Anda di halaman 1dari 89

MODUL PRAKTIKUM

IKD I
SEMESTER I

PRODIS1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BHAKTI AL-QODIRI JEMBER
TAHUN 2016

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas
rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan
Buku Panduan Praktikum Ilmu Keperawatan Dasar I. Buku
panduan ini di susun untuk mahasiswa semester I Program
Studi SI Keperawatan STIKES Bhakti Al-Qodiri Jember
sebagai pedoman dan alat evaluasi pelaksanaan praktikum
Ketrampilan Ilmu Kperawatan Dasar I.
Buku panduan ini di dalamnya berisi tentang teori dan
konsep keperapawarn beserta aplikasinya dalam praktik
klinik.Buku panduan ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu saran, kritik demi kesempurnaan sangat kami
harapkan.
Semoga buku ini memberi manfaat bagi mahasiswa dan
dosen dalam menerapkan proses belajar-mengajar untuk mata
ajar Ilmu Keperawatan Dasar 1.

Jember, September 2016

Penulis

2
PERATURAN TATA TERTIB LAB PRAKTIKUM

1. Tata Tertib Praktikum


a. Mahasiswa menyiapkan diri 15 menit di depan
laboratorium sebelum praktikum di mulai
b. Mahasiswa yang terlambat 15 menit atau lebih tidak di
ijinkan mengikuti praktikum
c. Mahasiswa tidak boleh bersenda gurau dan harus
bersikap sopan selama mengikuti praktikum
d. Selama praktikum berlangsung, mahasiswa tidak boleh
meninggalkan laboratorium tanpa izin dosen
e. Mahasiswa wajib membereskan alat – alat yang di pakai
untuk praktikum dan dikembalikan dalam keadaan rapi
dan bersih
f. Mahasiswa di wajibkan mengganti peralatan jika terjadi
kerusakan paling lambat 2 hari setelah praktikum
g. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti praktikum
karena berhalangan atau gagal dalam praktikum harus
menggulang atau mengganti pada hari lain sesuai
dengan jadwal yang telah diatur ( sesuia kebijakan
dosen )
h. Mahasiswa wajib mengikuti praktikum 100% dari
kegiatan praktikum

3
2. Tata Tertib Pemakaian Alat Praktikum
a. Setiap mahasiswa berhak meminjam / menggunakan
alat – alat laboratorium dengan persetujuan kepala
laboratorium
b. Setiap mahasiswa yang akan praktik laboratorium wajib
memberi tahu /pesan alat kepada petugas 3 hari sebelum
praktik dilaksanakan
c. Mahasiswa / peminjam wajib mengisi formulir
peminjaman alat/ bon alat yang telah di sediakan
dengan lengkap yang meliputi ( nama, kelas / jurusan,
hari / tanggal,waktu, dosen, jenis keterampilan, nama
alat, jumlah, keterangan, tanda tangan)
d. Mahasiswa atau peminjam bertanggung jawab atas
kebersihan atau keutuhan alat – alat yang dipinjam
e. Mahasiswa wajib merapikan dan membersihkan
kembali peralatan yang dipinjam setelah selesai
menggunakan alat laboratorium
f. Alat – alat laboratorium dikembalikan segera setelah
melaksanakan kegiatan praktik
g. Alat – alat laboratorium yang dipinjam dikembalikan
tepat waktu dan dalam keadaan bersih dan utuh
h. Mahasiswa diperbolehkan meninggalkan ruangan
setelah serah terima alat – alat yang dipinjam kepada
kepala laboratorium

4
i. Keterlambatan mengembalikan alat atau
mengembalikan alat dalam keadaan kotor, maka
mahasiswa dikenakan denda Rp. 10.000/hari/alat
j. Peminjam alat laboratorium harus mengganti alat yang
rusak / hilang dalam keadaan kurang dari dua hari
setelah alat rusak / hilang.

5
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman judul .................................................................. 1
Kata pengantar ................................................................. 2
Tata tertib praktikum...................................................... 3
Daftar isi ............................................................................ 6
Bab 1 Range Of Motion ............................................. 7
Bab 2 Body Alligment ................................................ 16
Bab 3 Pemeriksaan Fisik (Head To Toe) ................... 21
Bab 4 Oksigenasi ........................................................ 30
Bab 5 Terapi Intravena ............................................... 40
Bab 6 Pemasangan Selang NGT ................................ 45
Bab 7 Kateterisasi ....................................................... 50
Bab 8 Huknah ............................................................. 57
Bab 9 Self Care ........................................................... 61
Bab 10 Sterilisasi .......................................................... 70
Bab 11 Melakukan Keramas pada Pasien di Atas
Tempat Tidur .................................................... 75
Bab 12 Perawatan Gigi dan Kuku ................................ 80
Bab 13 Memandikan Pasien diatas Tempat Tidur ....... 84
Daftar pustaka .................................................................. 89

6
BAB 1
RANGE OF MOTION
(ROM)

A. Definisi
Range Of Motion (ROM) adalah tindakan/latihan otot
atau persendian yang diberikan kepada pasien yang
mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, diabilitas,
atau trauma.
B. Tujuan
1. Untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan
kelemahan pada otot yang dapat dilakukan secara aktif
maupun pasif tergantung dengan keadaan pasien.
2. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan
kekuatan otot.
C. Manfaat
1. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot
dalam melakukan pergerakan
2. Mengkaji tulang sendi, otot
3. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
4. Memperlancar sirkulasi darah.
D. Indikasi
1. Klien dengan tirah baring yang lama.
2. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran.

7
3. Kelemahan otot.
4. Fase rehabilitasi fisik.
E. Kontra Indikasi
1. Klien dengan fraktur.
2. Klien dengan peningkatan tekanan intrakranial.
3. Trombus/emboli pada pembuluh darah.
4. Kelainan sendi atau tulang.
5. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung)
F. Jenis - jenis ROM
ROM dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1. ROM Aktif
ROMAktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh
seseorang (klien) dengan mandiri. Perawat hanya
memberikan motivasi, dan membimbing klien untuk
melakukan latihan ROM secara mandiri. Hal ini untuk
melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan
cara menggunakan otot-ototnya secara aktif. Sendi yang
digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh
tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien
sendri secara aktif.
2.ROM Pasif
ROM Pasif yaitu latihan ROM yang dilakukan oleh
perawat pada klien yang mengalami immobilissi
sendi. Sendi yang digerakkan pada ROM pasif adalah

8
seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas
yang terganggu dan klien tidak mampu
melaksanakannya secara mandiri
Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan
tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak
mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang
gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau
pasien dengan paralisis ekstermitas total (suratun, dkk,
2008).
G. Macam – macam Gerakan ROM
1. Fleksi dan Ekstensi
2. Rotasi
3. Supinasi
4. Pronasi
5. Abduksi dan Adduksi
6. Oposisi

Gerakan ROM Berdasarkan Bagian Tubuh


Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari gerakan
pada persendian sebaga berikut :
1. Leher, Spina, Serfikal
Gerakan Penjelasan Rentang sudut
Fleksi Menggerakandagu rentang 45°
menempel ke dada

9
Ekstensi Mengembalikan kepala rentang 45°
ke posisi tegak
Hiperektensi Menekuk kepala ke rentang 40-45°
belakang sejauh mungkin
Fleksi Memiringkan kepala rentang 40-45°
lateral sejauh mungkinkearah
setiap bahu
Rotasi Memutar kepala sejauh rentang 180°
mungkin dalam gerakan
sirkuler

2. Bahu
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menaikkan lengandari rentang 180°
posisisamping tubuh
kedepan ke posisi di atas
kepala
Ekstensi Mengembalikan lenganke rentang 180°
posisisamping tubuh

10
Hiperektensi Menggerakkan lengan rentang 45-60°
kebelakang tubuh dan
siku tetap lurus
Abduksi Menaikkan lengan ke rentang 180°
posisi samping di atas
kepala dengan
telapaktangan jauh dari
kepala
Adduksi Menurunkan lengan ke rentang 320°
samping dan menyilang
tubuh sejauh mungkin
Sirkumduksi Menggerakan lengan rentang 360°
dengan lingkaran penuh

3. Siku
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakkan siku rentang 150°
sehingga lengan bahu

11
bergerak ke depan sendi
bahu dan tangan sejajar
bahu
Ektensi Meluruskan siku dengan rentang 150°
menurunkan tangan,

