POJOK ORALIT
1
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berpotensi untuk
terjadinya kejadian luar biasa (KLB) di wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas
Tawaeli. Oleh karena itu program P2 Diare menitikberatkan pada pelaksanaan
penanggulangan KLB selain kegiatan penemuan dan pengobatan penderita diare
bagi semua umur, serta rehidrasi rumah tangga.3
Berdasarkan laporan program P2 Diare UPTD Urusan Puskesmas Tawaeli,
jumlah penderita diare di wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas Tawaeli pada
tahun 2016 sebanyak 301 kasus (laki-laki 159 kasus dan perempuan 142 kasus) dari
target 675 atau 45%, mengalami penurunan dibandingkan tahun 2015 sebanyak 572
kasus (laki-laki sebanyak 292 kasus dan perempuan 280 kasus) tahun 2013
sebanyak 367 kasus dari target 1.231 atau 29,8% dan tahun 2012 sebanyak 414
kasus (18,0%), dimana 217 kasus terjadi pada laki-laki dan 197 kasus terjadi pada
perempuan, mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011 sebanyak 556 kasus,
tahun 2010 sebanyak 566 kasus, dan tahun 2009 sebanyak 677 kasus. Dari 572
kasus tersebut 488 kasus diantaranya terjadi pada balita dengan rincian 192 kasus
terjadi pada anak umur <5 tahun dan 296 kasus lainnya terjadi pada anak umur >5
tahun.3
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa angka kejadian diare di
Puskesmas Mabelopura masih cukup tinggi dan sempat meningkat pada tahun
2015. Diare masih menjadi salah satu penyakit terbanyak di Puskesmas Mabelopura
sehingga perlu ditinjau mengenai manajemen pojok oralit di Puskesmas
Mabelopura karena pojok oralit berperan dalam meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap peran oralit pada penyakit diare. Berikut akan dibahas
mengenai manajemen pojok oralit di Puskesmas Mabelopura.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Jumlah Penduduk wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas Mabelopura
20.253 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 10.997 jiwa dan perempuan 9.415
jiwa.3
A. Visi
Visi adalah gambaran masa depan yang ingin dicapai dalam
jangka waktu tertentu, yang realistis dan dapat menyemangati upaya
untuk mewujudkannya. Sejalan dengan kedudukan tugas pokok dan
fungsinya. Visi UPTDD Urusan Puskesmas Mabelopura
“Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Yang Bermutu dan
Profesional Menuju Palu Kota Jasa Yang Lebih Sehat”.3
B. Misi
Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh
instansi pemerintah sesuai visi yang ditetapkan agar tujuan organisasi
dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Dengan pernyataan misi
tersebut, diharapkan seluruh pegawai dan pihak yang berkepentingan
dapat mengenal instansi pemerintah dan mengenal program-
programnya serta hasil yang akan diperoleh diwaktu yang akan datang.
Untuk mencapai visi tersebut UPTD Puskesmas Mabelopura
mempunyai misi sebagai berikut :3
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan
terjangkau.
2. Meningkatkan upaya promotif dan preventif bagi masyarakat.
3. Mendorong peran serta masyarakat dalam kemandirian
berperilaku hidup bersih dan sehat,
4. Meningkatkan kerjasama lintas sektor dalam bidang kesehatan.
5. Meningkatkan kemampuan dan kualitas SDM tenaga kesehatan
yang profesional.
4
2.2 Pojok Oralit
Oralit merupakan campuran garam elektrolit seperti natrium klorida
(NaCl), kalium klorida (KCI), trisodium sitrat hidrat dan glukosa anhidrat.
Oralit diberikan segera bila menderita diare, sampai diare berhenti.2
Oralit bermanfaat untuk mengganti cairan dan elektolit dalam tubuh
yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah
dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan
untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh. Campuran
glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik
oleh usus penderita diare.2
Oralit diberikan segera bila anak diare sampai diare berhenti. Cara
pemberian oralit yaitu satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air
matang.2
Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali
buang air besar.
Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang
air besar.
Oralit dapat diperoleh di Posyandu, Polindes, Puskesmas Pembantu,
Puskesmas, Rumah Sakit atau ditempat-tempat pelayanan kesehatan lainnya.
