Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Elektronika meupakan ilmu yang mempelajari dasar dasar fisika, peralatan
danpemakaian komponen-komponen yang berdasarkan sifat mengalirnya elektron
didalamnya. Rangkaian elektronika adalah gabungan komponen-komponen listrik
dan komponenelektronika yang membentuk rangkaian tertentu. Misalnya
rangkaian diode dapat dipergunakan sebagai rangkaian penyearah, rangkaian
transistor dapat dipergunakan sebagairangkaian penguat arus, rangkaian penguat
terpadu (rangkaian penguat operasional). Perangkat-perangkat pengukuran output
memerlukan daya operasi. Daya ini biasanya nampak dari rangkaian pengukuran
elektro mekanik memerlukan daya secara khusus (tipical) antara beberapa
mikrowatt pada alat ukur kumparan putar yang sensitif hingga beberapa watt
pada tranduser-tranduser. Pada beberapa penggunaan (pemakaian) daya pada
rangkaian-rangkaian pengukuran tidak dapat disupply dari perngkat outputnya.
Jadi bila rangkaian dihubungkan secara langsung pada rangkaian output, maka
sinyal-sinyal menimbulkan distorsi pada saat pembebanan.
Penguat instrumentasi adalah suatu penguat untai tertutup (closed loop)
dengan masukan diferensial dan penguatannya dapat diatur tanpa mempengaruhi
perbandingan penolakan modus bersama (Common Mode Rejection Ratio).
Penguat ini merupakan penguat serba guna dan bermanfaat yang terdiri atas tiga
op-amp dan tujuh buah tahanan. Rangkaian ini tersusun atas rangkaian penguat
differensial dan penguat penyangga. Untuk mengatur penguatan yang diinginkan
diatur dengan mengubah-ubah nilai Rg.
Penguat instrumentasi adalah penguat tertutup, maka tidak perlu dipasang
rangkaian umpan balik seperti halny dengan penguat operasional. Penguat
instrumentasi dapat dibuat dengan menggunakan Op-amp. Mutu penguat ini
bergantung pada mutu Op-amp yang digunakan, yang menyangkut offset

masukan, drift pada tegangan keluaran CMMR, PSSR dan sebagainya. Disamping
itu CMMR dan ketepatan penguatan Op-amp sangat bergantung kepada
kepresisian komponen pasif (resistor) yang digunakan dan ada tidaknya tegangan

offset pada Op-amp.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip kerja dan konfigurasi rangkaian penguat instrumentasi
sebagai aplikasi dari Op-amp?
2. Bagaimana rancangan penguat instrumentasi dengan simulasi dan
eksperimen?
3. Bagaimana cara menganalisis dan menentukan penguatan sebuah penguat
instrumentas?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah :
1. Memahami prinsip kerja dan konfigurasi rangkaian penguat instrumentasi
sebagai aplikasi dari Op-amp.
2. Merancang penguat instrumentasi dengan simulasi dan eksperimen
3. Menganalisis dan menentukan penguatan sebuah penguat instrumentasi.
BAB II
LANDASAN TEORI

Penguat Instrumentasi merupakan jenis penguat diferensial yang masukannya


diumpan oleh dua buah rangkaian op-amp pengikut tegangan. Karakterisitik dari
penguat instrumentasi adalah penguatan loop terbuka yang sangat tinggi,
Common-Mode-Rejection-Ratio (CMRR) yang sangat tinggi dan impedansi
masukan yang sangat tinggi. Dengan karakteristik tersebut penguat ini sangat baik
digunakan dalam pengukuran-pengkuran yang membutuhkan akurasi tinggi
seperti pada pengukuran sinya-sinyal fisiologis pada tubuh (Saputra, 2017: 51).
Penguat instrumentasi merupakan penguat yang terdiri atas tiga Op-Amp dan
tujuh buah tahanan. Rangkaian ini tersusun atas rangkaian penguat differensial
dan penguat penyangga, dimana pada rangkaian penguat instrumentasi dapat
digunakan untuk melakukan pengkondisian sinyal untuk sensor atau tranducer
yang memiliki dua keluaran. Keluaran dari penguat instrumentasi akan sebanding
dengan hasil selisih dari kedua masukan tersebut. Rangkaian penguat
instrumentasi dapat digunakan untuk melakukan pengkondisian sinyal yang
memiliki level tegangan yang kecil (Noviyanto, 2016: 166).
Penguat amplifier dari sebuah Op-Amp pada dasarnya terdiri dari: Penguat
Inverting, Penguat Non Inverting dan Penguat Buffer (penyangga). Gambar 1
merupakan rangkaian buffer, sedangkan hasil output gelombang-nya ditunjukkan
pada Gambar 2.
Gambar 1. Rangkaian Buffer

Gambar 2. Gelombang Output Rangkaian Buffer (Susetiyadi, 2016: 3-4).