4. Pergelangan tangan
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan telapak rentang 80-
tangan ke sisi bagian 90°
dalam lengan bawah
Ekstensi Mengerakan jari-jari rentang 80-
tangan sehingga jari-jari, 90°
tangan, lengan bawah
berada dalam arah yang
sama
Hiperekstensi Membawa permukaan rentang 89-
tangan dorsal ke belakang 90°
sejauh mungkin

12
Abduksi Menekuk pergelangan rentang 30°
tangan miring ke ibu jari
Adduksi Menekuk pergelangan rentang 30-
tangan miring ke arah lima 50°
jari

5. Jari- jari tangan


Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Membuat genggaman rentang 90°
Ekstensi Meluruskan jari-jari rentang 90°
tangan
Hiperekstensi Menggerakan jari-jari rentang 30-
tangan ke belakang sejauh 60°
mungkin
Abduksi Mereggangkan jari-jari rentang 30°
tangan yang satu dengan
yang lain
Adduksi Merapatkan kembali jari- rentang 30°
jari tangan

13
6. Lutut
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tumit ke Rentang120-
arah belakang paha 130°
Ekstensi Mengembalikan tungkai rentang 120-
kelantai 130°

7. Mata kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Dorsifleksi Menggerakan kaki rentang 20-30°
sehingga jari-jari kaki
menekuk ke atas,
Plantarfleksi Menggerakan kaki rentang 45-50°
sehingga jari-jari kaki
menekuk ke bawah,

14
8. Jari-Jari Kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menekukkan jari-jari kaki rentang 30-60°
ke bawah,
Ekstensi Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60°
Abduksi Menggerakan jari-jari kaki rentang 15°
satu dengan yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali rentang 15°
bersama-sama,

15
BAB 2
BODY ALIGNMENT

A. Definisi
Susunan geometric dari bagian-bagian tubuh yang
saling berhubungan antara bagian tubuh yang satu dengan
bagian tubuh yang lainnya. Body alilgment yang baik
akan meningkatkan keseimbangan tubuh yang optimal
dan fungsi tubuh yang maksimal, baik dalam posisi
berdiri, duduk, maupun tidur.
B. Faktor yang mempengaruhi body alignment
1. Tumbuh kembang
2. Kesehatan fisik
3. Kesehatan mental
4. Nutrisi
5. Sikap dan nilai individu
6. Emosi
C. Struktur abnormal yang mempengaruhi postur tubuh
1. Skoilosisa
suatu keadaan kelainan pada tulang belakang berupa
kelengkungan tulang belakang.

16
2. Kifosis
suatu keadaan kelainan pada tulang belakang dimana
terjadi fleksi yang berlebihan pada tulang lumbal

3. Lodrosis
Suatu kelainan pada tulang belakang dimana
hyperekstensi dari tulang lumbal

17
D. Pegkajian postur tubuh
Untuk melakukan pengkajian body alignment lakukan
inspeksi terhadap pasien pada saat berdiri,duduk maupun
berbaring. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mengkaji antara lain:
1. Posisi berdiri
Lakukan inspeksi melalui sudut pandang secara :
Anterior,Lateral dan posterior. Pasien dalam posisi
berdiri dengan kepala tegak dan mata lurus kedepan
serta bahu dan pinggul harus lurus dan sejajar, apabila
posisi tidak sesuai dengan posisi berdiri yang benar
maka dapat diidentifikasikan bahwa ada gangguan pada
otot dan tulang pasien.
2. Posisi duduk
Pada saat keadaan ini normalnya kepala dan dada akan
memiliki keadaan yang sama pada saat posisi berdiri
yaitu kepala pasien harus tegak lurus dengan leher dan
vertebra kolumna telapak kaki lurus berpijak pada

18
lantai. Pasien yang dalam keadaan abnormal akan
mengalami kelemahan otot atau paralis otot serta
adanya sensasi (kerusakan saraf)
3. Posisi berbaring
Letakan pasien pada posisi lateral semua bantal dan
penyokong posisi dipindahkan dari tempat tidur,
kemudian tubuh ditopang dengan kasur yang cukup dan
vertebra harus lurus dengan alas yang ada. apabila
dijumpai kelainan pada pasien, maka terdapat
penurunan sensasi atau gangguan sirkulasi serta adanya
kelemahan.
4. Cara berjalan
Dikaji untuk mengetahui mobilitas dan kemungkinan
resiko cedera akibat dari terjatuh, pasien diminta
berjalan sepanjang 10 langkah kemudian perawat
memperhatikan hal-hal berikut ini :
 Kepala tegak, pandangan lurus kedepan, punggung
tegak.
 Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu sebelum jari-
jari kaki.
 Langkah lembut, terkoordinasi dan ritmik
E. Pengaturan posisi body alignment
1. Posisi fowler

19
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk,
dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau
dinaikkan setinggi 15°-45°.Posisi dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi
pernafasan pasien.

2. Posisi dorsal recumbent


Adalah dimana posisi kepala dan bahu pasien sedikit
mengalami elevasi diatas bantal, kedua lengan berada di
samping sisi tubuh, posisi kaki datar diatas tempat tidur.

3. Sim (semi pronasi)


Adalah posisi dimana tubuh miring kekiri atau kekanan.
Posisi ini dilakukan untuk memberi kenyamanan dan
memberikan obat per anus (supositoria)

20
BAB 3
PEMERIKSAAN FISIK
(HEAD TO TOE)

A. Definisi
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien
secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang
dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif
dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil
anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan
tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. ( Dewi
Sartika, 2010)
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaantubuh untuk
menentukan danya kelainan dari suatu sistem atau suatu
organ bagian tubuh dengan cara melihat (inspeksi),
meraba (palpasi), mngetuk (perkusi), dan mendengarkan
(auskultasi).
B. Tujuan
Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan
bertujuan:
1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan
klien.
2. Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal
data yang diperoleh dalam riwayat keperawatan.

21
3. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa
keperawatan.
4. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan
status kesehatan klien dan penatalaksanaan.
C. Manfaat
Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik
bagi perawat sendiri, maupun bagi profesi kesehatan lain,
diantaranya:
1. Sebagai data untuk membantu perawat dalam
menegakkan diagnose keperawatan.
2. Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
3. Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan
yang tepat.
4. Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan
keperawatan.
D. Alat – alat yang digunakan
1. Stetoskop
2. Tensimeter
3. Lampu sorot
4. Penekan lidah
5. Pemukul reflek
6. Pit centimeter

22
E. Tekhnik Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Adalah memriksa dengan melihat dan mengingat,
dengan melihat maka kita mendapatkan hasil
pemeriksaan dalam hal antara lain:
 Kesan umum penderita : apakah tampak kesakitan
atau tidak, bagaimana cara jalannya.
 Warna : warna dari permukaan tubuh yang dapat
dilihat seperti warna kulit, warna sklera dll
 Bentuk : bentuk badan atau bagian badan tertentu
 Ukuran : perbandingan antar bagian tubuh atau tubuh
seluruhnya
 Gerakan : adanya gerakan normal atau abnormal dari
dinding dada pada waktu bernafas.
Dalam melakukan pemeriksaan jasmani posisi
dokter atau pemeriksa harus selalu di sebelah kanan
penderita atau yang diperiksa (kecuali bagi dokter yang
kidal) buatlah penerangan yang baik.
Cara :
Perhatikan
1. Bentuk tubuh penderita : kurus, atletis atau gemuk
2. Perbandingan ukuran kepala dan panjang anggota
badan
3. Cara berjalan dan gerakan

23
4. Adanya deformitas / kelainan bentuk
5. Keaadn kulit, rambut, mukosa mata dan kuku secara
umum
6. Ekspresi wajah :cemas, tertekan, malu, kesakitan dll
7. Ciri-ciri lain yang didapatkan
b. Palpasi
Adalah pemeriksaan dengan perabaan,
mempergunakan rasa perspektif ujung jari dan tangan.
Dengan palpasi dapat terbentuk gambaran dari berbagai
aspek :
 Permukaan : misalnya halus, kasar,menonjol, atau
datar,keras atau lunak dll
 Getaran dan denyutan : denyut nadi, denyut jantung
pada dinding dada dll
 Keadaan alat dibawah permukaan : misalnya : batas –
batas hepar, adanya massa abnormal ditempat yang
tidak seharusnya dll.
Cara :
 Daerah yang diperiksa harus bebas dari gangguan
yang menutupi
 Cara meraba dapat memakai :
 Jari telunjuk dan ibu jari : untuk menentukan
besarnya benda

