Anda di halaman 1dari 26

BAB 10

Pada bab ini akan lebih membahas tentang penggunaan material, dimana sekarang ini
banyak bangunan yang menggunakan bahan buatan manusia yang tidak efisien ( penggunaan
energi yang besar, transportasi yang tinggi dll) hal ini menyebabkan meningkatnya produksi
karbon dioksida dan menyebabkan suatu bangunan menjadi salah satu sumber polusi yang besar.
Arsitek pada jaman ini ditantang untuk membuat lingkungan yang suistanable dan resilient. Kita
sebagai arsitek diajak untuk lebih mengenal material tradisional yang dapat didaur ulang
(kayu,batu,tanah liat dll) sehingga bisa memperbaiki lingkungan kehidupan sekitar mulai dari
aspek ekonomi social dan budaya.

Bahan bangunan buatan mulai diperkenalkan pada abad ke-18 dimana menyangkut
banyak proses produksi dan distribusi hingga pada abad ke-20 rumah-rumah telah berubah
menjadi mesin yang dipenuhi dengan kabel , pipa, lift dan teknologi canggih lainnya. Hal ini
menyebabkan kota dengan bangunannya menjadi dalah satu penyumbang polusi terbesar. Tentu
saja hal ini bisa dikurangi dengan kembali penggunaan material alami tradisional yang tidak
memerlukan proses yang Panjang dan transportasi yang banyak. Bahan alami dapat dengan
mudah didaur ulang, digunakan kembali atau left to decompose tanpa memberikan dampak
buruk terhadap lingkungan sekitarnya. Bahan alami juga sangat adaptif terhadap site, iklim,
peluang apabila diolah dengan tepat karena sifatnya yang tradisional. Contoh dari penggunaan
kembali bahan alami adalah kayu, dimana kayu bekas pakai bisa digunakan kembali untuk
sumber energi panas, wol dan jerami bisa digunakan untuk menjaga kelembaban tanaman di
pertanian. Contoh proyek yang memperhatikan hal ini adalah BAMB dan Harvestmap yang
berfokus pada limbah konstruksi. Melihat banyaknya hal positif dari bahan alami namun para
investor tetap saja beralih pada bahan buatan dikarenakan harganya yang tinggi. Maka itu kita
harus dapat mematahkan prasangka tersebut.

1. Batu
Batu menjadi salah satu bahan yang durable , reusable dan recyclable. Batu juga tidak
banyak memerlukan banyak proses tambahan dan remodeling. Batu juga menjadi salah
satu bahan bangunan yang tidak membahayakan kesehatan manusia. Penggunaan batu
yang sebelumnya pernah digunakan juga bisa dilakukan dengan berbagai cara, biasanya
batu ditemukan dilokasi yang berasal dari bangunan asli bisa digunakan dengan
dihancurkan dan dimasukkan ke dalam fondasi struktur baru. batu banayk jenisnya mulai
dari yang natural hingga alami, maka dari itu pemilihan batu harus dipertimbangkan
dimulai dari tujuan yang ingin dicapai, jenis struktur dan iklim, apabila salah dalam
memilih bisa menyebabkan kehancuran. Batu walaupun memiliki proses yang lama
namun seiring perkembangan teknologi , proses mengolahnya menjadi cepat dan tidak
ada yang terbuang, itu karena ukuran batu yang kecil sekalipun masih bisa di pakai untuk
campuran semen. Batu sendiri juga banyak berkembang fungsinya akibat banyaknya
tuntan kebutuhan sehingga bahan kimia juga diperlukan dlam pengolahan batu. Namun,
apabila terlalu berlebihan sifat ekologi dari batu bisa menghilang.
a. Stone in contemporary design

