Anda di halaman 1dari 224

Pendahuluan

A. View

Gambar 1. Penjualan Tenaga Listrik PLN Tahun 2012-2016 (MWh)


(Sumber: DJK ESDM, 2017)
Semakin tingginya tingkat daya saing dalam pengembangan individu maupun
kelompok mempengaruhi peningkatan penggunaan energi listrik di kalangan rumah
tangga, sosial, komersial, dan industri. Peningkatan penggunaan energi listrik dari sisi
konsumen pertahunnya selalu meningkat seperti yang terlihat pada Gambar 1. Usaha
PLN untuk memenuhi kebutuhan energi listrik yang dikonsumsumsi dengan cara
peningkatan kapasitas daya pada sisi pembangkit seperti yang terlihat pada Tabel 1.
Namun sayangnya, pengetahuan masyarakat tentang pentingnya keamanan dan
kenyamanan dalam penggunaan energi listrik masih kurang. Sehingga sering kita
melihat/mendengar berita kabar tentang kebakaran di suatu hunian, tempat usaha,
bahkan perusahaan yang diakibatkan oleh listrik. Oleh sebab itu, sangat penting bagi
konsumen untuk mengetahui bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.

1
Tabel 1. Kapasitas Daya yang Terpasang dari Pembangkit Tenaga Listrik PLN (MW)

PLTM
PLTMG/ PLTM/ PLTB/ PLT
PLTU/ PLTGU/ PLTA/ H/ PLTP/ PLTGB/ PLTSa/
TAHUN/ PLTG/ Gas P LTD/ Mini Wind S/ Jumlah/
Steam Combined Hydro Micro Geothermal Coal Gasi Waste
YEAR Gas PP Engine Diesel PP Hydro Power Solar Total
PP Cycle PP PP Hydro PP cation PP PP
PP PP PP PP
PP
2011 16.318,00 4.236,02 8.480,97 169,54 5.471,93 3.880,83 57,66 5,93 1.209,00 0,93 1,16 41 26 39.898,97

2012 19.714,00 4.343,82 9.461,11 198,74 5.973,58 4.078,24 61,46 6,71 1.343,80 0,93 4,09 41 26 45.253,47

2013 23.812,53 4.389,09 9.852,21 448,12 5.935,00 5.058,87 77,05 29,69 1.345,40 0,63 9,02 6 26 50.898,51

2014 25.104,23 4.310,50 10.146,11 610,74 6.206,99 5.059,06 139,87 30,46 1.405,40 1,12 9,02 6 36 53.065,50

2015 27.229,73 4.310,50 10.146,11 818,74 6.274,79 5.079,06 151,17 30,46 1.435,40 1,12 9,02 6 36 55.528,10

2016 29.880,23 4.420,50 10.146,11 1.852,74 6.274,79 5.124,06 192,57 65,76 1.640,40 1,12 16,02 6 36 59.656,30

(Sumber: DJK ESDM, 2017)

2
B. Bahaya Kelistrikan
Bahaya listrik dibedakan menjadi dua, yaitu bahaya primer dan bahaya
sekunder. Bahaya sekunder merupakan bahaya yang disebabkan listrik secara tidak
langsung, namun potensi bahayanya sama dengan bahaya primer. Contoh dari bahaya
sekuder seperti jatuh dari ketinggian, terbakar di area kerja baik langsung maupun tidak
langsung, dan lain sebagainya. Sedangkan bahaya yang disebabkan oleh listrik secara
langsung disebut dengan bahaya primer, contohnya sentuhan langsung dengan sumber
tegangan dan kebaran serta ledakan pada rangkaian tertutup. Sentuhan langsung dengan
sumber tegangan sering disebut dengan istilah tersengat listrik. Bahaya dari sengatan
listrik ditentukan dari besar kecilnya arus yang mengalir pada tubuh manusia, semakin
besar arus yang mengalir maka semakin terasa sengatan listriknya.
Sengatan listrik yang terjadi pada tubuh manusia ada dua cara, yaitu sentuhan
langsung dan tidak langsung. Dampak bagian tubuh akibat bersentuhan langsung pada
titik tegangan disebut bahaya sentuh langsung sedangkan bahaya sentuh tidak langsung
dapat berupa sengatan listrik akibat tegangan liar yang terhubung ke bodi atau bagian
luar peralatan. Besar kecilnya sengatan listrik pada tubuh manusia ditentukan oleh tiga
faktor, yakni besar arus, lintasan aliran, dan lama pada tubuh.

Gambar 1. Sentuhan Tidak langsung


(Sumber : Russel E. Smith, 2011)
Besar arus listrik yang mengalir pada tubuh manusia dipengaruhi oleh titik
tegangan dan besar tahanan tubuh. Besarnya titik tegangan tergantung sistem yang
digunakan (Gambar 2 dan Gambar 3) sedangkan tahanan tubuh manusia dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti ukuran tubuh, berat badan, kelembaban kulit, dan lain-lain.
3
Besar tahanan kontak kulit bervariasi dari 1000 kΩ (kulit kering) sampai 100 Ω (kulit
basah) sedangkan tahanan dalam tubuh manusia antara 100 Ω sampai 500 Ω.

Gambar 2. Tegangan Satu Fasa


(sumber: International Electrotechnical Commision, 2005)

Gambar 3. Tegangan Tiga Fasa


(sumber: International Electrotechnical Commision, 2005)
Besarnya arus yang mengalir pada tubuh manusia akibat sentuhan pada titik
tegangan dapat kita ketahui dengan hukum ohm. Berdasarkan aliran lintasan maka kita
memiliki dua nilai perhitungan arus yang menuju ke tanah melalui tubuh manusia.
Perhitungan pertama dilihat pada kondisi terjelek yang mengacu pada saat nilai tahanan
kontak kulit dan tubuh (Rk) paling kecil sedangkan perhitungan kedua kedua dilihat
pada saat kondisi terbaik atau pada saat nilai tahanan kontak kulit dan tubuh (R k) paling
besar. Berdasarkan Gambar 4 dan faktor tahanan tubuh manusia maka dapat kita lihat
perhitungan kedua jenis kondisi pada titik tegangan 220V sebagai berikut:
a. Kondisi terjelek

𝑉 220𝑉 220𝑉
𝐼= = = = 1,1 𝐴
𝑅𝑘 100 𝛺 + 100𝛺 200𝛺
b. Kondisi terbaik

𝑉 220𝑉
𝐼= = = 0,22 𝑚𝐴
𝑅𝑘 1000 𝑘𝛺

4
Gambar 4. Hukum Ohm
(Sumber : John C. Pfeiffer, 2008)
Aliran listrik yang mengalir menuju ke tanah melalui tubuh manusia tidak hanya
memberikan beda potensial namun juga bahaya. Russel E. Smith memaparkan bahaya
listrik yang mengacu laju arus pada tubuh manusia dalam Tabel 1. Berikut adalah
dampak sengatan listrik yang dialami oleh manusia atau korban menurut prih
sumardjati.
a. Ventricular Fibrillation atau melemahnya denyut jantung sehingga menyebabkan
tidak mampu mensirkulasi darah dengan baik.

b. Gangguan penafasan akibat kontaksi (suffocation) yang dialami oleh paru-paru.

c. Kerusakan sel tubuh akibat energi listrik yang mengalir di dalam tubuh dan bahkan
terbakar pada bagian tertentu akibat dari efek panas listrik.

Tabel 1. Dampak Kejut Listrik


No Arus Dampak orang yang dialiri
1 1 mA merasakan sensasi kejut listrik
tidak bisa melepaskan diri dari titik
2 20 mA
sentuh
3 0.1 A mengalami ventricular fibrillation
4 > 0.2 A terbakar
(Sumber: Russel E. Smith, 2011)
Bahaya yang kedua dari bahaya primer adalah kebakaran, hal ini sangat
berkaitan dengan panas yang muncul akibat adanya aliran listrik yang mengalir pada
suatu penghantar. Besarnya panas yang ditimbulkan sebanding dengan kwadrat arus,
besarnya resistansi, dan waktu. Semakin banyak beban yang terpasang maka akan
mempengaruhi nilai resistansi dan arus yang mengalir pada rangkaian tersebut sehingga
apabila arus nominal melebihi KHA dari penghantar maka akan terjadi pemanasan pada
penghantar dan bahkan kebakaran. Bahaya ketiga adalah ledakan yang mana bisa terjadi
dari proses lanjutan dari pemanasan penghantar. Penghantar yang panas menyebabkan
terbakarnya isolasi kabel sehingga memungkinkan terjadi hubung singkat. Kondisi
kedua, hubung singkat bisa terjadi di titik terminasi kabel yang tidak sempurna. Fakta
di lapangan menunjukan bahwa kebakaran suatu kecelakaan diakbatkan oleh listrik,
seperti ancaman kebakaran terus menghantui manado, sepanjang tahun 2014 hingga
awal sepetember 2016, tercatat sudah 628 kasus kasus terjadi. Kecelakaan akibat
kebakaran juga dijelaskan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sertifikasi Kompetensi
Pemerintah Kota Denpasar pada tahun 2014 mencatat kecelakaan kerja akibat listrik

5
mencapai 40%. Secara umun, kecelakaan yang terjadi merupakan dampat penggunaan
peralatan listrik yang tidak berstandar SNI. Penyebab terjadinya kebakaran diakibatkan
karena beban berlebih dan bahan yang digunakan tidak sesuai ukuran. Kepala Seksi
Operasional Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta,
Mulyanto, mengatakan bahwa sejak Januari sampai Agustus 2017 terjadi 588 kasus
kebakaran yang diakibatkan oleh arus hubung singkat.

Gambar 5. Contoh Kasus Kebarakaran


Source: metro.sindonews.com
(eventkompasiana.com) kondisi buruknya instalasi listrik di rumah atau kabel
yang tidak sesuai dengan daya listrik yang mengalir merupakan beberapa akibat
penyebab kebakaran akibat arus listrik. Arus listrik merupakan penyebab kecelakaan
yang dominan. Diketahui sekitar 73,4% dari jumlah kebakaran di Jakarta tahun 2017
diakibatkan oleh gangguan listrik. Schnider electric tidak berhenti berinovasi untuk
menjamin keamanan dan kenyamanan hunian masyarakat. Salah satuya dengan
meluncurkan produk RCBO Slim Domae yang berfungsi memutus listrik secara otomati
apabila terjadi hubung singkat dan beban lebih serta saat ada kebocoran arus listrik ke
tanah. Namun, pada tanggal 16/1/2018 masih terjadi kebakaran akibat hubung singkat
di UPT Museum Kebaharian Husnison Nizar yang mengakibatkan koleksi miniatur
model dan alat-alat navigasi bersejarah hangus terbakar. Hal ini dikarenakan peranti
pemangaman masih belum terdistribusikan ke pengguna listrik secara keseluruhan.

6
Gambar 6. Gedung Musium Bahasri
Sumber: Kompas.Com

C. Gangguan Kelistrikan
Gangguan sistem tenaga listrik disebabkan oleh dua faktor, yaitu berasal dari
faktor internal dan external. Penyebab gangguan yang berasal dari dalam sistem
(internal) antara lain; Tegangan dan arus abnormal, pemasangan yang kurang baik,
kesalahan mekanis karena proses penuaan, beban lebih, dan kerusakan material.
Sedangkan gangguan yang berasal dari luar sistem (eksternal), seperti; gangguan-
gangguan mekanis, pengaruh cuaca, dan pengaruh lingkungan. Namun, apabila ditinjau
dari segi lamanya waktu gangguan maka dapat dikelompokan menjadi dua, yakni
gangguan yang bersifat teporer dan permanen. Terdapat tiga jenis gangguan yang sering
ditemui dalam sistem tenaga listrik, yakni; (i) gangguan hubung singkat, (ii) gangguan
upper and under voltage, dan (iii) gangguan instabilitas,
Gangguan sistem tenaga listrik seperti terjadinya fluktuasi tegangan sering
terjadi dan tidak dapat terdeteksi secara kasat mata. Gangguan listrik dalam bentuk
tegangan transien sering terjadi tetapi tidak dapat dirasakkan secara langsung sehingga
dampak kerusakan peralatan listrik akan terasa setelah gangguan ini terjadi beberapa
kali. Tegangan transien biasanya sering terjadi pada instalasi yang menggunakan
peralatan listrik besar seperti rumah sakit, industri, dan tempat penjualan yang
didominasi oleh elevator.

