Draft Buku Instalasi Listrik Industri Tahap 1 PDF
Draft Buku Instalasi Listrik Industri Tahap 1 PDF
A. View
1
Tabel 1. Kapasitas Daya yang Terpasang dari Pembangkit Tenaga Listrik PLN (MW)
PLTM
PLTMG/ PLTM/ PLTB/ PLT
PLTU/ PLTGU/ PLTA/ H/ PLTP/ PLTGB/ PLTSa/
TAHUN/ PLTG/ Gas P LTD/ Mini Wind S/ Jumlah/
Steam Combined Hydro Micro Geothermal Coal Gasi Waste
YEAR Gas PP Engine Diesel PP Hydro Power Solar Total
PP Cycle PP PP Hydro PP cation PP PP
PP PP PP PP
PP
2011 16.318,00 4.236,02 8.480,97 169,54 5.471,93 3.880,83 57,66 5,93 1.209,00 0,93 1,16 41 26 39.898,97
2012 19.714,00 4.343,82 9.461,11 198,74 5.973,58 4.078,24 61,46 6,71 1.343,80 0,93 4,09 41 26 45.253,47
2013 23.812,53 4.389,09 9.852,21 448,12 5.935,00 5.058,87 77,05 29,69 1.345,40 0,63 9,02 6 26 50.898,51
2014 25.104,23 4.310,50 10.146,11 610,74 6.206,99 5.059,06 139,87 30,46 1.405,40 1,12 9,02 6 36 53.065,50
2015 27.229,73 4.310,50 10.146,11 818,74 6.274,79 5.079,06 151,17 30,46 1.435,40 1,12 9,02 6 36 55.528,10
2016 29.880,23 4.420,50 10.146,11 1.852,74 6.274,79 5.124,06 192,57 65,76 1.640,40 1,12 16,02 6 36 59.656,30
2
B. Bahaya Kelistrikan
Bahaya listrik dibedakan menjadi dua, yaitu bahaya primer dan bahaya
sekunder. Bahaya sekunder merupakan bahaya yang disebabkan listrik secara tidak
langsung, namun potensi bahayanya sama dengan bahaya primer. Contoh dari bahaya
sekuder seperti jatuh dari ketinggian, terbakar di area kerja baik langsung maupun tidak
langsung, dan lain sebagainya. Sedangkan bahaya yang disebabkan oleh listrik secara
langsung disebut dengan bahaya primer, contohnya sentuhan langsung dengan sumber
tegangan dan kebaran serta ledakan pada rangkaian tertutup. Sentuhan langsung dengan
sumber tegangan sering disebut dengan istilah tersengat listrik. Bahaya dari sengatan
listrik ditentukan dari besar kecilnya arus yang mengalir pada tubuh manusia, semakin
besar arus yang mengalir maka semakin terasa sengatan listriknya.
Sengatan listrik yang terjadi pada tubuh manusia ada dua cara, yaitu sentuhan
langsung dan tidak langsung. Dampak bagian tubuh akibat bersentuhan langsung pada
titik tegangan disebut bahaya sentuh langsung sedangkan bahaya sentuh tidak langsung
dapat berupa sengatan listrik akibat tegangan liar yang terhubung ke bodi atau bagian
luar peralatan. Besar kecilnya sengatan listrik pada tubuh manusia ditentukan oleh tiga
faktor, yakni besar arus, lintasan aliran, dan lama pada tubuh.
𝑉 220𝑉 220𝑉
𝐼= = = = 1,1 𝐴
𝑅𝑘 100 𝛺 + 100𝛺 200𝛺
b. Kondisi terbaik
𝑉 220𝑉
𝐼= = = 0,22 𝑚𝐴
𝑅𝑘 1000 𝑘𝛺
4
Gambar 4. Hukum Ohm
(Sumber : John C. Pfeiffer, 2008)
Aliran listrik yang mengalir menuju ke tanah melalui tubuh manusia tidak hanya
memberikan beda potensial namun juga bahaya. Russel E. Smith memaparkan bahaya
listrik yang mengacu laju arus pada tubuh manusia dalam Tabel 1. Berikut adalah
dampak sengatan listrik yang dialami oleh manusia atau korban menurut prih
sumardjati.
a. Ventricular Fibrillation atau melemahnya denyut jantung sehingga menyebabkan
tidak mampu mensirkulasi darah dengan baik.
c. Kerusakan sel tubuh akibat energi listrik yang mengalir di dalam tubuh dan bahkan
terbakar pada bagian tertentu akibat dari efek panas listrik.
5
mencapai 40%. Secara umun, kecelakaan yang terjadi merupakan dampat penggunaan
peralatan listrik yang tidak berstandar SNI. Penyebab terjadinya kebakaran diakibatkan
karena beban berlebih dan bahan yang digunakan tidak sesuai ukuran. Kepala Seksi
Operasional Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta,
Mulyanto, mengatakan bahwa sejak Januari sampai Agustus 2017 terjadi 588 kasus
kebakaran yang diakibatkan oleh arus hubung singkat.
6
Gambar 6. Gedung Musium Bahasri
Sumber: Kompas.Com
C. Gangguan Kelistrikan
Gangguan sistem tenaga listrik disebabkan oleh dua faktor, yaitu berasal dari
faktor internal dan external. Penyebab gangguan yang berasal dari dalam sistem
(internal) antara lain; Tegangan dan arus abnormal, pemasangan yang kurang baik,
kesalahan mekanis karena proses penuaan, beban lebih, dan kerusakan material.
Sedangkan gangguan yang berasal dari luar sistem (eksternal), seperti; gangguan-
gangguan mekanis, pengaruh cuaca, dan pengaruh lingkungan. Namun, apabila ditinjau
dari segi lamanya waktu gangguan maka dapat dikelompokan menjadi dua, yakni
gangguan yang bersifat teporer dan permanen. Terdapat tiga jenis gangguan yang sering
ditemui dalam sistem tenaga listrik, yakni; (i) gangguan hubung singkat, (ii) gangguan
upper and under voltage, dan (iii) gangguan instabilitas,
Gangguan sistem tenaga listrik seperti terjadinya fluktuasi tegangan sering
terjadi dan tidak dapat terdeteksi secara kasat mata. Gangguan listrik dalam bentuk
tegangan transien sering terjadi tetapi tidak dapat dirasakkan secara langsung sehingga
dampak kerusakan peralatan listrik akan terasa setelah gangguan ini terjadi beberapa
kali. Tegangan transien biasanya sering terjadi pada instalasi yang menggunakan
peralatan listrik besar seperti rumah sakit, industri, dan tempat penjualan yang
didominasi oleh elevator.
7
Gambar 6. Gangguan pada Jalur Listrik
Sumber: PLN
D. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Penerapan dari Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3)
berfingsi untuk menjamin kehandalan instalasi listrik agar tidak
membahayakan tenaga kerja, penghuni, dan peralatan di suatu
bangunan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Langkah-
langkah konkrit untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja akibat
listrik adalah sebagai berikut:
8
6. Selalu menggunakan APD dan melakukan prosedur yang benar
setiap menyangkut pekerjaan kelistrikan.
9
Material dan Perlengkapan Instalasi Listrik Industri
Setiap perusahaan selalu memanfaatkan enerji listrik dalam proses produksi untuk
memenuhi kebutuhan pelanggannya. Oleh sebab itu, pihak industri sangat menjaga kualitas
pemanfaatan eneji listrik dengan cara memasang peralatan pendukung seperti Automatic
Main Failure dan Power Factor Regulator. Pemasangan kedua peralatan pendukung tersebut
merupakan upaya untuk mengoptimalkan distribusi dan kualitas listrik dari sumber ke setiap
Distribusi listrik dari sumber menuju beban pemakaian tidak lepas dari perlengkapan
pendukung seperti Magnetic Contactor, Time Delay Relay dan perlengkapan matering.
dikonsumsi oleh perusahaan. Perlengkapan matering yang umum digunakan yakni; kWh
meter, volt meter, ampere meter, frequesnsi meter, dan cos phi meter. Perlengkapan-
perlengkapan tersebut merupakan upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan enerji listrik
yang dikonsumsi, namun agar hasil produksi lebih maksimal dan memudahkan unit kerja
maka pihak industri memanfaatkan Programable Logic Control sebagai pengendali peralatan
produksi.
A. kWh Meter
kWh meter merupakan alat yang digunakan untuk menghitung besar pemakaian
enerji yang dikonsumsi oleh beban. Daya yang dikonsumsi oleh konsumen akan tercatat
oleh kWh meter persatuan jam. Terdapat dua jenis kWh meter, yakni kWh meter satu
fasa dan tiga fasa. Pemanfaatan kWh meter satu fasa lebih banyak di kalangan
masyarakat karena penggunaan daya satu fasa, sedangkan pemanfaatan kWh meter tiga
fasa lebih cenderung di industri karena daya yang digunakan adalh tiga fasa.
10
Gambar 1. kWh Meter 3 Fasa
Bagian utama dari sebuah kWh meter adalah kumparan tegangan, kumparan arus,
piringan alumunium, dan magnet tetap. Magnet tetap di kWh difungsikan untuk
menetralkan piringan alumunium dari induksi medan magnet dan gear mekanik yang
Pada piringan kWh meter terdapat suatu garis penanda yang biasanya berwarna
merah dan hitam. Garis tersebut berfungsi sebagai indikator putaran piringan, jika
pemakaian enerji listrik semakin besar maka piringan kWh semakin cepat. Enerji listrik 1
kWh setara dengan 900 putaran piringan, namun ada juga yang hanya 450 putaran,
11
Berdasarkan Gambar 1, arus beban yang mengalir dalam kWh meter menghasilkan
eddy. Oleh sebab itu piringan alumunium pada kWh mendapat gaya dan resultan dari
torsi sehingga dapat berputar. Pada saat arus beban mengalir di kumparan arus kWh akan
timbul fluks magnit Φ1 sedangkan pada kumparan tegangan timbul fluks magnit Φ2,
sehingga terjadi perbedaan fasa antara arus dan tegangan sebesar 90 0. Φp dan IF
sebanding dengan tegangan E dan arus beban maka torsi motor sebanding dengandaya
aktif.
B. Volt Meter
Volt meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur beda potensial listrik
yang dipasang secara paralel dengan sumber tegangan atau peralataan listrik yang diukur.
Pemasangan volt meter dengan cara menghubungkan ujung sumber tegangan yang
memiliki potensial lebih tinggi (kutub positif) ke terminal positif voltmeter, dan ujung
sumber tegangan yang memiliki potensial lebih rendah (kutub negatif) ke terminal
negatif voltmeter.
(Sumber: http://www.aamna-shariff.com)
12
Volt meter biasanya dipasang di panel dan tidak hanya mengukur tegangan satu fasa
namun juga tegangan tiga fasa. Agar supaya meminimalisir tempat dan biaya maka
biasanya pihak terkait memanfaatkan Switch Voltmeter yang berfungsi untuk memilih
titik tegangan tertentu. Sehingga hanya dengan menggunakan sebuah voltmeter dan
Switch Voltmeter dapat mengukur besarnya tegangan, baik tegangan phasa ke phasa atau
(Sumber: http://apekselectric.en.made-in-china.com)
C. Ampere Meter
mengukur aliran arus listrik pada suatu rangkaian. Ampere meter dapat berfungsi jika
dilalui arus listrik maka pemasangannya harus secara seri dengan beban. Amperemeter
13
harus mempunyai resistansi dalam (tahanan meter atau Rm) yang sangat kecil. Jika
resistansi dalam dari amperemeter besar, maka ampere meter akan menambah jumlah
resistansi di dalam rangkaian menjadi lebih besar dan menyebabkan turunnya arus listrik
dalam rangkaian. Sehingga ampere meter tidak dapat mengukur besarnya kuat arus yang
sebenarnya, tetapi harga arus yang terukur jauh lebih rendah dari yang diharapkan.
Semakin kecil resistansi dalam atau Rm dari alat ukur, maka semakin baik akurasi
(Sumber: http://www.shyuanfong.com)
Ampere meter yang umum digunakan di panel-panel adalah ampere meter jenis besi
putar. Ampere meter jenis ini tidak memerlukan arus yang harus dialirkan ke bagian-
bagian yang berputar. Pemasangan pada panel umumnya menggunakan trafo arus. Hal
ini dilakukan karena ampere meter yang umum di pasaran skala maksimumnya kecil,
alat ukur arus dengan arus kecil yaitu sebanding dengan arus utama. Transformator arus
juga digunakan sehubungan dengan arus lebih yang besar dan peralatan beban lebih.
14
Tegangan yang tinggi dapat mengakibatkan kejut listrik yang fatal, dapat bertambah pada
kumparan sekunder jika terbuka. Oleh karena itu, ujung sekunder harus dihubungkan
transformator atau trafo arus, Kn adalah rasio arus kerja primer dan sekunder. Persamaan
I1
Kn =
I2
Keterangan:
Untuk trafo arus, Kn dinyatakan dalam satu pecahan. Misalnya 50/5, yang artinya
trafo arus tersebut dapat menyadap arus ke beban (primer) sebesar 50 A dan diubah
(Sumber: http://pdbintangtimur.itrademarket.com)
15
Trafo arus yang umum digunakan dalam panel adalah trafo arus yang lilitan
primernya penghantar tunggal. Pemilihan trafo arus ini karena bentuknya kecil sehingga
tidak membutuhkan banyak tempat dalam panel. Selain itu pemasangannya sangat
Selain menggunakan trafo arus, beberapa perusahaan atau institut dalam melakukan
pembelajaran menambahkan komponen Switch ampere meter dalam pengawatan alat alat
ukur. Switch Amper meter berfungsi untuk memilih arus yang akan di ukur pada
ampermeter dapat mengukur besarnya arus yang terukur pada phasa R, S, maupun T.
(Sumber: http://www.lestariintiutama.co.id/images)
16
D. Frequensi Meter
Frekuensi meter berfungsi berdasarkan asas resonansi listrik atau resonansi mekanik.
Asas resonansi listrik digunakan pada frekuensi meter yang jarum penunjuknya langsung
menunjukkan angka dari frekuensi yang terukur dengan satuan Hertz. Asas resonansi
(Sumber: http://chinahonly.en.made-in-china.com)
Cara kerja dari frekuensi meter lidah atau buluh bergetar ialah apabila elektromagnet
buluh sekali tiap ½ siklus. Semua buluh cenderung bergetar, tetapi hanya buluh yang
mempunyai frekuensi dasar sama dengan frekuensi sumber yang bergetar dengan
Frekuensi sumber terbaca langsung dengan melihat tanda skala di depan tanda putih
yang bergetar lebih banyak (f= 50). Vibrasi buluh yang lain sangat kecil untuk frekuensi
yang letaknya diantara frekuensi dasar dua buluh. Keduanya akan bergetar sama tetapi
jauh lebih rendah dibandingkan dengan ketika frekuensi sumber benar-benar sama
17
E. Cos Phi Meter
Cos φ meter merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui besarnya faktor daya
(power factor) yang merupakan beda fase antara tegangan dan arus. Pengertian sehari-
hari faktor daya disebut pengukur Cosinus phi (φ). Alat ukur Cos φ meter banyak
dimanfaatkan di panel pengukuran mesin pembangkit, panel gardu hubung gardu induk,
alat pengujian, dan sebagainya. Pemasangan alat ukur Cos φ meter sama dengan
(Sumber : http://www.scribd.com/doc/32931995/Cos-Phi-Meter)
(Sumber : http://www.kahael.com/)
Relai penunda waktu atau yang sering disebut Time Delay Relay (TDR) difungsikan
untuk memperoleh periode waktu yang dapat diatur sesuai kebutuhan. Pemanfaatan TDR
18
biasanya pada instalasi motor terutama yang membutuhkan pengaturan otomatis. Contoh
(d) (e)
Gambar 15. (a) Terminal TDR, (b) Hubungan Terminal, (c) Ilustrasi Terminal,
19
TDR dapat beroperasi apabila arus listrik mengalir pada terminal 2 dan 7 yang
merupakan kumparan atau koil. Apabila pengaturan waktu pada TDR sudah diatur dan
G. Magnetic Contactor
Keduanya mempunyai keistimewaan penting yang umum yaitu, kontak bekerja apabila
mendefinisikan kontak magnetis sebagai alat yang digerakkan secara magnetis untuk
menyambung atau membuka berulang-ulang rangkaian daya listrik (Frank D.P, 2001:
405).
Prinsip dari kontaktor magnetis pada gambar 2.15 menunjukkan empat jenis
pengoperasian elektromagnetis yaitu: jenis lonceng, bel engkol, aksi horisontal, dan aksi-
20
vertikal. Rangkaian magnetis terdiri dari baja ringan dengan permeabilitas tinggi dan
magnet sisa rendah. Tarikan magnet yang dibangkitkan oleh kumparan harus cukup kuat
dan cepat untuk menutup jangkar terhadap gaya gravitasi dan kontak.
a. Jika kumparan magnet dialiri arus AC maupun DC, maka akan timbul medan
magnet disekitar penghantar yang berarus. Hal ini dapat menyebabkan tertariknya
bilah-bilah kontaktor yang bergerak. Pada kondisi ini magnet kontaktor dalam
kondisi bekerja.
21
b. Jika arus sudah tidak mengalir ke kumparan pemagnet maka armatur dan bilah-
bilah kontak gerak akan melepaskan diri karena terdorong oleh pegas-pegas
penunjang. Pada kondisi ini magnet kontaktor dalam kondisi tidak bekerja.
Kontak-kontak magnet kontaktor terdiri atas kontak utama dan kontak pembantu.
Kontak utama merupakan kontak normally open yang bertindak sebagai saklar yaitu
membuka dan menutup rangkaian sumber terhadap beban. Kontaktor magnetis umumnya
mempunyai tiga buah kontak utama. Kontak pembantu bisa berupa kontak normally open
maupun normally close. Kontak ini mempunyai arus kerja yang lebih rendah dari pada
kontak utama dan digunakan seperti relai untuk pengunci atau interlock pada dua buah
sistem kontaktor.
Emergency power supply merupakan sistem yang terdiri atas: a) Modul AMF yang
berfungsi sebagai pengendali unit terpadu; b) ATS yang berfungsi memindahkan suplai
daya PLN atau genset dengan sistem interlock; c) Rangkaian kontrol mode off, manual
dan otomatis; d) Genset; serta e) Rangkaian tambahan dan pendukung seperti battery
Automatic Main Failure (AMF) merupakan sistem emergensi tenaga listrik yang
menjamin kelangsungan operasi bangunan saat kehilangan daya sumber dari PLN agar
tidak timbul kerugian bisnis maupun kenyamanan. Pemasangan AMF sudah menjadi
suatu keharusan di industri, bisnis, sistem keamanan, sistem transportasi, rumah sakit,
serta bangunan yang membutuhkan kehandalan sistem tenaga listrik. Apabila sumber
listrik dari PLN mati dan proses produksi tidak beroperasi maka perusahaan merasa
sumber PLN. Peralihan catu daya dari PLN ke genset dapat dilakukan secara otomatis
22
maupun manual sesuai dengan keperluan yang diinginkan. Pilihan manual dilakukan
pada saat perawatan berkala atau pada saat sedang dalam perbaikan. AMF yang multi
fungsi tidak hanya mengendalikan suplai PLN dan genset saja, melainkan berfungsi
(periodic maintenance), dapat diintegrasi dengan unit yang lain, serta dapat diakses
Sistem Emergency power supply tidak akan berfungsi jika hanaya terdiri dari AMF
saja, oleh karena diperlukan sistem lain yang berfungsi sebagai saklar. Automatic
Transfer Switch (ATS) merupakan suatu unit pemindah layanan tenaga listrik ke beban
dari sumber tenaga listrik utama (PLN) ke sumber tenaga listrik cadangan (genset) jika
sumber utama PLN mengalami gangguan. Unit ATS dikendalikan oleh unit AMF yang
akan menghidupkan genset melalui tahapan tertentu jika sumber tenaga listrik utama
mengalami gangguan. Setelah genset hidup dan siap untuk menyuplai beban maka AMF
23
akan memberikan sinyal ke unit ATS untuk memindahkan layanan beban dari sumber
tenaga listrik utama ke sumber listrik cadangan sampai sumber tenaga listrik utama
normal kembali.
Automatic Transfer Switch (ATS) ada 2 bagian yaitu, ATS PLN dan ATS genset.
(Sumber: http://www.cumminspower.com)
Sistem Emergency power supply yang terdiri dari bebrapa unit pada zaman modern
ini dikatan tidak efisien tempat. Oleh sebab itu, munculah peranti pengganti sistem
Emergency power supply dalam bentuk yang lebih simple namun fungsinya setara. Salah
satu modul yang dimaksud adalah Woodward Easygen 350X yang merupakan modul
kendali saklar genset secara otomatis dan dilengkapi operasi transfer switch.
manual, metering, proteksi generator, AMF dan transfer switch. Modul ini dapat
digunakan pada mode satu fasa maupun tiga fasa dengan sambungan bintang maupun
didesain hanya untuk aplikasi satu unit genset yang terisolasi dan mempunyai 6 digit 7
24
segmen LED displai yang mempunyai kemampuan untuk menampilkan hasil
pengukuran, monitoring, dan pesan alarm. Easygen 350X ini juga dilengkapi dengan
adanya operasi CAN bus yang mempunyai kemampuan untuk menampilkan J1939
Easygen 350X mempunyai 40 pin terminal sebagai masukan maupun keluaran, dan
mampu dipasang kabel dengan ukuran maksimal 2,5 mm². Modul ini dilengkapi dengan
configuration plug yang berfungsi untuk konfigurasi parameter maupun readout melalui
software LeoPC1 menggunakan kabel data DPC untuk advance user. Beberapa Fungsi
1. Power Suplai
Terminal untuk power suplai terletak pada terminal no 1 untuk ground, dan
terminal no 2 untuk positif baterai seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini:
25
Tabel 1. Fungsi Terminal Power Suplai
Tegangan yang dibutuhkan oleh modul ini pada saat operasi untuk switching
minimal 10,5 Vdc. Saat tidak switching, tegangan yang dibutuhkan hanya 6,5 – 32.0
Vdc saja. Modul ini dapat menangani tegangan drop 0 V selama 10 ms.
dalam koneksi terminal 3 dan 4 ini akan menyebabkan kerusakan pada modul. Input
D+ ini juga berfungsi sebagai pre-exciting (penguat medan magnet sementara) pada
dinamo pengisian saat mesin sedang starting. Pada saat operasi biasa digunakan
utama (main) maupun genset (cadangan). Metode pengukuran yang umum dilakukan
adalah 3Ph 4W, yang mempunyai maksud pengukuran dilakukan pada koneksi 3 fasa
26
hubung bintang. Tegangan yang terukur adalah masing-masing fasa ke netral (Phase
to Neutral) dan dari fasa ke fasa (line to line) seperti yang terlihat pada gambar 6.
