Anda di halaman 1dari 9

Bangunan Sederhana Tahan Gempa

Dalam enam tahun terakhir, sudah terjadi sedikitnya lima gempa bumi yang tergolong besar di
Indonesia. Salah satu yang terparah adalah gempa yang terjadi di Lombok dan gempa yang disusul oleh
tsunami di Palu dan Donggala. Indonesia memang termasuk ke dalam negara yang cukup akrab dengan
bencana gempa bumi karena letaknya yang berada di tengah-tengah cincin api pasifik. Ketika gempa
menerjang, maka objek yang paling terpengaruh oleh efek gempa adalah bangunan, terutama rumah-
rumah penduduk.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, menyatakan dalam laman
resmi BNPB bahwa sebagian besar rumah yang rusak akibat gempa dibangun dengan konstruksi yang
bukan tahan gempa. Padahal desain bangunan tahan gempa sudah banyak tersedia, hanya saja belum
terealisasi dengan baik. Minimnya regulasi di Pemda tentang rumah tahan gempa, terbatasnya
pengetahuan masyarakat dan tukang, alasan ekonomi, tata ruang, merupakan beberapa faktor penyebab
bangunan dengan konstruksi tahan gempa belum banyak dibangun. Sebagai rekomendasi, BNPB melalui
akun medsosnya telah memberikan gambaran mengenai 7 konstruksi bangunan modern yang tahan
gempa.

1. Growing House

growing house via www.brilio.net

Karya yang diberi nama growing house berhasil memenangkan sebuah sayembara desain
perumahan bertajuk ‘Kumamoto Artpolis’ yang diadakan oleh pemerintah Jepang. Penggagasnya
adalah Ardhyasa Fabrian Gusma, Galih Adityas, Eko Cahyo Saputro, Hafizha Muslim Primaramadhan dan
Nabila Afif serta dosen pendamping Ikaputra Ir.,M.Eng.,Ph.D, yang merupakan perwakilan mahasiswa
UGM Yogyakarta.

Melihat kondisi Indonesia dan Jepang sama-sama negara yang rawan gempa, maka persoalan
gempa menjadi konsep awal yang mereka hadirkan. Tidak hanya itu, ternyata kelima mahasiswa ini ingin
menghadirkan sisi gotong-royong masyarakat Indonesia yang sangat kuat.

"Konsep desain ini dibagi tiga tahap yaitu home for all, space for all dan life for future,"

Maksud dari konsep home for all adalah mendesain bangunan secara parsial yang masih sesuai
dengan fungsi utamanya. Selain itu juga ditambahkan ruang untuk beraktivitas di dalam rumah. Fungsi
luar rumah juga dimaksimalkan untuk tetap digunakan seperti tempat untuk bercocok tanam, olahraga,
festival atau sekedar tempat untuk memelihara hewan. Konsep rumah ini akan membuat penghuninya
akan lebih produktif dan tetap dapat berinteraksi dengan lingkungan.

Growing house juga dirancang sebagai rumah tahan gempa dan dapat mengantisipasi bencana
banjir. Sisi gotong royong juga dihadirkan dalam konsep rumah ini. Rumah yang bagian atapnya dibuat
semacam joglo ini dilengkapi dengan panel surya, didesain dengan tingkat keamanan yang baik juga
menyediakan desain khusus untukl difabel. Growing house ini pun mendapat tanggapan yang baik oleh
pemerintah Jepang dan disebut-sebut sebagai salah satu desain terbaik untuk mitigasi bencana gempa.

2. Rumah Dome

Rumah Dome via www.ikons.id


begini konstruksinya via blog.sribu.com

Salah satu ciri utama yang mencolok dari bangunan ini adalah tampilannya yang membentuk
setengah lingkaran. Rumah dome karya Prof. Nizam, M.Sc, Ph.D ini memang mirip kubah besar di mana
elemen dinding dan atapnya menjadi satu kesatuan yang utuh. Karenanya, daya tahan terhadap
goncangan dan angin kencang pun semakin kuat. Dilansir blog.sribu.com, kunci dari rumah dome ini
adalah konstruksinya yang kokoh dan memakai bahan-bahan ringan, terutama atap dan dindingnya.
Sehingga saat diguncang gempa, bahan-bahan ringan ini nggak berayun dengan kencang dan kecil
risikonya untuk roboh. Meski begitu, konstruksi pondasi, kolom, dan kuda-kuda atap harus kuat.

Komplek bangunan rumah dome yang ada di Indonesia berlokasi di Dusun Nglepen, Prambanan,
Kabupaten Sleman. Rumah yang dibangun sebagai mitigasi gempa Jogja tahun 2006 ini kemudian oleh
penduduk setempat disebut sebagai rumah teletubbies.
3. Barrataga (Bangunan Rumah Rakyat Tahan Gempa).

konsep Barrataga via twitter.com

Model rumah yang digagas oleh Pakar Rekayasa Kegempaan Universitas Islam Indonesia (UII)
Yogyakarta, Prof. Ir. Sarwidi ini bentuknya mirip rumah limas atau joglo. Rumah yang memiliki makna
filosofis ‘menyelamatkan diri’ ini lagi-lagi dikembangkan sebagai respon atas gempa Jogja 2006 silam.
Dijelaskan oleh Sarwidi dalam Liputan 6, rangka barrataga ini terdiri dari beton kolom, balok bawah, balok
tepi atas, balok lantai kemudian disambungkan dengan simpul-simpul barrataga agar nggak patah saat
gempa. Kunci pondasinya yang kuat adalah pasir 20 cm sebagai peredam getaran bangunan.

