Diare Pada Balita PDF
Diare Pada Balita PDF
C-Change (Communication for Change), sebuah proyek yang dikelola oleh Academy for
Educational Development (AED) dan didanai oleh U.S. Agency for International
Development (USAID).
Pendapat yang tertuang dalam publikasi ini tidak mereÁeksikan pendapat USAID atau
pemerintah Amerika Serikat.
PANDUAN SOSIALISASI
TATALAKSANA DIARE BALITA
DAFTAR ISI
Daftar Isi 2
Kata Pengantar 3
Pendahuluan 4
Struktur Sosialisasi 6
Tatalaksana Diare 13
1. Diare 15
2. Tatalaksana Diare 17
a. Teknik/Keterampilan Komunikasi 28
Daftar Referensi 36
3
KATA PENGANTAR
Penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena mordibilitasnya
cenderung meningkat, dari hasil survey mordibilitas yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI
tahun 2000 diketahui bahwa kasus diare di masyarakat sebesar 301 per 1000 penduduk, tahun
2003 sebesar 374 per 1000 penduduk, tahun 2006 sebesar 423 per 1000 penduduk. Kejadian Luar
Biasa (KLB) masih sering terjadi, tahun 2008 terjadi 49 KLB dengan dengan jumlah penderita 8133
meninggal 239 (CFR 2,94%), tahun 2009 terjadi 23 KLB dengan jumlah penderita 5734, kematian
98 (CFR 1,71%) dari hasil Riskesdas tahun 2007diare masih sebagai penyebab kematian nomor satu
pada Balita.
Sesuai rekomendasi WHO/UNICEF dan IDAI, sejak tahun 2008 Departemen Kesehatan Republik
Indonesia memperbaharui tatalaksana diare yang dikenal dengan istilah LINTAS DIARE (Lima Langkah
Tuntaskan Diare) sebagai salah satu strategi pengendalian penyakit diare di Indonesia. Lintas Diare
meliputi pemberian oralit, Zinc selama 10 hari, pemberian ASI dan makanan sesuai umur, antibiotika
selektif dan nasihat bagi penggunaan Zinc untuk penderita diare dapat mengurangi lama dan
keparahan diare, mengurangi frekuensi dan volume buang air besar, serta mencegah kekambuhan
kejadian diare sampai 3 bulan berikutnya.
Salah satu langkah dalam pencapaian MDG’s goal ke-4 adalah penurunan kematian anak sehingga
perlu diterapkannya tatalaksana Diare yang benar di Sarana Kesehatan. Sehubungan dengan hal
tersebut, perlu adanya sosialisasi LINTAS Diare yang berkesinambungan, untuk itu harus disusun
Panduan Tatalaksana Diare bagi petugas kesehatan.
Terima kasih, kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya buku panduan
ini dan sewaktu-waktu perlu ditinjau kembali untuk disempurnakan sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP (K), MARS, DTM&H, DTCE
NIP 195509031980121001
4
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia
karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Survei mordibitas yang dilakukan oleh Departemen
Kesehatan RI tahun 2006 angka kesakitan diare semua umur sebesar 423 per 1000 penduduk, angka
kesakitan ini meningkat bila dibandingkan dengan hasil survei yang sama pada tahun 2000 sebesar 301
per 1000 penduduk dan tahun 2003 sebesar 374 penduduk. Jumlah Kejadian Luar Biasa (KLB) pada tahun
2008 terjadi 49 KLB, dengan jumlah penderita 8133 orang, meninggal 239 (CFR 2,94%) sedang tahun
2009 terjadi 24 KLB, dengan jumlah penderita meninggal 5756 orang meninggal 100 (CFR 1,74 %).
Kematian balita karena penyakit diare juga masih sangat tinggi di Indonesia, bahkan sejak tahun 2001
terlihat terjadi peningkatan angka kematian balita karena penyakit diare, dari data SKRT 2001 (13%),
studi mortalitas 2005 (15,3%) dan Riskesdas 2007 (25,2%). Sama halnya dengan kematian bayi karena
diare juga meningkat, SKRT 2001 (9%), Studi mortalitas 2005 (9,1%) dan Riskesdas 2007 (42%). Hal ini
tentunya sangat disayangkan mengingat bahwa pengobatan diare sebenarnya tidak terlalu sulit.
Penggunaan ORALIT di beberapa negara sangat menurun termasuk di Indonesia. Berdasarkan hasil survey
IDHS 2007 (Indonesia Demographic Health Survey), hanya 35% dari balita diare yang diberikan ORALIT/
ORS (Oral Rehydration Solution) dan 61% balita diare diberikan ORT (Oral Rehydration Therapy dan Cairan
Rumah Tangga).
