Anda di halaman 1dari 69

Modul Praktik Laboratorium

Mata Kuliah:
Keperawatan Medikal Bedah II

Windows User
JURUSAN KEPERAWATAN PONTIANAK
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum. Wr. Wb.

Puji syukur kita haturkan pada Tuhan Yang Maha Esa bahwa kini telah tersusun

Panduan dan Modul Praktikum Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II.

Tujuan diterbitkannya modul praktikum ini adalah sebagai panduan dalam :

1. Pengelolaan kegiatan praktikum bagi mahasiswa

2. Melaksanakan proses praktik dari bidang keilmuan keperawatan medikal

bedah dan praktek keperawatan klinik .

3. Melaksanakan proses pembelajaran kasus, analisis praktis dan analisis

profesional dalam praktek keperawatan klinik .

4. Bagian dari proses belajar mengajar dan praktikum pada program pendidikan

jurusan keperawatan.

Harapan kami semoga modul praktikum ini dapat bermanfaat sesuai tujuan dan

sasaran pendidikan.

Wassalamu ‘alaikum. Wr. Wb.

Pontianak, 26 Agustus 2017

Poltekkes Kemenkes Pontianak


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................ 2
PENDAHULUAN ................................................................................................. 3
Deskripsi Singkat.......................................................................................... 3
Relevansi ..................................................................................................... 3
Tujuan Pembelajaran ................................................................................... 3
Petunjuk Belajar ........................................................................................... 4
KEGIATAN BELAJAR 1 SISTEM MUSKULOSKELETAL .................................. 21
KEGIATAN BELAJAR 2 SISTEM PERKEMIHAN .............................................. 37
KEGIATAN BELAJAR 3 SISTEM ENDOKRIN………………………………..….50

KEGIATAN BELAJAR 4 SISTEM IMUN…………………………………………..63

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 1


PENDAHULUAN

Deskripsi Singkat SISTEM MUSKULOSKELETAL

Selama mempelajari dan berlatih kemampuan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

pada sistem musculoskeletal yang menyenangkan dengan membaca modul paktikum di

laboratorium dan merupakan bagian dari materi pembelajaran keperawatan medikal

bedah yang telah anda pelajari didalam kelas. Metode yang digunakan dalam praktikum

ini ialah demonstrasi dan simulasi serta praktek langsung dengan menggunakan

phantom atau teman sendiri. Keperawatan medikal bedah merupakan suatu

keperawatan yang berkaitan langsung dengan kesemua sistem dalam anatomi fisiologi.

Salah satunya adalah sistem mukuloskeletal. Sistem musculoskeletal ialah sistem yang

mencakup tentang otot dan tulang yang ada dan menopang tubuh manusia. Otot

berperan dalam menggerakkan tubuh sesuai dengan instruksi yang di sampaikan melaui

otak. Sementara tulang berperan dalam menopang tubuh dan member bentuk tubuh

pada manusia.

Relevansi

Latihan keterampilan di laboratorium keperawatan merupakan bagian kegiatan

belajar mengajar mata kuliah keterampilan keperawatan klinik terdiri dari teori dan

praktikum di laboratorium sebelum mahasiswa di turunkan di lahan praktek, baik di

rumah sakit maupun di puskesmas.

Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembuatan modul praktek agar mahasiswa dapat terarah dalam praktek

keperawatan sistem musculoskeletal:


1. Mahasiswa dapat terampil dalam perawatan rom (range of motion)
2. Mahasiswa dapat terampil dalam pembidaian

Petunjuk Belajar

Latihan keterampilan di laboratorium keperawatan dapat dilakukan berkali-kali

sesuai waktu yang tersedia, anda dapat mencoba sendiri dengan membacapedoman

praktikum, kemudian diskusi dengan deman dan meminta bantuan teman menilai

keterampilan dengan menggunakan penilaian keterampilan, bila ada kesulitan silahkan

anda menghubungi pembimbing anda untuk mensimulasikan tindakan yang akan

dipelajari. Bila anda sudah merasa mampu silahkan untuk mempersiapkan diri untuk

mengikuti ujian praktek. Selamat berlatih semoga bermanfaat buat kita dan klien yang

membutuhkan.
KEGIATAN BELAJAR 1 ROM

PENGANTAR MATERI

Range of motion ( ROM ) adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan

oleh sendi yang bersangkutan (Suratun, dkk, 2008). Latihan range of motion (ROM)

adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat

kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk

meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).

INDIKATOR PEMBELAJARAN

Mahasiswa dapat melakukan ROM aktif dan ROM pasif

URAIAN MATERI

Pengkajian

1. Lihat kembali catatan tentang klien untuk melihat riwayat kesehatan klien,dan
untuk menjalankan instruksi tertentu.
2. Kaji fungsi dasar persendian
a. Observasi kemampuan klien untuk menjalankan latihan ROM selama aktifitas
harian normal
3. Selama latihan ROM ,observasi akan adanyan :
a. Adanya keterbatasan dalam normal ROM atau adanya perkembangan yang
tidak biasa dalam pergerakan sendi .
b. Adanya kemerahan atau penigkatan suhu pada kulit/area diatas persendian
c. Adanya rasa lembek/udem pada palpasi disekitar persendian
d. Suara (crepitus) diahasilkan saat pergerakan sendi
e. Deformitas
f. Tingkat kenyamanan :rasa nyeri
4. Kaji tingkat pemahaman klien atau care giver tentang kegunaan ROM

Diagnosa Keperawatan

1. Intoleransi aktifitas
2. Kelelahan
3. Gangguan mobilitas fisik
Perencanaan

1. Hasil yang diharapkan setelah prosedur tindakan dilakukan :


a. Jangkauan persendian berada pada batasan normal
b. Tidak ada keluhan ketidaknyamanan pada klien selama latihan
c. Klien dapat mendemonstrasikan ROM dalam aktifitas hariannya
2. Jelaskan prosedur dan rasional dari menjalankan latihan ROM
3. Posisikan klien senyaman mungkin

PROSEDUR KEPERAWAT PERENCANAAN :

1. Cuci tangan
2. Posisikan tempat tidur ke posisi yang nyaman,perawat berdiri disamping tempat tidur
pada sisi bagian persendian yang akan dilatih
3. Latihan ROM dilakukan secara perlahan dan lembut
4. Ketika melakukan latihan ROM,pertahankan persendian dengan menahan bagian
distal dan proksimal,berdekatan dengan persendian.,dengan mengayun bagian
distal ekstrimitas.
5. Mulai latihan dengan urutan sebagai berikut,setiap gerakan sebaiknya diulang lima
kali selama periode latihan (latihan dapat dihentikan jika klien merasa tidak nyaman
atau terjadi spasme otot)
a. Leher
1) Flexi :turunkan dagu (dongakkan ke bawah) kea arah dada
2) Ekstensi :kembalikan ke posisi semula (ROM 45 derajat )
3) Hiperekstensi : dongakkan kepala keaarah belakang sejauh mungkin (ROM
:10 derajat)
4) Lateral flexi :patahkan leher ke kiri dan kanan sejauh mungkin (ROM :40
sampai 45 derajat)
5) Rotasi : putarkan kepala dengan melihat kebawah dan keatas secara
bergantian (ROM :360 derajat )

b. Bahu
1) Flexi :naikan lengan secara menyamping kearah atas (ROM : 180 derajat)
2) Ekstensi :kembalikan lengan ke bagian samping tubuh (posisi semula,ROM
180 derajat )
3) Hiperekstensi :gerakkan lengan ke bagian belakang tubuh,dengan posisi siku
lurus ( ROM 45 sampai 60 derajat)
4) Abduksi :angkat lengan kea rah samping pada posisi diatas kepala,dengan
bagian telapak tangan mengarah keluar (ROM 180 derajat)
5) Adduksi :gerakan lengan menyilang diatas tubuh sejauh mungkin
6) Rotasi internal :gerakan lengan ke samping sejajar bahu dengan siku
membentuk sudut 45 derajat
7) Rotasi eksternal :dengan siku pada posisi flexi,gerakan lengan k atas dan
kebawah.
8) Sirkumduksi :gerakan lengan pada posisi menyamping secara

melingkar.(ROM:360 derajat )

c. Siku
1) Flexi :ekstensikan lengan kemudian gerakan siku ke arah bahu,hingga
telapak tangan menyentuh bahu (ROM : 150 derajat )
2) Ekstensi :turunkan siku menjauhi bahu (ROM :150 drajat)
3) Hiperekstensi :gerakan lengan kearah belakang sejauh mungkin ( ROM:10
sampai 20 derajat)
d. Lengan bawah
1) Supinasi :putar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke atas
(ROM :70 sampai 90 derajat)
2) Pronasi : putar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke
bawah. (ROM :70 sampai 90 derajat)

e. Pergelangan
1) Flexi : gerakkan telapak tangan mendekati bagian bawah pergelangan (ROM
: 80-90 derajat)
2) Ekstensi :kembalikan tangan ke keadaan semula pada posisi sejajar (ROM
80 sampai 90 derajat)
3) Hiperekstensi :gerakan telapak tangan sejauh mungkin ke bagian atas
pergelangan.
4) Abduksi (flexi radial).bengkokkan pergelangan mengarah ke ibu jari ROM
:diatas 30 derajat )
5) Adduction (fleksi ulnar) : bengkokkan pergelangan ke arah kelingking ROM

30 sampai 50 derajat)

f. Jari
1) Flexi : kepalkan tangan (ROM 90 derajat)
2) Ekstensi : luruskan jari (ROM 90 derajat)
3) Hiperekstensi :bengkokkan jari kearah belakang sejauh mungkin ( ROM 30
sampai 60 derajat)
4) Abduksi :buka jari
5) Adduksi :sejajarkan dan posisikan jari berdekatan.

g. Jempol
1) Flexi : gerakan jempol meyilang telapak tangan (ROM :90 derajat)
2) Ekstensi :gerkan jempol menjauhi telapak tangan (ROM: 90 derajat)
3) Abduksi : bengokkan jempol kearah samping luar (ROM : 30 derajat)
4) Adduksi : kembalikan jempol ke posisi semula (ROM 30 derajat)
5) Oposisi : sentuh jempol dengan jari-jari yang lain pada tangan yang sama.

h. Pinggul
1) Flexi :gerakkan kaki ke depan(ROM 90 sampai 120 derajat)
2) Ekstensi:kembalikan kaki ke posisi semula (ROM 90 sampai 120 derajat)
3) Hiperekstensi : gerkan kaki ke belakang sejauh mungkin ( ROM 30 sampai
50 derajat)
4) Abduksi : gerakan kaki menyamping menjauhi tubuh (ROM 30 sampai 50
derajat)
5) Adduksi : kembalikan kaki ke posisi semula (30 sampai 50 derajat)
6) Rotasi internal : gerakkan kaki (foot) ke arah dalam 90 derajat
7) Rotasi eksternal :gerakan kaki ke arah luar 90 derajat
8) Sirkumduksi : gerakan secara memutar pada pergelangan kaki (ROM 360
derajat).
i. lutut
1) Fleksi : angkat betis ke arah bagian belakang paha(ROM 120 sampai 130
derajat)
2) Ekstensi :kembalikan ke posisi semula (ROM 120 sampai 130 derajat)

j. Pergelangan kaki :
1) Dorsifleksi : gerakan pergelangan dengan telapak kaki mengarah ke
depan(ROM 20-30 derajat)
2) Plantar fleksi : gerakan pergelangan kaki ke posisi semula (ROM 45 sampai
50 derajat)
k. Kaki
1) Inversi : luruskan bagian bawah kaki (ROM 10 deerajat atau kurang dari)
2) Eversi :gerakan kaki telapak kaki menyamping (ROM 10 derajat atau
kurang)
3) Fleksi : bengkokkan jari kaki ke bawah (ROM 30 sampai 60 derajat)
4) Ekstensi : luruskan jari jari kaki
5) Abaduksi : gerkakan jari-jari kaki menjauh satu sama lain
6) Adduksi :rapatkan jari kaki.

