Mata Kuliah:
Keperawatan Medikal Bedah II
Windows User
JURUSAN KEPERAWATAN PONTIANAK
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita haturkan pada Tuhan Yang Maha Esa bahwa kini telah tersusun
Panduan dan Modul Praktikum Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II.
4. Bagian dari proses belajar mengajar dan praktikum pada program pendidikan
jurusan keperawatan.
Harapan kami semoga modul praktikum ini dapat bermanfaat sesuai tujuan dan
sasaran pendidikan.
KATA PENGANTAR............................................................................................ 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................ 2
PENDAHULUAN ................................................................................................. 3
Deskripsi Singkat.......................................................................................... 3
Relevansi ..................................................................................................... 3
Tujuan Pembelajaran ................................................................................... 3
Petunjuk Belajar ........................................................................................... 4
KEGIATAN BELAJAR 1 SISTEM MUSKULOSKELETAL .................................. 21
KEGIATAN BELAJAR 2 SISTEM PERKEMIHAN .............................................. 37
KEGIATAN BELAJAR 3 SISTEM ENDOKRIN………………………………..….50
bedah yang telah anda pelajari didalam kelas. Metode yang digunakan dalam praktikum
ini ialah demonstrasi dan simulasi serta praktek langsung dengan menggunakan
keperawatan yang berkaitan langsung dengan kesemua sistem dalam anatomi fisiologi.
Salah satunya adalah sistem mukuloskeletal. Sistem musculoskeletal ialah sistem yang
mencakup tentang otot dan tulang yang ada dan menopang tubuh manusia. Otot
berperan dalam menggerakkan tubuh sesuai dengan instruksi yang di sampaikan melaui
otak. Sementara tulang berperan dalam menopang tubuh dan member bentuk tubuh
pada manusia.
Relevansi
belajar mengajar mata kuliah keterampilan keperawatan klinik terdiri dari teori dan
Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembuatan modul praktek agar mahasiswa dapat terarah dalam praktek
Petunjuk Belajar
sesuai waktu yang tersedia, anda dapat mencoba sendiri dengan membacapedoman
praktikum, kemudian diskusi dengan deman dan meminta bantuan teman menilai
dipelajari. Bila anda sudah merasa mampu silahkan untuk mempersiapkan diri untuk
mengikuti ujian praktek. Selamat berlatih semoga bermanfaat buat kita dan klien yang
membutuhkan.
KEGIATAN BELAJAR 1 ROM
PENGANTAR MATERI
Range of motion ( ROM ) adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan
oleh sendi yang bersangkutan (Suratun, dkk, 2008). Latihan range of motion (ROM)
meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
INDIKATOR PEMBELAJARAN
URAIAN MATERI
Pengkajian
1. Lihat kembali catatan tentang klien untuk melihat riwayat kesehatan klien,dan
untuk menjalankan instruksi tertentu.
2. Kaji fungsi dasar persendian
a. Observasi kemampuan klien untuk menjalankan latihan ROM selama aktifitas
harian normal
3. Selama latihan ROM ,observasi akan adanyan :
a. Adanya keterbatasan dalam normal ROM atau adanya perkembangan yang
tidak biasa dalam pergerakan sendi .
b. Adanya kemerahan atau penigkatan suhu pada kulit/area diatas persendian
c. Adanya rasa lembek/udem pada palpasi disekitar persendian
d. Suara (crepitus) diahasilkan saat pergerakan sendi
e. Deformitas
f. Tingkat kenyamanan :rasa nyeri
4. Kaji tingkat pemahaman klien atau care giver tentang kegunaan ROM
Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktifitas
2. Kelelahan
3. Gangguan mobilitas fisik
Perencanaan
1. Cuci tangan
2. Posisikan tempat tidur ke posisi yang nyaman,perawat berdiri disamping tempat tidur
pada sisi bagian persendian yang akan dilatih
3. Latihan ROM dilakukan secara perlahan dan lembut
4. Ketika melakukan latihan ROM,pertahankan persendian dengan menahan bagian
distal dan proksimal,berdekatan dengan persendian.,dengan mengayun bagian
distal ekstrimitas.