Sejak tahun 2007, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam KEPMENKES RI No: 1216/MENKES/
SK/XI/2001 Edisi ke-5 tahun 2007 memperbaharui tatalaksana diare sesuai rekomendasi Joint Statement
WHO/UNICEF tahun 2004 dan meluncurkan LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare) sebagai salah
satu strategi pengendalian penyakit diare di Indonesia dengan mencantumkan penggunaan/pemberian
ZINC dan ORALIT sebagai paduan obat diare. Studi WHO membuktikan bahwa pemberian ZINC kepada
penderita diare dapat mengurangi prevalensi diare sebesar 34%, mengurangi jangka waktu diare akut
sebesar 20%, mengurangi jangka waktu diare persisten sebesar 24% dan dapat mencegah kegagalan
terapi atau kematian akibat terapi diare persisten sebesar 42%.
Selama ini masyarakat telah mengenal ORALIT sebagai obat diare yang sudah diperkenalkan di Indonesia
sejak tahun 1970-an dan dengan diperbaharuinya tatalaksana diare dengan menggunakan ZINC tentunya
perlu mensosialisasikan ZINC kepada masyarakat agar mereka menggunakan ZINC dan ORALIT sebagai
obat diare.
Berdasarkan laporan SUSENAS 2007, sebanyak 58,9% keluarga membawa balita sakitnya untuk rawat
jalan; sebagian besarnya dibawa ke Puskesmas (45%) dan 31,7 % dibawa ke praktek tenaga kesehatan.
Sedangkan berdasarkan studi awal yang dilakukan oleh POUZN (Point of Use Water Disinfection ZINC
Treatment) Project yang dilaksanakan oleh AC Nielsen, Mei 2009 di Bandung; dalam perilaku mendapatkan
saran kesehatan (care seeking behavior) maka ibu yang anaknya diare akan mencari nasehat dari tetangga
(69%), dari bidan (31%), Puskesmas (16%), Posyandu (6%) dan Dokter (6%). Oleh karena itu penting untuk
mensosialisasikan tatalaksana diare yang diperbaharui ini kepada bidan dan petugas kesehatan lainnya
dan panduan ini dikembangkan sebagai alat bantu bagi petugas kesehatan untuk mensosialisasikan
tatalaksana diare balita kepada rekan sesama profesi.
5
Tujuan Umum
Mensosialisasikan tatalaksana diare balita kepada petugas kesehatan
Tujuan Khusus
1. Petugas kesehatan mengetahui prosedur tatalaksana diare balita
2. Petugas kesehatan memiliki keterampilan konseling tatalaksana diare balita
IV. WAKTU
Pelaksanaan sosialisasi tatalaksana diare dilakukan selama satu hari
STRUKTUR SOSIALISASI
Kebijakan Pemerintah
Tentang Pengendalian
Penyakit Diare
di Indonesia
1. Fakta Permasalahan Diare pada Balita di
Indonesia
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah sesi ini, peserta mengerti tentang fakta permasalahan diare pada balita di Indonesia
POKOK BAHASAN:
Fakta permasalahan diare pada balita di Indonesia
Langkah-langkah:
1. Fasilitator membuka sesi pertemuan dan menjelaskan tujuan sesi
2. Fasilitator menjelaskan tentang: fakta permasalahan diare pada balita di Indonesia
3. Tanya Jawab
4. Sesi ditutup
Materi
9
Berdasarkan hasil beberapa penelitian yang telah Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah
dilakukan selama sepuluh tahun terakhir bahwa angka Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset
kematian balita karena diare masih sangat tinggi Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun
dibandingkan dengan kematian balita karena penyebab diketahui bahwa DIARE masih menjadi
penyakit lain. Juga terjadi kecenderungan peningkatan penyebab utama kematian balita di
angka kematian balita karena diare dari tahun ke Indonesia.
tahun. Angka kematian bayi dan balita karena diare
berdasarkan hasil beberapa survei yaitu SKRT 2001:
angka kematian bayi sebesar 9%, angka kematian balita
sebesar 13%; Studi Mortalitas 2005: angka kematian bayi sebesar 9,1% dan angka kematian balita sebesar
15,3%; Riskesda 2007: angka kematian bayi sebesar 42% dan angka kematian balita sebesar 25,2% (lihat
grafik 1-6 di bawah ini).
