ANGKATAN 47
DI
( 2 JUNI - 12 JULI)
OLEH :
Disusun Oleh :
NRP : 91388038
SURABAYA
2014
Laporan Praktek Kerja Profesi di Depo Farmasi RSU Haji Surabaya
Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan..................................................................................... i
a. Visi ................................................................................................. 3
b. Misi ................................................................................................ 3
a. Perencanaan ............................................................................... 6
b. Pengadaan.................................................................................. 6
d. Pembayaran ................................................................................. 10
f. Retur ............................................................................................ 13
d. Neraca ........................................................................................ 17
e. Laporan-laporan ......................................................................... 17
1. Lokasi ........................................................................................ 29
4. Sediaan Farmasi......................................................................... 38
Portofolio ........................................................................................................ 59
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi di Apotek RSU
HAJI yang dimulai pada tanggal 2 Juni sampai dengan 12 Juli 2014 dengan
lancar. Salah satu tahapan yang harus ditempuh dalam menyelesaikan Program
Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Surabaya adalah melalui
Praktek Kerja Profesi di apotek yang bertujuan untuk membekali calon apoteker
dengan wawasan dan pengalaman praktek di Apotek, serta mempersiapkan calon
apoteker memasuki dunia profesional.
Penulis menyadari bahwa Praktek Kerja Profesi ini dapat diselesaikan atas
bantuan, bimbingan dan dukungan baik moril maupun materiil dari berbagai
pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Nani Parfati, MS., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Surabaya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga
Praktek Kerja Profesi ini dapat terlaksana dengan baik.
2. Ibu Aguslina Kirtishanti, S.Si., M.Si., Apt selaku Wakil Dekan I Fakultas
Farmasi Universitas Surabaya yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis sehingga Praktek Kerja Profesi ini dapat terlaksana dengan baik.
3. Ibu Dini Kesuma, S.Si., M.Si., Apt. selaku Wakil Dekan II Fakultas Farmasi
Universitas Surabaya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
sehingga Praktek Kerja Profesi ini dapat terlaksana dengan baik.
4. Ibu Dra. Lusiwati Tjakrawala, M.Farm-Klin., Apt selaku Koordinator Praktek
Kerja Profesi di apotek yang telah memberikan bimbingan, arahan dan nasehat
kepada penulis sehingga Praktek Kerja Profesi ini dapat terlaksana dengan
baik.
5. Bapak Franciscus Cahyo Kristianto, S.Si., M.Farm-Klin., Apt. selaku
Koordinator Program Studi Profesi Apoteker yang telah memberikan
kesempatan, nasehat dan bimbingan kepada penulis sehingga Praktek Kerja
Profesi ini dapat berjalan lancar.
6. Ibu Dra. Sofia Laily, M.Si, Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi RSU Haji
Surabaya yang telah memberi kesempatan, sarana dan bimbingan dengan
penuh kesabaran dengan penulis sehingga penulis dapat menjalani Praktek
Kerja Profesi di Apotek RSU HAJI dengan baik
7. Ibu Dian Natasya, S.Farm, M.Farm-Klin, Apt. sebagai Dosen Pembimbing
yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu dan tenaga untuk
memberikan bimbingan, arahan dan semangat kepada penulis sehingga
Praktek Kerja Profesi ini dapat berjalan dengan baik.
8. Ibu Firstia Rifatul Chumaidah, S.Farm. Apt. dan Ibu Dra. Dewi Ramdani,Apt.
selaku Apoteker Penanggung Jawab Depo Rawat Jalan RSU HAJI yang telah
meluangkan waktu dan tenaga dalam memberi bimbingan dan arahan kepada
penulis mengenai apotek RSU HAJI.
9. Seluruh staf Apotek Rawat Jalan, Depo JKN, Depo IBS, Depo IGD dan Rawat
Inap RSU Haji Surabaya yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan
Praktek Kerja Profesi ini.
10. Teman-teman satu kelompok PKP RSU Haji Surabaya yaitu Lailatul
Munawaroh, S,Farm dan Thikro Hasyim Ahmad, S.Farm yang telah
membantu penulis untuk berproses bersama selama Praktek Kerja Profesi.
Penulis
ANGKATAN XLVII.
DI
Disusun oleh:
Disusun Oleh:
NRP : 91388038
Disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
JKN. Depo Farmasi IGD melayani pasien gawat darurat baik yang datang dengan
pilihan kegawatan emergensi maupun non emergensi untuk pasien umum, pasien
anggota kerjasama maupun pasien anggota JKN. Sedangkan, depo farmasi IBS
melayani resep pasien dari kamar operasi, kamar bersalin dan ICU (Intensive Care
Unit).
kadaluwarsa atau rusak sehingga dapat berpengaruh pada keamanan dan ketepatan
pengobatan pada pasien, dapat mencegah terjadinya penumpukan stok atau
sebaliknya menghindari terjadinya kekosongan stok sehingga menjamin
kelancaran pelayanan kefarmasian di apotek.
a. Perencanaan
Perencanaan untuk obat-obatan, alat kesehatan dan sediaan farmasi lainnya
yang ada di RSU Haji Surabaya dilakukan oleh masing-masing depo dan logistik
farmasi. Akan tetapi keputusan akhir diserahkan kembali kepada Kepala Instalasi
Farmasi yang disesuaikan dengan anggaran yang diberikan. Yang kemudian
diserahkan pada Pejabat Pengadaan atau Panitia Lelang berdasarkan usulan dari
Instalasi Farmasi. Perencanaan pengadaan obat dan alat kesehatan pada masing-
masing depo farmasi didasarkan pada kebutuhan pasien yang disesuaikan dengan
tingkat penjualan laku cepat (fast moving) atau laku lambat (slow moving),
disesuaikan dengan pola penyakit yang sering terjadi, pola peresepan dokter, dan
kemampuan masyarakat di sekitar RSU Haji Surabaya. Perencanaan untuk
logistik farmasi didasarkan pada permintaan unit. Pengadaan barang dilakukan
apabila jumlah barang tersebut telah mencapai jumlah stok minimal yang telah
ditetapkan.
b. Pengadaan
Pengadaan Obat dan Alkes dilakukan oleh pejabat pengadaan yang
ditunjuk oleh Direktur RSU Haji Surabaya. Pemesanan perbekalan farmasi
kecuali narkotika dapat dilakukan melalui telepon atau fax. Pembelian perbekalan
farmasi di RSU Haji Surabaya melalui distributor, rekanan, dan PBF resmi, yaitu
PBF yang telah ditunjuk oleh pabriknya untuk mendistribusikan produknya.
Tujuannya adalah untuk menjamin keaslian, keamanan dan kualitas obat tersebut.
Daftar PBF dapat dilihat di lampiran. Surat Pesanan (SP) ada 3 macam, yaitu SP
untuk obat non narkotika dan non psikotropika, SP psikotropika, dan SP
narkotika, semua Surat Pesanan dibuat 5 rangkap, 3 untuk bagian keuangan (Surat
Pesanan asli diserahkan ke PBF) dan 2 untuk bagian farmasi.
pemesanan dapat melalui telepon atau fax tetapi sebelum barang akan dikirim
maka Surat Pesanan yang asli harus sudah diserahkan ke PBF tersebut. Surat
pesanan ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi dengan mencantumkan
nama dan nomor SIK serta dibubuhi stempel depo farmasi RSU Haji Surabaya.
