Anda di halaman 1dari 124

SILABUS

NAMA MATA KULIAH : Bahasa Indonesia


KODE MATA KULIAH :
BOBOT SKS : 2 (dua) SKS
HARI PERTEMUAN : 05 Sept – 12 Des. 2012
DOSEN PENGAMPU : Pdt. Dwi Gatot Suprasetya,SE,SP,M.Th.

DESKRIPSI MATA KULIAH

Mata kuliah ini adalah mata kuliah praktis yang mengajarkan


peserta didik agar dapat mengidentifikasi suatu tulisan ilmiah dan mampu
membuat suatu karya ilmiah, yang berupa tulisan ilmiah.
Kuliah ini juga menanamkan wawasan dasar seorang
mahasiswa akan tanggung jawab keilmuan yang sudah dipelajari dengan
menularkan wawasan keilmuannya dalam bentuk tulisan. Usaha
mewujudkan hal tersebut diatas adalah dengan motivasi, yang diikuti
tugas-tugas praktek menulis tulisan ilmiah.

STANDAR KOMPETENSI

 Peserta didik mampu membuat proposal (makalah, paper, seminar,


tugas akhir dan penelitian),
 Peserta didik mampu membuat membuat laporan (makalah, paper,
seminar, tugas akhir maupun penelitian).

KOMPETENSI DASAR

1. Peserta didik mampu mengidentifikasi suatu tulisan ilmiah.


2. Peserta didik mampu mengidentifikasi berbagai ragam tulisan
ilmiah dan mampu membedakannya dengan yang non-ilmiah.
3. Peserta didik mampu mengidentifikasi penggunaan Firman Tuhan
dalam Alkitab dalam menulis tulisan ilmiah.
4. Peserta didik mampu mempresentasikan dengan baik dan benar
karya tulisan ilmiahnya.
5. Peserta didik mampu membuat makalah dan proposal skripsi
sesuai kaidah yang berlaku di STT El-Shadday.

1
2

STRATEGI PEMBELAJARAN

Pembelajaran ini bersifat seminar, ceramah, penyelidikan mandiri,


latihan,mengunjungi perpustakaan. Diskusi dengan pertanyaan efektif
menggunakan sumber daya cetakan, membandingkan dan
mengsintesiskan informasi, mengamati aktif, keuntungan dan kerugian.

TUGAS-TUGAS MATA KULIAH

1. Membaca Diktat Metode Menulis Makalah, dengan cara


mempersiapkan pelajaran sebelumnya,
2. Mengerjakan tugas-tugas analisa dan pembuatan tulisan ilmiah
secara mandiri,
3. Mengikuti kuis kecil,
4. Mengikuti Ujian Tengah Semester dan UAS

BUKU-BUKU TEKS

__________, Alkitab, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2000.

EVALUASI

Kehadiran & keaktifan : 10 %


Kuis Kecil & UTS : 30 %
Tugas-tugas : 40 %
UJIAN AKHIR SEMESTER : 20 %
3

BAB I
MENGENAL RAGAM TULISAN ILMIAH
A. Bentuk2 karangan ilmiah

1. Karya tulis: sifatnya umum, biasanya merupakan karya ilmiah populer


2. Paper: dibuat berdasarkan kajian pustaka
3. Makalah: dibuat untuk dipresentasikan dalam suatu seminar, pertemuan
ilmiah atau simposium/ lokakarya
4. Laporan: dibuat berdasarkan hasil penelitian/ pengamatan
5. Skripsi: merupakan hasil penelitian/hanya kajian pustaka (syarat jenjang
s-1)
6. Tesis: merupakan hasil penelitian (jenjang s-2)
7. Disertasi: untuk jenjang s-3/gelar keahlian tertinggi
8. Buku teks/text book: buku wajib yang dipakai dalam suatu mata kuliah
9. Diktat: tulisan dari dosen yang mengasuh suatu mata kuliah tertentu
10. Jurnal: berisi hasil-hasil penelitian, yang terbit berkala, dari bulanan
sampai dengan tahunan
11. Buletin: berisi karangan ilmiah, resensi buku-buku baru, berita acara
seminar/lokakarya/pertemuan ilmiah
12. Referat: karya tulis yang berisi pembahasan studi pustaka dan bukan hasil
penelitian

B. Tulisan ilmiah
Ada 2 yaitu:
1. Tulisan ilmiah populer
2. Tulisan ilmiah murni
 Tulisan ilmiah populer
a. Sasarannya masyarakat umum/awam
b. Kata2 nya sederhana, mudah diidentifikasi dan dipahami
c. Tidak memuat hipotesis
d. Isi dan judul harus informatif dan mudah ditangkap maksudnya
 Tulisan ilmiah populer murni
a. Fakta obyektif dan bisa dipertanggungjawabkan
b. Kata-kata-nya mudah dipahami dan diidentifikasi
4

c. Mengikuti aturan dan bahasa Indonesia yang benar


d Isi karangan singkat, jelas dan padat
e. Hindari kata2 asing, kecuali memang belum ada terjemahannya
f. Masalah yang diungkapkan harus jelas dan jangan banyak teori.

C. Sebagai jenjang s-1


1. Dapat berpikir secara analitik/ berpola pikir akademik
2. Dapat menyampaikan pendapat/ uraian ilmiah di muka umum/ forum
3. Dapat membuat suatu laporan ilmiah/tulisan ilmiah.

D. Rangkaian pekerjaan membuat suatu laporan

OBSERVASI
Kerja Lapangan

ANALISIS
Laboratorium

EVALUASI Penyusunan Draft

Tugas Akhir
LAPORAN

E.Tugas yang harus dilakukan


Bila seorang mendapat suatu Pekerjaan/tugas/proyek, hal2 yang harus dilakukan
1. Persiapan
a. Sebelum ke lapangan harus diketahui dahulu:
1) pencapaian daerah
2) medan/lokasi lapangan
3) iklim
4) kondisi geologi
a) studi pustaka
b) komunikasi dengan ahli daerah bersangkutan
b. Perlengkapan
1) Surat ijin
5

2) Korespondensi atau e-mail


3) Dana/Biaya
4) jadwal kerja/scedule
Dari suatu persiapan dan perencanaan yang matang, akan diperoleh hasil
yang memuaskan/mendekati sempurna.

2. Kerja lapangan/field work pemetaan meliputi:


1. Geografi
2. Struktur masyarakat
3. Lingkungan

3. Laporan akhir/final report


a. Bicara di muka forum
1. Seminar
2. Kolokium
b. Presentasi laporan akhir

Contoh:
1. Kita harus peka terhadap masalah yang timbul dari tugas yang kita hadapi
2. Kita wajib menyelesaikan masalah dengan metode yang ada
3. Masalah yang dihadapi harus dapat diatasi dan tidak boleh
ditunda/dihindari
4. Perlu latihan
Misal: ambil suatu kasus
Mengapa terjadi gempa di DIY tanggal 27 Mei 2006?
Mengapa terjadi musibah longsor di Kabupaten Karanganyar, Jawa
Tengah pada bulan Desember 2007 lalu?
Cara menyelesaikan masalah bagaimana?

F. Draf laporan
1. Materi
2. Redaksi
3. Format.
6

BAB II
Enam Kebiasaan yang
Mendukung Kegiatan Menulis

Seorang pelukis, tentunya terbiasa sekali bermain dengan kuas dan


cat lukis. Seorang programmer pastinya PC, laptop dan buku komputer sangat
familiar dengannya. Demikian pula dengan seorang penulis. Ada beberapa
kebiasaan yang secara umum sering dilakukan oleh orang yang suka dan terbiasa
menulis. Diantaranya adalah :

1. Membaca.
Lawannya menulis adalah membaca. Membiasakan diri membaca, entah
itu buku, dari internet dan lain-lain, maka dipastikan bisa menulis. Terlepas
dari gaya dan bahasa, tentunya akan memiliki banyak ide dan gagasan yang
sebenarnya itu tersimpan di memory kita saat kita melakukan
kegiatan membaca. Setiap hal yg tersimpan di memory kita akan
menjadi energi pendukung dari kegiatan menulis kita. Semakin
sering membaca juga semakin meningkatkan rasa percaya diri kita
untuk menulis.
2. Berdiskusi dengan teman atau orang lain.
Biasanya saat diskusi dengan teman atau orang lain,
kemampuan pikiran kita untuk menganalisa dan berpendapat akan mengalir
dengan baik. Ini terjadi karena adanya komunikasi dua arah dengan lawan
diskusi kita. Semakin sering kita mendapatkan masukan atau sanggahan,
semakin terasah pula kemampuan berpikir dan kesanggupan untuk memahami
pendapat lain. Dari kebiasaan berdiskusi memberi semacam kelincahan dalam
memberikan sudut pandangan di setiap tulisan kita.

3. Mengikuti Seminar.
7

Mengikuti sebuah seminar, pastinya ada ilmu yang kita peroleh. Dari
topik seminar sebenarnya kita sudah bisa langsung menuangkan ide atau
gagasan atau juga sekedar mereview ulang dari tema seminar tersebut. Seminar
memberikan wawasan baru kepada kita. Dan biasanya sebuah seminar sudah
dipersiapkan dengan matang dari mulai pemilihan tema, referensi tema sampai
dengan kesimpulan akhir. Ini merupakan ‘library’ yang berharga untuk
menambah wawasan menulis kita.

4. Mengamati Peristiwa.

Setiap hari pastinya banyak kejadian dan peristiwa yang kita alami.
Sedikit saja kita coba untuk lebih detail dan menerung sejenak dari peristiwa
yang kita lihat atau alami. Mengamati berarti ‘mencerna’ dengan pikiran,
bukan hanya melihat lalu melupakannya. Sedikit fokus dan berpikir, itu
berdampak terhadap kemampuan kita untuk mengembangkannya dalam bentuk
tulisan yang jelas dan mendalam. Apapun peritiwanya, kalau memang kita
mengalami atau melihat sendiri, mendokumentasikannya dalam bentuk tulisan
akan lebih mudah. Itu pasti.

5. Berimajinasi.

Setiap orang pasti pernah berimajinasi. Tapi tidak semua orang


mendokumentasikan imajinasinya Buat seorang penulis fiksi, kegiatan
berimajinasi mutlak harus dilakukan. Tapi bukan berarti seorang penulis
ilmiah atau non fiksi harus mengabaikan kebiasaan yang satu ini. Berimajinasi
adalah kegiatan yang menyenangkan, karena pastinya kita sebagai ’sutradara’
bisa sesuka hati membuat ’skenario’. Dan jangan lupa, berimajinasi lalu ditulis.

6. Blogging.

Di dalam aktivitas blogging pastinya kita menulis, diskusi dan berimajinasi.


Menulis ? sudah pasti, tidak mungkin tidak ada tulisan.Diskusi ? selalu ada
ruang untuk diskusi, terutama kalau kita posting tema yang menarik atau
menimbulkan kontroversi.Berimajinasi ? minimal kita penasaran, mereka-reka
seperti apa sih sang pemilik blog yang kita kunjungi.

Itulah beberapa kebiasaan yang kiranya bisa memberi dukungan kita dalam
kegiatan menulis.
8

BAB III
TAHAPAN MENULIS
KARYA ILMIAH
A. Bagian awal
Halaman Judul :
Sebuah judul pada dasarnya meng-gambarkan kelengkapan
menganalisis, jangkauan wilayah, domain penelitian, waktu dan metode yang
dipakai serta kesimpulan yang didapat.

Syarat judul karangan :

(1) Tepat artinya segala isi yang terkandung di dalam karangan itu dapat
terlihat dari judul tersebut.
(2) Ekonomis maksudnya judul sebaiknya sependek mungkin tanpa
mengurangi arti atau isi atau luas lingkungan yang tercakup di dalam
karangan.
(3) Langsung maksudnya judul karangan tidak perlu berbelit-belit dan dibuat-
buat supaya tampak ilmiah.
(4) Jelas maksudnya bahasa, kalimat dan kata-kata yang dipergunakan di dalam
judul karangan hendaknya bahasa, kalimat dan kata-kata yang dapat
dimengerti dan dapat dihindari kalimat-kalimat atau kata-kata yang kabur
atau ambivalen. Istilah-istilah yang terdapat di dalam judul itu haruslah
tepat dan dapat dipertanggungjawabkan oleh pengarang.
(5) Sederhana
(6) Baru
9

(7) Logis artinya judul karangan itu benar dari segi ilmiah, dan beralasan
menurut logika.

Judul ditulis juga dalam Halaman pengesahan

Kata Pengantar :

Berisi tentang ucapan puji syukur, rasa terimakasih penulis kepada


siapapun yang terlibat atau yang membantu dalam penulisan karya ilmiah
penulis tersebut.

Daftar Isi :

Maksud penyusunan daftar isi terutama untuk memudahkan pembaca


(dan pengarang) untuk mengetahui klasifikasi dan keseluruhan isi karangan.

Daftar Tabel, Bagan, Foto, Gambar :

Maksud utama penyusunan statistik adalah untuk memudahkan


pandangan sehingga sekaligus dapat menggambarkan keseluruhan peristiwa.
Di samping itu untuk memudahkan interpretasi dan analisa.

B. Bagian isi
Bab I Pendahuluan
Paparan tentang apa yang menjadi masalah dengan latar belakangnya
1. Latar belakang : diskripsi masalah, data awal yang mendukung adanya
masalah dan akar timbulnya masalah. Mengapa dan apa yang mendorong
peneliti memilih topik penelitian ini.
2. Rumuskan masalah secara jelas, singkat, termasuk konsep-konsep yang
digunakan, masalah dibatasi, bagian mana yang digarap, mengapa bagian
itu yang diambil, dan gambarkan pentingnya masalah: sumbangannya
terhadap perkembangan ilmu, kegunaan praktis (bila ada), hubungan
dengan penelitian lain Kegunaan yang lebih umum.
3. Tujuan penelitian
4. Manfaat penelitian

Bab II Landasan teori

Paparan tentang kerangka acuan atau objek yang sudah digunakan


dalam memecahkan masalah. Gambarkan konsep-konsep yang digunakan,
pendekatan yang digunakan, gambarkan teori-teori yang pernah ada yang
berkaitan dengan masalah yang digarap, mengemukakan asumsi-asumsi dasar
10

sebagai landasan berpikir, dan kemukakan hipotesis bila ada. Umumnya


dikemukakan dalam bagian kerangka teoritis atau landasan teori atau teori.

Bab III Metode penelitian

Paparan mengenai apa yang dilakukan dalam suatu penelitian


(langkah-langkah) yang dilakukan sebelum melakukan suatu penelitian dan
dikemas dalam bagian metode penelitian.

Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan

Jawaban terhadap pertanyaan apa yang dikemukakan umumnya


dikemukakan dalam bagian temuan atau hasil. Hasil-hasil penelitian harus
mampu berfungsi sebagai alat pembuktian.

Bab V kesimpulan dan saran

Kesimpulan, sebagai pernyataan singkat yang mengungkapkan hasil


penyelidikan secara menyeluruh. Saran, sebagai pernyataan yang bertujuan
untuk penyempurnaan hasil akhir penyelidikan.

Kesimpulan memuat hasil sesuai dengan tujuan penelitian, penulis


harus dapat menjelaskan kepentingan akan temuannya, bukan merupakan
pengulangan yang telah dibahas pada bagian pembahasan, harus
menceritakan pada pembaca mengapa temuan ini penting, dan bagaimana
temuan ini berkontribusikan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta penelitian apa yang harus dilakukan kemudian.

bab vi abstrak

Abstrak adalah suatu bagian uraian yang sangat singkat, jarang lebih
panjang dari enam atau delapan baris, bertujuan untuk menerangkan kepada
pembaca-pembaca aspek-aspek mana yang tercakup dalam sebuah uraian
tanpa berusaha mengatakan apa yang dibicarakan mengenai aspek-aspek itu.

bab vii referensi : kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka

Kutipan. Pembuatan skripsi dan karya ilmiah mengharuskan para


penulis mencari sumber informasi ilmiah yang diperlukan untuk penulisan
tersebut. Pengetahuan ilmiah yang dikutip dari seseorang dipergunakan untuk
berbagai tujuan sesuai dengan argumentasi yang diajukan, misalnya untuk
mendukung pernyataan penulis atau mendefinisikan sesuatu. Kutipan-kutipan
tersebut dapat berbentuk “kutipan langsung” atau “kutipan tidak langsung”.
Kutipan langsung yang pendek dimasukkan dalam teks atau tubuh skripsi
dengan menggunakan tanda kutip.
Catatan kaki atau notasi ilmiah cukup penting untuk diperhatikan
dalam menulis karya ilmiah. Notasi ilmiah adalah catatan pendek untuk
mengetahui sumber informasi ilmiah yang dikutip dalam suatu karya ilmiah.
11

Karena catatan tersebut diletakkan di bagian bawah halaman maka sering


disebut catatan kaki atau footnote. Catatan kaki tidak hanya digunakan untuk
mengetahui dan mendalami sumber informasi tetapi juga untuk memberikan
catatan tambahan tentang suatu informasi dalam penulisan ilmiah tanpa
mengganggu keseluruhan penulisan tersebut. catatan kaki mencakup: (1)
nama penulis, (2) judul tulisan, (3) tempat penerbitan, (4) nama penerbit,
(5) tahun penerbitan, (6) halaman yang dikutip.
Daftar pustaka dapat berupa buku, jurnal, majalah, media masa, kertas
kerja, ensiklopedi, internet, dan bahan penerbitan lain (termasuk komunikasi
pribadi). Fungsi daftar pustaka:
(a) Sebagai alat untuk melihat kembali sumber asli oleh ilmuwan lain,
sehingga ilmuwan lain dapat melihat benar atau tidaknya pengutipan
pernyataan di dalam bahan pustaka yang digunakan atau bahkan dapat
digunakan sebagai alat untuk melihat perkembangan ilmu.
(b) Untuk mengetahui lebih jauh tentang sumber acuan yang terdapat dalam
sebuah catatan kaki.
(c) Untuk melihat cakupan keilmuan seluruh isi tulisan ilmiah sebagai
indikator mutu isinya, dengan catatan bahwa semakin terspesialisasi
bahan pustaka yang digunakan maka semakin tinggi nilai tulisan ilmiah.
(d) Untuk mengetahui dampak ilmiah dari tulisan ilmiah.

Tata aturan penulisan daftar pustaka:


(a) Penulisan daftar pustaka disusun secara alfabetis, dari A -Z, dengan
patokan pada huruf pertama dari nama keluarga atau marga
penulis.
(b) Penulisan nama orang Indonesia yang lebih dari satu kata, adalah
kata kedua dianggap sebagai nama keluarga dengan disertai
tanda-baca koma (,) diikuti singkatan kata pertama dan diakhiri
dengan tanda titik (.). (Catatan: apabila suatu bahan pustaka
tidak terinformasi penulisnya, maka nama penulis tidak boleh
ditulis dengan Anonim).
(c) Setelah nama pengarang, berikutnya ditulis tahun penerbitan bahan
pustaka dan diakhiri dengan tanda titik.
(d) Setelah tahun terbit bahan pustaka, berikutnya ditulis judul bahan
pustaka yang diketik miring diakhiri dengan tanda titik (.).
(e) Setelah nama bahan pustaka, selanjutnya ditulis
(1) nama penerbit untuk bahan pustaka berupa buku, dan
(2) nama jurnal beserta volume, nomor, tahun terbit, dan halaman
bahan pustaka yang dibaca untuk artikel ilmiah yang
diterbitkan dalam bentuk jurnal.
(f) Bagian terakhir adalah nama kota dari alamat penerbit untuk bahan
pustaka berupa buku.
(g) Apabila nama penulis dari bahan pustaka yang dirujuk lebih dari
satu, maka penulis ke-2 dan ke-3 urutan kata namanya tetap
12

seperti nama aslinya hanya kata pertama dan/atau kedua


disingkat.

BAB IV
KOMPONEN KARYA ILMIAH

Karya ilmiah terbagi atas tiga bagian


A. Bagian Awal (Pelengkap Pendahuluan/Awal)
B. Bagian Isi/Tubuh Karangan (Merupakan Inti)
C. Bagian Akhir (Pelengkap Akhir)
• Bagian Pelengkap Awal
- Halaman Judul
- Kata Pengantar/Prakata
- Sari (Abstrak)
13

- Daftar Isi
- Daftar Tabel
- Daftar Gambar
- Daftar Lampiran
Makalah/Laporan Teknik
• Bagian Isi/Tubuh Karangan àInti
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Ruang Lingkup Kajian
1.5 Sumber Data
1.6 Metode Penelitian
1.7 Sistematika Penulisan/Penyajian
Bab II Deskripsi Masalah ( Data Menurut Literatur & Survei)
Bab III Pembahasan /Komentar Penulis Atas
Data Yang Diperoleh/Pembahasan
Masalah Menurut Pemikiran Penulis
Bab IV Kesimpulan Dan Saran
Laporan Penelitian
Bagian Isi/Tubuh Karangan à Inti
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang & Rumusan Masalah
1.2 Tujuan Penelitian
1.3 Ruang Lingkup Kajian
1.4 Hipotesis Dan Postulat
1.5 Sumber Data/Cara Memperoleh Data
1.6 Metode Penelitian
1.7 Sistematika Penulisan/Penyajian
Bab II Tinjauan Pustaka (Penjabaran Postulat)
Bab III Pelaksanaan Hasil Penelitian Pembuktian Hipotesis)
Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian
Bab V Keseimpulan Dan Saran
Bagian Pelengkap Akhir
14

A. Daftar Pustaka
B. Lampiran (Apendiks)
c. INDEKS
d. RIWAYAT HIDUP

BAB V
Kesalahan Yang Sering Terjadi
Pada Penulisan Ilmiah
Kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan dalam penulisan karya ilmiah
mahasiswa antara lain:
1. Salah mengerti audience atau pembaca tulisannya,
2. Salah dalam menyusun struktur pelaporan,
3. Salah dalam cara mengutip pendapat orang lain sehingga berkesan
menjiplak (plagiat),
4. Salah dalam menuliskan bagian Kesimpulan,
15

5. Penggunaan Bahasa Indonesia (akan dibahas secara khusus) yang


belum
baik dan benar,
6. Tata cara penulisan “Daftar Pustaka” yang kurang tepat (tidak standar
dan berkesan seenaknya sendiri),
7. Tidak konsisten dalam format tampilan (font yang berubah-ubah,
margin
yang berubah-ubah).

Hal yang sering terjadi adalah mahasiswa seringkali tidak mau


melaporkan kegagalan atau kesalahan yang telah dilakukannya. Padahal,
kegagalan ini perlu dicatat agar hal itu tidak dilakukan oleh orang lain (yang akan
meneruskan penelitian tersebut). Kegagalan bukan sebuah aib! Seorang peneliti
pasti mengalami kegagalan. Jadi laporkanlah kegagalan tersebut dan analisa atau
dugaan anda mengapa hal tersebut bisa
terjadi. Bayangkan skripsi yang dibuat sebagai peta di hutan belantara. Apabila
diberikan
tanda bagian yang merupakan jalan buntu, jurang, atau sulit dilalui, maka
“Penjelajah” berikutnya dapat lebih berhati-hati jika melalui jalan tersebut.

A. Mengantisipasi Pembaca Tulisan

Hal yang sering terlupakan oleh mahasiswa adalah audience atau


pembaca
dari tulisannya. Strategi penulisan akan berbeda jika yang membaca adalah
orang yang mengerti teknis (dosen, insinyur, teknisi) dan orang yang kurang
mengerti teknis (umum). Thesis atau laporan tugas akhir ditujukan kepada
orang yang mengerti teknis. Untuk itu isi dari laporan biasanya lebih
teknis.Bahasa yang digunakan untuk menjelaskan harus pas. Jika anda
mengganggap bahwa pembaca seorang yang bodoh, maka pembaca akan
merasa terhina (insulted). Coba pikirkan penjelasan kalimat di bawah ini.

Di satu sisi yang lain, ada juga mahasiswa yang menulis dengan
sangat kompleks sehingga justru sulit dimengerti. Mungkin dalam pikirannya
adalah ilmu dan teknologi itu secara prinsip harus sulit, sehingga penjelasannya
pun harus sulit dimengerti. Penulis yang baik adalah penulis yang dapat
menjelaskan sesuatu yang sulit dengan cara yang sederhana sehingga mudah
dimengerti. Tentunya hal ini dilakukan dengan tanpa merendahkan intelektual
pembaca.
B. Kesalahan Struktur
Beberapa kesalahan yang sesekali muncul, seperti:
16

1. Tidak ada daftar isi, daftar gambar, dan daftar tabel, bagian pendahuluan
dan teori-teori pendukung terlalu banyak ditampilkan sehingga
mendominasi buku laporan / thesis.
Mis: ada sebuah laporan tugas akhir dimana bagian utamanya (bagian
analisa dan kesimpulan) hanya 10 halaman, sementara bagian
pendahuluan dan teori mencapai 90 halaman. Porsi seperti ini tidak
seimbang. Sebaiknya kurangi bagian teori pendukung dan arahkan
pembaca untuk membaca buku referensi saja.
2. Penulisan Bagian Abstrak. Abstrak merupakan rangkuman dari isi tulisan
dalam format yang sangat singkat. Untuk makalah, biasanya abstrak itu
hanya terdiri dari satu atau dua paragraf saja. Sementara itu untuk thesis
dan tugas akhir, abstrak biasanya dibatasi satu halaman. Untuk itu isi dari
abstrak tidak perlu “berbunga-bunga” dan berpanjang lebar, cukup
langsung kepada intinya saja. Memang kesulitan yang dihadapi adalah
bagaimana merangkumkan semua cerita dalam satu halaman. Justru itu
tantangannya.
Ada juga tulisan ilmiah yang membutuhkan extended abstract. Kalau
yang ini merupakan abstrak yang lebih panjang, yang biasanya disertai
dengan data-data yang lebih mendukung. Biasanya extended abstract ini
dibutuhkan ketika kita mengirimkan makalah untuk seminar atau
konferensi.
3. Penulisan Bagian Kesimpulan. Salah satu bagian yang menjadi favorit saya
dalam menilai sebuah thesis atau laporan tugas akhir adalah bagian
Kesimpulan. Kesalahan pada bagian ini sangat mudah dicermati. Seringkali
mahasiswa menuliskan kesimpulan yang sebetulnya bukan hasil dari
penelitian yang dilakukannya. Atau kesimpulan yang dituliskannya tersebut
tidak dibuktikan dalam penelitiannya. Tiba-tiba muncul pernyataan pada
bagian kesimpulan. Atau, kesimpulannya sebetulnya merupakan common
sense, atau pengetahuan yang sudah diketahui secara umum. Sebagai
contoh, apa yang salah dari kesimpulan berikut.

Program (software) ini berjalan lebih cepat pada komputer Pentium


IV dengan kecepatan 1 GHz, dibandingkan jika dia dijalankan
di komputer Pentium II dengan kecepatan 233 MHz.

Kesimpulan seharusnya merupakan hasil penelitian anda. Dengan kata lain,


jika tidak ada penelitian yang anda lakukan maka kesimpulan tersebut tidak
dapat ditarik.

BAB VI
Penggunaan Bahasa Indonesia
17

Pelajaran Bahasa Indonesia sebenarnya sudah diajarkan sejak dari


Sekolah Dasar (SD) sampai ke perguruan tinggi. Namun herannya kualitas tulisan
mahasiswa seringkali sangat menyedihkan. Dimana salahnya?
Beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam penulisan thesis atau
tugas akhir, antara lain dapat dilihat pada list di bawah ini.

1. Membuat kalimat yang panjang sekali sehinggai tidak jelas mana subjek
dan predikat. Biasanya kesalahan ini muncul dengan menggunakan kata
“yang” berulang kali.
2. Menggunakan bahasa yang “berbunga-bunga” dan tidak langsung tothe
point. Pembaca akan lelah membacanya. Mengapa penulis tidak hemat
dengan kata-katanya?
3. Membuat kalimat yang tidak ada subjeknya.
4. Kurang tepat dalam menggunakan tanda baca. Misalnya, ada tanda baca
titik (atau koma) yang lepas sendirian pada satu baris. (Hal ini disebabkan
karena tanda titik tersebut tidak menempel pada sebuah kata.).
5. Salah dalam cara menuliskan istilah asing atau dalam cara mengadopsi
istilah asing.
6. Mencampur-adukkan istilah asing dan bahasa Indonesia sehingga
membingungkan.
7. Menuliskan dalam kalimat yang membingungkan (biasanya dalam
journaljournal). Apakah tujuannya adalah mempersulit para reviewer
makalah sehingga makalahnya diloloskan?

Selain kesalahan tersebut di atas, ada lagi penggunakan bahasa yang


kurang sesuai . Mungkin hal ini tidak salah, tapi terasa kurang “pas” dalam
membacanya.
Contoh :menggunakan kata-kata “Sebagaimana yang kita ketahui
bersama, ...”. Jika sudah diketahui bersama, mengapa perlu
dieksplorasi berpanjang lebar?

1. Bahasa Indonesia dan Istilah Teknis

Ada pendapat bahwa Bahasa Indonesia kurang cocok untuk digunakan


dalam penulisan ilmiah karena banyaknya istilah teknis yang tidak ada padan
katanya di dalam Bahasa Indonesia. Mungkin ini ada benarnya. Namun
harusnya tidak hanya Bahasa Indonesia saja yang memiliki masalah, karena
bahasa lainpun memiliki masalah yang sama. Kita tidak dapat menyerah
untuk tidak menuliskan karya ilmiah dalam Bahasa Indonesia. Tentunya hal
ini dilakukan dengan tidak memaksakan kehendak dengan menggunakan
istilah-istilah yang dipaksakan di-Indonesiakan. (Bagian lain akan membahas
tentang penulisan istilah asing.)

2. Menuliskan istilah asing

Dokumen teknis biasanya penuh dengan istilah-istilah. Apalagi di


dunia Teknik Elektro dimana komputer, telekomunikasi, dan Internet sudah
ada dimana-mana, istilah komputer sangat banyak. Masalahnya adalah
18

apakah kita terjemahkan istilah tersebut? atau kita biarkan? atau kombinasi?
Ada juga istilah asing yang sebenarnya ada padan katanya di dalam Bahasa
Indonesia. Namun mahasiswa sering menggunakan kata asing tersebut dan
meng-Indonesia-kannya.
Contoh kata yang sering digunakan adalah kata “existing” yang
diterjemahkan menjadi “eksisting”. Menurut saya, penggunaan kata
“eksisting” ini kurang tepat.

Kurang etis bilamana suka memaksakan kata-kata Bahasa Indonesia


yang sulit dimengerti. Ada beberapa kata yang terasa janggal dan bahkan
membingungkan bagi para pembaca. Kata-kata tersebut antara lain: tunak,
mangkus, sangkil. Tahukah anda makna kata tersebut? Apa padan katanya
dalam bahasa Inggris? Mengapa tidak menggunakan kata dalam bahasa
Inggrisnya saja? Penerjemahan yang memaksakan kehendak ini membuat
banyak dosen dan mahasiswa lebih suka menggunakan buku teks dalam
bahasa Inggris.
Istilah asing atau teknis yang tidak dapat diterjemahkan (atau akan
menyulitkan pembahasan jika diterjemahkan) dapat ditulis dalam bahasa
aslinya dengan menggunakan italics.
19

BAB VI
Mengutip dan Menuliskan
Daftar Pustaka
Kesalahan yang paling sering terjadi dalam pembuatan karya tulis
ilmiah adalah dalam mengutip dan menuliskan daftar pustaka. Seringkali
mahasiswa tidak mau belajar dan tidak mau mencari tahu mengapa daftar pustaka
ditulis sedemikian rupa. Mereka lebih sering mencontoh dari thesis atau tugas
akhir sebelumnya tanpa mengetahui aturan sesungguhnya.

1. Mengutip

Seringkali penulis malu-malu dalam menuliskan sumber


referensinya. Ada anggapan bahwa semua yang dikerjakannya harus kelihatan
orisinal. Padahal mengutip karya orang lain bukanlah sebuah kegiatan yang
rendah, bahkan dia menunjukkan bahwa sang penulis sudah mengerjakan
“pekerjaan rumahnya”. Jadi jangan ragu-ragu dalam memberikan sumber
rujukan. Salah mengutip dapat berakibat fatal karena pembaca akan
menyangka bahwa pernyataan tersebut merupakan pernyataan penulis atau
hasil karya penulis sendiri. Hal ini dapat dianggap sebagai kegiatan plagiat,
atau menyontek kelas kakap. Akibat dari plagiat bisa bermacam-macam:

1. dikucilkan dari lingkungan akademis,


2. diberikan sangsi akademis,
3. dipecat dari perguruan tinggi.