0,2%
Diare: 25,2%
Pneumonia
Lainnya Pertusis Diare
35% Peny. Saluran 23.6% Pneumonia
cerna 15,3% Diare 25,2%
15,5%
6% Muntah-dehidrasi
Malaria
Campak-komplikasi
DBD
1,6% Infeksi Berat
Tifoid
2,9% Gizi Buruk & BGM
Peny. Saluran 0,05% Prematur
2,9% NEC
napas 2,7% BBLR 10,7%
23% Asfiksia/Distress Pernapasan
2,2% Infeksi Berat (Sepsis/Meningitis)
0,2% 4,9% Tetanus Neonatorum Lain-lain
Diare 0,4%
13% 0,7% Ikterus (TB, Malaria,
Trauma Lahir Leukimia)
3,8% 9,7%
Kelainan Kongenital
2,4% Masalah lain (termasuk Kecelakaan)
1,1% 15,1% Tidak ada Tenggelam Meningitis /
0,4% 4,9% enselfalitis
Tifus 3,6% 8,8%
11% Peny. Syaraf
3,8% Campak
12% 5,8% DBD
6,8%
Kejadian diare pada balita berdasarkan kategori umur dari hasil survei IDHS 2007 (Indonesian
Demographic Health Survey) bahwa selama 2 minggu terakhir sebelum survey diketahui bahwa ada 20,7%
yang terkena diare dari 3094 anak berumur 12-23 bulan yang disurvey dan merupakan yang paling sering
terkena diare (lihat tabel 1). Praktek keluarga dalam hal pengobatan diare juga masih rendah terlihat dari
data IDHS 2007 pada tabel 2 seperti penderita diare yang dibawa ke sarana kesehatan, pemberian cairan
selama diare, pemberian makanan selama diare, pemberian ORALIT bahkan masih banyak penderita diare
yang tidak diobati yaitu bayi dibawah 6 bulan (50,1%). Demikian halnya pada grafik 7 bahwa masih ada
sekitar 15%-24% balita penderita diare yang memberi cairan lebih sedikit/tidak diberikan dan pemberian
makan yang lebih sedikit/tidak diberi bahkan lebih banyak lagi (44%-48%). Data-data tersebut di atas
menunjukkan perilaku keluarga tentang perawatan balita diare masih sangat rendah di Indonesia. Oleh
karena itu sangat penting, agar petugas kesehatan yang memberikan perawatan balita diare perlu
menginformasikan dan melibatkan keluarga dalam tatalaksana diare dan memberitahukan kepada ibu/
pengasuh balita cara melakukan tatalaksana diare di tingkat rumah tangga.
Tabel 1: Kejadian Diare Pada Balita (dalam 2 minggu terakhir) Berdasarkan Kategori Umur
(IDHS 2007)
Kategori umur Diare dalam 2 minggu sebelum survey Jumlah balita yang di survey
< 6 bulan 11.7 1686
6 - 11 bulan 17.6 1719
12 - 23 bulan 20.7 3094
24 - 35 bulan 15.3 3162
36 - 47 bulan 9.9 3098
46 - 59 bulan 8.3 3166
Tabel 2: Praktek Keluarga Dalam hal Pengobatan Diare Pada Saat Balitanya Terkena Diare
(IDHS 2007)
%
penderita
diare
yang
dibawa % diberi Cairan Jumlah
ke % Rumah Tangga ORS Mengingkatan Oralit,CRT atau Obat anak
Umur petugas diberi (CRT) yang atau pemberian meningkatkan Pil/ Intrave tradisio- Tidak dengan
(bulan) kesehatan oralit direkomendasikan CRT cairan pemberian cairan sirup Injeksi nous nal diobati diare
<6 31.3 6.6 7.3 11.8 22.8 33.4 27.9 0.0 0.0 10.1 50.1 187
6-11 59.1 28 15.4 37.2 23.0 51.7 45.5 0.6 0.0 14.0 23.0 302
12-23 57.1 40.2 25.2 52.7 33.8 67.9 49.8 0.7 0.3 17.3 9.2 640
24-35 52.0 37.7 25.1 50.8 33.9 65.1 50.8 0.1 0.0 10.8 14.0 482
36-47 39.7 35.1 29.3 50.2 26.0 59.7 44.3 0.6 0.1 16.6 16.3 306
48-59 52.3 42.7 21.4 51.5 34.3 68.0 58.1 0.9 0.1 11.7 11.3 261
Grafik 7: Praktek Pemberian Makan dan Minum/Cairan Pada Balita Selama Diare Oleh
Keluarga (IDHS 2007)
57
60
50 47 45 46 48
44 44 1997
43
40 2002-2003
30 30 30
30 26 28
24 2007
22
20 15
10
10 8
0
Sama seperti Ditingkatkan Lebih sedikit/ Sama seperti Ditingkatkan Lebih sedikit/
biasa tidak diberi biasa tidak diberi
Pokok Bahasan:
1. Tujuan Umum Pengendalian Diare
2. Kebijakan Pengendalian Diare
3. Strategi Pengendalian Diare
Langkah-langkah:
1. Fasilitator membuka sesi pertemuan dan menjelaskan tujuan sesi
2. Fasilitator menjelaskan tentang:
a. Tujuan Umum Pengendalian Diare
b. Kebijakan Pengendalian Diare
c. Strategi Pengendalian Diare
3. Tanya Jawab
4. Sesi ditutup
Materi
12
MDGs 4
Millennium Development Goals
TUJUAN
Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian karena diare bersama lintas program dan lintas sektor
terkait.
KEBIJAKAN
Kebijakan yang ditetapkan pemerintah untuk menurunkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka
kematian (mortalitas) karena diare adalah:
• Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar, baik di sarana kesehatan maupun
masyarakat/rumah tangga
• Melaksanakan Surveilens epidemiologi & Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
• Mengembangkan pedoman pengendalian penyakit diare
• Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam pengelolaan program yang meliputi
aspek managerial dan teknis medis
• Mengembangkan jejaring lintas program dan sektor
Apa saja LINTAS DIARE?
