Disusun Oleh
H. Sapiin, Mar’i, Cedin Atmaja, Hairussibyan
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dengan mematuhi norma-
norma bahasa Indonesia serta mensyukuri dan mengapresiasi keberadaan syair Syair
Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru Karya Tgkh. Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan menunjukkan sikap pro- aktif
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam kehidupan sosial secara
efektif dengan memiliki sikap positif terhadap Syair Wasiat Renungan Masa
Pengalaman Baru Karya Tgkh. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid serta
mempromosikan penggunaannya sebagai bentuk mengapresiasi puisi rakyat setempat.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak untuk
mengembangkan ilmu Syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru Karya Tgkh.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang dibaca/didengar,
secara mandiri dengan menggunakan metode ilmiah sesuai kaidah keilmuan terkait.
B. KD & IPK
K.D. 3.9 Mengidentivikasi informasi 3.9.1 Menentukan struktur bunyi teks Syair
(pesan, rima, pilihan kata dari (puisi Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru
rakyat setempat) yang dibaca dan Karya Tgkh. Muhammad Zainuddin Abdul
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran
1. Dalam memperlajari teks Syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru Karya Tgkh.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang dibaca/didengar, peserta didik terbiasa
menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah yang baik dan benar.
2. Dalam memperlajari teks Syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru Karya Tgkh.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang dibaca/didengar, peserta didik selalu tepat
waktu dalam menyelesaikan tugas.
3. Dalam memperlajari teks Syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru Karya Tgkh.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang dibaca/didengar, peserta didik senantiasa
menggunakan kata-kata yang tidak menyinggung perasaan temanya.
4. Setelah memahami struktur teks yang dibaca, peserta didik mampu menentukan
struktur bunyi Syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru Karya Tgkh. Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid yang dibaca/didengar, dengan benar.
5. Setelah memahami struktur teks yang dibaca, peserta didik mampu menentukan isi
Syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru Karya Tgkh. Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid yang dibaca/didengar, dengan benar.
6. Setelah membaca teks syair, peserta didik mampu menyanyikan Syair Wasiat Renungan
Masa Pengalaman Baru Karya Tgkh. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dengan
benar.
D. A.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI
1. Pengertian Sayair
Kata syair berasal dari Bahasa Arab, syu’ur yang
berarti perasaan. Oleh karena itu dapat dikatakan syair dapat
diartikan sebagai ungkapan perasaan penulisnya. Syair adalah
puisi lama yang berasal dari Persia dengan ciri-ciri: tiap bait
terdiri atas empat bait, tiap baris terdiri atas delapan sampai dua
belas suku kata, bersajak a-a, semua baris merupakan isi, tidak ada sampiran (Umar, 2017: 7).
Syair dibawa masuk ke Nusantara bersamaan dengan masuknya Islam ke Indonesia. Itu
sebabnya syair-syair yang berkembang di Indonesia banyak berhubungan dengan ajaran
agama Islam dan dikenal dengan syair agama.
Orkestra bunyi dalam Syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru Karya TGKH.
Bunyi yang tampak dominan pada kutipan bait syair Wasiat Renungan Masa
Pengalaman Baru adalah bunyi vokal [i] misalnya pada kata di, ini masih, tersisih, terpilih,
lotim dan patih. Kemudian bunyi vokal [a] misalnya pada kata sasak, lama, jaga, dan kata
banyaklah. Kemudian bunyi vokal [i] dan [a] menyatu dengan bunyi-bunyi vokal lainnya
Dalam syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru hanya terdapat satu symbol bunyi saja
Lambang rasa yang tercermin dalam syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru terdiri dari
perasaan suka/perasaan bahagia, perasaan kasih sayang, perasaan sedih, dan perasaan menyesal,
Pada kutipan syair di atas menjelaskan tentang kasih sayang sang Pencipta terhadap makhluknya,
ini terbukti dari kalimat pertama pada bait di atas “MAN TAABA TAABALLAHU ‘ALAIHI’ yang
artinya “barang siapa yang taubat, Allah akan terima taubatnya”. Serta baris kedua yang menjelaskan
orang sudah berbuat dosa dan berpaling dari Allah sekalipun akan tetap di ampuni oleh Allah selama
ia mau bertaubat. Pada larik ketiga dan keempat yang berbunyi Limpahkan rahmat magfirah abadi,
Oleh Tuhan Robbul’izzati melalu larik tersebut TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
mendoakan dan menghimbau untuk saling mendoakan agar orang-orang yang bertaubat diberi
2. Perasaan Bahagia
Aduh sayang !