Metode pengukuran yang kedua adalah 3Ph 3W, yaitu metode pengukuran yang
dilakukan pada koneksi 3 phasa hubung segitiga. Tegangan yang terukur adalah
Metode pengukuran yang ketiga adalah 1Ph 3W, yaitu metode pengukuran yang
dilakukan pada koneksi 1 phasa dengan monitoring teganagan VL1N dan VL3N.
27
a. Koneksi Main b. Koneksi generator
VL1N.
28
3. Magnetic Pick-Up Unit (MPU)
Modul Easygen 350X memiliki MPU yang berfungsi sebagai masukan untuk
menampilkan kecepatan putaran mesin genset. Prinsip dari MPU ini dapat dilihat pada
Gambar...:
putaran roda gigi. Keluaran dari sensor ini berbentuk gelombang kotak dengan
frekuensi masukan ke modul maksimum 14 kHz. Jumlah gigi hasil pengaturan dari
pabrik berjumlah 118. Pengaturan ini dapat diubah sesuai dengan keadaan genset
yang akan dikendalikan oleh modul. tegangan masukan tergantung dari frekuensi
29
4. Masukan Diskrit (Discrete Inputs)
dapat diberi sinyal negatif maupun positif dengan catatan semua diskrit harus
30
Tabel 7. Fungsi Terminal Masukan Diskrit Sinyal positif
tegangan positif baterai, kemudian pada diskrit input D1-D5 dihubungkan ke ground.
tegangan positif baterai. Diskrit input D1-D3 logika operasinya sudah ditetapkan
Relai output R1, R2, R5, dan R6 sudah ditetapkan dan tidak dapat diubah
fungsinya. Sedangkan untuk relai output R3 dan R4 dapat diubah fungsinya mengacu
pada manual book modul menggunakan software LeoPC1. Pada kondisi sebelum
31
Tabel 8. Fungsi Terminal Keluaran Relai
Power Factor (PF) Regulator merupakan peralatan yang berfungsi untuk mengatur
kompensasi kapasitor agar daya reaktif yang akan disuplai ke jaringan atau sistem dapat
bekerja sesuai kapasitas yang dibutuhkan. Acuan pembacaan besaran arus dan tegangan
pada sisi utama maka daya reaktif yang dibutuhkan dapat terbaca dan regulator inilah
yang akan mengatur kapan dan berapa daya reaktif yang diperlukan. Peralatan ini
Modul PF Regulator mempunyai input CT dan input tegangan, sehingga bisa terbaca
arus, tegangan, power factor, KVA, KW dan KVAR. Parameter ini tidak selalu
ditampilkan dalam layar akan tetapi selalu terbaca dalam proses internal modul.
Parameter Kvar dipakai sebagai acuan berapa steps dan berapa Kvar yang masuk ke
sistem agar power factor mencapai target. Waktu tunda dan model rotasi dari step by
step dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan. Saat beban awal mempunyai power
factor yang rendah maka yang terhitung dalam modul regulator berapa kvar yang
diperlukan untuk mencapai nilai target power factor. Kapasitor tidak akan masuk bila
nilai kvar yang dibutuhkan dibawah nilai minimum Kvar yang tersedia.
32
Bertambahnya beban yang mengandung beban induktif antara lain lampu mercury,
motor-motor listrik, Air Conditioner, maka dalam modul akan mendeteksi Kva menjadi
lebih besar sehingga step-step kontaktor yang diaktifkan regulator akan masuk
berkurang maka nilai VAR yang di suplai kapasitor menjadi berlebihan, hal ini akan
dideteksi oleh regulator dan segera mengurangi pasokan kapasitor sehingga power factor
menjadi seimbang kembali. Peralatan tambahan yang biasa digunakan pada panel
1. Selektor auto – off – manual yang berfungsi memilih sistem operasional auto dari
2. Push button on dan Push button off yang berfungsi mengoperasikan magnetic
33
Gambar 31 adalah modul Regulator Circutor Computer 6m yang difungsikan
sebagai modul kontrol pengatur on/off kontaktor yang tersambung dengan kapasitor–
kapasitor yang diperlukan untuk memperbaiki faktor daya suatu unit rangkaian atau
jaringan listrik. Circutor Computer 6m memiliki 6 relay output (relai keluaran) yang
berfungsi untuk mengatur 6 buah magnetik kontaktor on/off secara otomatis sesuai
dengan faktor daya suatu instalasi listrik dalam hal ini yang terhubung dengan beban
linear. Circutor Computer 6m digunakan dalam sistem tiga fasa yang mempunyai 3 digit
pengukuran faktor daya, mengatur target cos φ, mengatur parameter C/K, mengatur
program step, mengatur jumlah relai output, dan mengatur delay waktu untuk
regulator sangat erat hubungannya dengan daya listrik. Daya adalah enerjii yang
dikeluarkan untuk melakukan usaha, dalam sistem tenaga listrik dan merupakan jumlah
enerji yang digunakan untuk melakukan kerja atau usaha. Daya listrik biasanya
dinyatakan dalam satuan Watt atau Horsepower (HP). Daya dalam sistem arus bolak-
balik dikenal ada tiga macam, yaitu daya aktif (P) dengan satuan watt, daya reaktif (Q)
dengan satuan Var dan daya semu (S) dengan satuan VA.
1. Daya Aktif
Daya aktif (active power) adalah daya yang terpakai untuk melakukan energi
sebenarnya. Misalnya enerji panas, cahaya, mekanik dan lain sebagainya. Daya ini
digunakan secara umum oleh konsumen dan dikonversikan dalam bentuk kerja.
P = V. I . Cos φ
2. Daya Reaktif
34
Daya reaktif (reactive power) adalah jumlah daya yang diperlukan untuk
pembentukan medan magnet. Contoh beban yang menimbulkan daya reaktif adalah
Q = V.I.Sin φ
3. Daya Semu
Daya Semu (apparent power) adalah daya yang dihasilkan oleh perkalian antara
tegangan dan arus dalam suatu jaringan atau daya yang merupakan hasil penjumlahan
trigonometri daya aktif dan daya reaktif. Satuan daya semu adalah VA.
S=V.I
Hubungan dari ketiga daya tersebut digambarkan dengan sistem segitiga daya seperti
Sumber: http://www.elektro.undip.ac.id
Kualitas daya listrik sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya nilai faktor daya. Faktor
daya merupakan perbandingan antara daya aktif dengan daya semu, yang mana daya
Bertambahnya daya reaktif berarti menyebabkan turunnya faktor daya listrik maka cara
Pemasangan kapasitor dapat memperbaiki faktor daya, namun tidak sembarangan dalam
pemasangannya.
35
Faktor daya terdiri dari dua sifat yaitu faktor daya “leading” dan faktor daya
“lagging”. Apabila arus mendahului tegangan, maka faktor daya ini dikatakan
“leading”. Faktor daya leading ini terjadi apabila bebannya kapasitif, seperti kapasitor,
Sumber : http://staff.ui.ac.id
Sumber : http://staff.ui.ac.id
Apabila tegangan mendahului arus, maka faktor daya ini dikatakan “lagging”.
Faktor daya lagging ini terjadi apabila bebannya induktif, seperti motor induksi, AC dan
transformator.
Sumber : http://staff.ui.ac.id
36
Gambar 36. Segitiga daya untuk beban induktif
Sumber : http://staff.ui.ac.id
fakor daya agar nilainya mendekati 1. Perbaikan faktor daya untuk memperbesar harga
cos φ (pf) yang rendah dapat dilakukan dengan cara memperkecil sudut φ1 sehingga
menjadi φ2 (φ1 > φ2). Usaha untuk memperkecil sudut φ dapat dilakukan dengan
memperkecil komponen daya reaktif (VAR) atau memasang beban kapasitor secara
paralel dengan beban induktif atau sebaliknya. Perbaikan faktor daya dapat di
Sumber: http://konversi.wordpress.com
37
Kapasitor bank adalah sekumpulan beberapa kapasitor yang disambung secara
paralel untuk mendapatkan kapasitas kapasitif tertentu untuk menaikan sudut φ pada
beban induktif. Besaran yang sering dipakai adalah VAR (volt ampere reaktif), kapasitor
ini mempunyai sifat listrik yang kapasitif (leading), sehingga mempunyai sifat
mengurangi atau menghilangkan terhadap sifat induktif (lagging). Kapasitor yang akan
digunakan untuk memperbesar faktor daya dipasang paralel dengan rangkaian beban.
38
3. Kompensasi Menyeluruh (Pemasangan Kapasitor pada Panel Induk)
Proses kerja kapasitor dimulai saat rangkaian diberi tegangan maka elektron akan
mengalir masuk ke kapasitor. Pada saat kapasitor penuh dengan muatan elektron maka
tegangan akan berubah. Kemudian elektron akan ke luar dari kapasitor dan mengalir ke
dalam rangkaian yang memerlukannya dengan demikian pada saaat itu kapasitor
membangkitkan daya reaktif. Bila tegangan yang berubah itu kembali normal (tetap)
maka kapasitor akan menyimpan kembali elektron. Pada saat kapasitor mengeluarkan
elektron (Ic) berarti sama juga kapasitor menyuplai daya reaktif ke beban.
Proses pengurangan itu bisa terjadi karena kedua beban (induktor dan kapasitor)
arahnya berlawanan akibatnya daya reaktif menjadi kecil. Bila daya reaktif menjadi kecil
sementara daya aktif tetap maka harga pf menjadi besar akibatnya daya nyata (kVA)
39
Gambar 41. Perbedaan Konsumsi Daya Reaktif
kompensasi dan sesudah kompensasi. Konsumsi daya reaktif sebelum kompensasi akan
berkurang setelah kompensasi karena sebagian daya reaktif akan di suplai oleh kapasitor
yang berakibat menaikkan cos φ beban dan menghemat konsumsi enerjii pemakaian.
Faktor daya (Cos φ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara daya aktif
(Watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda sudut fasa
Faktor daya mempunyai nilai range antara 0 – 1 dan dapat juga dinyatakan dalam
= kVAR / kW
Karena komponen daya aktif umumnya konstan (komponen kVA dan kVAR
berubah sesuai dengan faktor daya), maka dapat ditulis seperti berikut :
40
Daya Reaktif (Q) = Daya Aktif (P) x Tan φ
Sehingga rating kapasitor yang diperlukan untuk memperbaiki faktor daya adalah :
Programmable Logic Control atau yang sering disebut dengan PLC merupakan
perangkat yang dirancang untuk menggantikan kerja sistem kendali konvensional yang
Motor (GM) sekitar tahun 1968 untuk mensubstitusi relai yang digunakan untuk
mengendalikan mesin.
Bagian utama PLC terdiri dari; (i) Central Prosesing Unit atau CPU, (ii) Memory
atau memori, (iii) input /output atau masukan/keluaran, (iv) Power Supply atau catu
daya. CPU berfungsi untuk mengendalikan dan mengawasi semua pengoperasian dalam
PLC, melaksanakan program yang disimpan di dalam memori. Selain itu, CPU juga
memproses dan menghitung waktu, memonitor waktu pelaksanaan perangkat lunak, dan
menerjemahkan program perantara yang berisi logika dan waktu yang dibutuhkan untuk
41
Memori merupakan bagian dalam PLC berfungsi untuk menyimpan program dan
memberikan lokasi yang mana hasil perhitungan dapat disimpan di dalamnya. PLC
(Read Only Memory), PROM (Programmable Read Only Memory). RAM mempunyai
akses waktu yang cepat dan program yang di dalamnya dapat diprogram ulang sesuai
mengendalikan sebuah proses atau operasi mesin, maka peran masukan/keluaran PLC
sangatlah penting, karena sebagai perantara antara perangkat kendali dengan CPU. PLC
juga tidak akan beroperasi bila tidak ada suplai daya listrik. Catu daya merupakan peranti
perubah tegangan masukan menjadi tegangan listrik yang dibutuhkan oleh trainer kit
Programmable Logic Control (PLC) jenis SR2A201FU atau zelio merupakan smart
relay (relai cerdas) yang dibuat oleh Schneider Telemecanique dan tersedia dalam dua
model, yaitu campact serta modular. Perbedaannya adalah pada model modular dapat
ditambahkan dengan extension module, sehingga dapat ditambah input (masukan) dan
output (keluaran). Penambahan masukan dan keluaran pada modular ini tetap terbatas,
hanya sampai dengan 40 I/O. Gambar 42 merupakan bentuk fisik dari modul
42
Gambar 42. Bentuk Fisik Modul PLC Jenis SR2A201FU
Keterangan;
No Keterangan
3 6 tombol pemrograman
4 8 Output relay
43
Gambar 43. Tombol Pemrograman PLC
a. Keterangan tombol:
5) Tombol 5 : menu / ok .
44
2. Pengelamatan pada Zelio Logic Smart Relay SR2A201FU
Elemen Alamat
Output Q1 s/d Q8
NO MENU DESKRIPSI
45
5 CLEAR PROGRAM Menu untuk menghapus ladder diagram yang ada pada
smart relay
Zelio
ke Zelio
EEPROM
Tabel 12. Perbedaan Simbol Pada Zelio dengan Ladder Diagram dan Kelistrikan
huruf besar
huruf kecil
46
juga berlaku untuk Auxilary
(C).
(c).
rangkaian.
sudah diset
47
Auxilary difungsikan hampir
pemrogramannya. Hal ini merupakan keuntungan bagi pihak pemakai karena tidak
perlu lagi menggunakan TDR yang boros tempat jika rangkaiannya kompleks.
Penggunaan PLC sebagai pengendali suatu rangkaian sangat menguntungkan dari segi
1. Timer
Timer merupakan salah satu komponen dalam PLC yang digunakan untuk
menunda waktu kerja dari suatu sistem PLC, baik kendali masukan maupun
keluaran. Dalam timer terdapat dua coil, yakni : coil TT (perintah masukan) , dan
coil RC (reset masukan). Simbol perintah masukan dalam zelio adalah TT- dan
reset masukan adalah RT-, sedangkan simbol untuk kontak timer untuk NO
adalah T- dan NC adalah c-. Untuk satuan waktu dalam timer dapat dilihat pada
Gambar 44 dan untuk ilustrasi parameter timer dapat dilihat pada Gambar 45.
Keterangan;
48
Tabel 13. Keterangan Penomoran Pada Ilustrasi Parameter Timer
parameter.
dengan kebutuhan.
dengan kebutuhan.
kebutuhan.
sumber mati.
digunakan.
49
Gambar 44. Satuan Waktu timer
pola kerja tertentu seperti siklus hidup – mati yang bisa dikendalikan. Durasi
timer dapat diatur sesuai dengan jenis timer yang digunakan. Jenis timer terdapat
11, yakni :
a. jenis A
Jenis timer ini sering disebut dengan timer on delay, hal ini dikarenakan
50
Gambar 46. Bentuk Pulsa Timer Jenis A
Keterangan:
T = kontak timer
RT = Reset Timer
dari gambar terlihat bahwa ketika coil timer mendapat sumber tegangan
kontak timer belum bekerja sebelum nilai waktu yang telah ditentukan
terpenuhi.
b. Jenis a
Prinsip kerja jenis timer ini berbeda dengan jenis A, untuk mengaktifkan
timer dan hitungan timer hanya diperlukan satu pulsa pada coil. Bersamaan
dengan naiknya logic pada koil saat itu juga mulai mengitung pewaktu yang
memberi satu pulsa pada timer melalui reset timer. Reset timer juga berfungsi
51
c. Jenis AC:A/C
Timer jenis AC merupakan timer gabungan dari jenis timer A dan jenis
timer C. Karakteristik dari timer ini adalah menunda hidup dan mati, ada dua
d. Jenis B
Timer jenis B merupakan timer yang aktif sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Kontak timer akan mulai aktif bersamaan dengan aktifnya coil timer.
Aktifnya kontak timer hanya membutuhkan satu pulsa sesaat dari coil timer.
Timer bekerja mulai menghitung waktu bersamaan dengan naiknya logic pada
coil timer dan setelah nilai waktu terpenuhi maka kontak timer akan kembali ke
kondisi semula.
e. Jenis C
Timer jenis C akan menunda matinya kontak selama sekian satuan waktu yang
sudah ditentukan setelah coil timer dimatikan. Kotak timer akan bekerja
bersamaan dengan aktifnya coil timer, namun saat coil mati kontak masih tetap
52
bekerja sampai dengan nilai waktu yang ditentukan tercapai. Nilai waktu ini
f. Jenis D
Timer jenis D merupakan timer yang kontak timernya dapat hidup dan mati
secara terus menerus selama coil timer aktif. Seperti jenis timer yang lain, durasi
g. Jenis d
Prinsip kerja timer ini hampir sama dengan Timer jenis D, sama – sama
bekerja hanya membutuhkan satu pulsa dari coil timer, sedangkan untuk
mematikan harus memberi satu pulsa dari coil reset timer. Durasi antar pulsa juga
dapat diatur.
53
Gambar 52. Bentuk Pulsa Timer Jenis d
h. Jenis L
Timer jenis L mempunyai prinsip keja hampir sama dengan timer jenis D,
yang mana sama – sama menghasilkan pulsa pada kontak timer selama coil aktif.
Perbedaan antara jenis L dan D terletak pada pengaturan waktu yang akan
ditentukan, pada jenis L durasi aktif (tA) dan durasi mati (tB) pada kontak timer
i. Jenis l
Fungsi timer jenis l sama seperti jenis L, kedua timer ini sama – sama
menghasilkan pulsa pada kontak timer dengan nilai tA dan tB berbeda, yang
triger pulsa. Untuk mematikan hanya memerlukan satu pulsa pada coil reset
timer.
54
Gambar 54. Bentuk Pulsa Timer Jenis l
j. Jenis T
Kontak timer jenis T akan aktif apabila jumlah akumulasi waktu aktifnya coil
timer sama dengan nilai waktu yang diatur pada timer. Misalnya waktu timer
diatur selama 10 detik, pada kesempatan pertama coil timer diaktifkan selama 2
detik. Nilai 2 detik tersebut akan disimpan dan akan dijumlahkan dengan nilai
waktu pada kesempatan berikutnya. Setelah jumlah akumulasi aktifnya coil timer
mencapai nilai waktu yang diatur pada timer, maka kontak timer akan bekerja.
Tombol reset difungsikan untuk mereset nilai waktu dalam satu siklus pada timer.
k. Jenis W
Fungsi timer jenis W berkebalikan dengan jenis B, kontak timer akan mulai
berkerja bersamaan dengan akhir dari pulsa pada coil timer. Untuk lebih jelasnya,
55
Gambar 56. Bentuk Pulsa Timer Jenis W
2. Counter
mencacah, suatu nilai atau kejadian dalama bentuk angka, dan jika terpenuhi nilai
dari yang diinginkan pada nilai yang dikehendaki, maka akan mengaktifkan
(menghitung dari nilai yang ditentukan sampai 0) dan naik yang berjenis TO
masukan secara naik), coil RC (untuk mengembalikan ke kondisi awal), dan coil
masukan pada zelio adalah CC- dan simbol untuk mengembalikan ke kondisi
awal adalah RC-, serta simbol untuk mengitung turun pulsa masukan adalah CC-
diparalel dengan DC-. Ilustrasi parameter counter dapat dilihat pada Gambar 57.
56
Keterangan;
sumber mati.
57
PENGHANTAR LISTRIK
mm2/m pada suhu 200 C dengan koefisien suhu pada suhu awal 20 0C
adalah 0,04% per derajat celcius.
Bila terjadi kenaikan suhu 100 C akan terjadi kenaikan tahanan jenis
4%. Luas penampang penghantar teambaga harus memenuhi standar
internasional, namun untuk keperluan praktis ukuran tersebut telah dibuat
pada table seprti table 2.1. Tabel ini juga memuat luas penampang hantaran
tembaga telanjang.
58
Tabel 2.1 Luas penampang hantaran nominal
59
a. Kabel Instalasi Berselubung
2) Lebih tahan terhadap pengaruh asam dan uap atau gas tajam
contoh 2.1
60
empat, luas penampang nominal masing-masing 120 mm2, dan
tegangan kerja nominal 0,6/1 kV.
b. Kabel
61
pelindung. Selain tembaga, ada juga kabel yang terbuat dari serat optik, yang
disebut dengan fiber optic cable.
Bila ditinjau dari jumlah penghantar dalam satu kabel, penghantar dapat
diklasifikasikan menjadi:
62
c. Jenis Kabel
a) Penghantar Pejal
b) Penghantar Berlilit
Penghantar yang terdiri dari beberapa kawat dengan ukuran antara 1mm –
500mm yang saling berlilit
c) Penghantar Serabut
Penghantar yang terdiri dari beberapa kawat berukuran antara 0,5mm – 400
mm. biasanya digunakan pada tempat-tempat yang sempit dan sulit, alat
portable, alat ukur listrik dan pada kendaraan bermotor
a) Kabel NYA
63
Kabel NYA berinti tunggal, berlapis bahan isolasi PVC, untuk instalasi luar
atau kabel udara. Kode warna isolasi ada warna merah, kuning, biru dan
hitam sesuai dengan peraturan PUIL.. Lapisan isolasinya hanya 1 lapis
sehingga mudah cacat, tidak tahan air (NYA adalah tipe kabel udara) dan
mudah digigit tikus. Agar aman memakai kabel tipe ini, kabel harus dipasang
dalam pipa/conduit jenis PVC atau saluran tertutup. Sehingga tidak mudah
menjadi sasaran gigitan tikus, dan apabila ada isolasi yang terkelupas tidak
tersentuh langsung oleh orang.