Penguat diferensial merupakan suatu penguat yang dapat digunakan untuk
menguatkan suatu sensor atau tranducer yang memiliki dua keluaran. Keluaran
dari penguat diferensial ini sebanding dengan perbedaan tegangan dari kedua
masukannya. Rangkaian penguat diferensial ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Rangkaian Penguat Diferensial


Berdasarkan dari rangkaian pada Gambar 3, persaman yang dapat digunakan
untuk menghitung besar nilai penguatan dari rangkaian penguat diferensial adalah
sebagai berikut:
𝑅2
G= (1) (Noviyanto, 2016: 166).
𝑅1
Rangkaian penguat instrumentasi yang lazim digunakan adalah sebagai berikut :
Dengan menggabungkan rangkaian penguat diferensial dasar dan rangkaian
penguat penyangga maka akan diperoleh sebuah penguat diferensial yang
mempunyai impedensi masukan yang sangat besar dan nilai penguatannya dapat
diubah dengan mudah tanpa mempengaruhi kemampuannya dalam meminimalisir
sinyal mode common. Gabungan kedua rangkaian penguat ini sering disebut
sebagai penguat instrumentasi yang rangkaiannya seperti pada gambar 5.
Penguat instrumentasi terdiri dari dua masukan V+ dan V- melalui dua
komponen pengikut tegangan menuju ke sebuah differential amplifier. Masukan
terbagi lagi menjadi dua bagian yaitu common-mode-voltage VCM dan Tegangan
Differential VD. VCM didefenisikan sebagai rata-rata jumlah tegangan Vin+ dan
Vin-, sedangkan VD adalah selisih dari Vin+ dan Vin-. Penguatan rangkaian
dapat dihitung dengan persamaan berikut:
𝑅𝑓
Av = 1 + (2)
𝑅𝑔

Gambar 4. Pola sinyal Saccadic pada aktivitas membaca

Gambar 5. Skematik Penguat Instrumentasi (Saputra, 2017:51).


Jika pada rangkaian tersebut dipasang R5 = R2 dan R6 = R7, maka dapat diperoleh
penguatan diferensial sebesar :
𝑣𝑜 𝑅6
𝐴𝑣 = = (3)
𝑣2 − 𝑣1 𝑅2
Dengan menggunakan v2 = v1 dapat diperoleh penguatan modus bersama Av,CM
dan dapat mengetahui komponen mana saja yang berpengaruh pada CMRR.
Dalam kenyataannya tidak dapat membuat dua resistor yang tepat sama. Resistor
terbaik yang dapat diperoleh mempunyai toleransi terkecil 1%. Berdasarkan hal
tersebut maka dapat diperoleh :
𝑣𝑜 𝑅6
𝐴𝑣, 𝑐𝑚 = = (1 + ) (4)
𝑒𝑖, 𝑐𝑚 𝑅2
Rangkaian bagian lain adalah sebagai berikut :

Gambar 6. Penguat Rangkaian


Penguatan rangkaian tersebut adalah :
(𝑣2 − 𝑣1)
𝐴𝑝𝑞 = (R1 + R3 + R4 ) (5)
𝑅3
(𝑉𝑝𝑞) 𝑅1 + 𝑅3 + 𝑅4 𝑅1 + 𝑅4
𝐴𝑣 = = =1+ (6)
(𝑣2 − 𝑣1) 𝑅3 𝑅3
Akhirnya diperoleh penguatan secara keseluruhan sebagai berikut :
𝑅6 𝑅1+𝑅4
𝐴𝑣 = (1 + ) (7) (Sumarna, 2016: 3-4).
𝑅2 𝑅3
Berdasarkan Gambar 5, tinjauan arus dan tegangan rangkaian ditunjukkan
oleh persaman 8 hingga 14.