Oralit saat ini tersedia dalam formula baru dengan tingkat osmolaritas yang
berbeda dibandingkan oralit lama, yaitu:2
5
Perbedaan oralit lama dengan oralit baru yaitu terdapat pada tingkat
osmolaritas. Osmolaritas oralit baru lebih rendah yaitu 245 mmol/l dibanding
total osmolaritas oralit lama yaitu 331 mmol/l. Penelitian menunjukkan
bahwa oralit formula baru mampu:2
a. Mengurangi volume tinja hingga 25%
b. Mengurangi mual-muntah hingga 30%
c. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena
Anak yang tidak menjalani terapi intravena, tidak harus dirawat di
Rumah Sakit. Sehingga risiko anak terkena infeksi di Rumah Sakit dapat
berkurang, pemberian ASI tidak terganggu dan orangtua dapat menghemat
biaya. WHO dan UNICEF merekomendasikan Negara-negara di dunia untuk
menggunakan dan memproduksi oralit dengan osmolaritas rendah (oralit
baru).2
Pengendalian diare difokuskan kepada pencegahan kasus diare
dimasyarakat dan pelaksanaan tatalaksana kasus diare di fasilitas pelayanan
kesehatan. Berbagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan diare antara
lain melalui:4
Penggunaan zink dalam pengobatan kasus diare
Meningkatkan penyuluhan pencegahan kasus diare di masyarakat
Meningkatkan kapasitas petugas kesehatan di fasilitas pelayaanan
kesehatan terhadap tatalaksana kasus diare
Meningkatkan jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan sosialisasi
tentang diare, upaya penatalaksanaan secara dini dan rehidrasi oral
Membentuk dan terlaksanaanya secara aktif kegiatan pojok oralit di
puskesmas dan posyandu sebagai bentuk partisipasi masyarakat
Meningkatkan jumlahkabupaten/kota yang melaksanakan Sistem
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) Diare
Pada laporan manajemen ini, permasalahan terkait pojok oralit yang
akan dibahas antara lain:
1. Bagaimana pelaksanaan program pojok oralit di Puskesmas
Mabelopura?
6
2. Bagaimana prosedur program pojok oralit di Puskesmas Mabelopura?
3. Bagaimana pencapaian target program pojok oralit di Puskesmas
Mabelopura?
Berdasarkan indikator masalah yang didapatkan dalam program pojok
oralit di Puskesmas Mabelopura adalah :
- Input : tenaga kesehatan yang bertugas dalam pelayanan pojok oralit
masih kurang, sehingga dalam pelaksanaannya masih belum maksimal.
Sarana, prasarana dan sumber dana cukup.
- Proses : pada pelaksanaan kegiatan di pojok oralit di Puskesmas
Mabelopura yang ditekankan pada kegiatan yang dilakukan di pojok
oralit.
- Output : kunjungan masyarakat ke pojok oralit perlu lebih diperhatikan.
7
BAB III
PEMBAHASAN
8
3. Cara membuat pojok oralit
Pilihan lokasi untuk pojok oralit
Dekat tempat tunggu (ruang tunggu)
Nyaman dan baik ventilasinya
Pengaturan model di Pojok Oralit
Sebuah meja untuk mencampur larutan oralit dan menyiapkan
larutan
Kursi atau bangku dengan sandaran, dimana ibu dapat duduk
dengan nyaman saat memangku anaknya
Sebuah meja kecil dimana ibu dapat menempatkan gelas yang
berisi larutan oralit
Oralit paling sedikit 1 kotak (100 bungkus)
Botol susu/gelas ukur
Gelas
Sendok
Lembar balik yang menerangkan pada ibu, bagaimana mengobati
atau merawat anak diare
d. Kegiatan Pojok Oralit
1. Penyuluhan upaya rehidrasi oral
Memberikan demonstrasi tentang bagaimana mencampur larutan
oralit dan bagaimana cara memberikannya
Menjelaskan cara mengatasi kesulitan dalam memberikan larutan
oralit bila ada muntah
Memberikan dorongan pada ibu untuk memulai memberikan makanan
pada anak atau ASI pada bayi
Mengajari ibu mengenai bagaimana meneruskan pengobatan selama
anaknya di rumah dan menentukan indikasi kapan anaknya dibawa
kembali ke Puskesmas.
9
Petugas kesehatan perlu memberikan penyuluhan pada pengunjung
Puskesmas dengan menjelaskan tatalaksana penderita diare di rumah
serta cara pencegahan diare.