7
Gambar 6. Gangguan pada Jalur Listrik
Sumber: PLN
D. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Penerapan dari Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3)
berfingsi untuk menjamin kehandalan instalasi listrik agar tidak
membahayakan tenaga kerja, penghuni, dan peralatan di suatu
bangunan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Langkah-
langkah konkrit untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja akibat
listrik adalah sebagai berikut:

1. Memasang/melengkapi alat penangkal petir pada lokasi-lokasi


kerja/bangunan yang terbuka dan tinggi.
2. Memastikan sistem pentanahan sudah terpasang dengan baik.
3. Memasang pengaman listrik sesuai dengan tujuan
perlindungan.
4. Memberi tanda bahaya pada setiap peralatan instalasi listrik
yang mengandung risiko.
5. Melakukan pemeriksanaan rutin terhadap panel atau istalasi
listrik lainnya.

8
6. Selalu menggunakan APD dan melakukan prosedur yang benar
setiap menyangkut pekerjaan kelistrikan.

9
Material dan Perlengkapan Instalasi Listrik Industri

Setiap perusahaan selalu memanfaatkan enerji listrik dalam proses produksi untuk

memenuhi kebutuhan pelanggannya. Oleh sebab itu, pihak industri sangat menjaga kualitas

pemanfaatan eneji listrik dengan cara memasang peralatan pendukung seperti Automatic

Main Failure dan Power Factor Regulator. Pemasangan kedua peralatan pendukung tersebut

merupakan upaya untuk mengoptimalkan distribusi dan kualitas listrik dari sumber ke setiap

beban pemakaian di industri.

Distribusi listrik dari sumber menuju beban pemakaian tidak lepas dari perlengkapan

pendukung seperti Magnetic Contactor, Time Delay Relay dan perlengkapan matering.

Pemasangan perlengkapan matering digunakan untuk mengetahui kualitas listrik yang

dikonsumsi oleh perusahaan. Perlengkapan matering yang umum digunakan yakni; kWh

meter, volt meter, ampere meter, frequesnsi meter, dan cos phi meter. Perlengkapan-

perlengkapan tersebut merupakan upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan enerji listrik

yang dikonsumsi, namun agar hasil produksi lebih maksimal dan memudahkan unit kerja

maka pihak industri memanfaatkan Programable Logic Control sebagai pengendali peralatan

produksi.

A. kWh Meter

kWh meter merupakan alat yang digunakan untuk menghitung besar pemakaian

enerji yang dikonsumsi oleh beban. Daya yang dikonsumsi oleh konsumen akan tercatat

oleh kWh meter persatuan jam. Terdapat dua jenis kWh meter, yakni kWh meter satu

fasa dan tiga fasa. Pemanfaatan kWh meter satu fasa lebih banyak di kalangan

masyarakat karena penggunaan daya satu fasa, sedangkan pemanfaatan kWh meter tiga

fasa lebih cenderung di industri karena daya yang digunakan adalh tiga fasa.

10
Gambar 1. kWh Meter 3 Fasa

Bagian utama dari sebuah kWh meter adalah kumparan tegangan, kumparan arus,

piringan alumunium, dan magnet tetap. Magnet tetap di kWh difungsikan untuk

menetralkan piringan alumunium dari induksi medan magnet dan gear mekanik yang

mencatat jumlah putaran piringan alumunium.

Pada piringan kWh meter terdapat suatu garis penanda yang biasanya berwarna

merah dan hitam. Garis tersebut berfungsi sebagai indikator putaran piringan, jika

pemakaian enerji listrik semakin besar maka piringan kWh semakin cepat. Enerji listrik 1

kWh setara dengan 900 putaran piringan, namun ada juga yang hanya 450 putaran,

tergantung dari kWh meter yang digunakan.

Gambar 2. Prinsip Dasar kWh Meter

11
Berdasarkan Gambar 1, arus beban yang mengalir dalam kWh meter menghasilkan

fluks bolak-balik dan menginduksi piringan alumunium sehingga menimbulkan arus

eddy. Oleh sebab itu piringan alumunium pada kWh mendapat gaya dan resultan dari

torsi sehingga dapat berputar. Pada saat arus beban mengalir di kumparan arus kWh akan

timbul fluks magnit Φ1 sedangkan pada kumparan tegangan timbul fluks magnit Φ2,

sehingga terjadi perbedaan fasa antara arus dan tegangan sebesar 90 0. Φp dan IF

sebanding dengan tegangan E dan arus beban maka torsi motor sebanding dengandaya

aktif.

B. Volt Meter

Volt meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur beda potensial listrik

yang dipasang secara paralel dengan sumber tegangan atau peralataan listrik yang diukur.

Pemasangan volt meter dengan cara menghubungkan ujung sumber tegangan yang

memiliki potensial lebih tinggi (kutub positif) ke terminal positif voltmeter, dan ujung

sumber tegangan yang memiliki potensial lebih rendah (kutub negatif) ke terminal

negatif voltmeter.

Gambar 28. Voltmeter

(Sumber: http://www.aamna-shariff.com)

Gambar 3. Simbol Voltmeter

(Sumber: International Electronical Commission (IEC))

12
Volt meter biasanya dipasang di panel dan tidak hanya mengukur tegangan satu fasa

namun juga tegangan tiga fasa. Agar supaya meminimalisir tempat dan biaya maka

biasanya pihak terkait memanfaatkan Switch Voltmeter yang berfungsi untuk memilih

titik tegangan tertentu. Sehingga hanya dengan menggunakan sebuah voltmeter dan

Switch Voltmeter dapat mengukur besarnya tegangan, baik tegangan phasa ke phasa atau

phasa ke netral (RS, ST, TR, RN, SN, TN).

Gambar 4. Switch Voltmeter

(Sumber: http://apekselectric.en.made-in-china.com)

Gambar 5. Pemasangan Switch Voltmeter

C. Ampere Meter

Amperemeter dapat disebut sebagai instrumen pengukuran yang digunakan untuk

mengukur aliran arus listrik pada suatu rangkaian. Ampere meter dapat berfungsi jika

dilalui arus listrik maka pemasangannya harus secara seri dengan beban. Amperemeter

13
harus mempunyai resistansi dalam (tahanan meter atau Rm) yang sangat kecil. Jika

resistansi dalam dari amperemeter besar, maka ampere meter akan menambah jumlah

resistansi di dalam rangkaian menjadi lebih besar dan menyebabkan turunnya arus listrik

dalam rangkaian. Sehingga ampere meter tidak dapat mengukur besarnya kuat arus yang

sebenarnya, tetapi harga arus yang terukur jauh lebih rendah dari yang diharapkan.

Semakin kecil resistansi dalam atau Rm dari alat ukur, maka semakin baik akurasi

penunjukan dari amperemeter tersebut.

Gambar 6. Amperemeter Model Besi Putar

(Sumber: http://www.shyuanfong.com)

Gambar 7. simbol Ampermeter

(Sumber: International Electronical Commission (IEC))

Ampere meter yang umum digunakan di panel-panel adalah ampere meter jenis besi

putar. Ampere meter jenis ini tidak memerlukan arus yang harus dialirkan ke bagian-

bagian yang berputar. Pemasangan pada panel umumnya menggunakan trafo arus. Hal

ini dilakukan karena ampere meter yang umum di pasaran skala maksimumnya kecil,

sedangkan arus yang mengalir pada saluran umumnya berarus besar.

Transformator arus atau Current Transformator merupakan peranti yang menyuplai

alat ukur arus dengan arus kecil yaitu sebanding dengan arus utama. Transformator arus

juga digunakan sehubungan dengan arus lebih yang besar dan peralatan beban lebih.

14
Tegangan yang tinggi dapat mengakibatkan kejut listrik yang fatal, dapat bertambah pada

kumparan sekunder jika terbuka. Oleh karena itu, ujung sekunder harus dihubungkan

dengan amperemeter atau dihubung singkat.

Setiap transformator mempunyai ratio transformasi nominal (Kn). Pada

transformator atau trafo arus, Kn adalah rasio arus kerja primer dan sekunder. Persamaan

rasionya adalah sebagai berikut:

I1
Kn =
I2

Keterangan:

Kn: rasio transformasi nominal

I1 : arus kerja primer (A)

I2 : arus kerja sekunder (A)

Untuk trafo arus, Kn dinyatakan dalam satu pecahan. Misalnya 50/5, yang artinya

trafo arus tersebut dapat menyadap arus ke beban (primer) sebesar 50 A dan diubah

menjadi 5A pada sisi sekundernya.

Gambar 8. Transformator Arus

(Sumber: http://pdbintangtimur.itrademarket.com)

Gambar 9. Simbol Transformator Arus

(Sumber: International Electronical Commission (IEC))

15
Trafo arus yang umum digunakan dalam panel adalah trafo arus yang lilitan

primernya penghantar tunggal. Pemilihan trafo arus ini karena bentuknya kecil sehingga

tidak membutuhkan banyak tempat dalam panel. Selain itu pemasangannya sangat

mudah dan tanpa menggangu sistem.

Selain menggunakan trafo arus, beberapa perusahaan atau institut dalam melakukan

pembelajaran menambahkan komponen Switch ampere meter dalam pengawatan alat alat

ukur. Switch Amper meter berfungsi untuk memilih arus yang akan di ukur pada

ampermeter. Sehingga hanya dengan menggunakan sebuah ampermeter dapat Switch

ampermeter dapat mengukur besarnya arus yang terukur pada phasa R, S, maupun T.

Gambar 10. Switch Ammeter

(Sumber: http://www.lestariintiutama.co.id/images)

Gambar 37. Instalasi Switch Ammeter

16
D. Frequensi Meter

Frekuensi meter berfungsi berdasarkan asas resonansi listrik atau resonansi mekanik.

Asas resonansi listrik digunakan pada frekuensi meter yang jarum penunjuknya langsung

menunjukkan angka dari frekuensi yang terukur dengan satuan Hertz. Asas resonansi

mekanik digunakan pada frekuensi meter tipe lidah-lidah bergetar.

a. Lidah Bergetar b. Skema bergetar c. Frekuensi Meter

Gambar 11. Frekuensi Meter Lidah Bergetar

(Sumber: http://chinahonly.en.made-in-china.com)

Gambar 12. Simbol Frekuensi Meter

(Sumber: International Electronical Commission (IEC))

Cara kerja dari frekuensi meter lidah atau buluh bergetar ialah apabila elektromagnet

dihubungkan dengan sumber yang frekuensinya akan diukur, kemagnetannya berubah-

ubah mengikuti frekuensinya. Elektromagnet menimbulkan gaya yang menarik tiap

buluh sekali tiap ½ siklus. Semua buluh cenderung bergetar, tetapi hanya buluh yang

mempunyai frekuensi dasar sama dengan frekuensi sumber yang bergetar dengan

amplitudo maksimum karena resonansi mekanis.

Frekuensi sumber terbaca langsung dengan melihat tanda skala di depan tanda putih

yang bergetar lebih banyak (f= 50). Vibrasi buluh yang lain sangat kecil untuk frekuensi

yang letaknya diantara frekuensi dasar dua buluh. Keduanya akan bergetar sama tetapi

jauh lebih rendah dibandingkan dengan ketika frekuensi sumber benar-benar sama

dengan frekuensi buluh.

17
E. Cos Phi Meter

Cos φ meter merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui besarnya faktor daya

(power factor) yang merupakan beda fase antara tegangan dan arus. Pengertian sehari-

hari faktor daya disebut pengukur Cosinus phi (φ). Alat ukur Cos φ meter banyak

dimanfaatkan di panel pengukuran mesin pembangkit, panel gardu hubung gardu induk,

alat pengujian, dan sebagainya. Pemasangan alat ukur Cos φ meter sama dengan

pemasangan watt meter dan dapat dilihat pada Gambar

Gambar 13. Pengawatan Cosphimeter

(Sumber : http://www.scribd.com/doc/32931995/Cos-Phi-Meter)

Gambar 14. Cosphimeter

(Sumber : http://www.kahael.com/)

F. Time Delay Relay

Relai penunda waktu atau yang sering disebut Time Delay Relay (TDR) difungsikan

untuk memperoleh periode waktu yang dapat diatur sesuai kebutuhan. Pemanfaatan TDR

18
biasanya pada instalasi motor terutama yang membutuhkan pengaturan otomatis. Contoh

pemanfaatan peranti TDR pada Instalasi otomatis seperti;

1. Mengubah hubungan bintang segitiga secara otomatis pada rangkaian motor.

2. Mengubah arah putaran moor secara otomatis

3. Mengubah kecepatan putaran motor secara otomatis dan lain sebagainya.

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 15. (a) Terminal TDR, (b) Hubungan Terminal, (c) Ilustrasi Terminal,

(d) Kontruksi TDR, dan (e) Socket TDR

19
TDR dapat beroperasi apabila arus listrik mengalir pada terminal 2 dan 7 yang

merupakan kumparan atau koil. Apabila pengaturan waktu pada TDR sudah diatur dan

memenuhi pewaktu maka relai keluaran TDR akan berubah posisi

G. Magnetic Contactor

Kontaktor magnetissama dalam sistem operasinya dengan relai elektromekanis.