𝑣′1 − 𝑣1 𝑣1 − 𝑣2 𝑣2 − 𝑣′2
𝑖= = = (8)
𝑅2 𝑅1 𝑅2
𝑅2 𝑅2
𝑣′1 = (1 + ) 𝑣1 − 𝑣2 (9)
𝑅1 𝑅1
𝑅2 𝑅2
𝑣′2 = (1 + ) 𝑣2 − 𝑣1 (10)
𝑅1 𝑅1
2 𝑅2
𝑣𝑜 = (𝑣2 − 𝑣1) (1 + ) (11)
𝑅1
Penguatan deferensial rangkaian didapat dari persamaan 6 :
𝑣𝑜 2 𝑅2
𝐴𝑑 = = 1 + (12)
𝑣2 − 𝑣1 𝑅1
Penguatan common mode rangkaian didapat dari persamaan 7 :
𝑣𝑜 𝑅4 𝑅1 + 𝑅2 𝑅2
Acm = = − (13)
𝑣𝑐𝑚 𝑅3 + 𝑅4 𝑅1 𝑅1
Dari persamaan 6 dan 7 didapat rasio penolak noise common mode sebagaimana
persamaan 8.
𝐴𝑑
𝐶𝑀𝑅𝑅 = 20 𝑙𝑜𝑔 ( ) (14) (Saputra, 2017:51).
𝐴𝑐𝑚
BAB III
METODE PERCOBAAN

A. Identifikasi Variabel
1. Variabel Kontrol : Hambatan penguatan Rg (Ω), Tegangan Input 1 V1
(V), dan Frekuensi (Hz).
2. Variabel Manipulasi : Tegangan input 2 V2 (V)
3. Variabel Respon : Tegangan Output (V)
B. Definisi Operasional Variabel
1. Hambatan penguatan atau Rg adalah nilai hambatan yang digunakan
sebagai pengatur penguat instrumentasi pada rangkaian dengan satuan
ohm (Ω) dimana nilai hambatan penguatan yang digunakan pada
praktikum ini sebesar 3,2 kΩ atau 3200 Ω.
2. Tegangan input (volt) adalah perbedaan potensial listrik dalam suatu
rangkaian yang berasal dari tegangan sumber, dengan satuan volt (V).
Dimana pada praktikum ini terdapat dua tegangan input. Tegangan input
1 sebesar 50 mV dan tegangan input 2 sebesar 20 mV, 40 mV, 60 mV, 80
mV, dan 100 mV.
3. Frekuensi adalah jumlah getaran yang terjadi dalam waktu satu detik
pada tegangan input rangkaian dengan satuan hertz (Hz). Frekuensi yang
digunakan pada praktikum ini yaitu sebesar 50 Hz.
4. Tegangan output adalah beda potensial listrik antara dua titik pada
rangkaian atau tegangan yang diukur dengan menghubungkan tegangan
keluaran dengan channel C dan nilainya dapat dilihat pada layar
osiloskop, dengan satuan volt (V).
C. Alat dan Bahan
1. Software Electronic Workbench/MultiSim
D. Prosedur Kerja
1. Buat rangkaian seperti pada gambar dibawah dengan benar pada lembar
kerja (workspace) Software Multisim.

