Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan sering mengakibatkan perlukaan jalan lahir. Luka-luka biasanya
ringan, tetapi kadang-kadang terjadi juga luka luas dan berbahaya. Setelah
persalinan harus dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum. Luka yang luas bisa
menyebabkan perdarahan pasca persalinan yaitu perdarahan lebih dari 500-600 ml
dalam masa 24 jam setelah anak lahir.
Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus di evaluasi, yaitu sumber
dan jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi sumber perdarahan yang berasal
dari perineum, vagina dan robekan uterus (ruptura uteri).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya robekan jalan lahir, di
antarnya adalah persalinan dengan distosia bahu, partus presipitatus, perluasan
episiotomi, multiparitas, dan lain-lain.
Perdarahan karena robekan jalan lahir banyak di jumpai pada pertolongan
persalinan oleh dukun karena tanpa di jahit. Bidan di harapkan melaksanakan
pertolongan persalinan secara legalitas di tengah masyarakat melalui polindes.
Bidan dengan pengetahuan medisnya di harapkan bisa mengarahkan pertolongan
persalinan dengan resiko rendah. Pertolongan persalinan resiko rendah
mempunyai komplikasi ringan sehingga dapat menimbulkan perdarahan pun akan
semakin berkurang.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan umum
Diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu
bersalin dengan penyulit robekan jalan lahir.

1
1.2.2 Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data pada ibu bersalin dengan
penyulit robekan jalan lahir
2. Mahasiswa mampu melalakukan analisa data untuk menentukan diagnosa
pada ibu bersalin dengan penyulit robekan jalan lahir
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa potensial pada ibu bersalin
dengan penyulit robekan jalan lahir
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan segera pada ibu bersalin
dengan penyulit robekan jalan lahir
5. Mahasiswa mampu menyusun rencana askeb berdasarkan diagnosa pada ibu
bersalin dengan penyulit robekan jalan lahir
6. Mahasiswa mampu melaksanakan askeb sesuai rencana yang dibuat pada ibu
bersalin dengan penyulit robekan jalan lahir
7. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil askeb yang telah dilaksanakan pada
ibu bersalin dengan penyulit robekan jalan lahir

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Robekan Jalan Lahir


2.1.1 Pengertian
a. Robekan adalah terputusnya kontinyuitas jaringan.
(Kamus Lengkap Kedokteran : 109)
b. Jalan lahir terdiri atas jalan lahir bagia keras dan jalan lahir bagian lunak
yang harus di lewati oleh janin dalam proses persalinan pervaginam.
(Ilmu Bedah Kebidanan : 1)
c. Robekan jalan lahir adalah robekan yang selalu memberikan perdarahan
dalam jumlah yang bervariasi banyaknya yang berasal dari perineum,
vagina serviks, dan uterus.
(Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, & KB untuk pendidikan bidan : 308)
2.1.2 Klasifikasi
2.1.2.1 Perineum
a. Pengertian
Perineum adalah bagian terendah badan yaitu sabuah garis yang
menyambung kedua tuberositas iskhil, membaginya menjadi daerah
depan garis ini yaitusegitiga urogenital dan belakangnya ialah segitiga
anal. (anatomi fisiologi , evelyn : 256)
b. Etiologi
1. Secara umum
a. Kepala janin terlalu cepat lahir
b. Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
c. Sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut
d. Pada persalinan dengan distosia bahu
2. Faktor maternal
a. Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak di
tolong
b. Pasien tidak mampu berenti mengejan

3
c. Partus di selesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan
fundus yang berlebihan
d. Edema dan kerapuhan pada perineum
e. Perluasan perineum
3. Faktor janin
a. Bayi yang besar
b. Posisi kepala bayi yang normal
c. Kelahiran bokong
d. Ekstraksi forsep yang sukar
e. Distosia bahu
(Ilmu kebidanan, patologi & fis. Persalinan : 451-452)
c. Tingkat robekan perineum
A. Tingkat I : Robekan hanya terjadi pada selaput lendir
vaginadengan atau tanpa mengenai kulit perineum
sedikit.
B. Tingkat II : Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mengenai
selaput lendir vagina dan muskulus perinea trasvesalis
tapi tidak mengenai sfingter ani
C. Tingkat III : Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum
sampai mengenai otot-otot sfingter ani
D. Tingkat IV : Robekan meluas keseluruh kulit perineum membran
mukosa vagina, senrum tendineum perinei, sfingter ani
dan mukosa rektum.
(Ilmu Bedah Kebidanan :175)