5. Mulai latihan dengan urutan sebagai berikut,setiap gerakan sebaiknya diulang lima
kali selama periode latihan (latihan dapat dihentikan jika klien merasa tidak nyaman
atau terjadi spasme otot)
a. Leher
1) Flexi :turunkan dagu (dongakkan ke bawah) kea arah dada
2) Ekstensi :kembalikan ke posisi semula (ROM 45 derajat )
3) Hiperekstensi : dongakkan kepala keaarah belakang sejauh mungkin (ROM
:10 derajat)
4) Lateral flexi :patahkan leher ke kiri dan kanan sejauh mungkin (ROM :40
sampai 45 derajat)
5) Rotasi : putarkan kepala dengan melihat kebawah dan keatas secara
bergantian (ROM :360 derajat )
b. Bahu
1) Flexi :naikan lengan secara menyamping kearah atas (ROM : 180 derajat)
2) Ekstensi :kembalikan lengan ke bagian samping tubuh (posisi semula,ROM
180 derajat )
3) Hiperekstensi :gerakkan lengan ke bagian belakang tubuh,dengan posisi siku
lurus ( ROM 45 sampai 60 derajat)
4) Abduksi :angkat lengan kea rah samping pada posisi diatas kepala,dengan
bagian telapak tangan mengarah keluar (ROM 180 derajat)
5) Adduksi :gerakan lengan menyilang diatas tubuh sejauh mungkin
6) Rotasi internal :gerakan lengan ke samping sejajar bahu dengan siku
membentuk sudut 45 derajat
7) Rotasi eksternal :dengan siku pada posisi flexi,gerakan lengan k atas dan
kebawah.
8) Sirkumduksi :gerakan lengan pada posisi menyamping secara
melingkar.(ROM:360 derajat )
c. Siku
1) Flexi :ekstensikan lengan kemudian gerakan siku ke arah bahu,hingga
telapak tangan menyentuh bahu (ROM : 150 derajat )
2) Ekstensi :turunkan siku menjauhi bahu (ROM :150 drajat)
3) Hiperekstensi :gerakan lengan kearah belakang sejauh mungkin ( ROM:10
sampai 20 derajat)
d. Lengan bawah
1) Supinasi :putar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke atas
(ROM :70 sampai 90 derajat)
2) Pronasi : putar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke
bawah. (ROM :70 sampai 90 derajat)
e. Pergelangan
1) Flexi : gerakkan telapak tangan mendekati bagian bawah pergelangan (ROM
: 80-90 derajat)
2) Ekstensi :kembalikan tangan ke keadaan semula pada posisi sejajar (ROM
80 sampai 90 derajat)
3) Hiperekstensi :gerakan telapak tangan sejauh mungkin ke bagian atas
pergelangan.
4) Abduksi (flexi radial).bengkokkan pergelangan mengarah ke ibu jari ROM
:diatas 30 derajat )
5) Adduction (fleksi ulnar) : bengkokkan pergelangan ke arah kelingking ROM
30 sampai 50 derajat)
f. Jari
1) Flexi : kepalkan tangan (ROM 90 derajat)
2) Ekstensi : luruskan jari (ROM 90 derajat)
3) Hiperekstensi :bengkokkan jari kearah belakang sejauh mungkin ( ROM 30
sampai 60 derajat)
4) Abduksi :buka jari
5) Adduksi :sejajarkan dan posisikan jari berdekatan.
g. Jempol
1) Flexi : gerakan jempol meyilang telapak tangan (ROM :90 derajat)
2) Ekstensi :gerkan jempol menjauhi telapak tangan (ROM: 90 derajat)
3) Abduksi : bengokkan jempol kearah samping luar (ROM : 30 derajat)
4) Adduksi : kembalikan jempol ke posisi semula (ROM 30 derajat)
5) Oposisi : sentuh jempol dengan jari-jari yang lain pada tangan yang sama.
h. Pinggul
1) Flexi :gerakkan kaki ke depan(ROM 90 sampai 120 derajat)
2) Ekstensi:kembalikan kaki ke posisi semula (ROM 90 sampai 120 derajat)
3) Hiperekstensi : gerkan kaki ke belakang sejauh mungkin ( ROM 30 sampai
50 derajat)
4) Abduksi : gerakan kaki menyamping menjauhi tubuh (ROM 30 sampai 50
derajat)
5) Adduksi : kembalikan kaki ke posisi semula (30 sampai 50 derajat)
6) Rotasi internal : gerakkan kaki (foot) ke arah dalam 90 derajat
7) Rotasi eksternal :gerakan kaki ke arah luar 90 derajat
8) Sirkumduksi : gerakan secara memutar pada pergelangan kaki (ROM 360
derajat).