Pengalaman mengevaluasi sebuah laporan tugas akhir dimana satu


bab persis sama dengan satu bab dari tugas akhir orang lain. Ini sama dengan
mencuri dengan jejak yang sangat jelas. Setiap orang yang membaca kedua
tugas akhir tersebut akan dengan jelas melihat persamaannya.
Mengutip yang baik biasanya menggunakan paraphrase, yaitu
menuliskan kembali apa yang dinyatakan oleh sumber rujukan dalam bahasa
kita. Jika hal ini tidak dapat dilakukan, misalnya kata-kata yang dikutip
memang sudah sangat baik (atau sudah sangat populer), maka tuliskan apa
adanya dengan menggunakan tanda kutip. Menuliskan sumber referensi dalam
tulisan dapat dilakukan dengan bermacam cara sesuai dengan standar yang
digunakan. Di setiap bidang keilmuan ada journal yang menjadi acuan dalam
penulisan.
Hal yang sering terlupakan juga adalah menuliskan sumber rujukan
dari gambar atau tabel yang diperoleh dari sumber lain. Adanya perangkat
scanner memudahkan kita untuk mengambil gambar dari buku, makalah, atau
sumber referensi lain. Jangan lupa untuk mencantumkan sumbernya. Juga
jangan lupa jaga kualitas dari gambar yang digunakan. Seringkali didapati
gambar yang hampir tidak dapat terbaca.
20

Penulisan “Referensi” dapat dilakukan dengan menggunakan


angka, atau singkatan nama penulis (sesuai dengan aturan tertentu). Tujuan
penulisan referensi ini agar pembaca yang ingin mengetahui lebih banyak dapat
mencari referensi ini di bagian “Daftar Pustaka” atau “Referensi” yang
biasanya terdapat di bagian akhir dari tulisan..
2. Menuliskan Daftar Pustaka

Daftar pustaka berisi daftar sumber rujukan yang digunakan dalam


penulisan karya ilmiah anda. Untuk itu perhatikan hal ini dalam menuliskan
daftar:

1. http://www.ieee.org
2. http://www.ece.uiuc.edu/pubs/ref guides/ieee.html
3. http://www.acm.org

Seringkali ada mahasiswa yang menuliskan referensi yang tidak


digunakan (tidak ada rujukan kepada referensi ini) di dalam tulisan. Mungkin
dia melakukannya untuk menunjukkan (pamer?) bahwa dia telah membaca
buku tersebut?. Atau penambahan daftar pustaka ini untuk menggemukkan
(menebalkan) buku thesisnya? Jangan lakukan hal ini. Tuliskan apa adanya.
Jika anda tidak menggunakan buku tersebut, jangan tambahkan di daftar
pustaka.
Sumber rujukan sebaiknya ditulis dalam format yang baik dan rinci
sehingga
pembaca yang akan mencari sumber rujukan tersebut dapat mencarinya dengan
mudah. Standar penulisan bergantung kepada journal atau media yang akan
menerbitkan tulisan tersebut. Sebagai contoh, ada standar yang menuliskan
judul buku dalam format italics (miring). Sementara itu ada juga journal lain
yang tidak mengharuskan demikian. Untuk itu cek dengan standar yang ada di
tempat lokal.
Untuk thesis atau laporan tugas akhir, cek dengan perguruan tinggi
lokal. Sumber rujukan dituliskan secara berurut. Urutan dapat ditentukan oleh
beberapa hal. Ada journal yang mengurutkan sumber rujukan berdasarkan
urutan munculnya referensi tersebut dalam kutipan di tulisan. Ada juga yang
mengurutkan berdasarkan nama penulis dari sumber referensi. Perlu diingat
bahwa biasanya di dunia internasional, pengurutan nama ini menggunakan
nama belakang (last name, family name).
21

BAB VII
Mempresentasikan
Karya Ilmiah
Apa yang menyebabkan presentasi saya dianggap baik dan menarik? Ini yang
akan di bahas pada bab ini.

1. Hal-hal yang perlu diperhatikan

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika kita memberikan presentasi,
antara lain:
a) Audience,
b) lamanya waktu presentasi.

Pengetahuan tentang audience dari presentasi sangat penting.


Presentasi di depan orang yang mengerti teknis (misalnya dalam sidang thesis
atau tugas akhir) berbeda dengan presentasi di depan manager eksekutif atau
masyarakat umum yang tidak suka detail. Orang yang mengerti teknis akan
merasa kesal apabila penjelasan kita terlalu bertele-tele kepada hal-hal yang
tidak esensial dan bahkan berkesan menggurui. Sementara manager eksekutif
akan bosan dan bingung jika kita menggunakan istilah teknis (dan memberikan
rumus matematik yang njlimet).
Menurut saya, yang paling sukar adalah memberikan presentasi di
depan audience yang memiliki latar belakang berbeda. Bagi yang sudah
mengerti, presentasi akan menjadi membosankan. Hal ini terjadi jika kita
memberikan seminar untuk umum. Ini merupakan topik khusus tersendiri.
Penguasaan akan waktu merupakan hal yang penting!. Banyak
pembicara yang bagus yang tidak dapat mengendalikan waktunya, biasanya
molor, sehingga memberi dampak negatif. Dampak negatif ini terasa kepada
audience, pembicara lain, penguji, dan panitia (jika ini terjadi dalam sebuah
seminar). Usahakan tepat waktu! Justru kepandaian seorang pembicara adalah
menepatkan diri dengan waktu yang diberikan. Kemampuan menjelaskan
sesuatu dalam waktu yang singkat merupakan bukti kepandaian dan
22

penguasaan materi oleh presenter tersebut. Hal ini akan saya bahas kembali
pada bagian pelaksanaan presentasi.
Pembahasan selanjutnya akan saya bagi menjadi dua bagian, yaitu
bagian persiapan dan bagian pelaksanaan presentasi.

2. Mempersiapkan presentasi

Persiapan sebelum melakukan presentasi merupakan sebuah aktivitas


yang esensial. Seperti halnya pertandingan olah raga, perlu dipersiapkan
strategi untuk memenangkan pertandingan. Sebuah tim sepak bola, misalnya,
tidak akan turun ke lapangan tanpa membuat persiapan strategi yang akan
dilakukan. Audience akan dapat menangkap presentasi yang tidak disertai
dengan persiapan yang matang. Percayalah! Persiapan presentasi meliputi
beberapa hal sebagai berikut:
a) Mengetahui karakteristik target pendengar (audience) dan jumlahnya;
b) jenis presentasi (formal, informal);

 Mengetahui target pendengar

Mengetahui target pendengar merupakan salah satu aktivitas


yang penting. Beberapa contoh target yang berbeda antara lain:
 Penguji sidang thesis. Biasanya pendengar adalah orang yang
memiliki
pengetahuan teknis cukup tinggi, jadi jangan terlalu berkesan
menggurui dan bertele-tele. Jumlah pendengar biasanya sedikit
sehingga presentasi bisa lebih interaktif dan serius.
 Seminar umum. Biasanya jumlahnya banyak dengan latar
belakang
yang berbeda-beda. Umumnya mereka ingin belajar dari kita.
Untuk
itu perlu dipikirkan nilai tambah apa yang dapat mereka
peroleh
setelah mendengarkan presentasi kita? Mereka pulang
mendapatkan
apa? Seminar yang dihadiri oleh pejabat-pejabat, biasanya
bersifat
formal meskipun bukan berarti anda tidak dapat melawak.
 Mahasiswa. Seminar umum juga sering dihadiri oleh
mahasiswa, tapi
kadang-kadang ada acara khusus yang lebih banyak
mahasiswanya.
Untuk acara jenis ini, biasanya pembicaraan harus lebih
informal dan
santai (populer), dan dapat disertai dengan humor atau
lawakan. Siapkan gurauan jika waktunya memungkinkan.
Mahasiswa kadang-kadang responsif terhadap yang sifatnya
“hura-hura” namun seringkali tidak responsif untuk topik yang
formal. Pada bagian tanya jawab biasanya sepi.
23

 Persiapan teknis

Secara teknis, beberapa hal yang perlu dipersiapkan, antara lain:


a) Materi presentasi (slide, transparan, materi elektronik, handout
atau makalah yang akan dibagikan);
b) Komputer, notebook, atau perangkat elektronik yang digunakan;
percobaan presentasi untuk menghitung lamanya waktu
presentasi. Perhatikan bahwa materi presentasi dapat dibaca
dengan mudah oleh pendengar. Handout (fotocopy) seringkali
tidak dapat dibaca dengan mudah karena penggunaan font yang
terlalu kecil, atau warna font gelap (misalnya merah) dengan latar
belakang gelap (misalnya biru tua). Pastikan perangkat elektronik
yang digunakan bekerja dengan baik. Seringkali presentasi
tertunda gara-gara flat panel LCD yang digunakan tidak cocok
dengan komputer atau notebook yang digunakan sehingga gambar
tidak muncul di layar.

3 Pelaksanaan presentasi

Setelah persiapan anda lakukan, kini tibalah saatnya anda


mengeksekusi rencana yang telah anda siapkan. Dalam melakukan presentasi,
perhatikan hal-hal yang akan dibahas seperti berikut.

1. Ketepatan waktu

Satu kunci rahasia kesuksesan presentasi : tepat waktu! harus banyak


belajar dan bereksperimen untuk menepatkan waktu sehingga akhirnya
punya perasaan feeling) tentang waktu yang dibutuhkan untuk
mempresentasikan. Satu hal yang paling dibenci oleh pendengar adalah
ketidak-tepatan waktu. Presentasi yang terlalu cepat selesai tidak baik.
Kesan yang dapat ditimbulkan adalah pembicara tidak menguasai topik
dan terlihat bodoh. Tidak banyak orang yang memberikan presentasi
terlalu cepat selesai, tapi ada. Beberapa kali ditemui kasus seperti ini.
Presentasi yang terlalu lama lebih berbahaya! Jika presentasi terlalu
cepat selesai yang terlihat bodoh adalah sang pemberi presentasi, maka
presentasi yang terlalu lama akan memberikan kekesalan kepada
pendengar (selain pembicara terlihat bodoh). Jika pendengar sudah kesal,
maka apa pun yang kita katakan tidak akan didengar lagi. Vonis sudah
dijatuhkan. Nilai akan sangat rendah.
Demikian pula dalam memberikan presentasi (di seminar misalnya),
jika kita terlalu banyak berbicara, maka kesan menggurui dan ingin
memonopoli pembicaraan akan muncul. Nilai anda akan jelek. Jangan
ada perasaan bahwa harus bicara. (Apa lagi kalau diberi honor seolah-
olah kalau tidak bicara tidak pantas. Tidak demikian!) Bicara seperlunya
saja. Jika memang tidak perlu bicara, ya tidak usah berbicara. Ketika
berbicara, perhatikan pendengar. Apabila mereka menguap, melihat jam,
24

merenung-renung, mencorat-coret di kertas notes, dan menunjukkan


tanda-tanda kejenuhan lainnya, maka percepat presentasi. Selesaikan
dengan segera. Biar materi presentasi kita masih banyak, dan menurut
kita sangat penting, sudahi saja karena mereka pun tidak akan
mendengarkan (dan bahkan tambah kesal kepada anda). Tidak ada
gunanya diperpanjang lagi.
Sekali lagi, jangan sekali sekali terlalu lama berbicara. (Lebih baik
terlalu cepat selesai daripada terlalu lama, tapi tentunya lebih baik tepat
waktu.).

2. Tips dalam menghadapi pendengar

Salah satu tugas anda dalam melakuan presentasi adalah


menghadapi pendengar (audience). Banyak orang yang gemetar dalam
melakukan hal ini. Memang hal ini tidak mudah dan membutuhkan latihan.
Ada beberapa tips yang dapat diperhatikan:
Ketika menjelaskan sebuah slide, kadang-kadang (tidak selalu)
anda perlu menunjuk sesuatu di layar. Tunjukkan bagian itu dengan
pointer, laser pointer, atau jika terpaksa dengan telunjuk. Jangan hanya
mengatakan “seperti ini atau itu” apabila tidak terlalu jelas bagian mana
yang dimaksud. Ada juga mahasiswa yang matanya selalu terpaku pada
slide di atas OHP sehingga dia tidak tahu bahwa proyeksi di layar miring-
miring atau bahkan posisi slide terlalu bawah sehingga
tidak dapat dilihat oleh pendengar.
Jangan terlalu sering membelakangi pendengar. Seringkali
pembicara melihat layar dan membelakangi pendengar seolah-olah dia
takut bertatap muka dengan pendengarnya.
Perhatikan raut wajah dari para pendengar. Apakah mereka sudah
bosan? bingung? tersenyum? Jadikan ini menjadi umpan balik bagi strategi
presentasi anda. Seringkali dalam mengikuti presentasi thesis dimana
mahasiswa tidak pernah melihat ke arah pendengar. Jika demikian,
kadang-kadang sebagai pembimbing perlu memberikan kode pada
mahasiswa untuk mempercepat presentasi jika waktunya sudah habis
sambil menunjuk ke arloji . Namun jika sang mahasiswa tersebut tidak
pernah melihat ke arah audience, bagaimana bisa memberikan kode
tersebut? Jadi, sekali lagi, lihatlah wajah dari para pendengar.
Ketika memberikan presentasi, kita harus convincing atau
meyakinkan. Bagaimana pendengar akan percaya dengan apa yang anda
presentasikan jika anda sendiri kelihatannya tidak percaya? Namun juga
jangan sampai menjadi berkesan terlalu arogan atau sok tahu.
Dalam menghadapi pertanyaan, dengarkan dahulu pertanyaannya.
Kalau perlu, catat dahulu pertanyaan tersebut. Jangan cepat-cepat ingin
menjawab atau bahkan memotong pertanyaan pendengar, kecuali merasa
penanya ini terlalu berlarut-larut dalam mengutarakan pertanyaannya.
(Sering kali orang berputar-putar dan tidak to the point dalam
mengutarakan pertanyaan.).

3. Tips menggunakan presentasi elektronik


25

Penggunaan komputer dalam presentasi sudah merupakan hal


yang lumrah. Bahkan di beberapa institusi, penggunaan komputer
merupakan hal yang standar. Umunya presentasi dilakukan dengan
menggunakan program Microsoft Power Point, meskipun ada program-
program lain yang juga dapat digunakan. Penggunaan media elektronik ini
memiliki karakteristik tertentu yang harus dikuasai oleh presenter.
Dalam satu slide, usahakan gunakan kata-kata sesingkat mungkin
sehingga layar tidak dipenuhi dengan tulisan. Utamakan menggunakan
point form. Penjelasan dari point-point tersebut yang akan anda
presentasikan. Font jangan terlalu kecil. Coba dilihat apakah tulisan
terbaca dari pendengar presentasi yang paling belakang.
Ada yang mengatakan bahwa sebaiknya menggunakan warna
background yang agak gelap (misalnya warna biru). Kesulitan sering
dialami dengan warna biru ini (karena ada beberapa gambar atau grafik
yang berlatar belakang putih sehingga tidak bagus kalau ditampilkan
dengan background biru) dan akhirnya menggunakan warna putih. Warna
background yang terang ini kurang nyaman di mata.
Jika ada grafik atau diagram, pastikan bahwa tulisannya terbaca.
Seringkali ada grafik-grafik yang tulisannya tidak terbaca sama sekali
sehingga tidak ada manfaatnya untuk ditampilkan.
Gunakan satu atau dua contoh jika konsep yang dijelaskan terlalu
membingungkan. Tidak perlu seluruh contoh atau seluruh penjelasan
ditampilkan sehingga contohnya terlalu banyak. Penjelasan yang rinci atau
contoh-contoh lain nanti dapat dijelaskan pada saat presentasi jika
dibutuhkan atau jika ada yang bertanya.

BAB VIII
PANDUAN UNTUK PENULIS
MAKALAH
(Instruction for Authors)

Panduan ini disusun dengan tujuan:

1. Memahami dan menguasai tata cara penulisan makalah yang akan


diterbitkan dalam Jurnal.
26

2. Memperlancar proses penelaahan dan penyuntingan.

Struktur/Layout:

Berikut ini struktur penulisan makalah yang dibakukan dalam Jurnal:

A. Judul
B. Penulis dan Institusi
C. Abstract
D. Pendahuluan
E. Bahan dan Metode
F. Hasil dan Pembahasan
G. Kesimpulan
H. Ucapan Terima Kasih (optional)
I. Daftar Pustaka.
J. Lampiran (optional)

Makalah ditulis menggunakan Microsoft Word dan semua kata/kalimat


menggunakan Times New Roman (Font 12). Sebelum menulis makalah,
sebaiknya dilakukan formatting sebagai berikut: Klik Format, Paragraph, pilih
Spacing untuk Before and After = Auto, dan Line Spacing = Single kemudian
pilih Alignment = Left.

Dalam panduan ini dimuat juga pedoman dan informasi hal-hal sebagai berikut:

K. Satuan
L. Simbol
M. Persamaan
N. Tabel
O. Gambar
P. Huruf dan Angka
Q. Pengiriman Makalah
R. Lain-lain

A. Judul

Ditulis dalam Bahasa Indonesia dan di bawahnya dalam Bahasa Inggris.


Usahakan tidak lebih dari 3 baris. Judul, baik dalam Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris, menggunakan Title Case (Caranya: Klik Format, Change
Case dan pilih Title Case.

Contoh:

Dampak Teknologi bagi Pertumbuhan Iman Jemaat.


27

Manfaat Menjaga Keteraturan Hidup Rohani.

B. Penulis dan Institusi

Penulis dan Institusinya ditulis berurutan di bawah Judul. Ditulis


menggunakan Title Case. Bila lebih dari satu penulis, ditulis berurutan di
bawahnya.

Contoh:

Dwi Gatot Suprasetya, Sekolah Tinggi Theologia El-Shadday, Jl. Sutan


Syahrir No 88 Solo 57129, dgatots@yahoo.com.

C. Abstract

Ditulis dalam bahasa Inggris tidak lebih dari 200 kata dan hanya satu
kalimat/paragraf menggunakan Sentence Case. Di bawah Abstract harus
diberikan keywords maksimal 5 kata/frase kunci. Abstrak memberikan
informasi singkat tentang alasan penelitian dilakukan, tujuan yang ingin
dicapai, metode yang digunakan dan hasil yang diperoleh serta apa
kegunaannya. Perlu diketahui bahwa Abstract adalah yang pertama kali dibaca
oleh pembaca. Kekurang-baikkan dalam menulisnya berakibat pada
dilewatinya pembacaan makalah lengkapnya. Demikian juga, dengan
membaca Abstract, biasanya pembaca cukup mendapatkan informasi untuk
merujuknya.

Contoh:

D. Pendahuluan

Pendahuluan menggunakan Sentence Case. Dalam Pendahuluan sebaiknya


dimulai dengan menjelaskan alasan kenapa penelitian dilakukan, kemudian
disusul dengan telaahan pustaka yang erat kaitannya dan diakhiri dengan
penyataan tujuan penelitian dan hasil yang ingin dicapai. Setiap awal kalimat
tidak perlu menggunakan Tab. Dengan memakai setting Spacing,
Before=Auto dan After=Auto di atas, maka di antara dua kalimat akan ada
jarak/spacing secara otomatis.

E. Bahan dan Metode

Menggunakan Sentence Case. Perhatikan bahwa Bahan dan Metode


dimaksudkan untuk menjelaskan bagaimana penelitian dilakukan atau cara-
cara untuk mencapai tujuan penelitian. Bahan dan Metode tidak perlu
dijelaskan secara terpisah. Bila ada metode baku yang digunakan cukup
disebutkan namanya saja tidak perlu dijelaskan lagi. Misalnya, bila
menggunakan Regresi Linier tidak perlu menuliskan lagi rumusnya. Demikian
juga, bila menggunakan metode pengukuran baku tidak perlu dijelaskan lagi
tahap-tahapnya. Bila mengunakan metode yang sama dengan yang ada dalam
28

pustaka, cukup dirujuk saja pustakanya tersebut. Bila menggunakan banyak


peralatan atau instrumen cukup disebutkan yang berperan penting dalam
pengukuran. Sebaiknya merek-merek tidak disebutkan kecuali bila tujuannnya
adalah untuk menguji atau mengkajinya atau mendapat sponsor yang
menghendaki agar produknya disebutkan di dalam makalah. Yang penting
adalah penjelasan mengenai spesifikasi alat yang menyangkut ketepatan atau
ketelitiannya. Bila ada modifikasi rumus matematika seperti penurunan,
integral dan lain sebagainya, cukup dituliskan hasil akhirnya saja dengan
penjelasan setiap variabel, parameter, konstanta, indeks dan simbol yang
digunakan lengkap dengan satuannya. Bila ada gambar rancangan alat, proses
atau sistem sebaiknya cukup diberikan sketsa bagian intinya saja secara
sederhana agar mudah dimengerti. Perlu diketahui pembeberan rancangan
secara detail akan berpengaruh pada pengklaiman hak atas kekayaan
intelektual.

F. Hasil dan Pembahasan

Menggunakan Sentence Case. Hasil dan Pembahasan ditulis secara


bersamaan. Nyatakan hasil pengukuran, pengujian atau perhitungan sesuai
dengan yang dilakukan dalam Bahan dan Metode. Kemudian, jelaskan kenapa
diperoleh hasil demikian dan apa pengaruhnya terhadap faktor-faktor yang
diperhatikan. Apakah hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan atau ada juga
kelainannya. Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan
data atau perhitungan dan sebesar apa faktor-faktor tersebut berperan. Bila
perlu bisa saja dibandingkan dengan hasil penelitian orang lain. Hasil akan
lebih mudah dipahami bila ditayangkan dalam bentuk tabel atau grafik. Pilih
salah satu. Pembahasan gambar tidak perlu lagi menyebutkan angka-angka
yang sudah jelas tertera tetapi lebih pada penjelasan atau perkiraan kenapa
angka-angka itu seperti itu dan apa arti serta kontribusinya pada pencapaian
tujuan penelitian. Bila diperlukan dapat dibuat Sub-bab untuk membahas
hasil secara lebih terperinci.

G. Kesimpulan

Menggunakan Sentence Case. Bisa ditulis dalam bentuk kalimat atau butir-
butir. Kesimpulan pada intinya menegaskan apakah tujuan penelitian ini sudah
tercapai atau masih ada hal-hal yang belum dicapai. Bila belum, jelaskan apa
penyebabnya. Mungkin Bahan dan Metode yang digunakan tidak begitu tepat,
atau ada hal-hal lain. Perhatikan, tidak perlu menyatakan bahwa penelitian ini
sudah selesai dilaksanakan, atau masih dilaksanakan sebagian.

H. Ucapan Terima Kasih (optional)

Menggunakan Sentence Case. Cukup dalam satu kalimat saja. Ucapan terima
kasih biasanya disampaikan kepada penyandang dana dan pemberi fasilitas
penelitian. Bisa juga berupa pernyataan bahwa penelitian ini merupakan
bagian dari suatu penelitian payung, atau kerjasama dengan berbagai institusi
lain.
29

I. Daftar Pustaka.

Menggunakan Sentence Case. Tuliskan hanya pustaka yang dirujuk dalam


makalah saja. Hindari pustaka yang bersumber pada majalah, koran, atau
media lainnya yang non-ilmiah. Hindari juga penggunaan catatan kuliah atau
diktat sebagai pustaka kecuali buku pengantar yang sudah diterbitkan. Satu
pustaka satu kalimat. Diurut berdasarkan abjad. Usahakan pustaka yang
dirujuk merupakan tulisan ilmiah yang telah mempunyai ISSN atau ISBN agar
pembaca dapat menelusurinya dengan mudah.

J. Lampiran

Lampiran hanya digunakan, misalnya untuk penurunan rumus matematika,


penjelasan algoritma pemograman komputer, dan lain sebagainya yang
bertujuan memberikan penjelasan lebih detil hal-hal yang dibahas dalam Hasil
dan Pembahasan.

K. Satuan

Jurnal ini mengadopsi SI Unit: cgs (centimeter, gram, second/detik) atau pun
mks (meter, kilogram, second/detik). Bila diperlukan satuan waktu dapat
menggunakan menit, jam, hari, bulan atau tahun. Setiap notasi/simbol
matematika harus dilengkapi dengan istilah dan satuan untuk setiap variablel,
konstanta, koefisien dan parameter yang digunakan pada awal penulisannya
saja. Setelahnya untuk menghemat space, penggunaan simbol sebaiknya
digunakan untuk menggantikan istilah tersebut. Kecuali, pada awal kalimat
harus tetap menggunakan istilahnya.

L. Simbol

Semua simbol seperti variabel, konstanta, koefisien dan parameter


menggunakan huruf miring. Demikian pula dengan pangkat dan indeks.
Pergunakan simbol yang sering dipakai untuk istilah-istilah yang lazim seperti
A untuk luas, ρ untuk densitas dan lain sebagainya.

M. Persamaan

Semua persamaan dibuat menggunakan Equation Editor dalam Microsoft


Word. Semua symbol menggunakan huruf miring/italics. Setelah keluar dari
Equation Editor, di akhir persamaan tersebut langsung dibubuhkan nomer,
dalam kurung, sesuai urutannya. Contoh:

A  2r 2 (1)

Dimana, A luas (cm2) dan r radius (cm).

N. Tabel
30

Tabel ditulis dalam lembaran terpisah dengan makalah/teks, dan disimpan


dalam file yang lain. Gunakan nama file: Table.doc. Dalam makalah cukup
ditunjukkan nomor tabelnya saja pada baris dimana tabel tersebut akan
ditempatkan.

O. Gambar

Gambar dibuatkan dalam lembaran terpisah dengan makalah. Dimana satu


gambar disimpan dalam satu file saja. Gunakan nama file sbb: Picture1.jpg,
Picture2.jpg, dan seterusnya. Dalam makalah cukup ditunjukkan nama
gambar pada baris dimana gambar tersebut akan diletakkan. Misalnya.

….(kalimat sebelumnya)

[Gambar 1. Perubahan hidup dalam Kristus]

......(kalimat sesudahnya)

Warna gambar hanya hitam putih (B/W), atau greyscale. Beberapa format file
lainnya yang bisa digunakan adalah *.gif, *.wmf, *.emf. Jangan menggunakan
*.bmp karena filenya bisa terlalu besar. Perhatikan kejelasan gambar dan
komponen-komponennya serta perbedaannya masing-masing, umpamanya
bila tedapat lebih dari satu garis dalam grafik.

P. Huruf dan Angka

Bentuk huruf untuk kata/kalimat dalam bahasa lain selain bahasa Indonesia
harus ditulis miring/italics.

Sistem penulisan angka menggunakan US System seperti:

1,000,000 menyatakan satu juta (dalam bahasa Indonesia)

2.57 menyatakan dua koma lima tujuh (dalam bahasa Indonesia)

Q. Pengiriman Makalah

Sebelum mengirimkan makalah pastikan bahwa makalah tersebut sudah


mengikuti pedoman penulisan di atas. Penulisan atau peniriman makalah yang
jauh menyimpang dari pedoman di atas akan berpengaruh pada lamanya
proses penyuntingan, dan ada kemungkinan makalah tersebut akan
dikembalikan ke pengirimnya untuk disesuaikan dengan pedoman tersebut.

Pengiriman makalah bisa melalui pos dan e-mail. Bila dikirim melalui pos,
kirimkan hardcopy sebanyak 1 eksemplar dan filenya dalam bentuk CD atau
Disket. Pastikan bahwa file terdiri dari: Text.doc, Table.doc, dan bila ada
bersama dengan sejumlah Picture1.jpg, Picture2.jpg, dan seterusnya. Pada
31

CD atau Disket jangan lupa diberi label nama dan alamat email penulis
pertama.

R. Lain-lain:

Catatan Kaki (FOOTNOTE)


1. Sebagai catatan tambahan untuk memberikan penjelasan.
2. Penulisan footnote harus mencantumkan sumber kutipan dengan jelas
(nama, pengarang, judul buku, penerbit, kota, tahun terbit, nomor
halaman).
3. Nama pengarang diketik sesuai dengan yang terdapat pada sampul buku
(tanpa mencantumkan gelar). Untuk buku yang ditulis oleh dua sampai
tiga pengarang, semua nama harus disebutkan dengan menggunakan nama
sesuai yang tercantum pada buku tersebut. Jika lebih dari tiga orang,
cukup menyebutkan nama pengarang dalam urutan pertama dan sebagai
pengganti nama-nama pengarang yang lain cukup dibubuhkan: et.al. atau
dkk. (dengan kawan-kawan).
4. Judul karangan harus ditulis lengkap sesuai aslinya dan diberi garis bawah.
Kapitalisasi judul karangan sesuai yang berlaku secara umum yaitu setiap
permulaan kata penghubung (partikel) yang tidak terletak pada posisi awal
misalnya: di, ke, dari, untuk, dan, dengan, dan sebagainya. Di antara nama
pengarang dan judul karangan disekat dengan tanda koma, sedangkan
judul karangan tidak perlu ditutup dengan tanda baca apapun.
5. Data penerbitan diketik di antara tanda (...) yang terdiri dari:
a. Kota tempat karangan diterbitkan, diikuti oleh titik dua (:).
b. Nama penerbit dan disusul dengan tanda koma (,).
c. Tahun penerbitan lalu diikuti oleh tutup kurung dan di belakang tutup
kurung dibubuhkan tanda koma dan kemudian nomor halaman.
6. Untuk buku berbahasa asing digunakan singkatan: p (dari kata page –
halaman) dan untuk buku berbahasa Indonesia digunakan singkatan: hlm.
(dari kata halaman). Bila kutipan lebih dari satu halaman untuk buku
berbahasa asing digunakan singkatan: pp.
7. Informasi sumber yang tidak lengkap atau hilang dapat dibuat sebagai
berikut:
a. Jika tidak ada nama pengarang maka langsung saja diketik judul
karangan.
b. Jika tidak terdapat kota tempat karangan diterbitkan, diketik singkatan:
n.p. (dari kata no place), untuk buku berbahasa Indonesia diketik: t.t.p.
(dari kata tanpa tempat penerbit).
c. Jika tidak terdapat nama penerbit diketik singkatan: n.p. (dari kata no
publisher), untuk buku berbahasa Indonesia diketik: t.p. (dari kata
tanpa penerbit).
d. Jika tidak terdapat tahun penerbitan cukup diketik n.d. (dari kata no
date) dan untuk buku berbahasa Indonesia diketik: t.th. (dari kata tanpa
tahun).
e. Jika tidak terdapat nomor halaman diketik n.pg. (dari kata no page)
dan untuk buku berbahasa Indonesia diketik: t.n.h. (dari kata tanpa
nomor halaman).
32

8. Catatan kaki untuk kutipan dari kutipan ada dua cara yang dapat ditempuh
yakni:
a. Jika yang diutamakan adalah sumber asli maka sumber asli itulah yang
didahulukan dan diketik sesuai ketentuan yang berlaku bagi pembuatan
catatan kaki, kemudian
b. Sesudah nomor halaman dibubuhkan tanda koma dan disusul dengan
kata: dikutip oleh. Untuk buku berbahasa asing diketik: cited by, lalu
ketiklah nama pengarang dan judul karangan dan seterusnya sesuai
dengan judul karangan dan seterusnya sesuai dengan ketentuan bagi
pembuatan catatan kaki dari pengutip yang menjadi buku sumber.
c. Jika yang hendak ditekankan adalah penulis dari buku sumber yang
digunakan dan bukan sumber asli, maka pengetikannya harus
dibalikkan dari petunjuk di atas, sedangkan penghubung antara
keduanya, untuk buku yang berbahasa asing adalah: “citing” dan untuk
buku yang berbahasa Indonesia ialah “mengutip”.
9. Menyingkat catatan kaki hanya dapat dilakukan bagi informasi kedua dan
seterusnya. Sedangkan untuk informasi pertama harus ditulis lengkap
ketentuan yang berlaku bagi pembuatan catatan kaki. Ada tiga cara
menyingkat dengan menggunakan istilah Latin sebagai berikut:
a. Ibid, dari kata ibidem yang berarti ”di tempat yang sama”. Ibid
digunakan apabila sumber kutipan pertama segera diikuti dengan
kutipan berikut yang sumbernya sama (tanpa diselingi sumber kutipan
lain), terdapat pada halaman yang sama, jika tidak pada halaman yang
sama maka harus diikuti nomor halaman. Ibid harus diberi garis
bawah.
b. Op.Cit. dari kata opera citato yang berarti “di dalam karya yang telah
dikutip”. Op.Cit. digunakan jika kutipan berasal dari sumber yang
sama dengan sumber yang pernah dikutip, tetapi telah diselingi kutipan
dari sumber lain. Pengetikan harus didahului marga (surname)
pengarang, baru diikuti Op.Cit. dan nomor halaman, dan Op.Cit. diberi
garis bawah.
c. Loc.Cit. dari kata loco citato yang berarti “di tempat/bagian yang telah
dikutip”, dibuat sama dengan Op.Cit. tanpa nomor halaman, oleh
karena Loc.Cit. berarti di halaman yang sama dengan kutipan yang
telah pernah dikutip. Kata Loc.Cit. diberi garis bawah.
d. Art. Cit. digunakan untuk kutipan dari majalah atau jurnal ini pun juga
harus diberi garis bawah.
33

Bagaimana menulis makalah dan menyajikan seminar


ilmiah

Abstrak
Makalah hanya dapat diterima untuk diterbitkan oleh suatu majalah ilmiah bila
telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Penyusunan naskah menurut sasaran yang
dikemukakan dalam tulisan ini dapat mempermudah tugas penulisan, serta
mengurangi kesalahankesalahan yang mempersulit penerbitan naskah. Tulisan ini
menjelaskan rangkaian persiapan, perencanaan, penulisan dan perbaikan naskah.
Pedoman yang diuraikan meliputi struktur makalah, serta penyusunan tabel dan
ilustrasinya.
Isi makalah harus nalar, tepat (bebas dari kesalahan) dan jelas, serta ditulis dalam
bahasa yang sederhana supaya dapat dimengerti dengan mudah oleh pembaca.
Makalah harus disiapkan dan direncanakan dengan baik sebelum kata pertama
ditulis. Garis besar makalah ditentukan lebih dulu dengan menggunakan bab-bak
Pendahuluan, Bahan dan Metode, Hasil, dan Pembahasan. Judul, abstrak
sementara, serta tabel dan ilustrasi dibuat sebelum naskah pertama di tulis. Setelah
diketik, penyusunan struktur, bahasa, isi dan tabel/ilustrasi diperiksa
ulang dengan teliti, dan diperbaiki bila perlu, supaya jelas, sederhana dan mudah
dibaca.