4
d. Patofisiologi

Perineum kaku Kesalahan memimpin


Kepala janin terlalu cepat lahir Persalinan

Regangan Perineum
Robekan Perineum

Tingkat I Tingkat II Tingkat III Tingkat VI


Pada selaput Pada selaput Robekan sampai Robekan
Lendir vagina lendir vagina dengan otot sampai dengan
(tanpa mengenal otot perinea sfingter ani otot sfingter
Kulit perineum) trans versalis ani + mukosa

e. Penanganan
 Persiapan alat
- Wadah DTT ber isi : sarung tangan, pemegang jarum, jarum
jahit
- Cairan antiseptik (alkohol, betadin)
- Anastesi : lidokain 1%
 Persiapan pasien
Ibu posisi litotomi, pasang kain bersih di bawah bokong, atur
lampu kearah vulva atau perineum bersihkan dengan cairan
antiseptik
 Persiapan petugas
Lepas perhiasan dan cuci tangan, pakai sarung tangan DTT untuk
memasukkan lidokain 1% kedalam spuit kemudian pakai sarung
tangan lain

5
f. Perawatan pasca persalinan
 Apabila terjadi robekan tingkat IV berikan antibiotik profilaksis
dosis tunggal :
- Ampicilin 500 mg/oral
- DHN metronidazol 500 mg/oral
 Observasi tanda-tanda infeksi
 Jangan lakukan pemeriksaan rectal atau enema 2 mgg
 Berikan pelembut keses selama 1 mg/oral

Teknik menjahit robekan perineum


A. Tingkat I : Dapat di lakukan hanya menggunakan cutgut yang di jahitkan
secara jelujur (continous sutare) atau dengan cara angka delapan
(figure of eight)
B. Tingkat II : - Jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata aalh brgerigi maka
pinggir yang bergerigi harus di rapikan lebih dulu
- Pinggir robekan kanan, kiri masing-masing di klem kemudian di
gunting dan di lakukan penjahitan
- Mula-mula otot din jahit catgut, selaput lendir vagina di jahit
dengan catgut secara terputus atau jelujur
- Penjahitan selaput lendir vagina di mulai dari puncak robekan
- Terakhir kulit perineum di jahit dengan benang sutera secara
terputus
C. Tingkat III : - Dinding depan rektum yang robek di jahit dulu
- Fasia perifektal dan fasia septm rekto vaginal di jahit dengan catgut
kromik sehingga bertemu kembali
- Ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah di klem dengan
klemplen lurus kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan catgut kromik
- Robekan dijahit lapis demi lapisseperti menjahit robekan perineum
tingkat II

6
2.1.2.2 Vagina
a. Pengertian
 Vagina adalah saluran potensial yang terbentang dari vulva ke uterus
yang berjalan ke atas dan ke belakang sejajar dengan pintu masuk
pelvis dan dikelilingi serta di topang oleh otot-otot dasar pelvis.
 Vagina adalah tabung berotot yang dilapisi membran dari jenis
epitelium bergaris yang khusus, di aliri pembuluh darah dan serabut
saraf secara berlimpah.
b. Klasifikasi robekan jalan lahir pada vagina
 Kolporeksi
a. Pengertian
Kolporeksi adalah suatu keadaan di mana terjadi robekan di
pada vagina baian atas sehingga sebagian serviks uteri dan
vagina terlepas yang dapat memanjang atau melintang.
b. Etiologi
1. Pada persalinan dengan EPD sehingga terjadi regangan
segmen bahwa uttrus dengan servix uteri tidak terjepit
antara kepala janin dan tulang panggul.
2. Trauma sewaktu mengeluarkan placenta manual
3. Pada saat coitus yang kasar di sertai kekerasan
4. Kesalahan dalam memasukkan tangan oleh penolong ke
dalam uterus.
c. Komplikasi
1. Perdarahan terjadi jika robekan lebar, dalam, dan lebih
mengenai pembuluh darah
2. Infeksi, jika robekan tidak ditangani dengan semestinya
bahkan dapat timbul septikemi.
 Robekan dinding vagina
a. Pengertian
Robekan dinding vagina adalah robekan pada dinding vagina
yang mengenai pembuluh darah.
b. Etiologi
1. Melahirkan janin dengan cunam
2. Ekstraksi bokong