• Pembinaan teknis dan monitoring pelaksanaan
pengendalian penyakit diare
ORALIT Untuk mencegah dehidrasi
• Melaksanakan evaluasi sebagai dasar perencanaan
selanjutnya. ZINC Mengurangi parahnya.
diare, mengurangi durasi
dan mencegah berulangnya
STRATEGI diare 2 sampai 3 bulan ke
Strategi pengendalian penyakit diare yang dilaksanakan depan
pemerintah adalah: Makan Teruskan pemberian ASI
1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di pada bayi 0 - 6 bulan. Balita
sarana kesehatan melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare > 6 bulan, berikan ASI dan
(LINTAS DIARE) MP ASI
2. Meningkatkan tatalaksana diare di tingkat rumah tangga Antibiotik Antibiotik diberi hanya
yang tepat dan benar Selektif pada penyakit kolera,
3. Meningkatkan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan diare berdarah
Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Nasihat Segera kembali ke petugas
4. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif kesehatan jika menemukan
5. Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi. tanda bahaya
13
Tatalaksana Diare
1. Diare
• Definisi diare
• Jenis diare
• Derajat dehidrasi diare
• Epidemiologi diare
2. Tatalaksana Diare
Tatalaksana Diare
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Peserta mengenal diare dan tatalaksana diare balita
Pokok Bahasan:
1. Diare
• Definisi diare, jenis diare, derajat dehidrasi diare, epidemiologi diare
2. Tatalaksana Diare
Langkah-langkah:
1. Fasilitator membuka sesi pertemuan dan menjelaskan tujuan sesi
2. Fasilitator menjelaskan tentang diare: definisi diare, jenis diare, derajat dehidrasi diare, dan epidemiologi
diare
3. Fasilitator menjelaskan tentang gambaran umum tatalaksana diare:
Prinsip Tatalaksana Diare dan Prosedur Tatalaksana Diare
4. Fasilitator menjelaskan tentang ORALIT dan fungsinya dalam mengobati dehidrasi serta memeragakan
cara membuat larutan ORALIT dan cara pemberiannya
5. Fasilitator menjelaskan tentang ZINC dan fungsinya dalam pengobatan diare serta memeragakan cara
memberikan ZINC
6. Fasilitator menjelaskan tentang prinsip-prinsip pemberian makan balita sakit
7. Fasilitator menjelaskan sekaligus memeragakan cara melakukan prosedur tatalaksana diare: Rencana
Terapi A, Rencana Terapi B dan Rencana Terapi C
8. Fasilitator meminta salah satu peserta mengulang cara melakukan prosedur tatalaksana diare dengan
studi kasus yang diberikan oleh fasilitator
9. Tanya Jawab
10. Sesi ditutup.
Materi
15
Berdasarkan definisi dari WHO (World Health Organization), salah satu lembaga PBB (Perserikatan bangsa-
bangsa) mendefinisikan bahwa DIARE adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering dari biasanya
(tiga kali atau lebih) dalam satu hari.
Epidemiologi Diare
Secara umum epidemiologi penyakit diare disebabkan oleh:
A. Infeksi (kuman-kuman penyakit) seperti; bakteri, virus, parasit
B. Penurunan daya tahan tubuh
C. Faktor lingkungan dan perilaku
Tindakan pencegahan dehidrasi yang bisa dilakukan di tingkat rumah tangga jika balita mengalami diare
adalah:
1. Memberikan ASI lebih sering dan lebih lama dari biasanya
bagi bayi yang masih menyusui (bayi 0 – 24 bulan atau lebih)
dan bagi petugas kesehatan sangat penting untuk mendukung
dan membantu ibu untuk menyusui bayinya jika ibu berhenti
menyusui bayinya yang masih berusia 0-24 bulan
2. Pemberian ORALIT sampai diare berhenti
3. Memberikan cairan rumah tangga, cairan/minuman yang biasa
diberikan oleh keluarga/masyarakat setempat dalam mengobati
diare, dan memberikan sari makanan yang cocok, contoh: kuah “BERIKAN ASI LEBIH SERING DAN LEBIH
sayur, air tajin, kuah sup. Jika tidak tersedia cairan rumah tangga LAMA bagi BAYI YANG MASIH MENYUSUI
dan ORALIT di rumah, bisa dengan memberikan air minum (bayi 0- 24 bulan atau lebih)”
4. Segera membawa balita diare ke sarana kesehatan
“BERI ORALIT SAMPAI
DIARE BERHENTI”
B. MENGOBATI DEHIDRASI
Bila terjadi diare, segera bawa ke petugas kesehatan atau ke sarana
kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat
sesuai dengan tatalaksana diare.
ORALIT
ORALIT adalah campuran garam elektrolit seperti natrium klorida
(NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat.
MANFAAT ORALIT
ORALIT diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun
air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan
ORALIT. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam ORALIT dapat diserap dengan baik oleh
usus penderita diare.
