental process of assimilating concepts and principles in the mind (Fiobert
B. Sund dalam Malik, 2001:219). Setelah melaksanakan pembelaj aran tematik terpadu
denganModel Discovery/Inquiry Learning., penulis menemukan bahwa proses dan hasil belajar
siswameningkat. Lebih bagus dibandingkan pembelajaran sebelumnya. Ketika
ModelDiscovery/Inquiry Learning. ini diterapkan pada kelas II yang larn ternyata proses dan
hasilbelalajar siswa sama baiknya. Oleh karena itu penulis melaporkan perbaikan
pembelajarantersebut sebagai kegiatan best practice berjudul ""Implementasi pembelajaran
Hewan dan Lingkuangan melalui pendekatan saintfik dengan model pembelajaran discovery
/inquiry learning mata pelajaran PKNsiswa kelas II SD Negeri 153053 UNTEBOANG 1 tahun
ajaran 2019 / 2020.
B. JENIS KEGIATAN
C. MANFAAT KEGIATAN
2. Bagi guru
Memperluas wawasan.
Meningkatkan profesional kerja.
Meningkatkan peran guru sebagai Fasilisator.
Memberikan motivasi untuk guru-guru yang lainnya.
Memperbaiki kinerja guru dalarn proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
3. Bagi Sekolah
Menerapkan metode yang dilaksanakan terhadap pelajaran yang lain.
Memanfaatkan metode dengan semaksimal mungkin.
Mengembangkan bakat untuk tercapainya visi dan misi sekolah.
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
TUJUAN
1. Untuk meningkatkan efisiensi. efektlvitas, serta pemerataan mutu pendidikan,
makapelaksanaan Program PKP mempertimbangkan pendekatan kewilayahan, atau
dikenaldengan istilah zonasi.
2. menginspirasiguru untuk mengembangkan materi dan melaksanakan pembelajaran
denganberorientasi pada kemampuan berpikir tingkat tinggi
SASARAN
Melalui langkah ini, pengelolaan Pusat Kegiatan Guru (PKG)TK, kelompok kerja guru(KKG)
SD dan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) SMP yang selama ini dilakukan
melaluiGugus atau Rayon dalam zonasinya, Semoga Unit Pembelajaran ini bisa
menginspirasiguru untukmengembangkan materidan melaksanakan pembelajaran dengan
berorientasi pada kemampuanberpikir tingkat tinggi. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi
upaya yang kita lakukan.
PKN
3.1 Mengenal simbol silasila Pancasila dalam lambang Negara “Garuda Pancasila”.
4.1 Menceritakan simbol Simbol sila Pancasila pada Lambang Garuda sila Pancasila.
3.1.1. Mengenal simbol sila-sila Pancasila dalam Lambang negara “Garuda Pancasila”.
3.1.2. Menyebutkan simbol sila-sila Pancasila Dalam lambang negara “Garuda Pancasila”.
3.1.3 Menjelaskan simbol sila-sila Pancasila Dalam lambang negara “Garuda Pancasila”.
4.1.1. Menceritakan simbol-simbol sila Pancasila Pada Lambang Garuda sila Pancasila.
Metode
1. Penggunaan aspek HOTS, 5M, 4 Dimensi Pengetahuan dan Kecapakan Abad 2l di dalam
proses pembelajaran.
2. Karena K-13 mengamanatkan penerapan pendekatan saintifik (5M) yang meliputi
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/ mengasosiasikan, dan
mengomunikasikan. Lalu optimalisasi peran guru dalam melaksanakan pembelajaran
abad 21dan HOTS (Higher Order Thinking Skills). Selanjutnya ada integrasi literasi dan
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dalam proses belajar mengajar (PBM).
Pembelajaran pun perlu dilaksanakan secara kontekstual dengan menggunakan model,
strategi, metode, dan teknik sesuai dengan karakteristik Kompetensi Dasar {KD) agar
tujuan pembelajaran tercapai.Pembelajaran abad 21 secara sederhana diartikan sebagai
pembelajaran yang memberikan kecakapan abad 21- kepada peserta didik, yaitu 4C yang
meliputi: (1) Communication (2) Collaboration, (3) Critical Thinking and problem
solving, dan {4} Creative and lnnovative. Berdasarkan Taksonomi Bloom yang telah
direvisi oleh Krathwoll dan Anderson, kemampuan yang perlu dicapai siswa bukan hanya
LOTS (Lower Order Thinking Skills) yaitu C1 (mengetahui) dan C-2 (memahami),
MOTS (Middle Order Thinking Skills) yaitu C3 {mengaplikasikan) dan C-4
{mengalisis), tetapi juga harus ada peningkatan sampai HOTS (Higher Order Thinking
Skills), yaitu C-5 (mengevaluasi), dan C-5 (mengkreasi).Penerapan pendekatan saintifik,
pembelajaran abad 21 (4C), HOTS, dan integrasi literasi dan PPK dalam pembelajaran
bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam rangka menjawab tantangan, baik
tantangan internal dalam rangka mencapai 8 (delapan) SNP dan tantangan eksternal, yaitu
globalisasi.Melalui berbagai pelatihan atau bimbingan teknis (bimtek) K-13 yang telah
dilakukan selama ini diharapkan mampu mengubah paradigma guru, juga meningkatkan
kompetensi guru dalam pembelajaran, Pendekatan saintifik, pembelajaran abad 21 {4C),
HOTS, integrasi literasi dan PPK, dan pembelajaran kontekstual sebenarnya bukan hal
yang baru bagi guru. Secara sadar ataupun tidak sebenarnya sudah hal tersebut dilakukan,
hanya dalam K-13 lebih ditegaskan lagi untuk dilaksanakan pada PBM, dan hasilnya
dilakukan melalui penilaian otentik yang mampu mengukur ketercapaian kompetensi
siswa.