Satu lembar SP, paling banyak untuk memesan 2 jenis psikotropika yang berasal
dari distributor yang sama. Jangka waktu dan sistem pembayaran tergantung pada
kesepakatan pihak rumah sakit dengan distributor, demikian pula dengan
potongan harganya. Contoh surat pemesanan psikotropika dapat dilihat di
lampiran.
Apabila nomor batch tidak sesuai maka diganti dan ditanda tangani oleh
pihak PBF. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah adanya obat yang palsu atau
rusak. Selain itu juga harus diperiksa kesesuaian antara faktur dari distributor
dengan arsip surat pesanan barang, kesesuaian faktur dengan jenis barang,
kesesuaian faktur dengan jumlah barang. Selain itu, kondisi fisik barang harus
diperiksa, misalnya jika ada cacat, kebocoran atau pecah. Terutama untuk barang-
barang yang tidak dapat kembali. Alur penerimaan dan penyimpanan perbekalan
farmasi dapat dilihat pada Gambar 1.3.
f) Kantor
g) Ruang arsip
Penyimpanan dilakukan berdasarkan alfabetis (A-Z) dan penyimpanannya
dengan sistem FIFO (First In First Out) atau FEFO (First Expired First Out).
Penyimpanan obat-obatan di gudang Apotek RSU Haji Surabaya yang baru
datang langsung diletakkan di rak penyimpanan untuk obat-obatan yang dipesan
lebih dari 1 box. Penataan di masing-masing depo dilakukan berdasarkan
alfabetis (A-Z) pada rak masing-masing untuk sediaan oral obat paten, generik,
sediaan topikal, sediaan injeksi dan alat-alat kesehatan. Sistem atau pola
penataan di masing-masing depo biasanya ditata sedemikian rupa untuk
memudahkan dalam melakukan pelayanan obat kepada pasien. Setiap kotak obat
diberi kartu stok untuk mengecek jumlah obat. Alur penyimpanan perbekalan
farmasi dapat dilihat pada Gambar 1.4. Sistem penataan obat biasanya diatur
berdasarkan:
Bentuk sediaan obat
Depo farmasi RSU Haji Surabaya menggunakan sistem penataan ini, yaitu
dengan memisahkan antara bentuk sediaan sirup; obat luar (krim, salep, gel,
lotion, bedak, obat kumur); tetes mata, tetes telinga, tetes hidung; cairan infus
(nutrisi parenteral); tablet; injeksi (vial, ampul).
Berdasarkan sistem alphabetis
Penataan obat berdasarkan alphabet berguna untuk dapat mempermudah
pengambilan dan pengecekan obat pada waktu pelayanan di apotek sehingga
efisiensi kerja dapat ditingkatkan.
Berdasarkan golongan obat
Penataan obat di depo farmasi RSU Haji Surabaya juga berdasarkan golongan
obat meliputi obat generik; obat dengan merk dagang; obat narkotika; obat
psikotropika; alat kesehatan. Lemari narkotika di depo farmasi terbuat dari kayu,
terbagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama
dipergunakan sebagai gudang persediaan narkotika, bagian kedua berisi narkotika
yang digunakan sehari-hari (untuk pelayanan resep).
Berdasarkan stabilitasnya
Penataan obat berdasarkan stabilitas obat sangatlah penting karena
bersangkutan dengan efek yang ditimbulkan, umur sediaan, kadar bahan aktif,
toksisitas sediaan. Untuk sediaan yang tidak stabil disimpan di suhu ruang dapat
disimpan di lemari es dengan suhu 2-8°C, misalnya suppositoria, vaksin, serum,
insulin, injeksi yang tidak stabil di suhu ruang, dan lain-lain. Di depo farmasi,
yang disimpan dalam lemari es adalah bentuk sediaan ovula, suppositoria, sediaan
insulin, albumin, somatostatin, heparin sodium injeksi, antibiotik amoxiclav, dll.
f. Retur
Retur barang terdiri dari 3, yaitu:
Retur Barang karena jumlah yang diminta berbeda atau salah kirim barang
Apabila dalam pengiriman barang terdapat kesalahan, dalam hal jumlah maupun
bentuk sediaan maka dapat dilakukan pengembalian, yaitu retur. Retur ini dapat
berupa pengembalian barang dengan harga yang dipotong atau penggantian
barang. PBF akan memberikan nota kredit atau mengganti dengan obat yang
sesuai dengan faktur.
Retur Barang karena cacat produk
Retur barang cacat produk hampir sama dengan retur kesalahan pengiriman
barang, yaitu barang-barang cacat produksi dapat diretur dengan kesepakatan
kedua belah pihak, karena terdapat barang-barang tertentu yang tidak dapat
diretur, maka pada saat penerimaan harus dicek satu per satu.
Retur Barang karena kadaluwarsa
Untuk retur kadaluwarsa ada kesepakatan dengan masing-masing PBF apakah
barang tersebut boleh diretur apabila sudah kadaluwarsa, atau kurang dari 6 bulan
sebelum kadaluwarsa.
h. Stock Opname
Pengontrolan barang dilakukan setiap pagi hari dengan melakukan
pencocokkan kartu stok dengan barang yang ada. Sedangkan secara keseluruhan,
dilakukan stock opname setiap tiga bulan sekali. Tujuan melakukan stock opname
ini adalah:
a. Untuk mengetahui jenis dan jumlah barang yang tersisa.
b. Buku Defecta
Buku defecta adalah buku catatan yang berisi nama obat/barang yang pada
stoknya hampir habis dan harus dipesan ulang. Buku defecta ini dibuat setiap hari,
tidak hanya berdasar pada obat yang hampir habis tapi juga berdasar pada pesanan
pasien dan obat baru. Buku defecta ini diperiksa oleh Apoteker atau koordinator
penanggung jawab depo farmasi untuk mengetahui obat atau barang apa yang
harus dipesan, jumlah obat atau yang dipesan dan PBF tempat pemesanan obat.
d. Neraca
Digunakan untuk mencatat semua pengeluaran dan pemasukan di apotek
selama 1 bulan sehingga pada akhir periode dapat diketahui laba ruginya.
e. Laporan-laporan
1. Laporan Pemakaian Narkotika dan Psikotropika
Pelaporan obat narkotik dan psikotropik dilakukan setiap bulan oleh AA
yang bertanggung jawab membuat laporan penggunaan obat psikotropika dan
narkotika, dimana petugas akan mendapat informasi data semua pesanan dari
semua depo farmasi ke gudang obat. Selain itu petugas juga mendapat laporan
dari masing-masing depo farmasi pemakaian narkotika dan psikotropika melalui
resep-resep yang diterima. Resep-resep yang mengandung obat narkotika dan
psikotropika disimpan berdasarkan nomor urut dan tanggal pembuatan serta
dikelompokkan tersendiri. Semua data yang telah terkumpul akan dibuat laporan
secara manual yang berisi:
ditujukan kepada Kepala Kantor Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, Kepala
BPOM dan Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya.
3. Penyimpanan dan Laporan Pemusnahan Resep dan Faktur
Penyimpanan resep dan faktur berdasarkan tanggal, bulan, tahun. Resep
dan faktur disimpan baik dalam jangka waktu minimal 3 tahun. Resep dan faktur
yang sudah disimpan lebih dari tiga tahun dapat dimusnahkan dengan disertai
berita acara pemusnahan (Peraturan Menteri Kesehatan No.
