Obat Obatan
Kemoterapi
(Sitostatik)
KELOMPOK 6
2
Defenisi Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-
obatan yang bertujuan untuk membunuh atau memperlambat
pertumbuhan sel-sel kanker. Banyak obat yang digunakan dalam
kemoterapi. Kemoterapi adalah upaya untuk membunuh sel-sel kankerr
dengan mengganggu fungsi reproduksi sel.
Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan
memberikan zaat/obat yang mempunyai khasiaat membunuh sel
kanker.
Kemoterapi bermanfaat untk menurunkann ukuran kanker
sebelum operasi, merusak semua sel sel kanker yaang tertinggal
setelah operasi, dan mengobati beberapa macam kanker darah.
Kemoterapi merupakan bentuk pengobatan kanker dengan
menggunakan obat sitostatika yaitu suatu zatt zat yang dapat
menghambat proliferassi sel-sel kanker.
3
Berdasarkan kerjanya pada siklus sel, obat
kemoterapi dapat dibedakan : CCDD ( Cell
Cycle Depending Drugs) dan CCID (Cell
Cycle Independding Drugs)
CCDD, obat ini beekerja selama terdapat proses pembelahan
sel, dan dikelompokkan menjadi ;
5
CCID, obat ini membunuh sel tumor pada setiap keadaan dan
tidak tergantung pada pembelahan sel. Obat sitostika yang hanya
dapat bekerja pada satu fase misalnya golongan alkaloid,sedangkan
yang bekerja pada beberapa fase sekaligus misalnya golongan
antimetabolit.
6
Efek Kemoterapi dan Komplikasi terhadap organ
7
Faktor resiko untuk terjadinya kardiotoksisitas antracycline terlepas
dari dosis total adalah,pada pasien yang telah menerima radiasi dosis
tinggi untuk mediastinum dan mereka yang sedang diterapi siklofosfamid
sangat renan terhadap kardiomiopati. Faktor resiko lainnya dalah usia
ekstram, penyakit jantung iskemik sebelumnya, hipertensi, pemyakit
jantung katup dan penyakit hati. Resiko yang terlihat pada dosis kumulatif
di kisaran 00-450 mg/m2 adalah sekitar 1-10%, sedangkan dosisyang
lebih tingi dari ini mengundang risiko > 30 %.
8
Agent Efek Samping
9
B. Efek Pada sistem Respirasi
10
Beberapa pola toksisitas paru yang dihasilkan oleh
bleomycin telah dijelaskan:
1. Pneumonitis intersititial yang tergantung pada dosis
berkembang ke fobrosis kronis
2. Hipersensitivitas akut pneumonitis dengan eosinofilia
perifer menyerupai pneumonia eosinofilik
3. Sindrom nyeri dada akut
4. Bronkitis obliterans dengan pneumonia
5. Penyakit paru veno oklusif.
11
Agen kemoterapi lain juga memiliki efeknyang merugikan
paru sebagai berikut :
12
C. Efek pada sistem renal
13
Agen kemoterapi lain juga memiliki efek yang merugikan ginjal
dirangkum pada tabel
Obat Efek Samping
Mitomycin Peningkatan serum creatinin yang
kronik dan progresif sampai
mikroangipati anemia hemolitik
Methotrexate Efek fisik dikarenakan penumpukan
obat ditubulus ginjal
Ifosphamide Tubular nekrosis akut dan gagal
ginjal
14
D. Efek pada sistem hepar
Disfungsi seluler pada hati dimanifestasikan sebagai serum enzim meningkat, infiltrasi lemak pada hati
dan kolestasis, karena efek toksik langsung dari obat atau matbolit obat itu sendiri. L – asparginase dan
sitarabin yang paling sring terlibat sebagai agen penyebab disfungsi hepatosesluler. Fungsi sintetik
menurun dengan protein rendh dan kelainan koaglasi dapat dilihat . Ascites, hepatomegali yang
menyakitkan dan esenfalopati dapat diakibatkan setelah penggunaan sitarabin, siklofosfamid, mitomycin, dll
15
Agen terapi kemo lainnya juga memilii efek SSP yang
merugikan sebagai berikut :
16
G. Efek pada sistem hematopoetic
17
H. Efek samping lainnya
Syndrome of inappropriateantidiuretic hormone secretion (SIADH): -
kelainan metabolik lain pada pasien dengan kanker seperti paru-paru,
pankreas, adenokarsinoma, duodenum, thymoma, mesothelioma,
leukemia, hodgkin, sarkoma sel retikulum, adalah SIADH, yang terjadi
pada 1% sampai 2% pasien kanker. Beberapa obat, seperti vasopressin,
carbamazepine, oksitosin, vincristine, narkotika, dan monoamine
oxidase inhibitor, juga dapat menginduksi SIADH.