Materi
18
C. MEMPERCEPAT KESEMBUHAN
Bagi seorang ibu/keluarga tentunya akan sangat khawatir
jika balitanya mengalami diare dan tidak kunjung sembuh
(diare terus menerus). Semakin panjang durasi diare maka
semakin tinggi risiko balita mengalami dehidrasi dan
terutama bagi balita malnutrisi, jika mengalami dehidrasi
karena diare, bisa menyebabkan kematian pada balita.
D. MEMBERI MAKANAN
Memberikan makanan selama diare kepada balita (usia 6 bulan ke
atas) penderita diare akan membantu anak tetap kuat dan tumbuh
serta mencegah berkurangnya berat badan. Sering sekali balita Umur lebih dari 6 bulan : 1 tablet /hari
yang terkena diare jika tidak diberikan asupan makanan yang
sesuai umur dan bergizi akan menyebabkan anak kurang gizi. Bila
anak kurang gizi akan meningkatkan risiko anak terkena diare kembali.
Oleh karena perlu diperhatikan:
1. Bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar tetap menyusui bahkan meningkatkan pemberian ASI
selama diare dan selama masa penyembuhan (bayi 0 – 24 bulan atau lebih).
2. Dukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi berusia 0-6 bulan, jika bayinya sudah diberikan
makanan lain atau susu formula berikan konseling kepada ibu agar kembali menyusui eksklusif.
Dengan menyusu lebih sering maka produksi ASI akan meningkat dan diberikan kepada bayi untuk
mempercepat kesembuhan karena ASI memiliki antibodi yang penting untuk meningkatkan kekebalan
tubuh bayi.
3. Anak berusia 6 bulan ke atas, tingkatkan pemberian makan:
Makanan Pendamping ASI (MP ASI) sesuai umur pada bayi 6 – 24 bulan dan sejak balita berusia 1
tahun sudah dapat diberikan makanan keluarga secara bertahap.
4. Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu
pemulihan berat badan anak.
Pemberian makan sesuai umur sangat penting saat sakit maupun sehat
1. Bayi berusia 0 – 6 bulan
Saat usia ini, bayi HANYA diberikan Air Susu Ibu (ASI) saja sesuai keinginan anak, paling sedikit 8 kali
sehari; pagi, siang maupun malam hari. Jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI.
PENILAIAN A B C
BILA TERDAPAT 2 TANDA ATAU LEBIH
1.LIHAT:
Keadaan Umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai atau tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung dan kering
Rasa Haus Minum biasa, tidak haus Haus, ingin minum banyak Malas minum/tidak bisa minum
2.PERIKSA:
Turgor Kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat
3.DERAJAT Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/sedang Dehidrasi berat
DEHIDRASI (dehidrasi tidak berat)
4.RENCANA Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C
PENGOBATAN
RENCANA TERAPI A
UNTUK TERAPI DIARE TANPA DEHIDRASI
5. NASIHATI IBU/PENGASUH
Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila:
• Berak cair lebih sering
• Muntah berulang
• Sangat haus
• Makan dan minum sangat sedikit
• Timbul demam
• Berak berdarah
• Tidak membaik dalam 3 hari
24
B
Diare dehidrasi Ringan/Sedang
Bila terdapat dua tanda atau lebih
Gelisah, rewel
Mata cekung
Ingin minum terus, ada rasa haus
Cubitan kulit pertu/turgor kembali lambat
RENCANA TERAPI B
UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
SETELAH 3-4 JAM, NILAI KEMBALI ANAK MENGGUNAKAN BAGAN PENILAIAN, KEMUDIAN PILIH RENCANA TERAPI
A, B ATAU C UNTUK MELANJUTKAN TERAPI
• Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya kencing kemudian
mengantuk dan tidur
• Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi Rencana Terapi B
• Anak mulai diberi makanan, susu dan sari buah
• Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C
RENCANA TERAPI C
UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI BERAT DI SARANA KESEHATAN
Dapatkan Saudara • Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum teraba, beri tetesan lebih cepat.
memberikan cairan YA • Juga beri ORALIT (5 ml/kg/jam) bila penderita bias minum; biasanya setelah 3-4
intervena?
jam (bayi) atau 1-2 jam (anak).
• Berikan obat ZINC selama 10 hari berturut-turut
TIDAK
• Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi derajat dehidrasi.
Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A, B atau C) untuk melanjutkan terapi.
• Mulai rehidrasi dengan ORALIT melalui mulut. Berikan sedikit demi sedikit, 20 ml/
kg BB/jam selama 6 jam.
• Nilai setiap 1-2 jam:
Apakah penderita bisa
minum? YA - Bila muntah atau perut kembung, berikan cairan lebih lambat.
- Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam, rujuk untuk terapi Intravena.
• Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang sesuai.
TIDAK
Catatan:
• Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrasi untuk memastikan
bahwa ibu dapat menjaga mengembalikan cairan yang hilang dengan memberi
ORALIT.
Segera rujuk anak • Bila umur anak di atas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit di daerah Saudara,
untuk rehidrasi melalui
Nasogastrik/0rogastrik YA pikirkan kemungkinan kolera dan beri antibiotika yang tepat secara oral begitu anak
atau Intravena. sadar.
