Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN MANAJEMEN Februari, 2018

POJOK ORALIT

NAMA : A.FEBY EKA PUTRI

STAMBUK : N 111 16 052

PEMBIMBING : dr. INDAH P.KIAY DEMAK.M.Med.Ed

dr. AYU SEKARANI .D.PUTRI

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Pelaksanaan pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan


kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan
pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan upaya kesehatan dalam bentuk
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan
kesehatan oleh pemerintah dan masyarakat yang dilaksanakan secara terpadu,
terintregasi dan berkesinambungan.1
Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan
derajat kesehatan yang optimal adalah program pencegahan dan pengendalian
penyakit menular. Penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi program
pemerintah di antaranya adalah program pengendalian penyakit diare yang
bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare bersama
lintas program dan sektor terkait.1
Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses
selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses
lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang
air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam.1
Puskesmas memegang peranan penting sebagai unit pelayanan kesehatan
terdepan dalam upaya pengendalian penyakit menular yang salah satunya adalah
penyakit diare. Puskesmas diharapkan dapat melakukan pencegahan penularan
penyakit serta mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat diare baik dengan
penanganan aktif maupun dengan penyuluhan.1
Sarana rehidrasi di Puskesmas disebut pojok Upaya Rehidrasi Oral (URO)
atau lebih dikenal nama pojok oralit. Pojok oralit didirikan sebagai upaya terobosan
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat/ibu rumah
tangga, kader, petugas kesehatan dalam tatalaksana penderita diare. Pojok oralit
juga merupakan sarana untuk observasi penderita diare, baik yang berasal dari
kader maupun masyarakat.2

1
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berpotensi untuk
terjadinya kejadian luar biasa (KLB) di wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas
Tawaeli. Oleh karena itu program P2 Diare menitikberatkan pada pelaksanaan
penanggulangan KLB selain kegiatan penemuan dan pengobatan penderita diare
bagi semua umur, serta rehidrasi rumah tangga.3
Berdasarkan laporan program P2 Diare UPTD Urusan Puskesmas Tawaeli,
jumlah penderita diare di wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas Tawaeli pada
tahun 2016 sebanyak 301 kasus (laki-laki 159 kasus dan perempuan 142 kasus) dari
target 675 atau 45%, mengalami penurunan dibandingkan tahun 2015 sebanyak 572
kasus (laki-laki sebanyak 292 kasus dan perempuan 280 kasus) tahun 2013
sebanyak 367 kasus dari target 1.231 atau 29,8% dan tahun 2012 sebanyak 414
kasus (18,0%), dimana 217 kasus terjadi pada laki-laki dan 197 kasus terjadi pada
perempuan, mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011 sebanyak 556 kasus,
tahun 2010 sebanyak 566 kasus, dan tahun 2009 sebanyak 677 kasus. Dari 572
kasus tersebut 488 kasus diantaranya terjadi pada balita dengan rincian 192 kasus
terjadi pada anak umur <5 tahun dan 296 kasus lainnya terjadi pada anak umur >5
tahun.3
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa angka kejadian diare di
Puskesmas Mabelopura masih cukup tinggi dan sempat meningkat pada tahun
2015. Diare masih menjadi salah satu penyakit terbanyak di Puskesmas Mabelopura
sehingga perlu ditinjau mengenai manajemen pojok oralit di Puskesmas
Mabelopura karena pojok oralit berperan dalam meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap peran oralit pada penyakit diare. Berikut akan dibahas
mengenai manajemen pojok oralit di Puskesmas Mabelopura.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Puskesmas Mabelopura


Puskesmas adalah unit kegiatan yang mandiri dalam wilayah
kecamatan dalam arti puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat
pertama, pelaksana, monitoring serta mengevaluasi pembangunan kesehatan
diwilayah kerja sesuai dengan situasi, kondisi, kultur, budaya dan potensi
setempat serta mempunyai kewenangan dalam mencari, menggali, dan
mengelola sumber pembiayaan.3
Puskesmas Mabelopura merupakan salah satu Puskesmas di wilayah di
Kota Palu, yang terletak di Kelurahan Tatura Selatan yang beralamat di Jalan
I Gusti Ngurah Rai No. 18 Kecamatan Palu Selatan Provinsi Sulawesi
Tengah, secara astronomis terletak antara 0o,35”-0o,56” Lintang Selatan dan
119o,45”-120o,1” Bujur Timur, tepat berada di bawah garis khatulistiwa
dengan ketinggian 0-700 meter dari permukaan laut, letak UPTD Urusan
Puskesmas Mabelopura berbatasan dengan wilayah sebagai berikut :3
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Lolu Utara
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Birobuli Utara dan
Keluarahan Birobuli Selatan
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Marawola
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tatanga
Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Kota Palu rata-rata
suhu udara adalah 27,31oC. Suhu udara terendah terjadi pada bulan Juni, yaitu
26,60oC, sedangkan bulan-bulan lainnya suhu udara berkisar antara 26,60-
28,10oC. Kelembaban udara rata-rata tertinggi terjadi pada Bulan Februari
yang mencapai 81,00%, sedangkan kelembaban udara terendah terjadi pada
Bulan Oktober yang mencapai 74%.3