Pendahuluan
Penelitian terdiri atas dua kegiatan utama: penyelidikan suatu masalah, serta
komunikasi hasil penelitian itu. Sebuah penelitian tidak dapat dianggap selesai
bila hasilnya belum dikomunikasikan kepada pihak yang relevan – peneliti lain,
pelajar, penyuluh, pembuat kebijakan, dan lain-lain. Komunikasi tersebut dapat
berupa tulisan dalam majalah ilmiah, laporan teknik, tesis, atau bentuk terbitan
lain. Tulisan bersifat efektif bila didasarkan atas prinsip-prinsip yang sama dengan
penyelidikan yang dilakukan sebelumya, yaitu kejelasan, ketetapan (bebas dari
kesalahan), dan kenalaran. Seperti halnya dengan sebuah percobaan, tulisan harus
didasarkan atas organisasi yang mantap dan rapih: “Organisasi yang baik
merupakan kunci tulisan yang baik” (Peterson 1980). Penulisan dan pikiran
merupakan dua hal yang saling berkaitan: sebuah tulisan yang disusun dengan
buruk sering mencerminkan percobaan yang kurang terorganisasi dengan latar
belakang pikiran yang kacau. Sebaliknya, penyusunan tulisan dapat membantu
penulis dalam pengertian masalah yang diselidikinya
Organisasi yang baik juga menimbulkan kesederhanaan.

Rangkaian penulisan makalah ilmiah


Usaha penulisan makalah ilmiah terdiri dari 18 langkah, yang dapat
dikelompokkan dalam 4
tahap, yaitu persiapan, perencanaan, penulisan, serta perbaikan (Tabel 1).
Tabel 1. Rangkaian langkah penulisan makalah*
Langkah
Persiapan
1. Memilih topik
2. Memilih majalah ilmiah
34

3. Membaca ‘Petunjuk bagi Penulis’


Perencanaan
4. Memilih pertanyaan yang akan dijawab
5. Membuat daftar pustaka sambil mengerjakan penulisan
6. Membuat daftar metode dan hasil percobaan
7. Membuat garis besar (outline)
Penulisan
8. Menulis judul
9. Menulis abstrak
10. Menyusun tabel dan ilustrasi
11. Menulis naskah pertama
12. Menyusun daftar pustaka
Perbaikan
13. Memeriksa susunan
14. Memperbaiki tata bahasa dan gaya
15. Minta pendapat seorang rekan
16. Memeriksakan naskah kepada penyunting
17. Mengetik naskah terakhir
18. Menyerahkan makalah
* Disadur dari Wiggin dan Bernsten (1979), p. 6–7.

Persiapan

1. Memilih topik. Penulisan makalah harus sudah dipikirkan sebelum penelitian


selesai. Semua data dan informasi yang perlu harus disusun dalam bentuk yang
mempermudahkan perolehan informasi yang perlu dalam penulisan. Setiap
tanggal yang relevan, kegiatan, dosis dan perlakuan harus dicatat; perlu juga
dipikirkan informasi tentang lingkungan mempunyai kaitan erat dengan hasil
percobaan seperti curah hujan, suhu, tipe dan komposisi tanah, serta penggunaan
petak percobaan sebelumnya. Bentuk dan kadar air hasil juga perlu dicatat.
Topik penulisan dapat mencakup satu percobaan atau lebih, atau hanya aspek dari
sebuah penyelidikan. Siapa yang disebut penulis (-penulis) juga harus ditentukan
dini (lihat bagian“Struktur makalah”).

2. Memilih majalah ilmiah. Jumlah majalah ilmiah di dunia sangat besar.


Setiap majalah mempunyai tujuan, pembaca dan syarat-syarat berbeda. Penulis
harus memilih majalah yang sesuai dengan bidang penelitiannya, serta yang dapat
menyampaikan tulisannya kepada pihak-pihak yang dituju.. Bila penulis ingin
hasil karyanya dibaca oleh ilmuwan luar negeri, perlu ditulis dalam bahasa Inggris
serta diserahkan kepada majalah bersirkulasi internasional.

3. Membaca “Petunjuk bagi penulis”. Petunjuk bagi Penulis di setiap majalah


memberi syarat-syarat penyerahan makalah. Calon penulis dapat memperoleh
gambaran tentang panjang makalah, gaya (style), format, bentuk daftar pustaka,
dan lain-lain yang diperlukan oleh majalah pilihannya. Ketentuan-ketentuan
tersebut berbeda-beda: satu majalah dapat membutuhkan abstrak sepanjang 200
kata dalam dua bahasa, sedangkan majalah lain memerlukan abstrak satu bahasa
sepanjang 600 kata. Penulis harus menaati persyaratan ini; bila tidak, tulisannya
dapat ditolak oleh redaksi majalah karena gayanya kurang sesuai.

Perencanaan
35

4. Memilih pertanyaan yang akan dijawab. Setiap percobaan pasti mempunyai


satu hipotesis atau lebih, berupa pertanyaan yang patut dijawab. Dalam penulisan
makalah hipotesis itu perlu diingat. Tulisan harus mengemukakan pertanyaan
tersebut secara implisit atau eksplisit, serta memberi jawaban secara jelas.
Pemikiran tentang pertanyaan tersebut akan membantu penulis untuk memilih
bahan yang akan dimasukkan.

5. Membuat daftar pustaka sambil kerja. Penulis pemula sering menganggap


pustaka sebagai suatu yang harus ditambahkan belakangan sebagai bukti bahwa
cukup banyak referensi telah dibacanya. Akan tetapi, pustaka seharusnya
merupakan dasar bagi rencana percobaan. Setiap penelitian merupakan lanjutan
usaha pencarian pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang sudah ada (yang
tersedia dalam perpustakaan) sebagai landasannya. Rujukan (referensi) lengkap
setiap buku atau makalah dicatat pada waktudibaca. Catatan tersebut dapat berupa
kartu 13 x 8 cm (sama dengan ukuran kartu katalog perpustakaan), yang
mengandung rujukan lengkap dalam gaya yang dikehendaki majalah, serta
komentar pembaca, kutipan, dan lain-lain yang membantu penulis dalam
penyusunan makalahnya nanti

6. Membuat perincian metode dan hasil percobaan. Setiap perincian bahan,


metode, hasil, serta setiap pokok atau hal yang akan dikemukakan dalam
pendahuluan atau pembahasan, dicatat secara singkat. Catatan tersebut dapat
dibuat pada kartu 13 x 8 cm, dengan satu pokok setiap kartu.
Tabel 3. Struktur makalah ilmiah
Judul (Bahasa Indonesia/ Inggris)
Penulis(-penulis)
Abstrak (Bahasa Inggris/Indonesia)
Maksud
Metode
Hasil dan kesimpulan
Pendahuluan Jangkauan dan sifat utama masalah
Tinjauan penelitian lain
Hipotesis, tujuan, cara penyelidikan
(Hasil utama)
Bahan dan Metode Bahan
Metode
Pengukuran dan analisis
Hasil Data, tabel dan ilustrasi
Penggambaran hasil
Pembahasan Arti hasil
Kesimpulan, implikasi hubungannya
dengan penelitian lain, rekomendasi
(Ringkasan)
Penghargaan
(Lampiran)
Pustaka

7. Membuat garis besar (outline). Pembuatan garis besar barangkali merupakan


langkah terpenting dalam penyusunan tulisan ilmiah. Topik-topik utama disusun
dalam bagian (yang biasanya sudah ditentukan oleh gaya majalah ): Pendahuluan,
36

Bahan danMetode, Hasil, dan Pembahasan (Tabel 3). Pembagian makalah kadang-
kadang berbeda dengan susunan ini; misalnya, makalah yang melaporkan
beberapa percobaan dapat memberi metode dan hasil setiap percobaan sebelum
pembahasan keseluruhan; Hasil dan Pembahasan dapat disatukan; dan uraian
analisis statistik yang rumit dapat dipisahkan dalam bagian tersendiri. Tidak ada
satu struktur yang “betul”; makalah yang berbeda dapat memerlukan struktur yang
berbeda, dan majalah mempunyai syarat-syarat sendiri mengenai apa yang dapat
diterimanya, yang dapat diperoleh dengan membaca “Petunjuk bagi Penulis” serta
memperhatikan isi beberapa nomor terbaru majalah itu.

Penulisan

8. Menulis judul. (Lihat bagian “Judul” dalam bab “Struktur makalah” berikut).

9. Menulis abstrak. (Lihat bagian “Abstrak” pada bab “Struktur makalah”).

10. Menyusun tabel dan ilustrasi. Tabel dan ilustrasi mengandung data yang
didapat dalam penyelidikan, dan lebih baik disusun dulu, baru kemudian disusun
teks sebagai deskripsi dan interpretasi data itu. Penyusunan tabel dan ilustrasi
dalam bentuk yang komunikatif (lihat bagian “Tabel dan Ilustrasi” dalam makalah
ini) dapat membantu penulis dalam interpretasi hasil percobaan.

11. Menulis naskah pertama. Naskah pertama ditulis dengan menggunakan garis
besar (langkah 7 di atas) sebagai pedoman. Perencanaan yang matang dan garis
besar yang baik sangat mempermudah penulisan naskah, dan mencegah kesalahan
fatal atau perubahan pokok pada tahap lanjut. Naskah ditulis atau diketik dua spasi
untuk mempermudah koreksi atau tambahan. Penulisan sebaiknya dikerjakan
sekaligus tanpa disela pekerjaan lain supaya kalimat dan paragraf sinambung satu
dengan yang lain.

12. Menyusun daftar pustaka.

Perbaikan

13. Memeriksa susunan. Tulisan yang baik biasanya telah diperbaiki dan ditulis
ulang beberapa kali sebelum diserahkan ke majalah. Pemeriksaan teliti sebelum
penyerahan menjamin tidak adanya kesalahan teknis, isi, atau ketikan; dengan
demikian, makalah dapat diproses dengan cepat oleh redaksi majalah, dan dapat
diterbitkan lebih dini. Pemeriksaanterdiri atas beberapa tahap. Pertama, susunan
diperiksa: apakah setiap bagian dan paragrafdalam urutan terbaik, serta
bersambung dengan bahan yang mendahuluinya dan mengikutinya? Apakah ada
informasi yang perlu tapi belum tertulis, ataukah ada bahan yang masuk namun
tidak relevan? Apakah abstrak memang mewakili informasi yang diberi dalam
makalah?

14. Memperbaiki tata bahasa dan gaya. Makalah harus ditulis dalam bahasa
yang baik, dengan menggunakan istilah yang tepat. Data perlu dapat perhatian
khusus: sering terjadi kesalahan ketik pada tabel atau rujukan yang tidak dapat
37

diketahui walaupun melalui pemeriksaan teliti. Istilah yang diterjemahkan dari


bahasa asing, nama ilmiah tanaman dan organisme lain, serta penyusunan setiap
kalimat perlu pula diperiksa. Gaya yang ditentukan oleh majalah menentukan
bentuk judul dan sub-judul, penggunaan huruf besar dan kecil, titik atau koma
sebagai tanda desimal, perlakuan tabel, ilustrasi dan rujukan, dan lain-lain.
Penyesuaian gaya sebelum makalah diserahkan oleh penulis akan menjamin
kemudahan dan kecepatan pemrosesan oleh redaksi.

15. Meminta kritik teman. Naskah yang telah diketik (dua spasi) diberikan
kepada rekan sebidang untuk dimintai kritik dan saran. Rekan tersebut, yang tidak
ikut dalam kegiatan penyelidikan, mempunyai sudut pandang yang lain, dan dapat
melihat kekurangankekurangan pada makalah yang belum terlihat oleh penulis
sendiri. Penulis sering tidak menyadari ketidakjelasan tulisannya karena mengira
pembaca mengetahui apa yang ia ketahui.

16. Memeriksakan naskah kepada penyunting. Naskah diketik dalam gaya


yang sesuai dengan ketentuan majalah, dan diserahkan kepada penyunting (editor)
setempat untuk pemeriksaan. Penyunting juga perlu diberitahukan gaya yang
diperlukan oleh majalah (berupa fotokopi Petunjuk bagi Penulis) atau ketentuan-
ketentuan lain (misalnya, garis besar makalah yang ditujukan untuk simposium
mungkin ditentukan oleh panitia simposium). Penyunting memerlukan waktu
yang cukup untuk pemeriksaan. Setelah dikembalikan oleh penyunting makalah
diperiksa ulang oleh penulis dan diperbaiki bila perlu. Penulis perlu membahas
dengan penyunting masalah yang dikemukakannya. Ada beberapa sistem
penandaan berbeda yang dipakai oleh penyunting; sistem tanda koreksi yang
digunakan oleh penyunting di Puslitbangtan disajikan dalam Lampiran 2.

17. Mengetik naskah terakhir. Naskah yang diserahkan kepada redaksi majalah
harus diketik rapih dengan dua spasi (termasuk abstrak, tabel, catatan kaki dan
rujukan). Ketentuanketentuan lain (misalnya bentuk foto dan grafik yang
diperlukan) diperoleh dari “Petunjuk bagi Penulis”. Sebelum diserahkan ke
redaksi, makalah harus diperiksa sekali lagi untuk membetulkan kesalahan ketik,
rujukan, tabel dan ilustrasi, serta hadirnya semua bagian makalah dalam urutan
yang betul.

18. Penyerahan makalah. Makalah diserahkan kepada redaksi majalah dalam


jumlah dan gaya yang ditentukan dalam “Petunjuk bagi Penulis”. Biasanya paling
sedikit diserahkan dua rangkap (asli dan tindasan pertama atau fotokopi) dan
diketik dua spasi (termasuk abstrak, pustaka dan catatan kaki) pada kertas HVS.
Tabel dan ilustrasi dipisahkan pada halaman tersendiri, dan dilampirkan pada
akhir teks. Penulis harus menyimpan rangkap untuk diri sendiri.
38

BAB IX

SISTEMATIKA TULISAN

9.1 Sistematika Proposal Penelitian

Proposal penelitian merupakan uraian rencana pelaksanaan penelitian.

Unsur-unsur yang harus termaktub dalam proposal penelitian terdiri atas tiga

bagian, yaitu:

□ Bagian Awal, meliputi:

Halaman Sampul
Halaman Persetujuan
□ Bagian Inti, meliputi:

Pendahuluan
Kajian Teori
Metodologi
Jadwal Penelitian
□ Bagian Akhir, meliputi:

Daftar Pustaka

9.1.1 Penjelasan Sistematika Proposal

9.1.1.1 Bagian Awal, meliputi:

Halaman Sampul: Judul menggambarkan secara komprehensif

persoalan

yang akan diselesaikan dalam penelitian; disusun dalam kalimat yang ringkas dan
jelas.
Halaman Persetujuan: Bukti persetujuan pembimbing terhadap

rencana pelaksanaan penelitian dituangkan dalam halaman ini.


39

9.1.1.1.2 Bagian Inti, meliputi:

Pendahuluan, terdiri atas:

Latar belakang: Deskripsi persoalan-persoalan yang muncul dan

dihadapi, kesenjangan antara keadaan nyata dan keadaan ideal yang diharapkan

sehingga melahirkan inti masalah baru yang harus diselesaikan. Latar belakang

juga memuat uraian makna penting alasan penelitian harus dilaksanakan.

Identifikasi Masalah: Intisari latar belakang dalam bentuk ringkas dan

terfokus.

Rumusan Masalah: Rumusan masalah merupakan ungkapan

pertanyaan yang menegaskan masalah yang menjadi fokus penelitian. Rumusan

masalah tidak harus diungkapkan dalam kalimat tanya, tetapi jelas

menggambarkan jarak (gap) antara fakta-fakta dan harapan yang akan

diselesaikan.

Ruang lingkup: Penegasan bagian masalah yang akan dipecahkan,

termasuk asumsi-asumsi yang digunakan.

Hipotesis: Bagian ini memuat hipotesa-hipotesa terhadap masalah

yang akan dipecahkan.

Tujuan Penelitian: Bagian ini memuat hal-hal yang akan dicapai

setelah penelitian berakhir.

Manfaat Penelitian: Manfaat penelitian adalah makna penting atau

dampak yang diperoleh ketika tujuan tercapai.


40

Kajian Teori

Kajian teori memuat hasil-hasil penelitian sejenis terdahulu yang

menginspirasi atau melandasi pelaksanakan penelitian ini; dan juga mengulas

landasan teoritik yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.

Metodologi

Bagian ini menguraikan langkah-langkah penyelesaian masalah.

Langkah-langkah ini harus disesuaikan dengan fokus permasalahan penelitian dan

menggambarkan dengan jelas rencana pelaksanaan penelitian.

Jadwal Penelitian

Bagian ini memuat tahapan-tahapan penelitian disertai dengan waktu

pelaksanaannya.

9.1.1.1.3 Bagian Akhir, berisi:

Daftar Pustaka

Daftar Pustaka memuat sumber pustaka yang dijadikan kutipan dalam

pelaksanaan Skripsi.

9.2 Sistematika Laporan Skripsi

Laporan Skripsi merupakan dokumentasi pelaksanaan dan hasil penelitian yang


terdiri atas tiga bagian:
□ Bagian Awal, meliputi:

Halaman Sampul
Halaman Pengesahan
Halaman Pernyataan
Halaman Motto dan Persembahan
41

Kata Pengantar
Abstrak
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
□ Bagian Inti, meliputi:

Bab 1 Pendahuluan
Bab 2 Kajian Teori
Bab 3 Metodologi
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
Bab 5 Penutup
□ Bagian Akhir, meliputi:

Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran

9.2.1 Penjelasan Sistematika Laporan

9.2.1.1 Bagian Awal

Bagian Awal merupakan pengantar kepada bagian inti pembahasan

Skripsi, meliputi:

Halaman Sampul: Judul harus sama dengan judul proposal penelitian

yang telah disetujui dalam seminar proposal.

Halaman Pengesahan: Halaman ini memuat pengesahan tim penguji

dan pernyataan Dekan bahwa Skripsi telah diterima sebagai bagian persyaratan

untuk meraih derajat sarjana.

Halaman Motto dan Persembahan: Halaman ini memuat motto –

ungkapan kata-kata bijak yang menginspirasi hidup penulis, dan persembahan

naskah Skripsi.
42

Kata Pengantar: Kata pengantar dapat diisi dengan tujuan penulisan

Skripsi; pengalaman pelaksanaan penelitian: kesan, kesulitan, dan dampaknya

bagi penulis. Ungkapan rasa syukur, dan terima kasih kepada pihak-pihak yang

berkontribusi pada pelaksanaan penelitian; termasuk harapan penulis terhadap

skripsi dapat diungkapkan pada bagian ini.

Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, dan Daftar Kode Program:

Daftar isi merupakan panduan cepat pembaca untuk menemukan halaman lokasi

bagian naskah. Tabel, gambar, dan kode program, jika ada, juga harus diringkas

dalam bagian tersendiri yang memungkinkan pembaca dapat menemukan dengan

cepat.

Abstrak: Abstrak merupakan intisari penelitian yang memuat tiga

pokok pikiran: (1) latarbelakang dan rumusan masalah, (2) metodologi dan

pelaksanaan penelitian, dan (3) hasil yang dicapai. Abstrak disertai tiga sampai

dengan lima kata-kata kunci.

9.2.1.2 Bagian Inti

Bagian Inti merupakan batang tubuh Skripsi yang terdiri atas:

Pendahuluan, meliputi:

Latar belakang: Deskripsi persoalan-persoalan yang muncul dan

dihadapi, kesenjangan antara keadaan nyata dan keadaan ideal yang diharapkan

sehingga melahirkan inti masalah baru yang harus diselesaikan. Latar belakang

juga memuat uraian makna penting alasan penelitian harus dilaksanakan.


43

Identifikasi Masalah: Intisari latarbelakang dalam bentuk ringkas dan

terfokus.

Rumusan Masalah: Rumusan masalah merupakan ungkapan

pertanyaan yang menegaskan masalah yang menjadi fokus penelitian. Rumusan

masalah tidak harus diungkapkan dalam kalimat tanya.

Hipotesis: Bagian ini memuat hipotesa-hipotesa terhadap masalah

yang akan dipecahkan.

Ruang lingkup: Penegasan bagian masalah yang akan dipecahkan,

termasuk asumsi-asumsi yang digunakan.

Tujuan Penelitian: Bagian ini memuat hal-hal yang ingin dicapai

setelah penelitian berakhir.

Manfaat Penelitian: Manfaat penelitian adalah dampak yang diperoleh

ketika tujuan tercapai.

Sistematika penulisan: Bagian ini menjelaskan sistematika dalam

penulisan skripsi dari masing-masing bab.

Kajian Teori

Kajian teori memuat hasil-hasil penelitian sejenis terdahulu yang

menginspirasi atau melandasi pelaksanakan penelitian ini; dan juga mengulas

landasan teoritik yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.


44

Metodologi

Bagian ini menguraikan langkah-langkah penyelesaian masalah.

Langkah-langkah ini harus disesuaikan dengan fokus permasalahan penelitian.

Hasil dan Pembahasan

Bagian ini menyajikan hasil-hasil yang diperoleh dan cara pencapaiannya. Uraian
harus komprehensif namun tetap ringkas dan padu.
Pembahasan hasil penelitian meliputi kelebihan dan kekurangan, termasuk
pengujian.

Penutup, terdiri atas:

Kesimpulan: Kesimpulan merupakan rangkuman hasil dicapai dan

merupakan jawaban rumusan masalah.

Saran: Bagian ini menguraikan saran-saran yang perlu diperhatikan

berdasarkan keterbatasan yang ditemukan dan asumsi yang dibuat, termasuk saran

untuk pengembangan lebih lanjut.

9.2.1.3 Bagian Akhir, meliputi:

Daftar Pustaka: Daftar Pustaka memuat semua sumber pustaka yang

dijadikan kutipan dalam naskah Skripsi. Semua kutipan yang dinyatakan di dalam

naskah harus dicantumkan dalam Daftar Pustaka, dan sumber-sumber pustaka

yang dinyatakan di dalam Daftar Pustaka harus diacu dalam naskah. Daftar

Pustaka diurutkan ascending secara alfabetis—mulai A s.d. Z.


45

Lampiran: Keterangan tambahan yang mendukung penjelasan/uraian

dalam naskah.
Metode Menulis Makalah 2010

FORMAT DAN PENATAAN TULISAN

1.1 Kertas dan Pengetikan

Naskah harus ditulis menggunakan perangkat lunak pengolah kata (word

processor) Microsoft Word. Naskah laporan dicetak di atas kertas HVS ukuran A4 80

gram, satu muka (tidak bolak-balik). Ukuran margin setiap halaman adalah 3 – 4 – 3 – 3

cm (atas – kiri – kanan – bawah).

Pengaturan tatatulis naskah sebaiknya dilakukan menggunakan fasilitas style

and formatting yang disediakan oleh word processor untuk memudahkan menjaga

keseragaman/ konsistensi sistematika dan tataletak tulisan. Berikut ini adalah panduan

pengaturan style: Style Bagian Tulisan Definisi Style

Heading 1

Bab
Font: Times New Roman, 12pt, bold.
Spacing: Before 0 pt, After 12 pt, Line Spacing Double
Alignment: Center

Heading 2

SubBab
Font: Times New Roman, 12 pt, bold.
Spacing: Before 12 pt, After 6 pt, Line Spacing Double
Alignment: Left

Heading 3

SubSubBab
Font: Times New Roman, 12pt, Bold
Spacing: Before 18 pt, After 12 pt, Line Spacing Double
Alignment: Left

Heading 4

SubSubSubBab
Font: Times New Roman, 12pt, normal
Spacing: Before 16 pt, After 12 pt, Line Spacing Double
Alignment: Left
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Normal

Paragraf

Font: Times New Roman, 12pt


Spacing: Before 0 pt, After 12 pt, Line Spacing Double
Alignment: Left
Indentation first line: Left 0.75 inc

Paragraf bernomor

Font: Times New Roman, 12pt


Spacing: Before 0 pt, After 6 pt, Line Spacing Double
Alignment: Left
Normal _bernomor
Indentation first line: Left 0.75 inc

Kutipan

Kutipan
Font: Times New Roman, 12pt
Spacing: Before 0 pt, After 12 pt, Line Spacing Single
Alignment: Left
Indentation: Left 0.5 inc

Tabel _judul

Judul Tabel
Font: Times New Roman, 10pt
Spacing: Before 6 pt, After 6 pt, Line Spacing Single
Alignment: Centered

Tabel _header

Header Tabel (nama kolom)


Font: Arial, 9pt, Bold
Spacing: Before 2 pt, After 2 pt, Line Spacing Single
Alignment: Centered

Tabel _isi

Isi Tabel
Font: Arial, 9pt
Spacing: Before 0 pt, After 0 pt, Line Spacing Single
Alignment: Left

Gambar _judul

Judul Gambar
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Font: Times New Roman, 10pt


Spacing: Before 6 pt, After 6 pt, Line Spacing Single
Alignment: Centered

Catatan Kaki

Font: Times New Roman, 10pt


Spacing: Before 0 pt, After 12 pt, Line Spacing Single
Alignment: Left
Indentation first line: Left 0.75 inc

Daftar Pustaka

Font: Times New Roman, 12pt


Spacing: Before 0 pt, After 12 pt, Line Spacing Single
Alignment: Left
Indentation: Special Hanging 0.75 inc

* Pengaturan style yang belum disebutkan di atas dapat dikonsultasikan ke Pembimbing.

1.2 Bahasa

Penulisan naskah menggunakan bahasa Indonesia baku, sesuai dengan kaidah

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Kalimat yang lazim digunakan dalam ragam tulisan

ilmiah menggunakan struktur kalimat pasif. Setiap kalimat diuraikan sebagai kalimat

sempurna yang memuat unsur-unsur sekurang-kurangnya Subyek dan Predikat.

Kesalahan struktur kalimat yang jamak terjadi adalah tidak terdapat subyek kalimat.

Contoh:
Salah: Membangun umat Allah berfokus pada …
Benar: Umat Allah dibangun berfokus pada …
Kata-kata dengan, berdasarkan, untuk, pada, sedangkan, dalam tidak lazim

digunakan untuk mengawali kalimat.

Contoh:
Salah: Pada bagian ini terbagi menjadi dua …
Benar: Bagian ini dibagi menjadi dua …

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

1.2.1 Istilah Asing

Penggunaan kata atau istilah asing dicetak miring (italic) kecuali nama dan

merek dagang. Kata dan istilah asing yang sudah memiliki padanannya dalam bahasa

Indonesia, maka harus menggunakan istilah padanan tersebut. Kesalahan yang jamak

terjadi berkaitan dengan struktur kalimat dan penggunaan istilah asing adalah terjemahan

kata tanya what menjadi ‘apa’, where menjadi ‘dimana’, how menjadi ‘bagaimana’, who

menjadi ‘siapa’, dan lainnya. Kata tanya tidak lazim digunakan di tengah kalimat bahasa

Indonesia.

Contoh:
Once you discover how people interact with …
Salah: Sekali kamu menemukan bagaimana orang-orang berinteraksi …
Benar: Sekali kamu mengetahui cara orang-orang berinteraksi …

1.2.2 Singkatan

Singkatan kata atau istilah serta angka 2 untuk penanda ulangan kata tidak

boleh digunakan, seperti:

dalam dlm.
dan lain-lain dll.
berulang-ulang berulang2

Ada singkatan yang boleh digunakan, yaitu singkatan yang lazim digunakan

dalam tulisan ilmiah, e.g.

e.g. (exempli gratia = sebagai contoh)


i.e. (id est = yaitu)
Sekalipun singkatan dianggap telah dikenal kepanjangannya, cara penulisannya pertama
kali harus lengkap, e.g.

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

1.2.3 Tanda baca

Tanda baca harus digunakan secara cermat untuk menghindari salah

pengertian, di bawah ini diberikan beberapa pokoknya:

Tanda Titik (.)

Tanda titik digunakan untuk menandai akhir suatu kalimat yang bukan kalimat

seru atau kalimat tanya. Sesudah tanda tanya (?) dan tanda seru (!) tidak dibubuhkan

tanda titik. Tanda titik juga tidak digunakan untuk akronim (SIM, bukan S.I.M.).

Tanda Koma (,)

Tanda koma digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau

pembilangan, yang mengakhiri suatu pernyataan, e.g. Pimpinan dalam gereja adalah

gembala, majelis, diaken yang...

Tanda koma digunakan untuk memisahkan kalimat setara dari kalimat setara

berikutnya, yang didahului kata-kata tetapi, melainkan, dan kata hubung lainnya.

Tanda koma juga digunakan untuk mengapit keterangan tambahan, e.g.

Kondisi seperti di atas, yaitu jemaat yang suam-suam, bisa dibina dengan baik.

Tanda Titik Koma (;)

Tanda baca ini digunakan di antara unsur-unsur pemerincian atau pembilangan

yang sudah mengandung tanda koma.

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Tanda Titik Dua (:)

Tanda baca ini digunakan di akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti

rangkaian tambahan informasi yang lebih detail, e.g.

Keadaan jemaat yang suam-suam: jarang pergi beribadah, jarang membaca

Alkitab…

Tanda Petik (“ ”)

Kutipan langsung diawali dan diakhiri tanda ini, termasuk terjemahan harfiah

suatu naskah atau bahan tertulis lainnya.

Tanda Hubung (-)

Tanda hubung digunakan untuk menyambung suku-suku kata yang terpenggal

oleh pergantian baris dan menyambung unsur-unsur kata ulang.

Tanda hubung juga digunakan untuk: (1) merangkai kata se- dengan kata

berikutnya yang diawali dengan huruf kapital, (2) merangkai kata ke- dengan bilangan,

(3) merangkai bilangan dengan akhiran -an, (4) merangkai unsur bahasa Indonesia dengan

unsur bahasa asing, e.g.

se-Indonesia
ujicoba ke-2
tahun 90-an
halaman itu di-print

Tanda Pisah (–) dan (—)

Tanda pisah (–, en dash) digunakan di antara dua bilangan atau tanggal dengan

arti “mulai … sampai dengan …”, e.g.

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

tanggal 5–10 April 2007

Tanda Kurung (( ))

Tanda ini mengapit keterangan tambahan atau penjelasan.

Elipsis (…)

Tanda ini menyatakan adanya penghapusan kata atau kalimat; ketika elipsis

terjadi di akhir kalimat maka diikuti dengan tanda titik.

1.3. Penomoran dan Kutipan Serta Daftar Pustaka

10.3.1 Penomoran

10.3.1.1 Bab, SubBab, Sub[Sub]Bab

Nomor bab, subbab, sub[sub]bab ditulis menggunakan angka Arab dengan

hierarkhi sebagai berikut:

Bab 1 Nama Bab


1.1 SubBab
1.2 SubBab
1.2.1 SubSubBab
1.2.2 SubSubBab
1.2.2.1 SubSubSubBab
1.2.2.2 SubSubSubBab
Penjelasan sesuatu yang menyebutkan rincian/pemecahan dalam bagian-

bagian yang lebih kecil digunakan huruf abjad kecil; a, b, c, dan seterusnya.

10.3.1.2 Halaman

Penomoran halaman laporan ditulis dengan ketentuan sebagai berikut:

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

□ Bagian Awal menggunakan angka Romawi kecil; i, ii, iii, dst. pada posisi tengah-

bawah halaman.

□ Bagian Inti dan Akhir menggunakan angka Arab; 1, 2, 3, dst. pada sudut kanan-atas

halaman, kecuali halaman pertama bab, nomor halaman diletakkan pada tengah-

bawah halaman.

10.3.2 Tatacara Kutipan

Informasi yang dikutip untuk menguatkan pernyataan dalam naskah harus

dilengkapi dengan kutipan. Sumber informasi dapat berupa: buku, atau bagian buku;

makalah yang diterbitkan dalam jurnal, majalah, atau publikasi pertemuan ilmiah lainnya;

dan laporan yang diterbitkan oleh suatu badan atau lembaga resmi.

Sumber-sumber informasi tersebut dapat berupa bahan tercetak maupun

dipublikasikan secara elektronik. Sumber kutipan yang tidak dipublikasikan atau berasal

dari komunikasi pribadi tidak dicantumkan dalam Daftar Pustaka.