i. lutut
1) Fleksi : angkat betis ke arah bagian belakang paha(ROM 120 sampai 130
derajat)
2) Ekstensi :kembalikan ke posisi semula (ROM 120 sampai 130 derajat)
j. Pergelangan kaki :
1) Dorsifleksi : gerakan pergelangan dengan telapak kaki mengarah ke
depan(ROM 20-30 derajat)
2) Plantar fleksi : gerakan pergelangan kaki ke posisi semula (ROM 45 sampai
50 derajat)
k. Kaki
1) Inversi : luruskan bagian bawah kaki (ROM 10 deerajat atau kurang dari)
2) Eversi :gerakan kaki telapak kaki menyamping (ROM 10 derajat atau
kurang)
3) Fleksi : bengkokkan jari kaki ke bawah (ROM 30 sampai 60 derajat)
4) Ekstensi : luruskan jari jari kaki
5) Abaduksi : gerkakan jari-jari kaki menjauh satu sama lain
6) Adduksi :rapatkan jari kaki.
6. Jika latihan dilakukan di tempat tidur,rendahkan tempat tidur ke posisi yang aman
PENGANTAR MATERI
Pembidaian atau spinting adalah salah satu cara pertolongan pertama pada
INDIKATOR PEMBELAJARAN
URAIAN MATERI
Bidai atau splak adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat
tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang
patah tidak bergerak (immobilisasi) memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit.
dipindahkan)
2. lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tuklang jadi tidak perlu harus
3. Sebelum dipasang diukur lebih dulu pada anggota badann yang tidak sakit
6. ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah tempat
yang patah
Tujuan Pembidaian
1. Untuk mencegah derakan fragmen patah tulanga tau sendi yang mengalami
dislokasi.
PROSEDUR
Prosedur
1. Melakukan inform consent.
2. Mempersiapkan alat dan bahan untuk pembidaian yang sesuai dengan
ekstremitas yang cedera.
3. Harus melakukan proteksi diri sebelum melakukan pembidaian.
4. Melakukan pemeriksaan neurovaskuler distal.
5. Melakukan stabilitas manual pada tungkai yang mengalami cidera, dengan
melakukan gentle inline traction.
6. Melakukan padding pada tulang-tulang yang menonjol, untuk mencegah
terjadinya ulkus dekubitus.
7. Melakukan pemsangan bidai melewati sendi proksimal dan distal dari tulang
yang patah, dan memfiksasi menggunakan verban gulung atau verban elastis
dengan metode roll on.
8. Mengelevasikan tungkai yang sudah terpasang bidai.
9. Melakukan pemeriksaan neurovaskuler dist
DAFTAR PUSTAKA
Brunicardi FC, Anderson DK, Billiar TR Dunn DL, Huter JG, Pollock RE.
Orthopaedics. Dalam: Brunicardi FC, Anderson DK, Billiar TR Dunn DL,
Huter JG, Pollock RE. Schwartz's Principle of Surgery. The McGraw-Hill
Companies: USA. 2004.
Bucholz RW, Heckman JD, Court-Brown CM. Rockwood & Green's Fractures
in Adults, 6th Edition. USA: Maryland Composition. 2006. p80-331
Klingensmith ME, Chen LE, Glasgow SC, Goers, TA, Melby SJ. Dalam:
Klingensmith ME, Chen LE, Glasgow SC, Goers, TA, Melby SJ.
Washington Manual of Surgery, The 5th Edition. USA: Lippincott Williams &
Wilkins. 2008. p578-597
B. Relevansi
C. Tujuan Pembelajaran
Tinjauan Pustaka
2. renal corDuscle
3. Nefron
Nefron merupakan unit fungsional ginjal . Setiap ginjal terdiri dari satu
juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi sama,
dengan demikian pekerjaan ginjal dapat dianggap sebagai jumlah total dari
fungsi semua nefron tersebut. Setiap nefron tersusun dari kapsula bowman
yang mengitari rumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal,
lengkung Henle dan tubulus kontortus distal yang berlanjut sebagai duktus
pengumpul. Struktur inilah yang membuang sisa hasil metabolisme dari
darah dan membentuk urin untuk dikeluarkan. Tiga fungsi utama nefron
dapat disebutkan sebagai berikut:
5. Papila ginjal
F. KATETER URIN
Definisi
Gambar 32-5
1) Kateter Malecot.