D. Alat/lnstrumen
Model-model pembelajaran yang sudah banyak dikenal oleh guru, guru pun diharapkan untuk
menggunakan atau mengembangkan mode-model pembelajaran yang lebih variatif agar
pembelajaran lebih,menyenangkan dan menantang.Pembelajaran yang HOTS ditindaklanjuti
dengan penilaian HOTS. Soal-soal yangdiberikan harus mengukur ketercapaian siswa pada ranah
C-4, C-5, dan C-6, disesuaikan dengan KKO yang telahditetapkan pada RPP. Instmmen test yang
digunakan bisa dalam bentuk soal Pilihan Ganda (PG) atau uraian. SoalPG dan HOTS yang
berorientasi pada HOTS tentunya bukan sekedar menanyakan sekedar menanyakan "apa?",
"siapa?", "kapan?" dan "dimana?", tetapi menanyakan "mengapa?" dan "bagaimana?".
Berdasarkan kepada haltersebut, maka guru harus banyak membiasakan soal-soal HOTS kepada
siswa, agar siswa terbiasa mengasah nalar,meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan
solutif.
Media pembelajaranyang digunakan dalam praktik terbaik ini adalah (a) contoh Simbol-simbol
Pancasilamelalui gambar atau video (b) buku guru dan buku siswa kelas II K13 Revisi Instrumen
yang digunakan dalam praktik baik ini ada 2 macam yaitu (a) instrumen untukmengamati proses
pembelajaran berupa lembar observasi dan (b) instrumen untuk melihat hasilbelajar siswa
dengan menggunakan uraian singkat.
Diimplementasikannya kurikulum 2013 (K-13) membawa konsekuensi guru yang harus semakin
berkualitas dalam melaksanaan kegiatan pembelajaran. Karena K-13 mengamanatkan
penerapanpendekatan saintifik (5M) yang meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, menalar/mengasosiasikan, dan mengomunikasikan. Lalu optimalisasi perim guru
dalam melaksanakanpembelajaran abad 21 dan HOTS (Higher Order Thinking Skills).
Selanjutnya ada integrasi literasi danPenguatan Pendidikan Karakter (PPK) dalam proses belajar
mengajar (PBM). Pembelajaran pun perludilaksanakan secara kontekstual dengan menggunakan
model, strategi, metode, dan teknik sesuai dengankarakteristik Kompetensi Dasar (KD) agar
tujuan pembelajaran tercapai.
Masalah yang dihadapi terutama adalah belum terbiasanya siswa belajar degan modeldiscovery
learning. Dengan tujuan untuk mendapat nilai ulangan yang baik guru selalumengguakan metode
ceramah, siswa pun merasa lebih percaya diri menghadapr ulangan(penilaian) setelah mendapat
penjelasan guru melalui ceramah.Agar siswa yakin bahwa pembelajaran tematik dengan
Discovery Learnng. dapat membuatmereka lebih meguasai materi pembelajaran, guru memberi
penjelasan sekilas tentang apa,bagaimana, mengapa, dan manfaat belajar berorientasi pada
keterampilan berpikir tingkat tinggi(higher order thinking skills HOTS).
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil praktik baik pembelajaran tematik dengan model pembelajaran Discovery
learning, berikut disampaikan rekomendasi yang relevan.
1. Guru seharusnya tidak hanya mengajar dengan mengacu pada buku siswa dan buku guru
serta jaring-jaring tema yang telah disediakan, tetapi berani melakukan inovasi
pembelajaran tematik yang kontekstual sesuai dengan latar belakang siswa dan situasi
dan kondisi sekolahnya.Halini akan membuat pembelajaran lebih bermakna.
2. Siswa diharapkan untuk merterapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam belajar,
tidak terbatas pada hafalan teorj. Kemampuan belajar degan cara ini akan membantu
siswa menguasai materi secara lebih mendalam dan lebih tahan lama (tidak mudah lupa)
3. Sekolah, terutama kepala sekolah dapat mendorong guru lain untuk ikut melaksanakan
pembelajaran berorientasi HOTS. Dukungan positif sekolah, seperti penyediaan sarana
dan prasarana yang memadai dan kesempatan bagi penulis utuk mendesiminasikan
praktik baik ini aka menambah wawasan guru lain tentang pembelajaran HOTS.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN FOTO / GAMBAR PENDUKUNG