6. Jika latihan dilakukan di tempat tidur,rendahkan tempat tidur ke posisi yang aman

7. Posisikan kemabli klien ke posisi yang nyaman,cuci tangan.


KEGIATAN BELAJAR 2 PEMBIDAIAN

PENGANTAR MATERI

Pembidaian atau spinting adalah salah satu cara pertolongan pertama pada

cedera/ trauma pada sistem mukuloskeletal. Pembidaian bertujuan untuk

menggimmobilisasi ekstremitas yang mengelami cidera, mengurangi rasa nyeri, dan

mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.

INDIKATOR PEMBELAJARAN

1. Dapat memberikan pemahaman dan keterampilan pada mahasiswa cara


pemasangan bidai yang benar.
2. Mahasiswa mampu merencanakan dan mempersiapkan alat dan bahan untuk
pemasangan bidai.
3. Mahasiswa dapat melakukan Pembidaian

URAIAN MATERI

Bidai atau splak adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat

tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang

patah tidak bergerak (immobilisasi) memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit.

Prinsip Pembidaian Adalah:

1. lakukan pembidaian di tempat dimana anggota badan mengalami cidera (korban

dipindahkan)

2. lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tuklang jadi tidak perlu harus

dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang

melewati minimal dua sendi yang berbatasan


Syarat-syarat pembidaian

1. siapakan alat-alat selengkapnya

2. bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah

3. Sebelum dipasang diukur lebih dulu pada anggota badann yang tidak sakit

4. ikatan jangan terlalu keras dan terlalu kendor

5. bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan

6. ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah tempat

yang patah

7. kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai

8. sepatu, gelang, jam tangan dann alat pengilat perlu dilepas.

Tujuan Pembidaian

1. Untuk mencegah derakan fragmen patah tulanga tau sendi yang mengalami

dislokasi.

2. Untuk mencegah kerusakan jaringan lunak sekitar tulang yang patah.

3. Untuk mengurangi perdarahan dan bengkak.

4. Untuk mencegah terjadinya syok

5. Untuk mengurangi nyeri

PROSEDUR

Bahan dan Alat :


1. Bidai berbagai ukuran
2. Elastis verban 4 inchi dan 6 inchi
3. Padding
4. Sarung tangan

Prosedur
1. Melakukan inform consent.
2. Mempersiapkan alat dan bahan untuk pembidaian yang sesuai dengan
ekstremitas yang cedera.
3. Harus melakukan proteksi diri sebelum melakukan pembidaian.
4. Melakukan pemeriksaan neurovaskuler distal.
5. Melakukan stabilitas manual pada tungkai yang mengalami cidera, dengan
melakukan gentle inline traction.
6. Melakukan padding pada tulang-tulang yang menonjol, untuk mencegah
terjadinya ulkus dekubitus.
7. Melakukan pemsangan bidai melewati sendi proksimal dan distal dari tulang
yang patah, dan memfiksasi menggunakan verban gulung atau verban elastis
dengan metode roll on.
8. Mengelevasikan tungkai yang sudah terpasang bidai.
9. Melakukan pemeriksaan neurovaskuler dist
DAFTAR PUSTAKA

Brunicardi FC, Anderson DK, Billiar TR Dunn DL, Huter JG, Pollock RE.
Orthopaedics. Dalam: Brunicardi FC, Anderson DK, Billiar TR Dunn DL,
Huter JG, Pollock RE. Schwartz's Principle of Surgery. The McGraw-Hill
Companies: USA. 2004.

Bucholz RW, Heckman JD, Court-Brown CM. Rockwood & Green's Fractures
in Adults, 6th Edition. USA: Maryland Composition. 2006. p80-331

Helmi ZN. Buku Ajar GANGGUAN MUSKULOSKELETAL. Jakarta: Salemba


Medika. 2011. p411-55

Klingensmith ME, Chen LE, Glasgow SC, Goers, TA, Melby SJ. Dalam:
Klingensmith ME, Chen LE, Glasgow SC, Goers, TA, Melby SJ.
Washington Manual of Surgery, The 5th Edition. USA: Lippincott Williams &
Wilkins. 2008. p578-597

Nayagam S. Principles of Fractures. Dalam: Solomon L, Warwick D, Nayagam


S. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures Ninth Edition. London:
Hodder Education. 2010. p687-732

Salter RB. Textbook Disorders and Injuries of The Muskuloskeletal System


Third Edition. USA: Lippincott Williams and Wilkins. 1999. p417-498

Sjamsuhidayat, de Jong. BUKU AJAR ILMU BEDAH EDISI 3. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran ECG. 2011. p959-1083
BAB I PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat SISTEM PERKEMIHAN

Selamat mempelajari dan berlatih keterampilan pemenuhankebutuhan


dasar eleminasi yang menyenangkan dengan membaca modul praktikum di
laboratorium merupakan kelanjutan dari materi asuhan keperawatan
pemenuhan kebutuhan eliminasi yang telah anda pelajari di kelas. Metode
yang digunakan dalam praktikum ini adalah demonstrasi dan simulasi serta
praktik langsung dengan menggunakan phantom. Kebutuhan dasar manusia
merupakan unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan
keseimbangan fisiologi. Salah satunya adalah kebutuhan akan eliminasi
urine. Urine merupakan salah satu zat sisa hasil metabolisme tubuh yang
harus dikeluarkan. Jika terjadi gangguan dalam proses pengeluaran tersebut
maka akan mengakibatkan terganggunya keseimbangan tubuh, menimbulkan
ketidaknyamanan, serta dapat menimbulkan beberapa komplikasi penyakit
lainnya. Salah satu prosedur untuk memenuhi kebutuhan eliminasi yaitu
pemasangan kateter urine.

B. Relevansi

Latihan keterampilan di laboratorium keperawatan merupakan bagian


dari kegiatan belajar mengajar mata kuliah keperawatan klinis terdiri dari teori
dan praktikum di laboratorium sebelum mahasiswa melaksanakan praktik di
Rumah sakit maupun di puskesmas.

C. Tujuan Pembelajaran

Setelah menyelesaikan modul kateter urin, mahasiswa diharapkan


mampu :
1. Menjelaskan macam-macam kateter urin
2. Mengidentifikasi indikasi pemasangan kateter urin
3. Melakukan tehnik pemasangan kateter urin yang benar
D. Petunjuk belajar

Latihan keterampilan di laboratorium (simulasi) dapat dilakukan


berkali-kali sesuai dengan waktu yang tersedia. Anda dapat mencoba sendiri
dengan membaca pedoman praktik, berdiskusi dengan teman, dan meminta
teman melakukan penilaian. Jika terdapat kesulitan, silakan menghubungi
pembimbing anda. Bila anda sudah merasa mampu silakan mempersiapkan
diri untuk mengikuti ujian praktik. Selamat berlatih, semoga bermanfaat bagi
kita dan klien yang membutuhkan.
BAB II

BAB III KEGIATAN BELAJAR

BAB IV KATETER URIN

Tinjauan Pustaka

1. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Urinaria

Sistem urinaria terdiri dari bermacam-macam struktur dengan


masing- masing fungsinya. Struktur ini bekerja selaras untuk mengatur
keseimbangan cairan tubuh, elektrolit dan asam basa dengan cara
menyaring darah yang melalui ginjal, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan
non elektrolit serta mengekskresi kelebihannya sebagai kemih. Ginjal juga
mengeluarkan sampah metabolisme (seperti urea, kreatinin dan asam urat)
dan zat kimia asing. Selain fungsi regulasi dan ekskresi, ginjal juga
mensekkresi renin, bentuk aktif vitamin D dan eritropoetin. (Hall, 2003 ;
Price and Wilson, 1995)
Struktur yang membangun sistem urinaria terdiri dari:
a. Ginjal
b. Ureter
c. Kandung kemih
d. Urethra
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terletak di
kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati. Kutup
atasnya terletak setinggi kosta keduabelas, sedangkan kutup atas ginjal
kiri

2. renal corDuscle

terletak setinggi kosta sebelas. Ginjal terdiri dari komponen-


komponen di bawah ini:
a. Kapsul ginjal yaitu lapisan jaringan ikat yang kuat mengelilingi ginjal
b. Korteks ginjal, terletak dibawah kapsul ginjal dan terdiri dari tubulus
ginjal sebagai sistem filtrasi.

3. Nefron

Nefron merupakan unit fungsional ginjal . Setiap ginjal terdiri dari satu
juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi sama,
dengan demikian pekerjaan ginjal dapat dianggap sebagai jumlah total dari
fungsi semua nefron tersebut. Setiap nefron tersusun dari kapsula bowman
yang mengitari rumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal,
lengkung Henle dan tubulus kontortus distal yang berlanjut sebagai duktus
pengumpul. Struktur inilah yang membuang sisa hasil metabolisme dari
darah dan membentuk urin untuk dikeluarkan. Tiga fungsi utama nefron
dapat disebutkan sebagai berikut:

a. Mengontrol cairan tubuh melalui proses sekresi dan reabsorbsi cairan.

b. Ikut mengatur pH darah.

c. Membuang sisa metabolisme darah.


4. Medula ginjal

Medula ginjal terbagi-bagi menjadi baji segitiga yang disebut piramid,


tampak bercorak karena tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus
pengumpul nefron. Piramid-piramid tersebut diselingi oleh bagian korteks
yang disebut kolom bertini.

5. Papila ginjal

Papila (apeks) dari tiap piramid membentuk duktus papilaris Bellini


yang terbentuk dari persatuan bagian terminal dari banyak duktus
pengumpul.
Setiap duktus papilaris masuk ke dalam suatu perluasan ujung pelvis
ginjal berbentuk seperti cawan yang disebut kaliks minor. Beberapa kaliks
minor bersatu membentuk kaliks mayor yang selanjutnya bersatu menjadi
pelvis ginjal. Pelvis ginjal merupakan reservoir utama sistem pengumpul
ginjal. Ureter menghubungkan pelvis ginjal dengan kandung kemih.
Kedua ureter merupakan saluran yang panjangnya 10-12 inci,
terbentang dari ginjal sampai kandung kemih. Fungsi satu-satunya adalah
menyalurkan kemih ke kandung kemih. Urin mengalir melalui ureter karena
adanya gerakan peristaltik ureter. Sebuah membrane yang terletak pada
sambungan ureter dan kandung kemih berfungsi sebagai katup untuk
mencegah aliran balik urin.
Kandung kemih adalah satu kantung berotot yang dapat mengempis,
terletak di belakang simfisis pubis. Kandung kemih mempunyai tiga muara:
dua muara ureter dan satu muara uretra. Dua fungsi kandung kemih adalah :
(1) sebagai tempat penyimpanan kemih sebelum meninggalkan tubuh dan (2)
dibantu oleh uretra, kandung kemih berfungsi mendorong kemih keluar
tubuh. Kandung kemih dapat menampung sampai dengan 1000 ml urin.
Ketika mencapai 250 ml urin dalam kandung kemih, pesan berkemih terkirim
melalui corda spinal, sehingga seseorang merasakan ingin berkemih.
Pengeluaran urin dikontrol oleh spingter interna dan eksterna.
Urethra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari
kandung kemih sampai keluar tubuh. Panjangnya pada wanita 1,5 inci mulai
dari dinding anterior vagina dan keluar diantara klitoris dan ostium vagina.
Pada pria panjangnya sekitar 8 inci, melewati prostate sampai glands penis.
Muara uretra keluar tubuh disebut meatus urinarius. (Hall, 2003 ; Price and
Wilson, 1995)

E. KARAKTERISTIK URIN NORMAL DAN ABNORMAL

Karakteristik urin normal

a. 95 % terdiri dari air


b. Urin berisi produk akhir metabolisme protein, seperti urea, asam
urat dan kreatinin.
c. Membuang mineral yang diambil dari makanan yang
sudah tidak dibutuhkan seperti natrium, kalium, calsium,
sulfat, dan fosfat.
d. Berisi toksin
e. Berisi hormon
f. Pigmen kuning dari berasal dari bilirubin

6. Karakteristik urin abnormal

Urin abnormal mungkin mrngandung satu atau lebih hal-hal


dibawah ini:

a. Albumin / protein : merupakan indikasi adanya penyakit pada


ginjal, infeksi atau trauma.
b. Glukosa : dapat menjadi indikasi adanya diabetes mellitus, syok
atau cedera kepala.
c. Eritrosit : sebagai indikasi adanya infeksi, kanker/ tumor, penyakit
ginjal
d. Leukosit : sebagai indikasi infeksi traktus urinaria
e. Benda keton : sebagai indikasi adanya diabetes mellitus,
kelaparan/ dehidrasi atau kondisi lain dimana terjadi katabolisme
lemak dengan cepat.
f. Nilai pH urin : nilai abnormal mengindikasikan gout, batu traktus
urinaria, infeksi
g. Bilirubin : Mengindikasikan gangguan fungsi hepar, obstruksi
traktus biliaris, hepatitis.
h. Nilai berat jenis urin : nilai abnormal mengindikasikan
adanya penyakit ginjal, ketidakseimbangan elektrolit, gangguan
fungsi hati dan luka bakar. (Hall, 2005)

F. KATETER URIN

Definisi

Kateter urin adalah sebuah alat berbentuk tabung yang dipasang


pada bagian tubuh manusia untuk mengalirkan, mengumpulkan dan
mengeluarkan urin dari kandung kemih (No name, 2005).