2. Pelayanan Penderita
Setelah penderita diperiksa, tentukan diagnosis dan derajat rehidrasi
di ruang pengobatan, tentukan jumlah cairan yang diberikan dalam 3 jam
selanjutnya dan bawalah ibu ke Pojok URO untuk menunggu selama
diobservasi serta:
Jelaskan manfaat oralit dan ajari ibu membuat larutan oralit
Perhatikan ibu waktu memberikan oralit
Perhatikan penderita secara periodik dan catat keadaanya setiap 1-2
jam sampai penderita teratasi rehidrasinya (3-6 jam)
Catat/hitung jumlah oralit yang diberikan
Berikan pengobatan terhadap gejala lainnya seperti penurunan panas
dan antibiotika untuk mengobati disentri dan kolera.
a. Input
Masalah yang muncul dari input program ini adalah SDM program pojok
oralit yang masih sangat kurang, kriteria SDM program pojok oralit dilihat dari
keikutsertaan dalam pelatihan, serta lama bekerja sebagai petugas pojok oralit.
Pelaksaan program pojok oralit dapat dilakukan oleh para medis yang sudah
terlatih.
Puskesmas Mabelopura mempunyai pojok oralit yang berada dekat dengan
ruang tunggu pasien. Ruangan tersebut berukuran luas ± 2 x 2 m2. Namun di
Puskesmas Mabelopura ruangan Pojok Oralit dan Klinik Sanitasi disatukan
dalam 1 ruangan. Dilengkapi dengan 2 meja dan beberapa kursi.
Sarana dan prasarana yang terdapat di pojok oralit Puskesmas Mabelopura
sudah cukup lengkap. Pada ruangan pojok oralit dilengkapi meja, dimana meja
ini digunakan untuk program pojok oralit dan program klinik sanitasi karena
kedua program tersebut berada dalam 1 ruangan yang sama. Terdapat pula 1
meja lagi yang digunakan untuk meletakkan peralatan dalam membuat oralit
yang terdiri dari gelas, sendok, oralit dalam kemasan bungkus, lap bersih dan
10
alat peraga berupa contoh makanan seimbang. Di ruangan tersebut juga terdapat
wastafel dan dispenser serta galon air minum. Namun, galon di pojok oralit
sudah lama kosong dan tidak diganti.
b. Proses
Pada pelaksanaan program pojok oralit seharusnya seorang petugas
puskesmas dapat melakukan promosi rehidrasi oral pada ibu-ibu yang sedang
menunggu giliran pemeriksaan, namun hal ini belum terlaksana secara
maksimal, hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya sumber daya manusia.
Petugas yang dapat melakukan promosi tersebut yaitu seorang paramedis yang
sudah terlatih dan kompeten dalam menjalankan program rehidrasi oral.
Selain itu, diketahui bahwa bagi penderita diare yang mengalami dehidrasi
ringan-sedang diobservasi di Pojok Oralit selama 3 jam. Namun, dalam
pelaksanaannya pasien hanya diberi informasi dalam pembuatan oralit dan
boleh pulang.
c. Output
Rangkaian evaluasi/penilaian pelaksanaan program pojok oralit setelah
proses adalah output. Adapun output dari program pojok oralit di Puskesmas
Mabelopura adalah tercapainya target kunjungan yang dipatok Puskesmas
Mabelopura adalah 85%. Namun, program ini belum mencapai target yaitu
hanya mencapai 75%.
11
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Program pojok oralit di Puskesmas Mabelopura sudah cukup baik namun
perlu diperhatikan dari input yakni jumlah tenaga kesehatan yang masih
kurang dalam pelaksanaan kegiatan di pojok oralit, proses yakni pelaksanaan
kegiatan yang belum semuanya dilakukan, output yakni belum mencapai
target yang ditetapkan dari puskesmas yaitu pelaksanaannya harus tercapai
85%.
5.2 Saran
a. Sebaiknya perlu ruangan yang lebih tenang agar pasien bisa nyaman saat
mendapatkan edukasi.
b. Sebaiknya petugas pemegang program pojok oralit ini lebih fokus
memberi pelayanan di pojok oralit.
c. Sebaiknya petugas pojok oralit terdiri dari 2 paramedis sehingga apabila
seorang paramedis dari pojok oralit melakukan pelatihan maka dapat
dilakukan back up untuk pelayanan pojok oralit.
12
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI
13
Gambar Ruang Pojok Oralit
14
Gambar Meja Pojok Oralit
15
Gambar Westafel di Ruang Pojok Oralit
16
17
Penanggung Jawab Pojok Oralit
Vera Nellawati, Amd.Kep