24
 Jari 2,3,4 bersama dapat digunakan untuk
menentukan konsistensi atau garis besar kualitas
benda
 Seluruh telapak tangan dapat merasakan adanya
getaran
 Sedikit tekanan dengan ujung telapak jari
menemukan adanya rasa sakit yang dapat dilihat
dari perubahan mimik atau mendengarkan keluhan
yang tertekan
c. Perkusi
Adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk
permukaan badan dengan perantaraan jari tangan.
Tujuannya adalah untuk mengetahui keadaan organ-
organ didalam tubuh. Tergantung dari isi jaringan yang
ada di bawahnya, maka akan timbul berbagai nada yang
dibedakan menjadi 5 kualitas dasar yaitu :
 Nada suara pekak dihasilkan oleh : masa padat
misalnya perkusi pada paha
 Nada suara redup dihasilkan oleh : suara perkusi dari
hati
 Nada suara sonor dihasilkan dari : perkusi paru yan
normal
 Nada suara hipersonor dihasilkan oleh : paru yang
emfisematous

25
 Nada suara timpani yang dihasilkan oleh : perkusi
pada pipi yang dikembungkan atau gelembung udara
pada lambung
Cara
 Perhatikan pengajar
d. Auskultasi
Adalah mendengarkansuara yang terdapat di dalam
tubuh dengan bantuan alat yang disebut stetoskop. Alat
ini berfungsi sebagai saluran pendengaran diluar tubuh
untuk dapat meredam suara di sekitarnya. Dari
pemeriksaan auskultasi, dokter dapat mendengarkan
suara-suara di secara kualitatif yang ditimbulkan oleh
jantung, pembuluh darah, paru dan usus.

Prosedur tindakan
No Langkah tindakan Nilai
0 1 2
1. Cuci tangan
2. Pemeriksa menempatkan diri disebelah
kanan tempat tidur penderita
3. Menjelaskan prosedur yang akan
dilakukan
4. Memberi instruksi penderita untuk
berbaring

26
5. inspeksi
 Atur pencahayaan yang cukup
sebelum melakukan inspeksi
 Buka bagian yang akan diispeksi dan
diyakinkan bahwa bagian tersebut
tidak tertutup baju, selimut
 Bila perlu, gunakan kaca pembesar
untuk inspeksi
 Perhatikan kesan pertama pasien
yang meliputi perilaku, ekspresi,
penampilan umum, pakaian, postur
tubuh dan gerakan
 Lakukan inspeksi secara sistematis,
bila perlu bandingkan satu bagian
sisi tubuh dengan sisi yang lain
6. Palpasi
 Pastikan bahwa area yang akan
dipalpasi benar-benar nampak
 Secara prinsip palpasi bentuk dan
struktur organ gunakan jari 2,3 dan 4
secara bersamaan. Untuk palpasi
abdomen gunakan telapak tangan
dan beri tekanan dengan jari-jari
secara ringan

27
 Bila perlu lakukan palpasi dengan
dua tangan
 Perhatikan dengan seksama muka
pasien selama palpasi untuk
mengetahui adanya nyeri tekan
7. Perkusi
 Buka pakaian pasien sesuai yang
diperlukan
 Luruskan jari tengah tangan kiri,
tekan bagian ujung jari dan letakkan
dengan kuat pada permukaan yang
diperkusi. Konsistenlah dalam
memberikan tekanan pada
permukaan yang diperkusi
 Lenturkan jari tengah tangan kanan
ke atas dengan lengan bawah rileks.
Pertahankan kelenturan tangan pada
pergelangan tangan.
 Gerakkan pergelangan tangan
dengan cepat, jelas dan rileks serta
ketukkan ujung jari tengah tangan
kanan pada jari tengah kanan kiri
 Pertahankan gerakan pada
pergelangan tangan, tidak pada jari,

28
siku dan pundak
8. Auskultasi
 Lakukan pemeriksaan pada ruangan
yang tenang dan nyaman
 Pakai stetoskop
 Pilih bagian diafragma atau bel
tergantung pada apa yang akan di
dengar
9. Cuci tangan
10. Dokumentasikan tindakan
Total nilai

Keterangan :
 0 = tidak dilakukan
 1 = dilakukan tapi tidak sempurna
 2 = dilakukan dengan sempurna
Penilaian :
Jumlah tindakan yang dilakukan :
Jumlah total nilai tindakan :
Nilai :

29
BAB 4
OKSIGENASI

A. Definisi
Oksigenasi merupakan suatu terapi/tindakan yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan oksigen klien
dengan menggunakan alat bantu oksigen.
B. Tujuan
1. Memenuhi kebutuhan oksigen
2. Mencegah terjadinya hipoksia
3. Untuk menurunkan kerja nafas dan menurunkan kerja
miokard
C. Indikasi
1. Henti jantung paru
2. Gagal nafas
3. Gagal jantung atau AMI
4. Syok hipovolemia
5. Meningkatnya kebutuhan O2 pada luka bakar, infeksi
berat, multiple trauma
6. Keracunan CO
7. Post operasi
D. Syarat-syarat pemberian oksigen meliputi:
1. Dapat mengontrol konsentrasi oksigen udara inspirasi
2. Tahanan jalan nafas yang rendah

30
3. Tidak terjadi penumpukan CO2
4. Efisien
5. Nyaman untuk pasien
Dalam pemberian terapi oksigen perlu diperhatikan
“humidification”, hal ini penting diperhatikan oleh karena
udara yang normal di hirup telah mengalami humidifikasi
sedangkan oksigen yang diperoleh dari sumber oksigen
(tabung O2) merupakan uadar kering yang belum
terhumidifikasi, humidifikasi yang adekuat dapat
mencegah komplikasi pada pernafasan.
E.Metode pemberian oksigen
No. Metode FiO2 Keuntungan Kerugian
Pemberian
Sistem Aliran
Rendah
1. Kateter dan 1-6  Aman dan  Tidak dapat
kanul Nasal liter/menit: sederhana digunakan
24-44%  Mudah dengan
ditoleransi konsentrasi
pasien diatas 45%
 Efektif untuk  Aliran lebih
konsentrasi dari 6 liter
rendah dapat
 Tidak menyebabka

31
mengganggu n nyeri sinus
makan dan dan
bicara pasien menyebabka
 Murah dan n membran
disposibel mukosa
kering
 Dapat terjadi
distensi
lambung
2. Sungkup 5-8  Memberi  Dapat terjadi
muka liter/menit: konsentrasi penumpukan
sederhana 40-60% oksigen lebih CO2 jika
tinggi aliran O2
dibandingkan rendah
kateter/kanul  Empisema
nasal subkutan ke
 Tidak dalam
menyebabkan jaringan
membran mata jika
mukosa aliran O2
kering tinggi dan
nekrose
apabila
sungkup

32
muka
dipasang
terlalu ketat
 Mengganggu
makan dan
bicara pasien
3. Sungkup 8-12  Konsentrasi  Empisema
muka liter/menit: yang subkutan ke
Rebreathing 60-80% diberikan dalam
lebih tinggi jaringan
sungkup mata pada
muka aliran O2
sederhana tinggi dan
 Humidifikasi nekrose
O2 yang apabila
relatif lebih sungkup
mudah muka
 Tidak dipasang
menyebabkan terlalu ketat
membran  Mengganggu
mukosa makan dan
kering bicara pasien
4. Sungkup 8-12  Peningkatan  Empisema
muka Non liter/menit: FiO2 yang subkutan ke

33
Rebreathing 90% diberikan dalam
 Humidifikasi jaringan
O2 yang mata pada
relatif lebih aliran O2
mudah tinggi dan
 Tidak nekrose
menyebabkan apabila
membran sungkup
mukosa muka
kering dipasang
terlalu ketat
 Mengganggu
makan dan
bicara pasien

Sistem Aliran
Tinggi
1. Sungkup 4-14  Dipakai pada  Tidak dapat
muka liter/menit: pasien dengan memberikan
Venturi 30-55% tipe ventilasi O2 dengan
(Venturi tidak teratur konsentrasi
Mask)  Tidak rendah
menyebabkan  Nekrose bila
membran pemasangan

34
mukosa sungkup
kering terlalu ketat
 Suhu dan  Jika aliran
kelembaban rendah dapat
gas dapat di menyebabka
kontrol n
penumpukan
CO2.