10.3.2.1 Kutipan Dalam-Naskah

Kutipan dalam naskah menyajikan informasi ringkas, nama penulis dan

tanggal publikasi, untuk membantu pembaca menelusuri asal sumber informasi dalam

Daftar Pustaka pada bagian akhir naskah. Kutipan sumber informasi ini dapat berupa:

parafrase, ringkasan, atau kutipan.

□ Parafrase adalah bentuk kutipan dengan mencantumkan tulisan orang lain

menggunakan ungkapan sendiri—tidak menggunakan kata dan struktur kalimat asal,

kemudian diberi nomor catatan kaki.

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

□ Ringkasan adalah bentuk kutipan dengan mencantumkan tulisan orang lain yang telah

diringkas dan ditulis menggunakan ungkapan sendiri, e.g. meringkas naskah, buku,

atau bagian buku dalam beberapa kalimat saja, kemudian diberi nomor catatan kaki.

□ Kutipan adalah bentuk kutipan langsung—mengutip tulisan orang lain sebagaimana

adanya. Kutipan langsung yang terdiri dari tiga baris atau kurang, disatukan dengan

teks diapit dengan menggunakan tanda petik (“ “) dan diberikan nomor catatan kaki.

Untuk kutipan yang terdiri dari empat baris atau lebih dijadikan kutipan blok.

10.3.2.2 Penulisan Daftar Pustaka dan Catatan Kaki

Bagian ini memuat aturan penulisan Daftar Pustaka disertai dengan contoh-

contoh dari berbagai sumber informasi. Nama-nama penulis yang didaftarkan dalam

Daftar Pustaka berdasarkan nama keluarga atau nama terakhir, diikuti dengan singkatan

nama kecil atau nama depannya.

Buku

Informasi yang dibutuhkan meliputi:


□ nama penulis, editor, atau institusi

□ judul dan subjudul, jika ada

□ edisi, jika ada

□ kota penerbit

□ penerbit

□ tahun publikasi

Bentuk umum:
Penulis, Judul buku: Subjudul (edisi). Kota penerbit: Penerbit, Tahun.

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Catatan. Judul buku atau artikel dalam Daftar Pustaka, hanya kata pertama judul dan kata
pertama setelah tanda titik dua atau dash yang dikapitalisasi. Contoh:

Penulis tunggal

Catatan Kaki:
5
William R. Farmer, The Synoptic Problem: A Critical Analys (Dillsboro, NC: Western North
Carolina Press, 1976), 214.

Kepustakaan:

Farmer, William R. The Synoptic Problem: A Critical Analysis. Dillsboro, NC: Western
North Carolina Press, 1976.

Dua penulis

Catatan Kaki:
2
Brian W. Kernighan dan Dennis M. Ritchie, The C Programming Language (Englewood
Cliffs, N.J.: Prentice-Hall, 1978), 185.

Kepustakaan:
Kernighan, Brian W., dan Dennis M. Ritchie. The C Programming Language. Englewood
Cliffs, N.J.: Prentice-hall, 1978.

Tiga s.d. enam penulis

Seluruh penulis harus dicantumkan.


Catatan Kaki:
11
Walter Bauer’s, Wiffiam F. Arndt, dan F. Wilbur Gingrich, Greek-English Lexicon of The
New Testament (Chicago: The University of Chicago Press, 1958), 56.

Kepustakaan:
Bauer’s, Walter, William F. Arndt, dan F. Wilbur Gingrich. Greek-English Lexicon of The
New Testament. Chicago: The University of Chicago Press, 1958.

Kutipan berikutnya ditulis penulis pertama diikuti dengan et. al.

Lebih dari enam penulis

Buku yang ditulis oleh lebih dari enam penulis, hanya enam penulis pertama

saja yang dicantumkan diikuti dengan et. al. Kutipan dalam-naskah hanya ditulis penulis

pertama diikuti dengan et. al.

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Bunga Rampai (Edited book)

Catatan Kaki:
11
Supardan, peny., Ilmu, Teknologi dan Etika (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991). 25.

Kepustakaan:
Supardan, peny. Ilmu, Teknologi dan Etika. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991.

Artikel atau Bagian Bunga Rampai

Catatan Kaki:
1
T.Winograd. From computing machinery to interaction design. Dalam P. Denning & R.
Metcalfe (Ed.), Beyond calculation: The next fifty years of Computing. (Amsterdam: Springer-
Verlag,1997).149.

Kepustakaan:
Winograd,T. From computing machinery to interaction design. Dalam P. Denning & R.
Metcalfe (Ed.), Beyond calculation: The next fifty years of Computing.
(Amsterdam: Springer-Verlag,1997).

Buku yang Diterbitkan Lembaga, Perusahaan, atau Organisasi Lainnya

Catatan Kaki:
35
Society for Old Testament Study, The Old Testament and Modem Study, peny. H. H. Rowley
(Oxford: Clarendon Press, 1951), 405.

Kepustakaan:
Society for Old Testament Study. The Old Testament and Modem Study. Disunting oleh
H. H. Rowley. Oxford: Clarendon Press, 1951.

Tanpa Penulis atau Editor

Judul digunakan sebagai elemen pertama kutipan, jika tidak terdapat penulis.

Catatan kaki:
3
The Clergyman’sFact Book(New York: M. Evans, 1965), 15.

Kepustakaan:
The Clergyman’s Fact Book. New York: M. Evans, 1965.

Tanpa Penerbit, Tahun atau Kota Penerbitan

Catatan Kaki:
2
Paul H. Thomas, Fourteen Hundred Years (Trenton, N.J.: t.p., 1902), 102.

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Kepustakaan:
Thomas, Paul H. Fourteen Hundred Years. Trenton, N.J.: t.p., 1902.

Catatan Kaki:
21
Emily Herman, Creative Prayers (New York: Harper Press, t.t.), 20-21.

Kepustakaan:
Herman, Emily. Creative Prayers. New York: Harper Press, t.t.

Catatan kaki:
37
Robert N. Richards, The Beginning of the End (t.k.: Fleming H. Revell, 1918), 189.

Kepustakaan:
Richards, Robert N. The Beginning of the End. t.k.: Fleming H. Revell, 1918.

Buku Terjemahan

Catatan Kaki:
3
Hans H. Stoldt, History and Criticism of the Markan Hypothesis, pen. Donald L. Niewyck
(Macon, GA: Mercer University Press, 1980), 152.

Kepustakaan:
Stoldt, Hans H. History and Criticism of the Markan Hypothesis. Diterjemahkan oleh
Donald L. Niewyck. Macon, GA: Mercer University Press, 1980.

Artikel Dalam Jurnal

Catatan Kaki:
35
J. K. Elliott, “Is Post-Baptismal Sin Forgiveable?,” The Bible Translator 28 (1977): 330.

Kepustakaan:
Elliott, J. K. “Is Post-Baptismal Sin Forgiveable?.” The Bible Translator 28 (1977): 321-
35.

Artikel Dalam Majalah

Catatan Kaki:
2
John Leo, “An Apology to Japanese Americans,” Times, 2 Mei 1988, 70.

Kepustakaan:
Leo, John. “An Apology to Japanese Americans.” Times. 2 Mei 1988, 69-75.

Skripsi Atau Tesis

Catatan kaki:
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

55
Asri F. Situmorang, “Wanita Kristen sebagai Pengemban Amanat Agung Kristus”

(Skripsi S1, Fakultas Pendidikan Agama Kristen, Universitas Kristen Nusantara, 1988),
97-100.
Kepustakaan:
Situmorang, Asri F. “Wanita Kristen sebagai Pengemban Amanat Agung Kristus.” Skripsi
S1, Fakultas Pendidikan Agama Kristen, Universitas Kristen Nusantara, 1988.

Catatan/Diktat Kuliah

Catatan Kaki:
3
John W. Matias, Diktat Kuliah, TH 330: Teologi Kontemporer, Sem. I, 1990.

Kepustakaan:
Maths, John W. Diktat Kuliah, TH 330: Teologi Kontemporer. Sem. I, 1990.

Program Komputer/CD-ROM

Catatan Kaki:
44
SABDA: Online Bible Versi Indonesia, ver. 2.0, Software Alkitab, Biblika dan Alat-alat
(Yayasan Lembaga Sabda). CD-ROM.

Kepustakaan:
SABDA. Online Bible Versi lndonesia, ver. 2.0. Software Alkitab, Biblika dan Alat-alat.
Yayasan Lembaga Sabda. (CD-ROM).

Jurnal dan Majalah Online

Tatacara penulisan Daftar Pustaka jurnal atau majalah tidak ada perbedaan

mendasar dengan tatacara penulisan jurnal/majalah versi cetak, kecuali informasi

tambahan mengenai waktu menemu-kenali sumber kutipan dan alamat web-nya.

Bentuk umum:
Penulis, Penulis, B. B., & Penulis, C. C. (Tahun). Judul artikel. Nama Jurnal,

Volume (Nomor), Halaman. Ditemukenali tanggal bulan tahun, dari URL Catatan. Tidak

ada tanda titik pada akhir Daftar Pustaka yang diakhiri dengan URL.

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Artikel dari Situs Web (Jurnal Elektronik)

22
Merceron, A., & Yacef, K. (May 2005). TADA-Ed for educational data mining. Interactive
Multimedia Electronic Journal of Computer-Enhanced Learning, 7 (1). Ditemukenali 30 April 2007, dari
http://imej.wfu.edu/articles/2005/1/03/index.asp

Merceron, A., & Yacef, K. (May 2005). TADA-Ed for educational data mining.
Interactive Multimedia Electronic Journal of Computer-Enhanced Learning, 7
(1). Ditemukenali 30 April 2007, dari
http://imej.wfu.edu/articles/2005/1/03/index.asp

Catatan. Pemotongan URL untuk memindahkan ke baris berikutnya dilakukan setelah

tanda garis miring (slash) atau sebelum tanda titik. Jangan menyisipkan sesuatupun pada

URL termasuk tanda hubung. Garis bawah dan warna biru sebagai tanda hyperlink dapat

dihilangkan dengan klik-kanan pada URL dan remove the hyperlink.

Dokumen Online

Bentuk dasar kutipan dokumen online mengikuti prinsip yang sama dengan kutipan
sumber tercetak.
□ nama penulis

□ tanggal/tahun publikasi

□ judul publikasi

□ format dokumen publikasi

□ tanggal penemu-kenalian

□ nama atau alamat situs di Internet

Bentuk umum:
Penulis, A. A. (Tanggal/Tahun). Judul publikasi. Ditemukenali tanggal bulan tahun, dari
URL

Dokumen tunggal

NAACP (2005, April 29). NAACP supports Congressional fight to end predatory lending.
Ditemukenali 19 Agustus 2005, dari http://www.naacp.org/inc/docs/
washington/109/109_aa-2005-04-28.pdf

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Dokumen tunggal + Tanpa penulis + Tanpa tanggal

Judul digunakan sebagai elemen pertama kutipan, jika tidak terdapat penulis.
GVU's 10th WWW user survey. (t.t.). Ditemukenali 19 Agustus 2005, dari
http://www.gvu.gatech.edu/ user_surveys/survey-1998-10/

Kutipan keseluruhan situs Web tetapi tidak merujuk kepada dokumen yang spesifik dapat
dilakukan dengan mencantumkan URL situs web tersebut dalam naskah. URL tersebut
tidak perlu dicantumkan dalam Daftar Pustaka, e.g.
Kidpsych merupakan situs web yang menyediakan bahan-bahan, mulai dari aplikasi
pembelajaran sampai dengan game, yang menarik untuk anak-anak
(http://www.kidpsych.org).

Singkatan

Singkatan-singkatan yang jamak dipakai pada penulisan Daftar Pustaka:


□ Chap. (Bab) Chapter (Bab)

□ ed. edisi

□ 2nd ed. second edition (edisi ke-2)

□ Ed. Editor

□ Pen. Penerjemah

□ Terj. Terjemahan dari

□ t.t. tanpa tanggal

□ h. halaman

□ Vol. Volume

□ No. Nomor

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

1.4 Tabel dan Gambar

1.4.1 Tabel

Tabel yang disertakan harus merupakan bagian utuh pembahasan naskah.

Setiap tabel diberi nomor—kombinasi nomor Bab dan urutan kemunculan pada bab

tersebut—dan diikuti dengan judul yang menjelaskan secara ringkas isi tabel. Keterangan

tabel tersebut diletakkan di atas tabel.

Contoh:
Tabel 2.1. Responden yang tidak merokok.
r xy r tabel Status
Pertanyaan_1 0,653 0,426 Valid
Pertanyaan_2 0,865 0,426 Valid
Pertanyaan_3 0,856 0,426 Valid
Pertanyaan_4 0,658 0,426 Valid
Pertanyaan_5 0,678 0,426 Valid

1.4.2 Gambar

Gambar yang disertakan harus merupakan bagian utuh pembahasan naskah.

Setiap gambar diberi nomor—kombinasi nomor Bab dan urutan kemunculan pada bab

tersebut—dan diikuti dengan judul yang menjelaskan secara ringkas makna gambar.

Keterangan gambar tersebut diletakkan di bawah gambar.

Contoh:

Gambar 2.2. Ilustrasi kata baptizo

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

1.5 Format Cover Penulisan Makalah

PENULISAN MAKALAH

Buku Panduan

Disusun Sebagai Pedoman Penulisan Makalah


Di Sekolah Tinggi Teologi El-Shadday Surakarta

Oleh:
Tim Penyusun

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI EL-SHADDAY


SURAKARTA
2012
BAB I

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

I PENGANTAR BAHASA INDONESIA

1.1 TUJUAN MEMPELAJARI MATA KULIAH BAHASA INDONESIA DI


PERGURUAN TINGGI

1.1.1 Tujuan Umum : Mahasiswa memiliki sikap positif terhdap bahasa Indonesia.
1. Kesetiaan bahasa: mendorong mahasiswa memelihara bahasa
nasional dan apabila perlu mencegah adanya pengaruh asing.
2. Kebanggaan bahasa: mendorong mahasiswa mengutamakan
bahasanya dan menggunakannya sebagai lambang identitas
bangsanya.
3. Kesadaran akan adanya norma bahasa: mendorong
mahasiswanya menggunakan bahasanya sesuai dengan kaidah
yang berlaku.

1.1.2 Tujuan Khusus : Mahasiswa, calon sarjana, terampil menggunakan bahasa


Indonesia dengan benar, baik secara tertulis maupun secara lisan.

1. Tujuan jangka pendek


a. Mahasiswa mampu menyusun sebuah karya ilmiah sederhana dalam
bentuk dan isi yang baik, dengan menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
b. Mahasiswa dapat membuat tugas-tugas (karangan ilmiah sederhana)
dari dosen-dosen dengan menerapkan dasar-dasar yang diperoleh dari
kuliah bahasa Indonesia.

2. Tujuan jangka panjang


a. Mahasiswa mampu menyusun skripsi sebagai syarat ujian sarjana.
b. Mahasiswa lebih terampil menyusun kertas kerja, laporan penelitian, surat,
dan karya ilmiah lainnya setelah lulus.

1.2 PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

1.2.1 Sejarah Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia yang kini dipakai sebagai bahasa resmi di Indonesia berasal dari
bahasa Melayu. Hal ini ditandaskan dalam Kongres Bahasa Indonesia di Medan 1954.
Pada hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, diresmikan suatu bahasa nasional,
yaitu bahasa Indonesia. Nama baru ini bersifat politis, sejalan dengan nama negara yang
diidam-idamkan.
Perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia tidak terjadi dalam
waktu yang singkat, tetapi mengalami proses pertumbuhan secara perlahan dengan
perjuangan yang sangat keras.
Beberapa faktor yang memungkinkan diangkatnya bahasa Melayu menjadi bahasa
persatuan menurut Prof. Dr. Slamet Mulyana adalah sebagai berikut.
1. Sejarah telah membantu penyebaran bahasa Melayu. Bahasa Melayu merupakan lingua
franca (bahasa perhubungan / perdagangan) di Indonesia. Malaka pada masa jayanya
menjadi pusat perdagangan dan pengembangan agama Islam. Dengan bantuan para

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

pedagang, bahasa Melayu disebarkan ke seluruh pantai Nusantara terutama di kota-


kota pelabuhan. Bahasa Melayu menjadi bahasa perhubungan antar individu. Karena
bahasa Melayu itu sudah tersebar dan boleh dikatakan sudah menjadi bahasa sebagian
penduduk, Gubernur Jenderal Rochusen kemudian menetapkan bahwa bahasa Melayu
dijadikan bahasa pengantar di sekolah untuk mendidik calon pegawai negeri bangsa
bumi putera.
2. Bahasa Melayu mempunyai sistem yang sangat sederhana ditinjau dari segi fonologi,
morfologi, dan sintaksis. Karena sistemnya yang sederhana itu, bahasa Melayu mudah
dipelajari. Dalam bahasa ini tidak dikenal gradasi (tingkatan) bahasa seperti dalam
bahasa Jawa atau bahasa Sunda dan Bali, atau pemakaian bahasa kasar dan bahasa
halus.
3. Faktor psikologi, yaitu bahwa suku Jawa dan Sunda telah dengan sukarela menerima
bahasa Melayu sebagai bahasa nasional, sematamat karena didasarkan kepada
keinsafan akan manfaatnya segera ditetapkan bahasa nasional untuk seluruh kepulauan
Indonesia.
4. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan
dalam arti luas.

Untuk mengikuti pertumbuhan bahasa Indonesia dari awal, terdapat fakta-fakta


historis hingga sekarang sebagai berikut.

A. Sebelum Masa Kolonial


Bahasa Melayu dipakai oleh kerajaan Sriwijaya pada abad VII. Hal ini terbukti
dengan adanya empat buah batu bertulis peninggalan kerajaan Sriwijaya. Keempat batu
bersurat itu ditemukan di Kedukan Bukit (680), di Talang Tuwo (dekat Palembang) (684),
di Kota Kapur (Bangka Barat) (686), di Karang Berahi (Jambi) (688).
Bukti lain ditemukan di Pulau Jawa yaitu di Kedu. Di situ ditemukan sebuah prasasti
yang terkenal bernama inskripsi Gandasuli (832)
Berdasarkan penyelidikan Dr. J.G. De Casparis dinyatakan bahwa bahasanya adalah
bahasa Melayu kuno dengan adanya dialek Melayu Ambon, Timor, Manado, dsb.

B. Masa Kolonial
Ketika orang-orang barat sampai di Indonesia pada abad XVII, mereka
menghadapi suatu kenyataan bahwa bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi
dalam pergaulan dan bahasa perantara dalam perdagangan.
Ketika bangsa Portugis maupun bangsa Belanda mendirikan sekolah-sekolah,
mereka terbentur dalam soal bahasa pengantar. Usaha menerapkan bahasa Portugis dan
Belanda sebagai bahasa pengantar mengalami kegagalan. Demikian pengakuan Belanda
Dancerta tahun 1631. Ia mengatakan bahwa kebanyakan sekolah di Maluku memakai
bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar.

C. Masa Pergerakan Kebangsaan


Pada waktu timbulnya pergerakan kebangsaan terasa perlu adanya suatu bahasa
nasional, untuk mengikat bermacam-macam suku bangsa di Indonesia. Suatu pergerakan
yang besar dan hebat hanya dapat berhasil kalau semua rakyat diikutsertakan. Untuk itu,
mereka mencari bahasa yang dapat dipahami dan dipakai oleh semua orang. Pada
mulanya agak sulit untuk menentukan bahasa mana yang akan menjadi bahasa persatuan.,
tetapi mengingat kesulitan-kesulitan untuk mempersatukan berbagai suku bangsa
akhirnya pada 1926 Yong Java mengakui dan memilih bahasa Melayu sebagai bahasa
pengantar.
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Dengan adanya bermacam-macam faktor seperti tersebut di atas, akhirnya pada


tanggal 28 Oktober 1928, yaitu saat berlangsungnya Kongres Pemuda Indonesia di
Jakarta dihasilkan ikrar bersama, “Ikrar Sumpah Pemuda”.
1. Kami putra-putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu Tanah air Indonesia.
2. Kami putra-putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia.
3. Kami putra-putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.

D. Masa Jepang dan Zaman Kemerdekaan


Setelah Perang Dunia II, ketika tentara Jepang memasuki Indonesia, bahasa
Indonesia telah menduduki tempat yang penting dalam perkembangan bahasa Indonesia.
Usaha Jepang untuk menggunakan bahasa Jepang sebagai pengganti bahasa Belanda tidak
terlaksana. Bahasa Indonesia juga dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga
pendidikan dan untuk keperluan ilmu pengetahuan.

1.3 FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, antara lain,


bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami putra dan putri
Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional, kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah.
Selain itu, di dalam Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pasal khusus (Bab XV, Pasal
36) mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa negara ialah
bahasa Indonesia. Dengan demikian ada dua macam kedudukan bahasa Indonesia.
Pertama, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional, sesuai dengan
Sumpah Pemuda 1928, dan kedua bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa
negara, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.

1.3.1 Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional


1. Lambang kebanggaan kebangsaan
2. Lambang identitas nasional
3. Alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya.
4. Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakang
sosial budaya dan bahasanya masingmasing ke dalam kesatuan kebangsaan
Indonesia.

Sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, bahasa Indonesia mencerminkan nilai


nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita. Atas dasar kebangsaan ini,
bahasa Indonesia kita pelihara dan kita kembangkan, dan rasa kebanggaan memakainya
senantiasa kita bina.
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia kita junjung di samping
bendera dan lambang negara kita. Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya hanya
apabila masyarakat pemakainya membina dan mengembangkannya sehingga terhindar
dari unsur-unsur bahasa lain yang tidak diperlukan.
Sebagai alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antar suku bangsa, bahasa
Indonesia dipakai untuk berhubungan antar suku bangsa di Indonesia sehingga
kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang sosial, budaya, dan bahasa tidak
perlu terjadi.
Di samping ketiga fungsi di atas, bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai alat
yang memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai suku bangsa yang memiliki latar
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu kesatuan
kebangsaan yang bulat. Di dalam hubungan ini, bahasa Indonesia memungkinkan
berbagai-bagai suku bangsa itu mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu
tanpa meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya
serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Dengan bahasa nasional, kita dapat
meletakkan kepentingan nasional di atas kepentingan daerah atau golongan.

1.3.2 Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara


1. Bahasa resmi kenegaraan
2. Bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan
3. Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan
4. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai antara lain: di dalam
segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, dokumen-dokumen dan keputusan
keputusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di
lembaga-lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi di
seluruh Indonesia.
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai alat perhubungan
pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
nasional untuk kepentingan pelaksanaan pemerintahan. Di dalam hubungan ini, bahasa
Indonesia bukan saja dipakai sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan
masyarakat luas, sebagai alat perhubungan antar daerah, melainkan juga sebagai alat
perhubungan di dalam masyarakat yang berbeda latar belakang sosial budaya dan
bahasanya.
Sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan
teknologi, bahasa Indonesia dipakai sebagai alat yang memungkinkan kita membina dan
mengembangkan kebudayaan nasional sehingga ia memiliki cir-iciri dan identitasnya
sendiri , yang membedakannya dari kebudayaan daerah.

1.4 RAGAM BAHASA

Berdasarkan pemakaiannya, bahasa memiliki bermacam-macam ragam sesuai


dengan fungsi, kedudukan, serta lingkungannya. Ragam bahasa pada pokoknya terdiri
atas ragam lisan dan ragam tulis. Ragam lisan terdiri atas ragam lisan baku dan ragam
lisan takbaku; ragam tulis terdiri atas ragam tulis baku dan ragam tulis takbaku.
Bahasa Indonesia baku dipakai dalam (1) Karang-mengarang, (2) pembicaraan
pada situasi formal, (3) pembicaraan di depan umum, dan (4) pembicaraan di depan orang
yang dihormati; bahasa Indonesia tidak baku dipakai dalam situasi santai. Kedua ragam
bahasa itu dapat hidup berdampingan.

1.4.1 Sifat Ragam Bahasa Baku


Ragam bahasa baku memiliki dua sifat sebagai berikut.
1. Kemantapan dinamis: di samping memiliki kaidah dan aturan, relati luwes atau terbuka
untuk perubahan sejalan perubahan masyarakat.
2. Kecendekiawan: sanggup mengungkapkan proses pemikiran yang rumit di berbagai
ilmu dan teknologi.
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

3. Seragam: pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman


bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik keseragaman.

BAB II EJAAN BAHASA INDONESIA

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dalam kaidah tulismenulis yang


distandarisasikan; yang meliputi pemakaian huruf, penulisan huruf, penulisan kata,
penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.

2.1 PEMAKAIAN HURUF

1. Huruf abjad: abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf
huruf: Aa, Bb, Cc, Dd, Ee, Ff, Gg, Hh, Ii, Jj, Kk, Ll, Mm, Nn, Oo, Pp, Qq, Rr, Ss, Tt,
Uu, Vv, Ww, Xx, Yy, Zz.
2. Huruf vokal: a, e, i, o, u.
3. Huruf konsonan: b, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.
4. Huruf diftong: ai, au, ai.
5. Gabungan konsonan: kh, ng, ny, sy.

2.2 PENULISAN HURUF KAPITAL

Huruf kapital dipakai sebagai berikut.


1. Huruf pertama kata pada awal kalimat
2. Huruf pertama petikan langsung
3. Ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, kitab suci, termasuk kata ganti
4. Gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
5. Nama jabatan, pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti
nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
6. Huruf pertama unsur-unsur nama orang
7. Huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
8. Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa bersejarah.
9. Huruf pertama nama geografi.
10. Huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
serta nama dokumen resmi kecuali kata depan atau kata hubung.
11. Huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan,
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
12. Huruf pertama nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata
depan dan kata hubung yang berada di tengah kata.
13. Huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
14. Huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai sebagai sapaan.
15. Huruf pertama kata ganti Anda.

2.3 PENULISAN HURUF BERCETAK MIRING

1. Menuliskan nama buku, majalah, koran


2. Menuliskan istilah asing, daerah, ilmiah yang ditulis dengan ejaan aslinya
3. Menegaskan huruf, kata, atau frasa yang dipentingkan/dikhususkan

2.4 PENULISAN KATA

A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis terpisah (berdiri sendiri)
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Contoh: Siswa itu rajin.

B. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh: bergetar
tulisan
penerapan
memperhatikan
2. Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan unsur yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Contoh: bertumpang tindih
mengambil alih
3. Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan
akhiran, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh: menggarisbawahi
pertanggungjawaban
4. Kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan
kata itu ditulis serangkai (a, antar, catur, maha, mono, multi, pra, pasca, semi,dsb.)
Contoh: amoral, antar negara, caturwarga, mahasiswa, multiguna, prasejarah,
pascasarjana, semifinal.
Bila bentuk terikat tersebut diikuti oleh kata yang didahului oleh huruf kapital, di
antara kedua unsur itu diberi tanda hubung.
Contoh: non-Indonesia

C. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung.
Contoh: buku-buku
gerak-gerik

D. Gabungan Kata
1. Gabungan kata / kata majemuk ditulis terpisah
Contoh: orang tua
Rumahsakit
2. Gabungan kata yang mungkin menimbulkan makna ganda, diberi tanda hubung.
Contoh: anak-istri ( anak dan istri)
buku -sejarah baru (buku sejarah yang baru)
buku sejarah- baru (sejarahnya baru)
3. Gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kesatuan ditulis serangkai
Contoh: halalbihalal, manakala, barangkali, olahraga, kacamata,
darmasiswa,apabila,padahal,matahari, dukacita, manasuka, kilometer,
bilamana, daripada, peribahasa, segitiga, sukacita, saputangan,

E. Kata Ganti
Kata ganti ku, mu, nya, kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya atau
mendahuluinya., kecuali pada Mu dan Nya yang mengacu pada Tuhan harus ditulis
dengan huruf kapital dan diberi tanda hubung (-).

Contoh: Nasihat orang tua harus kauperhatikan Anakku, anakmu, dan anaknya sudah
menjadi anggota perkumpulan itu.
O, Tuhan kepada-Mulah hamba meminta pertolongan.
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

F. Kata Depan
Kata depan di, ke, dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali yang sudah
dianggap sebagai satu kesatuan seperti kepada dan daripada.

Contoh: Di mana ada gula, di situ ada semut.


Pencuri itu keluar dari pintu belakang.
Mahasiswa itu akan berangkat ke luar negeri.

G. Kata Sandang
Kata si , sang, hang, dang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh: Muhammad Ali dijuluki petinju “si Mulut Besar”.

H. Partikel
1. Partikel lah, kah, tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh: Pergilah sekarang!
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Contoh: Jika engkau pergi, aku pun akan pergi.
Kata-kata yang sudah dianggap padu ditulis serangkai, seperti andaipun, ataupun,
bagaimanapun, kalaupun, walaupun, meskipun, sekalipun.
3. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, ‘tiap’ ditulis terpisah.
Contoh: Harga BBM naik per ! April.
Mereka masuk satu per satu.
Harga kertas Rp 25.000,00 per rim.

I. Singkatan dan Akronim


1. a.. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan jabatan atau pangkat diikuti tanda titik.
Contoh: Suman Hs..
Muh. Yamin, S.H. (Sarjana Hukum)
M.B.A. (Master of Business Administrtion)
M.Sc. (Master of Science)
Bpk. (Bapak)
Sdr. (saudara)
b. Singkatan nama resmi lembaga emp erintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis
dengan huruf kapitan dan tidak diikuti tanda titik.
Contoh: DPR GBHN KTP PT
c. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Contoh: dll. hlm. sda. Yth.
d. Lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, mata
uang tidak diikuti tanda titik. Contoh: Cu , cm, kg, Rp
2. a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh: ABRI LAN IKIP SIM
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Contoh: Akabri Bappenas Iwapi Kowani
c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Contoh: pemilu, rapim, tilang.
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

J. Angka dan Lambang Bilangan


1. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Contoh:
a. Abad XX dikenal sebagai abad teknologi.
b. Abad ke-20 dikenal sebagai abad teknologi.
c. Abad kedua puluh dikenal sebagai abad teknologi.
2. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf, kecuali jika beberapa lambang dipakai berturut-turut.
Contoh:
a. Ada sekitar lima puluh calon mahasiswa yang tidak diterima di perguruan tinggi
itu.
b. Kendaraan yang beroperasi di Bandung terdiri atas 1.000 beca angkot, 100
metro mini, dan 100 bus kota.
3. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
tidak terdapat di awal kalimat.
Contoh:
a. Dua puluh mahasiswa mendapat beasiswa dari perusahaan itu.
b. #150 orang pegawai mendapat pneghargaan dari pemerintah.(salah)
c. Sebanyak 150 orang pegawai mendapat penghargaan pemerintah.