Sekali lagi Alhamdulillah
Atas bantuan dan jerih payah,
Para HASIDIN si juru da’wah
‘nyiarkan NW sonder diupah (71, hal 87 )
Pada kutipan bait syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru di atas menceritakan betapa
bahagiannya TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid atas kehadiran para hasidin yakni orang
yang senantiasa membantu beliau dalam berjuang, hal ini terbutki pada larik kedua dan ketiga pada
kutiapn bait tersebut yang berbunyi sekali lagi alhmadulillah, atas bantuan dan jerih payah.
Ungkapan kebahagiaan ini beliau ungkapkan kepada orang-orang yang senantiasa membantu beliau
dalam berjuang tanpa memita balasan dan upah, hal ini dapat terlihat dari larik syair keempat dan
kelima yang berbunyi para HASIDIN dan juru da’wah, nyiarkan NW nyoder upah. Tentu pesan
yang ingin TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sampaikan ialah agar kita senantiasa saling
tolong menolong terhadap sesama manusia secra ikhlas bukan semata-mata menolong sesama ketika
kepedihan hatinya ketika beliau melihat para murid-muridnya para pengikutnya dilanda fitnah ini
terlihat pada bait kedua yang berbunyi aku melihat banyaknya fitnah lalu beliau melanjutkan lagi pada
larik ktiga yang berbunyi karena anakda berpisah- pisah yang berarti murid-murid beliau tidak lagi
berdampingan tidak lagi sejalur mereka terpecah belah, kesedihan yang beliau gambrakan pada
kutipan bait ini bertambah jelas dengan kehadiran larik keempat yang berbunyi tidak seturut pada
ayahda, beliau menggambarkan betapa tersyatnya hati beliau ketika murid-murid beliau sudah tidak
lagi mau seperti dulu yang turut pada beliau dan turut berjuang bersama-sama.
Aduh sayang !
Di saat kami di kepung orang
Ada juga nakku menghilang
Sungguh dunia heran tercengang
Melihat nakda menggunting benang (23, hal 76)
Kutipan bait dalam syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru yang kedua ini juga berisi
tentang ungkapan kesedihan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, ini terlihat sekali pada
larik kedua dan ketika yang bernunyi di saat kami di kepung orang, ada juga nakku menghilang.
Pada kedua larik ini beliau berusaha menjelaskan bahwa ketika beliau berjuang dan di saat yang sama
fitnah meraja lela menghampiri beliau, di sanalah bathin beliau diuji dengan ketidaksetiaan murid-
murid beliau, murid-murid beliau yang tega meninggalkan beliau di saat dalam keadaan genting
seperti itu. Lalu TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid melanjutkan ke larik keempat dan
kelima yang berbunyi sungguh dunia heran tercenganng, melihat anakda menggunting benang.
Melalui kedua larik tersebut beliau berusaha menggambarkan betapa herannya masyarakat sekitar
melihat ketika ada murid-murud atau pengikut-pengikut beliau yang tidak setia dan enggan lagi untuk
berjuang bersama-sama beliau. Dalam kutipan bait syait di atas TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid bukan hanya semata-mata hanya ingi menggambrakan kesedihan beliau, akan tetapi juga ada
1. Perasaan Menyesal
Aduh sayang !
Banyaklah orang mendewakan nafsu
Melontar kesana melontar kesitu
akhirnya memohon ampun seribu
“IYYAKA WAMA YU’TDZARU MINHU” (38, hal 109)
Kutipan bait syair di atas menggambarkan betapa banyaknya orang yang selalu
mengikuti hawa nafsunya mengikuti keinginannya tanpa memikirkan terlebih dahulu, sehingga jalan
kehidupannya tidak menentu, tidak memiliki tujuan hidup yang pasti sehingga TGKH. Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid mengatakan “IYYAKA WA YU’TADZARU MINHU” yang artinya “jauhkan
dirimu dari apa yang menyusahkan/menyakitkan/menguzurkan dari padanya” pada larik terakhir,
tersirat pesan dampak dari orang yang selalu mengikuti hawa nafsu dan keinginannya, karena yang
selalu mengikuti hawa nafsunya akan terjebak kepada hal yang menyusahkan dirinya sendiri.
Aduh Sayang !
