Referat Primadilla Rahma - Akut Abdomen
Referat Primadilla Rahma - Akut Abdomen
“AKUT ABDOMEN”
Disusun oleh:
1102015178
Pembimbing:
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini. Sholawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada tauladan sepanjang masa, Nabi Muhammad
SAW, beserta para keluarganya, sahabatnya, dan umatnya hingga akhir zaman,
aamiin. Penulisan laporan kasus yang berjudul “Akut Abdomen“ ini dimaksudkan
untuk memenuhi tugas dalam menempuh kepanitraan klinik di bagian ilmu
radiologi di RSUD dr. Drajat Prawiranegara.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan kasus ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan, dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak. Maka dari
itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu, terutama kepada dr. Ida Widayanti, Sp. Rad yang telah
memberikan arahan serta bimbingan ditengah kesibukan dan padatnya aktivitas
beliau.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini masih jauh dari
sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
guna perbaikan di kemudian hari. Akhir kata, semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kedokteran.
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
AKUT ABDOMEN
1.1 Definisi
Abdomen akut merupakan suatu keadaan mendadak di dalam rongga
abdomen yang memerlukan tindakan segera. Tindakan ini pada umumnya adalah
tindakan operatif, tetapi pada beberapa keadaan tidak dilakukan operasi atau
berbahaya sekali jika dilkaukan tindakan operatif, misalnya pankreatitis akut,
apendisitis infiltrat.1,5
Hal-hal yang dapat menimbulkan abdomen akut, antara lain :
1. Keadaan di dalam abdomen sendiri, yaitu :
- Peradangan mendadak salah satu oorgan intra-abdominal
- Perforasi
- Perdarahan intra-abdominal
- Ileus obstruktif atau paralitik
2. Keadaan diliar abdomen, misalnya kelainan di rongga toraks, dapat
menimbulkan ileus paralitik.5
1.2 Epidemiologi
Tercatat bahwa 5% sampai 10% dari semua kunjungan gawat darurat atau
5 sampai 10 juta pasien di Amerika Serikat merupakan kasus akut abdomen.
Kegawatan abdomen yang datang ke rumah sakit dapat berupa kegawatan bedah
atau kegawatan non bedah.3
Studi lain menunjukkan bahwa 25% dari pasien yang datang ke gawat
darurat mengeluh nyeri perut.6
1.3 Etiologi
Penyebab paling umum dari sakit perut akut di bagian gawat darurat tidak
spesifik nyeri perut (35%), radang usus buntu (17%), obstruksi usus (15%),
4
penyebab urologi (6%), gangguan empedu (5%), penyakit divertikular (4%) dan
pankreatitis (2%).7
Penyebab akut abdomen dapat dibagi menjadi penyebab non bedah dan
bedah. Penyebab non bedah dibagi menjadi 3 kategori, yaitu 8
1. Gangguan metabolik dan endokrin : uremia, krisis diabetic, krisis penyakit
Addison.
2. Gangguan hematologi : krisis anemia sel sabit, leukemia akut, dan
penyakit darah lainnya.
3. Obat-obatan dan racun : keracunan logam berat, ketergantungan obat
narkotik.
1.4 Patofisiologi
Akut abdomen terjadi karena nyeri abdomen yang timbul tiba – tiba atau
sudah berlangsung lama. Nyeri yang dirasakan dapat ditentukan atau tidak oleh
pasien tergantung pada nyeri itu sendiri. Nyeri abdomen dapat berasal dari organ
dalam abdomen termasuk nyeri viseral, dari otot, lapisan dari dinding perut (nyeri
somatic). Nyeri viseral biasanya nyeri yang ditimbulkan terlokalisasi dan berbentuk
khas, sehingga nyeri yang berasal dari viseral dan berlangsung akut biasanya
5
menyebabkan tekanan darah dan denyut jantung berubah, pucat dan berkeringat dan
disertai fenomena viseral yaitu muntah dan diare. Lokasi dari nyeri abdomen bisa
mengarah pada lokasi organ yang menjadi penyebab nyeri tersebut. Walaupun
sebagian nyeri yang dirasakan merupakan penjalaran dari tempat lain. Oleh karena
itu nyeri yang dirasakan bisa merupakan lokasi dari nyeri tersebut atau sekunder
dari tempat lain.9
6
umum adalah nyeri pada scapula karena kolik bilier, nyeri perut karena
kolik ginjal dan nyeri bahu karena darah atau infeksi pada diafragma.7
Sifat nyeri, cara tombulnya pada permulaan dan perjalanan penyakit sangat
penting untuk menegakkan diagnosis. Sifat nyeri dibagi dalam 3 bagian, yaitu :
1. Nyeri di pusat
Jika terdapat nyeri sentral hebat terpusat diperut, dapat dipikirkan
kemungkinan tahap awal obstruksi usus halus, apendisitis dan pankreatitis,
walaupun yang terakhir ini jarang sekali ditemukan. Jika sewaktu
pengamatan terjadi perkembangan klinis, seperti kenaikan suhu, muntah,
atau nyeri tekan lokal, diagnosis akan lebih jelas.
