Anda di halaman 1dari 15

BAHAN AJAR

Syair Wasiat Renungan Masa


KD 3.9 & 4.10

Disusun Oleh
H. Sapiin, Mar’i, Cedin Atmaja, Hairussibyan

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA


INDONESIA
UNIVERSITAS MATARAM
2019
A. KOMPETENSI INTI

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dengan mematuhi norma-
norma bahasa Indonesia serta mensyukuri dan mengapresiasi keberadaan syair Syair
Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru Karya Tgkh. Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.

KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan menunjukkan sikap pro- aktif
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam kehidupan sosial secara
efektif dengan memiliki sikap positif terhadap Syair Wasiat Renungan Masa
Pengalaman Baru Karya Tgkh. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid serta
mempromosikan penggunaannya sebagai bentuk mengapresiasi puisi rakyat setempat.

KI 3 : Memahami , menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural


berdasarkan rasa ingin tahu tentang Syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru
Karya Tgkh. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian puisi rakyat setempat yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
(ipteks).

KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak untuk
mengembangkan ilmu Syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru Karya Tgkh.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang dibaca/didengar,

secara mandiri dengan menggunakan metode ilmiah sesuai kaidah keilmuan terkait.

B. KD & IPK

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

K.D. 3.9 Mengidentivikasi informasi 3.9.1 Menentukan struktur bunyi teks Syair
(pesan, rima, pilihan kata dari (puisi Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru
rakyat setempat) yang dibaca dan Karya Tgkh. Muhammad Zainuddin Abdul
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

didengar. K.D. 4.10 Mengunkapkan Madjid yang dibaca/didengar,


perasaan, pesan dalam bentuk puisi
3.9.2 menentukan isi atau makna yang
rakyat secara lisan dan tulisan dengan
terkandung dalam teks Syair Wasiat Renungan
memperhatian struktur, rima, dan
Masa Pengalaman Baru Karya Tgkh.
penggunaan Bahasa Memahami
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang
struktur dan isi syair
dibaca/didengar,

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

Melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, model pembelajaraan discovery


learning, siswa diharapkan dapat:

A. Tujuan Pembelajaran
1. Dalam memperlajari teks Syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru Karya Tgkh.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang dibaca/didengar, peserta didik terbiasa
menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah yang baik dan benar.
2. Dalam memperlajari teks Syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru Karya Tgkh.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang dibaca/didengar, peserta didik selalu tepat
waktu dalam menyelesaikan tugas.
3. Dalam memperlajari teks Syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru Karya Tgkh.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang dibaca/didengar, peserta didik senantiasa
menggunakan kata-kata yang tidak menyinggung perasaan temanya.
4. Setelah memahami struktur teks yang dibaca, peserta didik mampu menentukan
struktur bunyi Syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru Karya Tgkh. Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid yang dibaca/didengar, dengan benar.
5. Setelah memahami struktur teks yang dibaca, peserta didik mampu menentukan isi
Syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru Karya Tgkh. Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid yang dibaca/didengar, dengan benar.
6. Setelah membaca teks syair, peserta didik mampu menyanyikan Syair Wasiat Renungan
Masa Pengalaman Baru Karya Tgkh. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dengan
benar.

D. A.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI

1. Pengertian Sayair
Kata syair berasal dari Bahasa Arab, syu’ur yang
berarti perasaan. Oleh karena itu dapat dikatakan syair dapat
diartikan sebagai ungkapan perasaan penulisnya. Syair adalah
puisi lama yang berasal dari Persia dengan ciri-ciri: tiap bait
terdiri atas empat bait, tiap baris terdiri atas delapan sampai dua
belas suku kata, bersajak a-a, semua baris merupakan isi, tidak ada sampiran (Umar, 2017: 7).
Syair dibawa masuk ke Nusantara bersamaan dengan masuknya Islam ke Indonesia. Itu
sebabnya syair-syair yang berkembang di Indonesia banyak berhubungan dengan ajaran
agama Islam dan dikenal dengan syair agama.