A+B: Stanić family house in Bijača


Dibuat dengan penggunakan lime stone traditional yang terlihat pada facadenya,
dengan bentuk local yang dikemas dengan modern, menggunakan struktur typical.
Porses pembanguan dilakukan selama 1 tahun dan pada saat proses pembangunan
dijadikan tempat workshop untuk para tukang batu muda untuk mengetahui
kerajinan tradisional. Karena bahan-bahan yang dipilih, orientasi, dan pengetahuan
dari masa lalu, daya tahan kompleks di Bijača pasti akan melebihi rumah-rumah yang
terbuat dari bahan kontemporer.
b. Kapur
Selain penggunaannya yang paling umum sebagai blok bangunan, batu dapat
digunakan sebagai bahan perekat dan perekat - komponen mortar kapur. saat ini,
kapur sebagian besar digunakan sebagai tambahan untuk semen mortar, untuk
rekonstruksi bangunan bersejarah dan monumen, dan untuk produksi mortar siap
pakai. Karena penggunaan cat dan bahan kimia buatan terhadap serangga dan untuk
desinfeksi, jeruk nipis sangat jarang digunakan saat ini. Tradisi membakar kapur masih
hidup, tetapi berkurang secara signifikan karena produksi industri kapur bubuk untuk
mortar. Karena kesadaran tentang lingkungan hidup yang sehat (kembali) memasuki
negara-negara bekas Yugoslavia, bersama dengan kebangkitan teknik-teknik
tradisional, ada kemungkinan bahwa permintaan akan kapur alami akan meningkat di
masa depan.
2. Kayu
Keunggulan unik dari bahan ini, ketersediaannya yang luas, pembaruan berkelanjutan,
kinerja ekologis yang baik, dan fleksibilitas implementasi memberinya status
"bangsawan" di mata para ilmuwan dan insinyur. Namun di mata arsitek, kesederhanaan
dan keindahan kayu sebagai estetika baru bukan hanya pengalaman visual - arsitek
bahkan mencoba untuk mengintegrasikan bau, tekstur, dan tangibilitas kayu ke dalam
lingkungan arsitektur yang dibangun. Hutan dan kayu adalah rantai nilai ekologis yang
unik dengan potensi besar untuk penggunaan di masa depan.
A. Cascade use of wood for suistanabality
Cascading adalah strategi menggunakan bahan baku seperti kayu atau bahan berbasis
bio lainnya dalam langkah-langkah berurutan secara kronologis, seefisien mungkin,
untuk bahan baru, atau untuk memulihkan energi ketika tidak lagi ekonomis atau
secara teknis memungkinkan untuk memperbarui penggunaan (Gbr. 3.1).
Penggunaan unit kayu yang sama untuk berbagai aplikasi berturut-turut akan
menghasilkan pengurangan kualitas dan ukuran partikel secara bertahap.
c. Wooden passive house in Croatia
Rumah cv1 di Croatia adala passive house pertama disana , menggunakan material
batu bata dan kayu yang tersedia dilokasi dengan umur ratusan tahun, bangunan ini
benar-benar memanfaatkan bahan tradisional yang ada. Bangunan ini juga menjadi
salah satu bangunan yang efisien dengan syZZstem bukaan, façade yang responsive
terhadap iklim.
3. Clay
Batu bata (bata lumpur, bata kering, atau batako) adalah salah satu bahan bangunan
buatan manusia tertua. batu bata tanah liat bisa sangat tahan lama, terutama jika
dibentuk dengan benar, dan mulai menggunakan sebagian besar cetakan kayu untuk
memberikan dimensi standar untuk pemasangan yang lebih mudah dan lebih cepat.
Tergantung pada jenis tanah liat, saat ini batu bata diproduksi dengan menembak pada
suhu mulai dari 600 ° C - 1100 ° C. Proses produksi yang memakan energi, jejak karbon
dan jumlah radiasi membuat produsen batu bata kontemporer memikirkan kembali batu
bata yang dijemur.
4. Bahan alami dan tradisional lainnya
a. Jerami
Meskipun potensi bahan berbasis bio, alami, dan mudah didapat ini sangat besar,
jerami praktis dianggap limbah saat ini, dan hanya sebagian kecil dari total bahan yang
dihasilkan digunakan, terutama di bidang pertanian. eknik bangunan berbiaya rendah
yang diterapkan sekarang dikenal sebagai 'Nebraska' atau 'teknik bantalan beban',
dan puncak penerapannya adalah pada periode antara 1915-1930. Meskipun teknik
awalnya muncul dari kebutuhan untuk membangun tempat tinggal sementara, itu
menunjukkan bahwa bangunan bale jerami secara tak terduga tahan lama.
Rumah pertama yang terbuat dari bal jerami di Eropa adalah "Maison Feuillette"
Perancis (http: // cncp-feuillette .fr /) dibangun pada tahun 1921. Insinyur itu,
Feuillette, membuktikan dengan proyeknya bahwa adalah mungkin untuk
membangun rumah-rumah berkualitas baik pada periode pasca perang dengan
menggunakan limbah pertanian. Rumah ini, bersama dengan kompleks fasilitas
pendukung, bertahan hingga hari ini sebagai struktur yang stabil dan sehat. Rumah di
Čikečka Vas di Slovenia (Gbr. 5.1) dirancang dan dibangun pada 2007 oleh Kristijan
Zver, salah satu promotor terkemuka desain bale jerami di wilayah tersebut.
Seperti halnya kayu, jerami merupakan bahan yang sangat potensial untuk
mengurangi emisi karbon dioksida tahunan dari produksi bahan, konstruksi,
pemeliharaan, dan penyimpanan limbah bangunan. Dengan menggunakan bal jerami
dan kayu, dalam kombinasi dengan teknologi hemat energi tradisional atau
kontemporer lainnya, bangunan dapat menjadi netral karbon, sehingga mencapai
fitur penting kelestarian (Alcorn & Donn, 2010). Konstruksi bale menghasilkan
penyimpanan karbon bersih yang lebih tinggi (3,3 t CO2eq) daripada produksi biochar
(0,9t CO2eq) (Mattila, Grönroos, Judl, & Korhonen, 2012).
Kunci untuk memahami jerami sebagai bahan bangunan adalah konsep
pengembangan 'Faktor 10' baru yang mengurangi jumlah energi primer dan
operasional hingga sepuluh kali lipat. Dengan kata lain, sebuah rumah yang terbuat
dari jerami mengkonsumsi energi sepuluh kali lebih sedikit daripada struktur
konvensional, menurut perbandingan nilai-U (Glasnović, Horvat, & Omarić, 2008).
Jerami termasuk dalam kelompok bahan yang memiliki karakteristik sangat baik
dalam kasus kebakaran (Klarić, Džidić, & Roso Popovac, 2016). Kurangnya udara dalam
struktur bale jerami yang dikemas dengan baik, terutama ketika diplester dengan
mortar tanah liat, membuatnya hampir tidak mudah terbakar. Selain tahan api, perlu
untuk menjaga standar tertentu mengenai kelembaban dan kepadatan, dan untuk
memastikan bahwa tidak ada butiran.
b. Bulu domba
Zach et al. (2012) menggambarkan wol domba sebagai:
- Sumber bahan alami yang bersih dan terbarukan;
- Nyaman dan mudah ditangani tanpa risiko potensial bagi kesehatan manusia,
- Mudah didaur ulang dan ramah lingkungan;
- Bahan pemadam sendiri, karena serat tidak mendukung pembakaran, tetapi
hangus pada suhu tinggi;
- bahan yang konsisten dan tahan lama, karena tidak ada perubahan volume
maupun hilangnya elastisitas;
- sangat higroskopis - mampu menyerap kelembaban hingga 35%, tanpa
perubahan nilai-U; - isolasi termal dan suara yang sangat baik.

Potensi untuk produksi isolasi wol domba di negara-negara Balkan Barat tinggi,
dan dapat dianggap sebagai bahan yang dapat meningkatkan ekonomi lokal (baik
petani dan industri).

KESIMPULAN

Bahan-bahan alami secara bertahap keluar dari bayang-bayang, di mana mereka telah
selama seratus tahun terakhir. Keringkasan tentang keberlanjutan, penilaian siklus hidup,
masalah kesehatan, dan lingkungan telah membuat industri bangunan saat ini memikirkan
kembali cara rumah kita dibangun.

Bahan-bahan seperti batu, kayu, tanah liat, jerami, atau wol domba bukan hanya pilihan
yang sehat, terjangkau, dan hemat energi bagi para pemangku kepentingan dan lingkungan,
tetapi juga memiliki potensi untuk meningkatkan ekonomi lokal. Ekonomi sirkular, alih-alih linier,
dapat mengubah bengkel kecil dan industri lokal menjadi bisnis yang lebih menguntungkan dan
dapat diterima oleh masyarakat lokal. Dengan pemanfaatan bahan-bahan tradisional, emisi
terkait karbon dioksida dan gas berbahaya lainnya dapat dikurangi secara signifikan.

Bahan-bahan yang disajikan dalam karya ini jarang digunakan sebagai bahan tunggal
untuk struktur kontemporer. Tetapi ketika pemanfaatannya ditingkatkan dengan cara dipadukan
secara cerdas dengan material kontemporer lainnya, dampak negatif lingkungan dari
keseluruhan bangunan akan berkurang secara signifikan.

BAB 11
PEMBEHARUAN YANG BERKELANJUTAN UNTUK MENCIPTAKAN LINGKUNGAN YANG ADAPTIF

Perbaikan terhadap bangunan diharapkan bukan hanya sekedar dilakukan untuk


memenuhi tujuan social dan ekonomi, melainkan untuk menciptakan bangunan yang
berkelanjutan dan resilient.
DEFINISI REFURBISHMENT

Renovasi sebagai istilah yang digunakan dalam sektor bangunan dapat mencakup
berbagai langkah. Persyaratan yang berbeda mungkin berlaku, tergantung pada tingkat dan jenis
intervensi, dari perbaikan dan pemeliharaan hingga pembongkaran dan rekonstruksi. Gambar 2.1
merangkum berbagai tingkat intervensi, dari intervensi yang lebih kecil hingga yang lebih besar.

peningkatan perlindungan terhadap kebakaran, akustik, dan kinerja termal dapat dicapai
melalui perbaikan. Selain itu, selama perbaikan, bangunan dapat dilengkapi dengan teknologi
untuk pembangkit energi dari sumber terbarukan. Petunjuk Kinerja Energi Bangunan (EPBD)
menerapkan terminologi "renovasi besar". Bangunan yang mengadakan renovasi perlu mencapai
persyaratan khusus dalam penggunaan energi. Dikatakan renovasi besar apabila total biaya
renovasi yang terkait dengan amplop bangunan atau sistem bangunan teknis lebih tinggi dari
25% dari nilai bangunan, atau lebih dari 25% permukaan amplop bangunan mengalami renovasi.