Jika nyeri di pusat yang hebat ini diikuti dengan syok, harus dipikirkan
kemungkinan volvulus usus halus, kehamilan ektopik yang terganggu,
pankreatitis akut, oklusi pembuluh koroner, oklusi vena mesenterika
(jarang), atau aneurisma aorta yang robek atau pecah (jarang).
Bila pada penderita ini ditemukan juga defans muskuler, perlu dipikirkan
perforasi tukak peptik atau perforasi dari saluran cerna.
2. Kolik
Nyeri bersifat kolik disertai muntah dan distensi yang makin besar,
tetapi tanpa defans muskuler yang jelas mungkin disebabkan oleh obstruksi
usus halus.
8
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, perlu diperhatikan keadaan umum, wajah, denyut
nadi, pernapasan, suhu badan, dan sikap baring. Gejala dan tanda dehidrasi,
perdarahan, syok, dan infeksi atau sepsis juga perlu diperhatikan (lihat Tabel 2.3)24
Tabel 1 : Tanda pemeriksaan fisik pada berbagai gambaran gawat abdomen1
Keadaan Tanda klinis penting
Awal perforasi saluran Perut tampak cekung (awal), tegang, bunyi usus
cerna atau saluran lain kurang aktif (lanjut), pekak hati hilang, nyeri
tekan, defans muskuler
Peritonitis Penderita tidak bergerak, bunyi usus hilang
(lanjut), nyeri batuk, nyeri gerak, nyeri lepas,
defans muskuler, tanda infeksi umum, keadaan
umum merosot
Massa, infeksi atau Massa nyeri (abdomen, pelvis, rektal), nyeri tinju,
abses uji lokal (psoas), tanda umum radang
Obstruksi usus Distensi perut;peristalsis hebat (kolik usus) yang
tampak di dinding perut, terdengar (borborigmi),
dan terasa (oleh penderita yang bergerak); tidak
ada rangsangan peritoneum
Ileus paralitik Distensi, bunyi peristalsis kurang atau hilang,
tidak ada nyeri tekan lokal. Pada iskemia/
strangulasi, distensi tidak jelas (lama), bunyi usus
mungkin ada, nyeri hebat sekali, nyeri tekan
kurang jelas, jika kena usus mungkin keluar darah
dari rectum, tanda toksis
Perdarahan Pucat, syok, mungkin distensi, berdenyut jika
aneurisma aorta, nyeri tekan lokal pada
kehamilan ektopik, cairan bebas (pekak geser),
anemia
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan rutin berupa,darah lengkap, kimia darah dan pemeriksaan urin
sebaiknya dikerjakan. Terjadi peningkatan sel darah putih adalah indikasi proses
inflamasi dengan ditemukannya pergeseran hitung jenis ke kiri. Begitu juga bila
leukosist menurun menandakan adanya infeksi virus, gastroenteritis .
9
4. Pemeriksaan Radiologis
Pencitraan diagnostik yang perlu dilakukan biasanya foto abdomen untuk
memastikan adanya tanda peritonitis, udara bebas, obstruksi, atau paralisis usus.