12V
VCC
7
5
1

U1 R2 R3
3
5kΩ 10kΩ
6
2 XSC2
V1 741
R1 12V
0.05Vpk
10kΩ VCC U3
G
4

50Hz VEE T

7
5
1
0° A B C D
-12V 3
6

Rg 2

3200Ω 741

4
VEE
V2 -12V
12V
0.1Vpk VCC R4
50Hz U2 10kΩ
7
5
1


3
R5 R6
6
2
741 5kΩ 10kΩ
4

VEE
-12V

2. Berikan tegangan input berupa sinya AC pada input 1 dengan nilai 50 mV


dan pada input 2 dengan nilai 20 mV dengan frekuensi 50 Hz.
3. Berikan tegangan DC pada V+ sebesar +12 volt dan V- sebesar -12 volt
untuk masing-masing Op-Amp.
4. Atur nilai hambatan Rg sesuai dengan yang telah ditentukan.
5. Hubungkan sinyal input dan output pada fitur osiloskop di software
Multisim.
6. Jalankan (Run) simulasi pada Multisim.
7. Catat (Screenshoot) citra yang ditampilkan pada osiloskop dan pastikan
kedua respon (input maupun output) terlihat jelas dengan fitur osiloskop
yang telah terkalibrasi dengan baik.
8. Ulangi langkah 3-4 untuk nilai tegangan input (V2) 20, 40, 60, 80, dan 100
mV dengan frekuensi 50 Hz.
E. Teknik Analisis Data
1. Cara Pengolaan Data Hasil Praktikum
a. Teori
Pada praktikum ini dilakukan untuk mencari nilai penguatan tegangan,
berdasarkan teori dengan menggunakan Hambatan R1, R2, R3 dan Hambatan
penguatan (Rg), maka digunakan persamaan sebagai berikut :
𝑅3 2𝑅1
𝐴𝑣 = ( ) (1 + )
𝑅2 𝑅𝑔
b. Simulasi
Pada praktikum ini dilakukan untuk mencari nilai penguatan tegangan,
berdasarkan simulasi dengan nilai tegangan output (Vout) yang diperoleh dari
simulasi, tegangan input 1 (V1), dan tegangan input 2 (V2), maka digunakan
persamaan sebagai berikut :
𝑉𝑜
𝐴𝑣 =
𝑉2 − 𝑉1

Analisis persen perbedaan penguat secara simulasi dan teori untuk masing-
masing data dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

𝐴𝑣 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝐴𝑣 𝑠𝑖𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
%𝐷𝑖𝑓𝑓 = ( ) 𝑥 100 %
𝐴𝑣 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Rg = 3,2 kΩ

Tabel Hasil Pengamatan

No V1 (mV)/50 Hz V2 (mV)/50 Hz Vo (mV) AV(Simulasi) AV(Teori)

1. 50 20 -433.358 14.445 14.5


2. 50 40 -144.755 14.475 14.5
3. 50 60 144.738 14.474 14.5
4. 50 80 434.488 14.483 14.5
5. 50 100 721.831 14.437 14.5

B. Analisis Data
a. Secara Teori

𝑅3 2𝑅1
𝐴𝑣 = ( ) (1 + )
𝑅2 𝑅𝑔

10 𝑘Ω 2(10 𝑘Ω)
𝐴𝑣 = ( ) 𝑥 (1 + )
5 𝑘Ω 3.2 𝑘Ω

𝐴𝑣 = (2) 𝑥 (1 + 6.25)

𝐴𝑣 = 14.5

b. Secara Simulasi/Praktikum
Untuk V2 = 20 mV

𝑉𝑜
𝐴𝑣 = (𝑉2−𝑉1)
− 433.358 𝑚𝑉
𝐴𝑣 = ( )
20 𝑚𝑉 − 50 𝑚𝑉

− 433.358 𝑚𝑉
𝐴𝑣 = ( )
− 30 𝑚𝑉

𝐴𝑣 = 14.445

Persen Perbedaan

𝐴𝑣 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝐴𝑣 𝑠𝑖𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
%𝐷𝑖𝑓𝑓 = ( ) 𝑥 100 %
𝐴𝑣 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎

14.5 − 14.445
= ( ) 𝑥 100 %
14.4725

0.055
= ( ) 𝑥 100 %
14.4725

= 0.38 %

Untuk V2 = 40 mV

𝑉𝑜
𝐴𝑣 = (𝑉2−𝑉1)

−144.755 𝑚𝑉
𝐴𝑣 = ( )
40 𝑚𝑉 − 50 𝑚𝑉

− 144.755 𝑚𝑉
𝐴𝑣 = ( )
− 10 𝑚𝑉

𝐴𝑣 = 14.475

Persen Perbedaan

𝐴𝑣 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝐴𝑣 𝑠𝑖𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
%𝐷𝑖𝑓𝑓 = ( ) 𝑥 100 %
𝐴𝑣 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎

14.5 − 14.475
= ( ) 𝑥 100 %
14.4875
0.025
= ( ) 𝑥 100 %
14.4875

= 0.17 %

Untuk V2 = 60 mV

𝑉𝑜
𝐴𝑣 = (𝑉2−𝑉1)