2.Struktur bunyi syair Wasiat Renungan Masa

a. Orkestra Bunyi (Kakofoni dan Efoni)

Orkestra bunyi dalam Syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru Karya TGKH.

Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dapat ditemukan dalam data berikut:

Di sasak ini banyaklah masih


Pusaka lama di tempat tersisih
Lobar loteng di tempat terpilih
Di lotim penuh di jaga patih (14, hal 15)

Bunyi yang tampak dominan pada kutipan bait syair Wasiat Renungan Masa

Pengalaman Baru adalah bunyi vokal [i] misalnya pada kata di, ini masih, tersisih, terpilih,

lotim dan patih. Kemudian bunyi vokal [a] misalnya pada kata sasak, lama, jaga, dan kata

banyaklah. Kemudian bunyi vokal [i] dan [a] menyatu dengan bunyi-bunyi vokal lainnya

sperti bunyi vokal [e] dan [o].


b. Simbol Bunyi

Dalam syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru hanya terdapat satu symbol bunyi saja

yaitu, lambang rasa (klanksymboliek), seperti pada penjelasan berikut.

Lambang rasa yang tercermin dalam syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru terdiri dari

perasaan suka/perasaan bahagia, perasaan kasih sayang, perasaan sedih, dan perasaan menyesal,

seperti pada contoh di bawah:

1. Melambangkan Perasaan Sayang


MAN TAABA TAABALLAHU ‘ALAIHI
Orang yang taubat dikasihani
Limpahkan rahmat magfirah abadi
Oleh Tuhan Rabbul ‘Izzati (109, hal 36)

Pada kutipan syair di atas menjelaskan tentang kasih sayang sang Pencipta terhadap makhluknya,

ini terbukti dari kalimat pertama pada bait di atas “MAN TAABA TAABALLAHU ‘ALAIHI’ yang

artinya “barang siapa yang taubat, Allah akan terima taubatnya”. Serta baris kedua yang menjelaskan

orang sudah berbuat dosa dan berpaling dari Allah sekalipun akan tetap di ampuni oleh Allah selama

ia mau bertaubat. Pada larik ketiga dan keempat yang berbunyi Limpahkan rahmat magfirah abadi,

Oleh Tuhan Robbul’izzati melalu larik tersebut TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid

mendoakan dan menghimbau untuk saling mendoakan agar orang-orang yang bertaubat diberi

magfirah (ampunan) Allah SWT.

2. Perasaan Bahagia
Aduh sayang !
Sekali lagi Alhamdulillah
Atas bantuan dan jerih payah,
Para HASIDIN si juru da’wah
‘nyiarkan NW sonder diupah (71, hal 87 )

Pada kutipan bait syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru di atas menceritakan betapa

bahagiannya TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid atas kehadiran para hasidin yakni orang

yang senantiasa membantu beliau dalam berjuang, hal ini terbutki pada larik kedua dan ketiga pada
kutiapn bait tersebut yang berbunyi sekali lagi alhmadulillah, atas bantuan dan jerih payah.

Ungkapan kebahagiaan ini beliau ungkapkan kepada orang-orang yang senantiasa membantu beliau

dalam berjuang tanpa memita balasan dan upah, hal ini dapat terlihat dari larik syair keempat dan

kelima yang berbunyi para HASIDIN dan juru da’wah, nyiarkan NW nyoder upah. Tentu pesan

yang ingin TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sampaikan ialah agar kita senantiasa saling

tolong menolong terhadap sesama manusia secra ikhlas bukan semata-mata menolong sesama ketika

ada maunya saja atau ketika ada imbalan.

3. Melambangkan Perasaan Sedih


Aduh sayang !
Aku melihat banyaknya fitnah
Karena anakda berpisah-pisah
Tidak seturut pada ayahda
MASYAALLAH WA INNALILLAH (no 10, hal 72)
Melalui kutipan bait syair di atas TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid menuangkan

kepedihan hatinya ketika beliau melihat para murid-muridnya para pengikutnya dilanda fitnah ini

terlihat pada bait kedua yang berbunyi aku melihat banyaknya fitnah lalu beliau melanjutkan lagi pada

larik ktiga yang berbunyi karena anakda berpisah- pisah yang berarti murid-murid beliau tidak lagi

berdampingan tidak lagi sejalur mereka terpecah belah, kesedihan yang beliau gambrakan pada

kutipan bait ini bertambah jelas dengan kehadiran larik keempat yang berbunyi tidak seturut pada

ayahda, beliau menggambarkan betapa tersyatnya hati beliau ketika murid-murid beliau sudah tidak

lagi mau seperti dulu yang turut pada beliau dan turut berjuang bersama-sama.