1
Pemeriksaan foto abdomen 3 posisi perlu dilakukan untuk menentukan adanya
tanda perforasi, ileus dan obstruksi usus. Selain itu, pada foto polos abdomen juga
dapat ditentukan adanya kalsifikasi pada pankreas, fraktur tulang belakang dan
adanya batu radiolusen pada kontur ginjal.3
10
tepat harus diberikan sesuai dengan indikasi, misalnya untuk peritonitis. Dalam
beberapa kondisi, pengobatan antibiotik empiris dapat diberikan saat membuat
diagnosis kerja sakit perut tanpa menunggu hasil kultur tests. 7
Keadaan dimana pendekatan radiologi menjadi pilihan pertama yaitu pada
abses hati dimana aspirasi abses melalui ultrasonografi abdomen harus dilakukan
bersamaan dengan terapi antibiotic.7
Secara umum pada akhirnya penanganan pasien dengan akut abdomen adalah
menentukan apakah pasien tersebut merupakan kasus bedah yang harus dilakukan
tindakan operasi atau jika tindakan bedah tidak perlu dilakukan segera kapan kasus
tersebut harus dilakukan tindakan bedah.7
1.7 Klasifikasi
1.5.1 APENDISITIS
1.5.1.1 Definisi Apendisitis
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini lebih sering menyerang
laki-laki berusia 10 sampai 30 tahun. Apendisitis merupakan penyebab paling
umum inflamasi akut pada kuadran kanan bawah dari rongga abdomen dan
merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat.10
1.5.1.2 Klasifikasi Apendisitis
Klasifikasi apendisitis terbagi menjadi dua yaitu; 9
Apendisitis akut
Apendisitis akut datang dengan gejala khas yang diawali oleh radang mendadak
umbai cacing, disertai maupun tidak disertai rangsang peritonieum lokal.
Apendisitis kronik.
Diagnosis apendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya : riwayat
nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks secara
makroskopik dan mikroskopik.
11
1.5.1.3 Pemeriksaan Penunjang
A. Radiologi
Kalau peradangan lebih luas dan membentuk infiltrat maka usus pada bagian
kanan bawah akan kolaps. Dinding usus edematosa, keadaan seperti ini akan
tampak pada daerah kanan bawah abdomen kosong dari udara. Gambaran udara
seakan-akan terdorong ke pihak lain. Proses peradangan pada fossa iliaka kanan
akan menyebabkan kontraksi otot sehingga timbul skoliosis ke kanan. Bila sudah
terjadi perforasi, maka pada foto abdomen tegak akan tampak udara bebas di bawah
diafragma. Kadang-kadang udara begitu sedikit sehingga perlu foto khusus untuk
melihatnya.11,12
12
bawah perlu diperiksa untuk mencari appendikolit : kalsifikasi bulat lonjong, sering
berlapis. 11,12
Barium enema
Pemeriksaan radiologi dengan kontras barium enema hanya digunakan pada
kasus-kasus menahun. Pemeriksaan radiologi dengan barium enema dapat
menentukan penyakit lain yang menyertai apendisitis. Barium enema adalah suatu
pemeriksaan x-ray dimana barium cair dimasukkan ke kolon dari anus untuk
memenuhi kolon. Tes ini dapat seketika menggambarkan keadaan kolon di sekitar
appendik dimana peradangan yang terjadi juga didapatkan pada kolon. Impresi
ireguler pada basis sekum karena edema (infiltrasi sehubungan dengan gagalnya
barium memasuki appendik (20% tak terisi) Terisinya sebagian dengan distorsi
bentuk kalibernya tanda appendisitis akut,terutama bila ada impresi sekum.
Sebaliknya lumen appendik yang paten menyingkirkan diagnosa appendisitis akut.
Bila barium mengisi ujung appendik yang bundar dan ada kompresi dari luar yang
besar dibasis sekum yang berhubungan dengan tak terisinya appendik tanda abses
13
appendik. Barium enema juga dapat menyingkirkan masalah-masalah intestinal
lainnya yang menyerupai appendiks, misalnya penyakit Chron’s, inverted
appendicel stump, intususepsi, neoplasma benigna/maligna. 11,12
Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi telah banyak digunakan untuk diagnosis apendisitis akut
maupun apendisitis dengan abses. Untuk dapat mendiagnosis apendisitis akut
diperlukan keahlian, ketelitian, dan sedikit penekanan transduser pada abdomen.