144.738 𝑚𝑉
𝐴𝑣 = ( )
60 𝑚𝑉 − 50 𝑚𝑉

144.738 𝑚𝑉
𝐴𝑣 = ( )
10 𝑚𝑉

𝐴𝑣 = 14.474

Persen Perbedaan

𝐴𝑣 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝐴𝑣 𝑠𝑖𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
%𝐷𝑖𝑓𝑓 = ( ) 𝑥 100 %
𝐴𝑣 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎

14.5 − 14.474
= ( ) 𝑥 100 %
14.487

0.026
= ( ) 𝑥 100 %
14.487

= 0.18 %

Untuk V2 = 80 mV

𝑉𝑜
𝐴𝑣 = (𝑉2−𝑉1)

434.488 𝑚𝑉
𝐴𝑣 = ( )
80 𝑚𝑉 − 50 𝑚𝑉

434.488 𝑚𝑉
𝐴𝑣 = ( )
30 𝑚𝑉

𝐴𝑣 = 14.483
Persen Perbedaan

𝐴𝑣 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝐴𝑣 𝑠𝑖𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
%𝐷𝑖𝑓𝑓 = ( ) 𝑥 100 %
𝐴𝑣 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎

14.5 − 14.483)
= ( ) 𝑥 100 %
14.4915

0.017
= ( ) 𝑥 100 %
14.4915

= 0.12 %

Untuk V2 = 100 mV

𝑉𝑜
𝐴𝑣 = (𝑉2−𝑉1)

721.831𝑚𝑉
𝐴𝑣 = ( )
100 𝑚𝑉 − 50 𝑚𝑉

721.831 𝑚𝑉
𝐴𝑣 = ( )
50 𝑚𝑉

𝐴𝑣 = 14.437

Persen Perbedaan

𝐴𝑣 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝐴𝑣 𝑠𝑖𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
%𝐷𝑖𝑓𝑓 = ( ) 𝑥 100 %
𝐴𝑣 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎

14.5 − 14.437)
= ( ) 𝑥 100 %
14.4685

0.063
= ( ) 𝑥 100 %
14.4685

= 0.43 %

C. Pembahasan

Tegangan masuk (V1 dan V2) dan tegangan keluaran (Vo) dihitung terhadap
jalur tanah. Sumber tegangan (Vcc) yang diperlukan oleh penguat ada dua macam,
yaitu sumber tegangan positif (+Vcc) dan sumber tegangan negatif (-Vcc). Hal ini
ditujukan agar penguat dapat memperkuat tegangan yang positif maupun negatif,
begitu juga pada bagian output-nya di mana tegangan dapat berharga positif
maupun negatif. Prinsip kerja penguat instrumentasi, yaitu dengan memperkuat
tegangan yang langsung berasal dari suatu sensor atau tranduser yang umumnya
sangat kecil. Besar penguatan dari penguat instrumentasi tergantung dari nilai
hambatan resistor.

Pada praktikum ini Rg yang digunakan sebesar 3,2 kΩ atau 3200 Ω. Dengan
nilai tegangan input V1 sebesar 50 mV dan V2 sebesar 20 mV, 40 mV, 60 mV, 80
mV dan 100 mV dengan frekuensi sebesar 50 Hz. Dengan nilai hambatan R1 yaitu
sebesar 10 kΩ, R2 yaitu sebesar 5 kΩ, dan R3 yaitu sebesar 10 kΩ.

Berdasarkan simulasi untuk data 1 dengan tegangan input V1 sebesar 50 mV


dan V2 sebesar 20 mV diperoleh nilai tegangan output Vout yaitu -433.358
𝑉0
sehingga dari persamaan 𝑨𝒗 = diperoleh nilai penguatan sebesar 14.445,
𝑉2−𝑉1

untuk data 2 dengan tegangan input V1 sebesar 50 mV dan V2 sebesar 40 mV


diperoleh nilai tegangan output Vout yaitu -144.755 sehingga dari persamaan 𝑨𝒗 =
𝑉0
diperoleh nilai penguatan sebesar 14.475, untuk data 3 dengan tegangan
𝑉2−𝑉1

input V1 sebesar 50 mV dan V2 sebesar 60 mV diperoleh nilai tegangan output


𝑉0
Vout yaitu 144.738 sehingga dari persamaan 𝑨𝒗 = 𝑉2−𝑉1 diperoleh nilai penguatan