2) Kateter ilePez/-ct
3) Kateter Ticmann
4) Kateter Folcy
5) Lumen saluran -niuk mengisi balon
6) Ukuran Charriire (Ch); diameter merupakan 1/3 ukuian (gambar E dicetak dengan ukuran asli tepat).
G. UKURAN KATETER
2. Urin bag
6. Jelly
7. Plester
8. Perban
13. Sampiran
14. Lampu
J. PROSEDUR TINDAKAN/PELAKSANAAN
1. Identifikasi pasien
13. Ketika urin mengalir, pindahkan tangan yang tidak dominant dari labia
atau dari penis ke kateter.
14. Jika menggunakan indwelling kateter, isi balon kemudian tarik kateter
± 2,5 cm
17. Kumpulkan dan buang alat-alat yang sekali pakai, bersihkan alat-alat
yang bukan sekali pakai
Nama :
NIM :
SOP PEMASANGAN CATHETER
Uraian 0 1 2
PERALATAN
PENGKAJIAN
1. Review status medis klien termasuk order dokter
dan catatan perawat
2. Kaji status klien :
a. Tanyakan klien kapan terakhir miksi, periksa
catatan input dan output
b. Tingkat kesadaran
c. Mobilisasi atau pembatasan fisik
d. Jenis kelamin dan usia klien
3. Kaji apakah klien mengalami distensi bladder
4. Kaji kondisi perineal, apakah ada erythema,
cairan, dan bau
5. Kaji apakah ada gejala patologis yang dapat
menyebabkan gangguan pemasangan kateter
(misal : pembesaran kelenjar prostat pada pria)
6. Kaji pengetahuan klien mengenai pemasangan
kateter dan apakah ada riwayat pemasangan
kateter
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kecemasan
Nyeri akut
Retensi urin
Kurangnya ilmu pengetahuan terhadap
pemasangan kateter
Resiko infeksi
RENCANA KEPERAWATAN
1. Mencapai kriteria hasil :
Bladder tidak distensi / bladder tidak
teraba
Klien mengatakan tidak ada rasa nyeri di
bladder
Minimal 30 ml urin setiap jamnya pada
urine bag
Klien mengatakan minimal nyeri yang
timbul selama pemasangan kateter
Klien mengatakan tujuan dan
harapannya terhadap pemasangan
kateter
IMPLEMENTASI
1. Cuci tangan
2. Jaga privasi klien
3. Atur tinggi rendahnya tempat tidur klien untuk
memudahkan diri dalam bekerja
4. Berdiri di sebelah kanan klien jika tangan
dominan tangan kanan, dan sebaliknya.
Kosongkan meja dan atur alat.
5. Naikkan pagar tempat tidur di sisi yang tidak
ada perawat, untuk menjaga keselamatan
pasien agar tidak jatuh.
6. Tempatkan perlak dibawah klien
7. Posisikan klien :
A. Klien wanita :
(1) Berikan klien posisi dorsal recumbent (terlentang
dengan lutut fleksi). Bantu klien untuk
merilekskan paha untuk memudahkan
menggerakkan paha.
(2) Berikan klien posisi Sims (jika klien tidak bisa
berada pada posisi supine). Jika posisi ini
digunakan, perawat harus ekstra precaution
untuk menutupi area rectal dengan duk selama
prosedur untuk menghindari resiko
terkontaminasi.
B. Klien Pria
(1) Berikan klien posisi supine dengan posisi paha
abduksi
EVALUASI
1. Palpasi bladder
2. Berikan tingkat kenyamanan pada klien
3. Observasi karakteristik dan jumlah urin dalam urin
bag
4. Pastikan bahwa tidak ada kebocoran urin baik dari
kateter maupun dari selang penyambung
keterangan:
0 = tidak dilakukan/disebut sama sekali
1 =dilakukan tapi kurang sempurna
2 =disebut/ dilakukan dengan sempurna
Nilai
Penguji,
BAB VII DAFTAR PUSTAKA
4) Prolaktin (PRL)
Hormon ini berfungsi pada saat persiapan produksi air susu ibu (asi).
2. Kelenjar Tiroid
Terdiri atas 2 buah lobus yang terletak disebelah kanan dari trakea diikat
bersama oleh jaringan tiroid yang menyatu di bagian tengah oleh bagian sempit
kelenjar yang berbentuk seperti dasi kupu-kupu dan yang melintasi trakea di
sebelah depan. Merupakan kelenjar yang terdapat di dalam leher bagian depan
bawah, letaknya berada di atas trakea, tepat dibawah laring.