Sementara yang mengatur renovasi dengan suistanabality adalah “renovasi mendalam”.


Kedalaman perbaikan terkait dengan tingkat penghematan energi atau emisi gas rumah
kaca,diharapkan dapat menghemat energi hingga menjadi 60-90%.

SUISTANABLE REFURBISHMENT

Motivasi untuk merenovasi bangunan yang ada terkait dengan aspek lingkungan, sosial,
dan ekonomi dari penggunaan atau penggunaan kembali, yang merupakan tiga kategori utama
keberlanjutan. Motivasi lingkungan utama adalah untuk mengurangi konsumsi energi dari bahan
bakar fosil dan emisi gas rumah kaca (GHG) terkait, dan untuk memasukkan pembangkit listrik
dari energi terbarukan; motivasi ekonomi utama adalah untuk mengurangi biaya energi yang
digunakan untuk pemanasan; motivasi sosial utama adalah untuk mengurangi kemiskinan bahan
bakar dan meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan penduduk.

1. Aspek lingkungan
a. Pengurangan emisi GRK dengan meningkatkan efisiensi energi bangunan
Efisiensi energi bangunan yang ada dapat dicapai dengan menerapkan satu atau
lebih tindakan yang meningkatkan ketahanan termal amplop dan meningkatkan
kinerja layanan bangunan. Langkah-langkah tersebut termasuk penggantian
jendela dengan panel dan bingkai baru yang canggih, penambahan bahan isolasi
termal ke dinding dan atap eksternal, dan penggantian sistem pemanas yang ada
dengan yang baru dengan koefisien kinerja yang lebih tinggi ( COP), seperti pompa
panas.
b. Memungkinkan pembangkit energi dan air panas dari sumber terbarukan pada
bangunan yang diperbaiki.
Amplop bangunan yang ada atau sekitarnya dapat digunakan untuk
mengakomodasi panel fotovoltaik dan panel surya, dan layanan bangunan yang
sudah dipasang dapat menggunakan energi dari sumber yang terbarukan.
c. Menghemat sumber daya alam dengan menerapkan prinsip-prinsip ekonomi sirkular
dalam perbaikan
Memelihara dan mengubah bangunan yang ada lebih efisien lingkungan daripada
pembongkaran dan pembangunan kembali, karena sumber daya alam
diselamatkan. sebagian besar struktur bangunan dan komponen bangunan di
properti yang sudah ada jarang perlu diganti. Akibatnya, bangunan baru
membutuhkan sumber daya empat hingga delapan kali lebih banyak daripada
perbaikan.
2. Aspek ekonomi
a. Energi dan modal yang terkandung
Bangunan juga menyimpan modal, terikat dengan bahan baku. Meskipun fasad dan
layanan bangunan dapat mencapai akhir umur teknisnya pada usia 30 tahun, struktur
penahan beban dapat bertahan selama satu abad atau lebih. Dengan demikian,
pembongkaran tidak hanya menjadi pemborosan energi dan energi yang digunakan
untuk pembongkaran, tetapi juga pemborosan modal.
b. Mengurangi biaya energi yang dikonsumsi untuk pemanasan dan air panas
Biaya operasional suatu bangunan sangat terkait dengan energi konsumsi pada
bangunan. Biaya energi yang tinggi akan mengarah pada biaya operasional yang tinggi
pula dikarenakan adanya pajak. Penyewa bangunan cenderung memilih biaya sewa
yang lebih tinggi dengan biaya operasional yang lebih murah karena dianggap lebih
menguntungkan. Oleh karena itu, perbaikan terhadap bangunan yang mengurangin
konsumsi energi dengan bahan yang terbarukan bisa menjadi solusinya.
c. Mengurangi biaya dengan menggunakan kembali bahan bangunan dan komponen
yang ada
Dari sudut pandang finansial, pembongkaran dan konstruksi baru masuk akal jika
hanya renovasi kecil dengan sedikit penghematan energi yang mungkin, dan jika
sebuah bangunan berada dalam kondisi yang sangat buruk sehingga diperlukan
langkah-langkah yang terkait dengan biaya yang ekstensif, intensif biaya, dan non-
energi. Selain itu, kinerja energi bangunan yang direnovasi dapat sama dengan kinerja
bangunan baru.
d. Strengthening economic resilience by increasing the commercial value of refurbished
buildings and their attractiveness to the market
Suatu perbaikan dapat dilakukan dengan meningkatkan kinerja bangunan mulai dari
fungsi, tata ruang yang efisien, dan penambahan ruang. Semua hal tersebut harus
memiliki nilai komersil dan suistanable sehingga membuat paar calon pembeli dan
penyewa menjadi tertarik.
e. Menciptakan lapangan kerja
3. Aspek social
a. Menigkatkan ketahanan social
Dilakukannya pembongkaran dibandingkan dengan renovasi akan mengakibatkan
penduduk di sekitar lokasi pembangunan menjadi terganggu dan kesulitan untuk mencari
rumah pengganti. Tentunya hasilnya akan berbeda apabila yang dilakukan adalah
perbaikan, masyarakat sekitar akan merasa lebih aman.
b. Mengurangi kemiskinan bahan bakar
Dengan 10-25% dari total populasi UE diperkirakan miskin bahan bakar, peningkatan
efisiensi energi bangunan tempat tinggal dapat memberikan cara untuk mengurangi
kemiskinan bahan bakar sebagai akibat dari tagihan energi yang lebih rendah setelah
renovasi tersebut.
c. Meningkatkan kualitas penghuni Gedung
Terlepas dari penghematan yang dihasilkan dalam penggunaan energi dan mitigasi akibat
perubahan iklim, efek langsung dari perbaikan hemat energi adalah peningkatan
kenyamanan dan peningkatan kualitas bangunan, baik secara fungsional maupun teknis.
d. Melestarikan konteks social budaya yang penting bagi masyarakat
Renovasi juga berfungsi untuk menjaga nilai sosial bangunan yang ada, bersama dengan
nilai budaya dan historisnya, sambil memperbaiki kondisi kehidupan. Ketika bangunan
saat ini membutuhkan perbaikan, tugasnya adalah menjaga sejarahnya tetap hidup dan
menjaga nilainya bagi masyarakat. Daerah perkotaan yang telah ditetapkan sebagai
daerah konservasi perbaikan dilakukan hanya perbaikan secara visual, pembangunan
kembali sangat jarang diijinkan. Sementara untuk daerah yang tidak terlalu bersejarah
perbaikan dapat menjaga serta mempromosikan kualitas desain dan nilai-nilai sosial-
budaya bangunan, jalan, atau suasana lingkungan, serta nilai warisan bangunan dan kota.
e. Meningkatkan penampilan, daya tarik dan keamanan lingkungan binaan
Kelompok masyarakat yang lebih tinggi seringkali meninggalkan tempat mereka tinggal
dikarenakan sudah ketinggalam jaman dan digantikan dengan kelompok masyarakat
bawah. Hal ini menyebabkan kualitas kehidupan yang tidak baik pada bangunan atau
daerah tersebut. Dengan perbaikan hal ini tidak akan terjadi, dikarenakan dapat
menstabilkan lingkungan sosial yang tidak pasti, karena bangunan yang direnovasi
memenuhi tuntutan hari ini dan memberikan kontribusi fungsional dan menarik bagi
masyarakat.