7
3. Ekstraksi vakum
4. Reposisi presentasi kepala janin misal letak oksipito
posterior
5. Akibat lepasnya tulang simfisis pubis (Simfisiolisis)
c. Komplikasi
Sama dengan kolporeksi
d. Penanganan
1. robekan kecil →superfisial tidak perlu penanganan
khusus
2. robekan lebar dan dalam, lakukan penjahitan secara
teratur putus-putus atau jelujur
3. pada puncak vagina sesuai dengan kolporeksi yang
penanganan sesuai dengan ruptur uteri.
 Perlukaan vagina
a. Etiologi
1. akibat persalinan karena luka pada vulva
2. robekan pembuluh darah vena di bawah kulit alat kelamin
luar dan selaput lendir vagina
b. Jenis perlukaaan vagina
1. Robekan vulva
Sering dijumpai pada waktu persalinan yang terlihat pada
robekan kecil pada labium minus, vestibulum atau bagian
belakang vulva, luka robekan dijahit dengan cara cutgut
secara terputus adalah jelujur.
2. Hematoma vulva
Karena robeknya pembulih vena yang ada dibawah
pembuluh kulit alat kelamin luar dan selaput lendir
vagina, terjadi pada kala pengeluaran. Diagnosa tidak
terlalu sulit karena hematoma, terlibat dibagian yang
lembek, membengkok dan disertai nyeri tekan.
(Ilmu Bedah Kebidanan : 177-178)
c. Komplikasi
Sesuai pembahasan di atas.

8
d. Penanganan
1. hematoma kecil tidak perlu tindakan operatif cukup
dilakukan pengompresan daerah tersebut
2. jika ada tanda-tanda anemia, syok lakukan pengosongan
3. jahitan di buka kembali atau lakukan sayatan sepanjang
bagian hematoma dan keluarkan jika ada bekuan
4. jika ada sumber perdarahan, ikat pembuluh darah vena
atau arteri yang terputus
5. rongga diisi dengan kasa steril sampai padat
6. luka sayatan dijahit secara terputus-putus atau jelujur
7. pakailah drain
8. tampon dapat dibiarkan selama 24 jam
9. pasien diberi koagulasi + antibiotik sebagai profilaksis
dan berikan ruborasia
 Fistula Vesikovaginal
a. Pengertian
Fistula adalah hubungan abnormal antara dua organ atau
lebih (bagian depan)
b. Etiologi
1. Trauma, menggunakan alat-alat (perforator, kait
dekapitasi, cunam)
2. Persalinan lama
3. Robekan cervix yang menjalar ke vagina bagian atas
4. Pada SC (vesika urinaria dan ureter dapat terpotong atau
robek)
c. Penanganan
1. Yang disebabkan oleh trauma
 Pasang kateter tetap dalam vesika urinaria
 Jika ditemukan air kencing menetes kedalam vagina
segera lakukan penjahitan luka yang terjadi lapis
demi lapis (selaput lendir→ otot-otot dinding vesika
urinaria → dinding depan vagina)
 Kateter dapat dibiarkan selama beberapa waktu

9
2. Yang disebabkan oleh lepasnya jaringan nekrosis
 Gejala kelihatan setelah 3-10 hari post partum dan
sering pada fistula yang kecil
 Pasang kateter tetap (untuk drainase vesika urinaria)
selama beberapa minggu sehingga dapat menutup
sendiri
 Jika pada fistula yan besar dapt dilukukan setelah 3-6
bulan PP
 Fistula Rectovaginal
a. Pengertian
Fistula recovaginal adalah lubang antara rectum dan vagina
b. Etiologi
1. ketidakbeerhasilan perbaikan pada laserasi laserasi derajat
ketiga
2. ketidaksembuhan dari penjahitan
(Ilmu bedah kebidanan : 175-182)
c. Penanganan
Perbaikan operatif
(Ilmu Bedah Kebidanan : 177-182)
2.1.2.3 Cervix
a. Pengertian
Cervix adalah leher rahim atau sesuatu yang berhubungan dengan
leher.
(Kamus Kedokteran :51)
b. Etiologi
Robekan servix dapat terjadi pada :
1. Partus presipitatus
2. Trauma karena pemakaian alat-alat operasi (cunam, perforator,
vakum ekstraktor)
3. Melahirkan kepala janin pada letak sungsang secara paksa karena
pembukaan servix belum lengkap
4. Partus lama
c. Diagnosa robekan cervix