Keduanya mempunyai keistimewaan penting yang umum yaitu, kontak bekerja apabila

kumparan dialiri arus listrik.The National Electrical Manufacture Assosiation (NEMA)

mendefinisikan kontak magnetis sebagai alat yang digerakkan secara magnetis untuk

menyambung atau membuka berulang-ulang rangkaian daya listrik (Frank D.P, 2001:

405).

a. Jenis Lonceng b. Jenis Bel Engkol

c. Jenis Aksi Horisontal d. Jenis Aksi Vertikal

Gambar 16. Jenis Pengoperasian Elektromagnet pada Kontaktor

(Sumber: Frank D.P, 2001)

Prinsip dari kontaktor magnetis pada gambar 2.15 menunjukkan empat jenis

pengoperasian elektromagnetis yaitu: jenis lonceng, bel engkol, aksi horisontal, dan aksi-

20
vertikal. Rangkaian magnetis terdiri dari baja ringan dengan permeabilitas tinggi dan

magnet sisa rendah. Tarikan magnet yang dibangkitkan oleh kumparan harus cukup kuat

dan cepat untuk menutup jangkar terhadap gaya gravitasi dan kontak.

a. Kontaktor Mitsubishi b. Diagram Piktorial

c. Operasi d. Diagram Pengawatan

Gambar 17. Kontaktor Magnetis

(Sumber: Frank D.P, 2001)

piranti magnet kontaktor mengalami dua kondisi yaitu :

a. Jika kumparan magnet dialiri arus AC maupun DC, maka akan timbul medan

magnet disekitar penghantar yang berarus. Hal ini dapat menyebabkan tertariknya

bilah-bilah kontaktor yang bergerak. Pada kondisi ini magnet kontaktor dalam

kondisi bekerja.

21
b. Jika arus sudah tidak mengalir ke kumparan pemagnet maka armatur dan bilah-

bilah kontak gerak akan melepaskan diri karena terdorong oleh pegas-pegas

penunjang. Pada kondisi ini magnet kontaktor dalam kondisi tidak bekerja.

Kontak-kontak magnet kontaktor terdiri atas kontak utama dan kontak pembantu.

Kontak utama merupakan kontak normally open yang bertindak sebagai saklar yaitu

membuka dan menutup rangkaian sumber terhadap beban. Kontaktor magnetis umumnya

mempunyai tiga buah kontak utama. Kontak pembantu bisa berupa kontak normally open

maupun normally close. Kontak ini mempunyai arus kerja yang lebih rendah dari pada

kontak utama dan digunakan seperti relai untuk pengunci atau interlock pada dua buah

sistem kontaktor.

H. Automatic Main Failure (AMF)

Emergency power supply merupakan sistem yang terdiri atas: a) Modul AMF yang

berfungsi sebagai pengendali unit terpadu; b) ATS yang berfungsi memindahkan suplai

daya PLN atau genset dengan sistem interlock; c) Rangkaian kontrol mode off, manual

dan otomatis; d) Genset; serta e) Rangkaian tambahan dan pendukung seperti battery

charger, start, stop, buzzer dan lainnya.

Automatic Main Failure (AMF) merupakan sistem emergensi tenaga listrik yang

menjamin kelangsungan operasi bangunan saat kehilangan daya sumber dari PLN agar

tidak timbul kerugian bisnis maupun kenyamanan. Pemasangan AMF sudah menjadi

suatu keharusan di industri, bisnis, sistem keamanan, sistem transportasi, rumah sakit,

serta bangunan yang membutuhkan kehandalan sistem tenaga listrik. Apabila sumber

listrik dari PLN mati dan proses produksi tidak beroperasi maka perusahaan merasa

dirugikan dan bahkan bisa menimbulkan bahaya di tempat-tempat tertentu.

AMF berfungsi untuk memberikan penyelesaian terhadap permasalahan kegagalan

sumber PLN. Peralihan catu daya dari PLN ke genset dapat dilakukan secara otomatis

22
maupun manual sesuai dengan keperluan yang diinginkan. Pilihan manual dilakukan

pada saat perawatan berkala atau pada saat sedang dalam perbaikan. AMF yang multi

fungsi tidak hanya mengendalikan suplai PLN dan genset saja, melainkan berfungsi

sebagai kendali, pengamanan generator, unit pengukuran, perawatan berkala otomatis

(periodic maintenance), dapat diintegrasi dengan unit yang lain, serta dapat diakses

melalui komputer menggunakan software yang sudah dipersiapkan.

Gambar 18. Diagram Rangkaian Sistem AMF

(Sumber: Smith dan Ray, 1987:181)

Sistem Emergency power supply tidak akan berfungsi jika hanaya terdiri dari AMF

saja, oleh karena diperlukan sistem lain yang berfungsi sebagai saklar. Automatic

Transfer Switch (ATS) merupakan suatu unit pemindah layanan tenaga listrik ke beban

dari sumber tenaga listrik utama (PLN) ke sumber tenaga listrik cadangan (genset) jika

sumber utama PLN mengalami gangguan. Unit ATS dikendalikan oleh unit AMF yang

akan menghidupkan genset melalui tahapan tertentu jika sumber tenaga listrik utama

mengalami gangguan. Setelah genset hidup dan siap untuk menyuplai beban maka AMF

23
akan memberikan sinyal ke unit ATS untuk memindahkan layanan beban dari sumber

tenaga listrik utama ke sumber listrik cadangan sampai sumber tenaga listrik utama

normal kembali.

Automatic Transfer Switch (ATS) ada 2 bagian yaitu, ATS PLN dan ATS genset.

Komponen-komponen yang digunakan pada ATS antara lain kontaktor magnetik

(magnetic contactor), MCB (Miniatur Circuit Breaker), Transformator Arus (current

Transformator), Ampere Meter, Voltmeter, Frekuensi Meter, dan saklar pemilih.

Gambar 19. Skema Automatic Transfer Switch (ATS)

(Sumber: http://www.cumminspower.com)

Sistem Emergency power supply yang terdiri dari bebrapa unit pada zaman modern

ini dikatan tidak efisien tempat. Oleh sebab itu, munculah peranti pengganti sistem

Emergency power supply dalam bentuk yang lebih simple namun fungsinya setara. Salah

satu modul yang dimaksud adalah Woodward Easygen 350X yang merupakan modul

kendali saklar genset secara otomatis dan dilengkapi operasi transfer switch.

Easygen 350X berkemampuan untuk starting mesin secara otomatis maupun

manual, metering, proteksi generator, AMF dan transfer switch. Modul ini dapat

digunakan pada mode satu fasa maupun tiga fasa dengan sambungan bintang maupun

segitiga, dan dapat diimplementasikan menggunakan 1 CB maupun 2 CB. Easygen 350X

didesain hanya untuk aplikasi satu unit genset yang terisolasi dan mempunyai 6 digit 7

24
segmen LED displai yang mempunyai kemampuan untuk menampilkan hasil

pengukuran, monitoring, dan pesan alarm. Easygen 350X ini juga dilengkapi dengan

adanya operasi CAN bus yang mempunyai kemampuan untuk menampilkan J1939

pesan dari ECU (Engine Control Unit) mesin.

a. Tampak depan b. Tampak belakang c. Skema Easygen

Gambar 20. Easygen 350X

(Sumber: Manual Book Easygen-300)

Easygen 350X mempunyai 40 pin terminal sebagai masukan maupun keluaran, dan

mampu dipasang kabel dengan ukuran maksimal 2,5 mm². Modul ini dilengkapi dengan

configuration plug yang berfungsi untuk konfigurasi parameter maupun readout melalui

software LeoPC1 menggunakan kabel data DPC untuk advance user. Beberapa Fungsi

dari pin terminal Easygen 350X adalah sebagai berikut:

1. Power Suplai

Terminal untuk power suplai terletak pada terminal no 1 untuk ground, dan

terminal no 2 untuk positif baterai seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 21. Power Suplai Easygen 350X

(Sumber: Manual Book Easygen-300)

25
Tabel 1. Fungsi Terminal Power Suplai

Tegangan yang dibutuhkan oleh modul ini pada saat operasi untuk switching

minimal 10,5 Vdc. Saat tidak switching, tegangan yang dibutuhkan hanya 6,5 – 32.0

Vdc saja. Modul ini dapat menangani tegangan drop 0 V selama 10 ms.

2. Dinamo Pengisian (charge alternator)

Gambar 22. Input/Output Dinamo Pengisian

(Sumber: Manual Book Easygen-300)

Tabel 2. Fungsi Terminal Input/Output Dinamo Pengisian

Pada terminal 3 tegangan minimum untuk pengisian minimal 16 Vdc. Kesalahan

dalam koneksi terminal 3 dan 4 ini akan menyebabkan kerusakan pada modul. Input

D+ ini juga berfungsi sebagai pre-exciting (penguat medan magnet sementara) pada

dinamo pengisian saat mesin sedang starting. Pada saat operasi biasa digunakan

sebagai monitoring pengisian tegangan batterai.

Easygen 350X mempunyai 4 metode pengukuran tegangan, baik pada tegangan

utama (main) maupun genset (cadangan). Metode pengukuran yang umum dilakukan

adalah 3Ph 4W, yang mempunyai maksud pengukuran dilakukan pada koneksi 3 fasa

26
hubung bintang. Tegangan yang terukur adalah masing-masing fasa ke netral (Phase

to Neutral) dan dari fasa ke fasa (line to line) seperti yang terlihat pada gambar 6.

a. Koneksi Main b. Koneksi generator

Gambar 23. Koneksi Pengukuran Tegangan Metode 3Ph 4W

(Sumber: Manual Book Easygen-300)

Metode pengukuran yang kedua adalah 3Ph 3W, yaitu metode pengukuran yang

dilakukan pada koneksi 3 phasa hubung segitiga. Tegangan yang terukur adalah

masing-masing phasa ke phasa.

a. Koneksi Main b. Koneksi generator

Gambar 24. Koneksi Pengukuran Tegangan Metode 3Ph 3W

(Sumber: Manual Book Easygen-300)

Metode pengukuran yang ketiga adalah 1Ph 3W, yaitu metode pengukuran yang

dilakukan pada koneksi 1 phasa dengan monitoring teganagan VL1N dan VL3N.

27
a. Koneksi Main b. Koneksi generator

Gambar 25. Koneksi Pengukuran Tegangan Metode 1Ph 3W

(Sumber: Manual Book Easygen-300)

Metode pengukuran yang berikutnya adalah 1Ph 2W dengan monitoring tegangan

VL1N.

a. Koneksi Main b. Koneksi generator

Gambar 26. Koneksi Pengukuran Tegangan Metode 1Ph 2W

(Sumber: Manual Book Easygen-300)

Tabel 3. Fungsi Terminal Pengukuran Tegangan Main

Tabel 4. Fungsi Terminal Pengukuran Tegangan Generator

28
3. Magnetic Pick-Up Unit (MPU)

Modul Easygen 350X memiliki MPU yang berfungsi sebagai masukan untuk

menampilkan kecepatan putaran mesin genset. Prinsip dari MPU ini dapat dilihat pada

Gambar...:

Gambar 27. MPU

(Sumber: Manual Book Easygen-300)

Tabel 5. Fungsi Terminal MPU

Sensor optik menghasilkan sinyal MPU yang berfungsi untuk membaca

putaran roda gigi. Keluaran dari sensor ini berbentuk gelombang kotak dengan

frekuensi masukan ke modul maksimum 14 kHz. Jumlah gigi hasil pengaturan dari

pabrik berjumlah 118. Pengaturan ini dapat diubah sesuai dengan keadaan genset

yang akan dikendalikan oleh modul. tegangan masukan tergantung dari frekuensi

masukan MPU yang harus diberi tegangan maksimum 24 Vdc.

29
4. Masukan Diskrit (Discrete Inputs)

Easygen 350X mempunyai 5 masukan diskrit. Masing-masing masukan diskrit

dapat diberi sinyal negatif maupun positif dengan catatan semua diskrit harus

menggunakan sinyal yang sama baik positif maupun negatif.

