Anda di halaman 1dari 8

7 Rute Pemberian Obat Beserta Karakter

dan Besar Bioavailabilitasnya

Rute pemberian obat terutama ditentukan oleh sifat dan tujuan dari penggunaan obat
sehingga dapat memberikan efek terapi yang tepat. Terdapat 2 rute pemberian obat yang
utama, enteral dan parenteral.

Pada setiap rute pemberian obat memperlihatkan besar bioavailabilitas yang berbeda,
seperti yang terlihat pada tabel berikut.

Bioavailabilitas
Rute Karakterisasi
(%)

Intravena (IV) 100 Onset sangat cepat

Intramuskular Volume yang diberikan dapat dalam jumlah besar,


75 - ≤100
(IM) menimbulkan nyeri.

Volume yang bisa diberikan kurang dari IM,


Subkutan (SC) 75 - ≤100
menimbulkan nyeri.

Paling nyaman untuk pengguna, metabolisme lintas


Oral (PO) 5 - <100
pertama signifikan.
Bioavailabilitas
Rute Karakterisasi
(%)

Rektal (PR) 30 - <100 Metabolisme lintas pertama kurang dibandingkan PO.

Inhalasi 5 - <100 Sering mempunyai onset sangat cepat.

Absorbsi sangat lambat, digunakan untuk menghindari


Transdermal 80 - ≤100 metabolisme lintas pertama, penggunaan jangka
panjang.

A. Enteral
Enteral adalah rute pemberian obat yang nantinya akan melalui saluran cerna.

1. Oral

Memberikan suatu obat melalui mulut adalah cara pemberian obat yang paling umum tetapi
paling bervariasi dan memerlukan jalan yang paling rumit untuk mencapai jaringan.

Beberapa obat diabsorbsi di lambung; namun, duodenum sering merupakan jalan masuk
utama ke sirkulasi sistemik karena permukaan absorbsinya yang lebih besar. Kebanyakan
obat diabsorbsi dari saluran cerna dan masuk ke hati sebelum disebarkan ke sirkulasi
umum.

Metabolisme langkah pertama oleh usus atau hati membatasi enkasi banyak obat ketika
diminum per oral. Minum obat bersamaan dengan makanan dapat mempengaruhi absorbsi.
Keberadaan makanan dalam lambung memperlambat waktu pengosongan lambung
sehingga obat yang tidak tahan asam, misalnya penisilin menjadi rusak atau tidak
diabsorbsi.
Oleh karena itu, penisilin atau obat yang tidak tahan asam lainnya dapat dibuat sebagai
salut enterik yang dapat melindungi obat dari lingkungan asam dan bisa mencegah iritasi
lambung. Hal ini tergantung pada formulasi, pelepasan obat bisa diperpanjang, sehingga
menghasilkan preparat lepas lambat.

2. Sublingual

Penempatan di bawah lidah memungkinkan obat tersebut berdifusi kedalam anyaman


kapiler dan karena itu secara langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik.

Pemberian suatu obat dengan rute ini mempunyai keuntungan obat melakukan bypass
melewati usus dan hati dan obat tidak diinaktivasi oleh metabolisme.

3. Rektal

50% aliran darah dari bagian rektum memintas sirkulasi portal; jadi, biotransformasi obat
oleh hati dikurangi. Rute sublingual dan rektal mempunyai keuntungan tambahan, yaitu
mencegah penghancuran obat oleh enzim usus atau pH rendah di dalam lambung.
Rute pemberian obat melalui rektal tersebut juga berguna jika obat menginduksi muntah
ketika diberikan secara oral atau jika penderita sering muntah-muntah. Bentuk sediaan obat
untuk pemberian rektal umumnva adalah suppositoria dan ovula.

B. Parenteral
Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang absorbsinya buruk melalui saluran
cerna, dan untuk obat seperti insulin yang tidak stabil dalam saluran cerna. Rute pemberian
obat dengan parenteral juga digunakan untuk pengobatan pasien yang tidak sadar dan
dalam keadaan yang memerlukan kerja obat yang cepat.

Pemberian parenteral memberikan kontrol paling baik terhadap dosis yang sesungguhnya
dimasukkan kedalam tubuh.