Silaparang dada jiwanya rukun
Bila bersalah memohon ampun
Sipicik dada selalu ngerumun
SUKA MENEBAS BULUH SERUMPUN (58, hal 113)
Kutipan kedua di atas TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid berysaha mengambarkan
orang-orang yang senantiasa memohon ampun atau menyegerakan meminta maaf kepada Tuhannya
akan segala kesalah atau dosa yang telah ia perbuat, baik itu dosa kecil maupun dosa besar akan
selalu dilapangkan dadanya yakni diberikan kesabaran, kesadara, hati yang bersih dan sealalu tulus.
Sebaliknya berbeda dengan orang yang selalu ngerumun (mengeluh) ialah ciri-ciri orang yang tidak
sadar akan kesalahan yang telah ia perbuat dan enggan untuk memohon ampun, sehingga TGKH.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid menyebunya dnegan sebutan orang yang picik atau licik.
c. Persajakan (Rima)
Dilihat dari segi letak barisnya persajakan (rima) dalam syair Wasiat Renungan Masa
Pengalaman Baru, hanya ditemukan satu persajakan (rima) yakni rima sejajar. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan data-data yang ditemukan hanya terdapat data yang menunjukkan data rima sejajar
saja.
Kutipan bait syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru di atas merupakan data rima
sejajar, mengapa di katakana demikian, karena pada setiap akhir larik atau kalimat bersajak a-a-a-a,
terlihat dari larik pertama terdapat akhiran huruf a pada kata kita, lalu pada larik kedua terdapat
hurup a pada akhir kata berdo’a, selanjutnya pada larik ketiga terdapat huruf a pada akhir kata
terpelihara, dan pada larik terakhir terhadap huruf a pada akhir kata selama-lamanya.
Selanjutnya kutipan bait syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru di atas merupakan
termasuk data rima sejajar, hal ini terlihat dari kata akhir pada setiap setiap larik atau kalmat bersajak
a-a-a-a, pada larik pertama kata terakhir terdapat akhiran huruf u pada kata satu , lalu pada lrik kedua
kata terakhir terdapat huruf u pada kata dahulu, pada larik ketiga kata terkahir terdapat huruf u pada
kata restu, selanjutnya pada larik terkahir dan pada kata terakhir terdapat huruf u pada kata selalu.
Dengan kesamaan setiap huruf pada kata terakhir pada setiap larik tersebut membuktkan bahwa
Selain dua kutipan bait syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru di atas, selanjutnya
kutipan bait syair yang ketiga, data ketiga ini merupakan bait syair yang menceritakan nasihat
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tentang bagaimana kita sebagai manusia tidak mudah
untuk diperbudak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab sehingga menyebabkan tali
persaudaraan hancur dan terpecah belah. Kutipan bait syair di atas merupakan tergolong ke dalam
rima sejajar, dikatakan demikian karena pada setiap larik kata terakhir bersajak a-a-a-a. hal ini
terbukti pada kata terakhir larik pertama terdapat huruf konsonan r pada kata bubur, kemudian pada
larik kedua kata terkahir terdapat huruf konsonan r pada kata catur, selanjutnya larik ketiga kata
terakhir terdapat huruf r pada kata batur, begitupun dengan larik terakhir terdapat huruf r pada kata
Sejalan dengan kutipan-kutipan bait syair sebelumnya, kutipan bait keempat ini yang
menceritakan tentang bagaimana besarnya jasa seorang yang benar-benar berjuang di jalan yang benar
dan mengajak orang-orang untuk berbuat benar, juga merupakan termasuk ke dalam golongan rima
sejajar. Dikatakan sebagai rima sejajar karena kata terakhir pada setiap larik bait tersebut diakhiri
dnegan huruf g. seperti pada kata terakhir yang terdapat pada larik pertama diakhiri dengan huruf g
pada kata seseorang, kemudian pada larik kedua terdapar huruf g juga pada kata berjuang,
selanjutnya pada larik ketiga terdapat huruf g pada kata terakhir pada kata terang, kemudian pada
larik terakhir terdapat huruf g pada kata terakhir yakni kata gemilang.
d.Irama
yang tidak beda jauh dengan musaik religius atau yang di sebut
Selain itu syair ini tidak hanya memiliki pelantun tetapi pelantun
perempuan.