1332/MENKES/SK/X/2002).
F. PELAYANAN KEFARMASIAN
Pelayanan kefarmasian di apotek RSU Haji Surabaya meliputi pelayanan
obat bebas, obat bebas terbatas, Obat Wajib Apotik (OWA), obat generik,
pelayanan narkotika dan psikotropika berdasarkan resep dokter, serta pelayanan
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kepada pasien.
1. Pelayanan Non Resep
Ada beberapa pelayanan obat tanpa resep dokter yang terdapat di apotek
RSU Haji Surabaya yaitu meliputi obat bebas, bebas terbatas, dan Obat Wajib
Apotek (OWA). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 347/Menkes/SK VII/1990, Obat wajib apotek (OWA) adalah obat keras
yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh Apoteker dalam jumlah yang
terbatas dengan kriteria sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
919/Menkes/ Per/X/1993 yaitu:
1. Tidak dikontra-indikasikan penggunaan pada wanita hamil, usia anak di
bawah umur dan orang tua diatas 65 tahun.
2. Pengobatan sendiri dengan obat yang dimaksud tidak memberikan
resiko pada kelanjutan penyakit.
3. Penggunaan tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia.
Untuk pasien yang menjadi anggota JKN dan kerjasama pihak ketiga,
maka dalam pelayanan resepnya harus menyertakan beberapa berkas persyaratan,
yaitu :
a. Persyaratan Pengambilan Obat untuk Pasien JKN
Surat Eligibilitas Peserta
Fotokopi kartu anggota
b. Persyaratan Pengambilan Obat untuk Pasien Kerjasama Pihak Ketiga
Fotokopi rujukan
Fotokopi kartu anggota
4. Resep dihitung jumlah, dosis dan kemudian di beri harga sebagaimana
semestinya obat ditebus.
5. Pemberian nomor resep.
6. Asisten Apoteker yang memberi harga, membubuhi paraf/tanda tangannya
pada urutan pertama pada stempel tersebut, kemudian resep diteruskan ke
petugas kasir.
7. Kasir memanggil pasien dan atau keluarganya dari pemilik resep tersebut
untuk menerima pembayaran harga obat yang telah dihitung oleh Asisten
Apoteker. Selanjutnya petugas kasir mencatat nama dan alamat pasien dan
memberikan bukti tanda pembayaran yang sah yang sebelumnya sebagian
nomor resep di bukti tanda pembayaran disobek beserta copy tanda
pembayaran untuk ditempelkan di balik resep.
8. Resep dari kasir tersebut diracik di bagian peracikan.
9. Obat yang sudah disiapkan (untuk pengemasan terakhir jangan ditutup
dengan stapler) beserta resep asli dan bilamana diperlukan copy
resep/kuitansi diteruskan ke bagian penyerahan obat.
10. Asisten Apoteker di bagian penyerahan obat:
Mencocokkan terlebih dahulu untuk yang terakhir kalinya antara obat
yang disiapkan dengan resep asli yang ditulis dokter.
Memanggil pasien dan atau keluarganya dan meminta tanda
pembayaran untuk diambil sisa nomor resep yang masih menyatu
aturan pakai, efek samping, dan cara penyimpanan. Juga memberikan edukasi
kepada pasien tentang obat-obat yang membutuhkan perhatian khusus seperti
antibiotik dan mempraktekkan cara penggunaan obat.
Pemberian KIE dalam pelayanan resep terutama diberikan kepada pasien dengan
kriteria sebagai berikut:
1. Mendapatkan lebih dari 3 masalah pengobatan
2. Obat dengan indeks terapi sempit
3. Cara penggunaan obat yang khusus
4. Obat dengan efek samping yang perlu mendapatkan perhatian khusus
5. Pasien pediatrik
6. Pasien geriatrik
7. Ibu hamil dan menyusui
8. Pasien penyakit kronis
Di apotek RSU Haji Surabaya, Apoteker yang berada di apotek
memberikan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kepada pasien secara
umum meliputi:
Cara penggunaan obat yang benar, meliputi dosis, aturan pakai, cara
penggunaan, lama penggunaan, terutama cara penggunaan yang perlu
informasi khusus.
Informasi tentang pentingnya kepatuhan menggunakan/meminum obat
secara teratur sesuai aturan dan petunjuk yang diberikan.
Informasi tentang cara penyimpanan obat yang benar.
Edukasi mengenai hal-hal khusus yang perlu dilakukan (teknik mengatasi
terjadinya hipoglikemia pada pasien diabetes, perubahan gaya hidup/life
style modification) yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien yang
berkunjung.
Informasi tentang adanya efek samping obat.
A. APOTEK
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang berperan
penting, karena merupakan sarana distribusi obat dan perbekalan farmasi yang
secara langsung berhadapan dengan masyarakat.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan
dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yang dimaksud dengan Apotek adalah
suatu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
Sediaan Farmasi, Perbekalan Kesehatan lainnya kepada masyarakat. Selain itu,
apotek harus dapat mendukung dan membantu terlaksananya usaha pemerintah
untuk menyediakan obat-obatan secara merata dengan harga terjangkau oleh
masyarakat, terutama yang berpenghasilan rendah. Apotek juga merupakan salah
satu sarana pelayanan kesehatan yang penting karena merupakan sarana distribusi
yang secara langsung berhadapan dengan masyarakat untuk menyalurkan obat dan
memberikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.25 tahun 1980
pasal 2, tugas dan fungsi apotek adalah:
1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan.
2. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat.
3.Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang
diperlukan masyarakat secara luas dan merata.
Tempat mendisplai obat bebas dan obt, serta informasi bagi pasien
berupa brosur, leaflet, poster atau majalah kesehatan,
Ruang konseling untuk pasien,
Ruang peracikan,
Ruang untuk melakukan kegiatan penerimaan, penyimpanan,
pengawasan, pengendalian persediaan dan pengeuaran obat,
Ruang penyerahan obat,
Tempat pencucian alat, dan
Peralatan penunjang kebersihan apotek.
Dalam KEPMENKES Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 disebutkan
mengenai persyaratan bangunan apotek yaitu :
1. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan
pelayanan dan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi.
2. Bangunan apotek sekurang-kurangnya memiliki ruangan khusus untuk:
a. Ruang peracikan dan penyerahan resep
b. Ruangan administrasi dan kamar kerja apoteker
c. WC
3. Kelengkapan bangunan calon apotek
a. Sumber air harus memenuhi persyaratan kesehatan
b. Penerangan harus cukup terang sehingga dapat menjamin pelaksanaan
tugas dan fungsi apotek
c. Alat pemadam kebakaran berfungsi dengan baik minimal 2 buah
d. Ventilasi yang baik serta memenuhi persyaratan hygiene lainnya
e. Sanitasi yang baik dan memenuhi persyaratan hygiene lainnya
4. Papan nama
a. Berukuran minimal:
- Panjang: 60 cm
- Lebar : 40 cm
b. Dengan tulisan:
- Hitam di atas dasar putih
- Tinggi huruf minimal : 5 cm
- Tebal : 5 cm
Dalam Lampiran KEPMENKES Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 diatur
tentang persyaratan perlengkapan apotek sebagai berikut:
1. Alat pembuatan, pengolahan, dan peracikan terdiri dari :
a. Timbangan miligram dengan anak timbangan yang sudah
disetarakan minimal 1 (satu) set.