1. Intravena (IV)

Suntikan intravena adalah cara pemberian obat parenteral yang sering dilakukan. Untuk
obat yang tidak diabsorbsi secara oral, sering tidak ada pilihan. Dengan rute pemberian IV,
obat menghindari saluran cerna dan oleh karena itu menghindari metabolisme first pass
oleh hati.

Rute ini memberikan suatu efek yang cepat dan kontrol yang baik sekali atas kadar obat
dalam sirkuIasi. Namun, berbeda dari obat yang terdapat dalam saluran cerna, obat-obat
yang disuntikkan tidak dapat diambil kembali seperti emesis atau pengikatan dengan
activated charcoal.

Suntikan intravena beberapa obat dapat memasukkan bakteri melalui kontaminasi,


menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan karena pemberian terlalu cepat obat konsentrasi
tinggi ke dalam plasma dan jaringan-jaringan. Oleh karena itu, kecepatan infus harus
dikontrol dengan hati-hati. Perhatian yang sama juga harus berlaku untuk obat-obat yang
disuntikkan secara intra-arteri.
2. Intramuskular (IM)

Obat-obat yang diberikan secara intramuskular dapat berupa larutan dalam air atau
preparat depo khusus sering berupa suspensi obat dalam vehikulum non aqua seperti
etilenglikol. Absorbsi obat dalam larutan cepat sedangkan absorbsi preparat-preparat depo
berlangsung lambat.

Setelah vehikulum berdifusi keluar dari otot, obat tersebut mengendap pada tempat
suntikan. Kemudian obat melarut perlahan-lahan memberikan suatu dosis sedikit demi
sedikit untuk waktu yang lebih lama dengan efek terapetik yang panjang.

3. Subkutan

Suntikan subkutan mengurangi resiko yang berhubungan dengan suntikan intravaskular.


Contohnya pada sejumlah kecil epinefrin kadang-kadang dikombinasikan dengan suatu
obat untuk membatasi area kerjanya.

Epinefrin bekerja sebagai vasokonstriktor lokal dan mengurangi pembuangan obat seperti
lidokain, dari tempat pemberian. Contoh-contoh lain pemberian obat subkutan meliputi
bahan-bahan padat seperti kapsul silastik yang berisikan kontrasepsi levonergestrel yang
diimplantasi untuk jangka yang sangat panjang.
C. Rute Pemberian Obat Lainnya
1. Inhalasi

Inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati permukaan luas dari saluran
nafas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan efek hampir sama dengan efek yang
dihasilkan oleh pemberian obat secara intravena.

Rute pemberian obat dengan cara ini efektif dan menyenangkan penderita-penderita
dengan keluhan pernafasan seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis karena obat
diberikan langsung ke tempat kerja dan efek samping sistemis minimal.

2. Intranasal

Desmopressin diberikan secara intranasal pada pengobatan diabetes insipidus; kalsitonin


insipidus; kalsitonin salmon, suatu hormon peptida yang digunakan dalam pengobatan
osteoporosis, tersedia dalam bentuk semprot hidung obat narkotik kokain, biasanya
digunakan dengan cara mengisap.
3. Intratekal/intraventrikular

Kadang-kadang perlu untuk memberikan obat-obat secara langsung ke dalam cairan


serebrospinal, seperti metotreksat pada leukemia limfostik akut.

4. Topikal

Rute pemberian obat secara topikal digunakan bila suatu efek lokal obat diinginkan untuk
pengobatan. Misalnya, klortrimazol diberikan dalam bentuk krem secara langsung pada
kulit dalam pengobatan dermatofitosis dan atropin atropin diteteskan langsung ke dalam
mata untuk mendilatasi pupil dan memudahkan pengukuran kelainan refraksi.

5. Transdermal
Rute pemberian obat transdermal ini mencapai efek sistemik dengan pemakaian obat pada
kulit, biasanya melalui suatu “transdermal patch”. Kecepatan absorbsi sangat bervariasi
teragntun pada sifat-sifat fisik kulit pada tempat pemberian.

Cara pemberian obat ini paling sering digunakan untuk pengiriman obat secara lambat,
seperti obat antiangina, nitrogliserin.

Anda mungkin juga menyukai