a
Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Jl. Prof Dr. Soemantri Brojonegoro
No 1 Bandar Lampung 35145, Indonesia
Corresponding Author: Telp 0817-6011-689 E-mail : agus.hudoyo@gmail,com
ABSTRACT
The objective of this study was to know the impact of the efforts on increasing of the
corn yield in Indonesia. The data used in this study are the FAO’s data. They were analyzed
by using the econometric model. It is the multiple regression model which its dependent
variable is the corn yield and its independent variables are six dummy variables for
differentiating seven periods of the intensification programs. The data are time series, i.e.
from 1961 to 2017. The result revealed that the intensification programs had been
statistically significant in increasing the corn productivity. At the beginning of the green
revolution (1961-1967), the average of its productivity was 0.97 ton/ha and in the period
2015-2017 (Upsus), the average of its productivity was 5.23 ton/ha. In this period, the
average increase in productivity was 0.32 ton/ha/year which was the highest compared with
the periods of the other intensification program.
Keywords: Corn Yield, Intensification, Increase
2011
2016
contoh, para penyuluh pertanian dipindah- peningkatan produksi padi, jagung dan
tugaskan pada instansi non-pertanian, kedelai.
sedangkan para pegawai yang tidak berlatar Rata-rata produktivitas jagung pada
belakang pertanian diberi tugas sebagai periode 2015-2017 adalah sebesar 5.23
penyuluh pertanian. ton/ha dengan rata-rata peningkatannya
Periode terakhir yang dianalisis yaitu sebesar 0.32 ton/ha/tahun (Tabel 2). Laju
periode 2015-2017 saat tiga tahun awal peningkatan ini merupakan peningkatan
pelaksanaan program Upaya Khusus terbesar dibandingkan laju peningkatan
(Upsus) peningkatan produksi padi, jagung berbagai periode program intensifikasi
dan kedelai. Kegiatan-kegiatan yang periode-periode sebelumnya.
dilakukan pada program ini untuk
peningkatan produksi jagung adalah sebagai KESIMPULAN
berikut (Permentan No. 03/2015):
1. Pengembangan jaringan irigasi Program-program peningkatan produktivitas
2. Optimalisasi lahan jagung secara statistik signifikan dalam
3. Pengembangan sistem bercocok tanam meningkatkan produktivitas jagung.
4. Gerakan Penerapan Pengelolaan Pada awal revolusi hijau (1961-
Tanaman Terpadu (GP-PTT) 1967), rata-rata produktivitas jagung sebesar
5. Penyediaan bantuan benih 0,97 ton/ha dan pada periode 2015-2017
6. Penyediaan bantuan pupuk (Upsus), rata-rata produktivitasnya sebesar
7. Penyediaan bantuan alat dan mesin 5,23 ton/ha.
pertanian (Alsintan) Rata-rata peningkatan produktivitas
8. Pengendalian OPT dan dampak pada program Upsus sebesar 0.32
perubahan iklim ton/ha/tahun. Peningkatan produktivitas ini
9. Asuransi Pertanian merupakan peningkatan terbesar
10. Pengawalan dan pendampingan dibandingkan peningkatan produktivitas
Permentan No. 14/2015 merupakan berbagai periode program intensifikasi
pedoman pengawalan dan pendampingan jagung sebelumnya.
terpadu penyuluh, mahasiswa, dan Bintara
Pembina Desa dalam rangka Upsus DAFTAR PUSTAKA
peningkatan produksi padi, jagung dan
kedelai. Berdasarkan pedoman ini, Badan Litbang Pertanian. 2018. Revitalisasi
organisasi pengawalan dan pendampingan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.
tersebut terdiri dari empat tim, yakni Tim e-file RPKK.
Pembina Tingkat Pusat, Tim Pembina http://www.litbang.pertanian.go.id/spe
Tingkat Provinsi, Tim Pelaksana Tingkat cial/rppk/efile
Kabupaten/Kota, Tim Pelaksana Tingkat Badan Pengendalian Bimas. 1997. Sejarah
Kecamatan. Pelibatan TNI AD dari Kasad di Bimas (perkembangan intensifikasi
tingkat pusat sampai Babinsa di tingkat Pertanian dan peranannya dalam
kecamatan serta pelibatan perguruan tinggi, pembangunan pertanian). Sekretariat
baik dosen maupun mahasiswanya dalam Badan Pengendalian Bimas. Jakarta.
kegiatan pengawalan dan pendampingan FAO. 2018. http://faostat3.fao.org/home/E.
dapat mempercepat pencapaian tujuan yang Hudoyo, A., Nurmayasari, I., Haryono, D.
dicanangkan program Upsus, yakni 2016. Analysis for self-sufficiency of
rice in Indonesia: Forecast of its