35
F. Terapi oksigen pada pasien hipoksia
Penilaian PaO2 pasien dengan udara bebas
a. Ringan: PaO2 antara 70-80mmHg
Terapi oksigen yang diberikan: nasal kanul/kateter
mulai 2-3 liter/menit Masker 6 liter/menit
b. Sedang: PaO2 antara 50-70mmHg
Masker 8-12 liter/menit atau venturi mask 50-60%
c. Gagal nafas: PaO2 50mmHg
Intubasi dan ventilasi mekanik (penggunaan ventilator)
G. Pemantauan Terapi Oksigen
1. Warna kulit: merah, pucat, pink
2. Keadaan klinis: sesak nafas, penggunaan otot tambahan
pernapasan
3. Hasil laboratorium Analisa Gas Darah (AGD)
4. Saturasi oksigen
5. Pulse oxymeter
H. Komplikasi
1. Iritasi pada hidung dan telinga, membran mukosa
kering
2. Depresi pernapasan: gangguan ventilasi kronis
(peningkatan CO2) dan hipoksemia
3. Displasia bronkopulmunal: pada pemberian oksigen
konsentrasi tinggi
4. Retrolental fibroplasia, terutama pada bayi prematur

36
5. Penurunan mucociliary clearance
6. Kerusakan kapiler endoteal
7. Edema intersisial
8. Kerusakan pneumocytes

Prosedur tindakan
No Langkah tindakan nilai
0 1 2
1. Persiapan alat dan bahan
 Handscoon
 Bak instrument
 1 set terapi oksigen lengkap
 Tabung oksigen lengkap
dengan regulator
 Humidifier berisi aquadest/air
steril lengkap dengan
flowmeter
 Selang oksigen
 Plester
 Gunting
2. Mempersiapkan lingkungan
1. Jendela dan pintu ditutup
2. Menutup sampiran jika perlu
3. Menjaga kenyamanan

37
3. Mempersiapkan pasien
1. Menjelaskan tindakan yang akan
dilakukan
2. Inform consent
4. Prosedur tindakan
1. Mencuci tangan
2. Cek volume oksigen pada
manometer
3. Isi humidifier dengan air dan
pasangkan ke dasar flowmeter
oksigen
4. Sambungkan kanul nasal – pipa
oksigen dengan sumber oksigen
yang sudah dilembabkan (melewati
humidifier). Tes aliran, pastikan
tidak ada kebocoran
5. Pemasangan
Nasal kanul : letakkan nasal kanul
ke muka pasien dan sisipkan cabang
ke dalam lubang hidung
Masker : pasang masker pada
wajah menutupi hidung dan mulut
pasien
6. Atur ikatan dan fiksasi selang

38
oksigen di belakang kepala
melewati bagian atas telinga
7. Atur kecepatan aliran sesuai
konsentrasi yang diminta. Observasi
gelembung air yang terjadi di
humidifier dan pertahankan
humidifier tetap terisi setiap saat
8. Monitor pasien setiap 4 jam
9. Observasi pernafasan pasien, jika
pernafasan sudah normal, matikan
tabung oksigen
10. Peralatan di bereskan
11. Cuci tangan
12. Dokumentasi
Total nilai

Keterangan :
 0 = tidak dilakukan
 1 = dilakukan tapi tidak sempurna
 2 = dilakukan dengan sempurna
Penilaian :
Jumlah tindakan yang dilakukan :
Jumlah total nilai tindakan :
Kategori : Lulus / tidak

39
BAB 5
TERAPI INTRAVENA

A. Definisi
Memberikan cairan tambahan yang mengandung
komponen tertentu yang diperlukan tubuh secara terus
menerus selama periode tertentu.
B. Tujuan
1. Adapun tujuan prosedur ini adalah untuk :
2. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh,
elektrolit, vitamin, protein dan kalori pada klien yang
tidak mampu mempertahankan masukan yang adekuat
melalui mulut.
3. Memulihkan keseimbangan asam-basa.
4. Memulihkan volume darah.
5. Menyediakan saluran terbuka untuk pemberian obat-
obatan.
Prosedur pemberian terapi intravena
Nilai
No Aspek yang Dinilai
0 1 2

Tahap Pra Interaksi


1. Cek catatan pasien dan program terapi
cairan

40
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat-alat yang diperlukan :
 Sarung tangan
 Larutan IV / cairan infus yang tepat
 Jarum abocat/ Venflon
 Bengkok
 Perlak tangan
 Kapas Alkohol
 Plester
 Standart infus
 Torniket/ manset
 Infus set
Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan nama
yang disukainya.
2. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan
yang akan dilakukan

Tahap Kerja
1. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
2. Menanyakan keluhan utama klien
3. Memulai tindakan dengan cara yang baik
4. Jaga privasi klien

41
5. Letakkan pasien pada posisi fowler atau
supine jika tidak memungkinkan
6. Bebaskan lengan pasien dari lengan baju
atau kemeja
7. Letakkan manset/ taurniquet 5 – 15 cm
diatas tempat penusukan
8. Letakkan alas plastik dibawah lengan klien
9. Hubungkan cairan infus dengan infus set
dan gantungkan
10. Periksa label pasien sesuai dengan
instruksi cairan yang akan diberikan
11. Alirkan cairan infus melalui selang infus
sehingga tidak ada udara di dalamnya
12. Kencangkan klem sampai infus tidak
menetes dan pertahankan kesterilan sampai
pemasangan pada tangan disiapkan
13. Kencangkan taurniquet/ manset (tekanan
dibawah tekanan sistolik)
14. Anjurkan apsien untuk mengepal dan
membukanya beberapa kali, palpasi dan
pastikan tekanan yang akan ditusuk
15. Bersihkan kulit dengan cermat
menggunakan kapas alkohol, lalu diulangi

42
dengan kapas betadin. Arah melingkar dari
dalam ke luar lokasi tusukan
16. Gunakan ibu jari untuk menekan jaringan
dan pena 5 cm diatas atau dibawah tusukan
17. Pegang jari atau abucat pada posisi 30
derajat pada vena yang akan ditusuk,
setelah pasti masuk lalu tusuk perlahan
dengan pasti
18. Rendahkan posisi jarum sejajar pada kulit
dan tarik jarum sedikit lalu teruskan plastik
iv catheter ke dalam vena
19. Tekan dengan jari ujung plastik iv catheter
20. Tarik jarum infus keluar
21. Sambungkan plastik iv catheter dengan
ujung selang infus
22. Lepaskan manset
23. Buka selang infus sampai cairan mengalir
lancar
24. Oleskan dengan salep betadin diatas
penusukan, kemudian ditutup dengan
kapas steril
25. Fiksasi posisi plastik iv catheter dengna
plaster

43
26. Atur tetesan infus sesuai ketentuan, pasang
plaster yang sudah diberi tanggal
Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil yang didapat, bandingkan
dengan kondisi yang normal
2. Beri reinforcement positif
3. Mengakhiri pertemuan dengan baik
4. Cuci tangan
Dokumentasi
Dokumentasikan tindakan yang sudah
dilakukan waktu, jam, cairan yang
diberikan beserta respon klien
TOTAL NILAI

Keterangan :
 0 = tidak dilakukan
 1 = dilakukan tapi tidak sempurna
 2 = dilakukan dengan sempurna
Penilaian :
Jumlah tindakan yang dilakukan :
Jumlah total nilai tindakan :
Nilai :
Kategori : Lulus / tidak

44
BAB 6
PEMASANGAN SELANG NGT
(NASOGASTRIC TUBE)

A. Definisi
Memasukkan selang/pipa makanan dari rongga
hidung ke lambung
B. Tujuan
1. Memasukkan makanan cair / obat – obatan
2. Mengeluarkan cairan / isi lambung dan gas yang ada
dalam lambung
3. Mencegah / mengurangi nausea dan vomiting setelah
perdarahan atau trauma
4. Mengambil spesimen dalam lambung untuk studi
laboratorium
C. Indikasi
1. Pasien koma
2. Pasien dengan masalah sistem pencernaan
3. Pasien tidak mampu menelan
4. Pasien pasca operasi mulut dan esophagus.
D. Prosedur tindakan
No Langkah tindakan Nilai
0 1 2
1. Persiapan alat dan bahan