Administrasi steroid: Pasien onkologi sering memiliki riwayat
administrasi glukokortikoid eksogen sebagai bagian .
dari rejimen
kemoterapi. Dokter pada saat evaluasi pra operasi harus memutuskan
pada penggunaan dan jumlah cakupan steroid. Pasien yang telah
menerima > 2 minggu glukokortikoid dalam satu tahun terakhir dianggap
di beresiko mengalami supresi adrenal. Namun, banyak dari pasien ini
mampu merespon terhadap stres normal. Tes stimulasi corticotrophin
(ACTH) adalah tes definitif untuk mengidentifikasi penekanan adrenal.
18
Pertimbangan anastesi pada pasien post kemoterapi
Interaksi antara ahli anestesi dan seorang pasien kanker dimulai dengan kunjungan
Interaksioperasi
sebelum antara ahli anestesi
untuk prosedurdanbedah.
seorang pasien
Tujuan kanker dimulai
kunjungan sebelum dengan
operasikunjungan
adalah
sebelumberikut:
sebagai operasi untuk prosedur bedah. Tujuan kunjungan sebelum operasi adalah
•sebagai
Untukberikut:
mengoptimalkan status fisik pasien.
• Untuk mengoptimalkan
• Untuk menilai status dan
efek dari kanker fisik terapi
pasien.
kanker (kemoterapi, radioterapi, dan
• operasi)
Untuk menilai efek
pada pasien. dari kanker dan terapi kanker (kemoterapi, radioterapi, dan
operasi) pada pasien.
Dalam pemeriksaan pra-anestesi, harus mendapatkan keterangan dari yang
Dalam pemeriksaan
bersangkutan, riwayatpra-anestesi,
kesehatan yang harus mendapatkan
komprehensif keterangan
terakhir, dari
kondisi yang operasi
sebelum
bersangkutan,
dan riwayat
anestesi, obat, kesehatan
alergi, yang komprehensif
riwayat keluarga terakhir,sistemik
dan pemeriksaan kondisi lengkap
sebelumyang
operasi
sudah dan
ada anestesi, obat, alergi, riwayat keluarga dan pemeriksaan sistemik
sebelumnya.
lengkap yang sudah ada sebelumnya.
19
KESIMPILAN
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Maracic L dan Nostrand JV. Anesthetic Implication for Cancer Chemotherapy.
2007. AANA Journal/Vol.75, No.3.
2. Gehdoo RP. Anticancer Chemoterapy and it’s Anaesthetic Implication. 2009.
Indian Journal of Anaesthesia; 53 (1):18-29.
3. De Vita V.T. Jr: Principles of Cancer Management: Chemotherapy, in De Vita V.T.
Jr. Hellman S, Rosenberg. S. A.,:Cancer Principles and Practise of Oncology,
Volume 1. 7th edition. 2008. Philladelphia : Lippincott Raven Publisher.
4. Martin DA, James OA, John EN, Clinical Oncology 3rd ed. 2004. Elsevier:
Churchill Livingstone.
5. Huettemann E, Junker T and Chatzinikolaou KP. The influence of anthracycline
therapy on cardiac function during anesthesia. 2004. Anesth Analg;98:941–947.
21
Thank You