Aduh sayang !
Di saat kami di kepung orang
Ada juga nakku menghilang
Sungguh dunia heran tercengang
Melihat nakda menggunting benang (23, hal 76)

Kutipan bait dalam syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru yang kedua ini juga berisi

tentang ungkapan kesedihan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, ini terlihat sekali pada

larik kedua dan ketika yang bernunyi di saat kami di kepung orang, ada juga nakku menghilang.

Pada kedua larik ini beliau berusaha menjelaskan bahwa ketika beliau berjuang dan di saat yang sama

fitnah meraja lela menghampiri beliau, di sanalah bathin beliau diuji dengan ketidaksetiaan murid-
murid beliau, murid-murid beliau yang tega meninggalkan beliau di saat dalam keadaan genting

seperti itu. Lalu TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid melanjutkan ke larik keempat dan

kelima yang berbunyi sungguh dunia heran tercenganng, melihat anakda menggunting benang.

Melalui kedua larik tersebut beliau berusaha menggambarkan betapa herannya masyarakat sekitar

melihat ketika ada murid-murud atau pengikut-pengikut beliau yang tidak setia dan enggan lagi untuk

berjuang bersama-sama beliau. Dalam kutipan bait syait di atas TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul

Madjid bukan hanya semata-mata hanya ingi menggambrakan kesedihan beliau, akan tetapi juga ada

person yang tersirat dibaliknya yaitu tentang kesetiakawanan.

1. Perasaan Menyesal
Aduh sayang !
Banyaklah orang mendewakan nafsu
Melontar kesana melontar kesitu
akhirnya memohon ampun seribu
“IYYAKA WAMA YU’TDZARU MINHU” (38, hal 109)

Kutipan bait syair di atas menggambarkan betapa banyaknya orang yang selalu

mengikuti hawa nafsunya mengikuti keinginannya tanpa memikirkan terlebih dahulu, sehingga jalan

kehidupannya tidak menentu, tidak memiliki tujuan hidup yang pasti sehingga TGKH. Muhammad

Zainuddin Abdul Madjid mengatakan “IYYAKA WA YU’TADZARU MINHU” yang artinya “jauhkan

dirimu dari apa yang menyusahkan/menyakitkan/menguzurkan dari padanya” pada larik terakhir,

tersirat pesan dampak dari orang yang selalu mengikuti hawa nafsu dan keinginannya, karena yang

selalu mengikuti hawa nafsunya akan terjebak kepada hal yang menyusahkan dirinya sendiri.

Aduh Sayang !
Silaparang dada jiwanya rukun
Bila bersalah memohon ampun
Sipicik dada selalu ngerumun
SUKA MENEBAS BULUH SERUMPUN (58, hal 113)

Kutipan kedua di atas TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid berysaha mengambarkan

orang-orang yang senantiasa memohon ampun atau menyegerakan meminta maaf kepada Tuhannya

akan segala kesalah atau dosa yang telah ia perbuat, baik itu dosa kecil maupun dosa besar akan
selalu dilapangkan dadanya yakni diberikan kesabaran, kesadara, hati yang bersih dan sealalu tulus.

Sebaliknya berbeda dengan orang yang selalu ngerumun (mengeluh) ialah ciri-ciri orang yang tidak

sadar akan kesalahan yang telah ia perbuat dan enggan untuk memohon ampun, sehingga TGKH.

Muhammad Zainuddin Abdul Madjid menyebunya dnegan sebutan orang yang picik atau licik.

c. Persajakan (Rima)

Dilihat dari segi letak barisnya persajakan (rima) dalam syair Wasiat Renungan Masa

Pengalaman Baru, hanya ditemukan satu persajakan (rima) yakni rima sejajar. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan data-data yang ditemukan hanya terdapat data yang menunjukkan data rima sejajar

saja.