Gambar 28. Masukan Diskrit-Alarm/kontrol Input-Sinyal Negatif

(Sumber: Manual Book Easygen-300)

Tabel 6. Fungsi Terminal Masukan Diskrit Sinyal Negatif

Gambar 29. Masukan Diskrit-Alarm/kontrol Input-Sinyal positif

(Sumber: Manual Book Easygen-300)

30
Tabel 7. Fungsi Terminal Masukan Diskrit Sinyal positif

Diskrit input sinyal negatif, terminal 15 sebagai common dihubungkan pada

tegangan positif baterai, kemudian pada diskrit input D1-D5 dihubungkan ke ground.

Sedangkan pada diskrit input sinyal positif, terminal 15 sebagai common

dihubungkan ke ground, kemudian pada diskrit input D1-D5 dihubungkan pada

tegangan positif baterai. Diskrit input D1-D3 logika operasinya sudah ditetapkan

kondisi NO, sedangkan pada D4 dan D5 pengaturan dapat dirubah NO maupun NC

menggunakan software LeoPC1 dengan kabel DPC melalui configuration plug.

5. Keluaran Relai (Relay Outputs)

Easygen 350X mempunyai 6 buah keluaran relai terisolasi. Beberapa keluaran

relai sudah ditetapkan dan tidak dapat dirubah fungsinya.

Gambar 30. Keluaran Relai (Relay Outputs)

(Sumber: Manual Book Easygen-300)

Relai output R1, R2, R5, dan R6 sudah ditetapkan dan tidak dapat diubah

fungsinya. Sedangkan untuk relai output R3 dan R4 dapat diubah fungsinya mengacu

pada manual book modul menggunakan software LeoPC1. Pada kondisi sebelum

dirubah, R3 berfungsi sebagai preglow dan R4 sebagai alarm.

31
Tabel 8. Fungsi Terminal Keluaran Relai

I. Power Factor (PF) Regulator

Power Factor (PF) Regulator merupakan peralatan yang berfungsi untuk mengatur

kompensasi kapasitor agar daya reaktif yang akan disuplai ke jaringan atau sistem dapat

bekerja sesuai kapasitas yang dibutuhkan. Acuan pembacaan besaran arus dan tegangan

pada sisi utama maka daya reaktif yang dibutuhkan dapat terbaca dan regulator inilah

yang akan mengatur kapan dan berapa daya reaktif yang diperlukan. Peralatan ini

mempunyai bermacam macam step dari 6 step, 12 step sampai 18 step.

Modul PF Regulator mempunyai input CT dan input tegangan, sehingga bisa terbaca

arus, tegangan, power factor, KVA, KW dan KVAR. Parameter ini tidak selalu

ditampilkan dalam layar akan tetapi selalu terbaca dalam proses internal modul.

Parameter Kvar dipakai sebagai acuan berapa steps dan berapa Kvar yang masuk ke

sistem agar power factor mencapai target. Waktu tunda dan model rotasi dari step by

step dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan. Saat beban awal mempunyai power

factor yang rendah maka yang terhitung dalam modul regulator berapa kvar yang

diperlukan untuk mencapai nilai target power factor. Kapasitor tidak akan masuk bila

nilai kvar yang dibutuhkan dibawah nilai minimum Kvar yang tersedia.

32
Bertambahnya beban yang mengandung beban induktif antara lain lampu mercury,

motor-motor listrik, Air Conditioner, maka dalam modul akan mendeteksi Kva menjadi

lebih besar sehingga step-step kontaktor yang diaktifkan regulator akan masuk

memberikan masukan daya reaktif yang dibutuhkan. Sebaliknya, apabila beban

berkurang maka nilai VAR yang di suplai kapasitor menjadi berlebihan, hal ini akan

dideteksi oleh regulator dan segera mengurangi pasokan kapasitor sehingga power factor

menjadi seimbang kembali. Peralatan tambahan yang biasa digunakan pada panel

kapasitor antara lain :

1. Selektor auto – off – manual yang berfungsi memilih sistem operasional auto dari

regulator atau manual dari push button.

2. Push button on dan Push button off yang berfungsi mengoperasikan magnetic

contactor secara manual.

a. Tampak depan b. Tampak belakang

c. Skema Supply Circutor

Gambar 31. Circutor Computer 6m

(Sumber: Manual Book Circutor Computer 6m)

33
Gambar 31 adalah modul Regulator Circutor Computer 6m yang difungsikan

sebagai modul kontrol pengatur on/off kontaktor yang tersambung dengan kapasitor–

kapasitor yang diperlukan untuk memperbaiki faktor daya suatu unit rangkaian atau

jaringan listrik. Circutor Computer 6m memiliki 6 relay output (relai keluaran) yang

berfungsi untuk mengatur 6 buah magnetik kontaktor on/off secara otomatis sesuai

dengan faktor daya suatu instalasi listrik dalam hal ini yang terhubung dengan beban

linear. Circutor Computer 6m digunakan dalam sistem tiga fasa yang mempunyai 3 digit

7 segmen digital displai dan mempunyai kemampuan untuk menampilkan hasil

pengukuran faktor daya, mengatur target cos φ, mengatur parameter C/K, mengatur

program step, mengatur jumlah relai output, dan mengatur delay waktu untuk

mengaktifkan relai output pada modul Circutor Computer Max 6.

Berdasarkan dari pemaparan yang sudah dijelaskan, bahwasanya peranti PF

regulator sangat erat hubungannya dengan daya listrik. Daya adalah enerjii yang

dikeluarkan untuk melakukan usaha, dalam sistem tenaga listrik dan merupakan jumlah

enerji yang digunakan untuk melakukan kerja atau usaha. Daya listrik biasanya

dinyatakan dalam satuan Watt atau Horsepower (HP). Daya dalam sistem arus bolak-

balik dikenal ada tiga macam, yaitu daya aktif (P) dengan satuan watt, daya reaktif (Q)

dengan satuan Var dan daya semu (S) dengan satuan VA.

1. Daya Aktif

Daya aktif (active power) adalah daya yang terpakai untuk melakukan energi

sebenarnya. Misalnya enerji panas, cahaya, mekanik dan lain sebagainya. Daya ini

digunakan secara umum oleh konsumen dan dikonversikan dalam bentuk kerja.

P = V. I . Cos φ

2. Daya Reaktif

34
Daya reaktif (reactive power) adalah jumlah daya yang diperlukan untuk

pembentukan medan magnet. Contoh beban yang menimbulkan daya reaktif adalah

transformator, motor, capasitor dan lain sebagainya.

Q = V.I.Sin φ

3. Daya Semu

Daya Semu (apparent power) adalah daya yang dihasilkan oleh perkalian antara

tegangan dan arus dalam suatu jaringan atau daya yang merupakan hasil penjumlahan

trigonometri daya aktif dan daya reaktif. Satuan daya semu adalah VA.

S=V.I

Hubungan dari ketiga daya tersebut digambarkan dengan sistem segitiga daya seperti

terlihat pada Gambar 32.

Gambar 32. Segitiga Daya (Semu, Reaktif dan Nyata)

Sumber: http://www.elektro.undip.ac.id

Kualitas daya listrik sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya nilai faktor daya. Faktor

daya merupakan perbandingan antara daya aktif dengan daya semu, yang mana daya

aktif digunakan untuk mengoperasikan beban-beban pada pelanggan listrik.

Bertambahnya daya reaktif berarti menyebabkan turunnya faktor daya listrik maka cara

mengantisipasi hal tersebut daya dapat dilakukan dengan memasang kapasitor.

Pemasangan kapasitor dapat memperbaiki faktor daya, namun tidak sembarangan dalam

pemasangannya.

35
Faktor daya terdiri dari dua sifat yaitu faktor daya “leading” dan faktor daya

“lagging”. Apabila arus mendahului tegangan, maka faktor daya ini dikatakan

“leading”. Faktor daya leading ini terjadi apabila bebannya kapasitif, seperti kapasitor,

synchronocus generators, synchronocus motors dan synchronocus condensor.

Gambar 33. Faktor daya “leading”

Sumber : http://staff.ui.ac.id

Gambar 34. Segitiga daya untuk beban kapasitif

Sumber : http://staff.ui.ac.id

Apabila tegangan mendahului arus, maka faktor daya ini dikatakan “lagging”.

Faktor daya lagging ini terjadi apabila bebannya induktif, seperti motor induksi, AC dan

transformator.

Gambar 35. Faktor daya “lagging”

Sumber : http://staff.ui.ac.id

36
Gambar 36. Segitiga daya untuk beban induktif

Sumber : http://staff.ui.ac.id

Upaya untuk mengoptimalkan pemakaian enerji listrik adalah dengan memperbaiki

fakor daya agar nilainya mendekati 1. Perbaikan faktor daya untuk memperbesar harga

cos φ (pf) yang rendah dapat dilakukan dengan cara memperkecil sudut φ1 sehingga

menjadi φ2 (φ1 > φ2). Usaha untuk memperkecil sudut φ dapat dilakukan dengan

memperkecil komponen daya reaktif (VAR) atau memasang beban kapasitor secara

paralel dengan beban induktif atau sebaliknya. Perbaikan faktor daya dapat di

ilustrasikan seperti gambar di bawah ini:

Gambar 37. Prinsip Perbaikan Faktor Daya

Sumber: http://konversi.wordpress.com

37
Kapasitor bank adalah sekumpulan beberapa kapasitor yang disambung secara

paralel untuk mendapatkan kapasitas kapasitif tertentu untuk menaikan sudut φ pada

beban induktif. Besaran yang sering dipakai adalah VAR (volt ampere reaktif), kapasitor

ini mempunyai sifat listrik yang kapasitif (leading), sehingga mempunyai sifat

mengurangi atau menghilangkan terhadap sifat induktif (lagging). Kapasitor yang akan

digunakan untuk memperbesar faktor daya dipasang paralel dengan rangkaian beban.

Metode pemasangan kapasitor dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Kompensasi Individu (Pemasangan Kapasitor pada Setiap Beban)

Gambar 38. Kompensasi Individu

Sumber: http:// Schneider Electric.com

2. Kompensasi Kawasan (Pemasangan Kapasitor pada Setiap Panel Pembagi)

Gambar 39. Kompensasi Kawasan

Sumber: http:// Schneider Electric.com

38
3. Kompensasi Menyeluruh (Pemasangan Kapasitor pada Panel Induk)

Gambar 40. Kompensasi Menyeluruh

Sumber: http:// Schneider Electric.com

Proses kerja kapasitor dimulai saat rangkaian diberi tegangan maka elektron akan

mengalir masuk ke kapasitor. Pada saat kapasitor penuh dengan muatan elektron maka

tegangan akan berubah. Kemudian elektron akan ke luar dari kapasitor dan mengalir ke

dalam rangkaian yang memerlukannya dengan demikian pada saaat itu kapasitor

membangkitkan daya reaktif. Bila tegangan yang berubah itu kembali normal (tetap)

maka kapasitor akan menyimpan kembali elektron. Pada saat kapasitor mengeluarkan

elektron (Ic) berarti sama juga kapasitor menyuplai daya reaktif ke beban.

Proses pengurangan itu bisa terjadi karena kedua beban (induktor dan kapasitor)

arahnya berlawanan akibatnya daya reaktif menjadi kecil. Bila daya reaktif menjadi kecil

sementara daya aktif tetap maka harga pf menjadi besar akibatnya daya nyata (kVA)

menjadi kecil sehingga rekening listrik menjadi berkurang.

39
Gambar 41. Perbedaan Konsumsi Daya Reaktif

Sebelum dan Sesudah Pemasangan Kapasitor

Sumber: http:// Schneider Electric.com

Gambar diatas memperlihatkan perbedaan konsumsi daya reaktif sebelum

kompensasi dan sesudah kompensasi. Konsumsi daya reaktif sebelum kompensasi akan

berkurang setelah kompensasi karena sebagian daya reaktif akan di suplai oleh kapasitor

yang berakibat menaikkan cos φ beban dan menghemat konsumsi enerjii pemakaian.

Faktor daya (Cos φ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara daya aktif

(Watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda sudut fasa

antara V dan I yang biasanya dinyatakan dalam cos φ .

Faktor Daya = Daya Aktif (P) / Daya Nyata (S)

= kW / kVA = V.I Cos φ / V.I = Cos φ

Faktor daya mempunyai nilai range antara 0 – 1 dan dapat juga dinyatakan dalam

persen. Faktor daya yang bagus apabila bernilai mendekati satu.