64
b) Kabel NYM
65
Tabel 2.4 Karakteristik Kabel NYM
c) Kabel NYY
66
Tabel 2.5 Karakteristik Kabel NYY
Susunan kabel NYY sama dengan kabel NYM, yang membedakan hanya
tebal isolasi dan selubung luarnya serta jenis PVC yang digunakan
berbeda. Warna selubung luarnya hitam. Untuk kabel tegangan rendah
tegangan nominalnya 0,6/1kV dengan maksud :
d) Kabel NYAF
67
Gambar 2.4 Kabel NYAF
68
e) Kabel NYFGbY
69
𝐼𝑛 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑆𝑒𝑎𝑟𝑎ℎ(𝐴) =
𝑃
.................................................... (i)
𝑉
𝐼𝑛 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐵𝑜𝑙𝑎𝑘 − 𝑏𝑎𝑙𝑖𝑘 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑓𝑎𝑠𝑎 (𝐴) =
𝑃
......................................... (ii)
𝑉 𝑥 𝐶𝑜𝑠 𝛷
𝐼𝑛 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐵𝑜𝑙𝑎𝑘 − 𝑏𝑎𝑙𝑖𝑘 𝑡𝑖𝑔𝑎 𝑓𝑎𝑠𝑎 (𝐴) =
𝑃
.................................. (iii)
√3𝑥 𝑉 𝑥 𝐶𝑜𝑠 𝛷
KHA = 125% X In ..................................................................................(iv)
yang mana;
V = Tegangan (V)
Cos Φ = Faktor Daya
Keterangan :
q = Penampang kabel dalam mm
L = Jarak dalam meter
N = Daya dalam watt
Y = Daya hantar jenis; Y tembaga 56, Y aluminium 32.7 dan Y besi 7
eV = Rugi tegangan dalam volt
E = Tegangan dalam volt
70
PEMUTUS DAYA
A. KONSEP DASAR
Pengaman adalah suatu alat yang digunakan untuk melindungi atau
mengamankan atau mencegah sistem instalasi listrik dari beban arus yang
melebihi kemampuannya. Arus yang mengalir pada suatu penghantar akan
menimbulkan panas, baik pada saluran penghantar maupun pada alat
listriknya sendiri.
Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan
yang terpasang pada sistem tenaga listrik seperti generator, bus bar
transformator, SUTT, kabel bawah tanah dan sebagainya terhadap kondisi
abnormal pada operasi sistem.
Pengaman sistem tenaga listrik adalah system pengaman yang
dilakukan kepada peralatan-peralatan listrik yang terpasang pada suatu sistem
tenaga misanya generator, transformator jaringan dan lain-lain, terhadap
kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri.
Kondisi abnormal itu dapat berupa antara lain : hubung singkat,
tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron dan lainlain.
71
Pengetahuan mengenai arus-arus yang timbul dari berbagai tipe gangguan
pada suatu lokasi merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian
sistem pengaman secara efektif. Jika terjadi gangguan pada sistem, para
operator yang merasakan adanya gangguan tersebut diharapkan segera dapat
mengoperasikan circuit-circuit yang tepat untuk mengeluarkan sistem yang
terganggu atau memisahkan pembangkit dari jaringan yang terganggu. Sangat
sulit bagi seorang operator untuk mengawasi gangguan-gangguan yang
mungkin terjadi dan menentukan CB mana yang diperoperasikan untuk
mengisolir gangguan tersebut secara manual. Mengingat arus gangguan yang
cukup besar, maka perlu secepat mungkin dilakukan pengaman. Hal ini perlu
suatu peralatan yang digunakan untuk mendeteksi keadaan-keadaan yang
tidak normal tersbut dan selanjutnya mengistruksikan circuit-circuit yang
tepat untuk bekerja memutuskan rangkaian atau sistem yang terganggu.
Peralatan tersebut kita kenal dengan relay.
Koordinasi antara relay dan circuit breaker (CB) dalam mengamati dan
memutuskan gangguan disebut sebagai sistem pengaman. Banyak hal yang
harus dipertimbangkan dalam mempertahankan arus kerja maksimum yang
aman. Jika arus kerja bertambah melampaui batasaman yang ditentukan dan
tidak ada pengaman atau jika pengaman tidak memadai atau tidak efektif,
maka keadaan tidak normal dan akan mengakibatkan kerusakan isolasi.
Pertambahan arus yang berkelebihan menyebabkan rugi-rugi daya pada
konduktor akan berkelebihan pula.
72
menghilangkan gangguan tanpa merusak peralatan pengaman itu sendiri.
Untuk ini pemilihan peralatan pengaman harus sesuai dengan kapasitas arus
hubung singkat “breaking capacity” atau repturing capacity. Disamping itu
pengaman yang diperlukan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Fungsi Pengaman :
Pengaman listrik mempunyai fungsi yaitu sebagai berikut,
a) Mengamankan system instalasi listrik (hantaran, perlengkapan listrik
dan alat/ pesawat yang menggunakan listrik)
b) Melindungi/membatasi arus lebih yang disebabkan oleh pemakaian
beban yang berlebihan dan akibat hubung singkat antara fasa dengan
fasa, fasa dengan netral atau fasa dengan badan (body).
c) Melindungi hubung singkat dengan badan mesin atau perlengkapan
lainnya.
d) Mencegah kerusakan peralatan pada sistem tenaga listrik akibat
73
terjadinya gangguan atau kondisi tidak normal pada sistem.
e) Mempersempit daerah terjadinya gangguan sehingga gangguan
tidak menyebar ke sistem yang lain.
f) Memberikan pelayanan tenaga listrik dengan keandalan dan mutu
yang tinggi kepada konsumen.
g) Mengamankan manusia dari bahaya yang ditimbulkan oleh tenaga
listrik.
Pengaman pada sistem tenaga listrik pada dasarnya terdiri atas pemutus
tenaga (PMT) atau circuit breaker (CB) yang bekerja memutus rangkaian
jika terjadi gangguan yang operasinya dikendalikan oleh rele pengaman
74
Dalam sistem distribusi aspek ekonomis hampir mengatasi aspek teknis,
oleh karena jumlah feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak, asal
saja persyaratan keamanan yang pokok dipenuhi. Dalam sistem-
sistemtrtansmisi justru aspek teknis yang penting. Pengaman relatif
mahal, namun demikian pula sistem atau peralatan yang dilindungi dan
jaminan terhadap kelangsungan peralatan sistem adalah vital. Biasanya
digunakan dua sistem pengaman yang terpisah, yaitu pengaman primer
atau pengaman utama dan pengaman pendukung (back up).
f) Realiabilitas (keandalan)
Sifat ini jelas, penyebab utama dari “outage” rangkaian adalah tidak
bekerjanya pengaman sebagaimana mestinya (mal operation).
g) Pengaman Pendukung
Pengaman pendukung (back up) merupakan susunan yang sepenuhnya
terpisah dan yang bekerja untuk mengeluarkan bagian yang terganggu
apabila pengaman utama tidak bekerja (fail). Sistem pendukung ini
sedapat mungkin indenpenden seperti halnya pengaman utama, memiliki
trafo-trafo dan rele-rele tersendiri. Seringkali hanya triping CB dan trafo-
trafo tegangan yang dimiliki bersama oleh keduanya. Tiap-tiap sistem
pengaman utama melindungi suatu area atau zona system daya tertentu.
Ada kemungkinan suatu daerah kecil diantara zona-zona yang berdekatan
misalnya antara trafo-trafo arus dan circuit breakercircuit breaker tidak
dilindungi. Dalam keadaan seperti ini sistem back up (yang dinamakan
remote back up) akan memberikan perlindungan karena berlapis dengan
zona-zona utama . Pada sistem distribusi aplikasi back up digunakan tidak
seluas dalam sistem tansmisi, cukup jika hanya mencakup titik-titik
strategis saja. Remote back upa bereaksi lambat dan biasanya memutus
lebih banyak dari yang diperlukan untuk mengeluarkan bagian yang
terganggu.
75
untuk mengamankan dari beban lebih MCB dilengkapidengan komponen
Thermis (Bimetal), atau bisa juga berfungsi sebagai pembatas arus.
2. MCCB
Singkatan MCCB adalah Moulded Case Circuit Breaker. Fungsi MCCB
adalah sebagai pemutus sirkit pada tegangan menengah.
Karakteristik sistem
1) Sistem tegangan
Tegangan operasional dari circuit breaker harus lebih besar atau
minimum sama dengan tegangan sistem.
2) Frekuensi sistem
Frekuensi pengenal dari circuit breaker harus sesuai dengan
frekuensi sistem. Circuit breaker Merlin Gerin dapat beroperasi
pada frekuensi 50 atau 60 Hz.
3) Arus pengenal
Arus pengenal dari circuit breaker harus disesuaikan dengan
besarnya arus beban yang dilewatkan oleh kabel, dan harus lebih
kecil dari arus ambang yang diijinkan lewat pada kabel.
76
4) Kapasitas pemutusan
Kapasitas pemutusan dari circuit breaker harus paling sedikit sama
dengan arus hubung singkat prospektif yang mungkin akan terjadi
pada suatu titik instalasi dimana circuit breaker tersebut dipasang.
5) Jumlah pole dari circuit breaker
Jumlah pole dari circuit breaker sangat tergantung kepada sistem
pembumian dari sistem.
Gambar 2. MCCB
(Sumber : //www.indiamart.com/)
3. NFB
NFB atau No Fuse Breaker berfungsi sebagai pembatas arus listrik
dari beban lebih. Bila arus yang mengalir pada NFB ini melebihi dari In
(arus nominal) pada NFB, maka NFB ini akan memutuskan arus ke beban.
77
NFB dalam bahasa indonesia bisa diartikan sebagai pemutus tanpa
sekering, berfungsi untuk menghubungkan dan memutus tegangan/arus
utama dengan sirkuit atau beban, selain itu juga berfungsi untuk
memutuskan/melindungi beban dari arus yang berlebihan ataupun jika
terjadi hubung singkat. Cara kerja NFB, ketika arus yang mengalir
melaluinya melebihi dari nilai yang tertera pada NFB maka secara
otomatis NFB akan memutuskan arusnya gambar diatas adalah NFB 3
Phase umumnya digunakan pada instalasi motor induksi atau breaker pada
panel kontrol.
Selain itu NFB sangat baik di gunakan pada pengguna listrik rumah
tingkat atas dan industry. Ini di karenakan Penggunaan NFB yang sangat
menjamin keamanan listrik anda. Namun sebaliknya penggunaan NFB
jangan pernah anda gunakan untuk pengguna rumah menengah ke bawah
(SEDERHANA), karena alat ini tidak akan berfungsi pada instalasi rumah
anda.
Gambar 3. NFB
(Sumber : http://ptaja.com/)
4. Fuse
Fuse terpasang dalam rangkaiaan listrik tersusun secara seri, sehingga jika
terlewati arus yang melebihi kapasitas kerja dari fuse tersebut,maka fuse
akan terbakar dan memutus arus yang adadalam rangkaian tersebut.
Element penghantar yangterdapat dalam fuse tersebut akan meleleh, dan
78
memutus rangkaian listrik tersebut sebagai pengaman terhadap komponen-
komponen lain dalamrangkaian listrik tersebut dari bahaya arus besar.
Jika kita dapati fuse yang telah terbakar atau putus elementnya kita harus
menggantinyadengan yang baru, tetapi yang perlu diingat adalah
penggantian dengan kapasitas arus yang sama. Jika menggantinya dengan
kapasitas arusyang lebih besar maka akan berakibat kerusakan pada
rangkaian listrik tersebut, karena jika ada arus lebih dalam rangkaian
tersebut, fuse tidak akan putus atau terbakar.
Gambar 4. Fuse
(Sumber : https://images-na.ssl-images-amazon.com/)
5. ELCB
Earth Leakaque Circuit Breaker atau alat pengaman arus bocor tanah
atau juga disebut saklar pengaman arus sisa (SPAS) bekerja dengan
sistimdifferential, saklar ini memiliki sebuah transformator arus dengan
inti berbentuk gelang, inti ini melingkarisemua hantaran suplay ke mesin
atau peralatan yangdiamankan, termasuk hantaran netral, ini berlakuuntuk
semua sambungan satu-phasa, sambungan tiga- phasa tanpa netral maupun
sambungan tiga-phasadengan netral.
Dalam keadaan normal, jumlah arus yang dilingkari oleh inti trafo
adalah samadengan nol, kalau terjadi arus bocor ketanah, misalkan 0,5
ampere, maka keadaansetimbang ini akan terganggu, karena itu dalam inti
trafo akan timbul medan magnet yangmembangkitkan suatu tegangan
dalam kumparan sekunder, Arus defferntial terkecil yangmasih
menyebabkan saklar ini bekerja disebut arus jatuh nominal (If) dari saklar.
Saklar inidirencanakan untuk suatu arus jatuh nominal tertentu.
79
Earth Leakaque Circuit Breaker atau alat pengaman arus bocor tanah
atau juga disebut saklar pengaman arus sisa (SPAS) bekerja dengan sistim
differential, saklar ini memiliki sebuah transformator arus dengan inti
berbentuk gelang, inti ini melingkari semua hantaran suplay ke mesin atau
peralatan yang diamankan, termasuk hantaran netral, ini berlaku untuk
semua sambungan satu-phasa, sambungan tiga-phasa tanpa netral maupun
sambungan tiga-phasa dengan netral.
Dalam keadaan normal, jumlah arus yang dilingkari oleh inti trafo adalah
sama dengan nol, kalau terjadi arus bocor ketanah, misalkan 0,5 ampere,
maka keadaan setimbang ini akan terganggu, karena itu dalam inti trafo
akan timbul medan magnet yang membangkitkan suatu tegangan dalam
kumparan sekunder, Arus defferntial terkecil yang masih menyebabkan
saklar ini bekerja disebut arus jatuh nominal (If) dari saklar. Saklar ini
direncanakan untuk suatu arus jatuh nominal tertentu.
Prinsip kerja ELCB :
Pada saat terjadi gangguan arus yang mengalir dipenghantar phasa tidak
sama lagi dengan arus yang mengalir pada netral ( IL = IN + If ) atau
sistim dikatatakan dalam keadaan tidak seimbang, arus differensial ini
dibandingkan dalam sebuat sistim trafo toroida. Ketidak seimbangan
antara arus phasa dengan arus netral menandakan adanya arus bocor
ketanah akibat kegagalan isolasi, ketidak seimbangan arus ini akan
menyebabkan fluks magnet pada toroida sehingga pada bilitan sekunder
toroida akan dibangkitkan suatu tegangan yang berfungsi untuk
menggerakan relai pemutus mekanisme kontak, kemudian kontak utama
ELCB akan memutuskan hubungan dengan peralatan.
Untuk instalasi rumah kita dapat memilih ELCB dengan kepekaan
yang lebih tinggi yakni ELCB dengan ratting arus sisa 10 mA atau 30 mA.
Perlindungan yang idial untuk instalasi listrik apapun seharusnya memiliki
perangkat pengaman terhadap beban lebih, hubung singkat dan arus bocor.
Untuk mengamanka sistim dan peralatan yang kita gunakan sebaiknya
sistim kita memilki pentanahan yang baik dalam arti nilai impedansi
pentanahan harus sekecil mungkin agar pengaliran arus gangguan ketanah
berlangsung dengan sempurna.
Bagaimanapun juga kenaikan nilai impedansi beberapa ohm saja bisa
mempengaruhi pengaliran arus gangguan ketanah menjadi tidak
80
sempurna, sehingga pada kondisi ini terjadi penambahan waktu pemutusan
rangkaian dalam beberapa menit untuk ELCB tersebut bekerja, atau ada
kemungkinan sama sekali ELCB tersebut tidak bisa bekerja.
Banyak contoh yang terkait dengan pentanahan peralatan yang mengalami
gangguan, sehingga satu-satunya cara perlindungan yang dapat diberikan
adalah melalui pemakaian ELCB dengan kepekaan tinggi. Perlu dicatat
bahwa tidak tertutup kemungkinan terjadinya gangguan yang dapat
membahayakan manusia atau mahluk hidup akibat dari pentanahan yang
tidak baik, yang mana nilai impedansi pentanahan yang bisa berubah.
Apabila tegangan pada badan peralatan yang ditanahkan tidak boleh
melebihi 50 Volt, maka syarat untuk tahanan dari lingkaran arus
pentanahannya adalah : R ka < 50/I, Saklar ini dapat dicoba dengan
sebuah tombol tekan percobaan yang terdapat pada saklar, tahanan dari
lingkaran arus percobaan dipilih sedemikian hingga saklar kutub dua
untuk tegangan AC 220 Volt, bisa juga digunakan pada tegangan 127
Volt. Saklar ini memiliki magnet hilang, karena itu pemutusannya tidak
bergantung pada tegangan jaringan.
Suatu arus bocor akan menyebabkan suatu medan magnet kedua dalam
magnet halang (medan halang), karena medan halang ini jalan ke angker
bagi garis-garis gaya dari magnet permanent akan tertutup. Sebuah magnet
permanent menimbulkan garis-garis gaya megnetik dalam dua paket besi
trasformator dengan permiabilitas yang rendah. Sebagian besar dari garis-
garis gaya megnet tersebut melewati sebuah angker, sehingga angker ini
akan ditarik. Gaya tarik maknet ini mengalahkan gaya tarik sebuah pegas.
Pemutusan dari saklar berlangsung sebagai berikut : kalau dalam
lingkaran arus utama terjadi hubung tanah, maka dalam kumparan
sekunder dari transformator akan timbul suatu tegangan, karena itu dalam
kumparan dari magnet halang yang dihubungkan dengan magnet sekunder
akan mengalir arus. Arus ini akan membangkitkan suatu medan magnet,
garis-garis gaya dari medan tersebut harus juga melalui tempat-tempat
sempit E, karena itu ditempat ini garis-garis gaya itu akan tertutup, oleh
karena itu magnet tersebut diberi nama magnet halang.
Dengan demikian seluruh garis gaya dari magnet permanent sekarang
terpaksa harus melaluishunt magnet tersebut. Garis gaya yang semula
melalui angker, sekarang tertarik ke shunt magnet, karena itu angker
81
tersebut akan terlepas dan ditarik oleh pegasnya gerakan ini akan
menyebabkan saklar arus bocor tanah akan mebuka secara mekanis.
Gambar 5. ELCB
(Sumber : https://hlhonline.files.wordpress.com/)
82
6. Thermal Overload Relay (TOR)
Thermal overload adalah alat pengaman rangkaian dari arus lebih yang
diakibatkan beban yang terlalu besar dengan jalan memutuskan rangkaian
ketika arus yang melebihi setting melewatinya. Thermal overload berfungsi
untuk memproteksi rangkaian listrik dan komponen listrik dari kerusakan
karena terjadinya beban lebih.
Thermal overload memproteksi rangkaian pada ketiga fasanya (untuk
rangkaian tiga fasa) baik yang menggunakan sistem bimetal maupun yang
menggunakan sistem elektronik tanpa suplai terpisah (maksudnya thermal
overload elektronik ini tidak membutuhkan sumber daya listrik secara khusus)
dan mempunyai sensitifitas terhadap hilangnya fasa yang bekerja dengan
sistem diferensial (tidak langsung trip pada kasus terjadinya hilang satu fasa),
namun apabila dibutuhkan rangkaian untuk trip segera saat kehilangan satu
fasa, maka perlu diperlukan tambahan alat proteksi lain.
Thermal overload ini bisa dipasangkan langsung dengan kontaktornya
maupun terpisah sehingga sangat fleksibel untuk pemasangannya di dalam
panel. Pemilihan jenis thermal overload ditentukan oleh rating/setting arus
sesuai dengan arus nominal rangkaian pada beban penuh dan kelas trip-nya.
Untuk pemakaian standar digunakan kelas trip 10 yaitu thermal overload akan
trip pada 7,2 Ir dalam waktu 4 detik.
83
Gambar 7. TOR
(Sumber : data:image/jpeg;base64,/)
84
a) Air Circuit Breaker (ACB)
ACB adalah singkatan dari Air Circuit Breaker. Circuit Breaker
sendiri sebenarnya adalah komponen yang berguna untuk
melindungi peralatan listrik dari beberapa masalah yang sering
muncul, misalnya: panas berlebih, voltage berlebih, voltage yang
terlalu turun, dan sebagainya. Pada dasarnya ada beberapa jenis
Circuit Breaker, salah satunya adalah Air Circuit Breaker.
Pembeda jenis circuit breaker ini dengan lainnya adalah terletak di
cara kerja dan komponen pendukungnya. Berikut akan dibahas
cara kerja Air Circuit Breaker dalam penggunaannya di komponen
listrik.
Berfungsi untuk memutuskan arus listrik.
Walaupun terdengar agak membingungkan mengapa arus listrik
perlu diputuskan, ternyata cara kerja Air Circuit Breaker yang
memutuskan arus listrik ini berfungsi untuk mengamankan diri
Anda dan peralatan lain yang terhubung dengan listrik, ketika
terjadi arus yang berlebih. Tanpa alat ini, komponen listrik bisa
meledak dan akan sangat berbahaya bagi manusia dan sekitarnya.
Komponen MN/UVR/UVT
Pada prinsipnya, Air Circuit Breaker akan bekerja jika terdapat
tegangan pada UVT (Under Voltage Toggle) sehingga
memunculkan tarikan pada toggle. Ketika toggle ini terlepas, maka
sistem mekani Air Circuit Breaker akan terkunci atau dalam
kondisi off.