10
Perdarahan PP pada uterus yang berkontraksi baik harus
memaksa kita untuk memeriksa servix inspekulo. Sebagai profilaksis
sebaiknya semua persalinan buatan yang sulit menjadi indikasi untuk
memeriksakan inspekulo.
d. Komplikasi
1. perdarahan
2. syok
3. inkompetensi servix atau infertilitas sekunder
e. Penanganan menjahit robekan servix
1. Pertama-tama pinggir robekan sebelah kiri dan kanan di jepit
dengan klem sehingga perdarahan menjadi berkurang atau berhenti
2. Kemudian sevix di tarik sedikit, sehingga lebih jelaskelihatan dari
luar
3. Jika pinggir robekan bergerigi, sebaiknya sebelum di jahit pinggir
tersebut diratakan dulu dengan jalan menggunting pinggir yang
bergerigi tersebut.
4. Setelah itu robeka dijahit dengan cutgut cromik, jahitan dimulai
dari ujung robekan dengan cara jahitan terputus-putus atau jahitan
angka delapan
5. Pada robekan yang dalam, jahitan harus di lakukan lapis demi
lapis. Ini dilanjutkan untuk menghindari terjadinya hematoma
dalam rongga di bawah jahitan
2.1.2.4 Ruptura Uteri
a. Pengertian
 Ruptura uteri adalah distrupsi dinding uterus yang merupakan
salah satu kedaruratan obstetri
(Kedaruratan obsttrik : 169)
 Ruptura uteri adalh robekan atau diskontinuitas dinding rahim
akibat dilampaui daya regang miometrium.
(Pely. Kesh maternal neonatal : 169)
b. Faktor predisposisi
1. Multiparitas atau grandemulti
2. Pemakaian oksitosin persalinan yang tidak tepat
3. Kelainan letak dan implantasi plasenta

11
4. Kelainan bentuk uterus
5. Hidramnion
c. Gejala ruptur uteri
1. Sewaktu konsentrasi yang kuat, pasien tiba-tiba merasa nyeri
yang mengiris di perut bagian bawah
2. SBR nyeri sekali kalau di palpasi
3. HIS berhenti
4. Ada perdarahan pervagina, walaupun biasanya tidakbanyak
5. Bagian-bagian anak mudah diraba, kalau anak masuk ke dalam
rongga perut
6. Kadang-kadang disamping anak teraba tumor ialah rahim yang
telah mengecil
7. Pada toucher ternyata bagian depan mudah di tolak ke atas
malahan kadang-kadang tidak teraba lagi karena masuk ke dalam
rongga perut
8. Biasanya pasien jatuh dalam shock
9. Kalau ruptura sudah lama terjadi maka seluruh perut nyei dan
gembung
10. Adanya kencing berdarah dapat membantu kita menentukan
diagnosa kalau gejala-gejala kurang jelas
d. Etiologi
1. Parut uterus (SC, Miometrium, reaksi kornua, abortus sebelumnya)
2. Trauma
 Kelahiran operatif (versi, ekstraksi bokong, forsep)
 Perangsangan oksitosin yang berlebihan
 Kecelakaan mobil
3. Ruptura spontan uterus yang tidak berpaut (kontraksi uterus
persisten pada kasus obstruksi pelvis)
 Disproporsi chepalo pelvic
 Malperentasi janin
 Anomali janin (hidrosefalus)
 Multiparitas tanpa penyebab lain
 Lelomioma uteri

12
4. Faktor-faktor lain
 Placenta akreta atau perkreta
 Kehamilan kornua
 Penyakit trofoblasik invasif
e. Diagnosa banding ruptur uteri
1. Solusio placenta
2. Placenta previa
3. Ruptura uteri
f. Klasifikasi ruptura uteri
1. Menurut waktu terjadinya
a. Ruptura uteri gravidarum
Terjadinya sewaktu hamil dan berlokasi pada korpus
b. Ruptura uteri durate partum
Terjadinya waktu melahirkan anak dan berlokasi pada SBR.
2. Menurut lokasinya
a. Korpus uteri
Terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami dan
operasi (SC) yang kolporal atau miomektomi
b. SBR
Terjadi pada partus yang sulit dan lama yatu tambah
merenggang dan tipis dan akhirnya ruptur uteri.
c. Servix uteri
Terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forcep atau versi
dan ekstraksi pada pembukaan lengkap.
d. Kolpoporeksis – kolporeksi
Robekan diantara servix dan vagina.
3. Menurut robeknya peritoneum
a. Kompleta
Robekan pada dinding uterus – peritoneum (parametrium)
sehingga terdapat hubungan antara rongga perut dan uterus.
b. Inkompleta
Robekan pada otot rahim tapi peritonium tidak ikut robek.
4. Menurut etiologinya