Apendiks yang normal jarang tampak dengan pemeriksaan ini. Apendiks yang
meradang tampak sebagai lumen tubuler, diameter lebih dari 6 mm, tidak ada
peristaltik pada penampakan longitudinal, dan gambaran target pada penampakan
transversal. Keadaan awal apendisitis akut ditandai dengan perbedaan densitas pada
14
lapisan apendiks, lumen yang utuh, dan diameter 9 – 11 mm. Keadaan apendiks
supurasi atau gangrene ditandai dengan distensi lumen oleh cairan, penebalan
dinding apendiks dengan atau tanpa apendikolit. Keadaan apendiks perforasi
ditandai dengan tebal dinding apendiks yang asimetris, cairan bebas intraperitonial,
dan abses tunggal atau multipel. Akurasi ultrasonografi sangat dipengaruhi oleh
pengalaman dan kemampuan pemeriksa. Pada beberapa penelitian, akurasi antara
90 – 94%, dengan nilai sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85 dan 92%. Pemeriksaan
dengan Ultrasonografi (USG) pada apendisitis akut, ditemukan adanya fekalit,
udara intralumen, diameter apendiks lebih dari 6 mm, penebalan dinding apendiks
lebih dari 2 mm dan pengumpulan cairan perisekal. Apabila apendiks mengalami
ruptur atau perforasi maka akan sulit untuk dinilai, hanya apabila cukup udara maka
abses apendiks dapat diidentifikasi .11,12
15
Gambar 5: USG apendisitis
Pada pasien yang tidak hamil, CT-scan pada daerah appendik sangat
berguna untuk mendiagnosis appendisitis dan abses periappendikular sekaligus
menyingkirkan adanya penyakit lain dalam rongga perut dan pelvis yang
menyerupai appendisitis. 1,13
Appendikografi
Appendikografi : Teknik pemeriksaan radiologi untuk memvisualisasikan appediks
dengan menggunakan kontras media positif barium sulfat. Dapat dilakukan secara
oral dan anal.1
17
Gambar 7 : Apendikografi
Laparoskopi (Laparoscopy)
Meskipun laparoskopi mulai ada sejak awal abad 20, namun penggunaanya untuk
kelainan intraabdominal baru berkembang sejak tahun 1970-an. Dibidang bedah,
laparoskopi dapat berfungsi sebagai alat diagnostik dan terapi. Disamping dapat
mendiagnosis apendisitis secara langsung, laparoskopi juga dapat digenakan untuk
melihat keadaan organ intraabdomen lainnya. Hal ini sangat bermanfaat terutama
pada pasien wanita. Pada apendisitis akut laparoskopi diagnostik biasanya
dilanjutkan dengan apendektomi laparoskopi.1,13
B. Laboratorium
18
1.5.2 KOLESISTITIS AKUT
1.5.2.1 Definisi
Kolesistitis akut (radang kandung empedu) adalah reaksi inflamasi akut
dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan
demam. Penyebab utama kolesistitis akut adalah batu kandung empedu (90%)
sedangkan sebagian kecil kasus (10%) timbul tanpa adanya batu empedu (kolesistitis
akut akalkulus). Trias yang terdiri dari nyeri akut kuadran kanan atas, demam dan
leukositosis sangat sugestif.14
Gambar 8 : Foto polos abdomen, tampak batu – batu empedu berukuran kecil
19
CT Scan dan MRI
20
Gambar 9: Atas : CT – scan abdomen, tampak batu – batu empedu dan penebalan
dinding kandung empedu.
Bawah : MRI abdomen T1 dengan kontras, tampak batu-batu empedu
dalam kandung empedu yang menebal.
Ultrasonografi
Gambar 10 : Pemeriksaan USG pada kolesistitis. Tampak batu pada kandung empedu.
21
Endoscopic Retrogard Cholangiopancreatography atau ERCP dapat
digunakan untuk melihat struktur anatomi bila terdapat kecurigaan adanya batu
empedu di duktus biliaris komunis, cacing atau telur cacing yang tidak terlihat pada
foto rontgen dan kelainan lain seperti curiga penyempitan atau stenosis duktus
bilier, tumor atau lain-lain. Selain untuk diagnostik, ERCP ini juga dapat dilakukan
sebagai terapi terutama pada pasien yang berisiko tinggi untuk menjalani operasi
laparaskopi kolesistektomi. Pemeriksaan ERCP ini mempunyai kekurangan seperti;
membutuhkan tenaga dan fasilitas khusus, teknik yang invasif dan biaya yang tinggi
serta kemungkinan adanya komplikasi seperti pankreatitis (3-5% kasus).16,17
22
Gambar 12 : Kiri: Normal scintigrafi, HIDA mengisi kandung empedu setelah 45
1.5.3 ILEUS
1.5.3.1 Definisi ileus
Ileus merupakan suatu kondisi dimana terdapat gangguan pasase atau lumen
di usus yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan emergensi. Ileus terutama
dibagi dua berdasarkan penyebabnya, yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik.1
1.5.3.2 Klasifikasi ileus
A. Ileus Obstruktif
I. Definisi
23
sehingga menyebabkan penyempitan atau penyumbatan lumen usus dan
menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Penyakit ini dapat disebabkan karena
adanya adhesi, volvulus, invaginasi, ataupun radang kronik.1
II. Klasifikasi
Gambar 13 : Gambaran Herring Bone Appearance dan air fluid level (step ladder
appearance).