Dalam syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru tidak semua orang mampu
melantunkan. Irama yang muncul dari syair Wasiat Renungan Masa terdiri dari metrum dan
ritme. Metrum terdiri dari metrum tetap dan tidak tetap. Metrum tetap yaitu metrum yang
dihasilkan berdasarkan suku kata yang sudah tetap dan metrum yang tidak tetap karena ada
penambahan syair yang ditembangkan misalnya muncul sisipan kata seperti aduh sayang !!,
seribu sayang. Sedangkan ritme dalam syair Wasiat Renungan Masa terdiri dari turun naik,
panjang pendek, keras lembut, tinggi rendah yang dilantunkan secara teratur.
Metrum
Aduh sayang
seribu sayang ( metrum tidak tetap)
Dulu banyak yang kami baiat ( metrum tetap)
Waktu ijazah dan nerimat thoriqat ( metrum tetap)
Sanggup membela selama hayat ( metrum tetap )
Sehidup semati sampai akhirat ( metrum tetap)
Ritme
Kutipan bait syair di atas dapat ditemukan metrum tetap dan metrum tidak tetap serta
ritme yang yang bervariasi. Metrum dalam syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru
pada kutipan bait syair di atas metrum tetap terdapat pada larik kedua yakni pada kalimat
seribu sayang. Sedangkan metrum tetap merupakan larik-larik selain dari lari seribu sayang.
Selanjutnya ritme yang ditemukan pada kutipan bait syair di atas rata-rata merupkan
menggunakan ritme data dan ritme pendek. Karena pada dasarnya irama yang digunakan
dalam melantukan syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru merupakan irama yang
tidak memiliki banyak variasi melainkan menggunakan satu atau dua variasi.
1. Nasihat Agama
Kutipan bait syair di atas merupakan nasehat dari TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid yang menyampaikan pesan dari Auliya’ullah yaitu orang yang dekat dengan Tuhan yang
pesan atau perkataannya tidak berubah dari zaman dahulu hingga saat ini bahwa yang terpenting di
dalam kehidupan dunia ini adalah menjaga, merawat dan memelihara iman (kepercayaan) terhadap
Tuhan, serta menjaga, merawat dan memelihara taqwa (menjauhkan diri dari yang tidak disukai
Allah) sehingga setelah mampu dan selalau merawat, menjaga , memelihara iman dan taqwa agar
tetap ada dalam diri dan jiwa barulah kita memikirkan bekal jasmani, baik itu berupa pangan, papan,
dan sandang.
2. Pedoman Bernegara
Kutipan bait syair di atas merupakan bait syair merupakan bait syair yang tergolong
ke dalam bait yang membahas tentang pedoman bernegara pada larik pertama TGKH.
Muhammad Zainudin Abdul Madjid memaparkan bahwa NKRI merupakan Negara yang
berlandaskan pancasila lalu larik kedua TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
melanjutkan yang berbunyi berketuhanan Yang Maha Esa kedua larik tersebut merupakan
kutipan dari isi pancasila. Selanjutnya pada larik ketiga dan keempat beliau menjelaskan
bahwa umat islam yang paling setia terhadap agama dan bangsa adalah umat yang siap
menjalankan sila yang pertama.
1..Struktur bunyi syair Wasiat Renungan Masa
b. Simbol Bunyi
Perasaan Bahagia
Aduh sayang !
Sekali lagi Alhamdulillah
Atas bantuan dan jerih payah,
Para HASIDIN si juru da’wah
‘nyiarkan NW sonder diupah (71, hal 87 )
Melambangkan Perasaan Sedih
Aduh sayang !
Aku melihat banyaknya fitnah
Karena anakda berpisah-pisah
Tidak seturut pada ayahda
MASYAALLAH WA INNALILLAH (no 10, hal 72)
Aduh sayang !
2. Perasaan Menyesal
Aduh sayang !
Banyaklah orang mendewakan nafsu
Melontar kesana melontar kesitu
akhirnya memohon ampun seribu
“IYYAKA WAMA YU’TDZARU MINHU” (38, hal 109)
Aduh Sayang !
Silaparang dada jiwanya rukun
Bila bersalah memohon ampun
Sipicik dada selalu ngerumun
SUKA MENEBAS BULUH SERUMPUN (58, hal 113)
c. Persajakan (Rima)
d.Irama
Metrum
Aduh sayang
seribu sayang ( metrum tidak tetap)
Dulu banyak yang kami baiat ( metrum tetap)
Waktu ijazah dan nerimat thoriqat ( metrum tetap)
Sanggup membela selama hayat ( metrum tetap )
Sehidup semati sampai akhirat ( metrum tetap)
Ritme
3. Nasihat Agama
4. Pedoman Bernegara