45
1. Bak instrument berisi sarung
tangan steril
2. NGT no 14/16
3. Jelly
4. Sarung tangan bersih
5. Senter
6. Spuit 10/50 cc
7. Plester
8. Gunting plester
9. Kom berisi air
10. Stetoskop
11. Tisue
12. Bengkok
2. Mempersiapkan psien dan lingkungan
1. Informed consent
2. Jaga privasi pasien
3. Atur posisi pasien
3. Prosedur tindakan
1. Mencuci tangan
2. Mendekatkan alat pada pasien
3. Pakai sarung tangan bersih
4. Tutup salah satu lubang hidung
pasien dan minta pasien bernapas
secara normal. Kemudian ulangi

46
prosedur untuk lubang hidung
yang satunyan, pilih salah satu
dengan aliran udara yang paling
besar.
5. Pakai sarung tangan steril
6. Tentukan panjang selang yang
akan di masukkan dan beri tanda
Cara mengukur selang : ukur
jarak dari daun telinga sampai
ujung hidung hingga processus
xiphoideus
7. Masukkan NGT ke salah satu
lubang hidung dengan cara :
 Pada awalnya posisi kepala
sedikit ekstensi, bila NGT
sudah masuk sampai
orofaring, kepala ekstensi
 Bila pasien batuk, hentikan
memasukkan selang. Anjurkan
pasien untuk melakukan napas
dalam, setelah itu lanjutkan
untuk memasukkan selang
8. Anjurkan pasien untuk menelan
setiap kali memasukkan selang

47
sampai panjang yang di tentukan
(jangan mendorong paksa
selang). Jika terjadi tahanan dan
pasien sianosis segera hentikan
dan tarik selang kembali
9. Periksa letak selang dengan salah
satu cara di bawah ini :
Gunakan stetoskop
Gunakan spuit dengan ujung
NGT, letakkan diafragma
stetoskop di atas kuadran kiri
atas abdomen.suntikan 10-50 ml
udara saat auskultasi abdomen
Air dalam kom
Memasukkan ujung bagian luar
NGT kedalam mangkuk berisi
air, bila ada gelembung udara
masuk maka selang masuk
dalam paru-paru, bila tidak ada
gelembung udara berarti masuk
lambung
Aspirasi cairan lambung
Hubungkan ujung selang dengan
spuit kemudian diaspirasi,

48
sekaligus untuk pemeriksaan pH
dengan kertas lakmus
10. Fiksasi selang dengan plester
dan hindari penekanan pada
hidung
11. Mengevaluasi pasien setelah
terpasang NGT
12. Merapikan alat
13. Mencuci tangan
14. Lepas sarung tangan dan cuci
tangan
15. Dokumentasi tindakan
Total nilai
Tanggal praktikum
Paraf pembimbing
Keterangan :
 0 = tidak dilakukan
 1 = dilakukan tapi tidak sempurna
 2 = dilakukan dengan sempurna
Penilaian :
Jumlah tindakan yang dilakukan :
Jumlah total nilai tindakan :
Nilai :
Kategori : Lulus / tidak

49
BAB 7
KATERESASI

A. Definisi
Kateter adalah pipa untuk memasukkan atau
mengeluarkan cairan, Kateter terbuat dari bahan karet atau
plastik, metal, woven silk dan silikon. Kandung kemih
adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menampung
air seni yang berubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh
sepasang ureter dari sepasang ginjal.
Kateterisasi kandung kemih adalah tindakan
memasukkan selang/kateter melalui uretra ke dalam
kandung kemih untuk mengeluarkan air seni atau urin.
B. Tujuan
1. Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih
2. Untuk pengumpulan spesimen urine
3. Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam
kandung kemih
4. Untuk mengosongkan kandung kemih sebelum dan
selama pembedahan
C. Tipe kateter
Jenis kateter terdiri dari 2 bentuk yaitu kateter tetap dan
kateter sementara:

50
1. Kateter sementara
Menggunakan satu lumen dan hanya memerlukan
waktu 5-10 menit sampai kandung kemih. Penggunaan
kateter sementara dapat diulangi penggunaannya tetapi
pengguanaan yang terus menerus akan meningkatkan
resiko terjadinya infeksi dan trauma pada urethra.
2. Kateter tetap
Dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama
dan sesuai kebutuhan. Kateter ini memiliki 2 lumen
atau 3 lumen. Lumen pertama adalah untuk
pengeluaran urin, dan lumen kedua untuk
fiksasiketeter agar tetap pada vesika urinaria jika
pasiern akan mobilitas.Sedangkan lumenketiga adalah
untuk memasukkan cairan atau obat kedalam vesika
urianaria.
D. Ukuran kateter
 Anak : 8-10 french
 Wanita : 14-16 fr
 Laki-laki : 16-18 fr
E. Indikasi pemasangan kateter
 Kateter sementara:
 Mengurangi ketidaknyamanan pada distensi vesika
urinaria

51
 Pengambilan urine residu setelah pengosongan vesika
urinaria
 Kateter jangka pendek
 Obstruksi saluran kemih
 Pembedahan untuk memperbaiki organ perkemihan,
seperti vesika urinaria, urethra dan organ sekitarnya.
 Untuk memantau output urin
 Irigasi vesika urinaria
 Kateter jangka panjang
 Retensi urin pada penyembuhan penyakit ISK
 Skin rash, ulcer dan luka yang iritatif apabila kontak
dengan urine
 Klien dengan penyakit terminal
Program perawatan kateter dilakukan 2-3 kali
sehari dan setelah defekasi untuk meminimalkan
ketidaknyamanan dan infeksi. Kosongkan kantong urine
setiap 8 jam atau jika sudah penuh. Ganti kateter sesuai
rencana keperawatan ¾ hari sekali.
F. Indikasi pemasangan kateter
1. Striktur uretra
2. Rupture uretre
3. Infeksi saluran kemih (ISK)

52
G. Prosedur tindakan
No Langkah kegiatan Nilai
0 1 2
1. Mempersiapkan alat dan bahan
1. Selang kateter
2. Urine bag
3. Spuit 5 cc
4. Handscon
5. Bengkok
6. Jelly
7. Aquadest
8. Kapas DTT
9. Savlon
10. Plester
11. Kassa
12. Kapas sublimat
13. Catatan

53
2. Mempersiapkan lingkungan
1. Jendela dan pintu ditutup
2. Memasang sampiran
3. Menjaga kenyamanan dan
ketenangan
3. Persiapan pasien
1. Menjelaskan tentang tindakan
yang akan dilakukan
2. Inform consent
4. Prosedur tindakan
1. Mencuci tangan
2. Mendekatkan alat pada pasien
3. Menyiapkan posisi pasien
senyaman mungkin (dorsal
recumbent)
4. Memasang selimut pasien
5. Menanggalkan pakaian bawah
pasien
6. Pasang perlak bokong
7. Memakai sarung tangan
8. Membersihkan vulva dengan
kapas sublimat caranya dari
atas ke bawah
9. Membukan labia mayora

54
dengan ibu jari telunjuk tangan
kiri yang telah dibungkus
dengan kapas sublimat sambil
menekan sedikit keatas
10. Mengambil kateter dari ujung
lalu ujung jari diberi jely,
pangkal kateter dipegangi oleh
pembantu dengan
menggunakan pinset
11. Memasukkan ujung kateter
perlahan-lahan kedalam uretra
sampai urine keluar sambil
pasien dianjurkan nafas
panjang
12. Menampung urine dalam
bengkok bila diperlukan untuk
pemeriksaaan lab
13. Bila kateter dipasang terus,
maka perlu memasukkan air
steril 10cc sebagai pengunci
14. Kemudian pangkal kateter
dihubungkan dengan kantong
urine
15. Plester selang kateter pada

55
paha pasien
16. Merapikan pasien
17. Membereskan alat
18. Mencatatat jumlah urine yang
keluar dan waktu pemasangan
kateter
19. Mencuci tangan
Total nilai
Tanggal praktikum
Paraf pembimbing

Keterangan :
 0 = tidak dilakukan
 1 = dilakukan tapi tidak sempurna
 2 = dilakukan dengan sempurna
Penilaian :
Jumlah tindakan yang dilakukan :
Jumlah total nilai tindakan :
Nilai :
Kategori :
Lulus / tidak

56
BAB 8
HUKNAH

A. Definisi
Memasukkan cairan gliserin melalui anus kedalam
kolon sigmoid dengan menggunakan semprit gliserin atau
kanul rektal.
B. Tujuan
1. Sebagai tindakan pengobatan
2. Merangsang BAB
C. Indikasi
1. Pasien konstipasi
2. Pasien yang akan menjalani operasi kecil atau partus
(bila diperlukan).