Tan φ = Daya Reaktif (Q) / Daya Aktif (P)

= kVAR / kW

Karena komponen daya aktif umumnya konstan (komponen kVA dan kVAR

berubah sesuai dengan faktor daya), maka dapat ditulis seperti berikut :

40
Daya Reaktif (Q) = Daya Aktif (P) x Tan φ

Rumus perhitungan rating kapasitor yang dibutuhkan untuk memperbaiki faktor

daya sebagai berikut :

Daya reaktif pada pf awal = Daya Aktif (P) x Tan φ1

Daya reaktif pada pf diperbaiki = Daya Aktif (P) x Tan φ2

Sehingga rating kapasitor yang diperlukan untuk memperbaiki faktor daya adalah :

Daya reaktif (kVAR) = Daya Aktif (kW) x (Tan φ1 - Tan φ2)

J. Programable Logic Control

Programmable Logic Control atau yang sering disebut dengan PLC merupakan

perangkat yang dirancang untuk menggantikan kerja sistem kendali konvensional yang

memiliki beberapa kelemahan. PLC pertamakali dirancang oleh perusahaan General

Motor (GM) sekitar tahun 1968 untuk mensubstitusi relai yang digunakan untuk

mengimplementasikan rangkaian kendali. PLC merupakan suatu bentuk khusus

pengendalian yang berlandaskan pada mikroprosesor memanfaatkan memori yang dapat

diprogram untuk menyimpan instruksi dan untuk mengimplementasikan fungsi semisal

logika, sequencing, pewaktu (timing), pencancah (counting) dan aritmatika guna

mengendalikan mesin.

Bagian utama PLC terdiri dari; (i) Central Prosesing Unit atau CPU, (ii) Memory

atau memori, (iii) input /output atau masukan/keluaran, (iv) Power Supply atau catu

daya. CPU berfungsi untuk mengendalikan dan mengawasi semua pengoperasian dalam

PLC, melaksanakan program yang disimpan di dalam memori. Selain itu, CPU juga

memproses dan menghitung waktu, memonitor waktu pelaksanaan perangkat lunak, dan

menerjemahkan program perantara yang berisi logika dan waktu yang dibutuhkan untuk

komunikasi data dengan pemrograman.

41
Memori merupakan bagian dalam PLC berfungsi untuk menyimpan program dan

memberikan lokasi yang mana hasil perhitungan dapat disimpan di dalamnya. PLC

menggunakan memori semikonduktor seperti; RAM (Random Acces Memory), ROM

(Read Only Memory), PROM (Programmable Read Only Memory). RAM mempunyai

akses waktu yang cepat dan program yang di dalamnya dapat diprogram ulang sesuai

dengan keinginan pemakainya. Sebagaimana PLC yang direncanakan untuk

mengendalikan sebuah proses atau operasi mesin, maka peran masukan/keluaran PLC

sangatlah penting, karena sebagai perantara antara perangkat kendali dengan CPU. PLC

juga tidak akan beroperasi bila tidak ada suplai daya listrik. Catu daya merupakan peranti

perubah tegangan masukan menjadi tegangan listrik yang dibutuhkan oleh trainer kit

relai beban PLC.

Programmable Logic Control (PLC) jenis SR2A201FU atau zelio merupakan smart

relay (relai cerdas) yang dibuat oleh Schneider Telemecanique dan tersedia dalam dua

model, yaitu campact serta modular. Perbedaannya adalah pada model modular dapat

ditambahkan dengan extension module, sehingga dapat ditambah input (masukan) dan

output (keluaran). Penambahan masukan dan keluaran pada modular ini tetap terbatas,

hanya sampai dengan 40 I/O. Gambar 42 merupakan bentuk fisik dari modul

Programmable Logic Control (PLC) jenis SR2A201FU.

42
Gambar 42. Bentuk Fisik Modul PLC Jenis SR2A201FU

Keterangan;

Tabel 9. Bagian – bagian PLC jenis SR2A201FU

No Keterangan

1 Sumber tegangan masukan PLC 220VAC

2 Masukan PLC berupa tegangan maupun analog

3 6 tombol pemrograman

4 8 Output relay

43
Gambar 43. Tombol Pemrograman PLC

1. Fungsi 6 tombol pemrograman

a. Keterangan tombol:

1) Tombol 1 : untuk memindah kursor ke kiri.

2) Tombol 2 : untuk memindah kursor ke bawah.

3) Tombol 3 : untuk memindah kursor ke atas.

4) Tombol 4 : untuk memindah kursor ke kanan.

5) Tombol 5 : menu / ok .

6) Tombol 6 : tombol shiff.

b. Dengan menekan tombol shiff

1) Tombol 1 : ( INS) perintah untuk menyisipi.

2) Tombol 2 : (-) untuk mengisi / merubah printah ke bawah.

3) Tombol 3 : (+) untuk mengisi / merubah perintah ke atas.

4) Tombol 4 : (DEL) untuk menghapus karakter / garis.

5) Tombol 5 : (PARAM) untuk mengisi parameter.

44
2. Pengelamatan pada Zelio Logic Smart Relay SR2A201FU

Tabel 10. Pengalamatan Elemen PLC

Elemen Alamat

Input I1 s/d I9 , IA s/d IC

Output Q1 s/d Q8

Auxiliary M1 s/d M9 , MA s/d ME

Timer T1 s/d T9 , TA s/d TG

Counter C1 s/d C9 , CA s/d CG

3. Deskripsi Menu Utama

Tabel 11. Menu Utama Zelio Smart Relay

NO MENU DESKRIPSI

1 PROGRAMING Menu untuk membuat ladder diagaram

2 PARAMETER Menu untuk menampilkan dan merubah nilai parameter

pada elemen yang terdapat pada ladder diagaram.

3 RUN/STOP Menu untuk menjalankan dan mengehentikan program

pada smart relay

4 CONFIGURATION Berisi sub menu:

 PASSWORD : Untuk membuat kunci

 LANGUAGE : Pilihan bahasa

 FLIT : Pemilihan mode filter input

 Zx=KEYS : Mengaktifkan/non aktifkan tombol Z

sebagai tombol input

45
5 CLEAR PROGRAM Menu untuk menghapus ladder diagram yang ada pada

smart relay

6 TRANSFER Berisi sub menu :

 MODUL -> PC : Baca program dari Zelio Ke PC

 PC -> MODUL : Transfer program dari PC ke

Zelio

 MODUL -> Mem : Baca program dari EEPROM

ke Zelio

 Mem -> MODUL : Transfer program dari Zelio ke

EEPROM

Tabel 12. Perbedaan Simbol Pada Zelio dengan Ladder Diagram dan Kelistrikan

SIMBOL LADDER SIMBOL KETERANGAN

KELISTRIKAN DIAGRAM PADA ZELIO

Simbol yang digunakan di

Zelio untuk Normaly Open

(NO) menggunakan kode

huruf besar

Simbol yang digunakan di

Zelio untuk Normaly Close

(NC) menggunakan kode

huruf kecil

Ini merupakan contoh simbol

masukan saklar NO. Hal ini

46
juga berlaku untuk Auxilary

(M), Timer (T), dan Counter

(C).

Ini merupakan contoh simbol

masukan saklar NC. Hal ini

juga berlaku untuk Auxilary

(m), Timer (t), dan Counter

(c).

Coil difungsikan sebagai

ilustrasi relai keluaran PLC

Timer difungsikan sebagai

penunda waktu kerja suatu

rangkaian.

Counter difungsikan sebagi

pencacah atau penghitung,

prinsipnya hampir sama

dengan timer, jika timer

bekerja berdasarkan pewaktu

yang sudah diset, counter

dengan nilai masukan yang

sudah diset

47
Auxilary difungsikan hampir

sama dengan coil, namun

hanya sebagai memori

internal dalam PLC

Reset coil difungsikan untuk

mengembalikan nilai sesuai

kondisi pada kedaan semula.

PLC memiliki fungsi penunda waktu dan penghinghitung di dalam

pemrogramannya. Hal ini merupakan keuntungan bagi pihak pemakai karena tidak

perlu lagi menggunakan TDR yang boros tempat jika rangkaiannya kompleks.

Penggunaan PLC sebagai pengendali suatu rangkaian sangat menguntungkan dari segi

biaya, ruang penempatan, dan fungsi kendalinya.

1. Timer

Timer merupakan salah satu komponen dalam PLC yang digunakan untuk

menunda waktu kerja dari suatu sistem PLC, baik kendali masukan maupun

keluaran. Dalam timer terdapat dua coil, yakni : coil TT (perintah masukan) , dan

coil RC (reset masukan). Simbol perintah masukan dalam zelio adalah TT- dan

reset masukan adalah RT-, sedangkan simbol untuk kontak timer untuk NO

adalah T- dan NC adalah c-. Untuk satuan waktu dalam timer dapat dilihat pada

Gambar 44 dan untuk ilustrasi parameter timer dapat dilihat pada Gambar 45.

Keterangan;

48
Tabel 13. Keterangan Penomoran Pada Ilustrasi Parameter Timer

No. Parameter Deskripi

1. Perintah masukan Timer yang digunakan

2. Reset masukan Reset dari timer yang digunakan.

3. Keluaran timer Bentuk logic yang akan digunakan (sesuai

dengan jenis timer).

4. Kunci parameter Parameter ini digunakan untuk mengunci

pengaturan parameter. Ketika terkuci, nilai yang

ditetapkan tidak akan muncul di menu

parameter.

5. Jeda hidup timer Difungsikan untuk mengatur waktu hidup sesui

dengan kebutuhan.

6. Jeda hidup mati Difungsikan untuk mengatur waktu mati sesui

dengan kebutuhan.

7. Satuan waktu untuk mengatur satuan waktu sesui dengan

kebutuhan.

8. Pengunci (Latching) Untuk menyadangkan kondisi terakhir ketika

sumber mati.

9. Jenis timer Kolom untuk memilih jenis timer yang akan

digunakan.

49
Gambar 44. Satuan Waktu timer

Gambar 45. Ilustrasi Parameter Timer

Fungsi timer bisa digunakan untuk mengoperasikan suatu aplikasi dengan

pola kerja tertentu seperti siklus hidup – mati yang bisa dikendalikan. Durasi

timer dapat diatur sesuai dengan jenis timer yang digunakan. Jenis timer terdapat

11, yakni :

a. jenis A

Jenis timer ini sering disebut dengan timer on delay, hal ini dikarenakan

fungsinya menunda kerja kontak sesuai waktu yang telah ditentukan.

50
Gambar 46. Bentuk Pulsa Timer Jenis A

Keterangan:

TT = coil dari timer

T = kontak timer

RT = Reset Timer

tA = nilai waktu yang telah ditentukan

dari gambar terlihat bahwa ketika coil timer mendapat sumber tegangan

kontak timer belum bekerja sebelum nilai waktu yang telah ditentukan

terpenuhi.

b. Jenis a

Prinsip kerja jenis timer ini berbeda dengan jenis A, untuk mengaktifkan

timer dan hitungan timer hanya diperlukan satu pulsa pada coil. Bersamaan

dengan naiknya logic pada koil saat itu juga mulai mengitung pewaktu yang

sudah ditentukan. Untuk mematikan kontak timer setelah aktif, harus

memberi satu pulsa pada timer melalui reset timer. Reset timer juga berfungsi

untuk menegembalikan kerja nilai yang ditentukan ke kondisi awal.

Gambar 47. Bentuk Pulsa Timer Jenis a

51
c. Jenis AC:A/C

Timer jenis AC merupakan timer gabungan dari jenis timer A dan jenis

timer C. Karakteristik dari timer ini adalah menunda hidup dan mati, ada dua

nilai waktu yang harus diubah.

Gambar 48. Bentuk Pulsa Timer Jenis AC

d. Jenis B

Timer jenis B merupakan timer yang aktif sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan. Kontak timer akan mulai aktif bersamaan dengan aktifnya coil timer.

Aktifnya kontak timer hanya membutuhkan satu pulsa sesaat dari coil timer.

Timer bekerja mulai menghitung waktu bersamaan dengan naiknya logic pada

coil timer dan setelah nilai waktu terpenuhi maka kontak timer akan kembali ke

kondisi semula.

Gambar 49. Bentuk Pulsa Timer Jenis B

e. Jenis C

Timer jenis C akan menunda matinya kontak selama sekian satuan waktu yang

sudah ditentukan setelah coil timer dimatikan. Kotak timer akan bekerja

bersamaan dengan aktifnya coil timer, namun saat coil mati kontak masih tetap

52
bekerja sampai dengan nilai waktu yang ditentukan tercapai. Nilai waktu ini

mulai aktif ketika bersamaan dengan matinya coil.

