Anda di halaman 1dari 9

KUMPULAN KISAH

OLEH DIAN HANDRIANI

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Tulisan ini hanya sebagai pengingat bagi diri sendiri. Betapa indah islam itu
ketika kita mengenalinya, ketika kita menjadi bagian di dalamnya, dan
ketika kita benar-benar beriman kepada-Nya.

COPYRIGHT @2018
FARUK DAN SUHAILA
# JATUHCINTABERULANGULANG

..... Wattaqullahalladzi tasaa aluna bihi wal arham .. (Q.S[4] : 1.)

“ .... Bertakwalah kepada Allah yang dengan namanya kamu saling meminta,
dan (peliharalah hubungan) kekeluargaan ..”

Kisah ini terjadi pada masa khalifah kelima Umar bin Abdul Aziz. Ada sepasang
suami istri bernama Faruk dan Suhaila. Faruk adalah seorang muslim yang
taat, dan ketika ada perintah jihad Faruk langsung pergi meninggalkan
istrinya. Faruk berkata pada istrinya .

“Wahai istriku aku akan pergi tiga bulan untuk berjihad di jalan Allah
ta’ala. Dan aku tinggalkan padamu harta 3000 dirham (sekitar 40 M).
Dan jaga harta ini karena aku akan kembali dalam 3 bulan”.

Tiga bulan berlalu, faruk belum pulang. Satu tahun berlalu Faruk pun tidak
pulang ke rumahnya. Bertahun-tahun berlalu Suhaila pun menunggu agar
Faruk pulang ke rumahnya. Suhaila dan Faruk tinggal di Madinah, dan Faruk
ternyata pergi berjihad ke Negeri China.

Akhirnya datang sebuah berita kepada Suhaila.

“Ketahuilah Suhaila, Faruk telah gugur meninggal dunia di jalan Allah


swt”

Ketika sepeninggal Faruk, ternyata Suhaila ditinggal dalam keadaan sedang


hamil. Ia pun mengasuh dan membesarkan anaknya sendirian. Dan uang yang
ditinggalkan oleh Faruk, baru Suhaila buka ketika anaknya sudah lahir.

2
Dibesarkan anaknya dengan harta yang ditinggalkan oleh Faruk. Dan apakah
Suhaila menikah lagi? Tentu tidak, Suhaila menjaga dan terus membesarkan
anaknya.

Bertahun-tahun berlalu, nun jauh di negeri China ternyata Faruk masih hidup.
Ternyata Faruk menjaga perbatasan di China dengan menjaga perdamaian
antara kaum muslim dan non muslim.

Faruk akhirnya meminta izin pada komandannya dengan memendam rindu


yang teramat sangat kepada istrinya Suhaila, menjaga kesetiaannya pada
Suhaila.

“Wahai komandan, izinkan aku pulang ke Madinah, izinkan aku pulang


untuk bertemu istriku wahai komandan.”

Diberikanlah izin oleh komandannya. Dipacunya kuda oleh Faruk. Semakin


dekat dengan kota Madinah, semakin berdegup kencang hati Faruk.

“Aku akan bertemu dengan istriku”

Tibalah Faruk di kota Madinah. Sunnah daripada Rasulullah dikerjakan oleh


Faruk. Ia tidak langsung menemui istrinya, akan tetapi mengerjakan sunnah
terlebih dahulu. Sunnah ketika berpergian adalah ketika pulang ia akan
singgah di mesjid terlebih dahulu.

Mampirlah Faruk di Mesjid Nabawi, dia melihat segerombolan orang sudah


berubah disana. Mesjid sudah berubah, semua orang belajar agama disana.
Ada seorang ulama yang sangat ditakuti disana dan dia tidak tahu ulama itu
siapa.

3
Pulanglah Faruk ke rumahnya. Ternyata ketika ingin masuk, ada seorang
ulama yang menahannya.

“Mau apa kamu disini?”