REFURBISHMENT DESIGN FOR FUTURE ADAPTATION


Suatu perbaikan yang dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan bangunan yang
beradaptasi. Bangunan yang beradaptasi dan fleksibel adalah berbeda. Bangunan yang fleksibel
ada bangunan yang bisa berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan kebutuhan. Misalnya,
bangunan yang menanggapi perubahan cuaca atau perubahan tata ruang yang bisa dilakukan
secara fleksibel. Untuk menciptakan hal ini bangunan pastinya memiliki system management
bangunan yang sangat canggih. Namun bangunan seperti ini akan sulit untuk mengalami
perubahan karena sistemnya yang sangat kompleks. Oleh karena itu, bangunan sebaiknya
mengelola system kompleks dengan sederhana sehingga memungkinkan untuk menambahkan
fitur tambahan di masa depan.

Dalam bangunan tradisional untuk memperbaharui bangunan sangat sulit untuk


memprediksi jenis struktur dan bagian apa yang bisa diubah dalam suatu bangunan. Dalam hal
ini sangat penting untuk bisa membedakan aspek konstan dan variable pada bangunan. Aspek
konstan adalah aspek yang tidak dapat dibongkat seperti penutup bangunan dan tangga,
sementara aspek variable adalah aspek yang dapat dibongkar.

3 strategi design Russel dan moffat untuk kemampuan beradaptasi :

1. Fleksibilitas atau memungkinkan perubahan kecil dalam perencanaan ruang.


2. Konvertibilitas atau memungkinkan perubahan penggunaan pada bangunan.
3. Pengembangan atau penambahan jumlah ruang pada bangunan.

Langford, MacLeod, Dimitrijevic, dan Maver (2002) mengembangkan kriteria untuk menilai
potensi adaptasi bangunan baru dan yang sudah ada :

1. Kriteria mempertimbangkan ruang eksterior (situs bangunan)


2. ruang interior (ukuran ruang / kamar, hubungan di antara mereka, dan rute sirkulasi
dalam tata letak)
3. aksesibilitas situs bangunan dan infrastruktur yang ada
4. karakteristik spasial dan structural
5. kapasitas layanan, kemungkinan perluasan kapasitas itu, dan ruang yang tersedia untuk
pemeliharaan dan penggantiannya.
TANTANGAN DAN HAMBATAN

Saat inti di eropa tingkat renovasi hanya sebesar 1%, itupun kebanyakan adalah renovasi
kecil. Hal ini dikarenakan keuangan, masalah kelembagaan, kesadaran, saran dan keterampilan,
dan pemisahan pengeluaran dan manfaat mencegah atau menunda pengambilan langkah-
langkah renovasi.

CONTOH KASUS

1. Transformation of 530 Dwellings, District Grand Parc, Bordeaux, FR. Anne Lacaton &
Jean Philippe Vassal, Frédéric Druot, Christophe Hutin.

Dibangun pada awal 60-an, perumahan perkotaan ini terdiri lebih dari 4.000 tempat
tinggal. Alasan dilakukannya renovasi karena interior pada tiap unit dinilai terlalu kecil
dan gelap. Selain itu tantangan lainnya adalah pemilik apartermen ingin tetap tinggal di
unit mereka selama proses renovasi. Maka itu, renovasi difokuskan pada bagian eksternal
dari bangunan, mereka membangun balkon sedalam 3.8m untuk winter garden dan ruang
tambahan. Renovasi ini berfokus pada selubung bangunan, sirkulasi vertical dan akses
hall.

Selain peningkatan kualitas arsitektur, bangunan ini juga mengurangi konsumsi energi
terutama energi pemanas dikarenakan adanya bukaan yang memungkinkan sinar
matahari yang bisa masuk. Konsumsi energi berkurang sebesar 66%, terutama sebagai
akibat dari berkurangnya permintaan energi pemanas di rumah-rumah yang direnovasi,
yang di apartemen-apartemen yang direnovasi menyumbang 20 kWh / (m2.a), sementara
dulu 116 kWh / (m2).

KESIMPULAN

Bab ini menjelaskan mengapa perbaikan bangunan yang ada terkait dengan
keberlanjutan dan ketahanan, berkenaan dengan dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi yang
dapat terjadi pada lingkungan buatan dan masyarakat secara umum.
BAB 12
ADAPTIVE SOCIO-TECHNICAL DEVICES

Kota sekarang ini tengah mengalami perubahan social dan ekonomi, oleh karena itu
rehabilitasi terhadap banguan harus diperhatikan tidak hanya secara arsitektural namun juga
memperhatikan segi social dan fungsional. Bab ini akan berfokus pada bangunan yang dinilai
telah tertinggal oleh jaman yang sebaiknya dilakukan regenerasi yang memperhatikan kelayakan
social, magement dan keuangan yang dikenal sebagai ”socio-technical devices” : aspek yang erat
berkaitan dengan masalah social agar terjadi efisiensi. Pada bab ini akan menganalisis syarat
bangunan lama dan dibandingkan dengan perubahan social kedepannya untuk menyoroti
pentingnya kualitas desain baru untuk pembaruan bangunan perumahan.

HOUSEHOLD CHANGES

Proyeksi untuk tahun 2080 memprediksi peningkatan jumlah orang berusia di atas 85,
yang sesuai dengan kisaran orang yang hidup sendiri: 13,4% rumah tangga di negara-negara ini
pada tahun 2013 terdiri dari keluarga satu orang berusia di atas 65. Pada saat yang sama,
penelitian menunjukkan perubahan kebiasaan rumah tangga: unit keluarga sangat berubah
dengan penyebaran keluarga tunggal, lajang, orang yang tinggal bersama, dan keluarga imigran
besar. Semua ini mengarah pada kebutuhan sosial dan fungsional baru, Fleksibilitas dan
kemampuan beradaptasi harus dipertimbangkan baik dalam jangka panjang maupun jangka
pendek. di satu sisi, ada peningkatan dinamika dalam struktur keluarga (mis. Peningkatan jumlah
perceraian), sementara di sisi lain, lebih banyak ruang hunian yang dapat beradaptasi dengan
Diperlukan penggunaan baru (mis. bekerja di rumah, teleworking, co-housing, dll.)