Gambar 50. Bentuk Pulsa Timer Jenis C

f. Jenis D

Timer jenis D merupakan timer yang kontak timernya dapat hidup dan mati

secara terus menerus selama coil timer aktif. Seperti jenis timer yang lain, durasi

hidup dan mati kontak timer dapat diatur.

Gambar 51. Bentuk Pulsa Timer Jenis D

g. Jenis d

Prinsip kerja timer ini hampir sama dengan Timer jenis D, sama – sama

menghasilkan pulsa, namun perbedaannya terletak pada cara. Jenis timer d

bekerja hanya membutuhkan satu pulsa dari coil timer, sedangkan untuk

mematikan harus memberi satu pulsa dari coil reset timer. Durasi antar pulsa juga

dapat diatur.

53
Gambar 52. Bentuk Pulsa Timer Jenis d

h. Jenis L

Timer jenis L mempunyai prinsip keja hampir sama dengan timer jenis D,

yang mana sama – sama menghasilkan pulsa pada kontak timer selama coil aktif.

Perbedaan antara jenis L dan D terletak pada pengaturan waktu yang akan

ditentukan, pada jenis L durasi aktif (tA) dan durasi mati (tB) pada kontak timer

dapat diatur berbeda karena nilai waktunya diatur secara manual.

Gambar 53. Bentuk Pulsa Timer Jenis L

i. Jenis l

Fungsi timer jenis l sama seperti jenis L, kedua timer ini sama – sama

menghasilkan pulsa pada kontak timer dengan nilai tA dan tB berbeda, yang

membedakannya adalah untuk mengaktifkan coil timer hanya membutuhkan

triger pulsa. Untuk mematikan hanya memerlukan satu pulsa pada coil reset

timer.

54
Gambar 54. Bentuk Pulsa Timer Jenis l

j. Jenis T

Kontak timer jenis T akan aktif apabila jumlah akumulasi waktu aktifnya coil

timer sama dengan nilai waktu yang diatur pada timer. Misalnya waktu timer

diatur selama 10 detik, pada kesempatan pertama coil timer diaktifkan selama 2

detik. Nilai 2 detik tersebut akan disimpan dan akan dijumlahkan dengan nilai

waktu pada kesempatan berikutnya. Setelah jumlah akumulasi aktifnya coil timer

mencapai nilai waktu yang diatur pada timer, maka kontak timer akan bekerja.

Tombol reset difungsikan untuk mereset nilai waktu dalam satu siklus pada timer.

Gambar 55. Bentuk Pulsa Timer Jenis T

k. Jenis W

Fungsi timer jenis W berkebalikan dengan jenis B, kontak timer akan mulai

berkerja bersamaan dengan akhir dari pulsa pada coil timer. Untuk lebih jelasnya,

bisa dilihat pada gambar di bawah.

55
Gambar 56. Bentuk Pulsa Timer Jenis W

2. Counter

Conter merupakan intruksi dalam PLC yang difungsikan untuk menghitung,

mencacah, suatu nilai atau kejadian dalama bentuk angka, dan jika terpenuhi nilai

dari yang diinginkan pada nilai yang dikehendaki, maka akan mengaktifkan

kontak counter. Counter yang dapat menghitung turun berjenis FROM

(menghitung dari nilai yang ditentukan sampai 0) dan naik yang berjenis TO

(menghitung dari 0 sampai nilai yang ditentukan). Dalam penggunaan counter

biasanya menggunakan 3 jenis coil, yakni: coil CC (untuk mengitung pulsa

masukan secara naik), coil RC (untuk mengembalikan ke kondisi awal), dan coil

DC (untuk mengitung turun pulsa masukan). Simbol untuk menghitung pulsa

masukan pada zelio adalah CC- dan simbol untuk mengembalikan ke kondisi

awal adalah RC-, serta simbol untuk mengitung turun pulsa masukan adalah CC-

diparalel dengan DC-. Ilustrasi parameter counter dapat dilihat pada Gambar 57.

Gambar 57. Ilustrasi Parameter Counter

56
Keterangan;

Tabel 14. Keterangan Penomoran Pada Ilustrasi Parameter Counter

No. Parameter Deskripsi

1 Perintah masukan counter yang digunakan

2 Reset masukan Reset dari counter yang digunakan.

3 Keluaran counter Keluaran counter yang digunakan

4 Kunci parameter Parameter ini digunakan untuk mengunci

pengaturan parameter. Ketika terkuci, nilai yang

ditetapkan tidak akan muncul di menu parameter.

5 Jenis penghitung Untuk memilih mode To (penghitung naik) atau

mode FROM (penghitung turun).

6 Nilai yang ditetapkan Untuk mengisi nilai yang ingin ditetapkan.

7 Pengunci (Latching) Untuk menyadangkan kondisi terakhir ketika

sumber mati.

57
PENGHANTAR LISTRIK

1. Pengertian Penghantar Listrik

Jenis penghantar yang digunakan pada instalasi lstrik umumnya terbuat


dari tembaga dan alumunium, mengingat bahan jenis ini mempunyai
konduktivitas listrik yang baik dan harga yang cukup terjangkau. Untuk
penghantar jenis tembaga harus memiliki kemurnian minimal 99,9% dan
tahanan jenis minimal yang disyaratkan tidak boleh melebihi 0,017241

mm2/m pada suhu 200 C dengan koefisien suhu pada suhu awal 20 0C
adalah 0,04% per derajat celcius.

Bila terjadi kenaikan suhu 100 C akan terjadi kenaikan tahanan jenis
4%. Luas penampang penghantar teambaga harus memenuhi standar
internasional, namun untuk keperluan praktis ukuran tersebut telah dibuat
pada table seprti table 2.1. Tabel ini juga memuat luas penampang hantaran
tembaga telanjang.

58
Tabel 2.1 Luas penampang hantaran nominal

Tak berbeda dengan penghantar tembaga, untuk penghantar kabel


alumunium berisolasi harus juga alumunium murni. Umumnya digunakan
alumunium dengan kemurnian sekurang-kurangnya 99,9%. Tahanan jenis
alumunium lunak untuk hantaran listrik telah dibakukan, yaitu tidak boleh

melebihi 0,028264 ohm mm2 /m pada suhu 200 C. Daya hantar


alumunium juga dipengaruhi oleh keadaan kekerasannya ,tetapi tak
sebesar daya hantar tembaga. Alumunium lunak dengan daya hantar 61%

IACS, memiliki kekuatan tarik 60 -70N/mm2. Alumunium keras dengan

kekuatan tarik 150 -159N/mm2 hanya kira-kira 1% lebih rendah daripada

daya hantar alumunium lunak. Koefisien suhu pada suhu awal 20 0 C


adalah 0,04% per derajat celcius dan berat jenisnya pada suhu tersebut
2,7 dan 8,9.

59
a. Kabel Instalasi Berselubung

Kabel instalasi berselubung memiliki keunggulan tersendiri jika


dibandingkan dengan kabel instalasi dalam pipa, berikut merupakan
keunggulan kabel instalasi berselubung diantaranya:

1) Lebih mudah dibengkokan

2) Lebih tahan terhadap pengaruh asam dan uap atau gas tajam

3) Sambungan dengan alat pemakai dapat ditiup lebih rapat

Pada kabel instalasi digunakan beberapa huruf yang berfungsi sebagai


kode untuk menunjukkan spesifikasi kabel tersebut. Beberapa
pengertian huruf yang digunakan pada kode kabel adalah :

N : kabel standar dengan penghantar tembaga

NA : kabel standar dengan penghantar aluminium

Y : Isolasi atau selubung P VC

F : Perisai kawat baja pipih

R : Perisai kawat baja bulat

Gb : Spiral pita baja

re : penghantar padat bulat

rm : penghantar bulat kawat banyak

se : penghantar padat bentuk sector

sm : penghantar kawat banyak bentuk sektor

contoh 2.1

NAYFGbY 4 x 120 SM 0,6/1 kV

Artinya : kabel jenis standar dengan penghantar aluminium


kawat banyak bentuk sektor, berisolasi dan berselubung PVC,
dengan perisai kawat baja pipih dan spiral pita baja. Jumlah urat

60
empat, luas penampang nominal masing-masing 120 mm2, dan
tegangan kerja nominal 0,6/1 kV.

Salah satu jenis kabel instalasi berselubung adalah kabel jenis


NYM, dimana kabel ini memiliki penghantar tembaga polos
bersiolasi PVC dengan luas penampang 1,5 mm2 – 10 mm2 dan
penghantarnya kawat tunggal. Untuk penampang 16 mm2 ke atas
penghantarnya terdiri atas sejumlah kawat yang dipilin menjadi
satu. Kemampuan menghantar arusnya dari kabel NYM ini dapat
dijelaskan pada tabel 2.2. Tabel 2.2 ini berlaku untuk semua kabel
instalasi yang berisolasi dan berselubung PVC termasuk kabel
fleksibel dengan penghantar tembaga suhu maksimum 70O C pada
suhu keliling 30OC.

Tabel 2.2 Kemampuan hantar arus berisolasi dan berselubung PVC

b. Kabel

Kabel listrik adalah media untuk mengantarkan arus listrik ataupun


informasi. Bahan dari kabel ini beraneka ragam, khusus sebagai pengantar
arus listrik, umumnya terbuat dari tembaga dan umumnya dilapisi dengan

61
pelindung. Selain tembaga, ada juga kabel yang terbuat dari serat optik, yang
disebut dengan fiber optic cable.

Penghantar atau kabel yang sering digunakan untuk instalasi listrik


penerangan umumnya terbuat dari tembaga. Penghantar tembaga setengah
keras (BCC ½ H = Bare Copper Conductor Half Hard) memiliki nilai
tahanan jenis 0,0185 ohm mm²/m dengan tegangan tarik putus kurang dari
41 kg/mm². sedangkan penghantar tambaga keras (BCCH =Bare Copper
Conductor Hard), kekuatan tegangan tariknya 41 kg/mm².

Bila ditinjau dari jumlah penghantar dalam satu kabel, penghantar dapat
diklasifikasikan menjadi:

1) Penghantar simplex ; ialah kabel yang dapat berfungsi untuk satu


macam penghantar saja (misal: untuk fasa atau netral saja). Contoh
penghantar simplex ini antara lain: NYA 1,5 mm²; NYAF 2,5 mm² dan
sebagainya.

2) Penghantar duplex ; ialah kabel yang dapat menghantarkan dua aliran


(dua fasa yang berbeda atau fasa dengan netral). Setiap penghantarnya
diisolasi kemudian diikat menjadi satu menggunakan selubung.
Penghantar jenis ini contohnya NYM 2x2,5 mm², NYY 2x2,5mm².

3) Penghantar triplex ; yaitu kabel dengan tiga pengantar yang dapat


menghantarkan aliran 3 fasa (R, S dan T) atau fasa, netral dan arde.
Contoh kabel jenis ini: NYM 3x2,5 mm², NYY 3x2,5 mm² dan
sebagainya

4) Penghantar quadruplex ; kabel dengan empat penghantar untuk


mengalirkan arus 3 fasa dan netral atau 3 fasa dan pentanahan. Susunan
hantarannya ada yang pejal, berlilit ataupun serabut. Contoh penghantar
quadruplex misalnya NYM 4x2,5 mm², NYMHY 4x2,5mm² dan
sebagainya.

62
c. Jenis Kabel

Adapun jenis kabel dibagi berdasarkan:


a. Konstruksi Penghantar
a) Penghantar Pejal
b) Penghantar Berlilit
c) Penghantar Berserabut
b. Type Kabel
a) Kabel NYY
b) Kabel NYA
c) Kabel NYM
d) Kabel NYFGbY
e) Kabel NYAF
f) Kabel N2SXY

1) Berdasarkan Konstruksi Penghantar

a) Penghantar Pejal

Penghantar berbentuk kawat pejal berukuran sampai 10 𝒎𝒎𝟐 bertujuan untuk


memudahkan dalam penggulungan maupun pemasangannya.

b) Penghantar Berlilit

Penghantar yang terdiri dari beberapa kawat dengan ukuran antara 1mm –
500mm yang saling berlilit

c) Penghantar Serabut

Penghantar yang terdiri dari beberapa kawat berukuran antara 0,5mm – 400
mm. biasanya digunakan pada tempat-tempat yang sempit dan sulit, alat
portable, alat ukur listrik dan pada kendaraan bermotor

2) Berdasarkan Type Kabel

a) Kabel NYA

63
Kabel NYA berinti tunggal, berlapis bahan isolasi PVC, untuk instalasi luar
atau kabel udara. Kode warna isolasi ada warna merah, kuning, biru dan
hitam sesuai dengan peraturan PUIL.. Lapisan isolasinya hanya 1 lapis
sehingga mudah cacat, tidak tahan air (NYA adalah tipe kabel udara) dan
mudah digigit tikus. Agar aman memakai kabel tipe ini, kabel harus dipasang
dalam pipa/conduit jenis PVC atau saluran tertutup. Sehingga tidak mudah
menjadi sasaran gigitan tikus, dan apabila ada isolasi yang terkelupas tidak
tersentuh langsung oleh orang.