D. Prosedur tindakan
No Langkah tindakan Nilai
0 1 2
1. Mempersiapkan alat dan bahan
1. Wadah enema
2. Volume larutan hangat:
3. Selang irigator
4. Klem pengatur pada selang
5. Termometer air untuk mengukur

57
suhu larutan
6. Vaselin
7. Perlak alas
8. Kertas toilet
9. Pispot
10. Baskom, waslap/ handuk, sabun
11. Sarung tangan
2. Mempersiapkan lingkungan
1. jendela dan pintu ditutup
2. Memasang sampiran
3. Menjaga kenyamanan dan
ketenangan
3. Mempersiapkan pasien
1. Memberi penjelasan tentang
tindakan yang akan dilakukan
2. Inform consent
4. Prosedur tindakan
1. Mencuci tangan
2. Mendekatkan alat pada pasien
3. Pasang sampiran
4. Pasang perlak pengalas dan pispot
5. Memakai sarung tangan
6. Bantu pasien miring kiri untuk
huknah rendah dan miring kanan

58
untuk huknah tinggi dengan lutut
kanan fleksi. Untuk anak dengan
posisi dorsal recumbent
7. Lepas pakaian bawah pasien
8. Selimuti tubuh dan ekstremitas
bawah klien dengan selimut mandi
biarkan area anal yang kelihatan
9. Cairan yang sudah tersedia
dimasukkan kedalam irigator,
kanul olesi dengan vaselin
10. Udara di keluarkan dari dalam
saluran, kemudian saluran dipijat
pada bagian bawah airnya tidak
mengalir terus
11. Kanul dimasukkan sedalam 5-7 cm
pada huknah rendah dan 17- 20 cm
huknah tinggi, 50 cm dari anus
pasien dan penderita disuruh
bernafas panjang
12. Jika caran hampiir habis diklem
kemudian dikeluarkan dari rektal
dan letakkan pada bengkok
13. Klien diberitahu untuk menahan
sebentar, tidurkan terlentang dan

59
diberi pispot atau bantu ke kamar
mandi
14. Membantu membersihkan daerah
anus
15. Membereskan alat dan merapikan
pasien
16. Cuci tangan
17. Dokumentasi tindakan
 Jumlah & warna tinja
 Keluhan pasien
 Waktu pemberian

Keterangan :
 0 = tidak dilakukan
 1 = dilakukan tapi tidak sempurna
 2 = dilakukan dengan sempurna
Penilaian :
Jumlah tindakan yang dilakukan :
Jumlah total nilai tindakan :
Nilai :
Kategori :
Lulus / tidak

60
BAB 9
SELF CARE

A. Definisi
Universal precation adalah tindalakan pengendalian
infeksi sederhana yang digunakan oleh seluruh petugas
kesehatan, untuk semua pasien, setiap saat pada semua
tempat, pelayanan dalam rangka pengurangi resiko
penyebaran infeksi (Nursalam dan Ninuk, 2007).
B. Tujuan
Menurut Nursalam dan Ninuk (2007), kewaspadaan
universal perlu diterapkan dengan tujuan:
 Mengendalikan infeksi secara konsisten.
 Mengurangi resiko bagi petugas kesehatan dan pasien.
C. Komponen dalam perlindungan diri
1. Mencuci tangan
2. Memakai sarung tangan / handscon
3. Memeakai masker
4. Memakai skort

61
Prosedur Mencuci Tangan
Keterampilan 0 1 2
1. Mencuci tangan biasa / tekhnik bersih
a. Persiapan alat
 Sabun biasa/antiseptik
 Lap tangan bersih dan kering
 Air mengalir/wastafel
b. Cara Kerja
 Siapkan peralatan dan bahan yang
dibutuhkan (air yang mengalir)
 Singkingkan lengan baju seragam
yang panjang diatas pergelangan
tangan
 Lepaskan perhiasan dan jam
tangan
 Periksa adanya luka atau abrasi
pada lengan dan jari. Area
inflamasi atau luka pada kulit
dapat menjadi tempat
mikroorganisme
 Basahi kedua tangan sampai ke
siku dengan air yang mengalir.
Jaga tangan dan lengan bawah

62
berada lebih rendah dari siku
selama prosedur dilakukan.
 Oleskan/gosokkan sabun
biasa/antiseptic pada tangan dan
gosok sampai berbusa.
 Bersihkan kedua tangan dan jari
sampai bersih selama 10-15 detik.
 Bersihkan punggung tangan kanan
dan kiri dengan gerakan memutar
secara bergantian
 Bersihkan sela jari kanan dan kiri
dengan menyilangkan jari-jari
kedua tangan secara bergantian.
 Bersihkan punggung jari kanan
dan kiri secara bergantian.
 Bersihkan ibu jari kanan dan kiri
secara bergantian

2. Mencuci tangan dengan larutan


desinfektan
a. Persiapan alat
 Sabun biasa/antiseptik
 Lap tangan bersih dan kering

63
 Air mengalir/wastafel
 Larutan desinfektan
b. Cara Kerja
 Siapkan peralatan dan bahan yang
dibutuhkan (air yang mengalir)
 Singkingkan lengan baju seragam
yang panjang diatas pergelangan
tangan
 Lepaskan perhiasan dan jam
tangan
 Periksa adanya luka atau abrasi
pada lengan dan jari. Area
inflamasi atau luka pada kulit
dapat menjadi tempat
mikroorganisme
 Basahi kedua tangan sampai ke
siku dengan air yang mengalir.
Jaga tangan dan lengan bawah
berada lebih rendah dari siku
selama prosedur dilakukan.
 Oleskan/gosokkan sabun
biasa/antiseptic pada tangan dan
gosok sampai berbusa dengan

64
tehnik 6 langkah.
 Bilas tangan dengan air mengalir
atau air bersih
 Oleskan larutan desinfektan pada
tangan secara merata kemudian
gosok tangan dengan tehnik 6
langkah
Jumlah nilai

Memakai Sarung Tangan Steril


1. Persiapan alat
 Sarung tangan
 Bengkok yang berisi larutan
desinfektan
2. Cara Kerja
 Cuci tangan
 Buka pembungkus bagian luar dari
kemasan sarung tangan dengan
memisahkan sisi – sisinya.
 Jaga agar sarung tangan tetap di atas
permukaanbagian dalam
pembungkus
 Identifikasi sarung tangan kiri dan

65
kanan, gunakan sarung tangan pada
tangan yang dominan terlebih dahulu
 Dengan ibu jari dan telunjuk serta
jari tangan yang non dominan
pegang tepi mancet sarung tangan
untuk menggunakan sarung tangan.
 Kenakan sarung tangan.
 Pastikan setelah pemakaian sarung
hanya memegang alat yang steril.
 Kemudian setelah selesai
menggunakan sarung tangan, sarung
tangan dibuang ke dalam bengkok
yang berisi larutan desinfektan

Memakai Masker
1. Persiapan alat
 Masker
2. Cara Kerja
 Tentukan bagian tepi atas dan bawah
masker
 Pegang ktali masker
 Ikatkankan tali bagian atas masker
ke belakang kepala di atas telinga

66
dan bagian tali bawah masker di
ikatkan ke belakang leher

Jumlah nilai

MEMBUAT LARUTAN DESINFEKTAN

A. Definisi
Menyiapkan / membuat larutan desinfektan sesuai
ketentuan.
B. Tujuan
Menyiapkan larutan desinfektan yang dapat digunakan
secara tepat guna dan aman serta dalam keadaan siap
pakai.
C. Jenis desinfektan :
 Sabun yang mempunyai daya antiseptik
 Lisol.
 Kreolin.
 Savlon.
 Betadin.