2.5 PEMBENTUKAN ISTILAH DAN PENULISAN UNSUR


SERAPAN

Definisi istilah : Kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan
makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.
Khusus dalam bidang peristilahan yang menyangkut 39 bidang ilmu, Majelis Bhs
Ind-Malaysia tengah berusaha membakukan berbagai istilah bidang ilmu bagi
kepentingan dua negara. Majelis BI-M didirikan pada tanggal 23 Mei 1972 dan
mengadakan sidang secara bergantian di dua negara. Di setiap bidang ilmu ada kurang
lebih 500-1000 istilah. Penciptaan istilah itu dilakukan oleh ahli ilmu pengetahuan
masing-masing, kemudian oleh para ahli bahasa yang tergabung dalam koalisi istilah itu
disesuaikan dengan pedoman pembentukan istilah.
Beberapa sumber bahasa yang dapat dijadikan sumber istilah :

1. Bahasa Indonesia / Melayu


1.1. Kata yang paling tepat mengungkapkan makna konsep, proses, dan keadaan.
- bea => pajak barang masuk dan barang keluar
- cukai => pajak hasil perusahaan atau industri
- pajak => iuran wajib dari rakyat sebagai sumbangan kepada negara.
Pajak kekayaan, tontonan, PBB, dll
1.2. Kata yang paling singkat daripada kata lain yang berujukan sama
- gulma => tumbuhan pengganggu
- suaka => perlindungan
- kosa => perbendaharaan

1.3. Kata yang bernilai rasa baik dan sedap didengar


- pramuniaga => pelayan toko besar
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

- pembantu => babu/jongos


- karyawan => pekerja / buruh
- pemandu / pramuwisata => penunjuk jalan

2. Bahasa – bahasa daerah serumpun


Bahasa Indonesia masih kekurangan kata–kata yang bernilai rasa atau kata–kata
efektif yang melambangkan curahan hati masyarakat. Diantara kata–kata rasa yang sudah
sering digunakan dalam pemakaian bahasa Indonesia sekarang,

- sempoyongan => terhuyung –huyung seperti hendak jatuh


- bertele – tele => berbicara tidak jelas ujung pangkalnya
- bobrok => rusak sama sekali (bangunan/akhlak)
- nyeri => sakit pada salah satu bagian tubuh
- langka => susah didapat
- lugas => apa adanya (zakelijk)
- tuntas => selesai sepenuhnya
- pesangon => uang untuk karyawan yang diberhentikan

3. Bahasa asing
Pemakaian istilah asing dapat dilakukan apabila memenuhi syarat
sbb:
3.1 Istilah asing yang dipilih lebih cocok karena konotasinya atau
lebih bermakna tepat jika dibandingkan dengan persediaan kata
yang ada
- konfirmasi => penegasan atau pengesahan
- amatir => tanpa bayaran
- logis => masuk akal
- insentif => pendorong / perangsang
- spontan => tanpa diminta – minta / dengan sendirinya

3.2 Istilah asing yang dipilih lebih singkat bila dibandingkan dengan
terjemahannya
- dokumen => surat – surat penting yg menjadi bukti
- akulturasi => perpaduan unsur kebudayaan yang satu dengan yang lain hingga
menimbulkan kebudayaan yang baru.
- Urbanisasi
- etiket => cara kesopanan yang dilazimkan

Kadang – kadang terdapat istilah yang diizinkan dipakai dalam bahasa asing dan
bahasa Indonesia.
i. manajer = pengelola
ii. manajemen = pengelolaan
iii. relatif = nisbi
iv. temperatur = suhu
v. klasifikasi = penggolongan
vi. kreativitas = daya cipta
vii. sektor = bidang
viii. sirkulasi = peredaran
ix. realisasi = pelaksanaan

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Cara pemasukan istilah asing dapat dilakukan sebagai berikut:


1. Melalui penerimaan secara utuh
Diterima sebagaimana adanya dalam bahasa asalnya. Cara ini ditempuh jika istilah
atau ucapan itu dianggap bersifat internasional atau jika orang belum menemukan
padanannya dalam bahasa Indonesia, antara lain
x. de jure => menurut hukum
xi. de fakto => menurut kenyataan
xii. doctor honoris causa => doktor kehormatan
xiii. cum laude => dengan pujian
2. Melalui terjemahan
Dalam menerjemahkan istilah asing yang penting ialah kesamaan makna konteks,
bukan makna harfiahnya. Karena itu terjemahan tidak menghasilkan bentuk
berimbang satu lawan satu. Namun kategori gramatikalnya diperhatikan juga kata
benda=kata benda pula.
xiv. brain storming => sumbang saran
xv. up to date => mutakhir
xvi. overlap => tumpang tindih
xvii. bilateral => dua pihak
xviii. feedback => umpan balik
3. Melalui adaptasi : penyesuaian ejaan / sistem bunyi bahasa Indonesia
- integration => integrasi
- research => riset
- university => universitas

2.6 PEMAKAIAN TANDA BACA

A. Tanda titik dipakai :


1. pada akhir kalimat;
2. pada singkatan nama orang;
3. pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan;
4. pada singkatan atau ungkapan yang sangat umum;
5. di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, dan daftar;
6. untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu;
7. untuk memisahkan angka jam, menit, detik yang menunjukan jangka waktu;

B. Tanda titik tidak dipakai :


1. untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang tidak menunjukkan
jumlah ;
2. dalam singkatan yang terdiri atas huruf–huruf awal kata atau suku kata, atau
gabungan keduanya, yang terdapat di dalam nama badan pemerintah, lembaga
lembaga nasional atau internasional, atau yang terdapat di dalam akronim yang
sudah diterima oleh masyarakat.
3. di belakang alat pengirim dan tanggal surat, atau nama dan alamat penerima surat.

C. Tanda koma dipakai :


1. di antara unsur–unsur dalam suatu perincian dan pembilangan
2. untuk memisahkan kalimat setara;
3. untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat;
4. di belakang kata seru yang terdapat pada awal kalimat;
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

5. di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada
awal kalimat;
6. untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain;
7. di antara unsur-unsur alamat yang ditulis berurutan;
8. untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya;
9. di antara nama orang dan gelar akademik;
10. di muka angka persepuluhan;
11. untuk mengapit keterangan tambahan, atau keterangan aposisi.

D. Tanda titik koma dipakai :


1. untuk memisahkan bagian–bagian kalimat yang sejenis dan setara;
2. untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk sebagai pengganti
kata penghubung.

E. Tanda titik dua dipakai :


1. pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian;
2. sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian;
3. dalam teks drama sesudah kata yang menunjukan pelaku dalam percakapan
4. kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri
pernyataan;
5. di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat dalam kitab – kitab
suci, atau di antara judul dan anak judul suatu karangan (karangn Ali Hakim,
Pendidikan Seumur Hidup : Sebuah Studi, sudah terbit).

F. Tanda hubung (-) dipakai :


1. untuk menyambung suku–suku kata dasar yang terpisah karena pergantian baris;
2. untuk menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya;
3. menyambung unsur–unsur kata ulang;
4. menyambung huruf kata yang dieja;
5. untuk memperjelas hubungan bagian–bagian ungkapan;
6. untuk merangkaikan se- dengan angka, angka dengan –an, singkatan huruf besar
dengan imbuhan atau kata;
7. untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

G. Tanda pisah (--) dipakai :


1. untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang member
pelajaran(kemerdekaan bangsa itu – saya yakin akan tercapai – diperjuangkan
oleh
2. untuk menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat
menjadi lebih jelas (Rangkaian penemuan ini – evolusi, teori kenisbian, dan kini
juga pembelahan atom – telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta).
3. di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti ‘sampai dengan’ atau di antara
nama dua kota yang berarti ‘ke’ atau sampai (1945 1950 :Bandung – Jakarta).

H. Tanda elipsis (. . .) dipakai :


1. untuk menggambarkan kalimat yang terputus : Misalnya : Kalau begitu … ya,
marilah kita berangkat.
2. untuk menunjukan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan :
Misalnya : Sebab-sebab kemerosotan . . . akan diteliti lebih lanjut.

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

I. Tanda petik (‘. . .’) dipakai :


1. mengapit petikan langsung;
2. mengapit judul syair, karangan, dan bab buku apabila dipakai dalam kalimat;
3. mengapit istilah ilmiah yang masih kurang dikenal.

J. Tanda petik tunggal (‘…’) dipakai :


1. mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan petikan lain,
misalnya :
Tanya basri, “Kaudengar bunyi ‘kring – kring tadi’?
2. mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing,
misalnya :
rate of inflation ‘laju inflasi’.

K. Tanda garis miring (/) dipakai :


1. dalam penomoran kode surat,
misalnya : No. 7/ PK/ 1983 ;
2. sebagai pengganti kata dan, atau, per atau nomor alamat,
misalnya:
mahasiswa / mahasiswi, hanya Rp 30,00 / lembar, Jalan Banteng
V / 6.

L. Tanda penyingkat atau apostrop (‘) dipakai :


Menunjukkan penghilangan bagian kata,
Misalnya : Amin ‘kan kusurati (‘kan =akan) Malam ‘lah tiba (‘lah=telah)

BENTUKAN KATA

3.1 IMBUHAN

Bahasa Indonesia dikenal sebagai bahasa aglutinatif. Artinya, kata dalam bahasa
Indonesia bisa ditempeli dengan bentuk lain, yaitu imbuhan. Imbuhan mengubah bentuk
dan makna bentuk dasar yang dilekati imbuhan itu. Karena sifatnya itulah, imbuhan
memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan kata bahasa Indonesia. Dengan

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

demikian, sudah selayaknyalah, sebagai pemakainya, kita memiliki pengetahuan


mengenai hal ini.
Dalam bahasa Indonesia, imbuhan terdiri atas awalan, sisipan, akhiran, dan
gabungan awalan dengan akhiran yang disebut konfiks dan gabungan afiks dalam ilmu
bahasa. Awalan yang terdapat di dalam bahasa Indonesia terdiri atas me(N)-, be(R)-, di-,
te(R), -pe(N)-, pe(R)-, ke-, dan se-, sedangkan sisipan terdiri atas -el-, -em-, dan -er-;
akhiran terdiri atas -kan, -i, dan -an; konfiks dan gabungan afiks terdiri atas gabungan
awalan dengan akhiran. Awalan dan akhiran masih sangat produktif digunakan,
sedangkan sisipan tidak produktif. Walaupun demikian, semua imbuhan termasuk sisipan
di dalamnya, apabila diperlukan, masih dapat kita manfaatkan, misalnya, dalam
penciptaan kosakata baru atau dalam penerjemahan atau penyepadanan istilah asing.

3.1.1 Awalan me(N)-


Proses pengimbuhan dengan awalan me(N)- terhadap bentuk dasar dapat
mengakibatkan munculnya bunyi sengau atau bunyi hidung dapat pula tidak. Hal tersebut
bergantung pada bunyi awal bentuk dasar yang dilekati awalan tersebut. Bunyi awal
bentuk dasar dapat luluh, dapat pula tidak bergantung pada jenis bunyi bentuk dasar yang
dilekati awalan.
Untuk memperjelas hal tersebut, perhatikan contoh berikut.
me(N)- + buat → membuat
me(N)- + pakai → memakai
me(N)- + fotokopi → memfotokopi
me(N)- + dengar → mendengar
me(N)- + tatar → menatar
me(N)- + jabat → menjabat
me(N)- + colok → mencolok
me(N)- + suruh → menyuruh
me(N)- + ganti → mengganti
me(N)- + kikis → mengikis
me(N)- + hadap → menghadap
me(N)- + undang → mengundang
me(N)- + muat → memuat
me(N)- + nilai → menilai
me(N)- + nyanyi → menyanyi
me(N)- + nganga → menganga
me(N)- + lepas → melepas
me(N)- + rusak → merusak

Apabila bentuk dasar yang dilekati hanya berupa satu suku kata, me(N)- berubah
menjadi menge-, misalnya, dalam contoh berikut.
me(N)- + cap → mengecap
me(N)- + pak → mengepak
me(N)- + tik → mengetik

Namun demikian, perlu kita perhatikan jika bentuk dasar tersebut ditempeli
awalan di-, bentuk yang ditempelinya tidak mengalami perubahan. Kita perhatikan contoh
berikut.
di- + pak → dipak
di- + tik → ditik
di- + cap → dicap
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Berdasarkan contoh-contoh yang sudah kita kenal dengan baik, dapat kita
simpulkan bahwa untuk membentuk kata secara benar, kita harus mengetahui bentuk
dasarnya.

3.1.2 Awalan be(R)-


Awalan be(R)- memiliki tiga variasi, yaitu ber-, be-, dan bel-. Variasi tersebut
muncul sesuai dengan bentuk dasar yang dilekatinya, misalnya, dalam contoh berikut.
be(R)- + usaha → berusaha
be(R)- + diskusi → berdiskusi
be(R)- + korban → berkorban
be(R)- + rencana → berencana
be(R)- + kerja → bekerja
be(R)- + serta → beserta
be(R)- + ajar → belajar

Kata beruang sebagai kata dasar berart i sejenis binatang, sedangkan sebagai kata
berimbuhan, yang terdiri atas ber- dan uang memiliki arti mempunyai uang; ber- dan
ruang berarti memiliki ruang’. Kata tersebut akan menjadi jelas artinya jika terdapat
dalam konteks kalimat. Begitu pula halnya dengan kata berevolusi yang terdiri atas ber
dan evolusi atau ber- dan revolusi.
Dalam keseharian kini sering digunakan kata berterima atau keberterimaan.
Dalam hal ini awalan ber- sejajar dengan awalan di-. Jadi, berterima sama dengan
diterima, misalnya, dalam kalimat Usulan yang disampaikan kepada Bapak Gubernur
sudah berterima. Kata berterima dan keberterimaan merupakan padanan acceptable dan
acceptability dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Melayu, imbuhan ber- yang sepadan
dengan di- merupakan hal yang lazim, peribahasa gayung bersambut, kata berjawab
berarti gayung disambut, kata dijawab.

3.1.3 Awalan te(R)-


Awalan te(R)- memiliki variasi ter-, te-, dan tel-. Ketiga variasi tersebut muncul
sesuai dengan bentuk dasar yang dilekatinya. Layak diingat bahwa awalan ini memiliki
tiga macam arti dalam pemakaiannya. Pertama, artinya sama dengan paling. Kedua,
menyatakan arti tidak sengaja. Ketiga, menyatakan arti sudah di- Misalnya dalam contoh
di bawah ini.
te(R)- + dengar → terdengar
te(R)- + pandai → terpandai
te(R)- + rasa → terasa
te(R)- + kerjakan → tekerjakan
te(R)- + perdaya → teperdaya
te(R)- + percaya → tepercaya

Selanjutnya, cobalah Anda menggunakan awalan itu dalam kata lain dan
kalimat lain yang sesuai dengan tautannya.

3.1.4 Awalan pe(N)- dan pe(R)-


Awalan pe(N)- dan pe(R)- merupakan pembentuk kata benda. Kata benda yang
dibentuk dengan pe(N)- berkaitan dengan kata kerja yang berawalan me(N)-. Kata benda
yang dibentuk dengan pe(R)- berkaitan dengan kata kerja yang berawalan be(R)-. Awalan

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

pe(N)- memiliki variasi pe-, pem-, pen-, peny-, peng-, dan penge-. Variasi tersebut muncul
bergantung pada bentuk dasar yang dilekati pe(N)-. Kita lihat contoh berikut:
pe(N)- + rusak → perusak
pe(N)- + laku → pelaku
pe(N)- + beri → pemberi
pe(N)- + pasok → pemasok
pe(N)- + daftar → pendaftar
pe(N)- + teliti → peneliti
pe(N)- + jual → penjual
pe(N)- + cari → pencari
pe(N)- + suluh → penyuluh
pe(N)- + guna → pengguna
pe(N)- + kirim → pengirim
pe(N)- + tik → pengetik
pe(N)- + cap → pengecap
pe(N)- + las → pengelas

Dalam keseharian sering dijumpai bentuk pengrajin yang berartiorang yang


pekerjaannya membuat kerajinan’. Bila kita bandingkan dengan kata pe(N)- + rusak
menjadi perusak yang berarti orang yang membuat kerusakan’, bentuk pengrajin
merupakan bentuk yang tidak tepat. Kita ingat saja bahwa kedua kata tersebut, rajin dan
rusak, merupakan kata sifat. Karena itu, bentuk tersebut harus dikembalikan pada bentuk
yang tepat dan sesuai dengan kaidah, yaitu perajin.
Awalan pe(R)- memiliki variasi bentuk pe-, per-, dan pel-. Variasi tersebut muncul
sesuai denngan bentuk dasar yang dilekati awalan pe(R)-. Kita lihat contoh berikut:
pe(R)- + dagang → pedagang
pe(R)- + kerja → pekerja
pe(R)- + tapa → pertapa
pe(R)- + ajar → pelajar

Kata-kata sebelah kanan berkaitan dengan awalan ber- yang dilekati dengan kata
dasar dagang, kerja, tapa, dan ajar. Jadi, kata-kata tersebut berkaitan dengan kata
berdagang, bekerja, bertapa, dan belajar.
Selain kata-kata itu, kita sering melihat kata-kata lain seperti pesuruh dan
penyuruh. Kata pesuruh dibentuk dari pe(R)- + suruh, sedangkan penyuruh dibentuk dari
pe(N)- + suruh. Pesuruh berarti yang disuruh’ dan penyuruh berarti yang menyuruh’.
Beranalogi pada kedua kata tersebut kini muncul kata-kata lain yang sepola dengan
pesuruh dan penyuruh, misalnya, kata petatar dan penatar, pesuluh dan penyuluh.
Dalam bahasa Indonesia sekarang muncul pula bentuk kata yang sepola dengan
kedua kata di atas, tetapi artinya berlainan. Misalnya, pegolf, pecatur, perenang, pesenam,
dan petenis. Awalan pe- pada kata-kata tersebut berarti pelaku olah raga golf, catur,
renang, senam, dan tenis. Selain itu, muncul juga bentuk lain seperti pemerhati ‘yang
memperhatikan’, pemersatu ‘yang mempersatukan’ dan pemerkaya ‘yang memperkaya’.
Bentuk-bentuk itu merupakan bentuk baru dalam bahasa Indonesia. Kata-kata yang
termasuk kata benda itu berkaitan dengan kata kerja yang berawalan memper- atau
memper- + kan.
Kini mari kita mencoba menaruh perhatian pada pemakaian bentuk kata yang
dicetak miring dalam kalimat berikut.
1. Pertamina akan mendatangkan alat pembor minyak dari Amerika Serikat.
2. Generasi muda sekarang merupakan pewaris Angkatan 45.
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

3. Sebagai pengelola administrasi, dia begitu cekatan.


4. Betulkah bangsa Indonesia sebagai pengkonsumsi barang buatan Jepang.
5. Siapa pun pemitnahnya harus dihukum.
6. Mereka adalah pemrakarsa pembangunan gedung ini.
7. Setiap peubah dalam penyusunan harus dapat diuji.
8. Orang yang memfotokopi bisa disebut pengopi.
9. Dapatkah Anda membedakan siapa petembak dan siapa penembak?
10. Orang yang memberikan atau memiliki saham suatu perusahaan bisa disebut
penyaham perusahaan.

3.1.5 Konfiks pe(N)-an dan pe(R)-an


Kata benda yang dibentuk dengan pe(N)-an menunjukkan proses yang berkaitan
dengan kata kerja yang berimbuhan me(N)-, me(N)-kan, atau me(N)-i. Kata benda yang
dibentuk den gan pe(R)-an ini menunjukkan hal atau masalah yang berkaitan dengan kata
kerja yang berawalan be(R)-. Kita perhatikan contoh berikut:
pe(N)- + rusak + -an → perusakan
pe(N)- + lepas + -an → pelepasan
pe(N)- + tatar + -an → penataran
pe(N)- + sah + -an → pengesahan
pe(N)- + tik + -an → pengetikan
pe(R)- + kerja + -an → pekerjaan
pe(R)- + ajar + -an → pelajaran

Selain kata-kata yang dicontohkan, kita sering menemukan kata-kata yang tidak
sesuai dengan kaidah di atas seperti pengrumahan, pengrusakan, pengluasan, penyucian
(kain), penglepasan, penyoblosan, dan pensuksesan. Kata-kata yang tidak sesuai dengan
kaidah ini harus dikembalikan pada bentuk yang tepat (Bagaimana bentuk yang tepat dari
kata-kata di atas menurut Saudara?).

3.1.6 Akhiran -an dan Konfiks ke-an


Kata benda dapat dibentuk dengan bentuk dasar dan akhiran –an atau konfiks ke-
an. Kata benda yang mengandung akhiran -an umumnya menyatakan hasil, sedangkan
kata benda yang mengandung konfiks ke-an umumnya menyatakan hal. Untuk
memperjelas uraian di atas, kita perhatikan contoh berikut.
1. Dia mengirimkan sumbangan sepekan lalu, tetapi kiriman itu belum kami terima.
2. Sebulan setelah dia mengarang artikel, karangannya itu dikirimkan kesebuah media
massa.

Kata benda yang mengandung ke-an diturunkan langsung dari bentuk dasarnya
seperti contoh berikut.
1. Beliau hadir untuk meresmikan penggunaan gedung baru. Kehadiran beliau disana
disambut dengan berbagai kesenian tradisional.
2. Mereka terlambat menyerahkan utgasnya. Keterlambatan itu menyebabkan mereka
mendapatkan nilai jelek.

Isilah rumpang kalimat berikut dengan kata benda yang mengandung akhiran -an
atau konfiks ke-an.
1. Sejak lama ia dididik orang tuanya. ... yang diberikan orang tuanya itu menyebabkan
dia menjadi orang besar.
2. Mereka membantu kami sepekan lalu. ... itu sangat bermanfaat bagi kami.
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

3. Masyarakat di pulau terpencil itu masih terbelakang. ... itu menyebabkan taraf hidup
mereka masih rendah.
4. Anak itu sangat pandai di kelasnya. Karena ... itu, dia memperoleh beasiswa dari
pemerintah.
5. Usaha yang ditempuhnya selalu gagal. Akan tetapi, dia tidak pernah putus asa akibat
...nya itu.

3.1.7 Kata Kerja Bentuk me(N)- dan me(N)-kan


Akhiran -kan dan -i pada kata kerja dalam kalimat berfungsi menghadirkan objek
kalimat. Beberapa kata kerja baru dapat digunakan dalam kalimat setelah diberi akhiran
-kan atau -i. Mari kita perhatikan contoh untuk memperjelas uraian.
1. Beliau sedang mengajar di kelas.
2. Beliau sedang mengajarkan bahasa Indonesia.
3. Beliau mengajari kami bahasa Indonesia di kelas.
4. Atasan kami menugasi kami mengikuti penyuluhan ini.
5. Atasan kami menugaskan pembuatan naskah pidato kepada sekretaris.
6. Pemerintah menganugerahi rakyat Jawa Barat tanda kehormatan.
7. Pemerintah menganugerahkan tanda kehormatan kepada rakyat Jawa Barat.
8. Kami membeli buku-buku baru untuk perpustakaan.
9. Kami membelikan mereka buku baru untuk perpustakaan.
10. Setiap 28 Oktober kami memperingati hari Sumpah Pemuda.

3.1.8 Awalan ke-


Awalan ke- berfungsi membentuk kata benda dan kata bilangan, baik bilangan
tingkat maupun bilangan yang menyatakan kumpulan. Kata benda yang dibentuk dengan
awalan ke- sangat terbatas, yaitu hanya pada kata tua, kasih, hendak yang menjadi ketua,
kekasih, dan kehendak. Penentuan apakah awalan ke- sebagai pembentuk kata bilangan
tingkat atau kata bilangan yang menyatakan kumpulan harus dilihat dalam hubungan
kalimat. Misalnya kalimat berikut:
1. Tim kami berhasil menduduki peringkat ketiga dalam MTQ tingkat Jawa Barat.
2. Ketiga penyuluh itu ternyata teman kami waktu di SMA.
Dalam percakapan sehari-hari, awalan ke- sering mengganti awalan ter- sebagai
bentuk pasif. Hal ini terjadi karena pengaruh bahasa daerah atau dialek tertentu. Dalam
situasi resmi, hal ini harus dihindari. Kita perhatikan contoh berikut.
1. Menurut laporan yang dapat dipercaya, korban tanpa identitas itu ketabrak mobil.
Seharusnya:
2. Menurut laporan yang dapat dipercaya, korban tanpa identitas itu tertabrak mobil.

3.1.9 Akhiran Lain


Selain akhiran asli bahasa Indonesia -kan, -i, dan -an, terdapat pula beberapa
akhiran yang berasal dari bahasa asing, misalnya, -wan, -man, dan -wati dari bahasa
Sanskerta; akhiran -i, -wi, dan -iah dari bahasa Arab. Akhiran -wan dan -wati produktif,
sedangkan akhiran –man tidak demikian. Akhiran -wi lebih produktif daripada akhiran -i
dan -iah. Akhiran -wi tidak hanya terdapat dalam bentukan bahasa asalnya, tetapi juga
terdapat dalam bentukan dengan bentuk dasar bahasa Indonesia.
Perhatikan beberapa contoh kata berikut.
karyawan
karyawati
olahragawan
olahragawati
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

budiman
seniman
manusiawi
surgawi
badani
badaniah
Bagaimana pendapat Anda mengenai bentuk kata berikut ?
ilmiawan
rohaniawan
gerejani

Beberapa contoh bentuk kata yang salah dan yang benar didaftarkan
berikut ini.
Salah Benar
memparkir memarkir
menterjemahkan menerjemahkan
mentafsirkan menafsirkan
mensukseskan menyukseskan
memitnah memfitnah
menyolok mencolok
menyintai mencintai
mengontrakan mengontrakkan
membanding membandingkan
mengundur mengundurkan
memberitahu memberi tahu
berserta beserta
bewarna berwarna
bekerjasama bekerja sama
berterimakasih berterima kasih
dikata dikatakan
dipensiun dipensiunkan
terlantar telantar
terlanjur telanjur
pengrusakan perusakan
pengletakan peletakan
penglepasan pelepasan
pengrajin perajin
nampak tampak
dibanding dibandingkan dengan
diselusuri ditelusuri

3.1.10 Prosedur Pengayaan Kosakata


Perhatikan tabel di bawah, kemudian amati kolom kata dasar. Setelah itu, bubuhi
tanda + di bawah setiap imbuhan jika berterima secara tata bahasa, dan tanda – jika jika
tidak berterima secara tata bahasa. Langkah berikutnya cobalah membuat kalimat bahasa
Indonesia dengan kata yang sudah diberi tanda + tadi.

Kata Imbuhan
Dasar me(N)- me-i me-kan memper- memper- memper-i
kan
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

awak
hitung
hukum
gigi
siap
darah
politik
hubung
buku
bibit
bentang
luas
panjang
singkat
jiwa
mati
hidup
sosial
besar
anak

Bila sudah berhasil dengan imbuhan tersebut, cobalah dengan imbuhan lain. Lalu, coba
pula kata-kata lain yang jarang digunakan, tetapi ada di dalam kamus bahasa Indonesia.
Kemudian, Anda perhatikan bahasan peristilahan dan bahasan pilihan kata pada modul
ini.

Catatan: Pengayaan ini bisa juga dilakukan dengan cara berbeda, yaitu senerai atau
daftar kata dasar ke samping dan senerai imbuhan ke bawah.

3.2 PELATIHAN

Catatlah sepuluh kata yang Anda anggap sebagai kata baru dan terapkan dalam kalimat!
3.3 RANGKUMAN

Bahasa Indonesia dikenal sebagai bahasa aglutinatif. Artinya, kosakata dalam


bahasa Indonesia bisa ditempeli dengan bentuk lain, yaitu imbuhan. Imbuhan mengubah
bentuk dan makna bentuk dasar yang dilekati imbuhan itu karena sifatnya itulah, imbuhan
memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan kata bahasa Indonesia. Dengan
demikian, sudah selayaknyalah, sebagai pemakainya, kita memiliki pengetahuan
mengenai hal ini.
Dalam bahasa Indonesia, imbuhan terdiri atas awalan, sisipan, akhiran, dan
gabungan awalan dengan akhiran yang disebut konfiks dan gabungan afiks dalam ilmu
bahasa. Awalan yang terdapat di dalam bahasa Indonesia terdiri atas me(N)-, be(R)-, di-,
te(R)-, pe(N)-, pe(R)-, ke-, dan se-, sedangkan sisipan terdiri atas -el-, -em-, dan -er-;
akhiran terdiri atas -kan, -i, dan -an; konfiks dan gabungan afiks terdiri atas gabungan
awalan dengan akhiran. Awalan dan akhiran masih sangat produktif digunakan,
sedangkan sisipan tidak produktif. Walaupun demikian, semua imbuhan termasuk sisipan
di dalamnya, apabila diperlukan, masih dapat kita manfaatkan, misalnya, menciptakan

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

kosakata baru atau dalam penerjemahan atau penyepadanan istilah asing. Kerjakan
pelatihan-pelatihan pada setiap sub bagian pembicaraan mengenai imbuhan ini.

3.4 TEST FORMATIF

Kerjakan pelatihan-pelatihan pada setiap sub bagian pembicaraan mengenai


imbuhan ini.

DIKSI ATAU PILIHAN KATA

Pemahaman terhadap suatu bahasa tidak dapat dilepaskan dari pemahaman


terhadap kata-kata dan kaidah yuang terdapat dalam bahasa tersebut. Menggunakan
bahasa pada hakikatnya adalah memakai katakata dan kaidah yang berlaku dalam bahasa
itu. Dengan demikian, agar dapat berbahasa dengan baik, benar, dan cermat, kita harus
memperhatikan pemakaian kata dan kaidah yang terdapat di dalamnya. Hal ini berlaku
bagi semua bahasa, termasuk di dalamnya bahasa Indonesia.

4.1 ASPEK KATA

Setiap kata terdiri atas dua aspek, yaitu bentuk dan makna. Bentuk merupakan
sesuatu yang dapat diinderai, dilihat, atau didengar. Makna merupakan sesuatu yang dapat
menimbulkan reaksi dalam pikiran kita karena rangsangan bentuk. Apabila ada seseorang
berteriak Banjir!, dalam pikiran kita timbul reaksi karena kita mengetahui arti kata
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

tersebut. Karena itu, pikiran kita akan menyatakan ada gerakan air deras, besar, dan
meluas secara tiba–tiba. Jadi, yang dimaksud bentuk adalah semacam kata banjir,
sedangkan makna adalah reaksi yang timbul dalam pikiran kita. Reaksi tersebut tentu
akan berbeda–beda pada setiap orang. Hal ini bergantung pada tingkat pemahaman setiap
orang akan bentuk dan makna suatu kata.
Untuk memahami kata, kita harus mengetahui bentuk dan makna kata itu
sekaligus. Pemahaman terhadap salah satu aspek saja tidak menjamin pemahaman
terhadap kata. Seseorang yang mengetahui bentuk atau rupa suatu benda belum tentu
mengetahui namanya. Demikian pula halnya, seseorang yang mengetahui namanya saja
belum tentu mengetahui bentuk atau rupa benda itu. Jadi, pemahaman terhadap bentuk
dan makna kata merupakan syarat bagi pemahaman terhadap kata. Sebagaimana
dikemukakan, untuk dapat berbahasa dengan baik, benar, dan cermat, kita harus
memperhatikan pemakaian kata dan kaidah
BAB IV
4.2 PENGGUNAAN KATA

Sebagaimana dikemukakan, untuk dapat berbahasa dengan baik, benar, dan


cermat, kita harus memperhatikan pemakaian kata dan kaidah bahasa yang berlaku pada
bahasa yang kita gunakan. Misalnya, kita menggunakan bahasa Indonesia, maka yang
harus kita perhatikan adalah kata dan kaidah bahasa Indonesia.
Dalam penggunaan kata, selain harus memperhatikan factor kebahasaan, kita pun
harus mempertimbangkan berbagai faktor di luar kebahasaan. Faktor tersebut sangat
berpengaruh pada penggunaan kata karena kata merupakan tempat menampung ide.
Dalam kaitan ini, kita harus memperhatikan ketepatan kata yang mengandung
gagasan atau ide yang kita sampaikan, kemudian kesesuaian kata dengan situasi bicara
dan kondisi pendengar atau pembaca.

4.2.1 Ketepatan Pilihan Kata


Bahasa sebagai alat komunikasi berfungsi untuk menyampaikan gagasan atau ide
pembicara kepada pendengar atau penulis kepada pembaca. Pendengar atau pembaca
akan dapat menerima gagasan atau ide yang disampaikan pembicara atau penulis apabila
pilihan kata yang mengandung gagasan dimaksud tepat. Pilihan kata yang tidak tepat dari
pembicara atau penulis dapat mengakibatkan gagasan atau ide yang disampaikannya tidak
dapat diterima dengan baik oleh pendengar atau pembaca. Oleh karena itu, kita perlu
memperhatikan hal–hal berikut: kata bermakna denotatif dan konotatif, kata bersinonim,
kata umum dan kata khusus, dan kata yang mengalami perubahan makna.

4.2.1.1 Kata Bermakna Denotatif dan Bermakna Konotatif


Makna denotatif adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan konsep
dengan kenyataan. Makna ini merupakan makna yang lugas, makna apa adanya. Makna
ini bukan makna kiasan atau perumpamaan. Sebaliknya, makna konotatif atau asosiatif
muncul akibat asosiasi perasaan atau pengalaman kita terhadap apa yang diucapkan atau
apa yang didengar. Makna konotatif dapat muncul di samping makna denotatif suatu kata.
Dalam bahasa tulisan ragam ilmiah dan formal yang harus kita gunakan adalah
kata–kata denotatif agar keobjektifan bisa tercapai dan mudah dipahami tanpa adanya
asosiasi. Hal ini perlu diperhatikan karena apabila terdapat kata asosiatif, pemahaman
pembaca atau pendengar sangat subjektif dan berlainan. Kita bandingkan kata perempuan
dan pandai dalam kalimat berikut.
1. a. Perempuan itu ibu saya.
b. Ah,dasar perempuan.
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

2. a. Saudara saya termasuk orang pandai dalam memotivasi orang lain untuk berpikir
positif.
b. Karena keyakinannya, barang yang hilang itu ditanyakan kepada orang pandai
yang tinggal di sebuah kota.

4.2.1.2 Kata Bersinonim


Kata bersinonim adalah kata yang memiliki makna yang sama atau hampir sama.
Banyak kata bersinonim yang berdenotasi sama, tetapi konotasinya berbeda. Akibatnya,
kata–kata yang bersinonim itu dalam pemakaiannya tidak sepenuhnya dapat saling
menggantikan. Kata–kata mati, meninggal, wafat, gugur, mangkat, mampus, dan
berpulang memiliki makna denotasi yang sama, yaitu nyawa lepas dari raga, tetapi
makna konotasinya berbeda. Relakah Saudara kepada orang yang sangat Saudara hormati
dan Saudara cintai mengatakan Dia telah mampus kemarin, sebaliknya kepada binatang
Saudara mengatakan Kambing itu telah wafat kemarin.
Dengan contoh tadi jelaslah bagi kita bahwa kata dapat memil iki kekhususan dalam
pemakaiannya walaupun kata yang digunakan memiliki makna denotasi yang sama.