sebesar 14.474, untuk data 4 dengan tegangan input V1 sebesar 50 mV dan V2


sebesar 80 mV diperoleh nilai tegangan output Vout yaitu 434.488 sehingga dari
𝑉0
persamaan 𝑨𝒗 = diperoleh nilai penguatan sebesar 14.483, Sedangkan
𝑉2−𝑉1

untuk data 5 dengan tegangan input V1 sebesar 50 mV dan V2 sebesar 100 mV


diperoleh nilai tegangan output Vout yaitu 721.831 sehingga dari persamaan 𝑨𝒗 =
𝑉0
diperoleh nilai penguatan sebesar 14.437, nilai penguatan yang diperoleh
𝑉2−𝑉1

dari simulasi/percobaan.

Berdasarkan teori, dimana nilai R1 yaitu sebesar 10 kΩ, R2 yaitu sebesar 5


kΩ, R3 yaitu sebesar 10 kΩ dan hambatan penguatan Rg yaitu sebesar 3,2 kΩ
𝑅3 2𝑅1
dari persamaan 𝑨𝒗 = (𝑅2 )(1+ 𝑅𝑔 ) diperoleh nilai penguatan secara teori yaitu

sebesar 14.5, sehingga nilai yang diperoleh dari hasil simulasi mendekati dengan
nilai yang diperoleh secara teori. Pada data 1 dan data 2 diperoleh bentuk
gelombang berlawanan fase dimana frekuensi gelombang-gelombangnya sama
dan mendekati 1800, serta memiliki puncak dan lembah. Pada salah satu
gelombangnya berada didepan atau dibelakang titik yang bersesuaian dari
gelombang lainnya. Sedangkan untuk data 3, data 4 dan data 5 diperoleh bentuk
gelombang sefase yang frekuensinya sama dan titik-titik yang bersesuaian atau
gelombang-gelombangnya datang disatu titik pada saat yang sama dan berada
pada tempat yang sama selama osilasi dimana semua gelombangnya berada
dipuncak.

Dalam praktikum ini untuk mendapatkan bentuk sinyal output dan sinyal
input seperti pada gambar bentuk gelombang dari simulasi, dimana dapat
digunakan osiloskop dengan input 1 (V1) osiloskop dihubungkan ke jalur input
penguat membalik fase dan input 2 (V2) osiloskop dihubungkan ke jalur output
penguat mebalik tersebut. Dengan alat ukur osiloskop yang terhubung seperti ini
dapat dianalisa perbandingan sinyal input dengan sinyal output rangkaian penguat
membalik atau secara lebih life dalam berbagai perubahan sinyal input. Bila
masukan membalik dihubungkan dengan ground, maka tegangan masukan akan
kecil, sehingga sudah dapat membuat penguat menjadi penuh. Sedangkan untuk
bentuk gelombang tak-fase yaitu dengan memberikan sinyal input berupa sinyal
AC (sinusoidal) dan mengukurnya menggunakan osiloskop, dimana sinyal input
diukur melalui chanel A osiloskop dan sinyal output diukur dengan chanel C
osiloskop. Sehingga diperoleh bentuk sinyal output dan sinyal input penguat tak-
membalik. Dari bentuk gelombang yang diperoleh sinyal input dan output terbukti
bahwa rangkaian penguat tak-membalik memiliki output yang tegangannya 2
(dua) kali lebih besar dari sinyal input dan memiliki fase yang sama dengan sinyal
input yang diberikan ke rangkaian penguat tak-membalik tersebut.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh nilai perbedaan