Kelenjar ini menghasilkan hormon tiroid. Hormon tiroid ini dibagi menjadi 2
jenis yaitu yang mengandung tiroksin (t4 ) dan triioditironin ( t3 ). Di luar tiroid
sebagian besar t4 yg disekresikan diubah jadi t3. Sebagian besar t3 dan t4
diangkut di darah dalam keadaan terikat ke protein plasma tertentu.
Sel sekretorik utama hormon tiroid tersusun membentuk gelembung berongga
berisi koloid yang membentuk unit fungsional yaitu folikel dan menjadi sel
folikel. Di ruang interstisium diantara folikel terdapat sel sekretorik ( sel c) yang
menghasilkan hormon kalsitonin. Sel folikel memfagosit koloid berisi tiroglobulin
untuk melakukan sekresi hormon tiroid.
Atas pengaruh hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise lobus anterior,
kelenjar tiroid ini dapat memproduksi hormon tiroksin. Adapun fungsi dari
hormon tiroksin yaitu mengatur metabolisme tubuh baik metabolisme karbohidrat,
protein dan lipid. Hormon Liotironin yang merupakan bahan baku thyroksin
dengan syarat harus ada ion iodium yang terdapat di dekat laut atau hasil dari laut
seperti ikan, garam yang beriodium. Hormon Kalsitonin yang merupakan bahan
baku pembentukkan parathormon yang juga disekresikan oleh kelenjar
parathyroid dan berfungsi untuk mengatur kadar kalsium (ion Ca2+) dalam darah.
Struktur kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel-vesikel yang
dibatasi oleh epitelium silinder, disatukan oleh jaringan ikat. Sel-selnya
mengeluarkan sera, cairan yang bersifat lekat yaitu Koloidae tiroid yang me-
ngandung zat senyawa yodium dan dinamakan hormon tiroksin.
Fungsi kelenjar tiroid, terdiri dari:
a) Bekerja sebagai perangsang proses oksidasi.
b) Mengatur penggunaan oksidasi.
c)Mengatur pengeluaran karbondioksida.
d) Metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan.
e)Pada anak mempengaruhi perkembangan fisik dan mental.
SISTEM IMUN
Untuk melawan benda asing, tubuh memiliki sistem pertahanan yang saling
mendukung.Epidermis yang berfungsi sebagai pertahanan fisik, dibantu oleh
airmata, sebum, ludah, dan getah lambung yang mengandung unsure pertahanan
kimiawi.
Sistem pertahanan tubuh merupakan gabungan sel, molekul, dan jaringan yang
berperan dalam rseistensi terhadap bahan atau zat yang masuk kedalam tubuh.
Jika bakteri pathogen berhasil menembus garis pertahanan pertama, tubuh
melawan serangan dengan reaksi radang(inflamasi) atau reaksi imun yang
spesifik. Reaksi yang dikoordinasikan sel-sel dan molekul-molekul terhadap
banda asing yang masuk kedalam tubuh disebut respon imun. Sistem imun ini
sangat diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya
yang dapat ditimbulakn oleh berbagai bahan atau zat dari lingkungan hidup.
PEMBAHASAN
Proses pertahanan tahap pertama ini bisa juga diebut kekebalan tubuh alami.
Tubuh memberikan perlawanan atau penghalang bagi masuknya patogen/antigen.
Kulit menjadi penghalan bagi masuknya patogen karena lapisan luar kulit
mengandung keratin dan sedikit air sehingga pertumbuhan mikroorganisme
terhambat. Air mata memberikan perlawanan terhadap senyawa asing dengan cara
mencuci dan melarutkan mikroorganisme tersebut. Minyak yang dihasilkan oleh
Glandula Sebaceae mempunyai aksi antimikrobial. Mukus atau lendir digunakan
untuk memerangkap patogen yang masuk ke dalam hidung atau bronkus dan akan
dikeluarkjan oleh paru-paru. Rambut hidung juga memiliki pengaruh karenan
bertugas menyaring udara dari partikel-partikel berbahaya. Semua zat cair yang
dihasilkan oleh tubuh (air mata, mukus, saliva) mengandung enzimm yang disebut
lisozim. Lisozim adalah enzim yang dapat meng-hidrolisis membran dinding sel
bakteri atau patogen lainnya sehingga sel kemudian pecah dan mati. Bila patogen
berhasil melewati pertahan tahap pertama, maka pertahanan kedua akan aktif.