4.2.1.3 Kata Bermakna Umum dan Bermakna Khusus


Dalam bahasa sehari–hari kita sering mendengar atau membaca kata yang
bermakna kabur akibat kandungan maknanya terlalu luas. Kata seperti itu sering
mengganggu kelancaran dalam berkomunikasi. Karena itu, agar komunikasi berlangsung
dengan baik, kita harus dengan cermat menggunakan kata yang bermakna umum dan
bermakna khusus secara tepat. Jika tidak, komunikasi terhambat dan kesalahpahaman
mungkin muncul.
Kata bermakna umum mencakup kata bermakna khusus. Kata bermakna umum
dapat menjadi kata bermakna khusus jika dibatasi. Kata bermakna umum digunakan
dalam mengungkapkan gagasan yang bersifat umum, sedangkan kata bermakna khusus
digunakan untuk menyatakan gagasan yang bersifat khusus atau terbatas.
1. Dia memiliki kendaraan
2. Dia memiliki mobil
3. Dia memiliki sedan.
Kata sedan dirasakan lebih khusus daripada kata mobil. Kata mobil lebih khusus
daripada kata kendaraan. Demikian pula halnya dalam kata beruntun ini binatang,
binatang peliharaan, kucing.

4.2.1.4 Kata yang Mengalami Perubahan Makna


Sejarah perkembangan kehidupan manusia dapat memengaruhi sejarah
perkembangan makna kata. Dalam bahasa Indonesia, juga dalam bahasa lain, terdapat
kata yang mengalami penyempitan makna, peluasan makna, perubahan makna.
Kata sarjana dan pendeta merupakan contoh kata yang mengalami penyempitan
makna. Kata sarjana semula digunakan untuk menyebut semua cendekiawan. Kini kata
tersebut hanya digunakan untuk cendekiawan yang telah menamatkan pendidikannya di
perguruan tinggi. Kata pendeta semula memiliki arti orang yang berilmu, kini hanya
digunakan untuk menyebut guru/pemimpin agama Kristen.
Kata berlayar, bapak, ibu, saudara, dan putra–putri merupakan contoh kata yang
mengalami peluasan makna. Kata berlayar semula digunakan dengan makna bergerak di
laut menggunakan perahu layar. Kini maknanya menjadi luas, yaitu bepergian di atas laut,
baik memakai perahu layar maupun memakai alat transportasi lain. Kata bapak, ibu, dan
saudara semula hanya digunakan dalam hubungan kekerabatan. Kini ketiga kata tersebut
digunakan juga untuk menyebut atau menyapa orang lain yang bukan keluarga, bukan
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

kerabat. Begitu pula halnya kata putraputri. Semula kata ini hanya digunakan untuk
menyebut anak raja. Kini anak siapa pun berhak dan boleh disebut putra –putri.
Demi ketepatan pilihan kata, kita pun harus berhat–ihati menggunakan kata–kata
yang berejaan mirip seperti kata bahwa, bawa, dan bawah; gaji dan gajih; sangsi dan
sanksi. Kita pun harus berhati–hati menggunakan ungkapan tertentu seperti bercerita
tentang, bukan menceritakan tentang; sesuai dengan, bukan sesuai; bergantung pada atau
tergantung pada, bukan tergantung atau tergantung dari (bandingkan dengan depend on
dan hang on dalam bahasa Inggris).

4.2.2 Kesesuaian Pilihan Kata


Kesesuaian pilihan kata berkatian dengan pertimbangan pengungkapan gagasan
atau ide dengan memperhatikan situasi bicara dan kondisi pendengar atau pembaca.
Dalam pembicaraan yang bersifat resmi atau formal, kita harus menggunakan kata–kata
baku. Sebaliknya, dalam pembicaraan tak resmi atau santai, kita tidak dituntut berbicara
atau menulis dengan menggunakan kata–kata baku untuk menjaga keakraban. Faktor
kepada siapa kita berbicara atau kita menulis harus diperhatikan agar kata–kata yang kita
gunakan dapat dipahami mereka. Pada saat kita berbicara dengan masyarakat awam,
sebaiknya kita gunakan kata–kata umum (popular); jangan kita gunakan kata–kata yang
bersifat ilmiah. Tujuan kita berbicara atau menulis tentu untuk dipahami orang lain. Jadi,
kalau kita gunakan kata–kata ilmiah, sedangkan yang kita ajak bicara tidak paham, tentu
yang kita sampaikan tidak ada gunanya, percuma. Sebaliknya, jika kita berbicara dengan
golongan intelektual, pejabat, atau para ahli di bidang tertentu, sebaiknya kita
menggunakan kita menggunakan kata–kata yang lebih akrab dengan mereka atau kata–
kata ilmiah. Layak diingat bahwa yang termasuk kata-kata ilmiah bukan hanya kata–kata
yang berasal dari bahasa asing. Dalam bahasa Indonesia pun banyak sekali kata–kata
ilmiah.
Agar kesesuaian pilihan kata dapat kita capai, dalam berbicara atau menulis kita
perlu memperhatikan hal-hal berikut.
Dalam situasi resmi, kita gunakan kata-kata baku.
Dalam situasi umum, kita gunakan kata-kata umum.
Dalam situasi khusus, kita gunakan kata-kata khusus.

4.2.2.1 Kata Baku dan Takbaku


Kata baku adalah kata yang tidak bercirikan bahasa daerah atau bahasa asing.
Baik dalam penulisan maupun dalam pengucapannya harus bercirikan bahasa Indonesia.
Dengan perkataan lain, kata baku adalah kata yang sesuai dengan kaidah mengenai kata
dalam bahasa Indonesia. Kita perhatikan beberapa contoh berikut.

Kata Baku Kata Takbaku

pikir, paham fakir, faham


nasihat nasihat
ijazah ijasah
jadwal jadual
kualitas, kuantitas, kuitansi kwalitas, kwantitas, kwitansi
karier karir
pasien pasen
imbau himbau
utang, isap hutang, hisap
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

beri kasih
dulu dulunya
hakikat hakekat
lewat liwat
mengapa kenapa
senang seneng
asas azas
energi enerji
hipotesis hipotesa
kategori katagori
sistem sistim
metode metoda
teknik tehnik
tim team
seksi sie
subunit sub unit
pascapanen pasca panen
antarbagian antar bagian
semifinal semi final
asusila a susila
caturbidang catur bidang
ekabahasa eka bahasa
monoloyalitas mono loyalitas
supranatural supra natural
ekstrakurikuler ekstra kurikuler

4.2.2.2 Kata Ilmiah dan Kata Populer


Kata ilmiah adalah kata yang biasa digunakan di lingkungan ilmuwan dan dunia
pedidikan umumnya. Kata popular adalah kata yang biasa digunakan di kalangan
masyarakat umum. Kita lihat beberapa contoh berikut.

Kata Ilmiah Kata Populer


dampak akibat
kendala h ambatan
formasi susunan
frustasi kecewa
pasien orang sakit
volume isi
koma sekarat
Dalam pembicaraan di depan umum, sebaiknya kita menggunakan kata–kata
popular agar apa yang kita kemukakan dapat dipahami dengan baik dan mudah. Apa arti
kata argumen, solusi, filial, final, kontradiksi, komitmen?

4.2.2.3 Kata Percakapan dan Kata/Ungkapan Usang


Kata percakapan biasanya digunakan dalam bahasa lisan. Kata-kata ini umumnya
memiliki kaidah sendiri yang berbeda dengan kata-kata yang digunakan dalam tulisan.
Kata–kata percakapan, di antaranya, memiliki ciri kedaerahan (dialek), tidak ajeg
menggunakan kaidah bentukan kata dan sering menyingkat kata. Beberapa contoh dapat
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

dikemukakan di sini, misalnya, nggak, ngerti, dapet, sikon, gini, gitu. Kata–kata
percakapan sebaiknya dihi ndarkan dalam tulisan atau pembicaraan resmi karena dapat
mengganggu keresmian atau keilmiahan. Karena itu, berhati–hatilah menggunakan kata
percakapan ini.
Ungkapan yang masih dipahami oleh umum dapat digunakan untuk
menghidupkan suasana pembicaraan atau tulisan. Akan tetapi, ungkapan yang sudah
usang tidak lagi mempunyai kekuatan harus dihindarkan karena dapat membosankan dan
melemahkan pembicaraan atau tulisan kita.
Kenalkah Anda pada ungkapan atau slogan ini?
1. Taklekang oleh panas taklapuk oleh hujan.
2. Kami generasi muda siap mendukung dua anak.

BAB V TATA KALIMAT

5.1 PENGERTIAN KALIMAT

Kalimat ialah suatu bagian ujaran yang berdiri sendiri dan bermakna dan diakhiri
oleh intonasi akhir. Sebuah kalimat sekurangkurangnya memiliki subjek dan predikat.
Banyak hal yang dapat kita persoalkan mengenai kalimat bahasa Indonesia.
Beberapa hal yang patut memperoleh perhatian kita sehubungan dengan upaya kita untuk
memahami struktur kalimat adalah (1) alat uji kalimat, (2) ciri-ciri unsur kalimat, (3) pola
kalimat, (4) kalimat majemuk.

5.2 ALAT UJI KALIMAT

Apakah sebuah tuturan, baik lisan maupun tulis, merupakan sebuah kalimat atau
baru merupakan sebuah gabungan kata (frasa)? Untuk menghasilkan kalimat-kalimat
yang benar, kita perlu memperhatikan syarat-syarat penyusunan kalimat. Setiap kalimat
sekurang-kurangnya memiliki predikat. Suatu kata atau kelompok kata dapat berfungsi
sebagai predikat jika dapat disertai kata benda atau kelompok kata benda yang
mempunyai relasi predikat.

5.3 CIRI-CIRI UNSUR KALIMAT

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Apakah tuturan yang kita hasilkan memenuhi syarat sebagai kalimat? Salah satu
syaratnya adalah kelengkapan unsur kalimat, yaitu subjek, predikat, objek, keterangan,
pelengkap.
1. Subjek: Subjek dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan siapa atau apa predikat.
Contoh: Mahasiswa mengerjakan tugas makalah.
2. Predikat: Predikat dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan bagaimana atau
mengapa subjek.
Contoh: Mahasiswa menyusun skripsi.
3. Objek: Objek dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Objek hanya terdapat pada
kalimat yang predikatnya berupa kata kerja transitif.
Contoh: Mahasiswa itu mengemukakan masalahnya.
Masalahnya dikemukakan oleh mahasiswa itu.
4. Pelengkap: Pelengkap tidak dapat menjadi subjek sebab tidak dapat dipasifkan.
Contoh: Mereka belajar matematika dengan sungguh-sungguh.
5. Keterangan: Posisi keterangan dapat berpindah-pindah di depan, tengah, atau akhir
kalimat.
Contoh: Mereka belajar di perpustakaan.

5.4 POLA DASAR KALIMAT

(1.a) Kalimat Dasar Berpola S-P (P1 KK)


Mereka pulang.
Semua peserta datang.
(1.b) Kalimat Dasar Berpola S-P (P2 KB)
Dia mahasiswa.
Ayahnya pengusaha.
(1.c) Kalimat Dasar Berpola S-P (P3 KS)
Mahasiswa di sini pandai-pandai
Gedungnya tinggi-tinggi.
(2) Kalimat Dasar Berpola S-P-K
Presiden berasal dari Jawa Tengah.
Kalung itu terbuat dari emas.
(3) Kalimat Dasar Berpola S-P- Pel.
Negara RI berdasarkan Pancasila.
Kantor kami kemasukan pencuri
(4.a) Kalimat Dasar Berpola S-P-O (P1 KK transitif)
Mahasiswa membuat makalah.
Wartawan mencari berita.
(4.b) Kalimat Dasar Berpola S-P-O- Pel (P1 KK dwitransitif)
Ayah mengirimi saya uang.
Presiden menganugerahi para pahlawan tanda jasa.
(5) Kalimat Dasar Berpola S-P-O-K
Mereka mengadakan penelitian di luar kota.
Para mahasiswa mengikuti KKN di daerah .

5.5 KALIMAT MAJEMUK

Kalimat dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni (1) kalimat tunggal (kalimat
yang hanya terdiri atas satu kalimat dasar) dan (2) kalimat majemuk (kalimat yang
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

sekurang-kurangnya terdiri atas dua kalimat dasar). Kalimat majemuk terdiri atas kalimat
majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk rapatan.

5.5.1 Kalimat Majemuk Setara


Kalimat majemuk setara memiliki dua kalimat dasar atau lebih.
Kalimat ini ditandai dengan kata penghubung intrakalimat yang
menyatakan kesetaraan, misalnya: dan, tetapi, sedangkan, serta, namun,
lalu, kemudian, atau.

Contoh: Gempa dan tsunami menggoncang Pantai Pangandaran dan rumah-rumah hancur.
Kepala Negara mengemukakan sambutannya kemudian beliau menyerahkan
bantuan kepada para korban

5.5.2 Kalimat Majemuk Taksetara (Bertingkat/Subordinatif)


Kalimat majemuk taksetara sekurang-kurangnya terdiri atas dua kalimat dasar
sebagai unsur langsungnya. Satu dari kalimat dasar itu merupakan induk kalimat dan
satunya lagi merupakan anak kalimat. Jadi, kalimat majemuk taksetara terdiri atas induk
kalimat dan anak kalimat.
Induk kalimat dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal, sedangkan anak
kalimat tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal.
Kata penghubung yang dapat digunakan untuk kalimat majemuk setara, antara lain,
sebagai berikut:
Jika kalau apabila andaikata
Ketika waktu setelah sebelum
Supaya agar sebab karena
Walaupun sekalipun biarpun bagaimanapun

Contoh: Dia datang ketika saya sedang tidur.


Meskipun usianya sudah lanjut, semangat belajarnya tidah pernah padam.

5.5.3 Kalimat Majemuk Lesapan (Rapatan)


Kalimat majemuk lesapan adalah kalimat majemuk yang mengalami pelesapan
unsur-unsur kalimat yang sama. Unsur yang dimaksud hanya dimunculkan satu kali.

Contoh: Saya datang terlambat sehingga saya tidak dapat mengikuti kuliah pertama.
Saya datang terlambat sehingga … tidak dapat mengikuti kuliah pertama.

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

BAB VI KALIMAT EFEKTIF

6.1 PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF

Setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimiliki seseorang pada praktiknya
harus dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Kalimat yang baik pertama sekali haruslah
memenuhi persyaratan. Hal ini berarti kalimat itu harus disusun berdasarkan kaidah-
kaidah yang berlaku. Kalimat yang benar dan jelas akan mudah dipahami oleh orang lain
secara tepat. Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif. Sebuah kalimat efektif
haruslah memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasangagasan pada pikiran
pendengar atau pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis atau pembicara.
Hal ini berarti bahwa kalimat efektif haruslah disusun secara sadar untuk mencapai daya
informasi yang diinginkan penulis terhadap pembacanya. Jadi, yang dimaksud kalimat
efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat sebagai berikut.
1. Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.
2. Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau
pembaca seperti yang dipikirkan pembicara atau penulis (Keraf,1980:36).
Kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan
penerimaan itu berlangsung dengan sempurna, mampu membuat isi atau maksud yang
disampaikannya itu tergambar lengkap dalam pikiran si penerima (pembaca), persis
seperti apa yang disampaikan oleh pembicara (pe nulis) (Razak,1985:2). Arifin
memberikan batasan yang sama seperti yang telah dikemukakan di atas. Kalimat efektif
ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan
pada pikiran pendengar atau penulis (Arifin,1987:111). Dengan demikian, kalimat efektif

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

ialah kalimat yang disusun sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa yang berlaku, yang
memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran
pendengar atau pembaca seperti apa yang ada pada pikiran penulis atau pembicara.

6.2 CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF

Sebuah kalimat efektif memiliki syarat-syarat atau ciri-ciri tertentu yang


membedakannya dari kalimat yang tidak efektif. Kalimat efektif memiliki ciri-ciri (1)
kesepadanan struktur, (2) keparalelan, (3) ketegasan, (4) kehematan, (5) kecermatan, (6)
kepaduan, dan (7) kelogisan.

6.2.1 Kesepadanan
Yang dimaksud kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran
(gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini
diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran
yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti di bawah ini.
1. Kalimat itu memiliki fungsi-fungsi yang jelas (subjek dan predikat). Ketidakjelasan
subjek atau predikat suatu kalimat menyebabkan kalimat itu tidak efektif. Kejelasan
subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian
kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh: Dalam musyawarah itu menghasilkan lima ketetapan yang harus dipatuhi
bersama

Kalimat di atas tidak memiliki kesepadanan karena fungsi subjek tidak jelas. Kalimat
di atas tidak menampilkan apa atau siapa yang menghasilkan lima ketetapan yang
harus dipatuhi bersama. Subjek kalimat dalam kalimat tersebut tidak jelas karena
penekanan kata dalam.

2. Tidak terdapat subjek ganda


Contoh: Peringatan hari Sumpah Pemuda beberapa warga
masyarakat menampilkan berbagai kegiatan kesenian.

3. Kata penghubung digunakan secara tepat


Contoh: Dia datang terlambat. Sehingga tidak dapat mengkuti kuliah pertama.
4. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh: Semua regulasi yang menghambat iklim

6.2.2 Keparalelan
Yang dimaksud keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam
kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan kata benda (nomina), bentuk
kedua dan seterusnya juga harus menggunakan kata benda (nomina). Kalau bentuk
pertama menggunakan kata kerja (verba), bentuk kedua dan seterusnya juga
menggunakan kata kerja (verba).
Contoh: Apabila pelaksanaan pembangunan lima tahun kita jadikan titik tolak, maka
menonjollah beberapa masalah pokok yang minta perhatian dan pemecahan.
Reorganisasi administrasi departemen-departemen. Ini yang pertama. Masalah
pokok yang lain yang menonjol ialah penghentian pemborosan dan
penyelewengan. Ketiga karena masalah pembangunan ekonomi yang kita
jadikan titik tolak , maka kita ingin juga mengemukakan faktor lain. Yaitu
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

bagami ana memobilisir potensi nasioal secara maksimal dalam pembangunan


ini.
(Kompas)
Bila kita perhatikan kutipan di atas tampak bahwa reorganisasi administrasi,
pemborosan dan pengelewengan serta mobilisasi nasional merupakan masalah pokok
yang mempunyai hubungan satu sama lain. Dengan menggunakan konstruksi yang
pararel ketiganya dapat dihubungkan secara mesra, serta akan memberi tekanan yang
lebih jelas pada ketiganya.

6.2.3 Kehematan
Yang dimaksud kehematan dalam kalimat efektif ialah hemat menggunakan kata,
frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus
menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Penghematan di sini
mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak
menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.

1. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.


Contoh: Lukisan itu indah.
Lukisan itu akan saya beli.

Kalimat jika digabungkan menjadi seperti di bawah ini


Lukisan indah itu akan saya beli.
Atau
Lukisan itu akan saya beli karena indah.

2. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat


pada hiponimi kata.
Contoh: Mulai hari Kamis ini Top Skor akan mulai terbit dan dijual dengan harga
eceran Rp2.500,00.

3. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu


kalimat.
Contoh: Tim ini memiliki waktu selama sepekan (terhitung kemarin) untuk
menentukan detail pelaksanaan format dua wilayah seperti jumlah peserta,
kontrak pemain, dan lain-lain.

4. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan katakata yang


berbentuk jamak.
Contoh: Beberapa negara-negara Asean mengikuti konfrensi….
Banyak para peninjau yang menyatakan bahwa perang yang sedang
berlangsung itu merupakan Perang Dunia Timur Tengah.

6.2.4 Kecermatan
Yang dimaksud kecermatan adalah kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda,
dan tepat dalam pilihan kata. Kecermatan dalam kalimat berkaitan dengan pemilihan kata,
penyusunan kata, dan penggunaan logika dalam kalimat.
Kecermatan meliputi beberapa aspek berikut:
1. Ketepatan dalam struktur kalimat
Contoh: Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima beasiswa.
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Penggunaan kata yang di atas menyebabkan kalimat bermakna ganda, yang terkenal itu
mahasiswa atau perguruan tinggi.

2. Pemilihan kata
Contoh: Sebagian toko tertutup sehingga para korban gempa mengkonsumsi makanan
sesuai dengan ketersediaan yang ada.
Penggunaan kata tertutup dapat bermakna ganda, buka (tetap berjualan) atau tutup
(tidak berjualan), atau terhalang oleh sesuatu.

3. Penggunaan ejaan
Contoh: Menurut cerita Ibu Sari adalah orang pandai di desa itu.
Kekurangan penggunaan tanda koma pada kalimat di atas menyebabkan makna
menjadi kabur, apakah orang pandai di desa itu ibu, ibu sari, atau seseorang.

6.2.5 Kepaduan/ Koherensi


Yang dimaksud kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga
informasi yang disampaikannya tidak terpecahpecah. Kalimat yang padu tidak bertele-tele
dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak sistematis.
Kepaduan menunjukkkan adanya hubungan timbal balik yang baik dan jelas
antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat itu. Bagaimana
hubungan antara subjek dan predikat, hubungan antara predikat dan objek, serta
keterangan-keterangan lain yang menjelaskan tiap-tiap unsur pokok tadi. Kesalahan yang
sering merusakkan kepaduan adalah menempatkan kata depan, kata penghubung yang
tidak sesuai atau tidak pada tempatnya, perapatan kata aspek atau keterangan modalitas
yang tidak sesuai, dan sebagainya.

1. Kalimat yang padu tidak bertele-tele, hindari kalimat yang panjang.


Contoh: Kita harus mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang
telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak
sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut
kemanusiaan yang adil dan beradab.
Kalimat di atas tidak padu, coba perbaiki kalimat di atas sehingga menjadi kalimat
yang padu.

2. Kalimat yang padu menggunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat persona.
Contoh: Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan
Masalah kemacetan kredit Bimas saya ingin laporkan kepada Bapak.

3. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata antara predikat kata kerja dan
objek penderita.
Contoh: Sejak lahir manusia memiliki jiwa untuk melawan kepada
kekejaman alam, atau kepada pihak lain karena merasa dirinya lebih kuat.

6.2.6 Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah ide kalimat itu dapat diterima oleh akal
dan sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Kelogisan berhubungan dengan penalaran, yaitu proses berpikir untuk
menghubung-hubungkan fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan. Dengan
perkataan lain, penalaran (reasoning) ialah proses mengambil simpulan (conclicusion,
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

interference) dan bahan bukti atau petunjuk (evidence) ataupun yang dianggap bahan
bukti atau petunjuk (Moeliono, 1988: 124—125)
Contoh: Mayat wanita yang ditemukan itu sebelumnya sering mondarmandir di daerah
tersebut.
Jika kita bertanya, “Siapa yang mondar-mandir?”, tentu jawabannya mayat
wanita. Jelaslah bahwa kalimat tersebut salah nalar. Kalimat itu berasal dari dua
pernyataan, yaitu (1) Mayat wanita ditemukan di kompleks itu dan (2) Sebelum menjadi
mayat, wanita itu sering mondar-mandir. Penulis menggabungkan kedua kalimat tersebut
tanpa mengindahkan pikiran yang jernih sehingga lahirlah kalimat yang salah nalar.

PARAGRAF

7.1 DEFINISI PARAGRAF

Menuangkan buah pikiran secara teratur dan terorganisasi ke dalam sebuah


tulisan sehingga pembaca dapat mengikuti dan memahami jalan pikiran seseorang,
tidaklah mudah. Banyak orang fasih berbicara, namun kurang mampu menuangkan
gagasannya secara tertulis. Kalaupun ahli-ahli bicara itu mampu menuliskan gagasannya
dengan baik, biasanya hal ini terjadi sesudah melalui latihan yang intensif, baik secara
formal maupun nonformal. Hal ini wajar karena kemampuan menulis merupakan
hasil proses belajar dan ketekunan.
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam
paragrap terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam
paragraf tersebut, mulai kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topik, kalimat-
kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian
dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.

Perhatikan contoh di bawah ini lalu bagi menjadi beberapa paragraf!

Tujuan karangan berbeda-beda. Ada yang hendak mengungkapkan suatu pikiran,


ada yang hendak mengungkapkan perasaan. Karangan yang pertama banyak kita lihat
dalam tulisan ilmiah, sedangkan karangan yang kedua banyak kita lihat dalam karangan
sastra. Berdasarkan tujuan yang hendak diungkapkan itu, bahasa yang dipakainya tentulah
berbeda. Perbedan ragam bahasa karangan ilmiah dan ragam karangan sastra adalah
sebagai berikut ini. Pada karangan ilmiah, diusahakan agar bahasanya tidak menimbulkan
ketaksaan. Kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang bermakna lugas, tidak
bermakna konotasi. Pada karangan yang bersifat sastra dipakai bahasa yang indah. Kata-
kata yang dipakai adalah kata-kata yang bersifat konotasi. Dengan kata lain,bahasa ragam
sastra memiliki daya imajinatif.

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

7.2 SYARAT PARAGRAF


AB
Paragraf merupakan satu kesatuan pikiran yang dibangun dengan serangkaian
kalimat. Satu kesatuan pikiran merupakan komponen isi dan satu rangkaian kalimat
merupakan komponen bentuk paragraf. Satu kesatuan pikiran dan satu kesatuan bentuk
merupakan tuntutan yang harus dipenuhi sebuah paragraf. Dalam sebuah paragraf harus
memenuhi tuntutan koherensi dalam isi (coherencein meaning) dan kohesi dalam bentuk
(cohesion in form).

7.2.1 Syarat Koherensi


Yang dimaksud dengan koherensi ialah kesatuan isi atau kepaduan maksud;
koherensi paragraf ialah kepaduan isi paragraf. Paragraf yang tidak menunjukkan adanya
kepaduan isi disebut paragraph yang tidak koheren.
Demi terpenuhinya tuntutan koherensi paragraf, ada dua hal pokok yang harus
diperhatikan. Kedua hal yang dimaksud ialah (1) kokohnya kalimat penjelas dalam
menjelaskan ide pokok dan (2) logisnya urutan peristiwa, waktu, ruang atau tempat, dan
proses.

Perhatikan paragraf di bawah ini, lalu tentukan kalimat mana yang tidak koheren!
Terhadap dunia,UNESCO mengemukakan gagasan bahwa Borobudur harus
segera diselamatkan.(1).Borobdur bangunan raksasa yang megah lagi perkasa ini tdiak
mungkin dibuat untuk kedua kalinya.(2).Candi ini merupakan pusaka budaya,warisan
yang tak ternilai harganya.(3).Letaknya kurang lebih 15 km sebelah utara kota magelang.
(4).Bernard P. Groslier, seorang ahli riset purbakala menyatakan bahwa dalam segala hal
Borobudur merupakan monumen yang terbesar dan terindah di belahan dunia selatan
Bumi bergetar disusul hamburan batu dan kerikil panas (1).Sejak 5 april
,Galunggung telah beberapa kali memuntahkan lahar (2).Tiba- tiba terdengar suara
gemuruh seperti ledakan bom (3).Mereka tengah bersiap untuk bersembahyang magrib
(4).Lahar panas mengalir menghantam sawah, ladang, serta rumah penduduk (5).Bencana
itu datang tanpa diduga saat para petani meninggalkan sawah serta ladangnya (6).

7.2.2 Syarat Kohesi

Kohesi mengandung arti hubungan yang erat; perpaduan yang kokoh dan kohesif
berarti padu. Jadi, paragraf yang baik dituntut untuk mempunyai hubungan antarkalimat
yang erat, perpaduan antarkalimat yang kokoh. Untuk memperoleh a) Konjungsi, (b)
Pronomina,(c) Repetisi ,(d) Sinonim, (e) Hiponim,() Paralelisme, (g) Elipsasi.

7.2.2.1 Penggunaan Konjungsi


Ungkapan pengait antarkalimat dapat digunakan konjungsi (ungkapan
penghubung). Ungkapan penghubung yang dapat digunakan (a) hubungan tambahan
antara lain: lebih lagi, selanjutnya, di samping itu, berikutnya, lagi pula, (b) hubungan
pertentangan antara lain: akan tetapi, namun, walaupun demikain, sebaliknya, (c)
hubungan perbandingan antara lain: sama dengan itu, sehubungan dengan itu, (d)
hubungan akibat antara lain: oleh sebab itu, jadi, maka, (e) hubungan tujuan, antara lain:
untuk itu, untuk maksud itu, (f) hubungan waktu, antara lain: beberapa saat kemudian,
sementara itu, (g) hubungan tempat, antara lain: berdekatan dengan itu.

Isilah … di bawah ini dengan kata penghubung yang tepat!

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Dalam hal kemiskinan ini, faktor sikap dan pendidikan tidak dapat dianggap
sepele.... faktor budaya dan komnikasi....,pendekatan nonekonomi dalam memberantas
kemiskinan perlu mendapat perhatian yang serius.

7.2.2 2 Penggunaan Pronomina


Dalam usaha memadu kalimat-kalimat dalam suatu paragraf, dapat digunakan
pronominal (kata ganti orang). Pemakaian kata ganti ini berguna untuk menghindari
penyebutan nama orang berkali-kali. Kata ganti yang dimaksud adalah saya, aku, kita,
kami, engkau, kamu, dia, ia, beliau, mereka, dan nya.
Adi dan Boy merupakan dua sahabat yang akrab. Setiap hari Adi dan Boy selalu
kelihatan bersama-sama. Adilah yang selalu menjemput ke kampus karena rumah Adi
lebih jauh letaknya dari rumah Boy. Adi dan Boy selalu siap sedia menolong kawan-
kawan Adi dan Boy bila kawan-kawan Adi dan Boy mengalami kesulitan/kesukaran.
Temanteman Adi dan Boy sangat senang dan bangga melihat kelakuan Adi dan Boy yang
demikian itu. Watak dan kelakuan Adi dan Boy selalu dijadikan suri teladan bagi yang
lainnya. Walaupun demikian, Adi dan Boy tidak pernah menjadi sombong atau angkuh
karena pujian yang sering Adi dan Boy Terima.

7.2.2.3 Penggunaan Repetisi


Dalam upaya merangkai kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dapat
digunakan repetisi, yaitu mengulang kata tertentu yang dianggap penting.
Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa yang tinggal di berbagai
daerah dengan keanekaragaman budaya dan bahasanya. Keanekaragaman demikian
mungkin menguntungkan karena dapat memperkaya kebudayaan nasional. Moto Bhineka
Tunggal Ika mencerminkan tekad bangsa kita untuk menarik keuntungan dari
keanekaragaman itu.

7.2.2.4 Penggunaan Sinonim


Cara lain yang kadang-kadang juga digunakan untuk merangkaikan kalimat dalam
paragraf adalah sinonim atau kemaknaan. Kesemaknaan tidak terbatas pada kata dan kata,
namun mungkin juga kesemaknaan kata dan kelompok kata, Misalnya, Bandung
bersemakna dengan “kota yang dijuluki Paris van Java”, Bung Karno bersemakna dengan
‘tokoh proklamator’.
Charley Chaplin ketika sudah menua merasakan sngat sedih. Jika ia melawak, tidak ada
lagi orang yang tertawa dan filmnya yang terakhir, Monsieur Verdoux, tidak mendapat
ssambutan hangat. Waktu itu, pelawak terbesar di segala abad ini menikah dengan Oona
O’Neeil dan ketika anaknya yang bernama Mcihael ditanya mengapa ayahnya menikah
dengan wanita yang begitu muda, si anak menjawab, “Karena Oona satu-satunya orang
yang masih tertawa kala Ayah melawak”.

7.2.2.5 Penggunaan Hiponim


Sarana kohesi lain yang masih berhubungan dengan makna adalah hiponimi.
Hiponimi ialah hubungan makna umum dan makna khusus, atau makna kelas dan makna
subkelas.
Pada saat fajar mulai menyingsing, sebagian penduduk republik ini yang berada di
strata sosial paling bawah sudah mengambil ancangancang untuk melakukan kegiatan
rutin sehari-harinya. Pak Tani dengan kerbau dan bajaknya sudah pergi mengayun
langkah menuju sawah atau ladangnya. Pra nelayan turun ke pantai untuk menarik jaring
dari lautan yang luas. Pedagang sayuran merapikan dagangannya untuk segera diantar ke
rumah-rumah pelanggannya. Pembuat makanan, pedagang kaki lima, abang becak, semua
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

membenahi peralatan menyongsong mentari datang. Sementara itu, penduduk dari strata
sosial atas masih mendengkur di tempat tidur.

7.2.2.6 Penggunaan Paralelisme


Cara yang berikut untuk membangun paragraf yang kohesif adalah penggunaan
bentuk yang paralel (parallel structures) atau bentuk yang sejajar.
Raja tanpa kabinet dan bintang film tanpa pengagum tidak berbeda dengan ikan
hidup di luar air. Profesor tanpa mahasiswa atau pelawak tanpa penonton sama halnya
dengan pohon jeruk yang ditanam di laut. Pameran tanpa pengunjung atau pasar tanpa
pembeli sama halnya dengan tanaman hidup di atas batu. Begitulah, setiap orang
mendapat harga diri dalam hubungan dengan lingkungannya.

7.2.2.7 Penggunaan Elipsasi


Cara lain untuk merangkai kalimat dalam paragraf adalah elipsasi
atau pelesapan. Cara ini melesapkan bagian-bagian kalimat tertentu karena bagian itu
sudah disebutkan dalam kalimat sebelumnya.
Begitu subuh berlalu, Pak Tani dengan kerbau dan bajaknya sudah pergi
mengayun langkah menuju sawah atau ladangnya. Para nelayan turun ke pantai untuk
menarik sosial dari lautan yang luas. Pedagang sayuran merapikan dagangannya untuk
segera diantar ke rumah-rumah pelanggannya. Pembuat makanan, pedagang kaki lima,
abang becak, semua membenahi peralatan menyongsong mentari sosial. Sementara itu,
penduduk dari strata sosial atas masih mendengkur di tempat tidur.