Closing Release
Cara kerja Air Circuit Breaker ditinjau dari closing releasenya
adalah sebagai berikut. Ketika tegangan masuk, maka toggle akan
menarik Air Circuit Breaker sehingga ia akan ada pada mode ON.
Sementara itu jika dilepas tegangannya maka ia akan tertutup
kembali. Selain itu untuk dapat memastikan closing releasenya
terputus dan benar-benar tidak bekerja lagi, biasanya digunakan
cara mengunci (interlock) salah satu komponen yang disebut cable
control.
85
Shunt Trip
Shunt trip pada Air Cicuit Breaker adalah sering juga disebut
dengan MX. Tugasnya adalah untuk membuka circuit breaker
dengan cara mendorong toggle mekanik sehingga sistem menjadi
OFF sementara circuit breaker ON. Sistem ini bekerja dengan
melewatkan kabel wiring melalui Auxiliary Contact terlebih
dahulu.
Auxiliary Contact
Alat ini merupakan tombol Switch ON/OFF dengan beberapa
kondisi: (1) Normally Open, dimana kondisi normal terbuka atau
sering pula disebut lepas, (2) Normally Close yang artinya kondisi
normal berhubungan sedang tersambung, dan (3) C artinya kondisi
dasar yang dapat terhubung dengan keadaan normal open maupun
normal close. Auxiliary Contact ini memiliki fungsi sebagai
perlindungan tambahan jika terjadi kegagalan dalam komponen
listrik.
Gambar 8. ACB
(Sumber : https://carakerjapro.blogspot.com/)
86
b) Vacuum Circuit Breaker (VCB)
Vacum Circuit Breakers adalah salah satu pemutus kontak, vakum
di gunakan sebagai peredam terhadap busur api, vacuum
mempunyai kekuatan isolasi yang tinggi sehingga mempunyai
keunggulan dibandingkan menggunakan media lain,
Prinsip kerjanya berbeda dengan dasar prinsip lain kerena tidak
terdapat gas yang dapat berionisasi bilamana kontak - kontak
terbuka, ketika kontak pemutus dibuka dalam ruang hampa maka
akan timbul percikan busur api, elektron dan ion saat pelepasan
walaupun haya sesaat maka dengan cepat diredam karena percikan
busur api, elektron dan ion yang dihasilkan pada saat pemutusan
akan segera mengembun pada ruangan hampa, kemampuannya
terbatas hingga kira-kira 30 kV. untuk tegangan yang lebih tinggi
pemutus ini dapat di pasang seri. pemutus tenaga vacuum ini
biasanya banyak di gunakan pada sistem bawah tanah ACR (
Automatic Circuit Recloser )
Gambar 8. VCB
(Sumber : phenomena13.blogspot.com)
87
Konstruksi : Gambar diatas menunjukan bagian bagian pada
Vacuum Circuit Breaker, terdiri dari Fixed contact ( kontak tetap ),
Moving contact ( kontak yang bergerak ), shield ( pelindung )
insulating envelope, electrodes, vapor condensation shield.
88
lain dari SF6 pemutus sirkuit , sedemikian rupa sehingga tidak
dapat mengubah posisinya selama gerakan silinder .
Seperti piston tetap dan silinder gerak atau geser , volume
internal perubahan silinder ketika slidesilinder.Selama pembukaan
pemutus silinder bergerak ke bawah terhadap posisi piston tetap
maka volume dalam silinder berkurang yang menghasilkan gas
terkompresi SF6 dalam silinder .
Silinder memiliki jumlah ventilasi samping yang diblokir oleh
tubuh kontak tetap atas selama posisi tertutup . Sebagai silinder
bergerak ke bawah lebih lanjut , ini bukaan ventilasi menyeberangi
kontak tetap atas, dan menjadi diblokir dan kemudian dikompresi
gas SF6 dalam silinder akan keluar melalui ventilasi dalam
kecepatan tinggi terhadap busur dan melewati lubang aksial kedua
kontak tetap .
Busur dipadamkan selama ini aliran gas SF6. Selama
penutupan SF6 pemutus sirkuit, bergerak silinder geser ke atas dan
sebagai posisi piston tetap pada ketinggian tetap, volume
meningkat silinder yang memperkenalkan tekanan rendah di dalam
silinder dibandingkan dengan sekitarnya . Karena perbedaan
tekanan ini gas SF6 dari sekitarnya akan berusaha untuk masuk
dalam silinder . Semakin tinggi tekanan gas akan datang melalui
lubang aksial kedua kontak tetap dan masuk ke dalam silinder
melalui lubang dan selama aliran ini, gas akan memadamkan
busur.
89
d) Oil Circuit Breaker (OCB)
Oil Circuit Breaker adalah jenis CB yang menggunakan minyak
sebagai sarana pemadam busur api yang timbul saat terjadi
gangguan. Bila terjadi busur api dalam minyak, maka minyak yang
dekat busur api akan berubah menjadi uap minyak dan busur api
akan dikelilingi oleh gelembung-gelem-bung uap minyak dan gas.
Gas yang terbentuk tersebut mempunyai sifat thermal conductivity
yang baik dengan tegangan ionisasi tinggi sehingga baik sekali
digunakan sebagi bahan media pemadam loncatan bunga api.
90
2. Hal ini dapat digunakan pada jarak dekat untuk mencegah arus
lebih yang tinggiyang dikoordinasi dengan sekering.
3. Kemampuan untuk setiap operasi penutupan kesalahan
91
Sebagai contoh perhitungan, mari kita lihat gambar diatas, instalasi rumah
tipe T-125 lantai dasar saja pada halaman 2-13. dari gambar perencanaan
instalasi dapat dirinci sebagai berikut :
Beban dibagi menjadi 3 group, yaitu 2 group untuk lantai dasar dan 1 group
sebagai cadangan.
Group 1 terdiri dari 1 x 15 W; 2 x 25 W; 3 x 40 W dan 4 x 200 VA. Oleh
karena beban lampu pijar bersifat resistif, maka faktor dayanya sama dengan
1, sehingga 15 W = 15 VA; 25 W = 25 VA dan 40 W = 40 VA.
Group 2 sama dengan group 1.
Group 3 sebagai cadangan untuk lantai atas.
Jika beban lampu nyala semua dan semua stop kontak diberi beban penuh,
maka :
Arus nominal group 1 :
(1 x 15) + (2 x 25) + (3 x 40) + (4 x 200)
= 4,5 A
220
92
D. SOAL
Soal Pilihan Ganda
1. Sebuah motor listrik 1 fasa tidak dapat bekerja,maka yang tidak
termasuk menjadi penyebabnya adalah…
a. Sekering putus
b. Terjadinya hubung singkat pada kumparan motor
c. Tegangan yang diterima terlampau tinggi
d. Hubungan dari kondensator terlepas
e. Beban yang diputar terlampau berat
2. Komponen panel daya yang berfungsi untuk memutuskan rangkaian
apabila terjadi beban lebih adalah …
a. NFB
b. Fuse
c. kontaktor
d. grounding system
e. measurement equipment
3. ELCB merupakan komponen listrik yang berfungsi sebagai ....
a. pengaman jenis lebur, batas lebur 2/3 arus nominal
b. pengaman, pembagi, pemutus dan penghubung arus listrik
c. pengaman jenis lebur, batas lebur 2 kali arus nominal
d. pengaman dari kebocoran listrik arus kejut, setuh langsung dan
sentuh tak langsung
e. pembagi dan pengaman arus kejut
4. Berikut adalah simbol komponen listrik untuk ....
93
5. MCB akan memutuskan rangkaian secara otomatis ketika terjadi…
a. Gangguan hubung singkat
b. Gangguan hubung langsung
c. Gangguan beban lebih
d. Gangguan arus lebih
e. Gangguan tegangan drop
6. Fungsi pengaman antara lain yang benar….
a. Mengamankan suatu benda didekat instalasi listrik
b. Memberikan pelayanan tenaga listrik dengan keandalan yang
rendah
c. Melindungi hubung singkat dengan badan mesin atau
perlengkapan lainnya
d. Memperbesar arus lebih yang dialirkan
e. Memberikan kerusakan perlatan pada sistem tenaga listrik
7. Secara terus menerus tanpa pemanasan yang berlebihan (overheating).
Pernyataan tersebut merupakan ….
a. Persyaratan circuit breaker
b. Persyaratan instalasi listrik
c. Persyaratan sebuah pengaman
d. Syarat overload
e. Syarat beban
8. Perhatikan pernyatan berikut ini :
1) Overload yang kecil pada selang waktu yang pendek seharusnya
tidak menyebabkan peralatan bekerja
2) Pengaman harus bekerja walaupun pada overload yang kecil tetapi
cukup lama sehingga dapat menyebabkan overheating pada
rangkaian penghantar.
3) Pengaman harus membuka rangkaian sebelum kerusakan yang
disebabkan oleh arus gangguan yang dapat terjadi.
4) Sekering atau circuit breaker harus diatas nominal arus kerja
5) Pengaman harus dapat melakukan pemisahan beban.
a. 1-2-3 c. 2-3-4
b. 1-2-4 d. 2-3-5
94
e. 3-4-5
95
14. Salah satu peralatan pemutus daya yang bergunauntuk memutuskan
dan menghubungkan rangkaian listrik dalam kondisi terhubung ke
beban secara langsung dan aman merupakan pengertian dari….
a. Miniature circuit breaker (MCB)
b. MCCB
c. NFB
d. ELCB
e. CB
15. Pengaman yang digunakan untuk mengamankan motor dari arus beban
lebih adalah ….
a. OCB
b. MCCB
c. ACB
d. TOR
e. Fuse
Jawaban :
1. C
2. A
3. D
4. A
5. A
6. C
7. C
8. A
9. A
10. C
11. B
12. A
13. C
14. E
15. D
96
Soal Essay
5. Sebuah mesin listrik 3 phase memiliki daya 30 kW, maka berapa kapasitas
MCCB yang dibutuhkan?
Jawaban :
97
3. Prinsip kerja TOR:
Sesuai dengan namanya proteksi motor ini menggunakan panas sebagai
pembatas arus pada motor. Alat ini sangat banyak dipergunakan saat ini.
Biasanya disebut TOR, Thermis atau overload relay. Cara kerja alat ini
adalah dengan menkonversi arus yang mengalir menjadi panas untuk
mempengaruhi bimetal. Nah, bimetal inilah yang menggerakkan tuas
untuk menghentikan aliran listrik pada motor melalui suatu control motor
starter (baca motor starter). Pembatasan dilakukan dengan mengatur
besaran arus pada dial di alat tersebut.
4. Pada saat terjadi gangguan arus yang mengalir dipenghantar phasa tidak
sama lagi dengan arus yang mengalir pada netral ( IL = IN + If ) atau
sistim dikatatakan dalam keadaan tidak seimbang, arus differensial ini
dibandingkan dalam sebuat sistim trafo toroida. Ketidak seimbangan
antara arus phasa dengan arus netral menandakan adanya arus bocor
ketanah akibat kegagalan isolasi, ketidak seimbangan arus ini akan
menyebabkan fluks magnet pada toroida sehingga pada bilitan sekunder
toroida akan dibangkitkan suatu tegangan yang berfungsi untuk
menggerakan relai pemutus mekanisme kontak, kemudian kontak utama
ELCB akan memutuskan hubungan dengan peralatan.
5. P = 30.000 W
98
Instalasi Penerangan Listrik
1. Patron Lebur
Berdasarkan PUIL 2000 (108 P4), patron lebur merupakan bagian dari
pengaman lebur yang dapat diganti dan berisi satu atau lebih kawat pita lebur.
Patron lebur berfungsi sebagai pemutus arus ketika suhu pada penghantar mencapai
titik tertentu. Kemampuan patron lebur dalam melakukan pemutusan menjadi
empat belas, yakni; 2A (warna merah muda), 4A (warna coklat), 6A (warna hijau),
10A (warna merah), 16A (warna abu-abu), 20A (warna biru), 25A (warna kuning),
30A (warna hitam), 35A (warna hitam), 40A (warna hitam), 50A (warna putih),
63A (warna tembaga), 80A (warna perak), dan 100A (warna merah tua). Kontruksi
dari pengaman lebur dapat dilihat pada Gambar 1.
99
akan putus. Putusnya kawat signal sangat dipengaruhi oleh nilai arus dan waktu.
Rincian dari komponen pengaman lebur dapat dilihat pada Gambar 2.
100
Gambar 3. Internal Parts of MCB
(sumber: ABB)
Setiyono (1988) memaparkan bahwa MCB mempunyai dua cara pemutusan
yang akan berfungsi otomatis jika arus yang melewati pengaman melebihi nilai
arus nominalnya. Kedua cara tersebut adalah termis dan elektromagnetis. Pemutus
termis berfungsi untuk memberikan perlindungan terhadap arus beban lebih.
Apabila suhu naik, lempengan pada salah satu sisi akan memuai lebih besar
daripada sisi yang lain, sehingga bimetal tersebut melengkung. Besar dan
kecepatan lengkungan bimetal dipengaruhi oleh waktu dan nilai dari arus beban
lebih yang mengalir. Sedangkan pemutus elektromagnetis berfungsi untuk
memberikan perlindungan terhadap arus hubung singkat. Ketika terjadi hubung
singkat, elektromagnetis dari koil akan mampu menarik armatur mekanisme tuas
(operator) MCB dalam waktu yang singkat (instantaneuous), sehingga akan
101
memutuskan arus hubung singkat tersebut. Kode dan simbol MCB dapat dilihat
pada Gambar 4 berikut ini.
102
electric, terdapat sebelas arus pengenal pada MCB. Nilai arus pengenal pada
MCB adalah 2A, 4A, 6A, 10A, 16A, 20A, 25A, 32A, 40A, 50A, dan 63A.
Berdasarkan PUIL 2011, kurva karakteristik pemutusan MCB
mempengaruhi kecepatan magnetik (Im) ketika terjadi hubung singkat.
Apabila merujuk pada standar IEC 608981, maka kurva kurva karakteristik
pemutusan MCB terbagi menjadi tiga, yaitu kurva B, Kurva C, dan Kurva D.
1.) Kurva B
MCB jenis ini biasanya digunakan sebagai pengaman di bangunan
domestik dengan karakteristk pemutus tipe standar. Tipe MCB dengan
karakteristik pemutus kurva B akan melakukan pemutusan ketika arus
lebih besar tiga sampai lima kali arus nominal MCB.
2.) Kurva C
MCB dengan kuva C merupakan pengaman yang digunakan pada
peralatan listrik dengan arus yang lebih tinggi, seperti lampu, motor, dan
lain sebagainya. MCB dengan karakteristik pemutus kurva C merupakan
tipe MCB yang akan melakukan pemutusan ketika arus lebih besar lima
sampai sepuluh kali arus nominal MCB.
3.) Kurva D
MCB tipe kurva D lebih dikhususkan sebagai pengaman dari
peralatan listrik yang menghasilkan lonjakan arus kuat seperti
transformator dan kapasitor. Instalasi Karakteristik pemutus kurva D
beroperasi saat arus sepuluh sampai lima puluh kali arus nominal MCB.
Sedangkan dari Schneider memberikan karakteristik pemutus kurva D
pada wilayah sepuluh sampai empat belas kali arus nominal.
103
Gambar 5. Kurva Pemutusan MCB berdasarkan Schneider
(Sumber: Scheider-Electric, 2012)
Disisi lain, beberapa referensi membagi pemutusan MCB berdasarkan
waktu menjadi 5, yakni tipe G, tipe L, tipe H, tipe K, dan tipe Z.
1) Tipe G (General)
Tipe G umum digunakan untuk instalasi motor listrik, baik motor
kecil AC maupun DC. Otomat tipe G beroperasi pada wilayah arus
delapan sampai sebelas kali arus nominal untuk AC dan empat belas kali
arus nominal untuk DC.
2) Tipe L (Line)
Tipe L biasanya digunakan untuk instalasi jala-jala. Otomat tipe L
beroperasi pada wilayah arus empat sampai enam kali arus nominal untuk
AC dan delapan kali arus nominal untuk DC.
3) Tipe H (Home)
Tipe H digunakan sebagai pengaman instalasi rumah/gedung yang
mana ketika kondisi gangguan kecilpun harus diputus dengan cepat.
104
Otomat tipe G beroperasi pada wilayah arus dua setengah sampai tiga kali
arus nominal untuk AC dan empat kali arus nominal untuk DC.
4) Tipe K
MCB tipe K digunakan sebagai pengaman belitan di motor ataupun
transformer dan sebagai pengaman arus serentak dari kabel (ABB)
5) Tipe Z
MCB tipe Z digunakan sebagai pengaman pada rangkaian kendali
yang memiliki impedansi tinggi, rangkaian converter tegangan,
semikonduktor, dan bahkan sebagai pengaman dari arus serentak kabel.
105
d. 230/400V
Kode ini menjelaskan rating tegangan dalam operasi MCB yang sesuai
dengan teganganlistrik PLN.
e. 4500 dan 3
4500 merupakan batas kempuan kerja dari MCB atau dikenal dengan
istilah rated breaking capacity. MCB dapat beroprasi dengan baik apabila
arus yang mengalir saat hubung singkat tidak melebihi 4500A. sedangkan
angka 3 adalah I2t classification atau karakteristik energi maksimum dari
arus listrik yang dapat melalui MCB.
f. 12002
Kode ini merupakan catalog number dari produsen MCB yang digunakan
sebagai nomor kode saat pembelian.
g. LMK; SPLN 108; SLI 175 dan IEC 898
Kode ini menandakan bahwa MCB sudah lolos uji dari Lembaga Masalah
Kelistrikan (LMK) PLN. Sedangkan tiga kode selanjutnya menyatakan
bahwa MCB dibuat dengan mengacu standar teknis yang telah ditetapkan,
baik nasional maupun internasional.
h. I-ON pada toggle switch
Kode ini membuktikan bahwa MCB dalam kondisi ON, sehingga apabila
MCB dalam kondis OFF kodenya adalah O-Off
i. SNI
Tulisan ini menyatakan bahwa MCB sudah mendapatkan sertifikasi dari
Standar Nasional Indonesia
B. Perancangan Penentuan Titik Lampu
Kebutuhan tingkat kekuatan pencahayaan (iluminasi) di dalam ruangan dapat
menggunakan rumus di bawah ini:
𝐸𝑥𝐴
𝑛=
𝑙𝑎𝑚𝑝𝑢 𝑥 𝑥 𝑑
yang mana:
n = jumlah lampu
E = intensitas pencahayaan pada bidang kerja (lux)
A = luas bidang kerja (m2)
= fluk cahaya lampu (lumen)
= efisiensi pencahayaan
106
D = faktor penyusutan (depresiasi)
catatan:
efisiensi pencahayaan ditentukan dari tabel efisiensi pencahayaan jenis lampu.
Efisiensi pencahayaan untuk lampu yang digunakan berdasarkan faktor refleksi langit-
langit, faktor refleksi dinding, dan faktor refleksi lantai.
𝑝. 𝑙
𝑘=
ℎ(𝑃 + 𝐿)
yang mana:
p = Panjang ruang
l = lebar ruang
h = tinggi ruang dari bidang kerja
𝑓𝑙𝑢𝑘 𝑐𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑟𝑚𝑎𝑡𝑢𝑟
= 𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑎𝑟𝑚𝑎𝑡𝑢𝑟 =
𝑓𝑙𝑢𝑘 𝑐𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑐𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎
𝐸 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
𝑑=
𝐸 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑢
Contoh:
Sebuah gudang dengan panjang 10 m, lebar 20 m, dan tinggi 3,85 m diberi
pencahayaan dengan intensitas rata-rata 225 lux. Dinding gudang tersebut berwarna
kuning, sedangkan atapnya berwarna putih. Armatur yang digunakan adalah TMX 100
dengan lampu 38 W yang memiliki fluk sebesar 2500 lumen. Armatur tersebut
digantung 1,5 m di bawah langit-langit. Faktor refleksi untuk langit-langit adalah 0,7
sedangkan untuk dinding adalah 0,5. Faktor penyusutanya sebesar 0,85. Tentukan
jumlah armature yang dibuhkan?
Jawab:
p = 20 m; l = 10 m; h = 3,85-0,8 = 3,05 m
rp = 0,7; rw = 0,5; rm = 0,1
𝑝. 𝑙 20 𝑥 10
𝑘= = = 2,2
ℎ(𝑃 + 𝐿) 3,05 (20 + 10)
Berdasarkan tabel efisiensi pencahayaan:
untuk k = 2 adalah 0,69 sedangkan untuk k = 2,5 adalah 0,75
efisiensi pencahayaan untuk k=2,2 dapat diketahui dengan interpolasi, sehinga
2,2 − 2
= 0,69 (0,75 − 0,69) = 0,71
2,5 − 5
Berdasarkan data yang sudah diperoleh, maka jumlah armatur yang dibutuhkan apabila
dalam keadaan baru sebanyak:
107
𝐸𝑥𝐴 225 𝑥 20 𝑥 10
𝑛= = = 25
𝑙𝑎𝑚𝑝𝑢 𝑥 𝑥 𝑑 2500 𝑥 0,71 𝑥 1
Namun apabila keadaan lampu sudah terpakai selama dua tahun dan nilai depresiasinya
0,85 maka iluminasinya akan berkurang menjadi
𝑙𝑎𝑚𝑝𝑢 𝑥 𝑥 𝑑 25 𝑥 2500 𝑥 0,71 𝑥 0,85
𝐸= = = 177,5 𝑙𝑢𝑥
𝐴 20 𝑥 10
108
BAB VI
Instalasi Tenaga Listrik
1. Beban rumah tangga yang mana pada umumya berupa penerangan, alat rumah
tangga, seperti kipas angina,, pemanas air, lemari es, penyejuk udara, mixer, oven,
pompa air, dan sebagainya.