Masalah-masalah seperti itu menunjukkan bahwa, meskipun langkah-langkah


penghematan energi atau keselamatan struktural sebagian besar diakui sebagai prioritas,
defisiensi fungsional juga harus diperhitungkan. Yang diminta untuk penggunaan kembali secara
adaptif, perbaikan, atau pemeliharaan adalah:

1. fleksibilitas dalam distribusi ruang dan fungsi


2. adaptif terhadap perbedaan ruang dan alat untuk beberapa penggunaan dan penggunaan
yang tidak diprediksi
3. aksesibilitas
4. keamanan

ARCHITECTURAL PROSTESIS

Korelasi antara tubuh dan arsitektur prostetik bukanlah hal baru dan dapat diklarifikasi
dalam berbagai homologi fungsional dan morfologis: eksternal atau internal, struktural atau
fungsional, dan prostesis sementara atau permanen dapat diterapkan pada bangunan seperti
pada tubuh manusia . Konsep Exoskeleton sendiri, yang merupakan topik utama bab ini, adalah
aplikasi homologi antara masalah fisik dan fungsional tubuh manusia dan arsitektur.

Seperti halnya Sistem Exoskeleton, prostesis fungsional untuk aksesibilitas juga dapat
dibaca sebagai perangkat sosio-teknis, di mana penambahan peralatan teknis memungkinkan
peningkatan fungsional dan pemulihan kualitas bangunan: program fungsional baru untuk
sirkulasi.

PENDEKATAN REHABILITASI

Adaptasi untuk tipologi perumahan multi-keluarga memiliki tantangan lebih.


Peran penting berada di keberadaan masyarakat, masalah yang terkait dengan fungsi
perumahan, manajemen lokasi konstruksi, dan relokasi orang selama pelaksanaan.
Pembongkaran konstruksi lama dan membangun yang baru memungkinkan namun tidak selalu
bisa diterapkan, pertama karena alasan sosial, tetapi juga untuk penyebab ekonomi dan
lingkungan. skala nilai untuk pengelolaan limbah konstruksi menunjukkan bahwa pencegahan,
pengurangan, penggunaan kembali, dan daur ulang berada di atas. Limbah konstruksi juga
mempengaruhi ekosistem. pendekatan holistik untuk proses pembangunan kembali yang
menggabungkan strategi energik, struktural, sosial, dan ekonomi dalam lingkungan yang dihuni.

Peningkatan Fungsional dan Sosial: Strategi dan Metode


Definisi "diagram sinoptik" didasarkan pada pendekatan persyaratan / kinerja, dan dapat
dilihat pada "taksonomi metode perbaikan". Diagram sinoptik mengklasifikasikan pada absis
parameter morfologis, dari tepat waktu (elemen, kotak, menara) untuk penambahan terus
menerus (baik vertikal, sebagai ekspansi lateral, dan horisontal, sebagai penambahan atap);
sedangkan pada ordinasi itu mengklasifikasikan data konstruktif, dari dua dimensi (lapisan kinerja
tinggi baru), ke penambahan tiga dimensi (ekspansi volumetrik terbuka atau tertutup).

TOWARDS THE EXOSKELETON SYSTEM

Perlakuan terhadap selubung bangunan bisa menjadi solusi atas masalah iklim, tetapi
selubung bangunan yang bervolume bisa menjadi masalah. Penambahan volume pada bangunan
seperti ekstensi pada atap memungkinkan system exoskeleton diaplikasikan. Struktur
exoskeleton, secara teknologi terdiri dari sistem struktural dan cladding, dua sistem teknologi
yang dapat dirancang dan dipersonalisasi secara total. Standarisasi kisi-kisi dengan modul yang
dapat disesuaikan untuk menjawab masalah lingkungan dan fungsional.
Karenanya, selubung tambahan ini dapat mencakup ruang privat atau kolektif yang berbeda
seperti Winter gardens and greenhouses, circulation towers, penutup selubung baru, galeri dan
balkon, Sistem Exoskeleton, berkaitan dengan karakteristik sosial, termasuk perangkat sosial-
teknis , memiliki hubungan antara masalah teknologi dan sosial, serta perilaku sosial pengguna
di suatu tempat. Dalam hal ini, penggunaan struktur independen di luar bangunan asli dapat
diidentifikasi sebagai perangkat sosial-teknis karena empat alasan:

1. inklusi dan aksesibilitas : hal ini dilakukan untuk menambah fungsi guna memperbaiki
akses , sehingga bangunan lama dapat beradaptasi dengan masyarakat lanjut usia atau
cacat dan meningkatkan kualitas kehidupan pada bangunan.
2. Kustomisasi, personalisasi dan inklusi pengambilan keputusan : sistem teknologi
memungkinkan setiap penduduk untuk memilih bahan dan penggunaan: ruang
tambahan, ruang, dan teknologi untuk meningkatkan fleksibilitas dan kemampuan
beradaptasi dari bangunan.
3. Inovasi social : untuk bangunan tempat tinggal bertingkat, ini merupakan masalah
fungsional untuk aktivasi partisipasi sosial dalam pengembangan proses desain
partisipatif, dari fase awal (mis. Pemetaan kebutuhan) hingga saluran komunikasi yang
sesuai dengan pengguna.
4. Proses konstruksi partisipatif : hal ini berkaitan dengan relokasi penduduk pada saat
proses konstruksi, Kemungkinan untuk beroperasi tanpa mengganggu fungsi normal
bangunan memungkinkan kami untuk menahan biaya dan mengelola intervensi yang
tidak terlalu mengganggu.

Dalam hal ini hambatan yang sering dialami adalah ketidaksepakatan dengan pihak penduduk
akibat bangunan telah memiliki tipolgi yang telah melalui banyak proses dan peraturan. Beberapa
contoh terbaru menggunakan perangkat teknologi untuk memecahkan masalah sosial selama
lokasi konstruksi rehabilitasi partisipatif, melalui penggunaan tambahan struktural eksternal
seperti Exoskeleton.
CONTOH SOCIO-TECHNICAL DEVICES FOR REFURBISHMENT

Dalam hal ini, sistem teknis sangat terkait dengan implikasi sosialnya mungkin untuk
mengenali bangunan sebagai organisasi tertutup, di mana aturan yang ada, hubungan sosial, dan
perilaku sudah ditetapkan. Oleh karena itu, dengan memodifikasi fisik pada strukturnya, kita
berarti juga memodifikasi dengan beradaptasi dengan kondisi social disana.