3
Jumlah Penduduk wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas Mabelopura
20.253 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 10.997 jiwa dan perempuan 9.415
jiwa.3

A. Visi
Visi adalah gambaran masa depan yang ingin dicapai dalam
jangka waktu tertentu, yang realistis dan dapat menyemangati upaya
untuk mewujudkannya. Sejalan dengan kedudukan tugas pokok dan
fungsinya. Visi UPTDD Urusan Puskesmas Mabelopura
“Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Yang Bermutu dan
Profesional Menuju Palu Kota Jasa Yang Lebih Sehat”.3

B. Misi
Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh
instansi pemerintah sesuai visi yang ditetapkan agar tujuan organisasi
dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Dengan pernyataan misi
tersebut, diharapkan seluruh pegawai dan pihak yang berkepentingan
dapat mengenal instansi pemerintah dan mengenal program-
programnya serta hasil yang akan diperoleh diwaktu yang akan datang.
Untuk mencapai visi tersebut UPTD Puskesmas Mabelopura
mempunyai misi sebagai berikut :3
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan
terjangkau.
2. Meningkatkan upaya promotif dan preventif bagi masyarakat.
3. Mendorong peran serta masyarakat dalam kemandirian
berperilaku hidup bersih dan sehat,
4. Meningkatkan kerjasama lintas sektor dalam bidang kesehatan.
5. Meningkatkan kemampuan dan kualitas SDM tenaga kesehatan
yang profesional.

4
2.2 Pojok Oralit
Oralit merupakan campuran garam elektrolit seperti natrium klorida
(NaCl), kalium klorida (KCI), trisodium sitrat hidrat dan glukosa anhidrat.
Oralit diberikan segera bila menderita diare, sampai diare berhenti.2
Oralit bermanfaat untuk mengganti cairan dan elektolit dalam tubuh
yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah
dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan
untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh. Campuran
glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik
oleh usus penderita diare.2
Oralit diberikan segera bila anak diare sampai diare berhenti. Cara
pemberian oralit yaitu satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air
matang.2
 Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali
buang air besar.
 Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang
air besar.
Oralit dapat diperoleh di Posyandu, Polindes, Puskesmas Pembantu,
Puskesmas, Rumah Sakit atau ditempat-tempat pelayanan kesehatan lainnya.
Oralit saat ini tersedia dalam formula baru dengan tingkat osmolaritas yang
berbeda dibandingkan oralit lama, yaitu:2

Tabel Perbedaan Oralit Lama dan Oralit Baru

5
Perbedaan oralit lama dengan oralit baru yaitu terdapat pada tingkat
osmolaritas. Osmolaritas oralit baru lebih rendah yaitu 245 mmol/l dibanding
total osmolaritas oralit lama yaitu 331 mmol/l. Penelitian menunjukkan
bahwa oralit formula baru mampu:2
a. Mengurangi volume tinja hingga 25%
b. Mengurangi mual-muntah hingga 30%
c. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena
Anak yang tidak menjalani terapi intravena, tidak harus dirawat di
Rumah Sakit. Sehingga risiko anak terkena infeksi di Rumah Sakit dapat
berkurang, pemberian ASI tidak terganggu dan orangtua dapat menghemat
biaya. WHO dan UNICEF merekomendasikan Negara-negara di dunia untuk
menggunakan dan memproduksi oralit dengan osmolaritas rendah (oralit
baru).2
Pengendalian diare difokuskan kepada pencegahan kasus diare
dimasyarakat dan pelaksanaan tatalaksana kasus diare di fasilitas pelayanan
kesehatan. Berbagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan diare antara
lain melalui:4
 Penggunaan zink dalam pengobatan kasus diare
 Meningkatkan penyuluhan pencegahan kasus diare di masyarakat
 Meningkatkan kapasitas petugas kesehatan di fasilitas pelayaanan
kesehatan terhadap tatalaksana kasus diare
 Meningkatkan jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan sosialisasi
tentang diare, upaya penatalaksanaan secara dini dan rehidrasi oral
 Membentuk dan terlaksanaanya secara aktif kegiatan pojok oralit di
puskesmas dan posyandu sebagai bentuk partisipasi masyarakat
 Meningkatkan jumlahkabupaten/kota yang melaksanakan Sistem
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) Diare
Pada laporan manajemen ini, permasalahan terkait pojok oralit yang
akan dibahas antara lain:
1. Bagaimana pelaksanaan program pojok oralit di Puskesmas
Mabelopura?