2. Beban komersial yang mana pada umumnya terdiri dari penerangan reklame, kipas
angin, penyejk udara, dan alat-alat listrik lain yang diperlukan di bidang bisnis.
3. Beban industri yang mana dibedakan dalam skala kecil dan skala besar. Skala kecil
banyak beroperasi pada siang hari, sedangkan industri besar untuk saat ini banyak
yang beroperasi sampai 24 jam.
4. Beban fasilitas umum.
Berdasarkan uraian yang sudah dipaparkan, pemakaian daya pada sektor industri
akan lebih merata karena mayoritas industri beroperasi hammpir 24 jam. Maka dapat
dilihat bahwa pemakaian daya pada sektor industri menguntungkan karena kurva
bebannya akan lebih merata. Sebaliknya, pada beban fasilitas umum lebih dominan di
siang hari dan malam hari. Maka dari itu, klasifikasi beban sangat diperlukan dalam
melakukan analisis karakteristik pembebanan. Karakteristik beban dapat dikatakan
sangat penting karena digunakan untuk; i) mentukan keadaan awal yang akan
diproyeksikan dalam perencanaan selajutnya, ii) mengevaluasi pembebanan, iii)
menentukan rating peralatan pemutus, iv) menganalisis rugi-rugi, v) menentukan
kapasitas pembebanan, dan v) menentukan cadangan energi yang dibutuhkan.
Karakteristik beban listrik sangat tergantung pada jenis beban yang dilayani. Hal ini
terlihat jelas pada pencatatan kurva beban dalam interval waktu. Berikut adalah
beberapa faktor yang menentukan karakteristik beban.
109
untuk satuan kedua harus sama. Faktor beban di industri biasanya dihitung
berdasarkan periode tertentu, misalnya perhari, perbulan, dan pertahun.
Beban puncak sesaat atau beban puncak rata – rata dalam interval tertentu (demand
maksimum) biasanya 15 menit atau bahkan 30 menit. Faktor beban dapat diketahui
kurva bebannya, sedangkan untuk perkiraan besaran faktor beban di masa yang akan
datang dapat didekati dengan data-data statistik berdasarkan jenis beban yang
terpasang.
𝑃𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑇
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐵𝑎𝑏𝑎𝑛 (𝐹𝑏) = 𝑥
𝑃𝑃𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 𝑇
yang mana;
T = Periode Waktu
Prata-rata = beban rata-rata dalam periode T
Pp = beban puncak yang terjadi dalam periode T pada selang waktu
tertetntu
Catatan:
a.) Prata-rata dan Pp dalam kW dan periode T dalam jam.
b.) Apabila perider T dalam setahun maka didapatlah faktor beban tahunan tetapi
apabila periode T dalam satu bulan maka didapat fakto beban bulanan, dan
begitulah seterusnya.
2. Beban Harian
Faktor beban harian memiliki variasi yang berbeda-beda berdasarkan
karakteristik dari daerah beban dan pengaruh internal maupun eksternal.
3. Penilian Beban
Faktor penilaian beban adalah faktor yang dapat memberikan gambaran
mengenai karakteristik beban , baik dari segi kuantitas pembebanannya maupun dari
segi kualitasnya. Faktor penilaian beban sangat berguna untuk mempoyeksikan
karakteristik beban di masa mendatang atau dalam menentukan efek pembenanan
terhadap kapasitas sistem ecara menyeluruh.
a.) Baban (Demand)
Beban atau demand dapat diartikan sebagai besaran pembebanan sesaat pada
waktu tertentu atau besar beban rata-rata untuk suatu interval waktu tertentu.
Interval waktu dari besarnya beban disebut dengan istikah Demand Interval (T).
interval kebutuhan merupakan periode yang dijadikan dasar untuk terima secara
rata-rata. Pemilihan periode yang teradi dapat dimulai dari selang 15 menit,
selang 30 menit, selang 60 menit, ataupun lainnya. Pada kondisi tertentu,
kebutuhan pada selang 15 menit sama dengan kebutuhan pada selang 30 menit.
Pernyataan kebutuhan ini harus diekspresikan dalam satu selang waktu ketika
kebutuhan tersebut diukur. Gambar 1 merupakan kurva harian beban yang
menunjukan beban sebagai fungsi waktu. Berdasarkan gambar kurva harian
beban tersebut maka dapat dibuat kurva lama beban “Load Duration Curve”
seperti pada pada Gambar 2. Besarnya demand biasanya dnyatakan dalam
satuan kW, kVA, dan kVAR.
110
Gambar 1. Kurva Harian Beban
111
Gambar 3. Perubahan Kebutuhan Maksimum terhadap Waktu
Interval demand: T = 24 jam
Demand = Pav : D = 27 kW
Maksimum Demand : Dmax 1 jam = 95 kW
Beban Puncak : Pmax = 10 kW
d.) Beban Terpasang
Beban terpasang pada suatu sistem merupakan jumlah total daya dari seluruh
peralatan sesuai dengan spesifikasi yang tertulis pada name plat perlralatan yang
akan dilayani oleh sistem tersebut. Sehingga persamaannya adalah sebagi
berikut:
𝑛
𝑃𝑙 = ∑ 𝑃𝑖
𝑖=1
yang mana:
Pi = rating kVA dari alat i
n = jumlah alat yang terhubung ke sistem
e.) Faktor Keragaman (Diversity Factor)
Faktor keragaman (fdiv) didefinisikan sebagai perbandikan antara jumlah beban
maksimum dari masing-masing unit beban yang ada pada suatu sistem terhadap
beban maksimum sistem secara keseluruhan. Sehingga persamaan dari faktor
keragaman adalah sebagai berikut:
𝐷max 1 + 𝐷𝑚𝑎𝑥 2 + … … 𝐷max 𝑛
𝑓𝑑𝑖𝑣 =
𝐷𝑚𝑎𝑥 (1 + 2 + 𝑛)
∑𝑛𝑖=1 𝐷𝑚𝑎𝑥
=
𝐷max 𝑠
yang mana:
Dmax1 = beban maksimum unit ke i
Dmax s = beban maksimum sistem
Catatan:
112
Apablia Dmax I untuk seluruh unit bersamaan waktunya maka fdiv akan
memiliki nilai 1 tetapi apabila tidak aka fdiv akan lebih besar dari i.
f.) Faktor Keserempakan (Coincidence Factor)
Faktor keserempakan (fcf) merupakan kebalikan dari faktor keragaman yang
mana didefinisikan sebagai perbandingan antara beban maksimum dari suatu
kumpulan beban pada sistem terhadap jumlah beban maksimum dai masing-
masing unit beban. Persamaan dari faktor keserempakan adalah sebagai berikut:
𝐷𝑚𝑎𝑥 (1 + 2+. . . 𝑛) 𝐷𝑠 1
𝑓𝑐𝑓 = = 𝑛 =
𝐷max 1 + 𝐷max 2 + … 𝐷max 𝑛 ∑1=1 𝐷max 𝑖 (𝑓𝑑𝑖𝑣 )
g.) Faktor Kebutuhan (Demand Factor)
Faktor kebutuhan didefinisikan sebagi perbandingan antara beban puncak
suatu sistem terhadap beban terpasang yang dilayani oleh sistem. Nilai Fd pada
prinsipnya lebih kecil atau sama dengan satu. Namun, apabila terjadi beban
lebih maka nilai fd lebih besar dai satu. Persamaan dari faktor kebutuhan adalah
sebagi berikut:
𝑃𝑚𝑎𝑥
𝑓𝑑 = 𝑛
∑𝑖=1 𝑃𝑖
Faktor kebutuhan dipakai untuk menentukan kapasitas maupun biaya dari
peralatan tenaga listrik yang diperlukan untuk melayani beban. Kator kebutuhan
menjadi penting dalam menentukan jadwal pembiyaan karena ada pengaruhnya
terhadap investasi. Berikut ini adalah Faktor kebutuhan dari beberapa jenis
bangunan.
1.) Perumahan sederhana = 50 – 75%
2.) Perumahan besar = 40 – 65%
3.) Kantor = 60 – 80%
4.) Toko sedang = 40 – 60%
5.) Took serba ada = 70 – 90%
6.) Industri sedang = 35 – 65%
h.) Faktor Beban (Load factor)
Faktor beban merupakan perbandingan antara beban rata-rata pada saat
interval tertentu dengan beban puncak yang terjadi pada saat interval yang sama.
𝑃𝑎𝑣
𝐹𝐿𝑑 =
𝑃𝑚𝑎𝑥
i.) Faktor Rugi-Rugi (Loss Factor)
Faktor rugi-rugi didefinisikan sebagai perbandingan antara rugi-rugi daya
rata-rata terhadap rugi-rugi daya beban puncak dalam selang waktu tertentu.
Dengan kata lain, faktor rugi-rugi beban merupakan rugi-rugi terhadap fungsi
waktu, jadi akan mengalami perubahan sesuai dengan fungsi dari kuadrat waktu.
Oleh karena itu, faktor rugi-rugi tidak dapat ditentukan langsung dari faktor
beban. Berdasarkan pengalaman dan percobaan yang dilakukan oleh Buller dan
Woodrow yang menganalisa ratusan grafik maka diperoleh persamaan empiris
sebagai berikut:
LLF = 0,3 (LF) + 0,7 (LF)2
yang mana:
113
LLF = faktor rugi-rugi
LF = Faktor beban
4. Diversitas
Faktor diversitas merupakan perbandingan antara jumlah beban puncak dari
masing-masing pelanggan dari satu kelompok pelanggan dengan beban puncak dari
kelompok pelanggan tersebut. faktor diversitas secara umum didefinisikan sebagai
perbandingan antara jumlah kebutuhan dari setiap unit beban terhadap kebutuhan
maksimum dari keseluruhan beban. Secara matematis, fator diversitas dapat ditulis
sebagai berikut:
∑ 𝑘𝑒𝑛𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
𝐷𝐹 =
𝑘𝑒𝑛𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚 ∑ 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
atau
𝐷1 + 𝐷2 + … … 𝐷𝑛
𝐹𝑑 =
𝐷𝑘
𝑎𝑡𝑎𝑢
∑𝑛𝑖=1 𝐷𝑖
𝐹𝑑 =
𝐷𝑘
yang mana:
Di = beban puncak atau kebutuhan maksimum dari masing – masing beban
Dk = beban puncak dari n kelompok beban.
5. Kebersamaan (waktu)
Faktor kebersamaan (waktu) merupakan perbandingan antara beban puncak
(kebutuhan maksimum) dari suatu kelompok pelanggan (beban) dengan beban
puncak dari masing – masing pelanggan dari kelompok tersebut. Sehingga,
persamaan faktor kebersamaan adalah sebagai berikut:
𝐷𝑘
𝐹𝑐 =
𝐷1 + 𝐷2 + 𝐷3 +. . . 𝐷𝑛
𝑎𝑡𝑎𝑢
1
𝐹𝑐 =
𝐹𝑑
6. Coincident
Faktor Coincident sering didefinisikan sebagai perbandingan antara demand
maksimum seluruh beban dengan jumlah demand maksimum dari setiap unit beban.
Persamaan dari faktor Coincident adalah sebagai berikut:
𝑑𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 ∑ 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
𝐶𝐹 =
∑ 𝑑𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
Atau
1
𝐶𝐹 =
𝐷𝐹
7. Pengguna (utility factor)
Faktor pengguna didefinisikan sebagai perbandinan antara demand maksimum
dengan kapasitas nominal dari sistem suplai daya. demand maksimum dapat dicari
berdasarkan kurva beban atau dengan menghitung beban terpasangnya. Demand
114
maksimum berkaitan dengan beban terpasang dan faktor demand. Persamaan dari
utility faktor dapat ditulis sebagai berikut:
𝑑𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚
𝑈𝐹 =
𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚
115
2. Beban induktif
Beban induktif merupakan beban yang terdiri dari lilitan kumparan kawat pada
satu inti besi. Contoh dari beban induktif adalah coil, motor listrik, transformator,
dan selenoida. Jenis beban induktif menyimpan energi dalam wujud medan
magnetis, sehingga dapat menyebabkan pergeseran fasa pada arus menjadi
tertinggal dari tegangan. Persamaan matematis dari beban induktif adalah sebagai
berikut:
XL = 2L
Sedangkan untuk persamaan daya dari beban induktif adalah sebagai berikut:
P = V x I x Cos
yang mana:
Cos = sudut antara arus dan tegangan
116
iii) Pengendalian motor dengan dua arah putaran, iv) pengendalian motor dengan
pengasut Y-, dan v) mengatur kecepaatan putar motor.
1. Direct On-line
Pengendali secara langsung atau yang sering disebut dengan istilah direct on-
line (DOL) merupakan metode paling sederhana untuk mengoperasikan beban
motor, baik satu fasa maupun tiga fasa. Metode DOL, baik pada motor satu fasa
maupun tiga fasa hanya menggunakan sebuah tombol on dan tombol off untuk
mengendalikan kontaktor magnit. Kontaktor magnit berfungsi sebagai saklar
mekanik yang berfungsi untuk menghubungkan terminal motor dengan sumber
tegangan. Perbedaan antara motor satu fasa dan tiga fasa pada beban yang
dikendalikan adalah sumber tegangan yang digunakan. Sumber tegangan yang
digunakan pada motor satu fasa menggunakan salah satu dari sumber tegangan tiga
fasa, sedangkan motor tiga fasa menggunakan tegangan antar fasa / jaringan / jala-
jala sebagai sumber utama. Gambar rangkaian DOL motor tiga fasa dapat dilihat
pada Gambar 8.
117
2. Pengendali motor berurutan
Pada pengendali motor berurutan terdapat dua motor atau lebih yang
dioperasikan secara kontinyu. Artinya, setiap motor harus beroperasi sesuai dengan
tahap yang telah ditentukan dan tidak boleh beroperasi sebelum proses sebelumnya
berakhir. Pengendalian motor berurutan sering diterapkan pada konveyor pembawa
material produksi.
118
Gambar 10. Rangkaian Kendali Motor Berurutan
3. Pengendali motor dengan dua arah putaran
Pengendalian motor dengan dua arah putaran ini menggunakan sebuah motor
yang dikendalikan oleh tiga buah tombol, yakni PB OFF, PB ON 1, dan PB ON 2.
Pengendalian dua arah putaran motor dapat dilakukan dengan membalik/mengubah
polaritas tegangan masukan stator motor induksi tiga fasa. Dengan demikian,
medan putar yang dihasilkan juga berubah karena putaran rotor searah dengan
119
medan putar stator. Proses untuk membalik/mengubah polaritas tegangan dapat
dilakukan dengan memanfaatkan dua buah saklar magnit seperti yang terlihat pada
Gambar 11.
120
a. sambungan bintang / star (Y) :
Apabila motor dihubung dalam sambungan bintang, motor akan mendapat
tegangan sebesar V volt, sedangkan lilitan motor mempunyai impedansi sebesar
Z ohm, maka besarnya arus start motor dalam hubungan bintang menjadi:
Besarnya I start bintang (Y) sama dengan besarnya arus jala-jala / jaringan
bintang atau sama dengan besarnya arus fase :
I start (Y) = I jala-jala / jaringan (IL) = I fase (IP)
Besarnya I start delta (Δ) sama dengan besarnya arus jala-jalanya atau sama
dengan besarnya arus fase. :
121
Gambar 12. Rangkaian Tenaga Motor Y-
Dari gambar 12 sudah terlihat jelas bahwa rangkaian tersebut terdapat 2 jenis
sambungan yakni bintang dan segitiga. Prinsip kerja dari rangkaian tersebut
berpusat pada kendali sakelar mekanik atau yang kita sebut MC. Jika MC 1 dan
MC 2 hidup maka sambungan pada rangkaian adalah bintang yang memiliki arus
jaringan yang sama dengan arus fasa, sehingga arus starting rendah. Jika MC 1 dan
MC 3 hidup maka sambungan pada rangkaian adalah segitiga yang memiliki torsi
besar yang dapat dimanfaatkan untuk mengoperasikan proses produksi. Rangkaian
pengasutan Y/∆ perlu suatu rangkaian pengendali supaya dapat beroperasi.
Rangkaian kendali tersebut memanfaatkan kontak bantu dari MC yang dipakai dan
memanfaatkan sakelar otomatis berupa TDR. Rangkaian kendali ini harus dapat
mengoperasikan ketiga MC yang dipakai sesuai dengan prosedur supaya dapat
beroperasi dengan efsisien.
122
Gambar 13. Rangkaian Kendali Motor Y-
Selanjutnya mustagfirin menjelaskan bahwa cara pengoperasian sistem
pengendali motor dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu: Pengendalian secara
manual, Pengendalian semi-otomatis, Pengendalian otomatis, dan Pengendalian
terprogram. Pengendalian secara manual memanfaatkan komponen Push Button
(PB) untuk memutus dan menghubungkan beban listrik dengan sumber tegangan.
Sedangkan pengendalian secara semi-otomatis dapat dilakukan dengan
menambahkan peranti Time Delay Relay (TDR) pada rangkaian kendali manual.
123
SISTEM PENTANAHAN
B. Tujuan Pentanahan
1. Membatasi besarnya tegangan terhadap bumi agar berada dalam batasan yang diijinkan.
2. Sebagai media bagi aliran arus yang dapat memberikan deteksi terjadinya hubungan yang tidak
normal antara konduktor sistem dan bumi. Deteksi ini akan mengakibatkan peralatan
pengaman yang memutuskan suplai tegangan dari konduktor tersebut beroperasi.
3. Menjaga keselamatan manusia dari sengatan listrik.
4. Menjamin kerja peralatan listrik dan elektronik
5. Mencegah kerusakan pada peralatan listrik dan elektronik.
6. Menyalurkan energi serangan petir ketanah
7. Menyetabilkan tegangan dan meminimalisir kemungkinan terjadinya flashover ketika terjadi
transien.
124
C. Jenis jenis pentanahan
1. Pentanahan Sistem
Pentanahan sistem adalah sistem dengan menghubungkan titik netral dan tanah secara
sengaja baik melalui impedansi maupun secara langsung. Tujuan pentanahan titik netral sistem
adalah sebagai berikut :
a. Menghilangkan gejala-gejala busur api pada suatu sistem.
b. Membatasi tegangan-tegangan pada fasa yang tidak terganggu (pada fasa yang sehat).
c. Meningkatkan keandalan (realibility) pelayanan dalam penyaluran tenaga listrik.
d. Mengurangi/membatasi tegangan lebih transient yang disebabkan oleh penyalaan bunga
api yang berulang-ulang (restrike groundfault).
e. Memudahkan dalam menentukan sistem proteksi serta memudahkan dalam menentukan
lokasi gangguan.
Sumber: vedcmalang.com
2. Pentanahan Peralatan
Pentanahan peralatan sistem pentanahan netral pengaman (PNP) adalah tindakan
pengamanan dengan cara menghubungkan badan peralatan/ instalasi yang diproteksi dengan
hantaran netral yang ditanahkan sedemikian rupa sehingga apabila terjadi kegagalan isolasi tidak
125
terjadi tegangan sentuh yang tinggi sampai bekerjanya alat pengaman arus lebih. Yang dimaksud
bagian dari peralatan ini adalah bagian-bagian mesin yang secara normal tidak dilalui arus listrik
namun dalam kondisi abnormal dimungkinkan dilalui arus listrik
Sumber: anekapetir.com
126
Sumber: pinterest
b. Kabel konduktor
Kabel konduktor terbuat dari jalinan kawat tembaga. Diameter jalinan kabel konduktor sekitar 1
cm hingga 2 cm . Kabel konduktor berfungsi meneruskan aliran muatan listrik dari batang muatan
listrik ke tanah. Kabel konduktor tersebut dipasang pada dinding di bagian luar bangunan.
Sumber: ecmweb.com
c. Elektroda pentanahan
Elektroda pentanahan (grounding) adalah suatu konduktor yang ditanam dalam tanah berfungsi
mengalirkan muatan listrik dari kabel konduktor ke bumi dan memiliki nilai tahanan yang
digunakan sebagai acuan terhadap baik buruk suatu sistem pentanahan. Batang pentanahan
biasanya terbuat dari bahan tembaga berlapis baja.
127
Sumber: http://hamdan61.blogspot.co.id
D. Elektroda Pentanahan
Elektroda pentanahan adalah sebuah konduktor yang ditanam di dalam tanah untuk membuat
kontak langsung dengan tanah. Adanya kontak langsung dengan tanah bertujuan untuk
memudahkan penyaluran arus ke tanah apabila terjadi gangguan. Menurut PUIL, elektroda adalah
pengantar yang ditanamkan ke dalam tanah yang membuat kontak lansung dengan tanah. Untuk
bahan elektroda pentanahan biasanya digunakan bahan tembaga, atau baja yang bergalvanis atau
dilapisi tembaga. Jenis-jenis elektroda yang digunakan dalam pentanahan adalah sebagai berikut :
a. Elektroda Batang
Elektroda batang yaitu elektroda dari pipa, besi baja profil atau batang logam lain yang
dipancangkan ke dalam tanah. Secara teknis, elektroda jenis ini mudah pemasangannya dan tidak
memerlukan lahan yang luas. Elektrode batang dipasang tegak lurus atau vertikal ke dalam tanah
dengan kedalaman yang cukup dalam. Elektroda ini merupakan elektroda yang pertama kali
digunakan dan teori-teori berawal dari elektroda jenis ini. Elektroda ini banyak digunakan pada
128
gardu induk. Berdasarkan PUIL 2011 ayat 542.2.9.4 panjang elektroda disesuaikan dengan nilai
tahanan pembumian yang diperlukan
kelistrikanku.com
𝜌 4𝐿
𝑅= [ln ( ) − 1]
2𝜋𝐿 𝐴
Rumus tahanan pentanahan untuk 2 elektroda batang:
Untuk s < L; jarak antar elektroda s
𝜌 4𝐿 4𝐿 𝑆 S2 𝑆4
𝑅= [ln + ln − 2 + ln + + ]
4𝜋𝐿 𝐴 𝐴 2𝐿 16𝐿2 512𝐿4
𝜌 4𝐿 𝜌 𝐿2 2𝐿4
𝑅= [ln − 1] + [1 − 2 + 4
4𝜋𝐿 𝐴 4𝜋𝑆 3𝑆 5𝑆
129
Dimana :
R = Tahanan pentanahan untuk batang tunggal (ohm)
ρ = Tahanan jenis tanah (ohm-meter)
L = Panjang elektroda (meter)
A = Diameter Elektroda (meter)
b. Elektroda Pelat
Elektroda pelat ialah elektroda dari bahan pelat logam (utuh atau berlubang) atau dari kawat kasa.