7.3 JENIS PARAGRAF

Berdasarkan jenisnya, paragraf dapat dibedakan (1) berdasarkan nalar atau letak
kalimat topik, (2) berdasarkan teknik pengembangan, dan (3) berdasarkan fungsinya.

7.3.1 Paragraf Berdasarkan Nalar


Nalar atau logika secara singkat dapat diartikan jalan pikiran yang sesuai dengan
akal; bernalar sama dengan berpikir logis. Penalaran sama dengan proses menggunakan
nalar atau proses menggunakan pikiran secara logis.
Secara umum dikenal paragraf deduktif, induktif, deduktif – induktif, dan
dekriptif –naratif.

7.3.1.1 Paragraf Deduktif


Paragraf deduktif ialah paragraf yang diawali dengan gagasan utama atau kalimat
topik yang bersifat umum. Gagasan itu selanjutnya, dijelaskan dengan pernyataan
pernyataan yang bersifat khusus atau keterangan-keterangan yang memperkokoh gagasan
di atas.
Harga sebagian barang pokok bergerak naik. Beras seminggu yang lalu harganya
Rp 3500,00 per kg, kini berubah menjadi Rp 4.000,00 per kg. Gula pasir melonjak dari
Rp 5.800,00 per kg menjadi Rp 6.200,00 per kg. Minyak goreng, walaupun tidak
seberapa naiknya, tetapi secara nyata beringsut naik dari Rp 4.500,00 per kg menjadi Rp
4.800,00 per kg. Terigu kini mencapai Rp 4.700,00 per kg sedangkan minggu lalu Rp
4.200,00 per kg.

7.3.1.2 Paragraf Induktif

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Paragraf induktif ialah paragraf yang menempatkan ide atau gagasan pada akhir
paragraf. Lahirnya ide atau gagasan ini didahului oleh penjelasan, keterangan, atau data.
Kadang-kadang, gagasan paragraf induktif berupa kesimpulan dari pernyataan-pernyataan
yang disebutkan lebih dulu.
Pancasila telah beberapa kali dirongrong. Beberapa kali falsafah negara RI hendak
diubah ataupun dipreteli. Setiap usaha yang hendak mengubah dan mempreteli Pancasila
ternyata gagal betapapun usaha itu telah dipersiapkan dengan matang dan tertib.
Semuanya tetap dapat digagalkan. Memang, Pancasila benar-benar sakti.

7.3.1.3 Paragraf Deduktif-Induktif


Pengembangan jenis paragraf ini didasari pola nalar deduktifinduktif. Karena itu,
paragraf jenis ini ditandai dengan adanya dua gagasan yang terletak di awal dan di akhir
paragraf.
Bagi manusia bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting. Dengan
bahasa pula manusia dapat mewarisi dan mewariskan, menerima dan memberikan segala
pengalamannya kepada orang lain. Jelaslah, bahwa bahasa merupakan sarana yang sangat
penting dalam kehidupan manusia.

7.3.1.4 Paragraf Deskriptif- Naratif


Paragraf deskriptif ialah paragraf yang berisi gambaran, cerita, atau proses sesuatu
atau terjadinya sesuatu secara apa adanya. Dalam pengembangannya, paragraf ini tidak
mengemukakan ide pokok secara eksplisit. Ide paragraf terkandung pada semua kalima t
yang membentuknya. Semua kalimat mempunyai peranan yang sederajat, tidak ada
kalimat yang mempunyai kedudukan yang dominan.
Alangkah mengerikan. Rumah-rumah beton di Pantai Pangandaran, Kabupaten
Ciamis, ditelan gelombang tsunami yang terjadi pada tanggal 17 Juli 2006 yang lalu.
Pantai yang begitu indah, yang menjadi tumpuan Pemerintah Daerah itu ditinggalkan
kosong oleh penduduk. Mereka mengungsi ke tempat-tempat yang aman.

7.3.2 Jenis Paragraf Berdasarkan Teknik Pengembangannya


Dalam mengembangkan paragraf ada beberapa teknik yang lazim digunakan.
Dalam tulisan ini kaan dibicarakan teknik–teknik pengembangan seperti berikut :
1) Tanya – jawab
2) Sebab – akibat
3) Contoh atau ilustrasi
4) Alasan atau keterangan
5) Perbandingan atau analogi
6) Dedinisi
7) Deskripsi
8) Proses, dan
9) Penguraian

7.3.2.1 Paragraf Teknik Tanya–jawab


Paragraf jenis ini dikembangkan dengan pertanyaan terlebih dahulu. Lazimnya,
kalimat pertama merupakan kalimat pertanyaan yang mengandung ide paragraf. Kalimat
pengembangnya berupa jawaban atas pertanyaan tadi. Kalimat–kalimat jawaban
merupakan kalimat penjelas atau pengembangan paragraf.
Contoh :
Mengapa Marsinah diculik lalu dibunuh secara kejam? Menurut sebuah
versi, kekejaman itu dilakukan karena Marsinah memiliki informasi penting
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

tentang penyelewengan hukum atau praktik produksi ilegal oleh perusahaan


tempat ia bekerja. Ia, kabarnya, mau membeberkannya ke luar kecuali jika
pihak perusahaan memenuhi tuntutannya : memperbaiki kondisi buruh dan
membatalkan PHK atas beberapa kawannya.

7.3.2.2 Paragraf Sebab–akibat


Paragraf sebab akibat yaitu paragraf yang pengembangannya memanfaatkan
makna hubungan sebab akibat antar kalimat. Ciri khas paragraf jenis ini ialah terbinanya
hubungan sebab akibat antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Jadi hubungan
sebab-akibat ini merupakan satu rangkaian satu rangkaian yang bersinambung.
Contoh :
Mulai bulan April tahun tahun depan harga berbagai jenis minyak bumi
dalam negeri naik. Minyak tanah, premium, solar, minyak pelumas, dan lain–
lain, harganya dinaikkan karena pemerintah ingin mengurangi subsidinya
dengan harapan ekonomi Indonesia menjadi wajar. Kenaikan harga bahan bakar
sudah tentu mengakibatkan naiknya biaya angkutan. Jika biaya angkutan naik,
harga barang akan naik pula karena biaya transpor harus diperhitungkan.
Kenaikan harga ini akan dirasakan oleh rakyat. Karena itu, kenaikan harga
barang dan jasa harus diimbangi dengan usaha meningkatkan pendapatan
rakyat.

7.3.2.3 Paragraf Contoh atau Ilustrasi


Sesuai dengan sebutannya, paragraf contoh atau paragraf ilustrasi, paragraf jenis
ini dikembangkan dengan cara menggunakan contoh atau ilustrasi. Contoh atau ilustrasi
inilah yang memberikan penjelasan akan kebenaran ide atau gagasan paragraf, baik
dengan cara deduktif, induktif, atau paduan keduanya.
Contoh :
Di Singapura sekarang kita bisa menyaksikan Kecak yang dipertunjukan
dalam waktu kurang dari satu jam, bahkan bila diperlukan konsumen,
pertunjukan bisa lebih singkat lagi. Demikian pula tari–tarian lainnya dapat kita
saksikan dalam bentuk yang condensed. Di pantai–pantai yang terbaik di
bagian selatan Bali, terutama di kawasan Sanur, orang banyak yang terkejut dan
sedih melihat semakin ciutnya daerah bebas mereka untuk melakukan upacara
yang mereka perlukan tanpa harus meminta ijin terlebih dahulu. Lebih
menyedihkan lagi bagi mereka apabila pada suatu saat terpancang papan
pengumuman “DILARANG MASUK”. Salam dalam bahasa Inggris “hallo” di
Bali sekarang ternyata berkembang menjadi bermacam–macam arti ; paling
sedikit ada dua arti. Arti yang pertama, salam ramah tamah biasa yang
ditunjukan kepada orang asing, dan yang kedua, Tuan belilah barang dagangan
saya.” Contoh – contoh di atas merupakan gambaran bahwa betapa bergesernya
nilai–nilai sosial dan agama di kawasan Bali.

7.3.2.4 Paragraf Alasan


Perkataan “alasan” bisa diganti dengan “keterangan“ sebab pada hakikatnya,
alasan itu merupakan keterangan. Paragraf alasan ialah paragraf yang pengembangan ide
utamanya memanfaatkan penjelasan yang bermakna alasan. Alasan–alasan inilah yang
memperkokoh ide paragraf sehingga kebenaran ide itu dapat diterima pembacanya.
Contoh :
Seluruh penjuru dunia sudah mengetahui bahwa AIDS merupakan
penyakit yang mematikan. Dunia kedokteran masih merayap mencari obat
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

penangkal penyakit maut ini. Sementara itu, virus AIDS melesat mencari
korban demi korban tanpa mengenal ras, umur, ataupun tingkatan sosial.
Tidaklah mustahil, AIDS menjadi bom waktu yang pada sutau saat bisa
memusnahkan manusia dari muka bumi ini.

7.3.2.5 Paragraf perbandingan


Paragraf perbandingan ialah paragraf yang isinya merupakan perbandingan
tentang dua hal baik yang menyangkut kesamaan maupun perbedaannya. Sebagai teknik
pengembangan, perbandingan ini bisa bertujuan menjelaskan satu hal lain sebagai
pembanding, atau menjelaskan kedua hal yang dibandingkan itu sekaligus.
Contoh :
Kalau kita perhatikan kalimat awal paragraf, tergolong paragraf yang bertujuan
menjelaskan masyarakat perkotaan (urban community) dengan menggunakan
pembanding kontras sifat–sifat masyarakat perdesaan.
Yang dimaksud masyarakat perkotaan atau urban community adalah masyarakat
kota yang tidak tertentu jumlah penduduknya. Tekanan pengertian masyarakat perkotaan
juga terletak pada sifat–sifat kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat perdesaan.
Masyarakat perkotaan ini juga berbeda dengan masyarakat perdesaan dalam hal
perhatian, khususnya terhadap keperluan hidup. Jika masyarakat perdesaan mempunyai
perhatian utama dan perhatian khusus terhadap keperluan dasar dari kehidupan, seperti
pakaian, makanan, rumah, dan sebagainya, maka masyarakat perkotaan, terhadap ha–lhal
tersebut
mempunyai pandangan yang berbeda.
Orang–orang perkotaan memandang penggunaan kebutuhan hidup sehubungan
dengan pandangan masyarakat sekitarnya. Jika menghidangkan makanan, misalnya, yang
diutamakan adalah makanan itu memberikan kesan bahwa yang menghidangkannya
mempunyai kedudukan sosial yang tinggi. Bila ada tamu, misalnya, diusahakan terhidang
makanan dalam kaleng. Pada orang–orang perdesaan hal seperti itu kurang bahkan tidak
diperdulikan.

7.3.2.6 Paragraf Definisi


Sesuai dengan sebutannya, paragraf definisi merupakan paragraf yang
mengembangkan definisi atau pembatasan istilah. Dalam sebuah paragraf definisi, sebuah
istilah mungkin didefinisikan, mungkin pula dibicarakan pengertiannya seperti contoh di
bawah ini.
Contoh :
Istilah demokrasi biasanya diterjemahkan dengan kata kedaulatan rakyat.
Ungkapan tersebut sering diartikan dengan pemerintahan oleh rakyat, dari
rakyat, dan untuk rakyat. Demokrasi dalam pengertian ini hanya
menggambarkan satu segi dari pengertian demokrasi yang sebenarnya. Pada
hakikatnya, demokrasi merupakan sistem mentalitas untuk membina kehidupan
bersama dalam masyarakat. Mentalitas yang dimaksud ialah mentalitas dalam
pengertian cara berpikir, bersikap, dan berbuat.

7.3.2.7 Paragraf Pemerian atau Deskripsi


Paragraf pemerian ialah paragraf yang menyajikan sejumlah rincian tentang
sesuatu yang lebih cenderung pada fakta daripada khayalan. Pemerian ini bisa berupa
rincian tentang bentuk, ruang, waktu, peristiwa, atau keadaan. Kadang–kadang urutan
peryataannya tidak ketat. Artinya, urutan pernyataan dalam sebuah paragraf pemerian
bisa diubah, walaupun tidak selamanya.
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Desa Ubud yang setiap harinya tertib, hening, senyap, tempat para senimannya
menghabiskan sebagian besar waktunya dengan kerja kreatif, kali ini berubah laksana
sebuah akuarium yang kemelut. Tak ada wajah-wajah suram yang memancarkan rasa
duka cita. Sesuai dengan kepercayaan masyarakat Bali yang menghendaki agar khalayak
melepas sang almarhum menuju nirwana dengan tenang. Yang terlihat hanya warna-
warna merah, wajah cerah, serta suara gembira yang gemuruh. Para wanita mengenakan
baju kebaya, kain, dan selendang berwarna semarak. Laki-lakinya mengenakan kain
samping yang tradisional, yaitu kain petak-petak hitam putih. Putih warna bajunya, putih
ikat kepalanya. Matahari agak muram seperti enggan menyengatkan sinarnya.

7.3.2.8 Paragraf Proses


Seperti halnya paragraf pemerian, paragraf proses tergolong jenis paragraf
Deskriptif. Sesuai dengan namanya, paragraf proses ialah paragraf yang menjelaskan
proses terjadinya atau proses bekerjanya sesuatu.
Setelah sampai di darat, kendurkan semua pakaian korban yang sekiranya
menyesakkan dirinya. Bersihkan mulutnya dari pasir atau Lumpur, dan lepaskan gigi
palsunya (kalau ada). Selanjutnya, telungkupkan badannya, dan berdirilah Anda
mengangkanginya.. Sambil membungkukkan badan ke depan, tempatkan kedua tangan
Anda pada perutnya dekat rusuk bawah. Angkatlah perutnya sehingga kepalanya
menunduk ke tanah dan air keluar dari mulutnya. Jika pernapasannya berhenti, segeralah
beri dia pernapasan buatan.

7.3.2.9 Paragraf Penguraian


Paragraf jenis ini dikembangkan dengan cara menguraikan atau memilah-milah
(mengklasifikasi) sesuatu. Dengan pernyataan lain, paragraf penguraian ialah paragraf
yang berisi penjelasan secara terurai atau terinci.
Berdasarkan peristiwa politik dan dokumen resmi kenegaraan, dalam perjalanan
hidupnya, bahasa Indonesia memiliki dua macam kedudukan. Pertama, bahasa Indonesia
memiliki kedudukan sebagai bahasa nasional. Kedudukan ini dimilikinya sejak
dicetuskannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Kedua, bahasa Indonesia
memiliki kedudukan sebagai bahasa negara. Kedudukan ini dimilikinya sesuai dengan
ketentuan yang tertera dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36.

7.3.3 Paragraf Berdasarkan Fungsinya


Berdasarkan fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi paragraf pembuka,
penghubung, dan penutup.

7.3.3.1 Paragraf Pembuka


Paragraf pembuka disebut juga paragraf pendahuluan. Paragraf ini berisi ancang-
ancang atau arahan tentang apa yang akan diuraikan atau dibahas pada bagian isi wacana.
Selain itu, paragraf pendahuluan berisi tentang tujuan dan pembatasan topik pembicaraan.
Selain itu, paragraf pembuka mengemukakan hal-hal yang menjadi penarik minat para
pembaca. Dengan kata lain, paragraf pembuka itu harus menumbuhkan perasaan ingin
tahu para pembaca tentang apa yang diuraikan selanjutnya.

7.3.3.2 Paragraf Pengembang


Disebut paragraf pengembang karena paragraf ini berfungsi mengembangkan isi
wacana. Isi wacana merupakan pengembangan ide-ide atau sub-subtopik pembicaraan.

7.3.3.3 Paragraf Penutup


S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Paragraf penutup ialah paragraf yang mengakhiri sebuah uraian, bisa mengandung
bermacam-macam maksud atau isi, seperti kesimpulan uraian, saran atau harapan,
penegasan, kritikan, dan rangkuman isi uraian atau resume.

Perhatikan paragraf di bawah ini lalu tentukan fungsi setiap paragrafnya !

Memerangi Kemiskinan

Tidak dapat disangkal, sejak pemerintahan Orde Baru, khususnya selama


dasawarsa 1980-an, jumlah penduduk Indonesia yang tergolong miskin telah dapat
diturunkan secara berarti. Lembaga-lembaga internasional pun mengakui hal ini.
Walaupun demikian, Indonesia tidak dapat berpuas diri karena di etngah-tengah lebih dari
180 juta penduduknya, dewasa ini terdapat segelintir anggota masyarakat yang
bergelimang harta, sedangkan di pihak lain masih terdapat 27 juta rakyat tergolong
miskin.
Untuk memerangi kemiskinan, berbagai cara dapat ditempuh, berbagai strategi
dapat dijalankan berdasarkan teori atau interpretasi dari keadaan yang dihadapi. Para
pengambil keputusan biasanya dihadapkan pada berbagai pilihan yang tersedia dengan
segala akibat ikutannya baik yang positif maupun yang negatif. Salah satu pilihan ekstrem
yang secara teoretis pernah dilontarkan adalah menghilangkan penduduk miskin dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya. Yang paling penting, menurut teori ini, adalah
bagaimana menciptakan suatu masyarakat yang bebas dari beban penduduk miskin—
yang dilihat dari kacamata ekonomi—tidak memiliki produktivitas yang dapat
diandalkan.
Implementasi dari teori ini adalah membiarkan masyarakat miskin bergelut
dengan kemiskinannya tanpa bantuan apa pun, sementara sumber daya pembangunan
dialokasikan kepada masyarakat yang masih bisa ditingkatkan produktivitasnya. Dengan
cara mengeliminasi penduduk miskin secara ekonomi, dalam waktu yang singkat
penduduk miskin akan menemui ajalnya, dan yang tersisa adalah penduduk yang tingkat
hidupnya sudah jauh lebih baik. Bagi bangsa Indonesia, cara seperti ini jelas bukan
pilihan karena tindakan atau strategi ini bertentangan dengan filsafat bangsa Indonesia.
Bahwa memerangi kemiskinan bukan pekerjaan yang mudah bukanlah pernyataan
yang tanpa alasan. Seperti kita ketahui, terdapatnya penduduk miskin di mana pun di
dunia ini bukan hanya disebabkan oleh usaha pembangunan ekonomi yang dilakukan
pemerintah tidak menyentuh golongan tersebut. Di samping alasan ekonomi, alasan lain
seperti kebudayaan, faktor komunikasi, tingkat pendidikan ternyata tidak bisa diabaikan.
Kepasrahan dan terbatasnya alat pemuas kebutuhan yang mereka dambakan menjadikan
mereka pekerja yang tidak ulet. Rendahnya tingkat pendidikan yang mereka miliki
menyebabkan sikap mereka menerima bahwa mereka berbeda dari masyarakat yang
hidupnya berkecukupan secara materil.
Memerangi kemiskinan nonekonomis hendaknya mendapat perhatian yang lebih
serius. Faktor budaya dari setiap kantong kemiskinan perlu diketahui secara mendalam.
Dengan perkataan lain, agar dapat berhasil memerangi kemiskinan, pendekatan multi
disipliner harus dilakukan. Pendekatan ekonomi seperti halnya perbaikan sarana dan
prasarana, atau pengaitan kegiatan ekonomi daerah yang sudah lebih baik dengan daerah
miskin mungkin saja akan menghasilkan pengaruh yang positif. Akan tetapi, bukanlah
tidak mungkin, dengan bantuan di bidang pendidikan atau penyuluhan, komunikasi, atau
bahkan merangsang masyarakat agar terbuka matanya melihat beragamnya kebutuhan
manusia akan menghasilkan pengaruh positif yang lebih besar.

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Menurut ukuran ekonomi, pembagian pendapatan di Indonesia akan indeks


kesejahteraan masyarakat Indonesia lebih baik daripada banyak negara. Walaupun
demikian, tidak berarti bahwa kita dapat menutup mata atau bernapas lega sesudah
mengetahui sebagian anggota masyarakat kita berjuang keras untuk mempertahankan
hidup. Ini berarti usaha pemerintah yang lebih serius dalam memerangi kemiskinan
seperti sekarang ini harus didukung oleh semua pihak.

BAHASA INDONESIA DALAM


PENULISAN KARYA ILMIAH

8.1 DEFINISI KARYA ILMIAH

Karangan ilmiah menurut Brotowijoyo dalam Arifin (1985: 8-9) adalah karangan
ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang
baik dan benar.

8.2 JENIS KARYA ILMIAH

Jenis-jenis karya ilmiah dapat dibedakan atas berikut.


a. Makalah
Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan permasalahan dan
pembahasannya berdasarkan data di lapangan atau kepustakaan yang bersifat
empiris dan objektif.
b. Kertas kerja
Kertas kerja adalah karya tulis ilmiah yang bersifat lebih mendalam daripada
makalah dengan menyajikan data di lapangan atau kepustakaan yang bersifat
empiris dan objektif. Makalah sering ditulis untuk disajikan dalam kegiatan
penelitian dan tidak untuk didiskusikan, sedangkan kertas kerja ditulis untuk
disajikan dalam seminar atau lokakarya
c. Laporan Praktik Kerja
Laporan praktik kerja adalah karya tulis ilmiah yang memaparkan data hasil temuan
di lapangan atau instansi perusahaan tempat kita bekerja. Jenis karya ilmiah ini
merupakan karya ilmiah untuk jenjang diploma III (DIII)
d. Skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan
pendapat orang lain (karya ilmiah S I). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar
sarjana
langsung (observasi lapangan)
skripsi
tidak langsung (studi kepustakaan)
e. Tesis

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Tesis adalah karya tulis ilmiah yang mengungkapkan pengetahuan baru dengan
melakukan pengujian terhadap suatu hipotesis. Tesis ini sifatnya lebih mendalam
dari skripsi (karya ilmiah S II). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar magister.
f. Disertasi
Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan teori atau dalil baru yang
dapat dibuktikan berdasarkan fakta secara empiris dan objektif (karya ilmiah S III).
Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar doktor.

Perbedaan antara makalah, kertas kerja dengan skripsi, tesis, dan disertasi dapat dilihat
dari hal-hal berikut:
(1) kegunaannya,
(2) tebal halaman,
(3) waktu pengerjaan, dan
(4) gelar akademik.

8.3 MANFAAT PENYUSUNAN KARYA ILMIAH

Manfaat penyusunan karya ilmiah bagi penulis adalah berikut:


1. Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif;
2. Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber;
3. Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan;
4. Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan sistematis;
5. Memperoleh kepuasan intelektual;
6. Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan.

8.4 MACAM SIKAP ILMIAH

Tujuh sikap ilmiah bagi penulis adalah sebagai berikut:


a. sikap ingin tahu bertanya mengapa, apa, dan bagaimana;
b. sikap kritis mencari informasi sebanyak mungkin;
c. sikap terbuka menerima pendapat orang lain;
d. sikap objektif menyatakan apa adanya;
e. sikap menghargai orang lain mengutip karangan orang lain dengan
mencantumkan nama pengarang;
f. sikap berani mempertahankan hasil penelitian;
g. sikap futuristic mengembangkan ilmu pengetahuan lebih
jauh.3

8.5 KARAKTERISTIK KARYA ILMIAH

1. Mengacu kepada teori


Artinya karangan ilmiah wajib memiliki teori yang dijadikan sebagai landasan
berpikir / kerangka pemikiran / acuan dalam pembahasan masalah.
Fungsi teori :
a. Tolak ukur pembahasan dan penjawaban persoalan
b. Dijadikan data sekunder / data penunjang ( data utama ; fakta )
c. Digunakan untuk menjelaskan, menerangkan, mengekspos dan mendeskripsikan
suatu gejala
d. Digunakan untuk mendukung dan memperkuat pendapat penulis.

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

2. Berdasarkan fakta
Artinya setiap informasi dalam kerangka ilmiah selalu apa adanya, sebenarnya dan
konkret.

3. Logis
Artinya setiap keterangna dalam kerangka ilmiah selalu dapat ditelusuri, diselidiki
dan diusut alasan-alasannya, rasional dan dapat diterima akal.

4. Objektif
Artinya dalam kerangka ilmiah semua keterangan yang diungkapkan tidak pernah
subjektif, senantiasa faktual dan apa adanya, serta tidak diintervensi oleh kepentingan
baik pribadi maupun golongan.
5. Sistematis
Baik penulisan / penyajian maupun pembahasan dalam karangan ilmiah disajikan
secara rutin, teratur, kronologis, sesuai dengan prosedur dan sistem yang berlaku,
terurut, dan tertib.

6. Sahih / Valid
Artinya baik bentuk maupun isi karangan ilmiah sudah sah dan benar menurut aturan
ilmiah yang berlaku.

7. Jelas
Artinya setiap informasi dalam karangan ilmiah diungkapkan sejernih-jernihnya,
gamblang, dan sejelas-jelasnya sehingga tidak menimbulkan pertanyaan dan
keraguan-raguan dalam benak pembaca.

8. Seksama
Baik penyajian maupun pembahasan dalam karangan ilmiah dilakukan secara cermat,
teliti, dan penuh kehati-hatian agar tidak mengandung kesalahan betapa pun kecilnya.

9. Tuntas
Pembahasan dalam karangan ilmiah harus sampai ke akar-akarnya. Jadi, supaya
karangan tuntas, pokok masalah harus dibatasi tidak boleh terlalu luas.

10. Bahasanya Baku


Bahasa dalam kerangka ilmiah harus baku artinya harus sesuai dengan bahasa yamg
dijadikan tolak ukur / standar bagi betul tidaknya penggunaan bahasa.

11. Penulisan sesuai dengan aturan standar (nasional / internasional)


Akan tetapi, tata cara penulisan laporan penelitian yang berlaku di lembaga tempat
penulis bernaung tetap harus diperhatikan.

PERSYARATAN MENULIS ILMIAH


1. Menguasi teori ;
2. Memiliki pengalaman
3. Bersifat terbuka
4. Bersifat objektif
5. Memiliki kemampuan berbahasa

8.6 LANGKAH-LANGKAH PENULISAN KARYA ILMIAH


S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

1. Persiapan
a. Pemilihan Topik
Cara memilih topik yang baik dalam karya ilmiah adalah sebagai berikut:
a) topik itu sudah dikuasai;
b) topik itu paling menarik perhatian;
c) topik itu ruang lingkupnya terbatas;
d) data itu objektif;
e) memiliki prinsip-prinsip ilmiah (ada landasan teori atau teori-teori sebelumnya;
f) memiliki sumber acuan.

b. Penentuan Judul
Cara menulis judul adalah dengan menentukan kerangka karangan dengan pembatasan
topik.
Contoh:
topik : perkantoran
masalah apa : kepegawaian
mengapa : pengawasan
di mana : Pemda Jawa Barat
waktu : tiga bulan
kajian : praktik/penerapan

Contoh : Lihat bagan!

Fungsi Pengawasan dalam Upaya Peningkatan Kinerja Pegawai


di Lingkungan Pemerintahan Daerah Tingkat I Jawa Barat
Catatan : Syarat judul yang baik adalah sebagai berikut:
1. harus bebentuk frasa,
2. tanpa ada singkatan atau akronim,
3. awal kata harus huruf kapital kecuali preposisi dan konjungsi,
4. tanpa tanda baca di akhir judul karangan,
5. menarik perhatian,
6. logis, dan
7. sesuai dengan isi.
Jika ada kata kerja atau predikat dalam judul karangan, kata kerja tersebut harus
diubah menjadi kata benda.
mengawasi pengawasan
berfungsi fungsi atau jadi peranan
bermanfaat pemanfaatan

Pupuk Cair Organik Berfungsi untuk Meningkatkan Produksi Padi (Oriza


Sativa) di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung

Seharusnya:

Fungsi Pupuk Cair Organik dalam Upaya Peningkatan Produksi Padi (Oriza
Sativa) di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung

atau

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Peranan Pupuk Cair Organik dalam Upaya Peningkatan Produksi Padi (Oriza
Sativa) di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung

Predikat (kata kerja) dalam judul tersebut tidak ada lagi.

c. Penulisan Kerangka Karangan


Kerangka karangan adalah pengelompokan dan pengamatan jenis fakta dan sifatnya
menjadi kesatuan yang bertautan.

Contoh:
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Pembatasan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Kerangka Teori
1.5 Sumber Data
1.6 Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 …
2.2 …
BAB III METODE PENELITIAN DAN KAJIAN
3.1 …
3.2 …
BAB IV ANALISIS DATA
4.1 …
4.2 …
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 …
5.2 …
RAGANGAN SKRIPSI SEMENTARA
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR KAMUS
LAMPIRAN DATA

2. Pengumpulan Data
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengumpulan data adalah sebagai
berikut:
a. mencari informasi/data dari kepustakaan;
b. menyusun daftar angket;
c. melakukan wawancara;
d. melakukan pengamatan di lapangan;
e. melakukan percobaan di laboratorium.

3. Penyusunan Data
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Penyusunan data dapat diartikan menyeleksi, mengolah, dan menganalisis data


dengan menggunakan teknik-teknik atau metode yang telah ditentukan.

4. Pengetikan
Setelah data disusun lalu diadakan pengetikan data (penelitian).

5. Pemeriksaan
Pemeriksaan data (penelitian) dapat dilakukan melalui tahapan penerapan bahasa
berikut:
1. penyusunan paragraf,
2. penerapan kalimat baku,
3. penerapan diksi/pilihan kata, dan
4. penerapan EYD.

8.7 KONVENSI NASKAH KARYA ILMIAH

8.7.1 Definisi
Konvensi naskah karya ilmiah adalah peraturan atau aturan yang telah disepakati
bersama oleh suatu lembaga tertentu atau beberapa lembaga yang menyangkut
seperangkat cara dan bahan yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah, misalnya,
laporan penelitian, skripsi, tesis, dll.
Catatan: Pada prinsipnya, setiap lembaga atau beberapa instansi memiliki konvensi
karya ilmiah yang sama.

8.7.2 Aspek Aspek


Aspek-aspek konvensi karya ilmiah adalah hal-hal yang menjadi kesepakatan
bersama dalam penulisan karya ilmiah.
Aspek-aspek tersebut meliputi hal berikut:
bentuk karangan,
bagian-bagian karangan,
bahan dan jumlah halaman,
perwajahan,
penomoran, dan
penyajian.

8.7.3 Bentuk-Bentuk Karya Ilmiah


Bentuk-bentuk karangan ilmiah di sini identik dengan jenis karangan ilmiah, yaitu
makalah, laporan praktik kerja, kertas kerja, skripsi, tesis, dan disertasi. Untuk lebih
jelasnya, bentuk-bentuk karangan ilmiah dapat dilihat pada pertemuan sebelumnya.

8.7.3.1 Bagian-Bagian Karya Ilmiah


Bagian-bagian karangan ilmiah meliputi berikut: kelengkapan awal, kelengkapan
isi, dan kelengkapan akhir. Kelengkapan awal meliputi kulit luar, halaman judul, halaman
pengesahan, halaman penerimaan (jika ada), halaman persembahan, abstrak (dalam
bahasa Indonesia dan Inggris), kata pengantar, daftar tabel , daftar grafik, atau gambar
(jika ada), daftar singkatan dan lambang, dan daftar lampiran. Kelengkapan isi meliputi
pendahuluan, kajian teori, seputar lokasi objekpenelitian (khusus praktik kerja),
pembahasan, dan penutup. Kelengkapan akhir meliputi daftar pustaka, riwayat hidup
penulis, lampiran data, dan penulisan indeks.

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

8.7.3.2 Bahan dan Jumlah Halaman


Bahan yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah adalah kertas HVS A-4 (21,0
x 29,7) dan tinta hitam atau biru. Jumlah halaman untuk makalah tidak lebih dari 15
halaman, sedangkan untuk skripsi minimal 40 halaman, tesis minimal 80 halaman, dan
disertasi minimal 250 halaman.

8.7.3.3 Perwajahan
Perwajahan adalah tata letak unsur-unsur karangan ilmiah dan aturan penulisan.
Dari perwajahan ini, akan dimunculkan tampilan atau format penulisan karya ilmiah.
Perwajahan itu meliputi ukuran kertas, huruf yang dipakai, spasi, marjin atau tepi batas
(pias).
4

4 3

Huruf yang dipakai adalah times new roman ukuran 12 atau arial ukuran 11 (untuk teks)
Spasi yang dipakai dalam karya ilmiah adalah dua spasi, sedangkan abstrak adalah satu
spasi.
Catatan: Ukuran huruf untuk judul karangan dan judul bab adalah 14, sedangkan ukuran
huruf untuk nama lembaga 16.