b. Timbangan gram dengan anak timbangan yang sudah disetarakan
minimal 1 (satu) set.
c. Gelas ukur 10 ml, 100 ml, 250 ml
d. Labu erlenmeyer 100 ml, 250 ml, 1 liter
e. Gelas piala 100 ml, 500 ml, 1 liter.
f. Panci pengukur 1 liter.
g. Corong berbagai ukuran.
h. Termometer berskala 100°C
i. Mortir, garis tengah 5 sampai dengan 10 cm dan 10 sampai dengan
15 cm, beserta stamper dan sudip
j. Spatel logam/tanduk/plastik dan porselen.
k. Cawan penguap porselen, garis tengah 5 sampai dengan 115 cm.
l. Batang pengaduk.
m. Penangas air
n. Kompor atau alat pemanas yang sesuai.
o. Panci
p. Rak tempat pengeringan alat
q. Ayakan
r. Sendok porselen/tanduk
2. Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi terdiri dari:
a. Lemari dan rak untuk penyimpanan obat dengan jumlah sesuai
kebutuhan.
b. Lemari pendingin minimal 1 buah.
c. Lemari untuk penyimpanan narkotika dan psikotropika dengan
ukuran sesuai kebutuhan.
Apoteker Pendamping
pertama kali harus ada dalam apotek adalah obat-obat yang terdapat pada daftar
obat esensial.
Seiring waktu, macam dan jumlah obat yang dijual akan bertambah
banyak dan dalam penjualannya obat tersebut dikenal adanya obat fast moving dan
slow moving. Persediaan obat-obat fast moving harus tetap ada dan pemesanan
harus dilakukan secara berkesinambungan dan dalam jumlah yang cukup banyak.
Persediaan obat-obat slow moving tidak terlalu banyak dalam pemesanan karena
penjualan obat-obat slow moving dalam periode yang lama dikhawatirkan obat
akan kadaluarsa.
Penyimpanan obat di apotek berdasarkan stabilitas, bentuk sediaan obat,
golongan obat, fast moving, golongan penyakit dan diurutkan berdasarkan
alfabetis. Obat-obat yang stabil pada suhu kamar disimpan pada rak penyimpanan
obat, sedangkan untuk obat-obat yang tidak stabil pada suhu kamar disimpan pada
lemari pendingin. Obat-obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan pada
tempat khusus untuk menjamin keamanan dan menghindari kekeliruan. Obat-obat
fast moving diletakkan pada baris rak tersendiri yang mudah dijangkau oleh
petugas sehingga mempercepat pelayanan. Obat dengan golongan penyakit
tertentu seperti obat untuk hipertensi, jantung, diabetes di simpan pada rak
penyimpanan obat tersendiri.
Di apotek, obat dibedakan menjadi :
Obat bebas (HV=Handverkoop)
Obat bebas adalah obat yang dapat diperoleh dan digunakan tanpa
menggunakan resep dokter, biasanya dijual bebas dan dapat dibeli di apotek, toko
obat, supermarket atau toko yang menyediakannya. Wadah dan kemasan obat
bebas diberi tanda khusus berupa lingkaran hijau dengan diameter tertentu dengan
garis tepi hitam. Obat bebas umumnya berupa suplemen vitamin dan mineral, obat
gosok, dan beberapa antasida. Contoh: Vitamin B1, Vitamin C, Vitamin A,
Multivitamin, dan lain-lain.
diserahkan dengan resep dokter. Obat-obat ini berkhasiat keras dan bila dipakai
secara sembarangan bisa berbahaya, memperparah penyakit atau menyebabkan
kematian. Obat yang masuk dalam golongan ini antara lain obat jantung, obat anti
hipertensi, obat anti diabetes, hormon, antibiotika (tetrasiklin, penisilin, dan
sebagainya), obat tukak lambung, obat kolesterol, dan saluran nafas.
kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan
Makanan dan juga sebagai arsip apotek.
Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat-obat yang dapat mempengaruhi susunan syaraf
pusat. Obat golongan ini dapat memberikan efek depresi, misalnya morfin dan
opium, atau dapat memberikan efek stimulan, seperti kokain. Menurut Undang-
Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, narkotika
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis
maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan. Contoh dari narkotika antara lain Doveri,
Codein, Codipront, dan lain-lain.
Untuk mempermudah pengawasan terhadap pengadaan dan distribusi
narkotika, maka pemerintah hanya mengizinkan PT. Kimia Farma dalam
memproduksi, mengimpor, dan mendistribusikan narkotika di Indonesia.
Pemesanan narkotika dilakukan melalui PBF Kimia Farma sebagai distributor.
Pemesanan dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan narkotika rangkap
empat dan satu surat pesanan hanya digunakan untuk pemesanan satu jenis
narkotika, ditandatangani oleh Apoteker pengelola Apotek dan stempel apotek.
Pemesanan narkotika dalam empat lembar surat pesanan tersebut dikirim ke PBF
Kimia Farma dan satu lembar terakhir disimpan sebagai arsip apotek.
Narkotika di apotek wajib disimpan secara khusus. Menurut Permenkes
No.28/MENKES/PER/I/1978 bab II pasal 5 ayat 2 tentang tata cara penyimpanan
narkotika, yaitu apotek harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan
narkotika. Tempat khusus tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
2. Harus mempunyai kunci yang kuat.
3. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan.
4. Bagian pertama digunakan untuk menyimpan narkotika.
5. Bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang
dipakai sehari-hari.
Obat Paten
Menurut peraturan menteri kesehatan nomor 0202 tahun 2010 obat paten
adalah obat yang masih memiliki hak paten. Contoh: Ponstan,Amoxil, dan
lainnya.
Obat Tradisional
Obat tradisional juga dapat dijual di sebuah apotek, karena ada sebagian dari
masyarakat tetap percaya bahwa obat-obat tradisional lebih manjur jika
dibandingkan dengan obat-obat sintetik, dan juga memiliki efek samping yang
lebih minimal. Obat tradisional yang beredar di Indonesia dikategorikan menjadi 3
golongan, yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.
C. Studi Kelayakan
yang akan terlibat dalam suatu usaha sehingga dapat disimpulkan apakah usaha
tersebut layak atau tidak layak untuk dijalankan. Hasil suatu studi kelayakan
disajikan dalam laporan tertulis. Banyak aspek yang dikaji dalam suatu laporan
hasil studi kelayakan, antara lain:
1. Aspek Pasar
2. Aspek Pemasaran
3. Aspek Teknik dan Teknologi
4. Aspek Manajemen
5. Aspek Sumber Daya Manusia
6. Aspek Finansial
7. Aspek Ekonomi dan Sosial
8. Aspek Yuridis
9. Aspek Lingkungan Hidup
Aspek-aspek inilah yang mempengaruhi hasil laporan, apakah suatu usaha
layak atau tidak layak untuk dijalankan. Jika, isi laporan tersebut menyatakan
bahwa suatu rencana bisnis layak untuk dijalankan, maka akan ada pihak-pihak
tertentu yang memerlukan laporan tadi sebagai bahan masukan utama untuk
mengkaji ulang lalu menyetujui atau sebaliknya, yaitu menolak kelayakan laporan
tadi, sesuai dengan kepentingannya.