B. Ileus Paralitik
I. Definisi
Ileus Paralitik (adynamic ileus) adalah keadaan dimana usus gagal atau tidak
mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus paralitik
26
ini bukan suatu penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai penyakit
primer, namun yang paling umum saat keadaan pascaoperasi.1
II. Klasifikasi
Semilunar
shadow
27
Gambar 14 : Dilatasi usus dari proksimal hingga distal dengan air fluid level
2. Ultrasonografi
28
mesenterika superior dapat terlihat, hal ini menunjukan adanya malrotasi namun
tidak selalu ditemukan.
29
i. Gambaran foto polos abdomen yang dijumpai pada pankreatitis akut
adalah adanya dilatasi dari usus kecil yang berdekatan ; sentinel loop,
gambaran ini merupakan gambaran yang paling sering dijumpai pada
pankreatitis akut, meskipun tidak spesifik, dilaporkan dijumpai pada 50%
penderita pankreatitis akut. Dilatasi tersebut biasanya berlokasi pada
kuadran kiri atas, tetapi dapat pula terlihat pada tempat terdapatnya iritasi
usus oleh eksudat. Dinding usus atau lipatan pada sentinel loop dapat
menebal karena adanya edema intramural yang disebabkan oleh rangsangan
proses inflamasi di dekatnya. Usus kecil ditempat lain berisi sedikit atau
tidak sama sekali berisi gas, tetapi kadang-kadang terjadi ileus paralitik
umum.
30
Gambar 17 : Colon Cut Off sign pada pankreatitis akut
Kadang-kadang tampak gaster terpisah dari fleksura dodenoyeyunal dan
kolon, hal ini karena adanya edema hebat pada korpus dan kaput pankreas, atau
oleh karena terjadinya pengumpulan eksudat inflamasi.
Dilatasi kolon ascendens dan transversum yang berisi gas disertai dengan
menghilangnya udara dalam kolon descenden; colon cut off sign yang disebabkan
karena penyebaran enzim-enzim pankreas dan eksudat purulen sepanjang bidang
aksial disekitar arteri mesenterika superior dan mesokolin transversum.
Barium Meal
31
Gambar 18 : penyempitan lumen disertai mukosa yang irreguler di daerah
duodenum pars 3 pada pankreatitis akut.
Ultrasonografi
32
Gambar 19 : USG edema pada pancreas.
Pemeriksaan CT Scan
33
maka disebut bahwa pankreas tersebut disebut sebagai complete necrosis atau
central cavitary necrosis.14,18
Seperti pada pemeriksaan radiologi yang lain, maka MRI pun dapat
membantu diagnosis pankreatitis akut. Tapi pemeriksaan MRI ini jarang
dilakukan, karena pemeriksaan ini lebih mahal dari CT scan dan lebih sukar
diperoleh secara tepat, disamping hasil yang diperoleh hampir sama dengan
CT scan. Pemeriksaan MRI ini hanya dilakukan apabila pasien dalam keadaan
hamil atau alergi terhadap kontras.
34
Gambar 21: Kiri : Gambaran MRI T1WI fat-supressed potongan axial ,
menunjukkan edema kelenjar pankreas dan inflamasi peripankreas, terlihat juga
perdarahan kecil di dalam pankreas. Kanan : Gambaran MRI T1WI fat-
supressed potongan axial setelah pemberian kontras, tampak kurangnya
penyangatan didaerah korpus, konsisten dengan suatu nekrosis pada pankreas.
35
1.5.4.1 Pemeriksaan Penunjang Ulkus Peptikum
1. Pemeriksaan infeksi kuman Helicobater Pylori
Non invasive: urea breath test, test antibodi H. pylori, tes saliva assay.
Foto polos
pneumoperitoneum. 4
36
Gambar 22 : foto polos abdomen dan torak dengan gambaran
pneumoperitoneum.
Barium meal
Pada pemeriksaan menggunakan zat kontras oral atau barium meal akan
ditemukan gambaran en face (dari depan) dapat memperlihatkan zat kontras yang
terkumpul pada kawah ulkus pada dinding yang terkena, dengan lipatan mukosa
37
yang menyebar mengelilingi ulkus. Pada pandangan on profile (dari samping) ulkus
tampak sebagai kantung yang keluar dari dinding lambung.
38
Gambar 25 : Ulkus pada duodenum pada pemeriksaan barium meal.
CT scan
39
Gambar 26: Ulkus gaster dengan perforasi pada kurvatura minor dan dikelilingi
oleh penebalan dinding.Ditemukan juga air bubble di depan hepar pada
peritoneum anterior.
40
BAB III
KESIMPULAN
41
DAFTAR PUSTAKA
43