8.7.3.4 Penomoran
Dalam memberikan nomor, harus diperhatikan hal-hal berikut.
a. Romawi Kecil
Penomoran dengan memakai romawi kecil dipakai untuk halaman judul, abstrak, kata
pengantar atau prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar singkatan dan
lambang.
Contoh: ABSTRAK DAFTAR ISI

iv iv

b. Romawi Besar
Angka Romawi besar digunakan untuk menomori tajuk bab (bab pendahuluan, bab
teoretis, bab metode dan objek penelitian, bab analisis data, dan bab penutup).
BAB II BAB III
LANDASAN TEORI ANALISIS DATA

c. Penomoran dengan Angka Arab


S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Penomoran dengan angka Arab (0―9) dimulai bab I sampai dengan daftar pustaka.

d. Letak Penomoran
Setiap penomoran yang bertuliskan dengan huruf kapital, nomor halaman diletakkan
atau berada di tengah-tengah, sedangkan untuk nomor selanjutnya berada di tepi batas
(pias) kanan atas.
DAFTAR ISI viii BAB I 2 3
PENDAHULUAN

vii 1

e. Sistem Penomoran
Sistem penomoran dengan angka arab mempergunakan sistem dijital. Angka terakhir
dalam sistem dijital tidak diberikan titik seperti 1.1 Latar Belakang Masalah, 3.2.2
Sejarah dan Perkembangan PT Telkom. Akan tetapi, bila satu angka diberi tanda
titik seperti 1. Pendahuluan, 2. Landasan Teori dll. (dalam makalah). Apabila ada
penomoran sistem dijital antara angka Arab dengan huruf, harus dicantumkan titik
seperti 3.2.2.a.
Sistem penomoran pada dasarnya mengikuti kaidah Ejaan yang Disempurnakan.
Contoh:

ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
1. 2 Identifikasi Masalah
1. 3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1.3.2 Kegunaan Penelitian
1.4 Kerangka Pemikiran
1.5 Metode Penelitian
1.6 Rancangan Analisis Data
1.7 Lokasi dan Lamanya Penelitian

ATAU

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1.3.2 Kegunaan Penelitian
1.4 Kerangka Pemikiran
1.5 Metode Penelitian
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

1.6 Rancangan Analisis Data


1.7 Lokasi dan Lamanya Penelitian

8.7.3.5 Penyajian
Yang dimaksud dengan penyajian dalam penulisan karya ilmiah adalah cara-cara
menerapkan aturan penulisan, pengutipan, penulisan daftar pustaka, dan konvensi.
Dengan kata lain, penyajian meliputi seperangkat bentuk penyajian karya ilmiah secara
utuh (mulai dari jilid sampai dengan lampiran).

8.8 SISTEMATIKA KARYA ILMIAH

8.8.1 Definisi
Sistematika karya ilmiah adalah aturan meletakkan bagian-bagian karangan
ilmiah (bagian mana yang harus didahulukan dan bagian mana yang harus
dikemudiankan)

8.8.2 Ruang Lingkup


Ruang lingkup sistematika karya ilmiah terbagi atas tiga hal yaitu sebagai barikut.

8.8.2.1 Bagian Pembuka


Bagian pembuka meliputi kulit luar (jilid), halaman judul, halaman pengesahan,
halaman persembahan, abstrak (dlm bhs. Indonesia dan bhs. Inggris), prakata, daftar isi,
daftar tabel dan grafik, daftar singkatan dan lambang, dan daftar lampiran.

8.8.2.2 Bagian Isi


Bagian isi adalah bagian inti dalam karya ilmiah yang meliputi bab pendahuluan,
bab landasan teoretis, bab objek penelitian, bab pembahasan (analisis data), dan bab
penutup. Dengan kata lain, bagian isi merupakan penelitian si penulis.

8.8 2.3 Bagian Penutup


Bagian penutup adalah bagian akhir dari karya ilmiah yang meliputi daftar
pustaka, daftar riwayat hidup, indeks, dan lampiran.

8.8 2.4 Bagian Pembuka


1. Judul Karangan (Kulit Luar)
Dalam kulit luar, harus dicantumkan judul karangan (dengan subjudul, bila ada),
nama karangan ilmiah, keperluan penyusunan, nama penyusun dan NPM, logo, nama
lembaga pendidikan (jurusan, fakultas, universitas), nama kota, dan tahun penyusunan.

a. Judul karangan
Catatan: Syarat-syarat judul dapat dilihat pada pemilihan topik dan penentuan
judul.
Contoh:
PENINGKATAN INDUSTRI BAJA DI KRAKATAU STEEL CILEGON:
TINJAUAN KUALITAS DAN KUANTITAS

Atau

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

FUNGSI PENGAWASAN DALAM U PAYA PENINGKATAN KINERJA


PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAHAN DAERAH TINGKAT I
JAWA BARAT

b. Nama Karangan Ilmiah


Mencantumkan jenis karangan ilmiah. Apakah LAPORAN PRAKTIK KERJA,
SKRIPSI, TESIS, DISERTASI dll. Ditulis dengan huruf kapital dan cetak tebal.

c. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ditulis dengan memakai huruf kecil kecuali nama mata kuliah,
kegiatan, dan nama jurusan. (ditulis di tengahtengah).
Contoh:
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Politik pada
Program Studi Ilmu Administrasi Negara

diajukan untuk dipertahankan dalam sidang Sarjana Ilmu Sosial pada


Program Studi Ilmu Administrasi Negara

d. Dilengkapi Dengan Nama Dosen Pembina


Dosen Pembina:
Bambang Soelistiyono, S.H., M.M.

e. Nama Penyusun
Dicantumkan nama penyusun dan NPM dengan didahului kata
Oleh: atau Disusun oleh:
Oleh:
Tubagus Ahmad Soebagja
0299007
Disusun oleh:
Raden Rindu Asmarawati
K1B99034
a) Penulisan nama ditulis lengkap dan tidak dibenarkan disingkat Tb. Ahmad S.
b) Penulisan nama tidak dibenarkan memakai huruf kapital semua RADEN
RINDU ASMARAWATI.
c) Kata oleh diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik dua,
Oleh:

f. Logo
Logo lembaga pendidikan dengan diameter 4 cm disimpan di tengah.

g. Dicantumkan nama fakultas, universitas atau sekolah tinggi, nama kota, dan
tahun penyusunan (ukuran huruf 14).
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2006
a) Semua ditulis dengan huruf kapital dan dicetak tebal dengan ukuran huruf 14
b) Penulisan fakultas, lembaga pendidikan tidak boleh dipenggal
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

-----------------JUDUL----------------: -----------------JUDUL----------------:
-----------ANAK JUDUL---------- -----------ANAK JUDUL----------

--SKRIPSI— --TUGAS—

---------------tujuan penulisan---------- ---------------tujuan penulisan----------


---------------------------------- ----------------------------------

Dosen Pembina:
Nama dosen
Oleh:
Nama
NPM Oleh:
Nama
NPM
LOGO PERGURUAN
TINGGI
LOGO PERGURUAN
TINGGI
-----FAKULTAS-----
-------UNIVERSITAS-------
-----KOTA----- -----FAKULTAS-----
--TAHUN--- -------UNIVERSITAS-------
-----KOTA-----

2. Halaman Judul
Halaman judul sama (identik) dengan kulit luar (jilid), tetapi dituangkan dalam
kertas A-4 atau kertas jeruk.

3. Halaman Pengesahan
Halaman pengesahan adalah halaman khusus dalam karya ilmiah yang berisikan
judul karangan, nama penyusun, NPM, pembimbing utama, pembimbing anggota,
diketahui ketua jurusan, dan disahkan oleh dekan.

HALAMAN HALAMAN
PENGESAHAN PENGESAHAN
----------JUDUL----------: Judul: ----------------------------------:
------ANAK JUDUL------
--------------------------------------
Nama: --------------------------------
Disusun Oleh:
NPM : ---------------------------
---Nama---
---NPM---
Disetujui oleh:
Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,
Disetujui oleh:
Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,
Bambang , S.H., M.M. nama, gelar
nama, gelar

Disahkan Diketahui
Disahkan Diketahui
S E K O L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H ADekan
D DFakultas
A Y -----, 48----,
Ketua Jurusan
P dDekan
t . Fakultas
D w i-----,G a t o t S up
Ketua r a----,
Jurusan s e t y a , S E , S P, M . T h

nama, Gelar nama, gelar


Metode Menulis Makalah 2010

4. Halaman Persembahan
Lembaran ini bersifat subjektif. Artinya, isinya bebas bergantung pada keinginan
penulis. Biasanya berisikan ayat-ayat suci agama. Persembahan disajikan untuk orang-
orang terdekat (ibu, bapak, kakak, adik, istri, suami, atau anak).

5. Abstrak
Abstrak mencerminkan seluruh si karangan dengan mengungkapkan
a. judul karangan,
b. metode penelitian,
c. tujuan penelitian,
d. permasalahan, dan
e. hasil penelitian.
Abstrak ini disajikan dengan jarak 1 spasi dan ditulis dalam dua bahasa yaitu
bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Jumlah kata dalam abstrak yaitu sekitar 200—500
kata.

6. Kata Pengantar
Kata pengantar dalam karya ilmiah, misalnya, skripsi berisikan hal-hal berikut:
1. Puji syukur kepada Tuhan,
2. Judul karangan,
3. Ucapan terima kasih,
4. Harapan-harapan penulis,
5. Tanggung jawab ilmiah penulis, dan
6. Penulisan tempat, tanggal, dan nama penulis.

7. Daftar Tabel
Karangan ilmiah yang lengkap, selain menganalisis data dengan saksama, juga
mencantumkan tabel yang merupakan gambaran analisis data. Nama tabel diberikan
nomor dengan angka Arab dan ditulis dengan memakai huruf kapital pada awal kata
kecuali preposisi (di, ke, dari, dll) dan konjungsi (dalam, pada, untuk, dll).
Contoh:
Tabel 1 Jumlah Penduduk Kecamatan Majalaya……..…………………. 5
Tabel 2 Tingkat Pendapatan Masyarakat………………………………... 16
Tabel 3 Jumlah Produksi Kain di PT Kaha Grup……………………….. 34

8. Daftar Gambar / Grafik / Bagan


Daftar grafik / gambar / bagan pada dasarnya sama dengan penulisan daftar tabel.

9. Daftar Singkatan dan Lambang


Tidak ada aturan yang menetapkan bahwa penulisan lambang dan singkatan harus
memakai huruf kapital atau tidak. Ketentuan mengenai bentuk singkatan atau lambang
bergantung pada keinginan penulis. Namun, hal yang perlu dipahami dalam penulisan
daftar singkatan itu harus konsisten.

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Cara penulisan singkatan dan lambang adalah sebagai berikut: ditulis dalam
bentuk lengkap terlebih dahulu, kemudian diikuti bentuk singkatannya contoh: Bahasa
Indonesia (selanjutnya disingkat BI); disusun secara alfabetis.

10. Daftar Lampiran


Daftar lampiran memberikan informasi tentang kelengkapan penelitian seperti
angket, kuesioner atau pedoman wawancara, foto-foto, peta lokasi, surat izin penelitian,
dan daftar riwayat hidup.

8.8 2.5 Bagian Isi atau Inti Karya Ilmiah


Bagian isi ini dibagi menjadi empat atau lima bagian, yaitu sebagai berikut:
1. Pendahuluan,
2. kajian teori,
3. Objek penelitian,
4. Analisis data (pembahasan), dan
5. Penutup.

1. Pendahuluan
Bab pendahuluan memuat penjelasan atau pengantar tentang isi karangan ilmiah.
Bab ini juga memuat landasan kerja dan arahan dalam penyusunan karangan ilmiah.
a. Latar Belakang Masalah
Bagian ini merupakan landasan dan pendorong (motivator) bagi :
a) Peneliti untuk melakukan penelitian dan penulisan skripsi;
b) Pembaca (orang lain) untuk membaca lebih lanjut. Oleh karena itu, latar
belakang ini harus berisikan hal-hal yang menarik minat pembaca.
Pada bagian ini, diuraikan tentang (a) masalah yang akan diteliti, (b)
penjelasan tentang dipilihnya masalah ini bagi penulis atau pun
bagi orang lain (c) argumentasi yang logis antara data (realitas)
dan teori (harapan) sehingga kesenjangan ini menimbulkan
rumusan permasalahan.

b. Identifikasi Masalah atau Pembatasan Masalah


Identifikasi masalah bertujuan untuk membatasi atau menajamkan pokok
permasalahan sehingga kajian atau pembahasannya tidak terlalu luas dan abstrak.
Identifikasi masalah bisa memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian karena
pokok permasalahannya menjadi lebih sempit (fokus). Identifikasi masalah harus
disajikan dalam bentuk pertanyaan. Jawaban pertanyaan tersebut akan disajikan
dalam simpulan, sedangkan prosesnya disajikan dalam bentuk pembahasan pada bab
IV.

c. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan sasaran yang akan dicapai atau dihasilkan dalam
penelitian ini, sedangkan kegunaan penelitian merupakan penegasan tentang manfaat
yang akan dicapai baik secara teoretis maupun secara praktis.

d. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis


Kerangka teori berisikan prinsip-prinsip teori yang memengaruhi
dalam pembahasan. Prinsip-prinsip ini berguna untuk memberikan arahan dan
langkah untuk membahas masalah yang akan diteliti. Kerangka teori ini harus
menggambarkan tata kerja teori tersebut.
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Contoh: Dalam teori ini, akan digunakan teori-teori yang relevan dengan masalah
yang akan dikaji. Untuk mengkaji bentuk dan makna afiks verba, digunakan
teori Badudu (1992), Tadjuddin (1993), Alwi dkk. (1993), Purwo (1998),
dan Sudaryanto (1994). Untuk mengkaji verba, akan digunakan teori Chafe
(1993), Sugono dan Indiyastini (1994).

e. Metode dan Teknik penelitian


Penelitian ilmiah harus mempergunakan metode dan teknik penelitian. Metode
penelitian adalah seperangkat alat yang tersusun secara sistematis dan logis
sedangkan teknik penelitian adalah tata cara melakukan setiap langkah-langkah
metode penelitian.

Metode dibedakan atas dua jenis yaitu sebagai berikut.


1. Metode kepustakaan
Metode deskriptif adalah untuk menganalisis dan memaparkan data dengan apa
adanya
Metode komparatif adalah untuk membandingkan dua atau lebih sumber data
yang akan diteliti
2. Metode analisis (lapangan)
metode eksperimen di laboratorium
metode sensus angket
metode survai wawancara
metode studi kasus sampel atau perbandingan data
Teknik analisis meliputi: (1) analisis kuantitatif, (2) analisis kualitatif

f. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ialah objek penelitian atau tempat penelitian dilaksanakan.
Lamanya penelitian dapat dilakukan dengan membuat rencana atau jadwal kegiatan
penelitian.

g. Sumber Data
Suatu penelitian ilmiah harus menyajikan sekaligus memaparkan sumber data.
Sumber data ini merupakan bahan yang diteliti. Jika penelitian ini berasal dari buku.
Misalnya, novel, majalah, surat kabar, tabloid, identitas sumber data tersebut harus
dicantumkan. Jika sumber data itu banyak dan beragam, dapat digunakan sample dan
populasi. Dalam sampel dapat diambil satu contoh data untuk dijadikan bahan percobaan
atau perhitungan, sedangkan populasi adalah kumpulan seluruh data yang akan diteliti.

2. Kajian Teori
Bab ini berisikan uraian tentang teori-teori yang relevan dengan masalah yang
dibahas atau diteliti. Bisa saja, penelitian-penelitian terdahulu dapat melatarbelakangi
penulis untuk melakukan penelitian selanjutnya. Dalam bab ini, disertakan alasan-alasan
yang logis. Dengan demikian, penulis dapat menolak, menerima, mempertanyakan, atau
menguatkan teori yang sudah ada.
Teori yang dijadikan acuan hendaknya kepustakaan atau hasil penelitian yang mutahir
dengan berusia 5 tahun kebelakang, tetapi apabila teori lama masih relevan, pendapat
tersebut masih bisa dipakai.

3. Objek Penelitian

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Dalam bab ini, dijelaskan keadaan lokasi penelitian atau objek penelitian secara
singkat (bergantung pada kebutuhan penelitian). Hal hal yang perlu dijelaskan dalam bab
ini yaitu (a) sejarah objek penelitian, (b) struktruk organisasi, dan (c) kegiatan objek
penelitian.

4. Pembahasan (Analisis Data)


Bab pembahasan data merupakan bab yang paling penting dalam penulisan karya
ilmiah karena dalam bab ini dilakukan kegiatan analisis data, sintetis pembahasan,
interpretasi penulis, pemecahan masalah, dan penemuan pendapat baru yang
diformulakan (bila ada).
Bab ini juga merupakan analisis atas pembatasan masalah dan tujuan penelitian yang
telah disebutkan pada bab pendahuluan. Oleh karena itu, pembahasan ini harus konsisten
dan relevan dengan bagian sebelumnya.

5. Penutup
Bab penutup meliputi dua bagian yaitu simpulan dan saran.
a. Simpulan
Bab ini berisikan simpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan.
Simpulan ini adalah uraian seluruh analisis, interpretasi, dan temuan mutahir yang telah
dilakukan pada bab analisis. Simpulan dapat pula dikatakan rangkuman atau analisis data.
Simpulan ini pun merupakan jawaban atas pembatasan masalah dan tujuan penelitian.
b. Saran
Saran merupakan rekomendasi atas hasil penelitian untuk menindaklanjuti
penelitian selanjutnya. Saran dapat ditujukan kepada penulis lain atau pembaca untuk
mngambil kebijakan selanjutnya.
Catatan: Saran ini bukan merupakan saran peneliti atau penulis kepada objek penelitian atau
instansi tertentu. Saran ini ditujukan untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Jangan mengkritik objek penelitian karena hal ini bisa bersifat subjektif. Misalnya penulis
mengkritik tindakan korupsi di lingkungan kantor pajak.

8.8.2.3 Bagian Akhir


Bagian akhir atau kelengkapan akhir meliputi daftar pustaka, daftar kamus, daftar
riwayat hidup, dan lampiran.

1. Daftar Pustaka
Salah satu yang harus ada (mutlak) dalam penulisan karangan ilmiah adalah
adanya sumber acuan dan daftar pustaka. Dengan adanya daftar pustaka, pembaca bisa
mengetahui sumber acuan yang menjadi landasan dalam pengkajian.
Catatan: Teknik dan cara penulisan daftar pustaka akan dibahas pada
pertemuan selanjutnya.

2. Daftar Kamus
Daftar kamus harus dibedakan dengan daftar pustaka.

3. Daftar Riwayat Hidup


Daftar riwayat hidup berisikan biodata penulis yang lengkap mulai nama sampai
dengan pendidikan dan pengalaman kerja.

4. Lampiran
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Lampiran berisikan hal-hal yang mendukung penulisan karangan ilmiah. Isi


lampiran bergantung pada kebutuhan penulisan, misalnya,
a. Acuan wawancara,
b. Angket
c. Surat izin penelitian,
d. Indeks, dan
e. Data penelitian.

8.9 PENGUTIPAN DALAM KARYA ILMIAH

1. Definisi
Pengutipan adalah proses meminjam pendapat para ahli dalam disiplin tertentu
baik langsung atau pun tidak langsung yang dituangkan dalam karya ilmiah.
Hasil pengutipan karya ilmiah disebut kutipan.
Fungsi kutipan adalah (a) sebagai bukti untuk menunjang pendapat penulis dan (b)
sebagai bukti tanggung jawab penulis.

2. Jenis-Jenis Kutipan
Pada dasarnya, kutipan dalam karya ilmiah itu dibagi atas dua
jenis yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.

a. Kutipan Langsung
Kutipan langsung dapat diartikan meminjam pendapat para ahli secara utuh atau lengkap
baik itu berupa frase, atau kalimat. Kutipan langsung dapat dibedakan pula atas :
1. Kutipan langsung yang kurang atau sama dengan empat baris;
2. Kutipan langsung yang lebih dari empat baris.
b. Kutipan Tidak Langsung
Kutipan tidak langsung dapat diartikan meminjam pendapat para ahli tidak secara utuh.
Penulis mengambil intinya atau topiknya saja, lalu dikembangkan dengan pendapat
penulis (tak terdapat perbedaan).

3. Teknik Pengutipan
c. Kutipan langsung yang kurang atau sama dengan empat baris
Pengutipan ini dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
a. Kutipan ditulis langsung dengan teks;
b. Spasi kutipan adalah dua spasi;
c. Memakai tanda petik dua di awal dan di akhir kutipan;
d. Awal kutipan memakai huruf kapital;
e. Diikuti nama akhir pengarang (marga), tahun terbit buku, halaman buku; penulisan
ini dapat disajikan di awal atau di akhir kutipan.

Contoh:
--------------------------------teks-----------------------------------
“………………………………………………….………..……... 2 spasi
……………………………………………kutipan……………… 2 spasi
…………………………” (Badudu, 1994: 56).
----------------------------------…-----------------teks------------------ 2 spasi
------------------------

d. Kutipan langsung yang lebih dari empat baris


Pengutipan ini dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

a. Dipisahkan dari teks 2,5 spasi;


b. Spasi dalam kuipan adalah satu spasi;
c. Memakai tanda petik dua atau pun tidak (opsional);
d. Semua kutipan dimulai dari 7—10 ketukan dari sebelah kiri teks;
e. Awal kutipan memakai hurup capital;
f. Diikuti nama akhir pengarang (marga), tahun terbit buku, halaman buku; penulisan
ini dapat disajikan di awal atau di akhir kutipan.

Contoh:
--------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------teks---------------------------------------------- 2 spasi
----------------------------------------------------------------------------------------
2,5 spasi
“………………………………………………………………… 2 spasi
……………………………….kutipan………………………………
……………………….………………
10 ketukan ………………………………………………………………… 5 ketukan
……………..”(Badudu, 1994: 56).
--------------------------------------------------------------------- 2spasi
------------------------teks----------------------------------------. 2 spasi

e. Kutipan tidak langsung


Pengutipan ini dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
a. Kutipan disatukan dengan teks;
b. Spasi kutipan adalah dua spasi;
c. Tidak memakai tanda petik dua;
d. Menggunakan ungkapan mengatakan bahwa, menyatakan bahwa,
mengemukakan bahwa, berpendapat bahwa dll;
e. Mencantumkan nama akhir pengarang (marga), tahun, dan halaman.
f.
Contoh:
----------------------------------teks-------------------------- 2 spasi
----------------------------------------------------------------------
Badudu (1994: 56) mengatakan bahwa ……………………
……………………………………………………………… 2 spasi
……………………………………… kutipan……… ………………
…………………---------------------------------------------------- 2 spasi
----------------------------------------------- teks ----------------------------------
----------------------------------------.

4. Prinsip-Prinsip Dasar
Prinsip-prinsip dasar dalam pengutipan adalah sebagai berikut.

a. Dalam kutipan tidak dibenarkan mencantumkan judul buku.


Menurut Badudu (1994: 56) dalam bukunya Pelik-Pelik Bhs Indonesia diketahui
bahwa kalimat adalah ……….
(salah)
Menurut Badudu (1994:56) kalimat adalah …………
(benar)
b. Nama orang dan identitas tahun terbit dan halaman buku selalu berdekatan
Badudu berpendapat bahwa………….…………..………………………
………………………. (1994: 56)
(salah)
S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Badudu (1994: 56)………………………..


(benar)
c. Kutipan tidak dibenarkan dicetak tebal atau dihitamkan.
d. Penulis tidak diperkenankan untuk mengadakan perubahan (katakata) dalam kutipan.
Apabila ingin mengadakan perubahan, harus disertai dengan penjelasan.
e. Apabila ada kesalahan dalam penulisan baik EYD atau pun ketatabahasaan, tidak
diperkenankan mengadakan perubahan. Penulis boleh memberikan pendapat atau
komentarnya mengenai kesalahan atau ketidaksetujuannya.
f. Kutipan dalam bahasa asing atau bahasa daerah harus dicetak miring.
g. Kutipan langsung selalu memakai tanda petik dua dan diawali dengan huruf kapital
Badudu (1994: 56) berpendapat, “kalimat adalah….”
h. Kutipan dapat ditempatkan sesuai dengan kebutuhan baik di awal, tengah, atau akhir
teks.
i. Jika nama pengarang ada dua, nama akhir (marga) kedua pengarang itu ditulis.
Badudu (1995: 34) berpendapat ……
j. Jika nama pengarang ada tiga atau lebih, nama akhir pengarang pertama yang ditulis
dan diikuti dkk. Badudu, dkk. (1996: 35) …..
k. Kutipan dalam bentuk catatan kaki sudah tidak dipakai lagi dalam penulisan karya
ilmiah karena dirasakan tidak efektif.
l. Kutipan yang berasal dari ragam bahasa lisan seperti pidato pejabat jarang dipakai
sebagai sumber acuan dalam penulisan karya ilmiah karena kebenarannya sulit
dipercaya karena harus diketahui oleh orang yang bersangkutan (rawan kesalahan
kutipan).
m. Dalam pengutipan pendapat orang lain, hendaklah dilakukan variasi dalam teknik
mengutip (jangan monoton) seperti kutipan langsung dan kutipan tidak langsng.
n. Apabila kutipan itu dirasakan terlalu panjang, penulis boleh mengambil bagian intinya
saja dengan teknik memakai tanda titik-titik [… ---------------------------------(Badudu,
1994:45)….], tetapi tidak boleh mengubah atau menggeserkan makna atau pesannya.
o. Jika mengutip pendapat ahli yang berasal dari kutipan karya ilmiah orang lain, bentuk
penyajiannya adalah Menurut Badudu dalam Djajasudarma (1993: 56) bahwa …..

8.10 DAFTAR PUSTAKA (BIBLIOGRAFI)

8.10.1 Definisi
Daftar putaka adalah daftar atau senarai yang ada dalam karya ilmiah (misalnya
makalah atau skripsi) yang berisikan identitas buku dan pengarang yang disusun secara
alfabetis (setelah nama marga pengarang dikedepankan).

8.10.2 Ciri-Ciri Daftar Pustaka


Kepustakaan atau juga daftar pustaka memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Diambil dari suatu buku, majalah, makalah, surat kabar, internet, orasi dalam karya
ilmiah, dsb.
2. Berisikan nama pengarang atau lembaga
3. Memiliki identitas buku, yaitu judul, tahun terbit, cetakan atau edisi, nama penerbit,
dan tempat terbit.

8.10.3 Fungsi Daftar Pustaka


Fungsi dari daftar pustaka adalah sebagai berikut:
1. Menunjukkan bahwa tulisan itu ilmiah (bersifat ilmu pengetahuan);

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

2. Menginformasikan bahwa karya ilmiah itu (penelitian) memiliki referensi dan


akumulasi dari karya ilmiah terdahulu;
3. Merupakan alat control pada landasan teoretis atau tinjauan pustaka.

8.10.4 Teknik Penulisan


Teknik penulisan daftar pustaka adalah berikut:
a. Nama pengarang dibalikkan atau diputar dengan catatan nama yang dikedepankan
yaitu nama marga/unsur nama akhir yang dipisahkan oleh koma;
b. Setelah itu, nama marga atau unsure nama akhir pengarang disusun secara alfabetis;
c. Bila nama pengarang ada dua, yang dibalikkan adalah nama pengarang pertama;
Contoh : Emil Salim dan Philip Kotler Salim, Emil dan Philip
Kotler
d. Jika nama pengarang ada tiga atau lebih, nama pengarang pertamalah yang diputar
dan diikuti oleh dkk. atau et. all.
Contoh: Emil Salim, Philip Kotler, Djoemad Tjiptowardojo Salim,
Emil. dkk.
e. Bila tidak terdapat nama pengar ang, nama departeman atau lembagalah yang ditulis;
bila tidak ada kedua-duanya, tulislah tanpa pengarang, atau tanpa lembaga;
f. Gelar akademik tidak dicantumkan;
g. Judul buku harus dicetak miring dalam komputer atau digarisbawahi dalam mesin tik
atau tulisan tangan;
h. Judul artikel, skripsi, tesis, atau disertasi yang belum dibukukan diapit oleh tanda
petik dua;
i. Bila ada edisi/cetakan ditulis sesudah judul buku;
j. Jika buku tersebut merupakan terjemahan dari buku bahasa asing, penerjemah ditulis
sesudah edisi atau judul buku;
k. Spasi dalam daftar pustaka adalah satu spasi;
l. perpindahan dari satu pengarang ke pengarang yang lain adalah dua spasi.
m. Bila dalam satu buku diperlukan dua baris atau lebih, baris yang kedua atau
selanjutnya dimulai dari 1 tabulasi (5-7 ketukan);
n. Jika seorang pengarang menuliskan lebih dari satu buku, nama pengarang ditulis satu
kali; nama pengarang itu diganti dengan garis panjang atau tanpa garis panjang;
o. Bila ada dua atau lebih karya ilmiah (buku) yang ditulis oleh seorang pengarang,
urutan penulisannya berdasarkan tahun terbit;
p. Bila ada dua atau lebih buku (karya ilmiah) dari seorang pengarang yang ditulis dalam
tahun yang sama, urutan penulisannya diikuti nomor urut a, b, c, dsb.
q. Perhatikan urutan penulisan;
Nama keluarga/marga, (dipisahkan koma), nama diri (diakhiri titik), tahun terbit,
(diakhiri titik), judul buku, (diakhiri titik atau titik dua bila ada anak judul dan dicetak
miring), cetakan (diakhiri titik), nama tempat (diakhiri titik dua), nama penerbit
(diakhiri titik).
r. Contoh Bentuk penulisan daftar pustaka

Bentuk pertama
---(marga)--,---(nama kecil)---. –(tahun terbit)--.----(judul buku: anak judul)--
---(Edisi)---. -----(tempat terbit)----: ----(nama penerbit)---. 1spasi

2spasi
---(marga)--,---(nama kecil)---. –(tahun terbit)--.---(judul buku: anak judul)---.
---(Edisi)---. -----(tempat terbit)----: ----(nama penerbit)---. 1spasi

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan


Kajian. Bandung: PT Eresco.

Purwo, Bambang Kaswanti. 1989. “Tata Bahasa Kasus dan Valensi Verba” dalam
PELLBA 2. Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya. Jakarta: Kanisius.

Bentuk kedua
---(marga)--,---(nama kecil)---. 1 spasi
(tahun terbit) ---(judul buku: anak judul)---.---(Edisi)---. -----
(tempat terbit)----: ----(nama penerbit)---. 1 spasi
2 spasi
---(marga)--,---(nama kecil)---. 1 spasi
(tahun terbit) ---(judul buku: anak judul)---.---(Edisi)---. -----
(tempat terbit)----: ----(nama penerbit)---. 1 spasi

Djajasudarma, T. Fatimah.
1993a Semantik 2: Pemahaman Ilmu Makna. Bandung : PT Eresco.

1993b Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung : PT


Eresco.

Rujukan elektonik
Boon, J. (tanpa tahun) Anthropology of Religion. Melalui
http://www.joe.org/june33/95.html [June/17/03]

bln
tgl
thn

Pelatihan
1. Hasan Alwi dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Balai Pustaka. Jakarta, 1998
2. J.S. Badudu, Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. Pustaka Prima Bandung:. 1996
3. J.S. Badudu, Sitaksis Bahasa Indonesia, Bandung: Program Pascasarjana Universitas
Padjadjaran 2002
4. Abdul Chaer, Lingusitik umum, Rineka Cipta Jakarta, 1994
5. Wallace L.Chafe, Meaning and Structure of Language, The University
6. N.F. Alieva, et.al. Bahasa Indonesia Deskripsi dan Teori Yogyakarta, Kanisius, 1991
7. Noam Chomsky, Aspect of Teory of Syntact, The MIT Press, Cambridge, 1965

1. Judul buku : Komposisi


Pengarang : Gorys Keraf
Identitas buku : 1980 halaman 43, edisi pertama, Nusa Indah, Ende-Flores.

Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang baik
terdapat dalam buku-buku atau majalah-majalah.

Buatlah kutipan langsung dari data di atas dan sertakan juga cara penulisan daftar
pustakanya!

2. Judul buku : Intisari Tata Negara: untuk kelas 3 SMU


S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h
Metode Menulis Makalah 2010

Pengarang : Dra Susi Sri Susilawati


Drs Ade Jaya Sutisna
Identitas buku : 2001 halaman 22, cetakan kedua, CV Pustaka Setia, Bandung.
Ilmu Tata Negara adalah ilmu yang mempelajari negara-negara tertentu, yaitu
bagaimana pemerintahan suatu negara disusun dan dijalankan dari tingkat pusat
sampai ke jajaran terbawah. Ilmu Tata Negara memusatkan diri pada kajian kekuasaan
negara, alat-alat perlengkapan negara beserta tugas dan wewenangnya, dan hubungan
antarperlengkapan negara itu.

Buatlah kutipan langsung yang lebih dari 4 baris dan sertakan juga penulisan
daftar pustakanya!

3. Judul buku : Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia


Pengarang : Hasan Alwi
Anton M. Moeliono
Harimurti Kridalaksana
J. S. Badudu
Hans Lapoliwa
4. Identitas buku : 1993 halaman 60, cetakan ketiga, Perum Balai Pustaka, Jakarta.
Kalimat adalah bagian terkecil dari suatu ujaran atau teks (wacana) yang
mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan.

Buatlah kutipan tidak langsung dan sertakan juga penulisan daftar pustakanya!

S E KO L A H T I N G G I T E O L O G I E l - S H A D DAY 48
P d t . D w i G a t o t S u p r a s e t y a , S E , S P, M . T h

Anda mungkin juga menyukai