Anda di halaman 1dari 2

Obat sitostatik

Sebagian besar obat sitostatik digunakan sebagai obat anti kanker. Beberapa diantaranya
digunakan sebagai imunosupresan untuk mencegah penolakan transplantasi dan pengobatan
penyakit autoimun. Obat kelompok ini menghambat perkembangan limfosit B dan T.

Untuk mengurangi efek samping kortikosteroid dapat dikombinasikan dengan sitostatik.


Efek samping kortikosteroid yang berat yaitu atrofi kelenjar adrenal bagian korteks, ulkus
peptikum, dan osteoporosis yang dapat menyebabkan fraktur kolumna vertebre pars lumbalis.
Tentang penggunaan sitostatik sebagai ajuvan pada pengobatan pemfigus terdapat dua
pendapat:
1. Sejak mula diberikan bersama-sama dengan kortikosteroid sistemik. Maksudnya agar
dosis kortikosteroid tidak terlampau tinggi sehingga efek sampingnya lebih sedikit.
2. Sitostatik diberikan bila:
a. Kortikosteroid sistemik dosis tinggi kurang memberi respons.
b. Terdapat kontraindikasi, misalnya ulkus peptikum, diabetes melitus, katarak, dan
osteoporosis.
c. Penurunan dosis pada saat telah terjadi perbaikan tidak seperti yang diharapkan.
Sitostatik merupakan ajuvan yang terkuat karena bersifat imunpsupresif.
Obat sitostatik untuk pemfigus ialah azatioprin, sikiofosfamid, metrotreksat, dan
mikofenolat mofefil. Obat yang lazim digunakan ialah azatioprin karena cukup bermanfaat dan
tidak:begitu toksik seperti siklofosfamid. Dosisnya 50-150 mg sehari atau 1-3 mg per BB. Obat-
obat sitostatik sebaiknya diberikan, jika dosis prednison mencapai 60 mg sehari untuk mencegah
sepsis dan bronkopneumonia. Hendaknya diingat bahwa efek terapeutik azatioprin banyak terjadi
setelah 2-4 minggu. Jika telah tampak perbaikan dosis prednison diturunkan lebih dahulu,
kemudian dosis azatioprin dituruhkan secara bertahap. Efek sampingnya di antaranya menekan
sistem hematopoetik dan bersifat hepatotoksik.
Siklofosfamid sebenamya merupakan obat yang paling poten, tetapi karena efek
sampingnya berat kurang dianjurkan, Dosisnya 50-100 mg sehari. Efek terapeutik siklofosfamid
masih sedikit setelah pemberian beberapa jam, efek maksimum baru terjadi setelah 6 minggu.
Efek samping yang utama ialah toksisitas saluran kemih berupa sistitis hemoragik, dapat pula
menyebabkan sterilitas.
Produk metabolisme siklofosfamid yang bersifat sitotoksik diekskresi melalui urin, oleh
karena itu penderita dianjurkan agar banyak minum. Gejala toksik dini pada vesika urinaria ialah
disuria, didapati pada 20% penderita yang mendapat obat tersebut dalam jangka waktu lama.
Jika pada pemeriksaan mikroskopik terdapat Hematuria hendaknya obat dihentikan
sementara atau diganti dengan obat sitotoksik yang lain. Obat yarig dapat mencegah terjadinya
sisfilis hemoragik ialah mesna, biasanya dosisnya 20% dosis siklofosfamid sehari, i.v. diberikan
tiga kali sehari selang 4 jam, dosis I diberikan bersama-sama dengan siklofosfamid.
Metotreksat jarang digunakan karena kurang bermanfaat. Dosisnya 25 mg per minggu
i.m. atau per os.

Anda mungkin juga menyukai