Pada umumnya elektroda ini ditanam dalam. Elektroda ini digunakan bila diinginkan tahanan
pentanahan yang kecil dan sulit diperoleh dengan menggunakan jenis-jenis elektroda yang lain.
Elektrode pelat dipasang tegak lurus dalam tanah. Sesuai dengan peraturan PUIL 2011 ayat
542.2.9.5 elektrode pelat yang digunakan dalam sistem pembumian berukuran 1 m x 0,5 m. Sisi
atas pelak harus diletakkan minimal 1 m dibawah permukaan tanah. Apabila menggunakan
beberapa pelat logam untuk memperoleh nilai tahanan pembumian yang lebih rendah, maka pelat
tersebut dipasang secara paralel. Jarak antar pelat dianjurkan minimal 3 meter. Pemilihan elektrode
harus memperhatikan kondisi setempat, kelembaban tanah, sifat tanah, dan tahanan pembumian
yang diperbolehkan. Batu dan kerikil yang langsung mengenai elektrode bumi dapat memperbesar
tahanan pembumian. Tahanan pembumian sebagian besar bergantung pada panjang elektrode dan
sedikit bergantung pada ukuran penampangnya. Apabila memerlukan beberapa elektrode untuk
memperoleh tahanan pembumian yang rendah, maka jarak antar elektrode tersebut minimal harus
dua kali panjangnya. Apabila elektrode tersebut tidak bekerja efektif pada seluruh panjangnya,
maka jarak minimal antar elektrode harus dua kali panjang efektifnya. Instalasi sistem pembumian
harus dilengkapi dengan hubungan yang dapat dilepas untuk keperluan pengukuran tahanan isolasi
suatu elektrode.
130
Gambar. Gambar elektroda pelat
𝜌 8𝑊𝑝
𝑅𝑝 = [ln ( ) − 1]
2𝜋𝐿𝑝 0,5𝑊𝑝 + 𝑇𝑝
Dimana,
Rp = Tahanan pentanahan pelat (ohm)
ρ = Tahanan jenis tanah (ohm-meter)
L = Panjang pelat (m)
Wp = Lebar Pelat (m)
Tp = Tebal Pelat (m)
c. Elektroda Pita
Elektroda pita ialah elektroda yang terbuat dari hantaran berbentuk pita atau berpenampang bulat
atau hantaran pilin, Bentuk dari pita tersebut dapat lurus, radial, melingkar, jala-jala atau gabungan
dari bentuk-bentuk tersebut yang pada umumnya ditanam secara dangkal. Kalau pada elektroda
jenis batang, pada umumnya ditanam secara dalam. Pemancangan ini akan bermasalah apabila
mendapati lapisan-lapisan tanah yang berbatu, disamping sulit pemancangannya, untuk
mendapatkan nilai tahanan yang rendah juga bermasalah. Pemancangan dapat dilakukan dengan
menanam elektroda secara mendatar dan dangkal. Disamping kesederhanaannya itu, tahanan
131
pentanahan yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh konfigurasi elektrodanya, seperti dalam
bentuk melingkar, radial atau kombinasi antar keduanya.
𝜌 2 𝐿𝑤 1.4 𝐿𝑤
𝑅𝑤 = [ln ( )+ − 5,6]
𝜋𝐿𝑤 √𝑑𝑤𝑍𝑤 √𝐴𝑤
132
E. Faktor yang Memengaruhi Tahanan Pentanahan
Tahanan pentanahan harus sekecil mungkin untuk menghindari bahaya-bahaya yang
ditimbulkan oleh adanya arus gangguan tanah. Nilai standar mengacu pada Persyaratan
Umum Instalasi Listrik atau PUIL (peraturan yang sesuai dan berlaku hingga saat ini) yaitu
kurang dari atau sama dengan 5 (lima) ohm. Dijelaskan bahwa nilai sebesar 5 ohm
merupakan nilai maksimal atau batas tertinggi dari hasil resistan pembumian (grounding)
yang masih bisa ditoleransi. Nilai yang berada pada range 0 ohm -5 ohm adalah nilai aman
dari suatu instalasi pembumian grounding. Nilai tersebut berlaku untuk seluruh sistem dan
instalasi yang terdapat pembumian (grounding) di dalamnya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi besar tahanan pentanahan adalah :
1. Jenis elektroda
2. Bahan dan ukuran elektroda
Sebagai konsekwensi peletakannya di dalam tanah, maka elektroda dipilih dari
bahan-bahan tertentu yang memiliki konduktivitas sangat baik dan tahan terhadap sifat-
sifat yang merusak dari tanah, seperti korosi. Ukuran elektroda dipilih yang mempunyai
kontak paling efektif dengan tanah.
Tabel berikut ini dapat digunakan sebagai acuan kasar harga tahanan pentanahan
pada tanah dengan tahanan jenis tanah tipikal berdasarkan jenis dan ukuran elektroda.
Tabel (Sumber PUIL 2011 tabel 54.3 ayat 542.2.8.2
Pelat vertical
Pita atau konduktor dengan sisi atas ±
Jenis Elektroda Batang atau pipa
pilin 1m dibawah
permukaan tanah
Panjang (m) Panjang (m) m2
Ukuran
10 25 50 100 1 2 3 5 0.5x1 1x1
Tahanan
20 10 5 3 70 40 30 20 35 25
Pembumian (Ω)
133
3. Jumlah dan Konfigurasi elektroda
Untuk mendapatkan tahanan pentanahan yang dikehendaki dan bila tidak cukup dengan
satu elektroda, bisa digunakan lebih banyak elektroda dengan bermacam-macam
konfigurasi pemancangannya di dalam tanah.
5. Resistansi tanah
Dari rumus untuk menentukan tahanan tanah dari statu elektroda yang
hemispherical R= ρ/2πr terlihat bahwa tahanan pentanahan berbanding lurus
dengan besarnya ρ. Untuk berbagai tempat harga ρ ini tidak sama dan tergantung pada
beberapa faktor :
134
6. Kandungan Air Tanah
Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan tahanan jenis tanah ( ρ )
terutama kandungan air tanah sampai dengan 20%. Dalam salah satu test laboratorium
untuk tanah merah penurunan kandungan air tanah dari 20% ke 10% menyebabkan
tahanan jenis tanah naik samapai 30 kali. Kenaikan kandungan air tanah diatas 20%
pengaruhnya sedikit sekali.
7. Temperatur tanah
Temperatur bumi pada kedalaman 5 feet (= 1,5 m) biasanya stabil terhadap perubahan
temperatur permukaan. Bagi Indonesia daerah tropic perbedaan temperatur selama
setahun tidak banyak, sehingga faktor temperatur boleh dikatan tidak ada pengaruhnya.
Keterangan:
R = tahanan pembumian yang dicari (Ω)
ρ = tahanan jenis lain (Ω/m)
ρ1 = tahanan jenis (100 Ω/m)
Tahanan pembumian pada ρ1 menyesuaikan nilai tahanan pada tabel 2.2 berdasarkan ukuran
elektrode.
135
Contoh:
1. Pada tanah rawa mempunyai tahanan jenis sebesar 30 Ω/m, akan ditanam satu buah elektrode pita
dengan panjang 25 meter. Berapa nilai tahanan pentanahan yang dihasilkan dari penanaman jenis
elektrode tersebut? Apabila menggunakan 2 elektrode batang dengan panjang masing-masing 5
meter, berapa jarak pemasangan antar elektrode?
Diketahui :
ρ = 30 Ω/m
ρ1 = 100 Ω/m
R berdasar panjang pita 25 meter pada tabel 1.2 = 10 Ω
Ditanya:
a. R
b. Jarak pemasangan antar elektrode apabila panjang masing-masing elektrode 5 meter?
Penyelesaian:
ρ
a. R = 𝑥 Tahanan pembumian pada ρ1
ρ1
30
R=
100
𝑥 10
R=3Ω
b. Jarak masing-masing elektrode minimal harus dua kali panjang elektrode, yaitu: Jarak =
5 × 2 = 10 meter
136
PENANGKAL PETIR
1. KONSEP DASAR
Petir yang menyambar ke permukaan bumi membawa dampak yang
merusak dan mengancam kehidupan manusia. Petir sebagai fenomena alam yang
alamiah dan terjadi di seluruh belahan dunia, membuat manusia mulai
mengembangkan berbagai cara untuk meminimalisir kerusakan akibat sambaran
petir. Sistem proteksi petir merupakan sebuah kesatuan sistem yang terdiri dari
terminal udara, penghantar, dan pentanahan yang mengurangi bahaya petir dari
sebuah bangunan atau objek tertentu.
Sistem proteksi petir harus dapat melindungi semua bagian dari suatu
bangunan dan termasuk manusia serta peralatan yang ada didalamnya terhadap
bahaya dan kerusakan akibat sambaran petir. Sistem proteksi petir dibagi menjadi
dua jenis yaitu sistem proteksi internal yang mencegah kerusakan pada bangunan,
manusia dan peralatan dari sambaran petir langsung, dan sistem proteksi eksternal
yang mencegah pengaruh induksi arus petir terhadap peralatan elektronik.
137
Gambar 9.1. Benjamin Franklin (1707 – 1790)
Sumber: www.wikimedia.org/BenjaminFranklin/byJosephDuplessi.jpg
138
medan magnet dan medan listrik terhadap instalasi listrik atau instalasi yang
terdiri dari metal. Berdasarkan pengertiaan tersebut sistem proteksi internal
digunakan untuk melengkapi sistem proteksi petir eksternal dan berfungsi
mencegah bahaya induksi (rambatan arus) dari sambaran petir agar tidak merusak
khususnya peralatan elektronik dalam bangunan ataupun peralatan lain yang
berada dalam radius dampak sambaran petir
139
Jenis franklin menempatkan sebuah batang penangkal petir dengan
ujungnya dibuat runcing di bagian teratas dari bagian yang akan dilindungi. Ujung
batang penangkal petir ini dibuat runcing dengan tujuan agar pada keadaan
dimana terjadi aktivitas penumpukan muatan di awan, maka diujung itulah akan
terinduksi muatan dengan rapat muatan yang relatif lebih besar bila dibandingkan
dengan rapat muatan dari muatan-muatan yang terdapat pada bagian-bagian lain
dari bangunan, dengan demikian dapat diharapkan bahwa kilat akan menyambar
ujung dari batang penangkal petir itu terlebih dahulu.
140
ditambahkan beberapa konduktor horisontal lagi diantaranya konduktor-
konduktor itu harus terhubung secara listrik satu dengan yang lain.
141
3. Sistem Proteksi Tipe Radioaktif
142
Bahan yang radium dan amerium yang termasuk kedalam bahan
radioaktif seiring waktu membawa dampak yang buruk terhadap kesehatan
manusia, sehingga keberadaan penangkal petir jenis ini telah dilarang
pemakaiannya. Bahaya yang ditimbulkan dari bahan radioaktif terhadap
Berdasarkan peraturan internasional dengan pertimbangan mengurangi zat
beradiasi di masyarakat, selain itu penangkal petir ini dianggap dapat
mempengaruhi kesehatan manusia. demi mengurangi efek buruk untuk kondisi
tubuh manusia, hewan dan tumbuhan, efek buruk radiasi dan radioaktif untuk
manusia terlihat dari kerusakan organ tubuh, cacat fisik pada bayi yang baru lahir
dan mutasi tumbuhan dan hewan yang tidak lazim jika dibiarkan makan akan
menimbulkan efek buruk untuk keseimbangan kehidupan.
143
Gambar 9.6. Contoh Merk Penangkal Petir Elektrostatis di Pasaran
Sumber: www.penangkalpetir.biz/jual-penangkal-petir.html
1.3 Perbedaan Proteksi Petir Konvensional dan Elektrostatis
Penangkal petir yang pada saat ini digunakan yaitu penangkal petir
konvensional dan penangkal petir elektrostatis, sedangkan untuk penangkal petir
radioaktif keberadaanya telah dilarang oleh pemerintah. Maka dalam pembahasan
ini akan kita ketahui perbedaan dari kedia jenis penangkal petir yang masih
digunakan yaitu proteksi petir tipe konvensional dan elektrostatis., Kedua jenis
proteksi petir tersebut penggunaanya disesuaikan dengan tingkat kebutuhan
perlindungan bangunan terhadap sambaran petir, dimana kedua jenis tersebut
memiliki keuntungan masing-masing. Berikut pembahasan mengenai keuntungan
dari penangkal petir tipe konvensional dan tipe elektrostatis:
144
4. Memerlukan banyak kabel untuk penghantar.
5. Biaya yang dikeluarkan lebih banyak, terutama bila bangunan yang
dipasang semakin luas dan membutuhkan banyak terminal udara.
Secara perhitungan penangkal petir konvensional untuk biaya yang
dikeluarkan jauh lebih mahal, karena pemasangan splitzer harus disesuaikan
dengan luas bangunan dan kebutuhan sehingga semakin luas bangunan akan
membutuhkan splitzer yang banyak dan kabel yang panjang. tersambar petir juga
masih ada bila dalam perhitungan jarak dari masing-masing splitzer tidak tepat,
selain itu juga memiliki resiko lebocoran pada atap disetiap titik pemasangan
splitzer, sehingga pemasangan harus diperhatikan dan dirancang sebaik mungkin.
Karakteristik dari sistem penangkal petir konvensional adalah bersifat pasif,
dimana menunggu untuk disambar petir yang kemudian menyalurkan arus petir
menuju ke tanah. Kekurangan dari sifat pasif ini adalah kemampuannya yang
terbatas untuk melindungi bangunan yang ada, sehingga bisa saja petir
menyambar sekitar bangunan dan induksi arus petir mampu menyebabkan
kerusakan peralatan elektronik.
145
luas dari pada sistem konvensional. Berikut tabel dibawah ini adalah
perbandingan penangkal petir elektrostatis dengan penangkal petir konvensional.
Penangkal Petir
Penangkal Petir Konvensional
Elektrostatis
Area perlindungan lebih luas
Daerah perlindungan terbatas, hanya sebatas
antara 50–150 meter
air terminal yang melekat pada bangunan
Lebih murah untuk
Biaya mahal bila diterapkan untuk area
diterapkan pada area yang
perlindungan yang luas
luas
Hanya membutuhkan 1
Memerlukan banyak air terminal di atap
terminal pada titik radius
bangunan
tertentu
Membutuhkan banyak kabel penghantar Tidak banyak memakai
(down conductor) komponen maupun kabel
Pada umumnya hanya
Membutuhkan banyak elektroda
membutuhkan 1 elektroda
Tidak banyak mengganggu
Mengganggu estetika bangunan estetika karena dapat
dipasang pada titik tertentu
Bentuk ujung yang runcing, membuat bahaya Lebih aman bagi petugas saat
mengenai petugas pemeliharaan gedung saat menjalankan tugasnya pada
bekerja atap
146
masing. Sistem proteksi internal memiliki komponen yang berbeda dengan sistem
proteksi eksternal, karena memang fungsi dari kedua komponen tersebut masing-
masing berbeda. Untuk itu, pada pembahasan ini akan dijelaskan mengenai
komponen yang digunakan dari masing-masing sistem proteksi sesuai dengan
kegunaan.
147
Proteksi internal terdapat berbagai jenis yang digunakan sebagai proteksi
terhadap induksi petir pada peralatan elektronik yang ada dalam sebuah bangunan,
sehingga kebutuhan arrester dapat disesuai dan berikut jenis-jenis dari surge
arrester yaitu:
148
Arrester LTDT series
Surge arrester tipe ini berfungsi sebagai proteksi jalur CCTV-coaxial
cable dari induksi terhadap petir. untuk penggunaan baik untuk proteksi kamera
CCTV maupun DVR. Surge arrester LTDT series merupakan surge arrester tipe
data yang mempunyai imax = 5 Ka dan memiliki kecepatan transfer data hingga
10 Mbps. Surge arrester ini dibuat oleh pabrik yang berstandarisasi ISO
149
dipasang secara tegak (vertikal). Penangkap petir ditempatkan sedemikian rupa
sehingga mampu menangkap semua petir yang menyambar tanpa mengenai
bagian gedung, bangunan atau daerah yang dilindungi (zona proteksi). Posisi
penyalur petir yang vertikal membuat tampak atasnya hanya berupa suatu titik,
sehingga bila step leader mendekati penyalur petir dari daerah manapun akan
mengalami reaksi yang sama tanpa kondisi khusus. Hal ini menggambarkan
secara umum bahwa perilaku penyalur petir dalam melindungi daerahnya
cenderung untuk membentuk suatu lingkup volume dengan penyalur petir sebagai
sumbu.
150
Gambar 9.8. Terminal Udara Konvensional
Sumber. www.antipetir.com
151
Gambar 9.10. All Alumunium Cable
Sumber: www.vericable.com
152
f. Kawat baja, dipakai pada kawat petir dan pentanahan.
Jenis penghantar yang digunakan pada umumnya adalah BCC (Bare Cooper
Cable) yaitu tembaga telanjang yang dipasang di luar bangunan. Penghantar jenis
ini sebagai penghubung antara sistem terminasi udara dengan konektor ke sistem
pentanahan. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk penyalur petir harus
berdasarkan beberapa faktor antara lain:
1. Tahan panas
2. Tahan korosi/karat
3. Tingkat konduktivitas tinggi
4. Daya tarik mekanik kuat
5. Ringan
6. Tidak mudah patah
153
kontak langsung dengan bumi dan penghantar pembumian (down conductor) yang
tidak berisolasi dan ditanam dalam bumi dianggap sebagai bagian dari elektroda
bumi. Bahan yang digunakan sebagai elektroda seperti tembaga atau baja galvanis
sepanjang kondisi tempat tidak mengharuskan memakai bahan lain.
Tahanan elektroda tanah adalah tahanan antara elektroda tanah atau sering
disebut sistem pembumian dengan suatu tanah referensi. Tahanan pembumian
adalah tahanan elektroda tanah dan hantaran hubung tanah. Tahanan total adalah
tahanan pembumian dari keseluruhan sistem pembumian yang terukur di suatu
titik. Terdapat dua macam pembumian, yaitu:
2. Pembumian peralatan
Menghubungkan ke tanah bagian dari peralatan yang pada kerja normal tidak
dilalui oleh arus.
154
Pengurangan loop pembumian memungkinkan untuk mencegah terjadinya
loncatan yang ditimbulkan oleh adanya perbedaan potensial tegangan antara satu
sistem pembumian dengan yang lainnya, dimana antar terminasi bumi
dihubungkan satu sama lain.
c. Karakteristik tanah
Karakteristik tanah merupakan salah satu faktor yang mutlak diketahui
karena mempunyai kaitan dengan perencanaan dari sistem pentanahan yang akan
diterapkan. Pada sebuah lokasi tertentu sering kita jumpai beberapa jenis tanah
yang memiliki tahanan jenis yang berbeda-beda di setiap tempat.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tahanan jenis tanah antara lain: 1).
Pengaruh temperatur, 2). Pengaruh gradien tegangan, 3). Pengaruh besarnya arus,
4). Pengaruh kandungan air, 5) pengaruh kandungan kimia dalam tanah. Sistem
pentanahan yang tidak memerlukan untuk dilakukan penanaman lebih dalam
sehingga mencapai air tanah yang konstan, variasi tahanan jenis tanah sangat
besar. Sering kali ditemukan pada penanaman elektroda memungkinkan
kelembaban dan temperatur bervariasi, hal tersebut mempengaruhi besar tahanan
jenis tanah dan harus diambil dari kondisi yang paling buruk yaitu tanah kering
dan dingin.
d. Komposisi Tanah
Nilai tahanan pentanahan sangat dipengaruhi oleh komposisi tanah,
kelembapan tanah, dan temperatur. Sehingga mengakibatkan besar tahanan
pentanahan tidaklah sama karena juga dipengaruhi oleh perubahan musim.
Kelembapan tanah atau besar kecilnya konsentrasi air dalam tanah juga
mempengaruhi nilai tahanan tanah, semakin lembab atau makin banyak
kandungan air maka semakin kecil nilai tahanan tanahnya. Hal ini dapat dengan
mudah diterangkan dari proses elektrolisasi pada tanah.
e. Pengaruh Temperatur
Pengaruh temperatur untuk indonesia sebenarnya tidakmenjadi masalah.
Karena selalu berada diatas temperatur 0 oC (air beku, tekanan 1 atmosfir).
Berbeda untuk daerah yang mengalami temperature dibawah 0 oC, tahanan jenis
155
akan naik drastis untuk temperatur dibawah 0 oC. Hal ini karena air dalam tanah
juga menjadi beku, sehingga proses aliran elektron sangat terhambat.
c. Komponen Tambahan
Komponen dari sistem proteksi petir eksternal seperti yang telah dibahas
sebelumnya terdapat terminal udara, konduktor penghantar dan elektroda
pentanahan, kemudian selain dari ketiga komponen utama tersebut terdapat
beberapa komponen yang menjadi penunjang kelengkapan dari proses instalasi
sistem proteksi petir yang akan dipasang.
1. Klem
Klem terdiri dari berbagai jenis dan bentuk yang pengguananya juga
menyesuaikan dari kebutuhan. Klem berfungsi sebagai pengikat dari konduktor
penghantar, elektroda pentanahan, dan terminasi udara. Bahan yang digunakan
umumnya adalah tembaga, namun ada pula yang terbuat dari besi dan lain-lain.