“Ini rumahku” kata Faruk

Terdengar suara renta dari rumah

“Betul dia adalah Faruk. Dia adalah suamiku”

Bertemulah dua orang ini setelah 30 tahun dipisahkan oleh jarak dan waktu.
Lalu Faruk berkata

“Saya ingin menanyakan sesuatu padamu. Apakah engkau sudah


menikah wahai istriku? Ada seorang lelaki yang menahanku di luar.
Apakah engkau sudah tidak setia lagi kepadaku?”
“Tidakkah engkau tahu siapa yang menghalangimu di luar tadi?
Tidakkah engkau bertemu dia di masjid? Dia adalah Abdurrahman ibnu
Faruk. Dia adalah anakmu.” (Syekh Abdurrahman ibnu Faruk, ulama
yang paling disegani pada waktu itu)

- - - - - - - - kejadian ini disaksikan langsung oleh imam besar yaitu imam malik
yang kita kenal mazhabnya - - - - - - - -

4
SULAIMAN BIN YASAR
# PENGLIHATANYANGMEMATIKAN(‘AIN)

Sulaiman bin Yasar, Beliau adalah salah seorang ulama’ yang alim, arif, dan
cinta beribadah. Beliau dianugerahi dengan wajah yang tampan dan
menawan, bahkan tak jarang ketampanan beliau membuat banyak wanita
terpikat melihatnya.

Pemuda tampan dan gagah dari Madinah ini hendak menunaikan ibadah haji
bersama seorang teman. Ketika keduanya sampai di batas Madinah,
temannya pergi ke pasar untuk membeli beberapa keperluan. Jadilah
Sulaiman sendirian di dalam kemah. Mengetahui Sulaiman tengah sendirian,
seorang gadis bercadar menghampirinya.

Di depan Sulaiman, gadis itu melepas cadarnya dan terlihatlah wajahnya yang
cantik jelita.“Beri aku kenikmatan…” kata gadis cantik itu. Sulaiman
mengambilkan sisa bekalnya dan memberikannya kepada gadis itu. Ia
mengira sang gadis meminta makanan.“Aku tidak menginginkan ini. Yang aku
inginkan adalah kenikmatan yang biasa dilakukan para suami kepada
istrinya,” kata gadis itu mempertegas rayuannya. Sulaiman terkejut
mengetahui maksud gadis itu. Ia segera meletakkan kepalanya di kedua
lututnya sambil menangis tersedu-sedu. Sulaiman terus menangis.

Melihat sikap Sulaiman, gadis itu akhirnya kembali mengenakan cadarnya. Ia


kemudian meninggalkan Sulaiman yang masih menangis sesenggukan.“Hei,
mengapa engkau menangis wahai Sulaiman?” kata temannya yang tiba di
kemah, tak lama setelah gadis itu pergi.

5
Sulaiman pun berhenti menangis dan menceritakan apa yang baru saja
terjadi. Kini, ganti teman Sulaiman yang menangis.“Mengapa engkau
menangis?” tanya Sulaiman.“Aku lebih berhak menangis daripada dirimu.
Sebab aku takut jika aku menjadi dirimu lalu aku tidak bisa kuat bersabar
seperti dirimu.”

Ketika sampai di Mekkah, Sulaiman melakukan thawaf, sa’i, kemudian menuju


Hijir Ismail. Di sana ia tertidur. Dalam tidurnya Sulaiman didatangi seorang
laki-laki yang sangat tampan dan berbau sangat harum.

“Semoga Allah memberikan rahmat kepadamu. Siapakah engkau?” tanya


Sulaiman.

“Aku adalah Yusuf.”“Yusuf, Nabi Allah?” tanya Sulaiman hampir tak percaya,
bercampur bahagia.“Benar.”

“Aku mengalami peristiwa seperti yang engkau alami bersama putri yang
cantik jelita,” kata Sulaiman.“Peristiwa yang terjadi antara dirimu dengan
temanmu sungguh sangat mengagumkan,” puji Nabi Yusuf.

6
SHAFWAN BIN MU’ATHAL AS-SULAMI ADZ-
DZAKWANI
# USTHANANATTAKI

Ummul Mukminin, Siti Aisyah ra pernah difitnah berselingkuh dengan salah


seorang sahabat . Fitnah itu sempat mengubah sikap Rasulullah SAW kepada
Aisyah hingga turunlah surat An-Nur ayat 11-26 yang menyatakan Aisyah
terbebas dari selingkuh.