 Cara membuat larutan lisol dan kreolin :


Kegunaan :
 Lisol 0,5 % : mencuci tangan

67
 Lisol 1 % : desinfeksi peralatan perawatan / kedokteran
 Lisol 2 – 3 % : merendam peralatan yang digunakan
pasien pengidap penyakit menular, selama 24 jam
 Kreolin 0,5 % : mendesinfeksi lantai
 Kreolin 2 % : mendesinfeksi lantai kamar mandi / WC /
Spulhok
Persiapan alat :
1. Larutan lisol
2. Gelas ukur
3. Ember berisi air
4. Ember atau baskom
5. Kreolin
Prosedur pelaksanaan :
1. Membuat larutan lisol atau kreolin 0,5 %
Campurkan 5cc lisol atau kreolin kedalam 1 liter air
2. Membuat larutan lisol atau kreolin 2 % atau 3 %
Campurkan larutan lisol atau kreolin kedalam 1 liter air

 Cara membuat larutan savlon :


Kegunaan :
 Savlon 0,5 % : mencuci tangan
 Savlon 1 %:merendam peralatan perawatan /
kedokteran

68
Persiapan alat :
1. Savlon
2. Gelas ukur
3. Ember atau baskom
4. Ember berisi air secukupnya
Prosedur pelaksanaan :
1. Membuat larutan savlon 0,5 % : Campurkan 5cc savlon
ke dalam1 liter air
2. Membuat larutan savlon 1 % :Campur 10cc savlon ke
dalam 1 liter air

69
BAB 10
STERILISASI

A. Definisi
Suatu tindakan untuk membunuh kuman pathogen dan
apatogen beserta sporanya pada peralatan keperawatan
dan kedokteran dengan cara merebus, stoom, panas tinggi
atau menggunakan bahan kimia.
B. Tujuan
1. Mencegah penyebaran penyakit dan terjadinya infeksi.
2. Mencegah pembusukan dan kerusakan bahan oleh
mikroorganisme.
C. Jenis peralatan yang disterilisasikan :
1. Peralatan yang terbuat dari logam, misalnya pinset,
gunting, speculum dll.
2. Peralatan yang terbuat dari karet, misalnya kateter,
sarung tangan dll.
3. Peralatan yang terbuat dari ebonit, misalnya kanul
rectum, kanul trakea dll.
4. Peralatan yang terbuat dari plastic, misalnya selang
infus dll.
5. Peralatan yang terbuat dari tenun, misalnya kain kassa,
tampon, duk operasi dll.

70
Prosedur tindakan Sterilisasi di bakar, rebus, kimia,
panas kering
No Langkah tindakan Nilai
0 1 2
1. Sterilisasi dengan cara di bakar
 Persiapan alat :
 Alat-alat yang akan disterilkan
 Spritus bakar
 Lampu spritus
 Korek api
 Kapas bulat
 Korentang steril
 Bengkok berisi air secukupnya
 Tromol berisi kassa steril
 Cara kerja
 Cuci tangan
 Basahi kapas bulat dengan spritus
bakar sampai rata untuk sekali
pakai
 Nyalakan lampu spiritus
 Ambil kapas spiritus dengan
korentang steril, dan nyalakan,
kemudian bakar bagian dalam
dan tutup dari alat-alat tersebut

71
sampai rata
 Setelah selesai, buang kapas ke
dalam bengkok yang berisi air
 Bersihkan dengan kassa/ tuffer
steril kemudian tutup
 Tutup lampu spiritus
 Bereskan alatdan kembalikan
pada tempatnya
 Cuci tangan

2. Sterilisasi dengan cara direbus


 Persiapan alat
 Alat-alat yang disterilkan
 Bak steril tertutup
 Sterilisator atau kompor dan
tempat untuk merebus
 Kain alas (lap/kassa)
 Korentang steril
 Tromol berisi kassa steril
 Cara kerja
 Cuci tangan
 Masukkan alat-alat yang
disterilkan ke dalam sterilisator
yang sudah dialasi kain alas dan

72
isi air sampai terbenam
 Rebus alat-alat sampai air
mendidih selama 15-20 menit
 Ala-alat logam yang tajam atau
yang terbuat dari karet
dimasukkan setelah air mendidih
dan direbus selama 3-5 menit
 Pindahkan alat-alat yang sudah
direbus dan kedalam bak steril
tertutup dengan memakai
korentang
 Bereskan alat dan kembalikan
padas tempatnya

3. Sterilisasi dengan cara panas kering


Sterilkan peralatan dalam oven dengan
panas tinggi, misalnya peralatan
logam, benda tajam, peralatan dari
kaca, dan obat tertentu.

4. Strelisasi dengan cara menggunakan


bahan kimia
Sterilkan peralatan dengan
menggunakan bahan kimia seperti

73
alkohol, sublimate dan uap formalin
untuk peralatan yang cepat rusak jika
terkena panas misalnya sarung tangan,
kateter dll.
Tanggal praktikum
Paraf pembimbing

Keterangan :
 0 = tidak dilakukan
 1 = dilakukan tapi tidak sempurna
 2 = dilakukan dengan sempurna
Penilaian :
Jumlah tindakan yang dilakukan :
Jumlah total nilai tindakan :
Nilai :
Kategori :
Lulus / tidak

74
BAB 11
KERAMAS PADA KLIEN

A. Definisi
Suatu tindakan keperawatan yang dilakukan untuk
mencuci rambut dan menghilangkan kotoran pada rambut,
kulit kepala dengan menggunakan sabun atau sampo
kemudian dibilas dengan air bersih.
B. Tujuan
1. Memberikan perasaan senang dan segar kepada klien
2. Rambut tetap bersih, rapi, dan terpelihara
3. Membersihkan kutu atau ketombe
4. Dilakukan pada :
 Klien bedrest total
 Klien dengan rambut kotor
 Klien yang akan menjalani operasi
 Secara rutin 5 hari sekali, jika keadaan klien
memungkinkan

C. Prosedur tindakan
No Langkah tindakan Nilai
0 1 2
1. Mempersiapkan alat dan bahan
Bak berisi :

75
1. Handscon / sarung tangan
2. Clemek
3. Sisir 2 buah
4. Handuk 2 buah
5. Waslap 2 buah
6. Sarung tangan bersih
7. Kapas dan tempatnya
8. Sabun/ sampo
9. Alas (handuk/perlak)
10. Kom kecil serta kain kassa dalam
tempatnya 2-3 potong
11. Bengkok berisi larutan lisol 2-3%
12. Gayung
13. Baskom berisi air bersih
14. Kain pel
15. Ember kosong
16. Termos berisi air panas jika perlu
2. Mempersiapkan lingkungan
1. Jendela dan pintu ditutup
2. Memasang sampiran
3. Menjaga kenyamanan dan
ketenangan
3. Mempersiapkan pasien
1. Menjelaskan tindakan yang akan

76
dilakukan
2. Inform consent
3. Prosedur tindakan
1. Cuci tangan
2. Jelaskan tujuan tindakan yang
akan dilakukan
3. Mendekatkan alat pada pasien
4. Memakai clemek
5. Memakai handscon
6. Atur posisi tidur klien senyaman
mungkin dengan kepala dekat sisi
tempat tidur
7. Pasang perlak dan handuk di
bawah tempat tidur klien
8. Letakkan ember yang dialasi kain
pel di lantai, dibawah kepala klien
9. Pasang talang dan arahkan ke
ember yang kosong
10. Tutup lubang telinga luar dengan
kapas dan tutup mata klien dengan
kassa
11. Tutup dada dengan handuk sampai
ke leher
12. Sisir rambut kemudian siram

77
dengan air hangat dengan
menggunakan gayung
13. Gosok pangkal rambut dengan
kain kassa yang telah diberi sampo
kemudian urut dengan ujung jari,
kassa kotor dibuang ke bengkok
14. Bilas rambut sampai bersih
kemudian keringkan
15. Angkat tutup telinga dan mata
16. Angkat talang, masukka kedalam
ember, dan letakkan handuk dalam
baki
17. Kembalikan klien pada posisi
semula dengan cara mengangkat
kepala dan alasnya serta
meletakkan di atas bantal
18. Sisir rambut klien dengan sisir
bersih dan biarkan kering atau
keringkan dengan alat pengering
rambut lalu sisir sampai rapi
19. Rapikan klien
20. Lepas sarung tangan dan
masukkan dalam bengkok
21. Lepas clemek dan masukkan