156
Gambar 9.16. Penghitung Petir (Lightning Counter)
Sumber: www.erico.com
157
petir konvensional umumnya menggunakan alat ini, karena pada penangkal petir
konvensional jalur kabel terbuka hanya dilindungi oleh conduite dari PVC.
158
Gambar 9.20. Ground Rod Driver Head
Sumber: www.listriku.com
159
Gambar 9.22. Bus Bar Grounding
Sumber: www.berbagiilmulistrik.com
9. Bak Kontrol
Bak kontrol dibuat untuk mempermudah pemasangan kabel penghantar
yang dihubungkan dengan elektroda yang telah terpasang, sehingga akan
memudahkan dalam pemasangan jaringan baru, pengukuran tahanan pentanahan
proteksi petir dan memudahkan pemeriksaan. Bak kontrol dibuat dari beton yang
didalamnya terpasang bus bar dan diberi penutup dari beton atau besi, pembuatan
bak kontrol tergantung dari jumlah elektroda pentanahan yang digunakan dan
biasanya dibuat khusus untuk bangunan yang besar, sedangkan untuk rumah
tinggal hanya sederhana tanpa ada bak kontrol.
160
3. PENENTUAN KEBUTUHAN PROTEKSI PETIR BERDASAR ASPEK
BANGUNAN
Menentukan besarnya kebutuhan bangunan terhadap instalasi proteksi
petir ditentukan oleh besarnya kemungkinan kerusakan serta bahaya yang
terjadi jika bangunan tersebut tersambar petir. Bangunan yang akan dipasang
proteksi petir haruslah dilihat berbagai aspek-aspek yaitu: jenis bangunan
yang akan dibangun, kontruksi bangunan, ketinggian bangunan, lokasi
bangunan di bangun apakah di daerah dataran rendah atau tinggi, dan potensi
petir di daerah dimana bangunan tersebut dibangun, sehingga akan dapat
diperkirakan tingkat resiko dari bangunan bila terjadi sambaran petir.
R=A+B+C+D+E
161
Dari persamaan tersebut maka akan terlihat bahwa semakin besar nilai
indeks akan semakin besar pula resiko (R) suatu bangunan sehingga semakin
besar kebutuhan bangunan tersebut akan sistem proteksi petir.
162
nilai resiko sesuai indeks B. Bangunan yang dibangun dengan berbagai
bahan dari kontruksi kayu hingga kontruksi baja yang sekarang banyak
dipakai dalam bangunan pencakar langit.
163
d. Tingkat Kebutuhan Proteksi Petir Berdasarkan Situasi Bangunan
Daerah yang menjadi lokasi bangunan didirikan tidak lepas dari
perencanaan kebutuhan proteksi petir, dan pada Tabel 9.5 dapat kita
ketahui berapa nilai indeks dari lokasi bangunan berdasarkan ketinggian
dataran. Daerah yang lapang dan cenderung datar berbeda nilainya
dengan daerah pegunungan, sehingga bangunan yang dibangun pada
daerah dataran tinggi akan memiliki potensi terkena sambaran petir lebih
besar dibandingkan dengan bangunan di daerah dataran yang lapang.
Tabel 9.5. Indeks D : Bahaya Berdasarkan Situasi Bangunan
Situasi bangunan Indeks D
Pada tanah datar di semua ketinggian 0
Pada kaki bukit sampai tiga per empat tinggi bukit atau di
1
pegunungan sampai 1000 meter
Pada puncak gunung atau pegunungan lebih dari 1000
2
meter.
164
f. Perkiraan Tingkat Kebutuhan Proteksi Petir
Berdasarkan dari masing-masing indeks tingkat resiko, kemudian
akan menghasilkan suatu nilai yang akan diketahui berapa besar resiko
dari sebuah objek yang akan dipasang proteksi petir apabila terkena
sambaran petir, kemudian diketahui tingkat kebutuhan dari tidak perlu,
dianjurkan, dan sangat perlu untuk dipasang proteksi petir. Nilai indeks
disesuaikan dengan tabel indeks perkiraan bahaya petir yang terbagi
dalam empat indeks, berikut tabel indeks perkiraan bahaya petir:
165
4. PENENTUAN ELEKTRODA PENTANAHAN
Metode pentanahan yang digunakan berdasarkan tahanan pentanahan
yang ada dan dilengkapi dengan standar pentanahan yang harus dipenuhi
untuk memaksimalkan kinerja penyalur petir. Pentanahan untuk penyalur
petir berdasarkan Permen No. 2 tahun 1989 pasal 33 menyebutkan bahwa
instalasi pentanahan instalasi listrik tidak diperbolehkan digunakan untuk
instalasi penyalur petir, sehingga pentanahan penyalur petir harus dibuat
tersendiri. Kemudian pada pasal 28 ayat (1) menjelaskan bahwa elektroda
bumi harus dibuat dan dipasang sedemikian rupa sehingga tahanan
pembumian sekecil mungkin. Pada pemasangan instalasi pentanahan terdapat
hal-hal yang perlu dipahami adalah jenis elektroda, diameter, kedalaman,
jarak antar elektroda, dan down conductor.
1) Elektroda Batang
a) Pentanahan Satu Batang
Sistem yang menggunakan elektroda batang adalah suatu
sistem pembumian dengan elektroda batang adalah suatu sistem
pembumian dengan menggunakan batang-batang elektroda yang
ditanam tegak lurus dengan permukaan tanah. Banyaknya batang
yang ditanam didalam tanah tergantung besar tahanan pembumian
yang diinginkan, dimana semakin kecil tahanan pembumian yang
diinginkan semakin banyak batang konduktor yang harus ditanam.
166
Gambar 9.25. Elektroda Pentanahan Tunggal
Sumber: www.pasangkabel.blogspot.co.id
167
c) Pentanahan Multiple Elektroda
Tahanan pembumian yang memiliki hambatan kurang dari standar
5 ohm dapat diperkecil nilai tahananya dengan memperbanyak
elektroda yang ditanam dan dihubungkan secara paralel
2) Elektroda Pita
Elektroda pita merupakan jenis elektroda yang dibuat dari
penghantar berbentuk pita atau berpenampang bulat, atau penghantar
pilin yang pada umumnya ditanam secara dangkal. Elektroda ini
ditanam sejajar permukaan tanah dengan dalam antara 0.5-1 m.
168
3) Elektroda Pelat
Elektroda pelat dibuat dari pelat logam, pelat logam berlubang
atau kawat kasa. Pada umumnya elektroda jenis ini ditanam secara
dalam.
169
c. Pemilihan Bahan Elektroda
Bahan sistem proteksi petir dan kondisi pemakainnya adalah seperti
dalam tabel ukuran konduktor termasuk konduktor terminasi udara,
konduktor penyalur dan konduktor terminasi bumi, untuk bahan yang
berbeda seperti tembaga, aluminium dan baja adalah seperti dalam tabel
13 sebaiknya terbuat dari bahan yang tahan terhadap korosi seperti
tembaga, aluminium, inox dan baja galvanis. Bahan batang dan kawat
terminasi udara seharusnya bersesuaian secara elektrokimia dengan
bahan elemen penyambung dan elemen pemegang, dan seharusnya
mempunyai sifat tahan terhadap korosi atmosfir atau kelembaban.
Sambungan antara bahan yang berbeda sebaiknya harus dihindarkan, atau
harus dilindungi, bagian dari tembaga seharunya tidak dipasang diatas
bagian galvanis kecuali bagian tersebut dilindungi terhadap korosi.
Untuk daerah yang memiliki tanah dengan sifat korosif lebih tinggi,
maka elektroda bumi harus terbuat dari bahan tertentu yaitu:
1. Pipa baja yang disepuh dengan Zn dan garis tengah dalam sekurang-
kurangnya 50 mm dan tebal sekurang-kurangnya 3,5 mm;
2. Pipa dari tembaga atau bahan yang sederajat atau pipa yang disepuh
dengan tembaga atau bahan yang sederajat dengan garis tengah
dalam sekurang-kurangnya 16 mm dan tebal sekurang-kurangnya 3
mm;
170
3. Batang baja yang disepuh dengan Zn dengan garis tengah sekurang-
kurangnya mm;
4. Batang tembaga atau bahan yang sederajat atau batang baja yang
dibalut dengan tembaga atau yang sederajat dengan garis tengah
sekurang-kurangnya 16 mm;
5. Pita baja yang disepuh dengan Zn dan tebal sekurang-kurangnya 4
mm dan lebar sekurang-kurangnya 25 mm.
Tabel 9.8. Dimensi Minimum Penghantar Penyalur Bahan SPP.
5. SOAL LATIHAN
JAWABAN
171
2. Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang
menghubungkan sistem, badan peralatan dan instalasi dengan bumi/tanah
sehingga dapat mengamankan manusia dari sengatan listrik, dan
mengamankan komponen-komponen instalasi dari bahaya tegangan
172
6. SOAL EVALUASI
ESSAY :
1. Sebutkan dan jelaskan tentang jenis-jenis elektroda lain dari elektroda
pentanahan !
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan elektroda batang, elektroda pita,
dan elektroda pelat !
3. Jelaskan prinsip kerja dari surge arrester!
4. Jelaskan macam-macam jenis pembumian!
5. Sebutkan ukuran luas penampang minimum elektroda yang
diperbolehkan dalam mengatur gradient tegangan !
JAWABAN
173
a. Elektroda batang (rod)
Elektroda batang adalah elektroda dari pipa atau besi baja profil
yang dipancangkan ke dalam tanah.
b. Elektroda pita
Elektroda pita adalah elektroda yang terbuat dari hantaran berbentuk
pita atau berpenampang bulat atau hantaran pilin yang pada
umumnya ditanam secara dangkal.
c. Elektroda pelat
Elektroda pelat adalah elektroda dari bahan pelat logam (utuh atau
berlubang) atau dari kawat kasa.
3. Surge arrester yang dipasang pada bangunan akan bekerja dengan
memutus tegangan sumber pada saat terjadi lonjakan tegangan dan
mengalirkan listrik menuju ke pentanahan (grounding).
4. Macam-macam pembumian dan penjelasnya
a. Pembumian netral sistem
Menghubungkan ke tanah bagian dari sistem yang pada kerja normal
dilalui oleh arus listrik. Tujuannya adalah untuk membatasi tegangan
lebih peralihan selama terjadi kesalahan atau hubung singkat satu
fasa ke tanah.
b. Pembumian peralatan
Menghubungkan ke tanah bagian dari peralatan yang pada kerja
normal tidak dilalui oleh arus.
174
PILIHAN GANDA
1. Bahan dari elektroda pentanahan adalah …..
a. Tembaga d. Titanium
b. Nikel e. Baja
c. Emas
2. Berikut ini yang merupakan jenis elektroda yang lain adalah ..…
a. Jaringan pipa air
b. Jaringan kabel tanah
c. Jaringan kabel telepon tanah
d. Jaringan pipa pertamina
e. Jaringan kabel listrik
3. Ukuran minimal untuk tembaga pada elektroda untuk mengukur gradient
tegangan adalah …..
a. 8 mm2 d. 16 mm2
b. 10 mm2 e. 32 mm2
c. 20 mm2
4. Ukuran minimal untuk baja berlapis seng pada elektroda untuk mengukur
gradient tegangan adalah …..
a. 15 mm2 d. 25 mm2
b. 16 mm2 e. 32 mm2
c. 18 mm2
5. Kedalaman minimal dalam pemasangan elektroda pita …..
a. 0,5 meter – 1,0 meter
b. 1,5 meter – 2,0 meter
c. 2,5 meter – 3,0 meter
d. 3,5 meter – 4,0 meter
e. 4,0 meter – 4,5 meter
6. Panjang minimal dari elektroda batang adalah …..
a. 1 meter d. 4 meter
b. 2 meter e. 5 meter
c. 3 meter
175
7. Sistem pentanahan dengan menggunakan elektroda batang adalah …..
a. Pentanahan dangkal
b. Pentanahan horizontal
c. Pentanahan vertikal
d. Pentanahan dalam
8. Jarak pemasangan antar elektroda pelat adalah …..
a. 3,0 meter d. 1 meter
b. 2,0 meter e. 0,5 meter
c. 1,5 meter
9. Ukuran minimal pelat pada elektroda pelat adalah …..
a. 0,5 meter x 0,25 meter
b. 1,0 meter x 0,50 meter
c. 1,5 meter x 0,75 meter
d. 2,0 meter x 1,00 meter
e. 2,0 meter x 1,50 meter
10. Elektrode yang terbuat dari pipa besi, baja profil merupakan elektrode
jenis…..
a. Batang d. Pelat
b. Pita e. Pilin
c. Tabung
176
Testing and Commissioning
177
perhitungan, pengetesan, dan pengukuran terhadap instalasi, perlengkapan, dan
peralatan listrik untuk memastikan bahwa instalasi, perlengkapan, dan peralatan listrik
telah memenuhi standar bidang kelistrikan dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
B. Jenis-Jenis Testing and Commissioning
1. Pengujian Perencanaan
Pengujian berupa kegiatan penilaian, perhitungan dan pemeriksaan terhadap hasil
perencanaan/ perancangan sebelum hasil perencanaan/ pemasangan dilanjutkan dengan
kegiatan pemasangan.
2. Pemeriksaan Secara Visual
Pemeriksaan secara visual ini ditujukan untuk mengetahui apakah perlengkapan yang
dipasang telah sesuai dengan spesifikasi dalam kontrak dan untuk memastikan apakah
semua perlengkapan dalam kondisi baik secara fisik tanpa ada kelainan seperti
berkarat, pecah ataupun retak
3. Pemeriksaan Pemasangan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan apakah hasil pemasangan instalasi sudah
sesuai dengan gambar perencanaan serta peraturan-peraturan yang berlaku.
4. Pengujian Secara Individual
Pengujian secara individual ialah suatu pengujian yang dilakukan untuk mencocokan
kesesuaian karakteristik perangkat atau perlengkapan listrik, jika terdapat
penyimpangan maka pemasok atau kontraktor harus mengadakan penyetelan atau
penyesesuaian kembali. Tetapi jika ternyata tidak dapat disetel atau disesuaikan
kembali maka perangkat atau perlengkapan listrik tersebut dinyatakan tidak baik dan
harus diganti.
5. Pengujian Tegangan Tinggi
Pengujian tegangan tinggi ditujukan untuk menilai keadaan isolasi dari perlengkapan
tenaga listrik. Untuk perlengkapan atau bagian dari instalasi yang dirakit atau
mengalami pengerjaan dilapangan harus dilakukan pengujian tegangan tinggi, sedang
untuk perlengkapan yang dirakit di pabrik dan dalam pengangkutan tidak pecah-pecah,
pengujiannya tergantung dari macam perlengkapan dan ditinjau kasus demi kasus.
6. Pengujian sistem pengaman dan control
178
Dilakukan untuk meyakinkan apakah semua peralatan pengaman dan kontrol telah
tersambung dengan baik, maka semua perlengkapan dioperasikan (sebelum diberi
tegangan) dari papan hubung maupun ruang kontrol termasuk uji jatuh (trip) relai relai
yang bersangkutan untuk memastikan bahwa semua peralatan sinyal telah berfungsi
baik.
C. Tujuan Testing and Commissioning
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan terhadap instalasi terpasang baru atau instalasi
yang mengalami perubahan memiliki maksud dan tujuan antara lain sebagai berikut:
1. Memastikan semua peralatan listrik, subsistem, dan sistem dipasang sesuai dengan
peraturan yang relevan dan berlaku, rencana, spesifikasi persyaratan, dokumen kontrak
serta rekomendasi pabrikan.
2. Memverifikasi bahwa kinerja peralatan atau sistem yang terpasang sesuai dengan
desain yang ditentukan melalui serangkaian tes dan penyesuaian.
3. Memverifikasi dan mendokumentasikan kinerja yang tepat dari semua peralatan dan
sistem listrik.
4. Memberikan penjaminan instalasi listrik yang aman, handal dan memberikan
keselamatan bagi peralatan listrik, instalasi listrik, pngguna atau manusia, dan
bangunan berserta isinya.
5. Memastikan adanya tempat kerja yang selamat dan sehat untuk mendorong
produktivitas.
D. Acuan Testing and Commissioning
Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan dan pengujian dari hasil perencanaan, pemasangan,
penggunaan, pengubahan, dan pemeliharaan yang dilakukan pada pembangkitan,
transmisi, distribusi, dan pemanfaatan listrik wajib mengacu standar bidang kelistrikan dan
ketentuan perundang undangan antara lain:
1. Standar Nasional Indonesia
Standar Nasional Indonesia yang dimaksud adalah SNI 0225:2011 atau PUIL 2011,
Undang Undang no 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, Permenaker No. 12 tahun
2015 dan Permenaker No. 33 tahun 2015 tentang K3 listrik di tempat kerja, Permenaker
No. 02 tahun 1989 dan Permenaker No. 31 tahun 2015 tentang pengawasan instalasi
179
penyalur petir, dan Permenaker No. 33 tahun 2016 Tata Cara Pengawasan
Ketenagakerjaan.
2. Standar Internasional
Standar International yang dimaksud antara lain Electrotechnical Commission (IEC),
National Fire Protection Association (NFPA), Institute of Electrical and Electronics
Engineers (IEEE), dan lain sebagainya.
3. Standar nasional negara lain yang ditentukan oleh pengawas ketenagakerjaan spesialis
K3 listrik.
4. Standar nasional negara lain yang dimaksud antara lain Japanese Industrial Standar
(JIS), American National Standards Institute (ANSI), Australia Standards (AS), dan
lain sebagainya.
E. Prosedur Testing and Commissioning
Pemeriksa dan penguji demikian pula pengguna instalasi harus memeroleh data yang
jelas tentang instalasi dan bagaimana melaksanakan fungsi dalam instalasi tersebut guna
memperlancar kegiatan pemeriksaan dan pengujian instalasi. Informasi yang diperoleh
dari data yang ada diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman saat melakukan
pemeriksaan dan pengujian serta dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam proses
pemeriksaan dan pengujian. Tanpa informasi yang lengkap pemeriksa dan penguji tidak
dapat memberikan kepastian apakah instalasi terpasang telah memenuhi regulasi dan
persyaratan atau bahwa instalasi telah dilaksanakan sesuai rancangan.
1. Kelengkapan Data Pendukung
Data pendukung yang diperlukan oleh seorang pemeriksa dan penguji antara lain:
a. Gambar situasi
b. Gambar instalasi sesuai ketentuan
c. Jenis suplai apa fasa tunggal atau fasa tiga
d. Kebutuhan maksimum instalasi
e. Tindakan pembumian bagi instalasi
f. Rincian rancangan instalasi termasuk susunan PHB utama dan PHB cabang serta
sirkit cabang dan sirkit akhir.
180
g. Data mengenai rancangan instalasi termasuk perhitungan untuk menentukan
kebutuhan maksimum, penampang penghantar fasa dan netral, penghantar
pengaman dan lainnya.
h. Metode yang diterapkan untuk menghindari tegangan sentuh jika terjadi gangguan
bumi.
2. Ketentuan Penguji
Direktorat Jendral Listrik dan Pengembangan Energi menetapkan sistem
standarisasi dan sertifikasi di bidang ketenagalistrikan sesuai peraturan perundang-
undangan di bidang ketenagalistrikan, termasuk diantaranya sertifikasi tenaga ahli/ teknisi
dan sertifikasi instalasi listrik domestik maupun non domestik.
Petugas yang diserahi tanggung jawab atas semua pekerjaan pemeriksaan dan
pengujian instalasi listrik harus memiliki sertifikat kompetensi dibidang kelistrikan,
memahami peraturan perlistrikan, menguasai pekerjaan memasang instalasi listrik, dan
memiliki izin bekerja dari instansi yang berwenang. Penguji harus mampu menjaga
keselamatan dirinya dan orang lain di sekitar lokasi pemeriksaan dan pengujian. Sikap dan
tindakan pengujian yang harus dilakukan oleh seorang penguji mencakup diantaranya hal-
hal sbb:
181
b. Hasil pemeriksaan dan pengujian, termasuk hasil uji coba, harusdilaporkan dalam
bentuk berita acara.
c. Jika uji coba menunjukkan ada kesalahan dalam instalasi, uji coba itu harus
dihentikan dan hanya dapat diulangi seteh instalasi diperbaiki.
F. Pelaksanaan testing commissioning
1. Pemeriksaan Dokumen
Penelaahan dokumen pada instalasi pemanfaatan tenaga listrik bertujuan untuk
memastikan keberadaan dan kelengkapan dokumen yang dapat digunakan untuk
mengetahui jenis, spesifiksai dan kemampuan dari keseluruhan sistem instalasi sehingga
pengguna dapat memanfaatkan pembangkit secara efektif, efisien, dan aman. Dokumen
yang ditelaah antara lain:
Ijin/ SLO/ SK, Peta lokasi, old, layout, wiring, area klasifikasi, daftar komponen panel,
perhitungan arus hub singkat, buku manual, buku pemeliharaan dan operasi, tanda
peringatan, sertifikat pabrik pembuat, sertifikasi teknik peralatan dan perlengkapan listrik,
perhitungan rekapitulasi daya, record daily, data penunjang lain
Pemeriksaan dokumen bertujuan untuk memastikan keberadaan dan kelengkapan
dokumen yang dapat digunakan untuk mengetahui jenis pembangkit, spesifiksai dan
kemampuan dari pembangkit sehingga pengguna dapat memanfaatkan pembangkit
secara efektif, efisien, dan aman. Dokumen yang ditelaah antara lain:
a) Gambar diagram satu garis dari generator pembangkit dan instalasi
pembangkit yang sesuai.
b) Gambar diagram pengawatan dari generator pembangkit dan instalasi
pembangkit yang sesuai
c) Daftar komponen yang digunakan dalam pembangkit
d) Gambar layout pembangkit
e) Gambar area klasifikasi
f) Data hasil uji pabrik pembuat
g) Buku manual/ buku pedoman
h) Buku petunjuk pemeliharaan dan pengoperasian
i) Tanda peringatan K3
Sertifikat pabrik pembuat
182
2. Pemeriksaan Fisik
a. Panel
1) Spesifikasi Switchgear
Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan crosscheck terhadap spesifikasi
Switchgear terpasang dengan kebutuhan instalasi. Beberapa spesifikasi yang
diperiksa antara lain rating tegangan dan frekuensi, rating freq withstand voltage ,
rating impulse withstand voltage, symmetrical breaking current. Degree protection
2) Lampu indicator, alat ukur, nama/ label instalatir, tanda bahaya,
selector switch dan kunci.