Kisahnya,,

Fitnah itu terjadi saat berakhirnya perang antara kaum muslimin dengan Bani
Musthaliq.

Dalam perjalanan pulang saat kembali dari peperangan, kaum muslimin


berhenti di suatu tempat di dekat kota Madinah. Saat itulah Aisyah menyadari
bahwa kalungnya telah hilang. Maka Siti Aisyah yang biasanya di tandu segera
kembali ke tendanya untuk mencari kalung yang hilang tersebut. Sementara,
orang-orang yang membawa tandu Siti Aisyah tidak menyadari bahwa beliau
tidak ada di dalamnya.

Setelah sekian lama ia mencari kalung tersebut,namun kalung itu tak


ditemukannya. Karena itulah Siti Aisyah kembali emnuju tandunya. Namun,
ketika sampai ia telah ditinggalkan rombongannya. Maka, Siti Aisyah hanya
bisa pasrah. Ia berharap ada rombongan kaum muslimin yang kembali.
Terlalu lama menungu, akhirnya Siti Aisyah terserang kantuk hingga akhirnya
tertidur.

7
Tanpa diduga, di saat itu muncullah salah seorang anggota rombongan yang
bernama Shafwan bin Mu'athal as-Sulami adz-Dzakwani ra lewat. Shafwan ini
bertugas sebagai anggota pasukan paling belakang. Melihat ada orang yang
tertinggal, Shafwan segera menjenguknya. Namun, setelah mengetahui yang
tertinggal itu adalah Ummul Mukminin, Siti Aisyah ra, Shafwan pun berkata,
"Innalillahi Wa inna Ilaihi Roji'un," kata Shafwan dengan terkejut.

Shafwan pun segera memberikan tunggangan untanya kepada Siti Aisyah ra.
Sedangkan Shafwan sendiri berjalan kaki sambil menuntun unta yang
ditunggangi oleh Siti Aisyah ra. Dan yang perlu diketahui disini adalah,
Shafwan sangat menjaga sekali pandangan dan hatinya. Bahkan ketika Siti
Aisyah hendak menaiki untanya, Shafwan membalikkan badannya dengan
sengaja agar tidak melihat setiap gerakan Siti Aisyah dalam menaiki unta.

Mereka berdua kahirnya berhasil menyusul rombongan kaum muslimin yang


sedang beristirahat. Orang-orang yang menyaksikan kedatangan Ummul
Mukminin bersama Shafwan, muncullah desas-desus terhadap hubungan
keduanya.

Orang munafik seperti Abdullah bin Ubay bin Salul memfitnah bahwa Siti
Aisyah telah berselingkuh dengan Shafwan. Fitnahitu dengan cepat beredar
hingga di Madinah sehingga menimbulkan kegoncangan di kalangan kaum
Muslimin.

Karena tuduhan berselingkuh tersebut, sampai-sampai Rasululah SAW


menunjukkan perubahan sikap atas diri Aisyah.Diceritakan Aisyah, karena
peristiwa itu dirinya akhirnya jatuh sakit.

"Saat itu yang membuatku bingung ketika aku sakit,aku tidak melihat
kelembutan dari Nabi SAW seperti biasa yang aku lihat ketika aku sakit. Beliau
hanya mengucapkan salam, lalu bertanya,"Bagaimana keadaanmu,"

8
kemudian pergi," kata Siti Aisyah yang terdapat pada kitab An-Nihayah fi
Gharib al-Hadits.

Kondisi fitnah itu tentu menyebar hingga mencapai satu bulan lamanya.
Dan selama itu pula, tak ada wahyu yang diterima Nabi Muhammad
SAW.Sampai kemudian, Allah SWT mengabarkan berita gembira kepada Nabi
SAW yang menyatakan bahwa Aisyah ra terbebas dari segala tuduhan
perselingkuhan dan fitnah itu.

Penegasan Allah SWT itu terangkum dalam Al Qur'an, Surat An-Nur ayat 11-26.
Dengan turunnya ayat tersebut, terbebaslah Siti Aisyah ra dari tuduhan keji
itu, hingga berbahagialah Rasululah SAW beserta sahabat-sahabat setianya.

Anda mungkin juga menyukai