7. Jenis-jenis kateter urin

Jenis-jenis kateter urin yang dikenal antara lain:


a. Kateter Nelathon/ kateter straight/ kateter sementara adalah kateter
urin yang berguna untuk mengeluarkan urin sementara atau sesaat.
Kateter jenis ini mempunyai bermacam-macam ukuran, semakin besar
ukurannya semakin besar diameternya. Pemasangan melalui uretra.
b. Kateter balon/kateter Folley, Kateter Indwelling/ Kateter Tetap adalah
kateter yang digunakan untuk mengeluarkan urin dalam sistem tertutup
dan bebas hama, dapat digunakan untuk waktu lebih lama (+ 5 hari).
Kateter ini terbuat dari karet atau plastik yang mempunyai cabang dua
atau tiga dan terdapat satu balon yang dapat mengembang oleh air
atau udara untuk mengamankan/ menahan ujung kateter dalam
kandung kemih. Kateter dengan dua cabang, satu cabang untuk
memasukkan spuit, cabang lainnya digunakan untuk mengalirkan urin
dari kandung kemih dan dapat disambung dengan tabung tertutup dari
kantung urin, sedangkan kateter dengan tiga cabang, kedua cabang
mempunyai fungsi sama dengan kateter diatas, sementara cabang
ketiga berfungsi untuk disambungkan ke irigasi, sehingga cairan irigasi
yang steril dapat masuk ke kandung kemih, tercampur dengan urin,
kemudian akan keluar lagi. Pemasangan kateter jenis ini bisa melalui
uretra atau suprapubik. (Senat mahasiswa Universitas Gadjah Mada,
1988; Tim Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, no
c. date)Kateter suprapubik dengan bungkus Silver alloy, merupakan
kateter paling baru yang dibungkus dengan perak bagian luar maupun
bagian dalamnya. Perak mengandung antimikroba yang efektif, tetapi
karena penggunaan perak sebagai terapi antimikroba belum
sistematik, maka penggunaan jenis kateter inipun masih terbatas dan
belum jelas keakuratannya. Pemasangan kateter, sementara ini baru
dapat dilakukan oleh dokter urologi dalam kamar operasi sebagai
tindakan bedah minor (Saint, no date)

Gambar 32-5
1) Kateter Malecot.
2) Kateter ilePez/-ct
3) Kateter Ticmann
4) Kateter Folcy
5) Lumen saluran -niuk mengisi balon

6) Ukuran Charriire (Ch); diameter merupakan 1/3 ukuian (gambar E dicetak dengan ukuran asli tepat).

G. UKURAN KATETER

1. Wanita dewasaKateter no 14/16


2. Laki-laki dewasaKateter no 18/20
3. Anak-anakKateterno 8/10

Panjang urethra 3,7 - 6 cm 14 - 20 cm


Kateter yang 5 - 7,5 cm 15 - 22,5 cm
Yang diberi jelly 3 - 4 cm 5 - 7,5 cm
masuk

H. TUJUAN DILAKUKAN KATETERISASI

1. Membantu memenuhi kebutuhan pasien untuk mengosongkan


kandung kemih, terutama pada pasien yang mengalami penyakit akut,
akan operasi, sakit hebat, terbatas pergerakannya atau pasien dengan
penurunan kesadaran.

2. Menjaga agar kandung kemih tetap kosong, penyembuhan luka,


pengobatan beberapa infeksi dan operasi suatu organ dari sistem urin
dimana kandung kemih tidak boleh tegang sehingga menekan unsur
lain.

3. Menjaga agar pasien dengan keluhan inkontinensia urin ( urin


terkumpul di kandung kemih karena tidak dapat dikeluarkan) tetap
kering bagian perineumnya , sehingga kulit tetap utuh dan tidak
terinfeksi.

4. Mengukur jumlah produksi urin oleh ginjal secara akurat.

5. Membantu melatih kembali atau memulihkan pengendalian kandung


kemih secara normal.

I. ALAT DAN BAHAN


1. Kateter urin

2. Urin bag

3. Sarung tangan steril

4. Set bengkok dan pinset steril


5. Kapas dan cairan sublimate

6. Jelly

7. Plester

8. Perban

9. Spuit dan Steril water aquadest

10. Bengkok tidak steril

11. Alas/ Perlak kecil

12. Handuk kecil + Waskom isi air hangat + sabun

13. Sampiran

14. Lampu

J. PROSEDUR TINDAKAN/PELAKSANAAN

1. Identifikasi pasien

2. Jelaskan prosedur kepada pasien

3. Tarik tirai tempat tidur dan atur posisi

a. Pasien anak/pasien sadar butuh bantuan

b. Pasien dewasa/wanita : posisi dorsal recumbent dengan lutut


fleksi

c. Pasien dewasa/ laki-laki: Posisi supine dan kaki abduksi

4. Pasang urin bag

5. Pasang perlak atau alas pada klien


6. Tuangkan cairan antiseptic

7. Sediakan spuit isi aquadest

8. Cuci tangan dengan cara furbringer

9. Pasang sarung tangan

10. Lakukan vulva/perineum hygiene

11. Buka set kateter dan berikan jelly di ujung kateter

12. Masukkan kateter sampai urin mengalir

13. Ketika urin mengalir, pindahkan tangan yang tidak dominant dari labia
atau dari penis ke kateter.

14. Jika menggunakan indwelling kateter, isi balon kemudian tarik kateter
± 2,5 cm

15. Fiksasi kateter

16. Bantu pasien pada posisi yang nyaman

17. Kumpulkan dan buang alat-alat yang sekali pakai, bersihkan alat-alat
yang bukan sekali pakai

18. Cuci tangan


BAB V

BAB VI PENILAIAN KETRAMPILAN KATETERISASI

Nama :
NIM :
SOP PEMASANGAN CATHETER

Uraian 0 1 2
PERALATAN

 Bak instrument steril : Duk bolong, pinset, bengkok,


kom kecil, kapas alkohol
 Handscoon steril
 Handscoon bersih
 Steril water / water injection
 Kateter indwelling dengan ukuran yang dibutuhkan
 Urin bag
 Spuit (syringe)
 Korentang
 Perlak
 Pelumas kateter (Gel)
 Perekat non alergenik
 Specimen container jika diperlukan
 Selimut
 Option : double atau triple lumen indwelling
catheter jika klien menerima irigasi kateter

PENGKAJIAN
1. Review status medis klien termasuk order dokter
dan catatan perawat
2. Kaji status klien :
a. Tanyakan klien kapan terakhir miksi, periksa
catatan input dan output
b. Tingkat kesadaran
c. Mobilisasi atau pembatasan fisik
d. Jenis kelamin dan usia klien
3. Kaji apakah klien mengalami distensi bladder
4. Kaji kondisi perineal, apakah ada erythema,
cairan, dan bau
5. Kaji apakah ada gejala patologis yang dapat
menyebabkan gangguan pemasangan kateter
(misal : pembesaran kelenjar prostat pada pria)
6. Kaji pengetahuan klien mengenai pemasangan
kateter dan apakah ada riwayat pemasangan
kateter

DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Kecemasan
 Nyeri akut
 Retensi urin
 Kurangnya ilmu pengetahuan terhadap
pemasangan kateter
 Resiko infeksi

RENCANA KEPERAWATAN
1. Mencapai kriteria hasil :
 Bladder tidak distensi / bladder tidak
teraba
 Klien mengatakan tidak ada rasa nyeri di
bladder
 Minimal 30 ml urin setiap jamnya pada
urine bag
 Klien mengatakan minimal nyeri yang
timbul selama pemasangan kateter
 Klien mengatakan tujuan dan
harapannya terhadap pemasangan
kateter

IMPLEMENTASI
1. Cuci tangan
2. Jaga privasi klien
3. Atur tinggi rendahnya tempat tidur klien untuk
memudahkan diri dalam bekerja
4. Berdiri di sebelah kanan klien jika tangan
dominan tangan kanan, dan sebaliknya.
Kosongkan meja dan atur alat.
5. Naikkan pagar tempat tidur di sisi yang tidak
ada perawat, untuk menjaga keselamatan
pasien agar tidak jatuh.
6. Tempatkan perlak dibawah klien

7. Posisikan klien :
A. Klien wanita :
(1) Berikan klien posisi dorsal recumbent (terlentang
dengan lutut fleksi). Bantu klien untuk
merilekskan paha untuk memudahkan
menggerakkan paha.
(2) Berikan klien posisi Sims (jika klien tidak bisa
berada pada posisi supine). Jika posisi ini
digunakan, perawat harus ekstra precaution
untuk menutupi area rectal dengan duk selama
prosedur untuk menghindari resiko
terkontaminasi.
B. Klien Pria
(1) Berikan klien posisi supine dengan posisi paha
abduksi

8. Menyelimuti / menutup tubuh klien


A. Klien wanita : selimuti klien dengan selimut, dari
ujung kaki hingga diatas perineum.
B. Klien pria : selimuti tubuh atas klien dan
ekstremitas bawah klien. Pajankan hanya bagian
genitalia.

9. Gunakan handscoon bersih, bersihkan area


perineal dengan sabun dan air jika diperlukan
10. Posisikan lampu menerangi area perineal
11. Cuci tangan
12. Buka kemasan urin bag, letakkan pada bagian
bawah sisi tempat tidur
13. Dekatkan semua alat pada posisi yang mudah
dijangkau
14. Gunakan sarung tangan steril
15. Atur dan persiapkan alat dalam bak steril
instrument :
buka kemasan steril kateter, siapkan
kapas alkohol, siapkan lubricant, dan syringe.
16. Sebelum memasang indwelling catheter, tes
balon dengan menginjeksikan cairan dari spuit
kedalam lubang balon. Balon akan
mengembang penuh tanpa adanya kebocoran.
Tarik kembali cairan.
17. Lumasi kateter 2,5 – 5 cm (1-2 inch) untuk wanita
dan 12,5 – 17,5 cm (5-7 inch) untuk pria
18. Gunakan duk bolong steril

19. Bersihkan urethral meatus


A. Klien wanita
(1) Dengan tangan non dominant, regangkan labia
untuk pemajanan urethral meatus. Pertahankan
tangan non dominan pada prosedur ini.
(2) Gunakan pinset steril di tangan dominan, ambil
kapas alkohol dan bersihkan area perineal. Arah
usap dari atas kebawah, dari klitoris menuju
anus. Satu kapas alkohol untuk satu kali usapan.
Usap dari lipatan labia terjauh, lipatan labia
terdekat, kemudian bagian tengah dari urethal
meatus.
B. Klien pria
(1) Jika klien belum disirkumsisi, regangkan
preputium dengan tangan non dominan. Pegang
batang penis, regangkan meatus urethral
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk.
Pertahankan tangan non dominan pada
prosedur ini.
(2) Dengan tangan dominan, ambil kapas alkohol
dengan pinset dan bersihkan penis. Bersihkan
area dengan gerakan melingkar dari urethral
meatus ke pangkal kelenjar sebanyak 3 kali.
satu kapas alkohol untuk satu kali usapan.