Hasil suatu studi kelayakan berupa dokumentasi lengkap dalam bentuk
tertulis. Dokumentasi ini memperlihatkan bagaimana sebuah rencana bisnis
memiliki nilai-nilai positif bagi aspek-aspek yang diteliti, sehingga akan
dinyatakan sebagai proyek bisnis yang layak, atau justru sebaliknya.
Aspek Pasar
Sebelum suatu usaha dilaksanakan, hendaknya dilakukan analisis pasar untuk
mengetahui potensi pasar yang akan dimasuki. Hal ini disebut sebagai analisis
pasar potensial dengan tujuan yaitu untuk mengetahui apakah terdapat pasar untuk
bisnis yang akan ditawarkan, ataukah perusahaan ingin mencoba menciptakan
potensi pasarnya sendiri. Jika hasil analisis menyatakan bahwa produk jasa dari
bisnis yang akan ditawarkan akan sulit diterima oleh pasar potensialnya, maka
rencana bisnis dianggap tidak layak. Analisis secara menyeluruh ini hendaknya
dilakukan dalam salah satu aspek kelayakan, yakni aspek pasar.
Aspek Pemasaran
Ada tiga hal yang berkaitan dengan pemasaran, yaitu:
1. Segmentasi, Target, dan Posisi Produk di Pasar
Suatu perusahaan harus menentukan pasar sasaran dengan
melakukan segmentasi pasar karena pasar pada dasarnya bersifat heterogen.
Segmentasi pasar akan menghasilkan segmen-segmen yang relatif homogen,
setelah itu perusahaan memilih sasaran yang lebih jelas karena perusahaan
memiliki sumber daya yang terbatas untuk memenuhi pasar walaupun telah
disegmentasikan. Setelah mendapatkan sasaran pasar yang terarah, produk
hendaknya mempunyai posisi yang jelas di pasar.
Segmentasi Pasar
Pasar terdiri dari banyak pembeli yang berbeda dalam beberapa
hal, misalnya keinginan, kemampuan, keuangan dan lain-lain. Perbedaan ini
dapat dilakukan segmentasi pasar. Beberapa aspek utama untuk segmentasi
pasar:
a. Aspek geografis dengan komponen- komponennya seperti bangsa,
negara, propinsi dan kabupaten/kotamadya
b. Aspek geografis seperti usia dan tahap daur hidup, jenis kelamin
dan pendapatan
c. Aspek psikografis seperti kelas sosial, gaya hidup dan kepribadian
d. Aspek perilaku seperti kesempatan, tingkat penggunaan, status
kesetiaan, tahap kesiapan pembeli dan sikap
Segmentasi pasar harus memperhatikan karakteristik berikut :
a. Dapat diukur yaitu besar pasar dan daya beli dapat diukur walaupun
ada beberapa komponen yang sulit diukur
b. Dapat terjangkau yaitu sejauh mana segmen ini secara efektif dapat
dicapai dan dilayani oleh produsen, walaupun ada kelompok
potensial yang dulit dijangkau
Aspek Manajemen
Bagian-bagian pokok suatu manajemen antara lain:
Perencanaan
Suatu perencanaan hendaknya dikaji dari beberapa sisi, seperti sisi
pendekatan pembuatannya, sisi jangka waktu pelaksanaan yang akan dicakup oleh
perencanaan, sisi tingkatan perencanaan, program kerja, serta anggaran.
Pendekatan pembuatan perencanaan dapat dilakukan dengan beberapa alternatif
pendekatan. Pertama, Pendekatan Atas-Bawah dimana perencanaan dilakukan
oleh pimpinan dan unit organisasi di bawahnya melakukan apa saja yang telah
direncanakan. Kedua, Pendekatan Bawah-Atas, dimana perencanaan dilakukan
dengan cara pemimpin puncak memberikan gambaran situasi dan kondisi yang
dihadapi organisasi termasuk mengenai misi, tujuan, sasaran, dan sumber daya
yang dimiliki. Langkah selanjutnya memberikan kewenangan kepada manajemen
di tingkat bawahnya untuk menyusun perencanaan. Ketiga, Pendekatan Campuran
dimana proses perencanaan dilaksanakan dengan mengkombinasikan kedua
pendekatan yang di atas. Keempat, Pendekatan Kelompok, dimana perencanaan
dibuat oleh sekelompok tenaga ahli dalam perusahaan.
Pengorganisasian
Struktur organisasi menjelaskan baik pembagian aktivitas kerja serta
hubungan fungsi dan aktivitas tersebut sampai batas-batas tertentu. Struktur
organisasi selain memperlihatkan tingkat spesialisasi aktivitas tersebut, juga
menjelaskan hirearki dan susunan kewenangan serta hubungan pelaporan (siapa
melapor pada siapa).
Penggerakan (Actuating)
Agar aspek penggerakan dapat berjalan dengan baik, maka penyusunannya
hendak dikaji dari beberapa sisi, misalnya: fungsi dari penggerakan harus
terpenuhi, serta bagaimana sikap dan perilaku seorang pemimpin sehingga
memenuhi kriteria agar ia dapat menggerakan bawahannya. Jika syarat-syarat
untuk penggerakan ini dianggap terpenuhi, maka dapat dikatakan bahwa sisi
penggerakan ini layak.
Pengendalian (Controlling)
Fungsi pokok pengendalian antara lain:
- Mencegah terjadinya penyimpangan
- Memperbaiki penyimpangan yang terjadi
- Mendinamisasikan organisasi
- Mempertebal rasa tanggung jawab
Jika dalam periode yang sama terdapat beberapa usulan yang layak
direalisasikan namun dana atau anggaran tidak mencukupi, perlu dicari jalan
keluarnya. Salah satu cara adalah dengan melakukan urutan prioritas terhadap
usulan-usulan itu.
1. Metode Penilaian Investasi
Studi kelayakan dari aspek keuangan perlu menganalisis arus kas.
Pada umumnya ada 4 metode yang biada dipertimbangkan untuk
melakukan penilaian arus kas suatu investasi, yaitu metode Payback
Period, Net Present Value, Internal Rate of Return dan Profitability Index
serta Break Even Point.
Metode Payback Period (PP)
Adalah periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran
investasi dengan menggunakan arus kas. Dengan kata lain Payback
Period merupakan rasio antara initial cash investment dan cash
inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Selanjutnya niali
rasio ini dibandingkan dengan maximum Payback Period yang dapat
diterima.
Metode Net Present Value (NPV)
Adalah selisih antara Present Value dari investasi dan nilai sekarang
dari penerimaan-penerimaan kas bersih (arus kas operasional maupun
arus kas terminal) di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai
sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan.
Metode Internal Rate of Return (IRR)
Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga ynag
menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa
datang atau penerimaan kas dengan pengeluaran investasi awal.
Metode Profitability Index (PI)
Metode ini menghitung perbandingan antara nilai sekarang dari
penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang dan
nilai sekarang dari investasi.
Break Even Point (BEP)
A. SKRINING RESEP
Kesesuaian Administratif
Identitas pasien yang meliputi nama, umur, alamat dan no telepon, berat
badan pasien; nama obat; dosis obat; bentuk sediaan; jumlah obat; aturan pakai
serta identitas dokter yang meliputi nama dokter, no SIP. dokter, alamat dokter,
no.telepon dokter, tanda tangan/paraf dokter, dan tanggal penulisan resep.