3) Pemeriksaan tampak dalam.
Gambar single line diagram dan riwayat perawatan, kabel bonding
untuk pengaman sentuh tak langsung, labeling, kode warna kabel,
kebersihan panel.
4) Pemeriksaan visual pada sistem terminasi.
Bubar / penghantar, pengaman, sepatu kabel, sistem pembumian,
jarak busbar.
5) Pemeriksaan daerah visual kerja.
Jarak bagian depan samping belakang, bebas buka pintu panel,
pencahayaan, barang-barang tak terpakai.
6) Perlengkapan listrik pada kubikel
a) PMT dan PMB.
Memeriksa label, memeriksa kontak, memeriksa relay, memeriksa kawat
pentanahan, pengujian tahanan isolasi, pemeriksaan kerja local secara
mekanis dan elektris, pengukuran interlock mekanis dan elektris.
Pengukuran indikasi buka/ tutup.
b) PMS.
Memeriksa kontak, memeriksa relay, memeriksa kawat pentanahan,
pengukuran tahanan isolasi, pemeriksaan kerja local secara mekanis dan
elektris, pengukuran interlock mekanis dan elektris.
c) Trafo arus.
Memeriksa kawat pentanahan, memeriksa rasio, memeriksa tahanan isolasi.
183
d) Trafo tegangan.
Memeriksa kawat pentanahan, memeriksa rasio, memeriksa polaritas.
e) Relay Proteksi.
Pemeriksaan visual dan pengujian pada OCR, differensial, REF, GFR,
UVR, dan OVR.
f) Alat ukur
Memeriksa secara visual dan pengujian unjuk kerja pada ampere
meter, volt meter, VAR meter, frekuensi meter, dan memeriksa
indicator fasa.
2. Kabel
Penggunaan kabel terpasang yang berfungsi sebagai penghantar listrik dipastikan
kesesuaiannya berdasarkan kontrak dan peraturan yang berlaku. Cakupan pemeriksaan
penggunaan kabel antara lain:
a. Cara pemasangan kabel
Pemeriksaan secara fisik apakah kabel dipasang dengan cara in bow atau out bow
b. Spesifikasi kabel
Pemeriksaan secara fisik apakah kabel terpasang memiliki jenis ukuran kabel sesuai
dengan kontrak yang telah disepakati. Pemeriksaan juga dilakukan untuk
memastikan bahwa kabel terpasang memiliki kemampuan hantar arus yang sesuai
dengan arus maksimum yang mengalir dalam instalasi tersebut.
c. Warna kabel atau warna tanda pengenal (marking) kabel
Pemeriksaan secara fisik berupa pengamatan penggunaan kabel. Kabel terpasang
harus memiliki warna isolasi kabel atau penanda kabel sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Warna isolasi kabel atau penanda kabel yang diatur dalam PUIL 2011 dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1 Warna Kabel
184
Netral Biru
Pemeriksaan penggunaan kabel dilakukan pada tiga obyek yaitu bagaimana cara
pemasangan kabel, apakah kabel terpasang memiliki spesifikasi sesuai dengan
kebutuhan, dan apakah warna kabel atau sepatu kabel sesuai standar yang berlaku.
Dalam pemeriksaan penggunaan kabel dapat berpedoman pada tabel berikut. FORM
185
8. Warna kabel terpasang Sesuai/Tidak sesuai
atau sepatu kabel sesuai
standar yang berlaku
3. Pengujian
a. Pengujian Tahanan isolasi
keamanan dan keandalan sebuah isolasi penghantar harus dipastikan dalam kondisi
baik. Perlu dilakukan pengujian tahanan isolasi dengan tujuan untuk memastikan
penghantar dalam kondisi baik (tidak terjadi kegagalan isolasi/ isolasi mengalami
kerusakan), untuk mengetahui kebenaran rangkaian, untuk menghindari gangguan
tegangan tembus pada sebuah penghantar.
b. Nilai tahanan isolasi antara dua saluran penghantar pada instalasi listrik minimal 2000 Ω
tiap 1 V tegangan kerja ditambah 1000.000 Ω. Apabila tegangan kerja yang digunakan
adalah 220 V, maka besar nilai tahanan isolasi minimal sebesar : 1000 x 220 = 220.000 Ω
atau 220 KΩ. Arus yang diijinkan di dalam tahanan isolasi 1 mA/V. Hasil pengujian harus
memenuhi nilai minimal yang telah ditetapkan untuk dapat dihubungkan dengan sumber
186
tegangan. Apabila hasil pengukuran nilai lebih rendah dari ketentuan minimum yang sudah
ditetapkan, maka saluran penghantar tersebut tidak layak untuk dihubungkan dengan
sumber tegangan.
Pengukuran tahanan isolasi dilakukan oleh inspektor dimulai dari panel hubung bagi
(PHB) karena semua beban yang terpasang pada instalasi terhubung pada PHB. Pengujian
tahanan isolasi pada sistem instalasi dilakukan pada penghantar Fasa-Fasa (pada sistem
tiga fasa), Fasa – Netral, Fasa – Ground, dan Netral Ground.
Pengujian tahanan isolasi dilakukan pada seluruh rangkaian dengan menggunakan alat
ukur insullation tester . tegangan uji yang digunakan untuk instalasi penerangan adalah
500VDC. Dalam Pengukuran tahanan isolasi beberapa hal yang harus diperhatikan
diantaranya :
187
Gambar 7. Pengukuran pada Fasa-Netral
188
Hasil pengukuran dicatat kedalam tabel kerja kemudian ditarik kesimpulan yang dituliskan
dalam kolom keterangan, apabila hasil pengkuran memenuhi standar maka beri keterangan
layak, kemudian apabila hasil pengukuran kurang memenuhi standar maka beri keterangan
tidak layak. Pengujian tahanan isolasi dapat menggunakan tabel atau formulir tahanan
isolasi
No:
Formulir
Revisi:
LOGO Tanggal:
Tes Tahanan Isolasi (Megger) Halaman:
189
Menyetujui:
Departemen Proyek: Departemen Proyek: Kontraktor
PT.
190
pengujian kemudian dicatat dan diambil rerata pengujian sebelum dilakukannya
pengambilan kesimpulan yang dicatat di kolom keterangan.
191
2 1Ω
3 0.5 Ω
4 1Ω
Variasi arus pengujian MCB dapat dilakukan dengan rangkaian diatas, besaran arus
dapat diatur dengan mengubah nilai tegangan. Sebagai contoh apabila MCB
terpasang pada suatu grup memiliki rating arus 4 A maka atur arus pengujian sebesar
3A, 4A, 5A, dan 8A. Contoh tabel percobaan dapat dilihat pada tabel 6.
192
Tabel 6. Pengujian MCB
TABEL PENGUJIAN MCB
ARUS
No OBYEK HASIL KET
UJI
1. MCB 1 3A TRIP/ TIDAK
(4A) 4A TRIP/ TIDAK
5A TRIP/ TIDAK Trip sebelum 5A
8A TRIP/ TIDAK Trip sebelum 8A
2. MCB 2 3A TRIP/ TIDAK
(4A) 4A TRIP/ TIDAK
5A TRIP/ TIDAK Trip sebelum 5A
8A TRIP/ TIDAK Trip sebelum 8A
2) ELCB
Pengujian ELCB dapat dilakukan menggunakan alat uji ELCB atau pengujian
konvensional, salah satu alat uji ELCB adalah RCD Tester.
193
Gambar 4. RCD Tester Kyoritsu 5406A
Pengujian menggunakan RCD Tester dapat menggunakan opsi auto ramp test yaitu
dengan cara menempatkan selector switch pada posisi auto ramp kemudian tekan dan
tahan tombol uji hingga ELCB trip dan menunjukan arus bocor dan waktu yang
dibutuhkan untuk ELCB bekerja atau dapat menggunakan opsi x 1/2, x 1, dan x 5 akan
tetapi pada opsi ini RCD Tester hanya menunjukan waktu yang dibutuhkan ELCB
untuk bekerja. Untuk lebih detail instruksi penggunaan RCD Tester dapat dilihat pada
manual terlampir. Cara lain yang dapat dilakukan adalah cara konvensional yaitu
dengan mengalirkan arus dari penghantar fasa menuju ground. Proses mengalirkan arus
menuju ground dapat dilakukan dengan menghubungkan fasa pada kotak kontak
menuju ground.
194
Gambar 18. gambar titik ukur tegangan
Sumber tegangan awal ditandai dengan notasi angka 1 ada gambar lokasi tersebut
merupakan titik referensi atau titik awal pengukuran dilakukan. Sedangkan pada titik
dengan notasi angka 2 dan 3 merupakan titik beban yang berlokasi jauh dari sumber
tegangan awal. Titik 2 dan 3 merupakan titik ukur tegangan akhir. Sehingga dapat
dianalisa tegangan pada titik 2 dan 3 tidak boleh lebih kecil dari ((Tegangan titik 1-(4%
X Tegangan titik 1)))
f. Pengukuran Temperatur
g. uji fungsi
Periksa dan pastikan instalasi dapat berfungsi sesuai spesifikasi kontrak atau desain awal
pemasangan instalasi. Gunakan form pengujiam untuk membantu proses pengujian fungsi
instalasi listrik.
Tabel 9. Form Tes Nyala
195
Komponen Kondisi
No Lokasi Keterangan
Pengujian Sesuai Tidak
Teras
Ruang
1 Saklar
Tamu
Dapur
Teras
Ruang
2 lampu
Tamu
Dapur
Ruang
Tamu 1
Kotak Ruang
3
Kontak Tamu 2
Kamar
Tidur 1
.
.
.
Dst..
196
PERBAIKAN FAKTOR DAYA
1. KONSEP DASAR
P=VxI
P = Volt x Ampere x Cos φ = Watt
197
listrik. Faktor daya yang rendah berhubungan dengan beda fasa antara arus
dan tegangan pada terminal beban dan berkaitan dengan kualitas harmonik
atau bentuk gelombang arus yang menyimpang bentuknya. Sudut fasa arus
beban yang rendah biasanya diakibatkan oleh beban induktif seperti motor
induksi, transformator daya, ballast lampu, peralatan las ataupun beban
elektronik lainya.
a) Beban Listrik
Suatu rangkaian listrik selalu dijumpai suatu sumber dan beban. Bila
sumber listrik DC, maka sifat beban hanya bersifat resistif murni, karena
frekuensi sumber DC adalah nol. Reaktansi induktif (XL) akan menjadi
nol yang berarti bahwa induktor tersebut akan short circuit. Reaktansi
kapasitif (XC) akan menjadi tak berhingga yang berarti bahwa kapasitif
tersebut akan open circuit. Jadi sumber DC akan mengakibatkan beban
beban induktif dan beban kapasitif tidak akan berpengaruh pada rangkaian.
Bila sumber listrik AC maka beban dibedakan menjadi 3 sebagai berikut :
a. Beban Resistif
Beban resistif yang merupakan suatu resistor murni, contoh : lampu
pijar, pemanas. Beban ini hanya menyerap daya aktif dan tidak
menyerap daya reaktif sama sekali. Tegangan dan arus se-fasa. Secara
matematis dinyatakan :
R=V/I
198
Gambar 11.1 Gelombang Pada Rangkaian Resistif
b. Beban Induktif
Beban induktif adalah beban yang mengandung kumparan kawat
yang dililitkan pada sebuah inti biasanya inti besi, contoh : motor –
motor listrik, induktor dan transformator. Beban ini mempunyai faktor
daya antara 0 – 1 “lagging”. Beban ini menyerap daya aktif (kW) dan
daya reaktif (kVAR). Tegangan mendahului arus sebesar φ°. Secara
matematis dinyatakan :
199
Beban ini menyerap daya aktif (kW) dan mengeluarkan daya reaktif
(kVAR). Arus mendahului tegangan sebesar φ°. Secara matematis
dinyatakan :
XC = 1 / 2πfC
b) Rangkaian R L C
1. Karakteristik Resistor (R) Murni
200
I = Im sin ω . t
V = Vm sin ω . t
VR = IR . R
2. Karakteristik Induktor (L) Murni
201
Kapasitor (C) mengubah fase tegangan dan arus, arus mendahului
tegangan sebesar 90o (arus lebih CEPAT dari pada tegangan). Beda
fase arus dan tegangan (Δθ = 90o).
202
Gambar 2.8 Fasor Tegangan
c) Tegangan total
V = √(VR2 + (VL – VC)2)
d) Hambatan total/Impedansi (Z)
Z = √(R2 + (XL – XC)2) Lagging (tertinggal)
Z = √(R2 + (XC – XL)2) Leading (mendahului)
Ket.:
Z = impedansi (Ohm)
R = Resistor/hambatan (Ohm)
XL = Reaktansi induktor/induktif (Ohm)
203
XC = Reaktansi kapasitor/kapasitif (Ohm)
L = induktansi induktor (Henry)
C = kapasitansi kapasitor (Farad)
204
Gambar 11.13 Faktor daya “lagging”
205
Kapasitor bank adalah sekumpulan beberapa kapasitor yang
disambung secara parallel untuk mendapatkan kapasitas kapasitif tertentu.
Besaran yang sering dipakai adalah VAR (volt ampere reaktif) Kapasitor
ini mempunyai sifat listrik yang kapasitif (leading), sehingga
mempunyai sifat mengurangi atau menghilangkan terhadap sifat induktif
(lagging). Dasar inilah nilai power faktor diperbaiki.
Kapasitor yang akan digunakan untuk memperbesar faktor daya
dipasang paralel dengan rangkaian beban. Metode pemasangan kapasitor
dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
206
Gambar 11.17 Kompensasi Kawasan
207
kapasitor akan menyimpan kembali elektron. Pada saat kapasitor
mengeluarkan elektron (Ic) berarti sama juga kapasitor menyuplai daya
reaktif ke beban.
Proses pengurangan itu bisa terjadi karena kedua beban (induktor dan
kapasitor) arahnya berlawanan akibatnya daya reaktif menjadi kecil. Bila
daya reaktif menjadi kecil sementara daya aktif tetap maka harga pf
menjadi besar akibatnya daya nyata (kVA) menjadi kecil sehingga
rekening listrik menjadi berkurang.
208
sirkuit AC atau beda sudut fasa antara V dan I yang biasanya dinyatakan
dalam cos φ .
Faktor Daya = Daya Aktif (P) / Daya Nyata (S)
= kW / kVA = V.I Cos φ / V.I = Cos φ
Faktor daya mempunyai nilai range antara 0 – 1 dan dapat juga
dinyatakan dalam persen. Faktor daya yang bagus apabila bernilai
mendekati satu.
Tan φ = Daya Reaktif (Q) / Daya Aktif (P)
= kVAR / kW
Karena komponen daya aktif umumnya konstan (komponen kVA dan
kVAR berubah sesuai dengan faktor daya), maka dapat ditulis seperti
berikut :
Daya Reaktif (Q) = Daya Aktif (P) x Tan φ
Rumus perhitungan rating kapasitor yang dibutuhkan untuk
memperbaiki faktor daya sebagai berikut :
Daya reaktif pada pf awal = Daya Aktif (P) x Tan φ1
Daya reaktif pada pf diperbaiki = Daya Aktif (P) x Tan φ2
Sehingga rating kapasitor yang diperlukan untuk memperbaiki faktor
daya adalah :
Daya reaktif (kVAR) = Daya Aktif (kW) x (Tan φ1 - Tan φ2)
209
Komponen-komponen utama yang terdapat pada panel kapasitor
antara lain:
210
Gambar 11.21 Breaker Kapasitor
c) Magnetic Contactor
Magnetic contactor diperlukan sebagai peralatan kontrol.
Beban kapasitor mempunyai arus puncak yang tinggi , lebih tinggi dari
beban motor. Untuk pemilihan magnetic contactor minimal 10 % lebih
tinggi dari arus nominal ( pada AC 3 dengan beban induktif/kapasitif).
Pemilihan magnetic dengan range ampere lebih tinggi akan lebih baik
sehingga umur pemakaian magnetic contactor lebih lama.
211
Kapasitas kapasitor dari ukuran 5 KVar sampai 60 Kvar. Dari
tegangan kerja 230 V sampai 525 Volt atau Kapasitor.
212
Gambar 11.24 Power Factor Regulator
213
1. Selektor auto – off – manual yang berfungsi memilih sistem operasional
auto dari regulator atau manual dari push button.
2. Push button on dan Push button off yang berfungsi mengoperasikan
magnetic contactor secara manual.
214
pada industri dengan kapasitas beban terpasang besar sampai
ribuan kva dan terlebih jarak antara panel MDP dan SDP cukup
berjauhan.
215
Gambar 11.26 Skema Individual Compensation
216
1000/5 0.05 0.07 0.09 0.11 0.14 0.18 0.22 0.27 0.29 0.36 0.43 0.54 0.57
1500/5 0.05 0.06 0.07 0.10 0.12 0.14 0.18 0.19 0.24 0.29 0.36 0.38
2000/5 0.05 0.07 0.09 0.11 0.13 0.14 0.18 0.22 0.27 0.28
2500/5 0.06 0.07 0.09 0.10 0.12 0.14 0.17 0.22 0.23
3000/5 0.05 0.06 0.07 0.09 0.10 0.12 0.14 0.18 0.19
4000/5 0.05 0.06 0.07 0.09 0.11 0.14 0.14
Ket:
Iprim = rating primer pada CT, misal : 250/50 A => Iprim = 250 A
Isec = rating sekunder pada CT, misal : 250/50 A => Isec = 50 A
b) Menghitung arus reaktif terkecil tiap step Ic => Ic = Q/(√3 x V)
Ket:
Q = daya reaktif 1 kapasitor
V = tegangan antar phase
c) Menghitung parameter C/K => C/K = Ic/K
Contoh perhitungan:
Diketahui
Rasio CT => K = 500 / 5 = 100
Kapasitor 60 kvar dengan tegangan V = 400 V
Ic = 60000 / √3 x 400 = 86,7 A
Setting parameter C/K => C/K = 86,7 / 100 = 0,867
Maka nilai C/K yang diatur dalam modul regulator adalah 0,87.
217
Bermacam-macam efek harmonik di sistem yang berbeda-beda
menyebabkan kesulitan memprediksi apabila situasi berbahaya akan
terjadi. Evaluasi teknis harus dilakukan untuk memperkirakan resiko yang
bakal terjadi dan memilih teknik yang terbaik dan pilihan ekonomis.
Kapasitor Normal, apabila kondisi yang muncul yaitu;
𝑃𝑠𝑐
> 240
R
𝑃𝑠𝑐
120 < > 240
R
𝑃𝑠𝑐
< 240
R
Dimana :
R = jumlah aritmatik nilai nominal kVA perlengkapan sebagai penghasil
harmonik
Psc: nilai daya hubung singkat (nilai nominal daya transfo/nilai impedansi trafo)
218
6. SOAL LATIHAN
124.000
𝐼𝑐 = = 179 𝐴
400 √3
KHA = 1,5 x Ic
2. a. Psc = 500.000/0,04
= 12.500 kVA
b. Scc/240 = 12500/240
= 52 kVA
219
Bila daya yang disearahkan adalah 50 kVA, maka nilai ini lebih kecil dari
nilai rasio Scc/240, dengan demikian digunakan solusi kesatu, yaitu
kapasitor normal.
P = V.I.Cos ϕ
220
Gambar 7. Prinsip Perbaikan Faktor Daya
Sumber: http://konversi.wordpress.com
7. SOAL EVALUASI
1. Sebuah motor induksi 3 phase 220 kW, 50 Hz dengan cos phi awal
0,7. Apabila diinginkan cos phi target sebesar 0,9 hitunglah nilai
kapasitor yang harus dipasang!
2. Buktikan bahwa faktor daya yang jelek menyebabkan rugi-rugi
jaringan bertambah besar!
3. Bila diketahui kapasitor Varplus dengan spesifikasi 50 kVAr, 440
V/50 Hz. Dapatkah kapasitor tersebut dipasangkan ke jaringan yang
membutuhkan 50 kVAr dengan tegangan nominal 400 V/50 Hz?
Mengapa demikian ?
4. Bila diketahui bahwa daya nominal trafo 1000 kVA, tegangan hubung
singkat 4%, total daya yang disearahkan 150 kVA. Tentukan:
a. Daya hubung singkat (Psc)
b. Tentukan golongan kapasitor, apakah standar, terisolasi lebih, atau
dengan reaktor anti harmonik
221
5. Hitunglah besarnya kapasitor yang harus ditambahkan ke sebuah
lampu fluoresen 20 W, 220 VAC, 50 Hz dengan faktor daya 0,4;
sehingga faktor dayanya terkoreksi menjadi 0,93.
222
Vc = VL = 440 V
Cdelta = Qc/(VC)2 * 2π*f)
= 39600/((440)2*2*3,14*50) = 651 µF
223
4. Penyelesaian :
a. Psc = 1.000.000/0,04
= 25.000 kVA
b. Scc/240 = 25.000/240 = 104 kVA
Scc/120 = 25.000/120 = 208 kVA
Bila daya yang disearahkan adalah 150 kVA, maka nilai ini berada di
antara nilai rasio Scc/240 dan Scc/120, dengan demikian digunakan solusi
kedua, yaitu kapasitor terisolasi lebih.
5. Penyelesaian:
224