1. La Banane », Villeneuve la Garenne (FR)


Perbaikan dilakukan pada perluasan fasad dan penggantian cladding dengan
metode struktur eksternal – exoskeleton beton. Pihak perusahaan konstruksi
menghindari adanya relokasi sementara penduduk agar tetap menguntungkan. Maka
dari itu, dibuatlah partisi interior yang memisahkan tempat tinggal penduduk dan
lokasi konstruksi. Karena sifat perbaikan ini adalah eksperimental maka pihak
konstruksi memberikan penyuluhan tentang proses konstruksi dan hasil yang
diharapkan, mereka juga membuat manual instruksi untuk penduduk dan pemimpin.
Ini adalah contoh bagaimana komunikasi yang baik dengan penduduk dan pemimpin
dapat mewujudkan suatu proyek walaupun rumit dan sulit.
2. Westerpark Refurbishment in Tilburg (NL)
Perbaikan yang dilakukan adalah Pemasangan Atap Berkelanjutan dan
penambahan volume pada façade untuk Pemasangan Perumahan Bertingkat Tinggi di
Eropa. Namun, perbaikan ini memiliki kendala karena bangunan memiliki 3 gedung
yang harus diperbaiki dan menyebabkan penduduk harus di relokasi sementara dan
menyebabkan pemborosan biaya. Namun, pihak arsitek dapat mengatasinya yaitu
dengan membagi proses konstruksi menjadi beberapa bagian dan fase dan mengatur
lokasi konstruksi dengan sedemikian rupa agar penduduk disana masih dapat tinggal.
3. Tour Bois le Prêtre (FR)
Perbaikan terhadap bangunan ini tidak diizinkan walaupun beberapa karakteristik
desain telah ditetapkan. Beberapa tantangan dalam perbaikan ini adalah bagian
Menara yang tidak boleh diubah dan meminta pertisipasi dari penduduk. Akhirnya,
pihak arsitek memutuskan untuk terlebih dahulu melalukan perbaikan terhadap
tempat tinggal tunggal sebagai contoh untuk diperlihatkan agar penduduk dapat
mengerti. Selain itu juga dilakukan studi kelayakan yang dilakukan dalam 3 fase :
- Fase pertama, dengan mobilitas di dalam empat tempat tinggal dan mobilitas
eksternal dari sembilan lainnya;
- Fase kedua, dengan mobilitas internal empat belas penghuni di rumah-rumah
atap sementara, dan enam penghuni dalam mobilitas eksternal;
- Fase ketiga, dengan delapan belas hunian baru di atap dan tujuh penghuni dalam
mobilitas eksternal.
Hasilnya adalah pembangunan dua menara di sektor utara, penambahan atap ke bar
lain di sektor selatan dengan relokasi penduduk sesedikit mungkin. Perbaikan yang
dilakukan adalah dalam hal aksesibilitas , tangga dan lift yang ada diganti dengan dua lift
transparan, yang terletak di fasad utara dan selatan, dengan bahan transparan, yang
memungkinkan penerangan alami ruang aula. setiap lantai. Juga, kompartemen
keamanan kebakaran ditambahkan, satu untuk setiap lantai, terbuat dari bahan
transparan juga, untuk alasan yang sama. Ekstensi di bagian atap juga dilakukan sebagain
tempat relokasi penduduk yang nantinya bisa digunakan kembali.

KESIMPULAN

Dibaca sebagai perangkat sosio-teknis, Exoskeleton adalah strategi teknologi yang dapat
diidentifikasi sebagai metode yang dapat disesuaikan untuk penggunaan di masa mendatang,
dari perspektif ketahanan dan kemampuan beradaptasi dari konteks yang sudah dibangun.
Pada skala kota, dimungkinkan untuk memperkenalkan Exoskeleton sebagai masalah strategis
untuk regenerasi masyarakat: layanan masyarakat baru, ruang untuk agregasi dan kegiatan
publik atau kolektif. Selain itu, peningkatan kepadatan dapat dilihat sebagai peluang untuk
mengembangkan zona penggunaan campuran.

Hasil ini, jika dikombinasikan dengan proyeksi demografi masa depan Eropa tentang
penuaan dan kebutuhan akan fleksibilitas, dapat menentukan kondisi kehidupan yang lebih
berkelanjutan bagi masyarakat. Selain itu, pada skala bangunan, penampilan dan kinerja
arsitektur dapat sepenuhnya dimodifikasi melalui desain ulang amplop adaptif. Kulit baru untuk
bangunan, yang mampu mengelola dan mengatur aliran energik, menciptakan ruang baru
untuk penggunaan yang berbeda dan berkelanjutan seperti kebun musim dingin, rumah kaca,
dan ruang dan ruang serba guna baru.

Sistem Exoskeleton dengan demikian dapat dilihat sebagai bagian dari intervensi
strategis untuk regenerasi lingkungan: perspektif masa depan modifikasi demografis, sosial, dan
energetik yang cepat membutuhkan bangunan yang dapat beradaptasi sendiri, fleksibel, dan
tangguh.

BAB 13
BIOLOGICAL ENTITIES AND REGENRATION BY DESIGN

Dalam dunia urbanisasi, Kebutuhan warga kota baru, perubahan pola morfologi, dan gaya
hidup kontemporer menuntut semua membahayakan fungsi ekosistem perkotaan, karena
peningkatan polusi, perubahan iklim mikro, intensifikasi fenomena pulau panas perkotaan,
kelangkaan air tawar, hilangnya keanekaragaman hayati, dll.

Desain regeneratif dapat dipahami sebagai pemeriksaan, pengenalan, atau peniruan


alam, model, sistem, dan prosesnya, dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah perkotaan
Karya ini menyelidiki desain regeneratif dengan berfokus pada konteks spesifik entitas biologis
yang diyakini memainkan peran penting dalam membawa perspektif manusia lebih dekat ke
tujuan lingkungan.

REGENERATION BY DESIGN

Desain regeneratif adalah sistem teknologi dan strategi yang didasarkan pada
pemahaman tentang cara kerja ekosistem. Ini menghasilkan solusi untuk meregenerasi daripada
menguras sistem pendukung kehidupan dan sumber daya dalam keseluruhan sosial-ekologis.

desain regeneratif sebagai cara untuk mencapai hasil yang diinginkan dari pengembangan
regeneratif dan menjelaskan bagaimana upaya untuk menciptakan atau mengembalikan
kapasitas ekosistem dan siklus bio-geologi untuk berfungsi tanpa manajemen manusia.
desain regeneratif berkaitan dengan pendekatan co-evolusi sistem manusia dan
alamyang berkesinambungan. Bukan bangunan yang 'diregenerasi', tetapi dengan cara bahwa
tindakan bangunan dapat menjadi katalis untuk perubahan positif dalam 'tempat unik' '”.

Memang, penulis yang berbeda berusaha untuk mendefinisikan hubungan antara desain
suistanable dan regeneratif. Desain regenaratif adalah nilai tambahanan dari desain suistanable.
Meskipun penerapan prinsip-prinsip desain suistanable membawa banyak perbaikan pada desain
konvensional dalam hal melestarikan sumber daya dan mengurangi kerusakan pada lingkungan
dan manusia, itu hanya memperlambat penurunan sistem alam. desain suistanable dapat
digambarkan sebagai dasar netral yang memungkinkan kemampuan regeneratif untuk
berkembang. pendekatan regeneratif harus mempertimbangkan penerapan tindakan biologis
dan bio-teknis.