Inflamasi merupakan salah satu proses pertahanan non spesifik, dimana jika
ada patogen atau antigen yang masuk ke dalam tubuh dan menyerang suatu sel,
maka sel yang rusak itu akan melepaskan signal kimiawi yaitu histamin. Signal
kimiawi berdampak pada dilatasi(pelebaran) pembuluh darah dan akhirnya pecah.
Sel darah putih jenis neutrofil,acidofil dan monosit keluar dari pembuluh darah
akibat gerak yang dipicu oleh senyawa kimia(kemokinesis dan kemotaksis).
Karena sifatnya fagosit,sel-sel darah putih ini akan langsung memakan sel-sel
asing tersebut. Peristiwa ini disebut fagositosis karena memakan benda padat, jika
yang dimakan adalah benda cair, maka disebut pinositosis.
IgM dan IgG bekerja paling maksimal dalam sistem sirkulasi,IgA dapat
keluar dari peredaran darah dan memasuki cairan tubuh lainnya.
IgA berperan penting untuk menghindarkan infeksi pada permukaan
mukosa. IgA juga berperan dalam resistensi terhadap banyak penyakit.
IgA dapat ditemukan pada ASI dan membantu pertahanan tubuh bayi.
IgD merupakan antibodi yang muncul untuk dilibatkan dalam inisiasi
respon imun.
IgE merupakan antibodi yang terlibat dalam reaksi alergi dan
kemungkinan besar merespon infeksi dari protozoa dan parasit.
Sistem imun mempunyai hubungan rapat dengan cara hidup kita. Berikut
adalah faktor-faktor yang merendahkan sistem keimunan kita:
Apabila sistem imun kita menurun, maka lebih mudah untuk kita mendapat
jangkitan. Orang yang mempunyai sistem imun yang rendah mudah berasa letih,
tidak bersemangat, sentiasa selesema, jangkitan usus (makanan yang tidak sesuai
akan menyebabkan muntah dan mual), luka sukar untuk sembuh, alergi dan
sebagainya. Selain itu, sistem imun yang tidak teratur juga boleh menyebabkan
kecederaan pada sel.
Penyakit AIDS
Juga dikenali sebagai sindrom kurang daya tahan melawan penyakit; yang
mana virus HIV menyerang sistem imun. Apabila memasuki badan
manusia, virus tersebut akan memusnahkan sel otak dan ‘leucocytes’ dan
ia membiak dan berkembang di limfosit menyebabkan badan manusia
hilang keupayaan untuk melawan penyakit. Pesakit akan lemah dan
terdedah kepada pelbagai penyakit berjangkit seperti tuberkulosis
pulmonari, kandidiasis, kayap, manakala enteritis, pneumonia, ‘cephalitis’
dan lain-lain yang disebabkan oleh mikroorganisma patogenik yang luar
biasa.
Penyakit Autoimunitas
Autoimunitas adalah respon imun tubuh yang berbalik menyerang organ
dan jaringan sendiri. Autoimunitas bisa terjadi pada respon imun humoral
atau imunitas diperantarai sel. Sebagai contoh, penyakit diabetes tipe 1
terjadi karena tubuh membuat antibodi yang menghancurkan insulin
sehingga tubuh penderita tidak bisa membuat gula. Pada myasthenia
gravis, sistem imun membuat antibodi yang menyerang jaringan normal
seperti neuromuscular dan menyebabkan paralisis dan lemah. Pada demam
rheumatik, antibodi menyerang jantung dan bisa menyebabkan kerusakan
jantung permanen. Pada Lupus Erythematosus sistemik, biasa disebut
lupus, antibodi menyerang berbagai jaringan yang berbeda, menyebabkan
gejala yang menyebar.
Alergi
Alergi, kadang disebut hipersensitivitas, disebabkan respon imun terhadap
antigen. Antigen yang memicu alergi disebut allergen. Reaksi alregi
terbagi atas 2 jenus yaitu:reaksi alergi langsung dan reaksi alergi tertunda.