Kesesuaian farmasetik
3) Lameson (Lapi)
Komposisi : Methylprednisolone 8 mg (tablet)
Kategori farmakologi : Kortikosteroid sistemik
Indikasi : Inflamasi dan alergi (BNFC, p. 452).
Dosis : Anak 1 bulan-18 tahun 0,5-1,7 mg/kg sehari dalam 2-4 dosis
terbagi tergantung pada kondisi dan repon yang terjadi (BNFC, p. 452).
Kontra indikasi : Infeksi sistemik
Perhatian : Insufisiensi ginjal, hipertensi, peptic ulcer, epilepsi, infeksi
jamur sistemik, herpes simpleks, DM, varisela, TB, osteoporosis berat
(BNFC, p. 448).
Efek samping : Peptic ulcer ringan, Cushing sindrome, moon face
(BNFC, p. 448).
5) Salbutamol (Indofarma)
Komposisi : Salbutamol sulfat 4 mg (tablet)
Kategori farmakologi : Short acting beta 2 agonist (BNFC p.175)
Indikasi : Terapi asma mild sampai moderate (BNFC p.175)
Dosis anak-anak :
- Anak 2-6 tahun : 1-2 mg 3-4 kali sehari
- Anak 6-12 tahun : 2 mg 3-4 kali sehari (BNFC p.175)
Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap salbutamol (albuterol)
Efek Samping : Tremor, pusing, keram otot, palpitasi, takikardi, aritmia,
vasodilatasi perifer, myocardial iskemi, gangguan tidur.
Perhatian : Hipertiroid, gangguan kardiovaskular, aritmia
D. ANALISA RESEP
1. Kesesuaian pemberian dosis
2. Dilihat dari terapi obat yang diresepkan, pasien mengalami infeksi saluran
pernafasan ringan karena alergi dan demam.
DEPO FARMASI
RSU HAJI SURABAYA
Jl. Manyar Kertoadi, Telp. 5947760
Tgl.9 Juni 2014 No. 123
An. Nxx
bubur
3 X Sehari 1 Sendok makan
Sesudah makan teh
KOCOK DULU
HARUS HABIS
12. Masukkan ke dalam plastik dan beri etiket putih dengan aturan pakai “2 x
sehari 1 bungkus”
DEPO FARMASI
RSU HAJI SURABAYA
Jl. Manyar Kertoadi, Telp 5924000
Tgl:9 Juni 2014 No: 123
An. Nxx
2 x Sehari 1 BIJI/BUNGKUS
SEBELUM/SESUDAH MAKAN
5. Simpan obat pada kotak obat (tempat yang bersih, kering, sejuk suhu 25
°C, terhindar dari cahaya).
6. Anjuran utuk pasien :
a. Hindari
- Asap rokok
- Debu rumah: cuci sarung bantal, sprei, selimut maksimal 1
minggu sekali
- Bulu binatang: pindahkan binatang peliharaan dari dalam
rumah,mandikan binatang peliharaan 2 kali/minggu
- Polen: jika disekitar rumah banyak tanaman berbunga maka
tutup jendela rapat-rapat, sedapat mungkin hindari kontak
dengan polen
b. Pasien banyak beristirahat
c. Melakukan verifikasi akhir pada keluarga pasien untuk mengetahui tingkat
pemahamannya.
A. SKRINNING RESEP
Kesesuaian Administratif
Identitas pasien yang meliputi nama, umur, alamat dan no telepon, berat
badan pasien; nama obat; dosis obat; bentuk sediaan; jumlah obat; aturan pakai
serta identitas dokter yang meliputi nama dokter, no SIP. dokter, alamat dokter,
no.telepon dokter, tanda tangan/paraf dokter, dan tanggal penulisan resep.
Kesesuaian farmasetik
Bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama
pemberian.
Aspek klinis
Alergi obat, kemungkinan pemakaian tidak benar, duplikasi obat,
penjadwalan obat tidak benar, interaksi obat-obat, interaksi obat-makanan,
adverse drug reaction.
Jika kelengkapan resep ada yang tidak jelas atau meragukan, sebaiknya
langsung ditanyakan kepada dokter penulis resep. Bila resep tidak absah, resep
wajib ditolak dan tidak dilayani. Untuk alamat pasien dapat ditanyakan langsung
ke pasien. Jika resep telah absah maka dilakukan :
a. Pemberian nomor tunggu ke pasien
b. Melihat nama obat dan bentuk sediaan yang diresepkan dan memeriksa
ketersediaan obat tersebut di apotek, bila resep kurang jelas atau jika obat
yang diresepkan tidak ada/kosong dapat diganti dengan obat yang
kandungannya sama meskipun lain pabrik, tetapi harus seijin dokter penulis
resep dan atau atas persetujuan pasien.
c. Penetapan harga obat dan pemberian nomor resep.
2) Trihexyphenidyl (Indofarma)
Komposisi: Trihexyphenidyl 2 mg
Kategori farmakologi: Antikholinergik, Anti-Parkinson’s Agent
Indikasi: Parkinson
Dosis : 1 mg/hari, peningkatan dosis 2 mg dalam interval 3-5 hari; dosis
lazim 6-10 mg/hari dalam 3-4 dosis terbagi
Kontra Indikasi: -
Efek Samping: Takikardi, agitasi, bingung, pusing, mengantuk, euforia,
halusinasi, sakit kepala, gangguan psikiatri, rash, konstipasi, mual,
muntah, lelah, retensi urin, glaucoma, gangguan penglihatan, mydriasis
Perhatian : Gangguan kardiovaskular, glaucoma, retensi urin, gangguan
liver atau ginjal.
D. ANALISA RESEP
1. Kesesuaian Dosis
1 mg/hari, peningkatan
2 x sehari 2
Trihexyphenidil dosis 2 mg dalam Sesuai
mg = 4 mg
interval 3-5 hari
Dosis awal 0,125 mg/hari
1 x sehari
sampai dengan 0,375
Sifrol 0,375 mg = Sesuai
mg/hari dibagi dalam 3
0,375 mg
dosis
R/ Xalatan ed no. I
S 1 dd gtt 1 ODS
Ϧ
R/ Timolol ed no. I
S 2 dd gtt 1 ODS
Ϧ
A. SKRINING RESEP
Kesesuaian administratif
Identitas pasien yang meliputi nama, umur, alamat dan no telepon, berat
badan pasien; nama obat; dosis obat; bentuk sediaan; jumlah obat; aturan
pakai serta identitas dokter yang meliputi nama dokter, no SIP. dokter,
alamat dokter, no.telepon dokter, tanda tangan/paraf dokter, dan tanggal
penulisan resep.
Kesesuaian farmasetik
Bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama
pemberian.