BIOLOGICAL ENTITIES AND THEIR CHARACTERISTIC APPLIED IN DESIGN

Entitas biologis memiliki banyak unsur yang menunjukan kemampuan untuk terlibat dalam
produk design. Beberapa unsur atau kelebihan entitas biologis adalah : replikasi, pergerakan,
sensitivitas, penghasil energi dan air, pemeliharaan kelembaban dan suhu yang stabil dan
perilaku terkait termal lainnya, pengikatan, penyembuhan sendiri, perbaikan sendiri, , stabilisasi
diri, pengorganisasian diri, optimisasi, pemrograman genetik, adaptasi dan ketahanan, dan
pembersihan diri.

Di sisi lain, pertumbuhan merupakan karakteristik umum yang umum dari organisme hidup.
pertumbuhan diterjemahkan ke dalam berbagai contoh desain kontemporer, juga dikenal dalam
tradisi dimana bangunan memiliki material yang berasal dari alam, mis. di jembatan gantung yang
dibuat dari akar udara pohon ara beringin yang hidup.

Sayuti menjelaskan ada 4 alasan menggambungkan organisme hidup dalam design :

1. Fungsi fan kepraktisan, mencakup alasan-alasan seperti untuk belajar, untuk pertanian
atau makanan, untuk memurnikan udara atau air, untuk menghasilkan energi, dll
2. eksperimen
3. estetika & semantic
4. Pengalaman

efek positif terbesar dari organisme hidup dalam ruangan adalah menenangkan, atau
mengurangi stres. Hasil yang kontras ini menunjukkan bahwa hubungan manusia dengan
organisme hidup lainnya agak emosional dan pribadi, dan menunjukkan perlunya membangun
kembali batas-batas desain regeneratif. Organisme hidup diperkenalkan dalam berbagai disiplin
ilmu desain, mulai dari desain industri dan furnitur, pengembangan bahan bangunan dan produk,
hingga desain bangunan utuh atau desain perkotaan.

BIORECEPTIVITY : MICROORGANISMS

Bioreceptivity adalah kemampuan materi yang diberikan untuk dijajah oleh organisme
hidup. Guillitte mengusulkan hubungan ekologis antara organisme hidup dan sistem material,
sehingga menyarankan dialog yang bermanfaat antara fauna, flora, dan substratumnya. Panel
fasad beton Bioreceptive', dikembangkan oleh R. Beckett dan M. Cruz pada tahun 2015, ditujukan
untuk memfasilitasi kolonisasi mikroorganisme pada permukaan, dan untuk mengatasi
pemeliharaan mahal dan irigasi kompleks dari dinding hijau. Agar hal ini terjadi, bahan beton
yang dapat diterima secara biologis telah dikembangkan. Untuk mempromosikan proliferasi
mikroorganisme, beton telah dimanipulasi dengan memodifikasi nilai pH, porositas, dan fitur
retensi air.

secara paralel, para ilmuwan sedang mengeksplorasi cara-cara untuk menyesuaikan


beberapa jenis bakteri sebagai bioindikator pencemaran dalam ruangan. Misalnya, bakteri
Brevundimonas “dapat dimodifikasi secara genetik untuk mengubah warna dengan adanya
logam berat. Jenis bakteri lain mungkin ditanam secara dekoratif di dinding atau atap untuk
memberi sinyal tingkat polutan berbahaya di kota-kota. Perilaku simbiotik ini sangat menarik
ketika mengharuskan pengenalan mikroba ke dalam materialitas arsitektur.baru-baru ini juga
terdapat material baru bernama bio-concrete.

Meteorite: Cyanobacteria and Microalgae

(NASA) dan perusahaan mitranya Techshot menggunakan cyanobacteria dan mikroalga


untuk mengembangkan fasilitas produksi oksigen untuk koloni Mars. Konteks ini telah
mengilhami arsitek Carmelo Zappulla untuk merancang mesin Meteorit tiruan yang mampu
hidup yang mampu menghasilkan oksigen dan makanan melalui fotosintesis, mis. Foto-
bioreaktor yang mensintesis dimensi alami, teknologi, sosial, dan estetika.

Selain fakta bahwa ganggang menghasilkan lebih banyak oksigen daripada tanaman lain,
mereka juga dapat digunakan untuk produksi biofuel dan makanan kaya protein. Dalam konteks
skenario ini, Meteorit menjadi provokasi, yang bertujuan untuk menarik perhatian pada
ketidakseimbangan lingkungan di planet ini. Meteorit adalah kebun teknologi cair yang
menginformasikan secara real time tentang jumlah oksigen dan biomassa (protein dan pigmen)
saat ini.

Pada skala perkotaan, Meteorit dapat berkontribusi pada pembangunan ruang publik
kolaboratif yang mampu meningkatkan kesadaran tentang masalah lingkungan, sambil mengolah
oksigen dan makanan.