penguatan berdasarkan nilai secara teori dan simulasi untuk data 1 tegangan input
V1 50 mV dan V2 20 mV yaitu sebesar 0,38%. Untuk data 2 tegangan input V1 50
mV dan V2 40 mV yaitu sebesar 0,17%. Untuk data 3 tegangan input V1 50 mV
dan V2 60 mV yaitu sebesar 0,18%. Untuk data 4 tegangan input V1 50 mV dan
V2 80 mV yaitu sebesar 0,12%. Dan untuk data 5 tegangan input V1 50 mV dan
V2 100 mV yaitu sebesar 0,43%. Dimana nilai hambatan resistor yang digunakan
pada penguat instrumentasi sangat berpengaruh terhadap penguatan yang terjadi.
Dalam kondisi praktis nilai hambatan keluaran adalah antara beberapa ohm
hingga ratusan ohm pada kondisi tanpa umpan balik. Dengan diterapkannya
umpan balik, maka harga hambatan keluaran akan menurun hingga mendekati
kondisi ideal. Sedangkan untuk hambatan masukan semakin besar maka semakin
baik penguat tersebut dalam menguatkan sinyal. Dengan hambatan masukan yang
besar, maka sumber sinyal masukan tidak terbebani terlalu besar.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Prinsip kerja penguat instrumentasi adalah memperkuat tegangan yang
langsung berasal dari suatu sensor atau tranduser yang umumnya sangat
kecil. Penguat ini terdiri dari penguat diferensial dan penguat penyangga.
Besar penguatan dari penguat instrumentasi tergantung dari nilai hambatan
resistor. Dengan merubah nilai Rg, penguatan yang dihasilkan dapat diatur
sesuai kebutuhan.
2. Penguat instrumentasi dapat disusun dengan menggunakan Op-Amp. Mutu
penguatannya bergantung padamutu Op-Amp yang digunakan. Parameter
Op-Amp yang mempengaruhi mutu penguatan meliputi Offset masukan,
Impedansi masukan, drift tegangan keluaran, CMRR, PSRR (power supply
rejection ratio), dan sebagainya. CMRR dan ketepatan penguat
instrumentasi juga bergantung pada kepresisian dari komponen pasif yang
digunakan. Adapun gambar dari rangkaian penguat instrumentasi sebagai
berikut :
12V
VCC

7
5
1
U1 R2 R3
3
5kΩ 10kΩ
6
2 XSC2
V1 741
R1 12V
0.05Vpk
10kΩ VCC U3
G

4
50Hz VEE T

7
5
1
0° A B C D
-12V 3
6

Rg 2

3200Ω 741

4
VEE
V2 -12V
12V
0.1Vpk VCC R4
50Hz U2 10kΩ
7
5
1


3
R5 R6
6
2
741 5kΩ 10kΩ
4

VEE
-12V

Rangkaian penguat instrumentasi


3. Kestabilan komponen dalam rangkaian sangat berpengaruh terhadap suatu
hasil pengamatan. Rumus untuk menentukan penguatan dari penguat
instrumentasi secara teori adalah sebagai berikut:

𝑅3 2𝑅1
𝐴𝑣 = ( ) (1 + )
𝑅2 𝑅𝑔

Sedangkan untuk menentukan penguatan dari penguat instrumentasi secara


simulasi adalah sebagai berikut:

𝑉𝑜
𝐴𝑣 =
𝑉2 − 𝑉1
Sehingga diperoleh besar penguatan sebuah perangkat instrumen
berdasarkan teori sebesar 14,5.
B. Saran
1. Untuk mencegah terjadinya kesulitan diharapkan dapat memahami prinsip
kerja dari penguat instrumentasi serta mengetahui rangkaian yang akan
dilakukan pada praktikum ini, agar tidak terjadi kesalahan dalam
pengambilan data.
2. Diharapkan juga dapat mengetahui cara kerja perangkat simulasi, sehingga
rancangan simulasi yang dibuat tepat dan benar agar hasil dari
percobaannya sesuai atau mendekati teori.

DAFTAR PUSTAKA

Noviyanto, Antonius Hendro. 2017. Pengkondisi Sinyal dan Akuisisi Data Sensor
Tekanan: MPXM2053GS, MPX53DP, MPX2100DP, dan MPX2200DP.
Yogyakarta: Jurnal Penelitian. Volume 19, No.2. 164-172.
Sumarna. 2016. Penguat Instrumentasi. Yogyakarta:Lab-Elins Jurdik Fisika
FMIPA Universitas Syiah Kuala.
Saputra, Mansur dkk. 2017. Desain Pendeteksi Biolistrik Gerakan Mata Saccadic
Horizontal. Banda Aceh: Jurnal Penelitian. e-ISSN : 2252-7036 Vol.2
No.1. 50-55.
Susetiyadi dan Purwidi Asri. 2008. ELEKTRONIKA ANALOG. Surabaya:
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. 1-8.

Anda mungkin juga menyukai