6
2. Bagaimana prosedur program pojok oralit di Puskesmas Mabelopura?
3. Bagaimana pencapaian target program pojok oralit di Puskesmas
Mabelopura?
Berdasarkan indikator masalah yang didapatkan dalam program pojok
oralit di Puskesmas Mabelopura adalah :
- Input : tenaga kesehatan yang bertugas dalam pelayanan pojok oralit
masih kurang, sehingga dalam pelaksanaannya masih belum maksimal.
Sarana, prasarana dan sumber dana cukup.
- Proses : pada pelaksanaan kegiatan di pojok oralit di Puskesmas
Mabelopura yang ditekankan pada kegiatan yang dilakukan di pojok
oralit.
- Output : kunjungan masyarakat ke pojok oralit perlu lebih diperhatikan.

7
BAB III
PEMBAHASAN

Sarana rehidrasi di Puskesmas disebut pojok Upaya Rehidrasi Oral (URO)


atau lebih dikenal dengan nama pojok oralit. Pojok oralit didirikan sebagai upaya
terobosan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat/ibu
rumah tangga, kader, petugas kesehatan dalam tatalaksana penderita diare. Pojok
oralit juga merupakan sarana untuk observasi penderita diare, baik yang berasal dari
kader maupun masyarakat. Melalui pojok oralit diharapkan dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat dan petugas terhadap tatalaksana penderita diare,
khususnya dengan upaya rehidrasi oral.2
a. Fungsi Pojok Oralit
1. Mempromosikan upaya-upaya rehidrasi oral
2. Memberi pelayanan penderita diare
3. Memberikan pelatihan kader (Posyandu)
b. Tempat
Pojok oralit adalah bagian dari suatu ruangan di Puskesmas (ruangan
tunggu pasien) dengan 1 meja kecil. Seorang petugas puskesmas dapat
mempromosikan rehidrasi oral pada ibu-ibu yang sedang menunggu giliran
untuk suatu pemeriksaan. Bagi penderita diare yang mengalami dehidrasi
ringan-sedang diobservasi di Pojok Oralit selama 3 jam. Ibu/keluarganya akan
dianjurkan bagaimana cara menyiapkan oralit dan berapa banyak oralit yang
harus diminum oleh penderita.
c. Sarana Pendukung :
1. Tenaga pelaksana : paramedis terlatih
2. Prasarana :
 Tempat pendaftaran
 Ruangan yang dilengkapi dengan meja, galon, oralit 200 ml, gelas,
sendok, lap bersih, sarana cuci tangan dengan air mengalir dan sabun
(wastafel)

8
3. Cara membuat pojok oralit
 Pilihan lokasi untuk pojok oralit
 Dekat tempat tunggu (ruang tunggu)
 Nyaman dan baik ventilasinya
 Pengaturan model di Pojok Oralit
 Sebuah meja untuk mencampur larutan oralit dan menyiapkan
larutan
 Kursi atau bangku dengan sandaran, dimana ibu dapat duduk
dengan nyaman saat memangku anaknya
 Sebuah meja kecil dimana ibu dapat menempatkan gelas yang
berisi larutan oralit
 Oralit paling sedikit 1 kotak (100 bungkus)
 Botol susu/gelas ukur
 Gelas
 Sendok
 Lembar balik yang menerangkan pada ibu, bagaimana mengobati
atau merawat anak diare
d. Kegiatan Pojok Oralit
1. Penyuluhan upaya rehidrasi oral
 Memberikan demonstrasi tentang bagaimana mencampur larutan
oralit dan bagaimana cara memberikannya
 Menjelaskan cara mengatasi kesulitan dalam memberikan larutan
oralit bila ada muntah
 Memberikan dorongan pada ibu untuk memulai memberikan makanan
pada anak atau ASI pada bayi
 Mengajari ibu mengenai bagaimana meneruskan pengobatan selama
anaknya di rumah dan menentukan indikasi kapan anaknya dibawa
kembali ke Puskesmas.