20. Ambil kateter dengan tangan dominan,


pegang ujung kateter, gulung di telapak tangan
dominan.
21. Masukkan kateter :
A. Klien wanita
(1) anjurkan klien untuk menarik nafas dalam,
jangan mengedan, dan secara perlahan-lahan
masukkan kateter melalui urethral meatus
(2) masukkan kateter sedalam 5-7,5 cm (2-3
inch) pada orang dewasa atau sampai urin mengalir
keluar kateter. lalu masukkan kembali 2,5-5 cm (1-2
inch).
(3) lepaskan labia, dan pegang kateter dengan
tangan non dominan
B. Klien pria
(1) posisikan penis dalam posisi tegak
(2) anjurkan klien untuk menarik nafas dalam,
jangan mengedan, dan secara perlahan-lahan
masukkan kateter melalui urethral meatus
(3) masukkan kateter 17-22,5 cm (7-9 inch)
pada orang dewasa
atau sampai urin mengalir keluar kateter. Jika
urin telah keluar, masukkan kateter lebih dalam. Jika
terasa hambatan jangan paksakan mendorong ke
dalam uretra.
(4) kembalikan penis ke posisi awal dan
pegang kateter dengan tangan non dominan

22. Kumpulkan specimen urin jika diperlukan.


Isi tempat specimen 20 – 30 ml sesuai yang
dibutuhkan dengan cara memegang ujung kateter
dengan tangan dominan
23. Kembangkan balon pada kateter dengan
cara memasukkan sejumlah cairan yang telah
ditentukan
a. ketika memegang kateter dengan tangan
non dominant, pegang ujung kateter dan posisikan
diantara jari pertama dan jari kedua dari tangan non
dominan
b. dengan tangan dominan, tempatkan syringe
pada lubang injeksi kateter
b. secara perlahan injeksikan sejumlah cairan.
Jika klien mengeluh tiba-tiba nyeri, aspirasi cairan
dan masukan kateter lebih dalam
c. setelah mengembangkan balon dengan
baik, tarik kateter perlahan hingga merasakan
adanya tahanan.
24. hubungkan ujung kateter pada selang urin
bag. Tempatkan urin bag dengan posisi bergantung
lebih rendah dari klien (posisi gravitasi)

25. menjaga kepatenan kateter :


A. Klien wanita : rekatkan selang kateter pada
bagian dalam paha
B. Klien pria : rekatkan selang kateter diatas
paha atau dibawah abdomen (dengan penis
mengarah ke arah dada/ abdomen)

26. Berikan klien posisi yang nyaman


27. Rapikan alat
28. Cuci tangan

EVALUASI
1. Palpasi bladder
2. Berikan tingkat kenyamanan pada klien
3. Observasi karakteristik dan jumlah urin dalam urin
bag
4. Pastikan bahwa tidak ada kebocoran urin baik dari
kateter maupun dari selang penyambung
keterangan:
0 = tidak dilakukan/disebut sama sekali
1 =dilakukan tapi kurang sempurna
2 =disebut/ dilakukan dengan sempurna

* Critical point ( item yang harus dilakukan)


Batas lulus 75% , dengan tidak ada critical point yang bernilai = 0

Nilai

= Total skor (..... ) x100 %


44
Singkawang, ...... 2015

Penguji,
BAB VII DAFTAR PUSTAKA

DeCapite,T.,A.Richards.No Date.Nosocomial Urinary tract Infection


Http://www.Hopkins.heic.org/Infectious diseases/Urinarv tract.htm.
Diakses 25 November 2015.
Saint, S. No date. Prevention of Nosocomial Urinary Tract Infections. (On
Line). Http://ahcpr.gov/clinic/ptsafetv/chap 15a.htm. Diakses 25
November 2015.
Saint, S. No date. Prevention of Nosocomial Urinary Tract Infections. (On
Line). Http://ahcpr.gov/clinic/ptsafetv/chap15b.htm. Diakses 25
November 2015.
Hall,J. 2003. CatheterizationBasics. (On line)
Http://www.nursingceu.com/NCEU/courses/cath/. Diakses 25
November 2015.
Senat Mahasiswa Fakultas Kedoktran Universitas Gadjah Mada. 1988.
Penuntun Tindakan Medik bagi Dokter Umum. Andi Ofset, Yogyakarta. Hal.
1-2.
Tim Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 2000. Panduan
Praktek Profesi Keperawatan. Jakarta.
PENDAHULUAN

1.1 Deskripsi singkat SISTEM ENDOKRIN


Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang nengirimkan
hasil sekresinya langsung ke dalam darah ang beredar dalam jaringan kelenjar
tanpa melewati duktus atau saluran dan hasil sekresinya disebut hormon.
Secara umum sistem endokrin adalah sistem yang berfungsi untuk
memproduksi hormon yang mengatur aktivitas tubuh. Terdiri atas kelenjar tiroid,
kelenjar hipofisa/putuitari, kelenjar pankreas, kelenjar kelamin, kelenjar
suprarenal, kelenjar paratiroid dan kelenjar buntu. Beberapa dari organ endokrin
ada yang menghasilkan satu macam hormon (hormon tunggal) disamping itu juga
ada yang menghasilkan lebih dari satu macam hormon atau hormon ganda
misalnya kelenjar hipofise sebagai pengatur kelenjar yang lain.
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya,
medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf
(neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua
kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf. Bila sistem endokrin
umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja melalui
neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.
Kelenjar endokrin melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah .
Kelenjar endokrin ini termasuk hepar, pancreas (kelenjar eksokrin dan endokrin),
payudara, dan kelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya, Kelenjar eksokrin
melepaskan sekresinya kedalam duktus pada permukaan tubuh, sepertikulit, atau
organ internal, seperti lapisan traktusintestinal.
Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon
di dalam darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi
tubuh.
Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus
diatur dalam batas-batas yang tepat. Tubuh perlu merasakan dari waktu ke waktu
apakah diperlukan lebih banyak atau lebih sedikit hormon.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Endokrin berasal dari bahasa Yunani yang artinya “sekret ke dalam”.
Kelenjar buntu menghasilkan sekret tidak melalui saluran tertentu , akan tetapi
langsung masuk sirkulasi ke dalam darah yaitu hormon ( merangsang).
Kelenjar endokrin bukanlah kelenjar buangan, kelenjar endokrin memiliki
efek sekresi yang artinya setelah di keluarkan akan di proses dan di gunakan
kembali. Sekresi tersebut menghasilkan hormon yang akan di sekresikan melalui
peredaran darah lalu sampai pada target sel. Kelenjar endokrin ini bekerja dengan
mekanisme feed back yang artinya pasti akan ada timbal balik dari organ tujuan
tadi yang berupa efek.
Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf untuk mengatur dan
mengkoordinasi aktivitas tubuh. Pengendalian endokrin di perantarai oleh
pembawa pesan kimia yang disebut hormon, hormon ini dilepas oleh kelenjar
endokrin ke dalam cairan tubuh, di absorbsi ke dalam aliran darah, dan di bawa
melalui sistem sirkulasi menuju jaringan atau sel target.
Hormon mempengaruhi sel target melalui reseptor hormon, yaitu molekul
protein yang memiliki sifat pengikat untuk hormon tertentu. Respon hormonal
tubuh biasanya lebih lambat, durasi lebih lama, dan distribusinya lebih luas dari
pada respons langsung otot dan kelenjar terhadap stimulus sistem saraf.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Gambaran umum sistem endokrin
Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf untuk mengatur dan
mengkoordinasi aktivitas tubuh. Pengendalian endokrin di perantarai oleh
pembawa pesan kimia yang disebut hormon, hormon ini dilepas oleh kelenjar
endokrin ke dalam cairan tubuh, di absorbsi ke dalam aliran darah, dan di bawa
melalui sistem sirkulasi menuju jaringan atau sel target.
Hormon mempengaruhi sel target melalui reseptor hormon, yaitu molekul
protein yang memiliki sifat pengikat untuk hormon tertentu. Respon hormonal
tubuh biasanya lebih lambat, durasi lebih lama, dan distribusinya lebih luas dari
pada respons langsung otot dan kelenjar terhadap stimulus sistem saraf.
Kelenjar endokrin tidak memiliki duktus. Kelenjar ini mengsekresi langsung
ke dalam cairan jaringan di sekitar sel-selnya. Kelenjar endokrin biasanya
mengsekresi lebih dari satu jenis hormon (kelenjar paratiroid yang hanya
mengsekresi hormon para tiroid merupakan suatu pengecualian). Dalam tubuh
manusia telah diidentifikasi sekitar 40 sampai 50 jenis hormon. Hormon-hormon
baru ditemukan di berbagai bagian tubuh termasuk di saluran gastrointestinal,
sistem saraf pusat, dan saraf perifer.
Konsentrasi hormon dalam sirkulasi rendah. Hormon yang bersirkulasi dalam
aliran darah hanya sedikit jika di bandingkan dengan zat aktif biologis lainnya,
seperti glukkosa dan kolesterol. Walaupun hormon dapat mencapai sebagian besar
sel tubuh, hanya sel target tertentu yang memiliki reseptor spesifik yang dapat di
pengaruhi.
Kelenjar endokrin memiliki persediaan pembuluh darah yang baik. Secara
mikrobiologis, kelenjar tersebut terdiri dari korda atau sejumlah sel sektori yang
dikelilingi banyak kapiler dan di topang jaringan ikat.
Sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam.
Kortisol adalah contoh hormon diurnal. Kadar kortisol meningkat pada pagi hari
dan turun pada malam hari. Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik naik turun
sepanjang waktu tertentu, seperti bulanan. Estrogen adalah non siklik dengan
puncak dan lembahnya menyebabkan siklus menstruasi. Tipe sekresi hormonal
yang ketiga adalah variabel dan tergantung pada kadar subtrat lainnya. Hormon
paratiroid disekresi dalam berespons terhadap kadar kalsium serum.
Hormon bekerja dalam sistem umpan balik, yang memungkinkan
tubuh untuk dipertahankan dalam situasi lingkungan optimal. Hormon mengontrol
laju aktivitas selular.Hormon tidak mengawali perubahan biokimia, hormon hanya
mempengaruhi sel-sel yang mengandung reseptor yang sesuai, yang melakukan
fungsi spesifik.
Hormon mempunyai fungsi dependen dan interdependen.
Pelepasan hormon dari satu kelenjar sering merangsang pelepasan hormon dari
kelenjar lainnya. Hormon secara konstan di reactivated oleh hepar atau
mekanisme lain dan diekskresi oleh ginjal.