13
a. Ruptura uteri spontan
- Karena dinding rahim yang lemak atau cacat
Misal : Bekas SC, miomektomi, perforasi saat kuretase,
histerorafia, pelepasan plasenta manual
- Karena peregangan yang luar biasa dari rahim
Misal : Panggul sempit, kelainan bentuk panggul, janin
besar, DM, hidrops feralis, post maturitas, dan
grandemulti.
b. Ruptura violenta (traumatika)
Karena : Estraksi forsep, versi dan ekstraksi, embriotomi,
versi braxton hicks, sindrom tolakah, manual
placenta, kuretase, espresi kristeller atau crede.
5. Menurut gejala klinis
a. Ruptura iminens (membakat, mengancam)
b. Ruptura uteri (sebenarnya)
g. Profilaksis Ruptura Uteri
1. CPD
 Anjurkan bersalin di rumah sakit
2. Malposisi kepala
 Coba lakukan preposisi
 Pikirkan SC primer saat inpartu
3. Mal presentasi
 Letak lintang / presentasi bahu / letak bokong / presentasi
rangkap
4. Hidrosefalus
5. Rigid cervik
6. Tetania uteri
7. Tumor jalan lahir
8. Bekas SC
 Anjurkan persalinan di rumah sakit
 Jika kepala cukup turun lakukan ekstraksi forceps
9. Uterus cacat, karena miomektomi, manual uri, anjurkan bersalin di
rumah sakit

14
10. Ruptura uteri
 Rujuk
h. Penanganan Ruptura Uteri
1. Mengatasi syok
2. Perbaiki KU penderita dengan pemberian infus dan
sebagaimana
3. Kardiotonika, antibiotika dan sebagainya
4. Jika sudah mulai membaik lakukan laparatomi dengan tindakan
jenis operasi
 Histerektomi (total dan subtotal)
 Histerorafia (tepi luka di eksidir → dijahit)
 Konservatif (dengan temporade dan antibiotaka yang cukup

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

15
Asuhan kebidanan adalah aktivitas atau intervensi yang dilakukan oleh
bidan kepada klien yang mempunyai kebutuhan / permasalahan khususnya
dalam bidang persalinan dan nifas.

2.2.1 Pengumpulan data yang dibutuhkan


2.2.1.1 Data subyektif.
1. Identitas.
2. Alasan kunjungan saat ini / keluhan utama
Keluhan yang dirasakan apabila terjadi rupture uteri adalah Ibu
merasakan gelisah, pernafasan dan nadi menjadi cepat, nyeri perut
bagian bawah, perdarahan yang terjadi pada sebagian mengalir ke
rongga perut dan sebagian keluar pervaginam.
3. Riwayat kebidanan
3.1 Riwayat menstruasi
3.2 Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
4. Riwayat kesehatan
5. Riwayat psikososial
6. Pola kehidupan sehari-hari
2.2.1.2 Data objektif
1. Pemeriksaan umum
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik ibu dengan robekan jalan lahir yaitu pada
conjungtiva. Jika conjungtiva anemis maka dimungkinkan karena
kurangnya darah yang diakibatkan oleh banyaknya luka pada jalan
lahir. Pemeriksaan fisik lebih di fokuskan pada vulva, dilihat
berapa derajat robekan lukanya.
3. Pemeriksaan khusus
4. Pemeriksaan penunjang

2.2.2 Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi


diagnosa/masalah
Pada langkah ini dilakukan identifikasi diagnosa / masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.

16
2.2.3 Mengidentifikasi diagnosa / masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosa potensial / masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
menimbulkan antisipasi bila dimungkinkan dilakukan pencegahan.

2.2.4 Menetapkan kebutuhan segera


Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
dikonsultasikan atau ditanda tangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai kondisi klien.

2.2.5 Menyusun asuhan yang menyeluruh


Dalam rangka ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan lanjutan
menejemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi &
diantisipasi.

2.2.6 Implementasi
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada ke-5 dilaksanakan secara efisien dan aman.

2.2.7 Evaluasi
Keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan
kebutuhan akan bantuan sebagaimana telah diidentifikasikan di dalam
diagnosa & masalah.

17
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
A Data subyektif
Anamnesa tanggal : 21 Juni 2007 Jam : 13.00 Wib
1. Identitas
Nama klien : Ny “S” Nama suami : Tn “I”
Umur : 21 tahun Umur : 25 tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan :- Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam Agama : Islam
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia Suku / bangsa : Jawa / indonesia
Alamat rumah : Cermen lerek
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan bahwa ia merasakan nyeri pada luka perineum setelah
proses melahirkan.
3. Riwayat menstruasi
Siklus menstruasi : 30 hari Menarche : 12 tahun
Lama : 7 hari Disminorhea : tidak
Warna : merah HPHT : 18 – 09 – 2006
Bau : anyir TP : 25 – 06 – 2007

4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


No Hamil Sua UK Jenis Penolo Pen BB / TB Jenis H/M Men Riway
ke mi persa ng yuli kela eteki at KB
ke linan t min
1 1 1 9 bln Spt Bidan - 2800gr/ ♀ H Ya -
45cm

5. Riwayat kehamilan ini


Ibu mengatakan bahwa ia selalu memeriksakan kehamilannya ke Pustu
slempit sebanyak 10x, imunisasi TT sebanyak 2x.