Reaksi alergi langsung disebabkan mekanisme imunitas humoral. Reaksi
ini disebabkan oleh prosuksi antibodi IgE berlebihan saat seseorang
terkena antigen. Antibodi IgE tertempel pada sel Mast,leukosit yang
memiliki senyawa histamin. Sel mAst banyak terdapat pada paru-paru
sehingga saat antibodi IgE menempel pada sel Mast, Histamin dikeluarkan
dan menyebabkan bersin-bersin dan mata berair.
Reaksi alergi tertunda disebabkan oleh perantara sel. Contoh yang ekstrim
adalah saat makrofag tidak dapat menelan antigen atau
menghancurkannya. Akhirnya Limfosit T segera memicu pembengkakan
pada jaringan.
ANTIBODI –IMUNOLOGLOBULIN
Ada 4 kelas IgG yang telah ditemukan yaitu IgG1, IgG2, IgG3, IgG4. Tiap-
tiap jenis ini mempunyai jenis rantai gama yang berbeda yang dapat dibedakan
dengan antiserum khusus.
IgA
IgA adalah gama atau beta globulin yang dapat bergerak cepat, merupakan
10% globulin serum. Kadar normalnya di dalam serum ialah 0,6-4,2
mg/ml. Waktu paruhnya 6-8 hari. Berat molekulnya 160.000 dengan angka
sendimentasi 7S. Terdapat dalam konsentrasi tinggi pada kolostrum, air
mata, cairan empedu, air liur serta secret saluran pencernaan dan hidung.
Jumlahnya akan sangat meningkat pada kasus myeloma multiple. Tidak
dapat melewati plasenta. IgA tidak mengikat komplemen tetapi secara
aktif mengubah jalur reaksi complement. IgA mengikat fagositosit dan
penghancuran mikroorganisme di dalam sel.
IgA yang terdapat di dalam secret mengandung unit struktur tambahan
yang disebut bagian transport (T) atau sekretori (S). Bagian T dibuat di
dalam sel epitel kelenjar, usus dan saluran pernafasan. Bagian ini melekat
pada molekul IgA selama pengangkutannya melalui sel. Bagian T
mengikatkan dua molekul IgA pada bagian Fc. Juga dapat ditemukan
rantai J pada IgA. Rantai J ini dibuat oleh sel limfoid.
IgM
Juga disebut sebagai macroglobulin yang merupakan 5%-10% dari seluruh
serum globulin (kadarnya di dalam serum 0,5-2 mg/ml). Waktu paruhnya
10 haril. Berat molekulnya 900.000-1.000.000 dengan angka sendimentasi
19S. Sebagian besar IgM berada di dalam pembuluh darah (intravaskuler).
Sering ditemukan bentuk polimer dengan rantai J. Bentuknya merupakan
bulatan. IgM terbentuk lebih dini pada respon primer, sedangkan IgG
dibuat lebih belakangan. Waktu paruhnya 5 hari. Tidak dapat melewati
plasenta. IgM lebih efisien bekerja pada reaksi aglutinasi, reaksi sitolisis
dan sitotoksik. Pada septikemia sering ditemukan difisiensi IgM.
IgD
Konsentrasinya di dalam serum ialah 0,03 mg/ml. Sebagian besar berada
intravaskuler. Waktu paruhnya 3 hari. Fungsinya tidak diketahui dengan
jelas.
IgE
Merupakan antibody reaginik yang berperan pada reaksi hipersensitivitas
tipe cepat.
Berat molekulnya 190.000 dan angka sedimentasinya 8S. Waktu paruhnya
2 hari. Dapat diinaktifkan dengan pemanasan pada 56°C selama 1 jam.
Mempunyai afinitas terhadap sel-sel jaringan (terutama mast-cell) pada
spesies yang sama. Menjadi perantara pada reaksi Prausnitz-Kustner.
Tidak dapat melewati plasenta atau mengikat komplemen. Sebagian besar
berada intravaskuler. Dalam keadaan normal, kadarnya di dalam serum
sangat kecil. Pada keadaan atopic seperti asma, demam jerami (hayfever)
atau eksim kadarnya akan meningkat, demikian pula pada anak-anak yang
mengidap infeksi cacing.
Tubuh diibaratkan sebagai sebuah negara. Jika negara itu tidak memiliki
pertahanan yang kuat, akan mudah mendapatkan perlawanan baik dari dalam
maupun dari luar, sehingga lambat laun negara itu akan hancur. Begitupun halnya
tubuh kita. Jika kita tidak memiliki pertahanan tubuh yang tinggi pada akhirnya
tubuh kita akan jatuh sakit dan mungkin akan berujung kepada kematian.