26
Konseling:
Pentingnya Konseling
Dalam Tatalaksaksana Diare
a. Teknik/Keterampilan Komunikasi
Pokok Bahasan:
1. Prinsip-Prinsip Konseling
2. Simulasi konseling Tatalaksana Diare
Langkah-langkah:
• Fasilitator membuka sesi pertemuan dan menjelaskan tujuan sesi.
• Fasilitator menanyakan kepada peserta pengertian konseling yang mereka ketahui.
• Fasilitator menjelaskan tentang pengertian konseling dan prinsip-prinsip konseling di pelayanan
kesehatan dan aplikasi prinsip-prinsip konseling pada tatalaksana diare.
• Fasilitator meminta pendapat peserta tentang:
- Hal-hal yang perlu di TANYA, LIHAT, dan PERIKSA pada pasien penderita diare
- Fasilitator menyimpulkan tentang hal-hal yang perlu di TANYA, LIHAT, dan PERIKSA pada pasien
penderita diare sesuai dengan Tatalaksana Diare
• Fasilitator meminta peserta membagi kelompok dan kelompok diminta untuk melakukan simulasi
tentang tata laksana diare di pelayanan kesehatan.
• Berikan kesempatan kepada kelompok mendiskusi peran masing-masing
- Peran sebagai bidan/petugas kesehatan
- Peran sebagai ibu/pengasuh dari balita yang sedang diare
- Peran sebagai pasien yang sedang antri di pelayan kesehatan (sekaligus sebagai pengamat)
Topik Simulasi, contoh kasus (terlampir):
1. Ibu/pengasuh dari balita dengan diare tanpa dehidrasi
2. Ibu/pengasuh dari balita dengan diare dehidrasi sedang/ringan
3. Ibu/pengasuh dari balita dengan diare tanpa dehidrasi dan mempunyai masalah pemberian
makan
• Fasilitator memandu kelompok melakukan simulasi.
• Fasilitator meminta kelompok untuk mensimulasikan kasus yang diberikan kepada kelompoknya
dan kelompok lainnya mengamati berlangsungnya simulasi dan membuat catatan tentang: teknik
komunikasi/konseling (TANYA, DENGAR, PUJIAN, SARAN dan PERIKSA PEMAHAMAN) yang digunakan
oleh petugas kesehatan ketika memberikan konseling kepada ibu.
• Fasilitator dan kelompok mendiskusikan hasil simulasi tentang hal-hal yang sudah dilakukan dengan
baik dan yang perlu ditingkatkan dalam melaksanakan konseling Tatalaksana Diare.
• Fasilitator menjelaskan tentang tips melakukan konseling Tatalaksana Diare.
• Sesi ditutup.
Materi
28
BERI PUJIAN
Komunikasi yang baik saat melakukan
Petugas kesehatan memberikan pujian kepada ibu
konseling:
balita/pengasuh jika melakukan tindakan yang baik
dalam mengatasi penyakit/tanda-tanda bahaya sakit
Pastikan ibu mengerti tentang cara
yang dialami balita.
melakukan tatalaksana diare di rumah
sebelum ibu meninggalkan sarana
BERI SARAN kesehatan, oleh karena itu petugas
• Gunakan kalimat yang dimengerti oleh ibu/pengasuh kesehatan penting untuk:
balita. 1. Memberikan informasi yang tepat dan
• Gunakan alat bantu yang ibu/pengasuh balita kenali. relevan kepada ibu
• Berikan pujian jika ibu/pengasuh melakukan/ 2. Memperagakan contoh cara melakukan
mempraktekkan dengan benar dan bantu ibu/ tatalaksana diare dan
pengasuh jika ibu/pengasuh belum mempraktekkan 3. Minta ibu untuk mempraktekkan
dengan benar. sendiri dan bantu ibu dengan sabar jika
• Berikan kesempatan untuk melakukan praktek lebih ibu belum mengerti cara melakukannya
dari satu kali jika dibutuhkan. 4. Jika diperlukan jelaskan dan
peragakan kembali cara melakukan
tatalaksananya.
Materi
29
• Dorong ibu/pengasuh untuk aktif bertanya jika ada hal-hal yang ingin dia tanyakan dan jawab semua
pertanyaannya
• Berikan saran yang relevan saat ini
PERIKSA PEMAHAMAN
Berikan beberapa pertanyaan kepada ibu/pengasuh untuk mengetahui pemahaman ibu dan berikan
penjelasan ulang jika ibu/pengasuh balita belum paham. Hindari pertanyaan tertutup (pertanyaan
yang mengarahkan). Sebagai petugas kesehatan, anda mengharapkan ibu/pengasuh balita mengerti
cara merawat balita sakitnya setelah anda mengajarkannya. Dengan bertanya, anda akan tahu tingkat
pemahaman ibu/pengasuh balita.