Gambar 2.1 Kabel NYA

Tabel 2.3 Karakteristik Kabel NYA

64
b) Kabel NYM

Kabel NYM adalah pengantar yang memiliki lapisan isolasi PVC


(biasanya warna putih atau abu- abu) dan beberapa penghantar
didalamnya, ada yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYM memiliki lapisan
isolasi dua lapis, sehingga tingkat keamanannya lebih baik dari kabel NYA
(harganya lebih mahal dari NYA). Pemasangan penghantar kabel NYM
pada instalasi listrik boleh tidak menggunakan pipa, namun untuk
memudahkan ketika penggantian kabel, sebaiknya pada pemasangan
dalam dinding atau beton menggunakan selongsong pipa. Kabel ini
dapat dipergunakan dilingkungan yang kering dan basah, namun tidak
boleh ditanam..

Gambar 2.2 Kabel NYM 3 x 1.5mm

65
Tabel 2.4 Karakteristik Kabel NYM

c) Kabel NYY

Kabel NYY merupakan kabel tanah thermoplastik tanpa perisai. Yang


memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya berwarna hitam), ada yang
berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYY biasa digunakan untuk kabel tenaga
pada industri, kabel ini juga dapat dipergunakan untuk instalasi tertanam
(kabel tanah), dengan syarat diberikan perlindungan terhadap
kemungkinan kerusakan mekanis. Perlindungannya bisa berupa pipa
ataupun pasir dan diatasnya diberi batu. Kabel NYY memiliki lapisan
isolasi yang lebih kuat dari kabel NYM (harganya lebih mahal dari
NYM) dan memiliki isolasi yang terbuat dari bahan yang tidak disukai
tikus.

Gambar 2.3 Kabel NYY 4 x 6mm

66
Tabel 2.5 Karakteristik Kabel NYY

Susunan kabel NYY sama dengan kabel NYM, yang membedakan hanya
tebal isolasi dan selubung luarnya serta jenis PVC yang digunakan
berbeda. Warna selubung luarnya hitam. Untuk kabel tegangan rendah
tegangan nominalnya 0,6/1kV dengan maksud :

 0,6 kV : tegangan nominal terhadap tanah

 1 kV : tegangan nominal antar penghantar

Kabel NYY sangat utama apabila digunakan untuk instalasi industri


didalam gedung maupun outdoor, disaluran kabel dan dalam panel
hubung bagi, apabila diperkirakan tidak ada gangguan mekanis.

d) Kabel NYAF

Kabel NYAF merupakan jenis kabel fleksibel dengan penghantar


tembaga serabut berisolasi PVC. Digunakan untuk instalasi panel-
panel yang memerlukan fleksibelitas yang tinggi..

67
Gambar 2.4 Kabel NYAF

Tabel 2.6 Karakteristik Kabel NYAF

68
e) Kabel NYFGbY

Kabel jenis NYFGbY merupakan penghantar thermo plastik berperisai


yang dirancang khusus untuk instalasi tetap dalam tanah yang ditanam
langsung tanpa memerlukan perlindungan tambahan apabila terdapat
kemungkinan terjadi gangguan mekanis (kecuali harus menyeberang
jalan). Kabel NYFGbY terdiri dari pengantar tembaga, dengan isolasi
PVC, penggabungan dua atau lebih ini dilengkapi selubung atau pelindung
yang terdiri dari karet dan perisai kawat baja bulat. Perisai dan
pembungkus diikat dengan spiral pita baja, untuk menghindari korosi pada
piita baja maka kabel diselubungi PVC berwarna hitam. Pada kondisi
normal kedalaman pemasangan dibawah tanah adalah 0,8 meter.

Gambar 2.5 Kabel NYRGBY

d. Pemilihan luas penampang dan rugi kabel

Pemilihan luas penampang penghantar harus mempertimbangkan


Kemampuan Hantar Arus (KHA), Rugi Tegangan, sifat lingkungan, dan faktor
lain.
1. Kemampuan Hantar Arus
Menurut PUIL 2000 pasal 5.5.3.1 bahwa “penghantar sirkit akhir yang
menyuplai motor tunggal tidak boleh mempunyai KHA kurang dari 125% arus
pengenal beban penuh.” Arus nominal dapat kita hitung berdasarkan
persamaan (i) dampai dengan (iii) sehingga kuat antar arus diperoleh
berdasarkan persamaan (iv) yang mengacu pada PUIL 2000 pasal 5.5.3.1.

69
𝐼𝑛 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑆𝑒𝑎𝑟𝑎ℎ(𝐴) =
𝑃
.................................................... (i)
𝑉
𝐼𝑛 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐵𝑜𝑙𝑎𝑘 − 𝑏𝑎𝑙𝑖𝑘 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑓𝑎𝑠𝑎 (𝐴) =
𝑃
......................................... (ii)
𝑉 𝑥 𝐶𝑜𝑠 𝛷
𝐼𝑛 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐵𝑜𝑙𝑎𝑘 − 𝑏𝑎𝑙𝑖𝑘 𝑡𝑖𝑔𝑎 𝑓𝑎𝑠𝑎 (𝐴) =
𝑃
.................................. (iii)
√3𝑥 𝑉 𝑥 𝐶𝑜𝑠 𝛷
KHA = 125% X In ..................................................................................(iv)

yang mana;

In = Arus Nominal Beban Penuh (A)

P = Daya Aktif (W)

V = Tegangan (V)
Cos Φ = Faktor Daya

2. Menentukan kabel power listrik


q = ( L . N ) : ( Y . eV . E )

Keterangan :
q = Penampang kabel dalam mm
L = Jarak dalam meter
N = Daya dalam watt
Y = Daya hantar jenis; Y tembaga 56, Y aluminium 32.7 dan Y besi 7
eV = Rugi tegangan dalam volt
E = Tegangan dalam volt

70
PEMUTUS DAYA

A. KONSEP DASAR
Pengaman adalah suatu alat yang digunakan untuk melindungi atau
mengamankan atau mencegah sistem instalasi listrik dari beban arus yang
melebihi kemampuannya. Arus yang mengalir pada suatu penghantar akan
menimbulkan panas, baik pada saluran penghantar maupun pada alat
listriknya sendiri.
Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan
yang terpasang pada sistem tenaga listrik seperti generator, bus bar
transformator, SUTT, kabel bawah tanah dan sebagainya terhadap kondisi
abnormal pada operasi sistem.
Pengaman sistem tenaga listrik adalah system pengaman yang
dilakukan kepada peralatan-peralatan listrik yang terpasang pada suatu sistem
tenaga misanya generator, transformator jaringan dan lain-lain, terhadap
kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri.
Kondisi abnormal itu dapat berupa antara lain : hubung singkat,
tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron dan lainlain.

Mengapa Pengaman diperlukan ?

Pengaman itu diperlukan :

1. Untuk menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan


peralatan akibat gangguan (kondisi abnormal operasi sistem).
Semakin cepat reaksi perangkat pengaman yang digunakan maka akan
semakin sedikitlah pengaruh gangguan kepada kemungkinan
kerusakan alat
2. Untuk cepat melokalisir luas daerah terganggu menjadi sekecil
mungkin.
3. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang
tinggi kepada konsumsi dan juga mutu listrik yang baik.
4. Untuk mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh
listrik.

71
Pengetahuan mengenai arus-arus yang timbul dari berbagai tipe gangguan
pada suatu lokasi merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian
sistem pengaman secara efektif. Jika terjadi gangguan pada sistem, para
operator yang merasakan adanya gangguan tersebut diharapkan segera dapat
mengoperasikan circuit-circuit yang tepat untuk mengeluarkan sistem yang
terganggu atau memisahkan pembangkit dari jaringan yang terganggu. Sangat
sulit bagi seorang operator untuk mengawasi gangguan-gangguan yang
mungkin terjadi dan menentukan CB mana yang diperoperasikan untuk
mengisolir gangguan tersebut secara manual. Mengingat arus gangguan yang
cukup besar, maka perlu secepat mungkin dilakukan pengaman. Hal ini perlu
suatu peralatan yang digunakan untuk mendeteksi keadaan-keadaan yang
tidak normal tersbut dan selanjutnya mengistruksikan circuit-circuit yang
tepat untuk bekerja memutuskan rangkaian atau sistem yang terganggu.
Peralatan tersebut kita kenal dengan relay.

Ringkasnya pengaman dan tripping otomatik circuit-circuit yang sehubungan


mempunyai dua fungsi pokok :

1. Mengisolir peralatan yang terganggu agar bagian-bagian yanglainnya


tetap beroperasi seperti biasa.
2. Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (over heating),
pengaruh gaya-gaya mekanik dst.

Koordinasi antara relay dan circuit breaker (CB) dalam mengamati dan
memutuskan gangguan disebut sebagai sistem pengaman. Banyak hal yang
harus dipertimbangkan dalam mempertahankan arus kerja maksimum yang
aman. Jika arus kerja bertambah melampaui batasaman yang ditentukan dan
tidak ada pengaman atau jika pengaman tidak memadai atau tidak efektif,
maka keadaan tidak normal dan akan mengakibatkan kerusakan isolasi.
Pertambahan arus yang berkelebihan menyebabkan rugi-rugi daya pada
konduktor akan berkelebihan pula.

Pengaman harus sanggup menghentikan arus gangguan sebelum arus


tersebut naik mencapai harga yang berbahaya. Pengaman dapat dilakukan
dengan sekering atau circuit breaker. Pengaman juga harus sanggup

72
menghilangkan gangguan tanpa merusak peralatan pengaman itu sendiri.
Untuk ini pemilihan peralatan pengaman harus sesuai dengan kapasitas arus
hubung singkat “breaking capacity” atau repturing capacity. Disamping itu
pengaman yang diperlukan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a) Sekering atau circuit breaker harus sanggup dilalui arus nominal


secara terus menerus tanpa pemanasan yang berlebihan (overheating).
b) Overload yang kecil pada selang waktu yang pendek seharusnya tidak
menyebabkan peralatan bekerja
c) Pengaman harus bekerja walaupun pada overload yang kecil tetapi
cukup lama sehingga dapat menyebabkan overheating pada rangkaian
penghantar.
d) Pengaman harus membuka rangkaian sebelum kerusakan yang
disebabkan oleh arus gangguan yang dapat terjadi.
e) Pengaman harus dapat melakukan “pemisahan” (discriminative) hanya
pada rangkaian yang terganggu yang dipisahkan dari rangkaian yang
lain yang tetap beroperasi. Pengaman overload dikembangkan jika
dalam semua hal rangkaian listrik diputuskan sebelum terjadi
overheating. Jadi disini overload action relative lebih lama dan
mempunyai fungsi inverse terhadap kwadrat dari arus. Pengaman
gangguan hubung singkat dikembangkan jika action dari sekering atau
circuit breaker cukup cepat untuk membuka rangkaian sebelum arus
dapat mencapai harga yang dapat merusak akibat overheating, arcing
atau ketegangan mekanik.

Fungsi Pengaman :
Pengaman listrik mempunyai fungsi yaitu sebagai berikut,
a) Mengamankan system instalasi listrik (hantaran, perlengkapan listrik
dan alat/ pesawat yang menggunakan listrik)
b) Melindungi/membatasi arus lebih yang disebabkan oleh pemakaian
beban yang berlebihan dan akibat hubung singkat antara fasa dengan
fasa, fasa dengan netral atau fasa dengan badan (body).
c) Melindungi hubung singkat dengan badan mesin atau perlengkapan
lainnya.
d) Mencegah kerusakan peralatan pada sistem tenaga listrik akibat

73
terjadinya gangguan atau kondisi tidak normal pada sistem.
e) Mempersempit daerah terjadinya gangguan sehingga gangguan
tidak menyebar ke sistem yang lain.
f) Memberikan pelayanan tenaga listrik dengan keandalan dan mutu
yang tinggi kepada konsumen.
g) Mengamankan manusia dari bahaya yang ditimbulkan oleh tenaga
listrik.