3.2 Jenis-jenis kelenjar dalam sistem endokrin


1. Kelenjar hipofisis anterior dan posterior
Hipofisis disebut juga kelenjar pituitary. Hipofisis merupakan
kelenjar kecil di rongga bertulang terletak di dasar otak dibawah hipotalamus
sekitar 2cm. Dihubungkan ke hipolalamus oleh tangkai kecil (infundibulum).
Kelenjar hipofisis disebut master gland karena dapat menghasilkan hormon dan
hormon yang dihasilkan oleh hipofisis dapat merangsang kelenjar lain untuk
menghasilkan hormon lain.
a) Kelenjar hipofisis posterior
Secara embriologis kelenjar hipofisis posterior berasal dari pertumbuhan
otak yang terdiri dari jaringan saraf (neurohipofisis). Hipofisis posterior di
hubungkan ke hipotalamus mealuil jalur saraf. Hipofise
posterior membentuk sistem neurosekresi yang mengeluarkan vasopresin
dan oksitosin. Pengeluaran hormon dari hipofise posterior dikontrol oleh
hipotalamus.
Hipofisis posterior terdiri dari hormon oxytosin yang berfungsi untuk
regulasi kontraksi rahim dan membantu dalam proses pengeluaran asi setelah
melahirkan, hormon relaxin yang berfungsi membukanya simphisis pubis, dan
ADH (Anti Diuretika Hormon) atau pitressin atua vasopressin yang berfungsi
untuk mencegah agar urin yang keluar tidak terlalu banyak ( in put = out put)
b) Kelenjar hipofisis anterior
Kelenjar hipofisis anterior terdiri dari jaringan epitel kelenjar yang berasal dari
penonjolan atap mulut yang disebut adenohipofisis. Hipofisis anterior di
hubungkan melalui pembuluh darah. Pengeluaran hormon dari anterior dikontrol
oleh hipotalamus. Hormon yg dikeluarkan hipofise anterior yaitu:
1) hormon pertumbuhan ( growth hormon atau GH )
Hormon ini bekerja pada tulang, otot, tulang rawan, kulitdan bekerjanya
sangat terbatas. Pada pria sejak lahir sampai dengan 21 tahun dan pertmbuhan
drastisnya terjadi pada usia 13 sampai 16 tahun. Pada wanita sejak lahir hingga
usia 18 tahun, dan pertumbuhan drastisnya terjadi saat usia 9 sampai 12 tahun.
GH ini sangat dipengaruhi oleh kadar glukosa dalam darah contohnya bila
selesai makan kadar gula dlm darah akan meningkat, dan GH tidak bekerja. Bila
kadar gula dalam darah menurun, GH bekerja secara maksimal. Bila GH bekerja
normal maka tubuh akan normal. Bila hipersekresi maka tubuh manusia akan
menjadi raksasa (giant). Bila hiposekresi maka tubuh manusia akan menjadi
kerdil/cebol.

2) Thyroid stimulating hormon ( TSH atau tirotropin)


Hormon ini mempengaruhi kelenjar thyroid. Hormon ini menghasilkan
thyroksin (t4), liotironin (t3) dan kalsitonin.

3) Hormon Adrenokortikotropik ( ACTH)


Hormon ini dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu Glukokortikoid
sebagai penghasil gula, Mineralokortikoid fungsinya mengatur keseimbangan ion
Na dan ion K, dan Gonadokortikoid. Gonadokortiroid untuk wanita adalah
hormon estrone & progesterone, sedangkan untuk pria adalah hormon
testosterone.

4) Prolaktin (PRL)
Hormon ini berfungsi pada saat persiapan produksi air susu ibu (asi).

5) Gonadotropin hormon (GTH)


Hormon ini menghasilkan FSH (follicle stimulating hormon) dan LH
(luteinizing hormon) atau ICSH (interstitial cell stimulating hormon). Pada wanita
FSH berfungsi untuk mematangkan sel telur sedangkan LH berfungsi menebalkan
dinding rahim dan mempertahankan implantasi janin. Sedangkan pada pria FSH
berfungsi mematangkan spermatogonium yang akan menjadi
spermatozoasedangkan LH atau ICSH akan menghasilkan sel leydig yang
memproduksi hormon testosterone.
Hormon pelepas (releasing) dan penghambat (inhibiting)
hipotalamus disalurkan ke hipofise melalui sistem porta hipotalamus - hipofisis
untuk mengontrol sekresi hormon hipofise anterior . Hormon pengatur
hipotalamus mencapai hipofise anterior melalui jalur vaskuler khusus ke sistem
porta hipotalamus – hipofise. Sekresi hormon anterior dirangsang atau dihambat
oleh 7 hormon hipofisiotropik yang terdiri dari Thyrotropin releasing hormon
(TRH), Cortikotropin releasing hormon (CRH), Gonadotropin releasing hormon
(GNRH), Growth hormon releasing hormon (GHRH), Prolacting releasing
hormon (PRH) hormon ini menghambat, Prolactin -relasing hormon (PRH)
mengeluarkan, menghambat, dan Prolakting inhibiting hormon (menghambat)
Gambar 1 Kelenjar hipofisis anterior dan posterior

2. Kelenjar Tiroid
Terdiri atas 2 buah lobus yang terletak disebelah kanan dari trakea diikat
bersama oleh jaringan tiroid yang menyatu di bagian tengah oleh bagian sempit
kelenjar yang berbentuk seperti dasi kupu-kupu dan yang melintasi trakea di
sebelah depan. Merupakan kelenjar yang terdapat di dalam leher bagian depan
bawah, letaknya berada di atas trakea, tepat dibawah laring.
Kelenjar ini menghasilkan hormon tiroid. Hormon tiroid ini dibagi menjadi 2
jenis yaitu yang mengandung tiroksin (t4 ) dan triioditironin ( t3 ). Di luar tiroid
sebagian besar t4 yg disekresikan diubah jadi t3. Sebagian besar t3 dan t4
diangkut di darah dalam keadaan terikat ke protein plasma tertentu.
Sel sekretorik utama hormon tiroid tersusun membentuk gelembung berongga
berisi koloid yang membentuk unit fungsional yaitu folikel dan menjadi sel
folikel. Di ruang interstisium diantara folikel terdapat sel sekretorik ( sel c) yang
menghasilkan hormon kalsitonin. Sel folikel memfagosit koloid berisi tiroglobulin
untuk melakukan sekresi hormon tiroid.
Atas pengaruh hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise lobus anterior,
kelenjar tiroid ini dapat memproduksi hormon tiroksin. Adapun fungsi dari
hormon tiroksin yaitu mengatur metabolisme tubuh baik metabolisme karbohidrat,
protein dan lipid. Hormon Liotironin yang merupakan bahan baku thyroksin
dengan syarat harus ada ion iodium yang terdapat di dekat laut atau hasil dari laut
seperti ikan, garam yang beriodium. Hormon Kalsitonin yang merupakan bahan
baku pembentukkan parathormon yang juga disekresikan oleh kelenjar
parathyroid dan berfungsi untuk mengatur kadar kalsium (ion Ca2+) dalam darah.
Struktur kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel-vesikel yang
dibatasi oleh epitelium silinder, disatukan oleh jaringan ikat. Sel-selnya
mengeluarkan sera, cairan yang bersifat lekat yaitu Koloidae tiroid yang me-
ngandung zat senyawa yodium dan dinamakan hormon tiroksin.
Fungsi kelenjar tiroid, terdiri dari:
a) Bekerja sebagai perangsang proses oksidasi.
b) Mengatur penggunaan oksidasi.
c)Mengatur pengeluaran karbondioksida.
d) Metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan.
e)Pada anak mempengaruhi perkembangan fisik dan mental.

Hormon yang dihasilkan dari kelenjar Tiroid beserta fungsinya


Hipofungsi dapat menyebabkan penyakit kretinismus dan penyakit miksedema
sedangkan Hiperfungsi menyebabkan penyakit eksotalmikgoiter.

Gambar 2 kelenjar tiroid


3. Kelanjar Paratiroid
Terletak disetiap sisi kelenjar tiroid yang terdapat di dalam leher, kelenjar ini
bedumlah 4 buah yang tersusun berpasangan yang menghasilkan para hormon
atau hormon para tiroksin. Masing-masing melekat pada bagian belakang kelenjar
tiroid, kelenjar paratiroid menghasilkan hormon yang berfungsi mengatur kadar
kalsium dan fosfor di dalam tubuh. Kelenjar paratiroid memiliki panjang kira-kira
6 mm, lebar 3 mm, dan tebal 2 mm. Jika dilihat secara mikroskopik kelenjar ini
terlihat seperti lemak berwarna coklat kehitam-hitaman. Kelenjar ini sulit
ditemukan karena tampak seperti lobus kelenjar tiroid. Fungsi paratiroid adalah
Mengatur metabolisme fospor dan Mengatur kadar kalsium darah.

Hipofungsi, mengakibatkan penyakit tetani. Contohnya pada keadaan


Hipoparatiroidisme terjadi kekurangan kalsium di dalam darah atau hipokalsemia
mengakibatkan keadaan yang disebut tetani, dengan gejala khas kejang khususnya
pada tangan dan kaki disebut karpopedal spasmus, gejala-gejala ini dapat
diringankan dengan pemberian kalsium.
Hiperfungsi, mengakibatkan kelainan-kelainan seperti kelemahan pada otot-
otot, sakit pada tulang, kadar kalsium dalam darah meningkat begitu juga dalam
urin, dekolsifikasi dan deformitas, dapat juga terjadi patah tulang spontan.
Contohnya pada keadaan Hiperparatiroidisme biasanya ada sangkut pautnya de-
ngan pembesaran (tumor) kelenjar. Keseimbangan distribusi kalsium terganggu,
kalsium dikeluarkan kembali dari tulang dan dimasukkan kembali ke serum darah.
Akibatnya terjadi penyakit tulang dengan tanda-tanda khas beberapa bagian
kropos. disebut osteomielitis fibrosa sistika karena terbentuk kristal pada tulang,
kalsiumnya diedarkan di dalam ginjal dan dapat menyebabkan batu ginjal dan
kegagalan ginjal. Kelainan-kelainan di atas dapat juga terjadi pada tumor kelenjar
paratiroid.
Gambar 3 kelenjar paratiroid
4. Kelenjar Adrenal
Merupakan kelenjar suprarenal yang jumlahnya ada 2, terdapat pada bagian
atas dari ginjal kiri dan kanan. Ukurannya berbeda-beda, beratnya rata-rata 5
sampai dengan 9 gram. Secar struktural dan fungsional kelenjar adrenal terdiri
dari 2 kelenjar endokrin yg menyatu yaitu bagian korteks dan medulla. Kelenjar
suprarenal ini terbagi atas 2 bagian yaitu:
a) Bagian luar yang berwarna kekuningan yang menghasilkan kortisol yang disebut
korteks. Korteks adrenal ini secara histologis terdiri dari 3 lapisan (zona), yaitu
Zona glomerulosa yang menghasilkan mineralokortikoid (95 % aldosteron) yang
berfungsi untuk keseimbangan elektrolit dan homeostasis tekanan darah, Zona
fasikulata ( menghasilkan glukokortikoid) yang memiliki efek metabolik ,
berperan dalam adaptasi thd stress, dan Zona retikularis (glukokortikoid) dan
hormon kelamin / seks (gonadokortikoid).
b) Bagian medula yang menghasilkan adrenalin (epinefrin) dan nor adrenalin (nor
epinefrin). Medula adrenal ini terdiri dari sel-sel kromafin ( modifikasi neuron
simpatis) yg bergerombol di sekitar kapiler darah dan sinusoid. Bagian ini
Mensekresi katekolamin ( neuron pascaganglion yg mengalami modifikasi ) yaitu
Epinefrin yang merangsang jantung, saraf simpatis dan aktifitas metabolik dan
Norepinefrin yang mempengaruhi vasokonstriksi perifer dan tek darah.
Zat-zat ini disekresikan dibawah pengendalian sistem persarafan simpatis.
Sekresinya bertambah dalam keadaan emosi seperti marah dan takut, serta dalam
keadaan asfiksia dan kelaparan. Peningkatan jumlah zat menaikkan tekanan darah
guna melawan shok. Sedangkan Noradrenalin menaikan tekanan darah dengan
jalan merangsang serabut otot didalam dinding pembuluh darah untuk
berkontraksi, adrenalin membantu metabolisme kar-bohidrat dengan jalan
menambah pengeluaran glukosa dari hati.
Beberapa hormon terpenting yang disekresikan oleh korteks adrenal adalah
Hidrokortison, Aldosteron dan Kortikosteron. Semuanya bertalian erat dengan
metabolisme, pertumbuhan fungsi ginjal dan kondisi otot.
Fungsi kelenjar supra renalis bagian korteks yaitu Mengatur keseimbangan air,
elektrolit dan garam, Mengatur/mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang
dan protein, dan Mempengaruhi aktifitas jaringan limfoid. Fungsi kelenjar
suprarenalis bagian medula terdiri dari Vaso konstriksi pembuluh darah perifer
dan Relaksasi bronkus.
Hipofungsi, menyebabkan penyakit addison. sedangkan Kelainan-kelainan
yang timbul akibat hiperfungsi mirip dengan tumor suprarenal bagian korteks
dengan gejala-gejala pada wanita biasa, terjadinya gangguan pertumbuhan seks
sekunder.