Justeru itu marilah kita


Tetap bersyukur tetap berdo’a
Agar tetaplah terpelihara
Segala ni’mat selama-lamanya (132, hal 41)

Kutipan bait syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru di atas merupakan data rima

sejajar, mengapa di katakana demikian, karena pada setiap akhir larik atau kalimat bersajak a-a-a-a,

terlihat dari larik pertama terdapat akhiran huruf a pada kata kita, lalu pada larik kedua terdapat

hurup a pada akhir kata berdo’a, selanjutnya pada larik ketiga terdapat huruf a pada akhir kata

terpelihara, dan pada larik terakhir terhadap huruf a pada akhir kata selama-lamanya.

Ayahda bersyukur seribu Satu


Sejak belajar di Mekkah dahulu
Sampai sekarang mendapat restu
Karena hubungan hisup selalu (223, hal 62)

Selanjutnya kutipan bait syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru di atas merupakan

termasuk data rima sejajar, hal ini terlihat dari kata akhir pada setiap setiap larik atau kalmat bersajak

a-a-a-a, pada larik pertama kata terakhir terdapat akhiran huruf u pada kata satu , lalu pada lrik kedua

kata terakhir terdapat huruf u pada kata dahulu, pada larik ketiga kata terkahir terdapat huruf u pada

kata restu, selanjutnya pada larik terkahir dan pada kata terakhir terdapat huruf u pada kata selalu.

Dengan kesamaan setiap huruf pada kata terakhir pada setiap larik tersebut membuktkan bahwa

kutipan bait syair di atas merupakan termasuk ke dalam rima sejajar.


Janganlah nanada dibikin bubur
Oleh pemain politik catur
Diperalat untuk melawan batur
Sehingga ukhwah hancur lebur (165, hal 49)

Selain dua kutipan bait syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru di atas, selanjutnya

kutipan bait syair yang ketiga, data ketiga ini merupakan bait syair yang menceritakan nasihat

TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tentang bagaimana kita sebagai manusia tidak mudah

untuk diperbudak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab sehingga menyebabkan tali

persaudaraan hancur dan terpecah belah. Kutipan bait syair di atas merupakan tergolong ke dalam

rima sejajar, dikatakan demikian karena pada setiap larik kata terakhir bersajak a-a-a-a. hal ini

terbukti pada kata terakhir larik pertama terdapat huruf konsonan r pada kata bubur, kemudian pada

larik kedua kata terkahir terdapat huruf konsonan r pada kata catur, selanjutnya larik ketiga kata

terakhir terdapat huruf r pada kata batur, begitupun dengan larik terakhir terdapat huruf r pada kata

terakhir yakni kata lebur.

Sungguh besarlah jasa seseorang


Yang zhahir bathinnya untuk berjuang
Memimpin ummat ke jalan terang
Adil makmur kebenaran gemilang (208, hal 59)

Sejalan dengan kutipan-kutipan bait syair sebelumnya, kutipan bait keempat ini yang

menceritakan tentang bagaimana besarnya jasa seorang yang benar-benar berjuang di jalan yang benar

dan mengajak orang-orang untuk berbuat benar, juga merupakan termasuk ke dalam golongan rima

sejajar. Dikatakan sebagai rima sejajar karena kata terakhir pada setiap larik bait tersebut diakhiri

dnegan huruf g. seperti pada kata terakhir yang terdapat pada larik pertama diakhiri dengan huruf g

pada kata seseorang, kemudian pada larik kedua terdapar huruf g juga pada kata berjuang,

selanjutnya pada larik ketiga terdapat huruf g pada kata terakhir pada kata terang, kemudian pada

larik terakhir terdapat huruf g pada kata terakhir yakni kata gemilang.
d.Irama

Irama dalam syair Wasiat Renungan Masa sebagian besar

menggunakan variasi irama yang relatif sama dari awal bait

sampai akhir. Musik yang digunakan juga merupakan musaik

yang tidak beda jauh dengan musaik religius atau yang di sebut

dengan music Qasidah seperti kresek, kompang, dan piano.