78
dalam ember kosong
22. Bereskan dan bersihkan alat
23. Kembalikan alat ketempat semula
24. Cuci tangan
25. Dokumentasikan tindakan
Total nilai
Tanggal praktikum
Paraf pembimbing

Keterangan :
 0 = tidak dilakukan
 1 = dilakukan tapi tidak sempurna
 2 = dilakukan dengan sempurna
Penilaian :
Jumlah tindakan yang dilakukan :
Jumlah total nilai tindakan :
Nilai :
Kategori :
Lulus / tidak

79
BAB 12
PERAWATAN GIGI DAN MULUT

A. Definisi
Merawat gigi dan mulut merupakan tindakan
keperawatan yang dilakukan pada klien yang
dihospitalisasi. Tindakan ini dapat dilakukan oleh pasien
yang sadar secara mandiri atau dengan bantuan perawat.
Untuk pasien yang tidak mampumempertahankan
kebersihan mulut dan gigi secara mandiri harus dibantu
sepenuhnya oleh perawat.
B. Tujuan
1. Mencegah infeksi gigi dan mulut
2. Mempertahankan kenyamanan rongga mulut

C. Prosedur tindakan
No Langkah tindakan Nilai
0 1 2
1. Mempersiapkan alat dan bahan
1. Handscon/ sarung tangan
2. Handuk dan kain pengalas
3. Gelas kumur berisi
 Air masak/ NaCL
 Obat kumur

80
 Borax gliserin
4. Spatel lidah yang telah dibungkus
dengan kain kassa
5. Kapas lidi
6. Bengkok
7. Kain kassa
8. Pinset
9. Sikat gigi dan pasta gigi
2. Mempersiapkan lingkungan
1. Jendela dan pintu ditutup
2. Memasang sampiran jika perlu
3. Menjaga kenyamanan dan
ketenangan
3. Mempersiapkan pasien
1. Menjelaskan tentang tindakan yang
akan dilakukan
2. Inform consent
4. Prosedur tindakan
Untuk pasien tidak sadar
1. Jelaskan tujuan tindakan
2. Cuci tangan
3. Atur posisi tidur miring kanan dan
kiri
4. Pasang handuk di bawah dagu/pipi

81
pasien
5. Ambil pinset dan bungkus dengan
kain kassa yang dibasahi air hangat/
masak
6. Gunakan tong spatel (sudip lidah)
untuk membuka mulut pada saat
membersihkan gigi dan mulut
7. Lakukan pembersihan dimulai dari
dinding rongga mulut, gusi, gigi,
dan lidah
8. Keringkan dengan kassa steril yang
kering
9. Setelah bersih, oleskan borax
gliserin
10. Cuci tangan setelah melakukan
tindakan
Untuk pasien sadar, tetapi tidak mampu
melakukan sendiri
1. Jelaskan tujuan tindakan
2. Cuci tangan
3. Atur posisi klien dengan duduk
4. Pasang handuk di bawah dagu
5. Ambil pinset dan bungkus dengan
kain kasa yang berisi air hangat /

82
masak
6. Kemudian bersihkan pada daerah
mulut mulai rongga mulut, gusi,
gigi dan lidah
7. Lalu bilas dengan larutan NaCL
0,9%
8. Setelah bersih, oleskan borax
gliserin
9. Untuk perawatan gigi lakukan
penyikat dengan gerakan naik turun
10. Cuci tangan setelah
melakukan tindakan
Total nilai
Tanggal praktikum
Paraf pembimbing

83
BAB 13
MEMANDIKAN KLIEN DI TEMPAT TIDUR

A. Definisi
Memandikan klien ditempat tidur yaitu membersihkan
atau memandikan tubuh klien dengan air bersih dan sabun
pada klien yang tidak dapat mandi sendiri.
B. Tujuan
1. Membersihkan kulit dan menghilangkan bau badan
2. Memberikan rasa nyaman dan relaksasi
3. Merangsang sirkulasi darah pada kulit
4. Mencegah infeksi pada kulit

C. Prosedur tindakan
No Langkah tindakan Nilai
0 1 2
1. Mempersiapkan alat dan bahan
1. Handscon / sarung tangan
2. Satu stel pakaian bersih
3. Baskom 2, masing-masing berisi
air dingin dan hangat(43-46
derajat)
4. Waslap 2 buah
5. Perlak atau handuk kecil

84
6. Selimut mandi/kain penutup
7. Selimut mandi/ kain penutup
8. Sampiran jika perlu
9. Sabun mandi
10. Talk
11. Jika klien BAB/BAK, tambahkan
peralatan yang membantu klien
untuk eliminasi
12. Termos berisi air hangat jika perlu

2. Mempersiapkan lingkungan
1. Jendela dan pintu ditutup
2. Memasang sampiran
3. Menjaga kenyamanan dan
ketengangan
3. Mempersiapkan pasien
1. Memberi penjelasan tentang
tindakan yang akan dilakukan
2. Inform consent
4. Prosedur tindakan
Klien diberi penjelasan dan dianjurkan
untuk BAK dulu (jika klien sadar)
1. Tutup pintu, jendela dan gorden
2. Cuci tangan

85
3. Pindahkan selimut dan bantal klien
dari tempat tidur, jika bantal
dibutuhkan gunakan seperlunya,
pasang selimut mandi
4. Berdiri di sisi kiri atau kanan klien
5. Beritahu klien bahwa pakaian klien
bagian atas harus dilepas, lalu
bagian yang terbuka tersebut
ditutup dengan selimut mandi
6. Klien dimandikan :
 Membasuh muka, telinga, dan
leher klien dengan waslap
lembab dan keringkan
 Membasuh lengan : bentangkan
handuk dibawah lengan, dan
usap dengan waslap lembab
bagian jari tangan, engan bawah
sampai keatas , mulai bagian
tangan yang terjauh dari petugas
 Membasuh dada dan perut: usap
dari bagian terjauh dari petugas,
bila perlu disabun dan bilas
sampai bersih. Setelah itu
keringkan dengan handuk.

86
 Membasuh punggung: basuhlah
punggung dengan cara
memiringkan klien
menggunakan talk, dan lakukan
hal yang sama dengan
memringkan klien kearah yang
berlawanan.
 Membasuh kaki: tekuk kaki
klien seperti posisi dorsal
recumbent, basuh, beri sabun,
bilas dan keringkan. Arah
membersihkan dari lipat lutut ke
jari kaki dan dari lipat lutut
kearah pangkal paha
 Membasuh derah lipat paha dan
genital: beri perlak dibawah
bokong, basuh beri sabun, dan
bilas dan keringkan, untuk
daerah genital perlu adanya
pembersihan khusus dengan
larutan savlon.
 Posisikan klien seperti posisi
semula
 Bereskan alat

87
 Pasang kembali pakaian klien
 Ganti selimut mandi dengan
slimut tidur
 Rapikan tempat tidur
 Tanyakan apakah klien sudah
merasa nyaman
 Cuci alat
 Dokumentasi tindakan
Total nilai
Tanggal praktikum
Paraf pembimbing

Keterangan :
 0 = tidak dilakukan
 1 = dilakukan tapi tidak sempurna
 2 = dilakukan dengan sempurna
Penilaian :
Jumlah tindakan yang dilakukan :
Jumlah total nilai tindakan :
Nilai :
Kategori :
Lulus / tidak

88
DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, Ratna dkk. 2014. Praktik Laboratorium


Keperawatan. Jilid 2. Jakarta: Erlannga
Rohmah, N dan Walid, S. 2014. Proses Keperawatan Teori
dan Aplikasi. Edisi Baru. Jogjakarta: Ar Ruzz
Media
Sukarni K, Icemi. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Jogjakarta: Nuha Medika
Mubarak, wahit I dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan
Dasar.Jakarta: Salemba Medika
Dewi, Nila. 2013. Buku Saku Prosedur Keperwatan Medikal
Bedah
Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan, Konsep dan
Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta :
Salemba medika

89

Anda mungkin juga menyukai