6. Riwayat persalinan ini

18
Ibu mengatakan bahwa ia melahirkan seorang bayi perempuan pada
jam 07.00 Wib, spontan ditolong oleh bidan dengan berat 2800 gram
7. Pola kebiasaan
a. Pola nutrisi
Sebelum MKB : Ibu mengatakan bahwa ia makan 3x/hari
dengan porsi sedang yang terdiri dari nasi,
lauk pauk, dan sayur-sayuran, minum air putih
± 7-8 gelas/hari, kadang –kadang makan buah.
Selama MKB : Ibu mengatakan bahwa ia makan 3x/hari
dengan porsi sedang, yang terdiri dari nasi,
lauk, dan sayur,minum air putih 7-8 gelas/hari.
b. Pola eliminasi
Sebelum MKB : Ibu mengatakan bahwa ia BAK : 6-7x/hari,
lancar, yidak ada nyeri, dan BAB 1x/hari,
lembek, teretur.
Selama MKB : Ibu mengatakan bahwa ia BAB : 2x/hari,
memancar, agak nyeri dan BAB belum.
c. Pola aktifitas
Sebelum MKB : Ibu mengatakan bahwa ia melakukan
pekerjaan rumah tangga yang sifatnya
ringan.
Selama MKB : Ibu mengatakan bahwa ia masih terbaring
dan bangun apabila akan ke kamar mandi.
d. Pola istirahat / tidur
Sebelum MKB : Ibu mengatakan bahwa ia 1 jam/hari dan
tidur malam 5-6 jam/hari
Selama MKB : Ibu mengatakan bahwa ia tidak tidur siang
dan tidur malam sering terbangun.
e. Latar belakang sosial budaya
Ibu mengatakan bahwa ia tidak ada pantangan makanan apapun.

19
8. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan bahwa dalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit (hepatitis, TBC) dan penyakit menurun (asma, DM,
hipertensi)
b. Riwayat penyakit yang pernah diderita / sedang diderita
Ibu mengatakan bahwa ia tidak pernah dan tidak menderita
penyakit menurun dan menular.
B Data obyektif
1. Pemeriksaan umum
 Kesadaran : Composmetis
 KU : Baik
 TTV : TD :130/90 mmHg Nadi : 84 x/mnt
Suhu : 365o C RR : 20 x/mnt
 Jumlah perdarahan : ± 250 cc
2. Pemeriksaan fisik
 Rambut : hitam, bersih, tidak ada ketombe
 Mata : - Sclera : tidak icterus
- Conjungtiva : merah muda
 Muka : tidak ada chloasma gravidarum
 Leher :
- Struma : tidak ada
- Pembesaran kelenjar thyroid : tidak ada
- Pembesaran vena jugularis : tidak ada
 Payudara :
- Bentuk : simetris
- Areola : hiperpigmentasi
- Putting susu : menonjol
- Keluaran : colostrum
 Perut :
- striae : albican Kontraksi :baik
- linea : alba Konsistesi : keras
- TFU : 2 jari bawah pusat

20
 Vulva :
- warna : kemerahan
- varises : tidak ada
- odema : tidak ada
 Perineum :
- luka bekas episiotomi : ada
 Extremitas atas / bawah
- varises : -/-
- odema : -/-
 Anus : Haemoroid : ada

3.2 Diagnosa
Tgl / Jam Diagnosa Interpretasi Data
21-06-07 / DX : P10001 6 jam post DS : Ibu mengatakan bahwa ia merasakan
13.15 partum fisiologis nyeri pada luka perineum setelah
dengan ruptur proses melahirkan.
perineum. DO :- Kesadaran : Composmetis
- KU : Baik
- TTV : TD :130/90 mmHg
Nadi : 84 x/mnt
Suhu : 365o C
RR : 20 x/mnt
- Perineum :
luka bekas episiotomi : ada
Masalah : Nyeri luka DS : Ibu mengatakan bahwa ia merasakan
perineum nyeri pada luka perineum setelah
proses melahirkan
DO : Ekspresi wajah kelihatan
menyeringai.