TIGA LANGKAH DASAR CARA MENGAJARKAN IBU TENTANG TATALAKSANA DIARE BALITA DI RUMAH:
1. Berikan informasi kepada ibu, contoh bagaimana cara memberikan ZINC kepada bayinya.
2. Peragakan kepada ibu, contoh cara memberikan ZINC kepadanya bayinya.
3. Ibu diminta untuk mempraktekkan cara memberikan ZINC kepada bayinya. Setelah mengajarkan ibu
tentang tatalaksana diare, selanjutnya petugas kesehatan memeriksa pemahaman ibu, caranya:
1. Gunakan pertanyaan seperti; mengapa, bagaimana, kapana ibu harus melakukan tatalaksana
diare di rumah
2. Hindari pertanyaan yang mengarahkan
3. Berikan waktu kepada ibu untuk berfikir lalu menjawab pertanyaan
4. Berikan pujian kepada ibu jika ibu menjawab dengan benar
5. Jika dibutuhkan, beri informasi tambahan, contoh atau praktekkan kembali
A. KUNJUNGAN SEGERA
Nasihati ibu untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila:
• Berak cair lebih sering
• Muntah berulang
• Sangat haus
• Makan dan minum sangat sedikit
• Timbul demam
• Berak berdarah
• Tidak membaik dalam 3 hari
B. KUNJUNGAN LANJUTAN
Beritahukan kepada ibu melakukan kunjungan
lanjutan ke sarana kesehatan meski balita Kunjuangan
Jenis Diare
kelihatan membaik. lanjutan
- Jika balita tidak mempunyai masalah/penyakit
Disentri 2 hari
baru, gunakan instruksi MTBS kunjungan
Diare persisten 5 hari
lanjutan untuk masalah yang spesifik:
• Periksa balita sesuai instruksi Diare dehidrasi ringan/sedang 3 hari
• Gunakan informasi untuk mengenali Diare tanpa dehidrasi 3 hari
tanda-tanda bahaya yang dialami balita
untuk memberikan perawatan yang
sesuai
- Lihat jika ada kemajuan anak (semakin membaik atau tidak) atau berikan pengobatan lain jika balita
tidak membaik
- Mungkin perlu mencoba obat jenis lain (second-line drug)
- Untuk kunjungan lanjutan berikutnya jika:
• Balita mengalami disentri, sarankan untuk melakukan kunjungan lanjutan 2 hari berikutnya
• Balita dengan diare persisten, sarankan untuk melakukan kunjungan 5 hari berikutnya
Lampiran Simulasi Konseling
31
KASUS 1:
Ibu membawa anaknya Yayuk umur 2 tahun ke klinik karena diare. Selama 2 hari (5 kali sehari). Petugas
kesehatan tidak menemukan tanda-tanda bahaya umum. Tidak ada darah dalam tinja. Yayuk sangat rewel,
kelopak matanya cekung, cubitan kulit perut kembali dengan segera. Ia minum dengan lahap. Selain itu
tidak ada masalah.
Tugas kelompok:
1. Tentukan jenis diare yang dialami Yayuk?
2. Tentukan pengobatan apa yang dianjurkan?
3. Praktek konseling
KASUS 2:
Heryawan, anak umur 5 bulan, keluhan ibu walau Heryawan tetap bermain seperti biasa, minum seperti
biasa tetapi Heryawan sudah mengalami diare selama 5 hari dengan batuk dan pilek dan Heryawan terlihat
kurus. Sejak 1 bulan yang lalu, ibu memberi bubur encer 1x sehari dan susu sapi segar 2 kali setengah
botol sehari.
Tugas Kelompok:
1. Apa jenis diare yang dialami oleh Heryawan?
2. Apa perilaku yang salah dari ibu dalam merawat Heryawan?
3. Pengobatan yang dianjurkan?
4. Praktek konseling
Lampiran Simulasi Konseling
32
KASUS 3:
Ibu membawa Rina anak perempuan, umur 11 bulan ke klinik karena menderita diare dan sudah diberikan
teh manis selama diare yang sudah berlangsung 3 hari ini. Rina biasanya makan bubur beras, daging,
sayuran dan buah. Ibu meneruskan pemberian makan tersebut dan tetap memberi ASI. Ibu mengatakan
rumahnya jauh dari klinik sehingga ia tidak mungkin kembali ke klinik, walaupun keadaan anak
memburuk.
Pertanyaan:
1. Apa perilaku yang salah dari ibu tersebut?
2. Pengobatan apa yang dianjurkan
3. Praktek konseling
KASUS 1:
Dalam permainan ini, petugas kesehatan akan mengajari ibu cara merawat anak dengan dehidrasi.
Pada bagian pertama, anak membutuhkan Rencana Terapi B. Pada bagian kedua, anak diberi Rencana
Terapi A.
PERAN IBU:
Ibu mendengarkan keterangan petugas kesehatan dan berusaha mengerjakan hal-hal yang disampaikan
petugas kesehatan. Setelah memberi ORALIT beberapa menit, sampaikan pada petugas kesehatan bahwa
Yayuk memuntahkan cairan yang diberikan.
PERAN PENGAMAT:
Lihat Rencana Terapi B dan amati permainan peran ini. Perhatikan apakah petugas kesehatan memberi
keterangan dengan baik dan hal apa lagi yang dapat dilakukan lebih baik.