Aspek klinis
Alergi obat, kemungkinan pemakaian tidak benar, duplikasi obat,
penjadwalan obat tidak benar, interaksi obat-obat, interaksi obat-
makanan, Drug Related Problem (DRP)
Jika kelengkapan resep ada yang tidak jelas atau meragukan,
sebaiknya langsung ditanyakan kepada dokter penulis resep. Bila resep tidak
absah, resep wajib ditolak dan tidak dilayani. Untuk alamat pasien dapat
ditanyakan langsung ke pasien. Jika resep telah absah maka dilakukan :
a. Pemberian nomor tunggu ke pasien
b. Melihat nama obat dan bentuk sediaan yang diresepkan dan memeriksa
ketersediaan obat tersebut di apotek, bila resep kurang jelas atau jika obat
yang diresepkan tidak ada/kosong dapat diganti dengan obat yang
kandungannya sama meskipun lain pabrik, tetapi harus seijin dokter penulis
resep dan atau atas persetujuan pasien.
c. Penetapan harga obat dan pemberian nomor resep
d. Pemberian kuitansi
D. ANALISA RESEP
1. Kesesuaian Dosis
Dosis
Nama Obat Dosis Terapi Pustaka Kesimpulan
Resep
1 kali
Xalatan ed Gunakan 1 x sehari sehari 1 Sesuai
tetes
Gunakan 2 kali sehari,
untuk sediaan long acting
gunakan 1 kali seharian
Dosis awal : 1 drop larutan 2 kali
Timolol ed 0,2.5%, 2 kali sehari pada sehari 1 Sesuai
mata yang bermasalah; tetes
tingkatkan hingga 0,5%
larutan jika respon yang
diberikan tidak adekuat
4 kali
3-4 kali sehari 1 atau 2
Cendo Lyteers ed sehari 1 Sesuai
tetes.
tetes
1. Ambil Xalatan eye drop 1 botol. Beri etiket biru dengan aturan pakai “1 kali
sehari 1 tetes, pada mata kanan dan kiri (sore hari)”.
DEPO FARMASI
RSU HAJI SURABAYA
Jl. Manyar Kertoadi, Telp 5924000
Tgl:8/Juli/2014 No: 188
OBAT LUAR
2. Ambil Timolol eye drop 1 biji. Beri etiket biru dengan aturan pakai “2 kali
sehari 1 tetes, pada mata kanan dan kiri”.
DEPO FARMASI
RSU HAJI SURABAYA
Jl. Manyar Kertoadi, Telp 5924000
Tgl:8/Juli/2014 No: 188
Ny. Sxx Mxx
OBAT LUAR
3. Ambil Cendo Lyteers eye drop sebanyak 1 botol. Beri etiket biru dengan
aturan pakai “4 kali sehari 1 tetes, pada mata kanan dan kiri”
DEPO FARMASI
RSU HAJI SURABAYA
Jl. Manyar Kertoadi, Telp 5924000
Tgl:8/Juli/2014 No: 188
Ny. Sxx Mxx
OBAT LUAR
4. Masukkan plastik dan tutup plastik dengan rapi
A. SKRINNING RESEP
Kesesuaian administratif
Identitas pasien yang meliputi nama, umur, alamat dan no telepon, berat
badan pasien; nama obat; dosis obat; bentuk sediaan; jumlah obat; aturan
pakai serta identitas dokter yang meliputi nama dokter, no SIP. dokter,
alamat dokter, no.telepon dokter, tanda tangan/paraf dokter, dan tanggal
penulisan resep.
Kesesuaian farmasetik
Bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama
pemberian.
Aspek klinis
Alergi obat, kemungkinan pemakaian tidak benar, duplikasi obat,
penjadwalan obat tidak benar, interaksi obat-obat, interaksi obat-
makanan, Drug Related Problem (DRP)
Jika kelengkapan resep ada yang tidak jelas atau meragukan,
sebaiknya langsung ditanyakan kepada dokter penulis resep. Bila resep tidak
absah, resep wajib ditolak dan tidak dilayani. Untuk alamat pasien dapat
ditanyakan langsung ke pasien. Jika resep telah absah maka dilakukan :
e. Pemberian nomor tunggu ke pasien
f. Melihat nama obat dan bentuk sediaan yang diresepkan dan memeriksa
ketersediaan obat tersebut di apotek, bila resep kurang jelas atau jika obat
yang diresepkan tidak ada/kosong dapat diganti dengan obat yang
kandungannya sama meskipun lain pabrik, tetapi harus seijin dokter penulis
resep dan atau atas persetujuan pasien.
g. Penetapan harga obat dan pemberian nomor resep
h. Pemberian kuitansi
2) Sanmag (Sanbe)
Komposisi : Mg trisilicate 325 mg, Al(OH)3 colloidal 325 mg, papaverine
HCl 30 mg, chlordiazepoxide HCl 5 mg, vit B1 2 mg, vit B2 1 mg, vit B6
0.5 mg, vit B12 1 mcg, niacinamide 5 mg, Ca pantothenate 1 mg.
Kategori farmakologi : Antacids, Antireflux Agents & Antiulcerants
Indikasi : Hipersekresi asam lambung, gastritis, tukak lambung.
Dosis : Dewasa 1-2 tablet hari (MIMS, p. 12).
Kontra Indikasi : Gangguan ginjal berat (MIMS, p. 12).
Efek Samping : Kelelahan, mengantuk, lemah otot, diare, konstipasi,
mual, muntah (MIMS, p. 12)
3) Biodiar (Sandoz)
Komposisi : Attapulgit koloid aktif
Kategori farmakologi : Antidiare
Indikasi : Pengobatan simtomatik pada diare yang tidak spesifik.
Dosis :
- 2 tablet setelah buang air besar pertama kali, 2 tablet tiap kali
setelah buang airbesar berikutnya. Maksimal 12 tablet/hari (MIMS,
p. 22).
- 1200-1500 mg/dosis; dosis maksimum: 8400 mg/hari (DIH)
Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap attapulgit
Perhatian : Jangan digunakan lebih dari 2 hari bila disertai demam tinggi.
4) Cefixime (Bernofarm)
Komposisi : Cefixime trihidrat yang setara dengan Cefixime anhidrat 100
mg.
Kategori farmakologi : Antibiotik, Cephalosporin (Third Generation).
(DIH 22 p. 339)
Indikasi : Agent alternatif Enteric fever dan infeksi akut.
Dosis : 50-100 mg 2 kali sehari. Untuk infeksi yang lebih berat, dosis
dapat ditingkatkan sampai 200 mg 2 kali sehari.
Kontra Indikasi : Hipersensitivitas terhadap cefixime dan antibiotik
Cephalosporin lainnya (DIH 22 p. 339)
Efek Samping : Gangguan pencernaan seperti diare, nyeri perut, mual,
gas dalam perut (DIH 22 p. 339)
D. ANALISA RESEP
1. Kesesuaian dosis.
Dosis Terapi
Nama Obat Dosis Resep Kesimpulan
Pustaka
40 mg/hari selama 4-
Omeprazole 40 mg sehari Sesuai
8 minggu
Dewasa 1-2 tablet 3 x sehari 1
Sanmag Tidak Sesuai
hari tablet
1200-1500 mg/dosis; 630 mg 3 x
Biodiar dosis maksimum: sehari = 1890 Sesuai
8400 mg/hari mg
100 mg 2 x
50-100 mg 2 kali
Cefixime sehari = 200 Sesuai
sehari
mg
DEPO FARMASI
RSU HAJI SURABAYA
Jl. Manyar Kertoadi, Telp 5924000
Tgl:12/Juni/2014 No: 120
Tn.A.M
3 x Sehari 1 biji/bungkus
sebelum/sesudah makan
A. SKRINING RESEP
Kesesuaian administratif
Identitas pasien yang meliputi nama, umur, alamat dan no telepon, berat
badan pasien; nama obat; dosis obat; bentuk sediaan; jumlah obat; aturan
pakai serta identitas dokter yang meliputi nama dokter, no SIP. dokter,
alamat dokter, no.telepon dokter, tanda tangan/paraf dokter, dan tanggal
penulisan resep.