3.3 Identifikasi Masalah Potensial


Terjadi infeksi

3.4 Identifikasi Kebutuhan Potensial

21
 Rawat luka perineum
 Berikan antibiotik.

3.5 Intervensi
Tanggal : 21 Juni 2007 Jam : 13.30 Wib
Tujuan : Setelah di lakukan asuhan kebidanan selama 1x 24 jam
diharapkan tidak terjadi infeksi
Kriteria : 1. KU ibu baik tanpa komplikasi
TTV : TD : 110/70 mmHg – 120/80 mmHg
Suhu : 360 – 370 C
RR : 16 – 24 x/mnt
Nadi : 72 – 100 x/mnt
2. Ekspresi wajah tidak sakit, klien tidak mengeluh sakit dan
dapat melakukan aktifitas sendiri
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi
Tgl / jam Diagnosa Intervensi Rasional
21-06-07 / Ny “S” P10001 6 1. Lakukan pendekatan 1. Diharapkan dapat terjalin
13.25 jam post partum terapeutik pada klien kerjasama yang baik
fisiologis dengan antara petugas dank lien
ruptur perineum. 2. Jelaskan hasil 2. Diharapkan klien lebih
pemeriksaan pada ibu dan kooperatif terhadap
keluarga pemeriksaan selanjutnya
3. Berikan HE tentang : 3. Diharapkan ibu mengerti
tentang :
- Personal hygiene - Menjaga kebersihan
- Nutrisi - Terpenuhi nutrisinya
- Perawatan luka - Terhindar dari infeksi
- Perawatan payudara - Memperlancar ASI
- Mobilisasi dini - Mempercepat proses
invousi
- Istirahat - Memulihkan stamina ibu
- Tanda bahaya nifas - Ibu lebih waspada
- Tanda bahaya BBL - Deteksi dini
4. Berikan antibiotik dan 4. Diharapkan dapat

22
analgesik mengurangi rasa nyeri dan
terhindar dari infeksi
5. Observasi TTV 5. Diharapkan dapat
memantau perkembangan
ibu
6. Observasi TFU, kontraksi, 6. Deteksi dini adanya
kandung kemih, dan komplikasi
perdarahan
7. Observasi luka jahitan 7. Memantau perkembangan
luka
8. Anjurkan ibu untuk 8. Diharapkan dapat
kantrol ulang 1 minggu mengetahui perkembangan
lagi / sewaktu-waktu bila kedaaan ibu
ada keluhan
1. Dengan dilakukan
Masalah nyeri 1. Lakukan pendekatan pendekatan teraprutik
luka perineum terapeutik pada ibu diharapkan terjalin
kerjasama yang baik
antara ibu dengan petugas
kesehatan
2. Dengan memberi
2. Beritahukan nyeri akan pengertian kepada ibu
hilang jika luka telah diharapkan ibu dapat lebih
sembuh tenang
3. Dengan memberikan
3. Berikan dukungan dukungan moril dan
psikologis dan moril pada psikologis pada ibu
ibu diharapkan ibu lebih
tenang

3.6 Implementasi
Tanggal/Jam Diagnosa Implementasi
21-06-07/ Ny “S” P10001 6 jam post 1. Melakukan pendekatan terapeutik pada
13.45 WIB partum fisiologis dengan klien

23
ruptur perineum. 2. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
dan keluarga
3. Memberikan HE tentang :
a. Personal hygiene
b. Nutrisi
c. Perawatan luka
d. Perawatan payudara
e. Mobilisasi dini
f. Istirahat
g. Tanda bahaya nifas
h. Tanda bahaya BBL
4. Memberikan antibiotik dan analgesik
5. Melakukan observasi TTV
6. Melakukan observasi TFU, kontraksi,
kandung kemih, dan perdarahan
7. Melakukan observasi luka jahitan
8. Menganjurkan ibu untuk kantrol ulang 1
minggu lagi / sewaktu-waktu bila ada
keluhan
Masalah nyeri luka
perineum 1. Melakukan pendekatan terapeutik pada ibu
2. Memberitahukan nyeri akan hilang jika luka
telah sembuh
3. Memberikan dukungan psikologis dan moril
pada ibu

3.7 Evaluasi
Tanggal :22-06-07 Jam : 07.00
S : Ibu mengatakan masih merasakan nyeri pada luka jahitannya
O : TTV : TD : 110/70 mmHg S : 367 0C

24
N : 80 x/mnt RR : 18 x/mnt
TFU : 2 jari bawah pusat
Kontraksi uterus : keras
Perdarahaan : 150 cc
A : P10001 1 hari post partum fisiologis dengan ruptur perineum.
P : - Rencana dilanjutkan
- Menganjurkan pada ibu untuk control ulang 1 mgg lagi / sewaktu –
waktu bila ada keluhan

BAB VI
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

25
Robekan pada jalan lahir merupakan salah satu penyebab dari perdarahan post
partum. Robekan pada jalan lahir sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah multiparitas, CPD, partus presipitatus, partus lama, dan lain-
lain.
Dengan penatalaksanaan yang tepat dari penolong diharapkan bisa
mengurangi terjadinya perdarahan yang bisa mengakibtkan kematian pada ibu.