Lampiran Simulasi Konseling
33
KASUS 2:
Dalam latihan ini, Peserta akan bermain peran tentang penilaian dan masalah pemberian makan dan
memberikan saran tentang Rencana Terapi.
Heryawan umur 5 bulan dengan batuk dan pilek. Tidak menunjukkan tanda-tanda bahaya umum dan
diklasifikasikan sebagai DIARE TANPA DEHIDRASI, DIARE AKUT, dan KURUS. Tidak ada klasifikasi lain.
Sejak 1 bulan yang lalu, karena anak rewel, ibu memberi bubur encer 1x sehari dan susu sapi segar 2 kali
setengah botol sehari.
Berikut adalah contoh bagian dari Formulir Pencatatan untuk anak umur
PERAN IBU:
Ibu mendengarkan keterangan petugas kesehatan dan mengikuti saran petugas kesehatan untuk
melakukan tatalaksana diare di rumah.
PERAN PENGAMAT:
Lihat Rencana Terapi A dan anjuran makan yang baik amati pemain peran ini. Perhatikan apakah petugas
kesehatan memberi keterangan dengan baik dan hal apa lagi yang dapat dilakukan lebih baik.
KASUS 3:
Ibu membawa Rina anak perempuan, umur 11 bulan ke klinik karena menderita diare. Rina biasanya
makan bubur beras, sepotong daging, sayuran dan buah. Ibu meneruskan pemberian makan tersebut
dan tetap memberi ASI. Ibu mengatakan rumahnya jauh dari klinik sehingga ia tidak mungkin kembali ke
klinik, walaupun keadaan anak memburuk. Rina tidak mempunyai tanda bahaya umum, klasifikasinya
DIARE TANPA DEHIDRASI, status gizi NORMAL. Tidak ada klasifikasi lain. Rina akan ditangani dengan
RencanaTerapi A.
PERAN IBU:
Ibu memberikan keluhan yang dialami Rina dan situasi rumahnya yang jauh dari klinik.
PERAN PENGAMAT:
Lihat Rencana Terapi A. Perhatikan apakah petugas kesehatan memberi keterangan
dengan baik dan hal apa lagi yang dapat dilakukan lebih baik.
Lampiran Simulasi Konseling
35
Daftar Referensi
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Buku Saku
Petugas Kesehatan: LINTAS DIARE-Lima Langkah Tuntaskan Diare, 2009.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Pedoman
Kader Untuk Memberantas Diare, 2007.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Pedoman
Pemberantasan Penyakit Diare, Edisi ke-5, 2007.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Pengendalian
Penyakit Diare, 2009.
Departemen Kesehatan RI, Buku Modul-4 Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Rev. 2008.
Departemen Kesehatan RI, Buku Bagan Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Rev. 2008.
Departemen Kesehatan RI, Buku Panduan Fasilitator Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Rev. 2008.
Departemen Kesehatan RI, WHO, IDAI. Buku Saku “Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit”-Pedoman Bagi
Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota, cetakan 1, 2009.
Fontaine, Oliver. 2008. Konika XIV-Ikatan Dokter Anak Indonesia, Sari Pediatri, Edisi Khusus, Suplemen, Vol. 10,
No. 1.
Juffrie, M. Dr., PhD, SpA(K), 2008. Zinc: Tatalaksana Baru Diare. Makalah disajikan dalam Kongres XIV Ikatan
Bidan Indonesia, Padang, Sumatera Barat, 2-6 November.
Juffrie, M. Dr., PhD, SpAK, dan Mulyani, N.S., Dr., SpAK. Modul Pelatihan Diare, UKK Gastro-hepatologi IDAI, edisi
pertama, 2009.
“Keamanan dan Efektivitas Pengobatan Zink Pada Managemen Diare.” Medika, Desember 2008., No. 12 Tahun
ke XXXIV, Desember 2008.
LINKAGES. Facts for Feeding: Feeding Infants and Young Children During and After Illness., November 2006.
Sulani, Fatni, dr. Hj. DTM&H, MSi. “Analisa Situasi Balita Di Indonesia: SDKI 2007, Riskesdas 2007, Susenas
2007”, Presentasi Direktorat Bina Kesehatan Anak, Departemen Kesehatan RI.
WHO/UNICEF. Joint Statement “Clinical Management of Acute Diarrhea”. The United Nation Children’s Fund/
World Health Organization, 2004.
“Zinc Dalam Penatalaksanaan Diare .”Ethical Digest, Agustus 2008., hlm. 44.
“Zinc sebagai Pengobatan Baru Untuk Semua Kasus Diare”. Medika, Agustus 2008., No. 8 Tahun ke XXXIV.
“Zink sebagai Terapi Baru Tatalaksana Diare”. Medika, Oktober 2008., No. 10 Tahun ke XXXIV.
“Zink Sangat Poten Untuk Pengobatan Diare”. Medika, November 2008., No. 11, Tahun Ke XXXIV.
EDISI JUNI 2010