Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan utama programperbaikan gizi, yang
menitikberatkan padaupaya pencegahan dan peningkatankeadaan gizi balita. Pemantauan
pertumbuhan merupakan rangkaian kegiatanyang terdiri; (1) penilaian pertumbuhan balita secara
teratur melalul penimbangansetiap bulan, pengisian dan penilalan hasil penimbangan berdasarkan
Kartu MenujuSehat; (2) tindaklanjut setiap kasus gangguan pertumbuhan berupa
(konseling,penyuluhan dan rujukan); (3)tindak lanjut berupa kebijakan dan program di
tingkatmasyarakat, serta meningkatkan motivasi untuk memberdayakankeluarga.
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhannormal anak berdasarkan
indeks antropometri berat badan menurut umur.Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau risiko
kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih
cepatdan tepat sebelum masalahnya lebih berat
KMS dibedakan antara KMS anak laki-laki dan KMS anak perempuan, KMS anak laki-laki berwarna
dasar biru dan terdapat tulisan untuk laki-laki dan KMS perempuan berwarna dasar merah muda danh
terdapat tulisan untuk perempuan
Pemantauan status gizi dengan menggunakan Tabel standar antropometri penilaian status gizi
balita sesuai dengan indeks kategori dan ambang batas (SD) status gizi
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dilakukan di semua tingkat pelayanan. pelaksana dan alat
yang digunakan adalah sebagal berikut:
Contoh :
Anak laki-laki usia 5 bulan dengan berat badan 5,6 kg, maka anak tersebut termasuk
kategori gizi kurang, karena berada pada ambang batas - 3 SD sampai dengan < - 2 SD
5,6 kg
Jadwat skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30,36, 42,
48, 54, 60, 66 dan 72 bulan.
Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut, minta ¡bu datang kembali pada umur skrining
yang terdekat untuk pemeriksaan rutin. Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta kernbali untuk
skrining KPSP pada umur 9 bufan.
Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyal masalah tumbuh kembang,
sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur
skrining terdekat yang Iebih muda.
Intervensi:
1. Bila perkembangan anak sesual umur (S), lakukan tindakan berikut:
a. Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan balk.
b. Teruskan pota asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak.
c. Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin, sesuai denganumur dan
kesiapan anak.
d. lkutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di posyandusecara
teratur sebulan I kali dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB).Jika anak
sudah memasuki usia prasekolah (36-72 bulan), anak dapat diikutkanpada kegiatan di
Pusat Pendidikan Anak Dini Usia (PADU), Kelompok Bermain danTaman Kanak-kanak.
e. Lakukan pemeriksaan/Skrinling rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada
anakberumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 24 sampal 72bulan.
Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat
segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak.
Jadwal TDD adaIaI setiap 3 bulan pada bayl umur kurang dan 12 bulan dan setip 6 bulan pada
anak umur 12 bulan keatas.
Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya lihat agarsegera dapat
dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya lihat
menjadi lebih besar.
Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36sampai 72
bulan.
Interpretasi: .
Anak prasekolah umumnya tidakmengalami kesulitan melihat sampai baris ketiga padaposter ―E‖.
Bila kedua matan anak tidak dapat melihat baris ketiga poster ―E‖, artinyatidak dapat
mencocokkan arahkartu ―E‖ yang dipegangnya dengan arah ―E‖ pada barisketiga yang ditunjuk
oleh pemeriksa, kemungkinan anak mengalami gangguan dayalihat.
Intervensi:
Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat, minta anak datang lagi untuk
pemeriksaan ulang. Bila pada pemeriksaa benikutnya, anak tidak dapat melihat sampai baris yang
sama, atau tidak dapat melihat baris yang sama dengan kedua matanyarujuk ke Rumah Sakit
dengan menuliskan mata yang mengalami gangguan (kanan, kiri atau keduanya).
Ada beberapa jenis alat yang digunakan untuk mendeteksj secara dini adanyapenyimpangan
mental emosional pada anak, yaitu:
1. Kuesioner Masafah Mental Emosional (KMME) bagi anak umur 36 bulan sampai 72 bulan.
2. Cekiis autis anak prasekolah (Checklist forAutism in Toddlers/CHAT) bagi anak umur 18
bulan sampal 36 bulan.
3. Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivjtas (GPPH)
menggunakan Abreviated Conner Rating Scale bagi anak umur 36 buJan ke atas.
Jadwal deteks dini masalah mental emosional adalah rutin setiap 6 bulan pada anakumur 36
bulan sampai 72 buJan. Jadwal ini sesuai dengan jadwal skrining/pemerjksaanperkembangan
anak.
Alat yang digunakan adalah Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) yang terdiridari 12
pertanyaan untuk mengenali problem mental emosional anak umur 36 bulansampai 72 bulan.
Cara melakukan:
1. Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilakuyang
tertulis pada KMME kepada orang tua/pengasuh anak.
2. Catat jawaban YA, kemudian hitung jumlah jawaban YA.
Intervensi:
1. Bila jawaban YA hanya I (satu):
a. Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan Buku Pedoman Pola AsuhYang
Mendukung Perkembangan Anak.
b. Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk ke RumahSakit yang
memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.