Aspek terpenting dari pembangunan barrataga adalah penguatan besi tulangan bangunan yang
saling mengait. Menurut Sarwidi, fungsi barrataga sebagai rumah anti gempa akan semakin kuat jika
menggunakan kayu atau bambu untuk besi tulangannya.
4. Rumah instan beton bongkar pasang Risha (Rumah Instan Sederhana Sehat)

rumah Risha via puskim.pu.go.id

RISHA merupakan rumah dengan konsep bongkar pasang di mana proses pembangunannya
nggak membutuhkan semen dan bata, melainkan dengan menggabungkan panel-panel beton dengan
baut. Kompenennya dibuat secara pabrikasi dengan kostruksi penyusun rumah berdasarkan ukuran
modular. Karenanya, Risha bisa diselesaikan dengan waktu jauh lebih cepat. Risha menjadi solusi untuk
perumahan masyarakat yang berpenghasilan rendah, pengungsi korban bencana, dan rumah darurat
dengan tetap mempertahankan kualitas bangunan sesuai dengan standarnya. Mengenai fitur, daftar
harga panel berikut komponen-komponennya, bisa dicek di situs Litbang PUPR.
5. Rika (Rumah Instan Kayu)

rumah Rika via www.housing-estate.com

Inovasi pembangunan rumah instan kembali dikeluarkan oleh Kementrian PUPR berupa rumah
instan kayu alias Rika. Rumah instan ini berbahan dasar dari kayu kelas rendah cepat tumbuh (sengon,
karet, akasia mangium) yang diolah kembali sehingga kekuatannya setara dengan kayu kualitas kelas 1.
Dilansir Housing-Estate, Prosesnya diperkuat dengan sistem Laminated Veneer Lumber (LVL), semacam
proses perekatan pada kayu lapis sehingga kayu biasa memiliki kekuatan yang sangat keras. Kelemahan
kayu seperti lapuk, rawan rayap, kuat tekan, dan sebagainya juga akan hilang setelah diproses dengan
LVL.

Konstruksi rumah menggunakan kayu juga relatif lebih mudah untuk dirancang tahan gempa.
Pasalnya, sifat dasar materialnya lebih ringan bila dibandingkan beton dan batu bata pada umumnya.
6. Ruspin (Rumah Unggul Sistem Panel) yang menggunakan sistem bongkar pasang dengan teknologi
baru

rumah Ruspin via puskim.pu.go.id

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Badan Penelitian dan
Pengembangan telah mengeluarkan produk Rumah Unggul Sistem Panel atau Ruspin sebagai
pengembangan dari Risha. Meski keduanya sama-sama memiliki sistem bongkar pasang dengan
komponen yang dibuat secara pabrikasi, Rusli, peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman,
menyatakan kepada Kompas bahwa Ruspin lebih unggul dibandingkan Risha karena menghilangkan
simpul yang sulit untuk dibuat dan menggantinya dengan teknologi baru yang lebih mudah dipasang.

Selain mudah diaplikasikan dan hemat biaya, Ruspin ini juga sudah teruji kekuatannya. Ruspin
nggak langsung runtuh sat diuji gempa, komponen-komponennya tetap memberi perlawanan terhadap
gaya karena konsep bangunannya itu memang nggak boleh runtuh, jadi masih aman untuk proses
evakuasi.
7. Rumah tanpa kayu besutan PT Conwood Indonesia ini juga diklaim kuat karena tahan gempa, anti
rayap dan tahan api

rumah Conwood via www.idntimes.com

Terbatasnya suplai bahan bangunan untuk membangun rumah memunculkan inovasi desain
rumah yang menggunakan produk substitusi. Seperti rumah Conwood, yang seluruh materialnya bebas
kayu dan menggunakan material yang disuplai PT Conwood Indonesia yang terdiri dari campuran semen
dan serat fiber. Dalam inovasinya, teknologi rumah Conwood bisa dibangun dalam waktu 7 hari dengan 7
orang pekerja. Selain itu, rumah ini juga diklaim kuat karena tahan gempa, anti rayap dan tahan api,
seperti dilansir dari Kompas.

Konstruksinya yang lentur nggak akan mudah roboh dan lebih fleksibel saat terjadi goncangan.
Kalaupun sampai ambruk, materialnya ringan sehingga nggak membahayakan. Terciptanya inovasi rumah
Conwood ini juga untuk mendukung program pemerintah yaitu program bangun 1 juta rumah tanpa
harus mengorbankan 5 juta pohon dari hutan Indonesia lo!

Bencana gempa bumi yang memakan banyak korban kebanyakan karena tertimpa reruntuhan
bangunan, jadi harusnya kita lebih takut akan bangunannya, bukan gempanya. Sehingga, membangun
rumah tahan gempa merupakan hal mendasar sebagai mitigasi dampak yang terlalu besar. Tak hanya
pemerintah yang harus meningkatkan kepedulian akan pembangunan rumah tahan gempa ini, tapi juga
sudah menjadi perhatian kita bersama untuk membudayakan sadar bencana dan bersiap untuk selamat
dengan mempertimbangkan pembangunan rumah tahan gempa. Kalau rumah yang dihuni sudah aman,
maka jalannya proses evakuasi juga lebih lancar nantinya. Pun meminimalisir korban yang berjatuhan
karena reruntuhan bangunan.

Anda mungkin juga menyukai