Dibutuhkan sistem kekebalan tubuh untuk menjaga agar tubuh kita bisa melawan
serangan apapun baik dari dalam maupun dari luar.
Sistem imunitas yang sehat adalah jika dalam tubuh bisa membedakan antara diri
sendiri dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Biasanya ketika ada benda
asing yang yang memicu respons imun masuk ke dalam tubuh (antigen) dikenali
maka terjadilah proses pertahanan diri. Secara garis besar, sistem imun menurut
sel tubuh dibagi menjadi sistem imun humoral dan sistem imun seluler. Sistem
imun humoral terdiri atas antibody (Imunoglobulin) dan sekret tubuh (saliva, air
mata, serumen, keringat, asam lambung, pepsin, dll). Sedangkan sistem imun
dalam bentuk seluler berupa makrofag, limfosit, neutrofil beredar di dalam tubuh
kita.
Tubuh kita mempunyai banyak sekali mekanisme pertahanan yang terdiri dari
berbagai macam sistem imun yaitu organ limfoid (thymus, lien, sumsum tulang)
beserta sistem limfatiknya. Organ tubuh kita yang juga termasuk dalam
mekanisme pertahanan tubuh yaitu jantung, hati, ginjal dan paru-paru.
Sistem limfatik baru akan dikatakan mengalami gangguan jika muncul tonjolan
kelenjar yang membesar dibandingkan pada umumnya. Hal ini dikarenakan
kelenjar limfe sedang berperang melawan kuman yang masuk ke dalam tubuh.
Organ limfoid seperti thymus sendiri mempunyai tanggung jawab dalam
pembentukan sel T dan penting bagi para bayi baru lahir, karena tanpa thymus,
bayi yang baru lahir akan mempunyai sistem imun yang buruk. Leukosit (sel
darah putih) dihasilkan oleh Thymus, lien dan sumsum tulang. Leukosit
bersirkulasi di dalam badan antara organ tubuh melalui pembuluh limfe dan
pembuluh darah. Dengan begitu, sistem imun bekerja terkoordinasi baik
memonitor tubuh dari kuman ataupun substansi lain yang bisa menyebabkan
problem bagi tubuh.
Ada dua tipe leukosit pada umumnya, yaitu fagosit yang bertugas memakan
organisme yang masuk ke dalam tubuh dan limfosit yang bertugas mengingat dan
mengenali yang masuk ke dalam tubuh serta membantu tubuh menghancurkan
mereka. Sedangkan sel lainnya adalah netrofil, yang bertugas melawan bakteri.
Jika kadar netrofil meningkat, maka bisa jadi ada suatu infeksi bakteri di
dalamnya. Limfosit sendiri terdiri dari dua tipe yaitu limfosit B dan limfosit T.
Limfosit dihasilkan oleh sumsum tulang, tinggal di dalamnya dan jika matang
menjadi limfosit sel B, atau meninggalkan sumsum tulang ke kelenjar thymus dan
menjadi limfosit sel T. Limfosit B dan T mempunyai fungsi yang berbeda dimana
limfost B berfungsi untuk mencari target dan mengirimkan tentara untuk
mengunci keberadaan mereka. Sedangkan sel T merupakan tentara yang bisa
menghancurkan ketika sel B sudah mengidentifikasi keberadaan mereka.
Jika terdapat antigen (benda asing yang masuk ke dalam tubuh) terdeteksi, maka
beberapa tipe sel bekerjasama untuk mencari tahu siapa mereka dan memberikan
respons. Sel-sel ini memicu limfosit B untuk memproduksi antibodi, suatu protein
khusus yang mengarahkan kepada suatu antigen spesifik. Antibodi sendiri bisa
menetralisir toksin yang diproduksi dari berbagai macam organisme, dan juga
antibodi bisa mengaktivasi kelompok protein yang disebut komplemen yang
merupakan bagian dari sistem imun dan membantu menghancurkan bakteri, virus,
ataupun sel yang terinfeksi.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_kekebalan
Ishimoto H, Yanagihara K, Araki N, et al. (2008). “Single-cell observation of
phagocytosis by human blood dendritic cells”. Jpn. J. Infect Dis.
M.J.Parka, V.A. Stucke.Microbiology for Nursing.(1982).Bailliere Tindall.