Gambar 4 Kelenjar Adrenal


5. Pankreas
Terdapat pada belakang lambung di depan vertebra lumbalis I dan II terdiri
dari sel-sel alpa dan beta. Sel alpa menghasilkan hormon glukagon sedangkan sel-
sel beta menghasilkan hormon insulin. Hormon yang diberikan untuk pengobatan
diabetes, insulin merupakan sebuah protein yang dapat turut dicernakan oleh
enzim-enzim pencernaan protein. Fungsi hormon insulin adalah mengendalikan
kadar glukosa dan bila digunakan sebagai pengobatan, memperbaiki kemampuan
sel tubuh untuk mengobservasi dan menggunakan glukosa dan lemak.
Pulau Langerhans, Pulau-pulau langerhans berbentuk oval tersebar di seluruh
pankreas dan terbanyak pada bagian kedua pankreas.Dalam tubuh manusia
terdapat 1-2 juta pulau-pulau langerhans, sel dalam pulau ini dapat dibedakan atas
dasar granulasi dan pewarnaannya separuh dari sel ini mensekresi insulin, yang
lainnya menghasilkan polipeptida dari pankreas diturunkan pada bagian eksokrin
pankreas.
Fungsi kepulauan Langerhans adalah Sebagai unit sekresi dalam pengeluaran
homeostatik nutrisi, rnenghambat sekresi insulin, glikogen dan polipeptida
pankreas serta mengnambat sekresi glikogen. Pulau Langerhans ini mengeluarkan
Sel alfa yang mensekresi hormon Glukagon untuk meningkatkan kadar gula
darah, Sel beta yang mensekresi hormon Insulin yang fungsinya
untuk menurunkan kadar gula darah, Sel delta mensekresi hormon Somatostatin
yang fungsinya menghambat pelepasan insulin dan glucagon, dan Sel f yang
menghasilkan polipeptida pankreatik dan fungsinya untuk mengatur fungsi
eksokrin pancreas.
Gambar 5 Pankreas
6. Kelenjar Pineal
Kelenjar ini terdapat di dalam otak, di dalam ventrikel berbentuk kecil merah
seperti sebuah Gemara. Terletak dekat korpus. Fungsinya belum diketahui dengan
jelas, kelenjar ini menghasilkan sekresi interns dalam membantu pankreas dan
kelenjar kelamin. Hormon yang dihasilkan adalah hormon melatonin yang
fungsinya untuk mengatasi jet lag atau perbedaan waktu antara negara bagi yg
bepergian. Melatonin ini paling banyak di produksi pada malam hari, dan paling
rendah pada jam 12 siang .
Gambar 6 Kelenjar Pineal
7. Kelenjar Timus
Kelenjar ini terletak di dalarn mediastinum di belakang os sternum, kelenjar
timus ini hanya dijumpai pada anak-anak di bawah 18 tahun. Kelenjar timus
terletak di dalam toraks kira-kira setinggi bifurkasi trakea, warnanya kemerah-
merahan dan terdiri atas 2 lobus. Pada bayi baru lahir sangat kecil dan beratnya
kira-kira 10grarn atau lebih sedikit. Ukurannya bertambah pada masa remaja dari
30-40 gram kemudian berkerut lagi. Kelenjar timus ini merupakan penghasil
hormon peptida yaitu timosin dan timopietin yang berfungsi dalam
perkembangan normal lymfosit dan respon imun tubuh. Hormon yang dihasilkan
kelenjar timus berfungsi untuk mengaktifkan pertumbuhan badan dan mengurangi
aktifitas kelenjar kelamin.
Gambar 7 Kelenjar Timus
8. Kelenjar Kelamin
Kelenjar kelamin ini terdiri dari kelenjar Testika yang terdapat pada pria.
Letaknya di skrotum dan menghasilkan hormon testosteron. Fungsi hormon
testosterone adalah menentukan sifat kejantanan, misalnya adanya jenggot, kumis,
jakun dan lain-lain, menghasilkan sel mani (spermatozoid) serta mengontrol
pekerjaan seks sekunder pada laki-laki. Dan kelenjar ovarika yang terdapat pada
wanita dan terletak pada ovarium di samping kiri dan kanan uterus. Kelenjar ini
menghasilkan hormon progesteron dan estrogen, hormon ini dapat mempengaruhi
pekerjaan uterus serta memberikan sifat kewanitaan, misalnya pinggul yang besar,
bahu sempit dan lain-lain.
Gambar 8 Kelenjar Testika dan Kelenjar Ovarika
3.3 Struktur endokrin lain penghasil hormon
1. Jantung, faktor atrial natriuretic yang menyebabkan urine bergaram
2. Gaster, yang menghasilkan gastrin dan berfungsi untuk membantu dalam proses
gerak peristaltik yang teratur pada lambung, membentuk makanan yang padat
menjadi lunak atau dalam bentuk cair (chime) sehingga mudah dicerna oleh usus
halus
3. Plasenta, hormon estrogen dan hormon progesteron, HCG ( tes kehamilan)
4. Ginjal, hormon eritropoietin yang produksi eritrosit
5. Kulit, kolekalsiferol yang menyebabkan Vitamin D tidak aktif dan sinar matahari
yang diaktifkan di ginjal membuat vit d3 lalu absorpsi ion Ca dari usus.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Sistem
endokrin memiliki fungsi untuk mempertahankan hemoestatis, membatu
mensekresikan hormon-hormon yang bekerja dalam sistem persyarafan,
pengaturan pertumbuhan dan perkembangan dan kontrol perkembangan seksual
dan reproduksi.
4.2 Saran
Pada sistem endokrin ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan, baik
karena bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau kesalahan
mengkonsumsi makanan. Untuk itu jagalah kesehatan anda agar selalu dapat
beraktivitas dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Slonane.Ethel, 2004, Anatomi Fisiologi Untuk Pemula, alih bahasa James


Veldran, Jakarta: EGC
Gibson.John, 2003, Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat Edisi 2, alih
bahasa dr.Bertha Sugiarto, Jakarta: EGC
Diah KD.Sansri, 2013, Anatomi Fisiologi Sistem Endokrin.pptx , Bandung:
Poltekkes Bandung
Ellyzar M. Adil, 2009, SISTEM ENDOKRIN.pptx BIOLOGI FMIPA UI, Jakarta:
FMIPA UI
Syaifuddin (2009)., Anatomi Tubuh Manusia, untuk mahasiswa Keperawatan,
edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Syaifuddin (2010)., Fisiologi Tubuh Manusia, untuk mahasiswa Keperawatan,
edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Syaifuddin (2010)., Anatomi Tubuh Manusia (Atlas Berwarna Tiga Bahasa).,
edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
PENDAHULUAN

SISTEM IMUN

1.1 LATAR BELAKANG

Untuk melawan benda asing, tubuh memiliki sistem pertahanan yang saling
mendukung.Epidermis yang berfungsi sebagai pertahanan fisik, dibantu oleh
airmata, sebum, ludah, dan getah lambung yang mengandung unsure pertahanan
kimiawi.
Sistem pertahanan tubuh merupakan gabungan sel, molekul, dan jaringan yang
berperan dalam rseistensi terhadap bahan atau zat yang masuk kedalam tubuh.
Jika bakteri pathogen berhasil menembus garis pertahanan pertama, tubuh
melawan serangan dengan reaksi radang(inflamasi) atau reaksi imun yang
spesifik. Reaksi yang dikoordinasikan sel-sel dan molekul-molekul terhadap
banda asing yang masuk kedalam tubuh disebut respon imun. Sistem imun ini
sangat diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya
yang dapat ditimbulakn oleh berbagai bahan atau zat dari lingkungan hidup.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Membahas tentang Pengertian imunologi


2. mengetahui Fungsi Sistem Imun
3. Mengetahui Macam-macam Sistem Kekebalan Tubuh
4. mengetahui Jenis-jenis Antibodi
5. Mengetahui Faktor-faktor Yang Merendahkan Sistem Keimunan
5. Mengetahui Penyakit Akibatkan Ketidakseimbangan Sistem Imun
6. Maksud dari Antibodi-imunologlobulin
7. Apa saja Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN IMUNOLOGI

Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses pertahanan atau


imunitas terhadap senyawa makromolekuler atau organisme asing yang masuk
kedalamtubuh. Secara historisistilahini kemudian digunakan untuk menjelaskan
perlindungan terhadap penyakit infeksi. Untuk melindungi dirinya, tubuh
memerlukan mekanisme yang dapat membedakan sel-sel itu sendiri (Self)
dariagen-agen penginvasi (nonself).

Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh


luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika
sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh
terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing
lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi
tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang
menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan
juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini
juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

2.2 FUNGSI SISTEM IMUN

 Sistem imun memiliki beberapa fungsi bagi tubuh, yaitu sebagai:


Pertahanan tubuh, yaitu menangkal bahan berbahaya agar tubuh tidak
sakit, dan jika sel-sel imun yang bertugas untuk pertahana ini
mendapatkan gangguan atau tidak bekerja dengan baik, maka oranmg akan
mudah terkena sakit
 Keseimbangan, atau fungsi homeostatik artinya menjaga keseimbangan
dari komponen tubuh.
 Perondaan, sebagian dari sel-sel imun memiliki kemampuna untuk
memantau ke seluruh bagian tubuh. Jika ada sel-sel tubuh yang mengalami
mutasi maka sel peronda tersebut akan membinasakannya.

2.3 MACAM-MACAM SISTEM KEKEBALAN TUBUH

Sistem kekebalan tubuh manusia dibagi 2 yaitu:

1. Sistem kekebalan tubuh non spesifik

Disebut juga komponen nonadaptif atau innate, atau imunitas alamiah,


artinya mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan hanya untuk satu jenis
antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen. Imunitas alamiah sudah ada sejak
bayi lahir dan terdiri atas berbagai macam elemen non spesifik.Jadi bukan
merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu.

 Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap pertama

Proses pertahanan tahap pertama ini bisa juga diebut kekebalan tubuh alami.
Tubuh memberikan perlawanan atau penghalang bagi masuknya patogen/antigen.
Kulit menjadi penghalan bagi masuknya patogen karena lapisan luar kulit
mengandung keratin dan sedikit air sehingga pertumbuhan mikroorganisme
terhambat. Air mata memberikan perlawanan terhadap senyawa asing dengan cara
mencuci dan melarutkan mikroorganisme tersebut. Minyak yang dihasilkan oleh
Glandula Sebaceae mempunyai aksi antimikrobial. Mukus atau lendir digunakan
untuk memerangkap patogen yang masuk ke dalam hidung atau bronkus dan akan
dikeluarkjan oleh paru-paru. Rambut hidung juga memiliki pengaruh karenan
bertugas menyaring udara dari partikel-partikel berbahaya. Semua zat cair yang
dihasilkan oleh tubuh (air mata, mukus, saliva) mengandung enzimm yang disebut
lisozim. Lisozim adalah enzim yang dapat meng-hidrolisis membran dinding sel
bakteri atau patogen lainnya sehingga sel kemudian pecah dan mati. Bila patogen
berhasil melewati pertahan tahap pertama, maka pertahanan kedua akan aktif.

 Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap ke dua

Inflamasi merupakan salah satu proses pertahanan non spesifik, dimana jika
ada patogen atau antigen yang masuk ke dalam tubuh dan menyerang suatu sel,
maka sel yang rusak itu akan melepaskan signal kimiawi yaitu histamin. Signal
kimiawi berdampak pada dilatasi(pelebaran) pembuluh darah dan akhirnya pecah.
Sel darah putih jenis neutrofil,acidofil dan monosit keluar dari pembuluh darah
akibat gerak yang dipicu oleh senyawa kimia(kemokinesis dan kemotaksis).
Karena sifatnya fagosit,sel-sel darah putih ini akan langsung memakan sel-sel
asing tersebut. Peristiwa ini disebut fagositosis karena memakan benda padat, jika
yang dimakan adalah benda cair, maka disebut pinositosis.