Selain itu syair ini tidak hanya memiliki pelantun tetapi pelantun

lebih banyak dari music yang digunakan. Tim pelantun biasanya

bisa mencapai 10 orang atau lebih terdiri dari laki-laki dan

perempuan.

Dalam syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru tidak semua orang mampu

melantunkan. Irama yang muncul dari syair Wasiat Renungan Masa terdiri dari metrum dan

ritme. Metrum terdiri dari metrum tetap dan tidak tetap. Metrum tetap yaitu metrum yang

dihasilkan berdasarkan suku kata yang sudah tetap dan metrum yang tidak tetap karena ada

penambahan syair yang ditembangkan misalnya muncul sisipan kata seperti aduh sayang !!,

seribu sayang. Sedangkan ritme dalam syair Wasiat Renungan Masa terdiri dari turun naik,

panjang pendek, keras lembut, tinggi rendah yang dilantunkan secara teratur.

Metrum

Aduh sayang
seribu sayang ( metrum tidak tetap)
Dulu banyak yang kami baiat ( metrum tetap)
Waktu ijazah dan nerimat thoriqat ( metrum tetap)
Sanggup membela selama hayat ( metrum tetap )
Sehidup semati sampai akhirat ( metrum tetap)
Ritme

Aduh sayang ( ritme pendek)


Seribu sayang ( ritme pendek-lembut)
Dulu banyak yang kami baiat ( ritme datar- pendek)
Waktu ijazah dan nerimat thoriqat ( ritme datar- pendek)
Sanggup membela selama hayat ( ritme tinggi)
Sehidup semati sampai akhirat ( ritme rendah- pendek)

(Dilantunkan Tim Wasiat MDQH Anjani pada HULTAH NWDI KE-83)

Kutipan bait syair di atas dapat ditemukan metrum tetap dan metrum tidak tetap serta
ritme yang yang bervariasi. Metrum dalam syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru
pada kutipan bait syair di atas metrum tetap terdapat pada larik kedua yakni pada kalimat
seribu sayang. Sedangkan metrum tetap merupakan larik-larik selain dari lari seribu sayang.
Selanjutnya ritme yang ditemukan pada kutipan bait syair di atas rata-rata merupkan
menggunakan ritme data dan ritme pendek. Karena pada dasarnya irama yang digunakan
dalam melantukan syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru merupakan irama yang
tidak memiliki banyak variasi melainkan menggunakan satu atau dua variasi.

ISI SYAIR RENUNGAN MASA

1. Nasihat Agama

Auliya’ullah berkata selalu


Zaman sekarang maupun dahulu
“iman taqwa hidupkan olehmu”
Kemudian baru mencari sangu (63, hal 28)

Kutipan bait syair di atas merupakan nasehat dari TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul

Madjid yang menyampaikan pesan dari Auliya’ullah yaitu orang yang dekat dengan Tuhan yang

pesan atau perkataannya tidak berubah dari zaman dahulu hingga saat ini bahwa yang terpenting di

dalam kehidupan dunia ini adalah menjaga, merawat dan memelihara iman (kepercayaan) terhadap

Tuhan, serta menjaga, merawat dan memelihara taqwa (menjauhkan diri dari yang tidak disukai

Allah) sehingga setelah mampu dan selalau merawat, menjaga , memelihara iman dan taqwa agar

tetap ada dalam diri dan jiwa barulah kita memikirkan bekal jasmani, baik itu berupa pangan, papan,

dan sandang.
2. Pedoman Bernegara

Negara kita berpancasila


Berketuhanan Yang Maha Esa
Ummat Islam Paling setia
Tegakkan sila yang paling utama (44, hal 23)