4.2. Saran
1. Bagi Bidan
Bidan lebih meningkatkan kualitas pelayanan sehingga dapt meminimalkan
terjadinya robekan jalan lahir.
2. Bagi Pembaca
Pembaca dapat mengerti dan memahami isi dari masalah ini bagi masyarakat
umum.
3. Bagi Masyarakat Umum
Diharapkan masyarakat mengerti akan pentingnya gizi.
4. Bagi Penulis
Penulis dapat lebih mendalami tentang penyebab kematian maternal karena
perdarahan yang disebabkan oleh robekan.

DAFTAR PUSTAKA

FK UNPAD, 1981, Obstetri Patologi, Bandung.

Mochtar, rustam, 1998, Patologi dan Fisiologi Persalinan, Yayasan Essensia Medica,

26
Yogyakarta.

Pearce, Evelyn, 2002, Anatomi Fisiologi untuk Paramedis, Gramedia, Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono, 2002, Ilmu Bedah Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka,

Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono, 2002, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono, 2002, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,

Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

Syaifuddin, 1997, Kedaruratan Obsetri dan Ginekologi, ECG, Jakarta.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS


NY “S” P10001 DENGAN NYERI LUKA PERINEUM
DI DESA CERMEN LEREK PUSTU SLEMPIT KECAMATAN
KEDAMAIAN KABUPATEN GRESIK

27
DISUSUN OLEH :
IFTIHAH INTANNUR ANNIS
NIM 430216

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


ARTHA BODHI ISWARA
PRODI DIII KEBIDANAN
SURABAYA
2007

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang memberikan rahmat serta hidayahnya
sehingga saya dapat menyelesaikan asuhan kebidanan pada Ny ”S”

28
Saya menyusun asuhan kebidanan ini untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mengikuti pendidikan di akademi kebidanan STIKES ABI surabaya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan telah memberikan bimbingan kepada penulis diantaranya :
1. Prof. DR H.R Soedibyo H.P, dr. DTM, selaku ketua STIKES ABI Surabaya
2. Lia Hartanti, SST, selaku ketua jurusan DIII kebidanan STIKES ABI Surabaya
3. Hj. Sri Mekar, SST, selaku pembimbing pendidikan
4. dr. Rudyanto Dwi Agustono, selaku kepala puskesmas Slempit kabupaten
Gresik
5. Sukardi, Spd, selaku kepala desa Cermen Lerek
6. Nurkhayati, selaku pembimbing praktek di polindes cermen lerek kecamatan
kedamaian kabupaten gresik
7. serta rekan-rekan mahasiswa yang tela banyak membantu dalam penulisan
laporan ini
Saya menyadari bahwa asuhan kebidanan ini jauh dari semparna sehingga kritik
dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan asuhan kebidanan ini dan
semoga dapat bermanfaat khususnya bagi pembaca pada umumnya.

Surabaya, Juni 2007

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

29
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1


1.1 Latar belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan penulisan ........................................................................................ 1
1.2.1 Tujuan umum ................................................................................. 1
1.2.2 Tujuan khusus................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................. 3

2.1 Konsep dasar robekan jalan lahir................................................................ 3


2.1.1 Pengertian .......................................................................3
2.1.2 Klasifikasi .......................................................................3
2.1.2.1 Perineum .......................................................................3
2.1.2.2 Vagina .......................................................................7
2.1.2.3 Cervix .......................................................................10
2.1.2.4 Ruptura uteri .......................................................................11
2.2 Konsep dasar asuhan kebidanan................................................................. 16
2.2.1 Pegumpulan data yang dibutuhkan................................................. 16
2.2.1.1 Data subyektif .......................................................................16
2.2.1.2 Data obyektif ......................................................................16
2.2.2 Menginterprestasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa /
Masalah........................................................................................... 16
2.2.3 Mengidentifikasi diagnosa / masalah ............................................. 17
2.2.4 Menetapkan kebutuhan segera........................................................ 17
2.2.5 Menyusun asuhan yang menyeluruh.............................................. 17
2.2.6 Implementasi .......................................................................17
2.2.7 Evaluasi .......................................................................17

BAB III TINJAUAN KASUS ......................................................................... 18

3.1 Pengkajian .............................................................................18


3.2 Diagnosa .............................................................................21
3.3 Identifikasi masalah potensial..................................................................... 21
3.4 Identifikasi kebutuhan masalah.................................................................. 21
3.5 Intervensi .............................................................................22
3.6 Implementasi .............................................................................23
3.7 Evaluasi .............................................................................25

BAB IV PENUTUP.......................................................................................... 26

iii
4.1 Kesimpulan ...............................................................................................26
4.2 Saran ...............................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA

30
iv

31

Anda mungkin juga menyukai