Makrofag atau monosit bekerja membunuh patogen dengan cara


menyelubungi patogen tersebut dengan pseudopodianya dan membunuh patogen
dengan bantuan lisosom. Pembunuh dengan bantuan lisosom bisa melalui 2 cara
yaitu lisosom menghasilkan senyawa racun bagi si patogen atau lisosom
menghasilkan enzim lisosomal yang mencerna bagian tubuh mikroba. Pada bagian
tubuh tertentu terdapat makrofag yang tidak berpindah-pindah ke bagian tubuh
lain, antara lain : paru-paru(alveolar macrophage), hati(sel-sel Kupffer), ginjal(sel-
sel mesangial), otak(sel–sel microgial), jaringan penghubung(histiocyte) dan pada
nodus dan spleen. Acidofil/Eosinofil berperan dalam menghadapi parasit-parasit
besar. Sel ini akan menempatkan diri pada dinding luar parasit dan melepaskan
enzim penghancur dari granul-granul sitoplasma yang dimiliki.
Selain leukosit, protein antimikroba juga berperan dalam menghancurkan
patogen. Protein antimikroba yang paling penting dalam darah dan jaringan
adalah protein dari sistem komplemen yang berperan penting dalam proses
pertahan non spesifik dan spesifik serta interferon. Interferon dihasilkan oleh sel-
sel yang terinfeksi oleh virus yang berfungsi menghambat produksi virus pada sel-
sel tetangga. Bila patogen berhasil melewati seluruh pertahanan non spesifik,
maka patogen tersebut akan segera berhadapan dengan pertahanan spesifik yang
diperantarai oleh limfosit.

2. Sistem kekebalan tubuh spesifik

Pertahanan spesifik: imunitas diperantarai antibodi untuk respon imun yang


diperantarai antibodi, limfosit B berperan dalam proses ini, dimana limfosit B
akan melalui 2 proses yaitu respon imun primer dan respon imun sekunder.Jika
sel limfosit B bertemu dengan antigen dan cocok, maka limfosit B membelah
secara mitosis dan menghasilkan beberapa sel limfosit B. Semua Limfosit b
segera melepaskan antibodi yang mereka punya dan merangsang sel Mast untuk
menghancurkan antigen atau sel yang sudah terserang antigen untuk
mengeluarkan histamin. 1 sel limfosit B dibiarkan tetap hidup untuk menyimpan
antibodi yang sama sebelum penyerang terjadi. Limfosit B yang tersisa ini disebut
limfosit B memori. Inilah proses respon imun primer. Jika suatu saat, antigen
yang sama menyerang kembali, Limfosit B dengan cepat menghasilkan lebih
banyak sel Limfosit B daripada sebelumnya. Semuanya melepaskan antibodi dan
merangsang sel Mast mengeluarkan histamin untuk membunuh antigen tersebut.

Kemudian, 1 limfosit B dibiarkan hidup untuk menyimpan antibodi yang


ada dari sebelumnya. Hal ini menyebabkan kenapa respon imun sekunder jauh
lebih cepat daripada respon imun primer. Suatu saat, jika suatu individu lama
tidak terkena antigen yang sama dengan yang menyerang sebelumnya, maka bisa
saja ia akan sakit yang disebabkan oleh antigen yang sama karena limfosit B yang
mengingat antigen tersebut sudah mati. Limfosit B memori
biasanya berumur panjang dan tidak memproduksi antibodi kecuali dikenai
antigen spesifik. Jika tidak ada antigen yang sama yang menyerang dalam waktu
yang sangat lama, maka Limfosit b bisa saja mati, dan individu yang seharusnya
bisa resisten terhadap antigen tersebut bisa sakit lagi jika antogen itu menyerang,
maka seluruh proses respon imun harus diulang dari awal.
2.4 JENIS-JENIS ANTIBODI

Antibodi adalah protein berbentuk Y dan disebut Immunoglobulin(Ig),


hanya dibuat oleh Limfosit B. Antibodi berikatan dengan antigen pada akhir
lengan huruf Y. Bentuk lengan ini akan menentukkan beberapa macam IG yang
ada, yaitu IgM, IgG, IgA,IgE dan IgD. Saat respon imun humoral, IgM adalah
antibodi yang pertama kali muncul. Jenis lainya akan muncul beberapa hari
kemudian. Limfosit B akan membuat Ig yang sesuai saat interleukin dikeluarkan
untuk mengaktifkan Limfosit T saat antigen menyerang.
Antibodi juga dpat menghentikan aktivitas antigen yang merusak dengan
cara mengikatkan antibodi pada antigen dan menjauhkan antigen tersebut dari sel
yang ingin dirusak. Proses ini dinamakan neuralisasi. Semua Ig mempunyai
kemampuan ini. Antibodi juga mempersiapkan antigen untuk dimakan oleh
makrofag. Antobodi mengikatkan diri pada antigen sehingga permukaannya
menjadi lebih mudah menempel pada makrofag. Proses ini disebut opsonisasi.
IgM dan IgG memicu sistem komplemen, suatu kelompok protein yang
mempunyai kemampuan unutk memecah membran sel.

 IgM dan IgG bekerja paling maksimal dalam sistem sirkulasi,IgA dapat
keluar dari peredaran darah dan memasuki cairan tubuh lainnya.
 IgA berperan penting untuk menghindarkan infeksi pada permukaan
mukosa. IgA juga berperan dalam resistensi terhadap banyak penyakit.
IgA dapat ditemukan pada ASI dan membantu pertahanan tubuh bayi.
 IgD merupakan antibodi yang muncul untuk dilibatkan dalam inisiasi
respon imun.
 IgE merupakan antibodi yang terlibat dalam reaksi alergi dan
kemungkinan besar merespon infeksi dari protozoa dan parasit.

Antibodi tidak menghancurkan antigen secara langsung, akan tetapi


menetralkannya atau menyebabkan antigen ini menjadi target bagi proses
penghancutan oleh mekanisme opsonosasi, aglutinasi,presipitasi atau fiksasi
komplemen. Opsonisasi, aglutinasi dan presipitasi meningkatkan proses
fagositosis dari komplek antigen-antibodi sementara fiksasi komplemen memicu
proses lisis dati protein komplemen pada bakteri atau virus.
Sistem imun manusia terdiri daripada organ imun, sel imun dan lain-lain. Organ
imun merujuk kepada sumsum tulang, kelenjar timus, limpa, nodus limfa, tonsil,
apendiks dan sebagainya. Kebanyakan sel imun terdiri daripada sel T dan sel B.
Sel B akan matang dalam sumsum tulang, apabila sistem darah diserang, ia akan
memproses antibodi untuk menentang virus dan bakteria. Sel T dihasil oleh
sumsum tulang, bertumbuh dan matang di kelenjar timus tetapi ia tidak
menghasilkan antibodi. Tugas utamanya adalah: menentang sel yang dijangkiti
virus, bakteria dan kanker. Apabila sistem imun berada di dalam keadaan normal,
tubuh manusia akan dapat menentang berbagai patogen. Walau bagaimana, jika
daya imun berada dalam paras rendah, peluang menghidapi penyakit menjadi
lebih tinggi, terutamanya bayi, kanak-kanak dan orang tua. Sistem imun bayi
masih di dalam proses pertumbuhan dan perkembangan.

Oleh itu, antibodi badan masih lemah untuk melawan pelbagai


mikroorganisma. Manakala organ sistem imun orang tua telah uzur dan semakin
merosot, jadi daya tahan sistem imun juga menurun. Sistem kekebalan tubuh
harus selalu dalam keadaan seimbang. Jika tidak, akan terganggu.Penyebab
gangguan sistem kekebalan tubuh ada yang tidak diketahui dan telah ada sejak
lahir (primer). Ada juga gangguan kekebalan sekunder karena faktor lain,
misalnya infeksi (AIDS, campak dan lain-lain), gizi buruk, serta penyakit ganas
misalnya kanker, leukemia, obat-obatan misalnya obat yang mengandung hormon
kortikosteroid, obat untuk kanker, dan lain-lain.

 FAKTOR-FAKTOR YANG MERENDAHKAN SISTEM KEIMUNAN

Sistem imun mempunyai hubungan rapat dengan cara hidup kita. Berikut
adalah faktor-faktor yang merendahkan sistem keimunan kita:

1. Cara hidup yang tidak sihat


2. Kekurangan zat makanan
3. Pencemaran udara atau alam sekitar
4. Keletihan
5. Tekanan dan kerisauan
6. Kurang bersenaman
7. Penggunaan antibiotik yang berlebihan.

Apabila sistem imun kita menurun, maka lebih mudah untuk kita mendapat
jangkitan. Orang yang mempunyai sistem imun yang rendah mudah berasa letih,
tidak bersemangat, sentiasa selesema, jangkitan usus (makanan yang tidak sesuai
akan menyebabkan muntah dan mual), luka sukar untuk sembuh, alergi dan
sebagainya. Selain itu, sistem imun yang tidak teratur juga boleh menyebabkan
kecederaan pada sel.

 PENYAKIT AKIBATKAN KETIDAKSEIMBANGAN SISTEM IMUN

Berikut adalah penyakit yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan sistem


imun:

 Penyakit AIDS
Juga dikenali sebagai sindrom kurang daya tahan melawan penyakit; yang
mana virus HIV menyerang sistem imun. Apabila memasuki badan
manusia, virus tersebut akan memusnahkan sel otak dan ‘leucocytes’ dan
ia membiak dan berkembang di limfosit menyebabkan badan manusia
hilang keupayaan untuk melawan penyakit. Pesakit akan lemah dan
terdedah kepada pelbagai penyakit berjangkit seperti tuberkulosis
pulmonari, kandidiasis, kayap, manakala enteritis, pneumonia, ‘cephalitis’
dan lain-lain yang disebabkan oleh mikroorganisma patogenik yang luar
biasa.
 Penyakit Autoimunitas
Autoimunitas adalah respon imun tubuh yang berbalik menyerang organ
dan jaringan sendiri. Autoimunitas bisa terjadi pada respon imun humoral
atau imunitas diperantarai sel. Sebagai contoh, penyakit diabetes tipe 1
terjadi karena tubuh membuat antibodi yang menghancurkan insulin
sehingga tubuh penderita tidak bisa membuat gula. Pada myasthenia
gravis, sistem imun membuat antibodi yang menyerang jaringan normal
seperti neuromuscular dan menyebabkan paralisis dan lemah. Pada demam
rheumatik, antibodi menyerang jantung dan bisa menyebabkan kerusakan
jantung permanen. Pada Lupus Erythematosus sistemik, biasa disebut
lupus, antibodi menyerang berbagai jaringan yang berbeda, menyebabkan
gejala yang menyebar.
 Alergi
Alergi, kadang disebut hipersensitivitas, disebabkan respon imun terhadap
antigen. Antigen yang memicu alergi disebut allergen. Reaksi alregi
terbagi atas 2 jenus yaitu:reaksi alergi langsung dan reaksi alergi tertunda.
Reaksi alergi langsung disebabkan mekanisme imunitas humoral. Reaksi
ini disebabkan oleh prosuksi antibodi IgE berlebihan saat seseorang
terkena antigen. Antibodi IgE tertempel pada sel Mast,leukosit yang
memiliki senyawa histamin. Sel mAst banyak terdapat pada paru-paru
sehingga saat antibodi IgE menempel pada sel Mast, Histamin dikeluarkan
dan menyebabkan bersin-bersin dan mata berair.
Reaksi alergi tertunda disebabkan oleh perantara sel. Contoh yang ekstrim
adalah saat makrofag tidak dapat menelan antigen atau
menghancurkannya. Akhirnya Limfosit T segera memicu pembengkakan
pada jaringan.