BIO-MACHINES AT THE IAAC

1. ANIMAL BEHAVIOUR
Jika manusia adalah bagian dari alam, maka benda-benda yang dibuat manusia
juga harus menjadi bagian dari alam. Arsitektur manusia tidak boleh dipandang sebagai
sesuatu yang berbeda dari arsitektur spesies lain, seperti tawon, semut, atau lebah.
Dengan mempelajari arsitektur hewan, dimungkinkan untuk mengeksplorasi bagaimana
teknik fabrikasi yang terinspirasi hewan dan digital dapat dikombinasikan untuk
menghasilkan sistem bahan arsitektur. Untuk itu, proyek Bee ++ meneliti lebah madu
sebagai serangga yang memiliki kecerdasan kolektif dan menghuni koloni.
Bee ++ berspekulasi pada pola perilaku yang digunakan untuk membentuk sistem
material baru. Sebuah ekstruder lilin XY telah dibangun dan diprogram untuk
menuangkan lilin alami ke serat rami yang mengikuti pola yang digunakan oleh lebah
madu. Hasilnya adalah komposit alami baru yang tekstur dan polanya dihasilkan oleh
algoritma yang sama yang digunakan untuk menggambarkan jalur jejak lebah saat
membuat sarang.
2. BIO-REGENERATION
Algaetecture eco-machine (Gbr 2.3) adalah perangkat pengolahan air limbah
dengan Chlorella Vulgaris, sebuah sistem yang mampu memurnikan greywater,
menghasilkan oksigen, menyerap karbon dioksida dan menghasilkan biomassa.
Berdasarkan percobaan dan pengumpulan data, fase pemurnian air dikembangkan dalam
tiga langkah loop, sebagai 'tangki budidaya', 'tangki pemurnian', dan 'tangki ekstraksi'
(Gambar 2.4). Input untuk mesin ramah lingkungan adalah air limbah, cahaya, dan udara,
sedangkan outputnya adalah air bersih dan biomassa.
Perangkat ini, tergantung pada persyaratan untuk kualitas dan kuantitas air
limbah yang akan diolah, dapat bervariasi dalam dimensi dan jumlah komponen, dan oleh
karena itu memungkinkan untuk penyesuaian skala dan pengulangan proses pemurnian
sampai kualitas output yang diinginkan telah diperoleh. Mesin ramah lingkungan dapat
dikalikan menjadi jaringan komponen dan disesuaikan dengan lingkungan dan skala yang
berbeda.
Strip MYCO_Puncture adalah upaya untuk memecahkan masalah erosi garis
pantai pantai perkotaan Barcelona, yang terus menerus kehilangan pasir dan penggantian
dengan material baru dari luar negeri. Solusi yang diusulkan berlaku miselium, massa hifa
bercabang, bagian vegetatif dari koloni jamur. proyek Strip MYCO_Puncture tidak hanya
akan mengubah geomorfologi dari dinamika garis pantai, tetapi juga menciptakan sinergi
antara sistem material dan detritus struktur perkotaan.
3. BIOLIMINIESCENT TECTONICS
Bioluminescence adalah fenomena spektakuler yang terjadi pada organisme laut
dan darat. Selain itu, juga dapat mewakili cara untuk mengurangi ketergantungan energi
secara keseluruhan. Untuk itu, para sarjana dari Universitas Syracuse (2012) percaya
bahwa mereka dapat membuat bioluminescent, 2030 kali lebih efisien daripada yang
dibuat sebelumnya. Pencahayaan yang tidak memerlukan energi apa pun dapat dibuat
dengan menggunakan teknologi nano untuk memanfaatkan bioluminesensi kunang-
kunang.
4. Biophotovoltaics as Productive Landscapes
Untuk memanen daya listrik dari tanaman, perangkat fotovoltaik biologis yang
termasuk dalam sistem elektrokimia, kadang-kadang disebut 'sel surya hidup' , dapat
digunakan. Proyek Electromoss telah dikembangkan dengan menggunakan pengetahuan
ini. Elemen utama dari sistem bio-listrik tersebut adalah bahan anodik (lumut), anoda (air
dan serat karbon), dan katoda. Menurut hasil percobaan, area seluas 314cm2 lumut dapat
menghasilkan tegangan rata-rata 2.1V per minggu.
Pada tahun 2014, siswa IAAC memiliki kemungkinan untuk mengeksplorasi
transformasi situs nyata menjadi tanah mandiri di lingkungan Torre Baro di Barcelona.
Dalam konteks spasial eksperimental yang dimaksudkan untuk Torre Baró Productive
Landscape, para siswa menerapkan sel biofotovolta (BPV) ke lanskap. Setelah percobaan
ekstensif untuk menentukan spesies tanaman yang optimal dan cara-cara meningkatkan
konsentrasi bakteri di tanah, strategi lansekap yang canggih dikembangkan. Solusi
untuk vegetasi terintegrasi techno green island, sirkuit listrik, ingatan air hujan, dan
program waktu luang. Sel-sel BPV, seperti yang dibayangkan oleh proyek, mengadaptasi
morfologi mereka dengan topografi yang ada dan menghasilkan jaringan node yang
terhubung oleh jalur

Contribution of Biological Entities to Regeneration: Integrated Greening Systems Case Study

Penerapan prinsip pertumbuhan atap hijau dan sistem penghijauan vertikal terintegrasi
dengan amplop bangunan menyumbang ukuran dengan potensi regenerasi tinggi, kesenangan
estetika, dan dukungan ekonomi. Atap hijau yang luas dapat dirancang sebagai permukaan yang
dapat diakses dan tidak dapat diakses, rata atau miring dengan kecenderungan optimal hingga
45 ° Lapisan substrat yang tebal dalam struktur atap yang intensif memungkinkan untuk
penanaman semak dan pohon. Mempertimbangkan struktur dan vegetasi terapan, atap intensif
umumnya datar dan dapat diakses, yang, selain keuntungan ekologis, menambah manfaat sosial
melalui pemanfaatannya. Manfaat ekonomi dari atap vegetasi intensif dicapai meskipun
investasi awal yang tinggi.

Sistem penghijauan vertikal dicirikan oleh distribusi tanaman pada permukaan vertikal.
Melalui aplikasi mereka, sejumlah manfaat lingkungan, sosial dan ekonomi tercapai (Sadeghian,
2016). Tergantung pada metode tumbuh, sistem penghijauan vertikal dapat diklasifikasikan
sebagai fasad hijau (sistem luas) dan dinding hidup (sistem intensif) (Perez, Rincon, Vila,
Gonzalez, & Cabeza, 2011; Perini & Rosasco, 2013) (Gbr. 3.2 ). Untuk kedua jenis, bagian utama
dari struktur vertikal terdiri dari vegetasi dan lapisan substrat. sistem penghijauan vertikal
memiliki potensi lebih besar untuk mencapai manfaat lingkungan karena permukaan fasad (s)
dalam banyak kasus lebih besar dari permukaan atap.

Meskipun membangun sistem penghijauan yang terintegrasi dapat diterapkan di seluruh


dunia, kekhasan desainnya harus mencerminkan karakteristik iklim tertentu. perlu untuk
mempertimbangkan properti lokasi dan spesies tanaman local.

Sistem hybrid memiliki potensi besar untuk pemanfaatan luas, mengingat bahwa sistem
fotovoltaik sudah merupakan teknologi yang matang dan banyak digunakan, dan bahwa sistem
penghijauan dapat bertindak sebagai aksesori dalam menyediakan pengembangan regenerative.

PROVISION OF ECOSYSTEM SERVICES

Peningkatan suhu di daerah perkotaan, yang dikenal sebagai fenomena pulau panas
perkotaan (UHI), berdampak negatif terhadap kualitas udara dan air, menciptakan tekanan pada
ekosistem perkotaan dan berkontribusi terhadap perubahan iklim. Sistem penghijauan mengatur
suhu sekitar dengan evapotranspirasi dan dengan menciptakan bayangan. Aplikasi yang lebih
luas dari sistem penghijauan yang terintegrasi dengan selubung akan berkontribusi pada
pengaturan suhu di tingkat perkotaan. lapisan vegetasi menampilkan sifat insulasi suara yang
lebih baik pada frekuensi tinggi, ketidaksempurnaan ini dapat ditingkatkan dengan multi-layering
dan dengan menerapkan cakupan lebih padat.

Provision of Health, Well-Being and Other Social Benefits

Kesehatan dan kesejahteraan manusia secara langsung bergantung pada jasa ekosistem yang
disediakan. Dengan menerapkan sistem penghijauan di daerah perkotaan, dampak positif
terhadap kondisi ekologis lingkungan dan kesehatan manusia tercapai.

Provision of Economic Benefits


KESIMPULAN

Perbedaan antara pendekatan desain hijau, berkelanjutan, dan regeneratif digambarkan


sebagai tidak terlalu membahayakan, tidak merugikan, dan melakukan beberapa kebaikan,
masing-masing (Cole, 2012b). Sementara keberlanjutan adalah pendekatan menyeluruh,
berskala global, 'hijau' dan 'regeneratif' adalah pendekatan pelengkap untuk merancang dalam
konteks spesifik yang mendukung keberlanjutan (Cole, 2012b). Pengenalan entitas biologis ke
dalam desain diyakini mewakili agen yang signifikan dalam proses integrasi.

Anda mungkin juga menyukai