Kutipan bait syair di atas merupakan bait syair merupakan bait syair yang tergolong
ke dalam bait yang membahas tentang pedoman bernegara pada larik pertama TGKH.
Muhammad Zainudin Abdul Madjid memaparkan bahwa NKRI merupakan Negara yang
berlandaskan pancasila lalu larik kedua TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
melanjutkan yang berbunyi berketuhanan Yang Maha Esa kedua larik tersebut merupakan
kutipan dari isi pancasila. Selanjutnya pada larik ketiga dan keempat beliau menjelaskan
bahwa umat islam yang paling setia terhadap agama dan bangsa adalah umat yang siap
menjalankan sila yang pertama.
1..Struktur bunyi syair Wasiat Renungan Masa

a/ Orkestra Bunyi (Kakofoni dan Efoni)

Di sasak ini banyaklah masih


Pusaka lama di tempat tersisih
Lobar loteng di tempat terpilih
Di lotim penuh di jaga patih (no.14, hal 15)

b. Simbol Bunyi

Melambangkan Perasaan Sayang

MAN TAABA TAABALLAHU ‘ALAIHI


Orang yang taubat dikasihani
Limpahkan rahmat magfirah abadi
Oleh Tuhan Rabbul ‘Izzati (109, hal 36)

Perasaan Bahagia
Aduh sayang !
Sekali lagi Alhamdulillah
Atas bantuan dan jerih payah,
Para HASIDIN si juru da’wah
‘nyiarkan NW sonder diupah (71, hal 87 )
Melambangkan Perasaan Sedih
Aduh sayang !
Aku melihat banyaknya fitnah
Karena anakda berpisah-pisah
Tidak seturut pada ayahda
MASYAALLAH WA INNALILLAH (no 10, hal 72)
Aduh sayang !

Di saat kami di kepung orang


Ada juga nakku menghilang
Sungguh dunia heran tercengang
Melihat nakda menggunting benang (23, hal 76)

2. Perasaan Menyesal
Aduh sayang !
Banyaklah orang mendewakan nafsu
Melontar kesana melontar kesitu
akhirnya memohon ampun seribu
“IYYAKA WAMA YU’TDZARU MINHU” (38, hal 109)

Aduh Sayang !
Silaparang dada jiwanya rukun
Bila bersalah memohon ampun
Sipicik dada selalu ngerumun
SUKA MENEBAS BULUH SERUMPUN (58, hal 113)

c. Persajakan (Rima)

Justeru itu marilah kita


Tetap bersyukur tetap berdo’a
Agar tetaplah terpelihara
Segala ni’mat selama-lamanya (132, hal 41)

Ayahda bersyukur seribu Satu


Sejak belajar di Mekkah dahulu
Sampai sekarang mendapat restu
Karena hubungan hisup selalu (223, hal 62)

Janganlah nanada dibikin bubur


Oleh pemain politik catur
Diperalat untuk melawan batur
Sehingga ukhwah hancur lebur (165, hal 49)
Sungguh besarlah jasa seseorang
Yang zhahir bathinnya untuk berjuang
Memimpin ummat ke jalan terang
Adil makmur kebenaran gemilang (208, hal 59)

d.Irama

Metrum

Aduh sayang
seribu sayang ( metrum tidak tetap)
Dulu banyak yang kami baiat ( metrum tetap)
Waktu ijazah dan nerimat thoriqat ( metrum tetap)
Sanggup membela selama hayat ( metrum tetap )
Sehidup semati sampai akhirat ( metrum tetap)

Ritme

Aduh sayang ( ritme pendek)


Seribu sayang ( ritme pendek-lembut)
Dulu banyak yang kami baiat ( ritme datar- pendek)
Waktu ijazah dan nerimat thoriqat ( ritme datar- pendek)
Sanggup membela selama hayat ( ritme tinggi)
Sehidup semati sampai akhirat ( ritme rendah- pendek)

ISI SYAIR RENUNGAN MASA

3. Nasihat Agama

Auliya’ullah berkata selalu


Zaman sekarang maupun dahulu
“iman taqwa hidupkan olehmu”
Kemudian baru mencari sangu (63, hal 28)

4. Pedoman Bernegara

Negara kita berpancasila


Berketuhanan Yang Maha Esa
Ummat Islam Paling setia
Tegakkan sila yang paling utama (44, hal 23)
.

Anda mungkin juga menyukai