Kesesuaian farmasetik
Bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama
pemberian.
Aspek klinis
Alergi obat, kemungkinan pemakaian tidak benar, duplikasi obat,
penjadwalan obat tidak benar, interaksi obat-obat, interaksi obat-
makanan, Drug Related Problem (DRP)
Jika kelengkapan resep ada yang tidak jelas atau meragukan,
sebaiknya langsung ditanyakan kepada dokter penulis resep. Bila resep tidak
absah, resep wajib ditolak dan tidak dilayani. Untuk alamat pasien dapat
ditanyakan langsung ke pasien. Jika resep telah absah maka dilakukan :
a. Pemberian nomor tunggu ke pasien
b. Melihat nama obat dan bentuk sediaan yang diresepkan dan memeriksa
ketersediaan obat tersebut di apotek, bila resep kurang jelas atau jika
obat yang diresepkan tidak ada/kosong dapat diganti dengan obat yang
kandungannya sama meskipun lain pabrik, tetapi harus seijin dokter
penulis resep dan atau atas persetujuan pasien.
c. Penetapan harga obat dan pemberian nomor resep
d. Pemberian kuitansi
1) Aspilet (Medifarma)
Komposisi : Asetosal 80 mg
Kategori Farmakologi : Antiplatelet
Indikasi : Terapi nyeri ringan sampe sedang, inflamasi, dan demam,
pencegahan dan terapi myokardiak infark, stroke iskemia akut,
managemen rheumatoid arthritis, rheumatoid fever, osteoarthritis, dan gout
(pada dosis tinggi) (DIH).
Dosis : sebagai pencegahan myokardiak infark 75 – 100 mg sehari sekali
secara oral.
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap salisilat dan obat NSAID lain,
asma, rhinitis, nasal polyps, kehamilan (khususnya trimester 3)
Efek samping : hemostasis, pendarahan, hipotensi, takikardia, edema,
fatigue, sakit kepala, dizziness, asidosis, hiperkalemia, mual, muntah.
2) Fasorbid (Fahrenheit)
Komposisi : Isosorbide Dinitrate 5 mg (tablet sublingual)
Kategori farmakologi : Vasodilator
Indikasi : Terapi dan profilaksis angina pektoris
Dosis :
- Sublingual 2.5-5 mg setiap 5-10 menit maksimum 3 dosis dalam 15-30
menit; dapat juga digunakan sebagai profilaksis 15 menit sebelum
beraktivitas untuk menghindari serangan yang tiba-tiba (DIH).
- Untuk angina, 30-120 mg setiap hari dalam dosis terbagi (BNF 61, p.
126)
- Pengobatan : ½ - 1 tablet, dosis ditingkatkan sampai rasa nyeri hilang.
Pencegahan : 1-2 tablet setiap 2-3 jam.
Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap nitrat, glaukoma, trauma kepala,
cerebral hemorrhage, anemia (DIH).
Efek Samping : Hipotensi, bradikardi, kemerahan, gangguan GI.
3) Bisoprolol
Komposisi : Bisoprolol 5 mg
Kategori Farmakologi : Beta bloker (DIH).
Indikasi : Terapi tunggal atau kombinasi untuk hipertensi (DIH).
Dosis : hirpertensi : 2,5-5 mg sekali sehari maksimum 20 mg sehari
(DIH).
Kontraindikasi : Cardiogenic shock, bradikardia (DIH).
Efek samping : Nyeri dada, fatigue, diare, mual , muntah, bradikardia,
hipotensi, hiperkalemia (DIH).
4) Simvastatin
Komposisi : Simvastatin 10 mg
Kategori Farmakologi : Antilipemic agent, HMG-CoA Reductase
Inhibitor (DIH).
D. ANALISA RESEP
1. Kesesuaian dosis.
Dosis Terapi
Nama Obat Dosis Resep Kesimpulan
Pustaka
75-100 mg sekali 80 mg sekali
Aspilet Sesuai
sehari sehari
Untuk pengobatan :
½ - 1 tablet (5 mg) ,
3 x sehari 5 mg
Fasorbid dosis ditingkatkan Sesuai
= 15 mg
sampai rasa nyeri
hilang
10 – 40 mg sekali 10 mg sekali
Simvastatin Sesuai
sehari sehari
Kasus 1
Pasien (Wanita, 22 tahun) datang dengan keluhan batuk. Pasien meminta
rekomendasi dari calon apoteker sehubungan dengan keluhannya tersebut. Hal-hal
yang perlu ditanyakan :
Patient Assessment:
W – Who is the patient?
Siapa pasiennya? Seorang wanita berusia 22 tahun
W – What are the symptoms?
Apa gejalanya? Rasa gatal, mengganjal di tenggorokan dan tidak dapat
mengeluarkan dahak.
H – How long has the symptoms been present?
Berapa lama/sejak kapan gejala tersebut muncul? 3 hari sebelum pasien ke apotek.
A – Action taken?
Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi batuk? Minum obat
M – Medication being taken?
Obat-obat yang saat ini digunakan untuk mengatasi gejala? Vicks Formula 44
Dari informasi yang diperoleh oleh calon apoteker, pasien meminta
rekomendasi obat untuk dirinya sendiri. Pasien mengeluhkan batuk berdahak dan
sudah minum Vicks Formula 44 selama 3 hari namun tidak juga membaik.
Kasus 2
Seorang ibu datang ke apotek dan meminta rekomendasi obat demam
kepada calon apoteker untuk anaknya. Hal-hal yang perlu ditanyakan :
Patient Assessment:
W – Who is the patient?
Siapa pasiennya? Seorang anak berusia 4 tahun
W – What are the symptoms?
Apa gejalanya? Hanya panas saja
H – How long has the symptoms been present?
Berapa lama/sejak kapan gejala tersebut muncul? 1 hari sebelum pasien ke apotek.
A – Action taken?
Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi demam? Hanya dikompres
Kasus 3
Pasien Pria (28 tahun) datang ke apotek dengan keluhan tidak dapat buang
air besar selama 3 hari. Pasien meminta rekomendasi dari calon apoteker
sehubungan dengan keluhannya tersebut. Hal-hal yang dilakukan :
W – Who is the patient?
Siapa pasiennya? Seorang pria berusia 28 tahun
W – What are the symptoms?
Apa gejalanya? Sulit buang air besar karena feses yang keras
H – How long has the symptoms been present?
Berapa lama/sejak kapan gejala tersebut muncul? 4 hari sebelum pasien ke apotek.
A – Action taken?
TUGAS KHUSUS
PENYULUHAN
DAFTAR PUSTAKA
BNF for Children Satff. 2009. British National Formulary for Children (59
ed.). Germany: BMJ gorup, RPS Publishing and RCPCH Publications
Ltd.
BNF Staff. 2011. British National Formulary (61 ed.). Germany: BMJ
Group and Pharmaceutical Press.
Seto S., Nita Y., Triana L., 2008. Manajemen Farmasi. Airlangga
University Press. Surabaya.
LAMPIRAN 1
MACAM-MACAM ETIKET
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
1. Codein 10
2. Codein 20
3. Codipront Kapsul
4. Codipront Exp Kapsul
5. Codipront Exp Syrup
6. Codipront Syrup
7. Pethidin Injeksi
8. Morfin Injeksi
LAMPIRAN 6
LAMPIRAN 5
LAMPIRAN 6