2. Bila jawaban YA ditemukan 2 (dua) atau lebih :
a. Rujuk ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.
b. Rujukan harus disertal informasi mengenai jumlah dan masalah mental emosionalyang
ditemukan.
Jadwal deteksi dini autis pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari
ibu/pengasuh atau ada kecurigaan. Keluhan tersebut dapat berupa salahsatu atau Iebih keadaan di
bawah ini:
1. keterlambatan berbicara .
2. gangguan komunikasi interaksi sosial
3. perilaku yang berulang-ulang
Intervensi:
Bila anak risiko menderita autis atau kemungkinan ada gangguan perkembangan, Rujukke Rumah
Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.
Tujúannya adalah untuk mengetahul secara dini anak adanya Gangguan PemusatanPerhatian dan
Hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36 bulan ke atas.
Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila adakeluhan dan
orang tua/pengasuh anak atau ada kecurigaan. Keluhan tersebut dapatberupa salah satu atau lebih
keadaan di bawah ¡ni:
1. Anak tidak bisa duduk tenang
2. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
3. Perubahan suasana hati yang mendadak/impulsive
Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian
danHiperaktivitas (GPPH) (Abbreviated Conners Ratting Scale)
Formulir ini terdiri 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orang tua/pengasuhanak /guru TK dan
pertanyaan yang perlu pengamatan pemeriksa.
Intervensi perkembangan.
Intervensi perkembangan anak dilakukan atas indikasi yaitu:
1. Perkembangan anak meragukan (M) artinya kemampuan anak tidak sesuai dengan yang
seharusnya dimiliki anak, yaitu bila pada umur skrining 3, 6, 9, 12, 15, 18 bulan dan
seterusnya, pemeriksaan KPSP jawaban ―YA» = 7 atau 8, lakukan intervensi sebagai berikut:
a. Pilih kelompok umur stimulasi yang lebih muda dan umur anak misalnya: Menurut
KPSP, anak umur 12 bulan belum bisa berdiri, maka dilihat kelompok umur stimulasi 9-
12 bulan atau yang lebih muda (bukan kelompok umur stimulasi 12-15 bulan). Karena
kemampuan berdiri merupakan gerak kasar, maka lihat kotak ―Kemampuan Gerak Kasar.
b. Ajari orang tua cara melakukan intervensi sesuai dengan masalah/penyimpangan yang
ditemukan pada anak tersebut, misalnya, anak mempunyal penyimpangan gerak kasar,
maka yang diintervensi adalah gerak kasamya.
c. Beri petunjuk pada orang tua dan keluarga untuk mengintervensi anak seseringmungkin,
penuh kesabaran dan kasih sayang, bervariasi dan sambil bermain dengananak agar la
tidak bosan.
d. Intervensi pada anak dilakukan secara intensif setiap han sekitar 3-4 jam, setama
2minggu. Bila anak terlihat senang dan tidak bosan, waktu intervensi dapat ditambah.Bita
anak menolak atau rewel, intervens dihentikan dahulu, dilanjutkan apabifa anaksudah
dapat diintervensi tagi.
e. Minta orang tua atau keluarga datang kembali/kontrol 2 minggu kemudian untuk
dilakukan evaluasi hasil intervensi dan melihat apakah ada kemajuan/perkembanganatau
tidak. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan KPSP yang sesuai denganumur skrining
yang terdekat.
2. Bila seorang anak mempunyal masalah/penyimpangan perkembangan, sedangkan umur anak
saat itu bukan pada jadwal umur skrining, maka lakukan intervensi perkembangan sesual
dengan masalah yang ada sebagai berikut:
a. Misalnya: anak umur 19 bulan belum bisa menyebut ayah ibunya dengan panggilan
seperti ―papa‖ ―mama‖ artinya ada penyimpangan kemampuan bahasa dan bicara. Lihat
kelompok umur stimulasi yang Iebih muda, pilihkotak ―Kemampuan Bicara dan Bahasa‖
yang memuat cara melatih anak supayabisa menyebut kata-kata ―papa‖, ―mama‖, yaitu
pada kelompok umur stimulasi 3-6bulan.
b. Sedangkan intervensi berupa stimulasi untuk kelompok umur yang Iebih muda pada
contoh di atas stimulasi untuk kelompok umur 15-18 bulan, tetap diberikan.
c. Ajari orang tua cara melakukan intervensi perkembangan anak sebagaimana
yangdianjurkan pada kotak stimulasi tersebut.
Berikut ini contoh tindakan intervensi perkembangan yang dilakukan pada beberapa anak dengan
masalah perkembangan :
2. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat
Pelayanan Kesehatan Dasar, Dinas Kesehatan Prop. Sulse, Program Peningkatan Kesehatan Anak,
2006
3. Standar Pemantauan Pertumbuhan Balita, Depkes RI, Dirjen Binkesmas, Direktorat Gizi
Masyarakat, 2005