9
 Petugas kesehatan perlu memberikan penyuluhan pada pengunjung
Puskesmas dengan menjelaskan tatalaksana penderita diare di rumah
serta cara pencegahan diare.
2. Pelayanan Penderita
Setelah penderita diperiksa, tentukan diagnosis dan derajat rehidrasi
di ruang pengobatan, tentukan jumlah cairan yang diberikan dalam 3 jam
selanjutnya dan bawalah ibu ke Pojok URO untuk menunggu selama
diobservasi serta:
 Jelaskan manfaat oralit dan ajari ibu membuat larutan oralit
 Perhatikan ibu waktu memberikan oralit
 Perhatikan penderita secara periodik dan catat keadaanya setiap 1-2
jam sampai penderita teratasi rehidrasinya (3-6 jam)
 Catat/hitung jumlah oralit yang diberikan
 Berikan pengobatan terhadap gejala lainnya seperti penurunan panas
dan antibiotika untuk mengobati disentri dan kolera.
a. Input
Masalah yang muncul dari input program ini adalah SDM program pojok
oralit yang masih sangat kurang, kriteria SDM program pojok oralit dilihat dari
keikutsertaan dalam pelatihan, serta lama bekerja sebagai petugas pojok oralit.
Pelaksaan program pojok oralit dapat dilakukan oleh para medis yang sudah
terlatih.
Puskesmas Mabelopura mempunyai pojok oralit yang berada dekat dengan
ruang tunggu pasien. Ruangan tersebut berukuran luas ± 2 x 2 m2. Namun di
Puskesmas Mabelopura ruangan Pojok Oralit dan Klinik Sanitasi disatukan
dalam 1 ruangan. Dilengkapi dengan 2 meja dan beberapa kursi.
Sarana dan prasarana yang terdapat di pojok oralit Puskesmas Mabelopura
sudah cukup lengkap. Pada ruangan pojok oralit dilengkapi meja, dimana meja
ini digunakan untuk program pojok oralit dan program klinik sanitasi karena
kedua program tersebut berada dalam 1 ruangan yang sama. Terdapat pula 1
meja lagi yang digunakan untuk meletakkan peralatan dalam membuat oralit
yang terdiri dari gelas, sendok, oralit dalam kemasan bungkus, lap bersih dan

10
alat peraga berupa contoh makanan seimbang. Di ruangan tersebut juga terdapat
wastafel dan dispenser serta galon air minum. Namun, galon di pojok oralit
sudah lama kosong dan tidak diganti.
b. Proses
Pada pelaksanaan program pojok oralit seharusnya seorang petugas
puskesmas dapat melakukan promosi rehidrasi oral pada ibu-ibu yang sedang
menunggu giliran pemeriksaan, namun hal ini belum terlaksana secara
maksimal, hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya sumber daya manusia.
Petugas yang dapat melakukan promosi tersebut yaitu seorang paramedis yang
sudah terlatih dan kompeten dalam menjalankan program rehidrasi oral.
Selain itu, diketahui bahwa bagi penderita diare yang mengalami dehidrasi
ringan-sedang diobservasi di Pojok Oralit selama 3 jam. Namun, dalam
pelaksanaannya pasien hanya diberi informasi dalam pembuatan oralit dan
boleh pulang.
c. Output
Rangkaian evaluasi/penilaian pelaksanaan program pojok oralit setelah
proses adalah output. Adapun output dari program pojok oralit di Puskesmas
Mabelopura adalah tercapainya target kunjungan yang dipatok Puskesmas
Mabelopura adalah 85%. Namun, program ini belum mencapai target yaitu
hanya mencapai 75%.

11
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Program pojok oralit di Puskesmas Mabelopura sudah cukup baik namun
perlu diperhatikan dari input yakni jumlah tenaga kesehatan yang masih
kurang dalam pelaksanaan kegiatan di pojok oralit, proses yakni pelaksanaan
kegiatan yang belum semuanya dilakukan, output yakni belum mencapai
target yang ditetapkan dari puskesmas yaitu pelaksanaannya harus tercapai
85%.

5.2 Saran
a. Sebaiknya perlu ruangan yang lebih tenang agar pasien bisa nyaman saat
mendapatkan edukasi.
b. Sebaiknya petugas pemegang program pojok oralit ini lebih fokus
memberi pelayanan di pojok oralit.
c. Sebaiknya petugas pojok oralit terdiri dari 2 paramedis sehingga apabila
seorang paramedis dari pojok oralit melakukan pelatihan maka dapat
dilakukan back up untuk pelayanan pojok oralit.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak.

2. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare.

3. Puskesmas Tawaeli. 2016. Profil Kesehatan UPTD Urusan Puskesmas

Tawaeli Kota Palu Tahun 2016. Tawaleli : Puskesmas Tawaeli.

4. PP dan PL Kementerian Kesehatan RI. 2009. Inovasidan Terobosan Pembangunan

Kesehatan Nasional Pengendalian Penyakitdan Penyehatan Lingkungan

2009-2014. Jakarta : PP dan PL Kementerian Kesehatan RI.

DOKUMENTASI

13
Gambar Ruang Pojok Oralit

14
Gambar Meja Pojok Oralit

15
Gambar Westafel di Ruang Pojok Oralit

16
17
Penanggung Jawab Pojok Oralit
Vera Nellawati, Amd.Kep

Anda mungkin juga menyukai