 ANTIBODI –IMUNOLOGLOBULIN

 Antibodi didefinisikan sebagai suatu zat cair ( ᵞ- globulin) yang dibuat


sebagai respon terhhadap rangsangan antigen. Ia bekerja sebagai zat
perlindungan terhadap organisme tertentu. Antibodi ditentukan di dalam
serum, getah bening dan cairan tubuh lainya. Serum yang mengandung
kadar antibodi tinggi sesudah infeksi atau imunisasi disebut serum imun.
Sifat-sifat Antibodi:
Merupakan suatu protein, Terbentuk sebagai respon terhadap rangsangan
antigen
Bereaksi khas dengan antigen yang cocok dengannya dan hasil reaksinya
mudah diamati
Secara kimiawi molekul antibodi sulit dibedakan dengan gama globulin
biasa. Globulin merupakan suatu campuran yang rumit dari molekul-
molekul protein yang mirip satu sama lain.
 Imunoglobulin ialah protein yang berasal dari hewan yang memiliki
aktivitas sebagai antibodi, termasuk juga protein-protein lain yang struktur
kimiawinya mirip dengannya
Imunoglobulin dibuat oleh elpplasma dan juga oleh linfosit.
Imunoglobulin merupakan 20 sampai 25% dari seluruh protein serum.
Istilah imunoglobulin bedasarkan konsep struktural dan kimiawi,
sedangkan istilah antibodi berdasarkan konsep biologis dan fungsional.
Semua antibodi merupakan imunoglobulin, tetapi tdak semua
imunoglobulin bersifat sebagai antibodi. Bedasarkan ukuranya,kandungan
karbonhidrat dan analisis asam aminonya, telah ditetapkan lima kelompok
imunoglobulin yaitu IgG, IgA, IgM, IgD, dan IgE.
1. Struktur Imuoglobulin:

Imunoglobulin adalah glikoprotein,tiap molekulnya mempunyai dua pasang


rantai polipeptida yang ukurannya berbeda terikat oleh ikatan disulfide (S-S).
Rantai pendek disebut rantai ringan (light = L) dan rantai panjang disebut rantai
berat (heavy = H). Berat molekul rantai L ialah 25.000 sedangkan rantai H
50.000. Rantai L menempel pada rantai H oleh ikatan disulfide. Kedua rantai H
diikat oleh 1-5 ikatan S-S tergantung jenis kelas immunoglobulin tersebut. Secara
structural dan antigenic rantai H berbeda untuk tiap-tiap kelas.
Kelas-kelas immunoglobulin.

IgG merupakan bagian terbesar immunoglobulin serum. Berat molekulnya


150.000 dan angka sedimentasinya 7S. Distribusinya merata pada ruang
intravaskuler dan ekstravaskuler. Waktu paruhnya 23 hari. Bentuknya serupa
lingkaran dan panjangnya 250-300 A°. Konsentrasinya didalam serum normal
adalah 5-16 mg/ml. IgG berperan pada berbagai reaksi imunologis seperti
presipitasi, pengikatan komplemen, netralisasi toksin dan virus.

Ada 4 kelas IgG yang telah ditemukan yaitu IgG1, IgG2, IgG3, IgG4. Tiap-
tiap jenis ini mempunyai jenis rantai gama yang berbeda yang dapat dibedakan
dengan antiserum khusus.

 IgA
IgA adalah gama atau beta globulin yang dapat bergerak cepat, merupakan
10% globulin serum. Kadar normalnya di dalam serum ialah 0,6-4,2
mg/ml. Waktu paruhnya 6-8 hari. Berat molekulnya 160.000 dengan angka
sendimentasi 7S. Terdapat dalam konsentrasi tinggi pada kolostrum, air
mata, cairan empedu, air liur serta secret saluran pencernaan dan hidung.
Jumlahnya akan sangat meningkat pada kasus myeloma multiple. Tidak
dapat melewati plasenta. IgA tidak mengikat komplemen tetapi secara
aktif mengubah jalur reaksi complement. IgA mengikat fagositosit dan
penghancuran mikroorganisme di dalam sel.
IgA yang terdapat di dalam secret mengandung unit struktur tambahan
yang disebut bagian transport (T) atau sekretori (S). Bagian T dibuat di
dalam sel epitel kelenjar, usus dan saluran pernafasan. Bagian ini melekat
pada molekul IgA selama pengangkutannya melalui sel. Bagian T
mengikatkan dua molekul IgA pada bagian Fc. Juga dapat ditemukan
rantai J pada IgA. Rantai J ini dibuat oleh sel limfoid.
 IgM
Juga disebut sebagai macroglobulin yang merupakan 5%-10% dari seluruh
serum globulin (kadarnya di dalam serum 0,5-2 mg/ml). Waktu paruhnya
10 haril. Berat molekulnya 900.000-1.000.000 dengan angka sendimentasi
19S. Sebagian besar IgM berada di dalam pembuluh darah (intravaskuler).
Sering ditemukan bentuk polimer dengan rantai J. Bentuknya merupakan
bulatan. IgM terbentuk lebih dini pada respon primer, sedangkan IgG
dibuat lebih belakangan. Waktu paruhnya 5 hari. Tidak dapat melewati
plasenta. IgM lebih efisien bekerja pada reaksi aglutinasi, reaksi sitolisis
dan sitotoksik. Pada septikemia sering ditemukan difisiensi IgM.
 IgD
Konsentrasinya di dalam serum ialah 0,03 mg/ml. Sebagian besar berada
intravaskuler. Waktu paruhnya 3 hari. Fungsinya tidak diketahui dengan
jelas.
 IgE
Merupakan antibody reaginik yang berperan pada reaksi hipersensitivitas
tipe cepat.
Berat molekulnya 190.000 dan angka sedimentasinya 8S. Waktu paruhnya
2 hari. Dapat diinaktifkan dengan pemanasan pada 56°C selama 1 jam.
Mempunyai afinitas terhadap sel-sel jaringan (terutama mast-cell) pada
spesies yang sama. Menjadi perantara pada reaksi Prausnitz-Kustner.
Tidak dapat melewati plasenta atau mengikat komplemen. Sebagian besar
berada intravaskuler. Dalam keadaan normal, kadarnya di dalam serum
sangat kecil. Pada keadaan atopic seperti asma, demam jerami (hayfever)
atau eksim kadarnya akan meningkat, demikian pula pada anak-anak yang
mengidap infeksi cacing.

 MEKANISME SISTEM KEKEBALAN TUBUH

Tubuh diibaratkan sebagai sebuah negara. Jika negara itu tidak memiliki
pertahanan yang kuat, akan mudah mendapatkan perlawanan baik dari dalam
maupun dari luar, sehingga lambat laun negara itu akan hancur. Begitupun halnya
tubuh kita. Jika kita tidak memiliki pertahanan tubuh yang tinggi pada akhirnya
tubuh kita akan jatuh sakit dan mungkin akan berujung kepada kematian.
Dibutuhkan sistem kekebalan tubuh untuk menjaga agar tubuh kita bisa melawan
serangan apapun baik dari dalam maupun dari luar.
Sistem imunitas yang sehat adalah jika dalam tubuh bisa membedakan antara diri
sendiri dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Biasanya ketika ada benda
asing yang yang memicu respons imun masuk ke dalam tubuh (antigen) dikenali
maka terjadilah proses pertahanan diri. Secara garis besar, sistem imun menurut
sel tubuh dibagi menjadi sistem imun humoral dan sistem imun seluler. Sistem
imun humoral terdiri atas antibody (Imunoglobulin) dan sekret tubuh (saliva, air
mata, serumen, keringat, asam lambung, pepsin, dll). Sedangkan sistem imun
dalam bentuk seluler berupa makrofag, limfosit, neutrofil beredar di dalam tubuh
kita.
Tubuh kita mempunyai banyak sekali mekanisme pertahanan yang terdiri dari
berbagai macam sistem imun yaitu organ limfoid (thymus, lien, sumsum tulang)
beserta sistem limfatiknya. Organ tubuh kita yang juga termasuk dalam
mekanisme pertahanan tubuh yaitu jantung, hati, ginjal dan paru-paru.
Sistem limfatik baru akan dikatakan mengalami gangguan jika muncul tonjolan
kelenjar yang membesar dibandingkan pada umumnya. Hal ini dikarenakan
kelenjar limfe sedang berperang melawan kuman yang masuk ke dalam tubuh.
Organ limfoid seperti thymus sendiri mempunyai tanggung jawab dalam
pembentukan sel T dan penting bagi para bayi baru lahir, karena tanpa thymus,
bayi yang baru lahir akan mempunyai sistem imun yang buruk. Leukosit (sel
darah putih) dihasilkan oleh Thymus, lien dan sumsum tulang. Leukosit
bersirkulasi di dalam badan antara organ tubuh melalui pembuluh limfe dan
pembuluh darah. Dengan begitu, sistem imun bekerja terkoordinasi baik
memonitor tubuh dari kuman ataupun substansi lain yang bisa menyebabkan
problem bagi tubuh.

Ada dua tipe leukosit pada umumnya, yaitu fagosit yang bertugas memakan
organisme yang masuk ke dalam tubuh dan limfosit yang bertugas mengingat dan
mengenali yang masuk ke dalam tubuh serta membantu tubuh menghancurkan
mereka. Sedangkan sel lainnya adalah netrofil, yang bertugas melawan bakteri.
Jika kadar netrofil meningkat, maka bisa jadi ada suatu infeksi bakteri di
dalamnya. Limfosit sendiri terdiri dari dua tipe yaitu limfosit B dan limfosit T.
Limfosit dihasilkan oleh sumsum tulang, tinggal di dalamnya dan jika matang
menjadi limfosit sel B, atau meninggalkan sumsum tulang ke kelenjar thymus dan
menjadi limfosit sel T. Limfosit B dan T mempunyai fungsi yang berbeda dimana
limfost B berfungsi untuk mencari target dan mengirimkan tentara untuk
mengunci keberadaan mereka. Sedangkan sel T merupakan tentara yang bisa
menghancurkan ketika sel B sudah mengidentifikasi keberadaan mereka.
Jika terdapat antigen (benda asing yang masuk ke dalam tubuh) terdeteksi, maka
beberapa tipe sel bekerjasama untuk mencari tahu siapa mereka dan memberikan
respons. Sel-sel ini memicu limfosit B untuk memproduksi antibodi, suatu protein
khusus yang mengarahkan kepada suatu antigen spesifik. Antibodi sendiri bisa
menetralisir toksin yang diproduksi dari berbagai macam organisme, dan juga
antibodi bisa mengaktivasi kelompok protein yang disebut komplemen yang
merupakan bagian dari sistem imun dan membantu menghancurkan bakteri, virus,
ataupun sel yang terinfeksi.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses pertahanan atau


imunitas terhadap senyawa makromolekuler atau organisme asing yang masuk ke
dalam tubuh. Zat asing dapat berupaVirus, Bakteri, Protozoa atau parasit. Sistem
imun terbagi dua berdasarkan perolehannya atau asalnya, yaitu Sistem Imun
Nonspesifik (Sistem imun alami) merupakan lini pertama sedangkan Sistem Imun
Spesifik (Sistem imun yang didapat/hasil adaptasi) merupakan lini kedua dan
juga berfungsi terhadap serangan berikutnya oleh mikroorganisme patogen yang
sama.

Masing-masing dari sistem imun mempunyai komponen seluler dan


komponen humoral, walaupun demikian, kedua sistem imun tersebut saling
bekerjasama dalam menjalankan fungsinya untuk mempertahankan tubuh.

3.2 SARAN

Diharapkan dengan disusunnya makalah ini, dapat menjadi suatu bahan


pembelajaran bagi pembaca.Serta untuk selanjutnya makalah (Imunologi) yang
dibuat penyusun, diharapkan adanya saran-saran yang membangun.Dikarenakan
penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunannya.
DAFTAR PUSTAKA

Perry & Potter.2005.Fundamental of Nursing, Edisi 2 Volume


2.Jakarta:EGC

Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta: EGC

Akbar Nugraha . 2011 . Mobilisasi . 1 April 2011 . http://story-of-


nurse.blogspot.com /2011/03/mobilisasi.html

Guide,Suide,MD,(1990).Mikrobiologi Dasar Ed.3.Jakarta: Binarupa Aksara


Tambayong,Jan,dr,(2000).Mikrobiologi Untuk Keperawatan.Jakarta: Widya
Medika

http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_kekebalan
Ishimoto H, Yanagihara K, Araki N, et al. (2008). “Single-cell observation of
phagocytosis by human blood dendritic cells”. Jpn. J. Infect Dis.
M.J.Parka, V.A. Stucke.Microbiology for Nursing.(1982).Bailliere Tindall.

Anda mungkin juga menyukai