Pengaman pada sistem tenaga listrik pada dasarnya terdiri atas pemutus
tenaga (PMT) atau circuit breaker (CB) yang bekerja memutus rangkaian
jika terjadi gangguan yang operasinya dikendalikan oleh rele pengaman

Persyaratan Kualitas Pengaman

Ada beberapa persyaratan yang sangat perlu diperhatikan dalam suatu


perencanaan sistem pengaman yang efektif yaitu :

a) Selektivitas dan Diskrimanasi


Efektivitas suatu sistem pengaman dapat dilihat dari kesanggupan system
dalam mengisolir bagian yang mengalami gangguan saja
b) Stabilitas
Sifat yang tetap inoperatif apabila gangguan-gangguan terjadi diluar zona
yang melindungi (gangguan luar).
c) Kecepatan Operasi
Sifat ini lebih jelas, semakin lama arus gangguan terus mengalir, semakin
besar kerusakan peralatan. Hal yang paling penting adalah perlunya
membuka bagian-bagian yang terganggu sebelum generator-generator
yang dihubungkan sinkron kehilangan sinkronisasi dengan system
selebihnya. Waktu pembebasan gangguan yang tipikal dalam sistemsistem
tegangan tinggi adalah 140 ms. Dimana mendatnag waktu ini hendak
dipersingkat menjadi 80 ms sehingga memerlukan relay dengan kecepatan
yang sangat tinggi (very high speed relaying).
d) Sensitivitas (kepekaan)
Yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Harga ini dapat
dinyatakan dengan besarnya arus dalam jaringan aktual (arus primer)
atausebagai prosentase dari arus sekunder (trafo arus).
e) Pertimbangan ekonomis

74
Dalam sistem distribusi aspek ekonomis hampir mengatasi aspek teknis,
oleh karena jumlah feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak, asal
saja persyaratan keamanan yang pokok dipenuhi. Dalam sistem-
sistemtrtansmisi justru aspek teknis yang penting. Pengaman relatif
mahal, namun demikian pula sistem atau peralatan yang dilindungi dan
jaminan terhadap kelangsungan peralatan sistem adalah vital. Biasanya
digunakan dua sistem pengaman yang terpisah, yaitu pengaman primer
atau pengaman utama dan pengaman pendukung (back up).
f) Realiabilitas (keandalan)
Sifat ini jelas, penyebab utama dari “outage” rangkaian adalah tidak
bekerjanya pengaman sebagaimana mestinya (mal operation).
g) Pengaman Pendukung
Pengaman pendukung (back up) merupakan susunan yang sepenuhnya
terpisah dan yang bekerja untuk mengeluarkan bagian yang terganggu
apabila pengaman utama tidak bekerja (fail). Sistem pendukung ini
sedapat mungkin indenpenden seperti halnya pengaman utama, memiliki
trafo-trafo dan rele-rele tersendiri. Seringkali hanya triping CB dan trafo-
trafo tegangan yang dimiliki bersama oleh keduanya. Tiap-tiap sistem
pengaman utama melindungi suatu area atau zona system daya tertentu.
Ada kemungkinan suatu daerah kecil diantara zona-zona yang berdekatan
misalnya antara trafo-trafo arus dan circuit breakercircuit breaker tidak
dilindungi. Dalam keadaan seperti ini sistem back up (yang dinamakan
remote back up) akan memberikan perlindungan karena berlapis dengan
zona-zona utama . Pada sistem distribusi aplikasi back up digunakan tidak
seluas dalam sistem tansmisi, cukup jika hanya mencakup titik-titik
strategis saja. Remote back upa bereaksi lambat dan biasanya memutus
lebih banyak dari yang diperlukan untuk mengeluarkan bagian yang
terganggu.

B. JENIS DAN KARAKTERISTIK PENGAMAN LISTRIK


1. MCB
Merupakan suatu alat yang digunakan untuk pengaman dari arus hubung
singkat dan dan jugasebagai pembatas arus. Untuk pengamanan darihubung
singkat MCB di desain dengan komponenrelay elektromagnetik sedangkan

75
untuk mengamankan dari beban lebih MCB dilengkapidengan komponen
Thermis (Bimetal), atau bisa juga berfungsi sebagai pembatas arus.

Gambar.1 Miniature Circuit Breaker


(Sumber : https://4.imimg.com/)

2. MCCB
Singkatan MCCB adalah Moulded Case Circuit Breaker. Fungsi MCCB
adalah sebagai pemutus sirkit pada tegangan menengah.

Dalam memilih circuit breaker hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah


:
 Karakteristik dari sistem di mana circuit breaker tersebut dipasang.
 Kebutuhan akan kontinuitas pelayanan sumber daya listrik.
 Aturan-aturan dan standar proteksi yang berlaku.

Karakteristik sistem
1) Sistem tegangan
Tegangan operasional dari circuit breaker harus lebih besar atau
minimum sama dengan tegangan sistem.
2) Frekuensi sistem
Frekuensi pengenal dari circuit breaker harus sesuai dengan
frekuensi sistem. Circuit breaker Merlin Gerin dapat beroperasi
pada frekuensi 50 atau 60 Hz.
3) Arus pengenal
Arus pengenal dari circuit breaker harus disesuaikan dengan
besarnya arus beban yang dilewatkan oleh kabel, dan harus lebih
kecil dari arus ambang yang diijinkan lewat pada kabel.

76
4) Kapasitas pemutusan
Kapasitas pemutusan dari circuit breaker harus paling sedikit sama
dengan arus hubung singkat prospektif yang mungkin akan terjadi
pada suatu titik instalasi dimana circuit breaker tersebut dipasang.
5) Jumlah pole dari circuit breaker
Jumlah pole dari circuit breaker sangat tergantung kepada sistem
pembumian dari sistem.

Kebutuhan Kontinuitas Sumber Daya


Tergantung dari kebutuhan tingkat kontinuitas pelayanan sumber daya
listrik, dalam memilih circuit breaker harus diperhatikan :

1) Diskriminasi total dari dua circuit breakaer yang ditempatkan


secara seri
2) Diskriminasi terbatas (sebagian), diskriminasi hanya dijamin
sampai tingkat arus gangguan tertentu.

Gambar 2. MCCB
(Sumber : //www.indiamart.com/)

3. NFB
NFB atau No Fuse Breaker berfungsi sebagai pembatas arus listrik
dari beban lebih. Bila arus yang mengalir pada NFB ini melebihi dari In
(arus nominal) pada NFB, maka NFB ini akan memutuskan arus ke beban.

77
NFB dalam bahasa indonesia bisa diartikan sebagai pemutus tanpa
sekering, berfungsi untuk menghubungkan dan memutus tegangan/arus
utama dengan sirkuit atau beban, selain itu juga berfungsi untuk
memutuskan/melindungi beban dari arus yang berlebihan ataupun jika
terjadi hubung singkat. Cara kerja NFB, ketika arus yang mengalir
melaluinya melebihi dari nilai yang tertera pada NFB maka secara
otomatis NFB akan memutuskan arusnya gambar diatas adalah NFB 3
Phase umumnya digunakan pada instalasi motor induksi atau breaker pada
panel kontrol.
Selain itu NFB sangat baik di gunakan pada pengguna listrik rumah
tingkat atas dan industry. Ini di karenakan Penggunaan NFB yang sangat
menjamin keamanan listrik anda. Namun sebaliknya penggunaan NFB
jangan pernah anda gunakan untuk pengguna rumah menengah ke bawah
(SEDERHANA), karena alat ini tidak akan berfungsi pada instalasi rumah
anda.

Gambar 3. NFB
(Sumber : http://ptaja.com/)

4. Fuse
Fuse terpasang dalam rangkaiaan listrik tersusun secara seri, sehingga jika
terlewati arus yang melebihi kapasitas kerja dari fuse tersebut,maka fuse
akan terbakar dan memutus arus yang adadalam rangkaian tersebut.
Element penghantar yangterdapat dalam fuse tersebut akan meleleh, dan

78
memutus rangkaian listrik tersebut sebagai pengaman terhadap komponen-
komponen lain dalamrangkaian listrik tersebut dari bahaya arus besar.

Jika kita dapati fuse yang telah terbakar atau putus elementnya kita harus
menggantinyadengan yang baru, tetapi yang perlu diingat adalah
penggantian dengan kapasitas arus yang sama. Jika menggantinya dengan
kapasitas arusyang lebih besar maka akan berakibat kerusakan pada
rangkaian listrik tersebut, karena jika ada arus lebih dalam rangkaian
tersebut, fuse tidak akan putus atau terbakar.

Gambar 4. Fuse
(Sumber : https://images-na.ssl-images-amazon.com/)

5. ELCB
Earth Leakaque Circuit Breaker atau alat pengaman arus bocor tanah
atau juga disebut saklar pengaman arus sisa (SPAS) bekerja dengan
sistimdifferential, saklar ini memiliki sebuah transformator arus dengan
inti berbentuk gelang, inti ini melingkarisemua hantaran suplay ke mesin
atau peralatan yangdiamankan, termasuk hantaran netral, ini berlakuuntuk
semua sambungan satu-phasa, sambungan tiga- phasa tanpa netral maupun
sambungan tiga-phasadengan netral.
Dalam keadaan normal, jumlah arus yang dilingkari oleh inti trafo
adalah samadengan nol, kalau terjadi arus bocor ketanah, misalkan 0,5
ampere, maka keadaansetimbang ini akan terganggu, karena itu dalam inti
trafo akan timbul medan magnet yangmembangkitkan suatu tegangan
dalam kumparan sekunder, Arus defferntial terkecil yangmasih
menyebabkan saklar ini bekerja disebut arus jatuh nominal (If) dari saklar.
Saklar inidirencanakan untuk suatu arus jatuh nominal tertentu.

79
Earth Leakaque Circuit Breaker atau alat pengaman arus bocor tanah
atau juga disebut saklar pengaman arus sisa (SPAS) bekerja dengan sistim
differential, saklar ini memiliki sebuah transformator arus dengan inti
berbentuk gelang, inti ini melingkari semua hantaran suplay ke mesin atau
peralatan yang diamankan, termasuk hantaran netral, ini berlaku untuk
semua sambungan satu-phasa, sambungan tiga-phasa tanpa netral maupun
sambungan tiga-phasa dengan netral.
Dalam keadaan normal, jumlah arus yang dilingkari oleh inti trafo adalah
sama dengan nol, kalau terjadi arus bocor ketanah, misalkan 0,5 ampere,
maka keadaan setimbang ini akan terganggu, karena itu dalam inti trafo
akan timbul medan magnet yang membangkitkan suatu tegangan dalam
kumparan sekunder, Arus defferntial terkecil yang masih menyebabkan
saklar ini bekerja disebut arus jatuh nominal (If) dari saklar. Saklar ini
direncanakan untuk suatu arus jatuh nominal tertentu.
Prinsip kerja ELCB :
Pada saat terjadi gangguan arus yang mengalir dipenghantar phasa tidak
sama lagi dengan arus yang mengalir pada netral ( IL = IN + If ) atau
sistim dikatatakan dalam keadaan tidak seimbang, arus differensial ini
dibandingkan dalam sebuat sistim trafo toroida. Ketidak seimbangan
antara arus phasa dengan arus netral menandakan adanya arus bocor
ketanah akibat kegagalan isolasi, ketidak seimbangan arus ini akan
menyebabkan fluks magnet pada toroida sehingga pada bilitan sekunder
toroida akan dibangkitkan suatu tegangan yang berfungsi untuk
menggerakan relai pemutus mekanisme kontak, kemudian kontak utama
ELCB akan memutuskan hubungan dengan peralatan.
Untuk instalasi rumah kita dapat memilih ELCB dengan kepekaan
yang lebih tinggi yakni ELCB dengan ratting arus sisa 10 mA atau 30 mA.
Perlindungan yang idial untuk instalasi listrik apapun seharusnya memiliki
perangkat pengaman terhadap beban lebih, hubung singkat dan arus bocor.
Untuk mengamanka sistim dan peralatan yang kita gunakan sebaiknya
sistim kita memilki pentanahan yang baik dalam arti nilai impedansi
pentanahan harus sekecil mungkin agar pengaliran arus gangguan ketanah
berlangsung dengan sempurna.
Bagaimanapun juga kenaikan nilai impedansi beberapa ohm saja bisa
mempengaruhi pengaliran arus gangguan ketanah menjadi tidak

80
sempurna, sehingga pada kondisi ini terjadi penambahan waktu pemutusan
rangkaian dalam beberapa menit untuk ELCB tersebut bekerja, atau ada
kemungkinan sama sekali ELCB tersebut tidak bisa bekerja.
Banyak contoh yang terkait dengan pentanahan peralatan yang mengalami
gangguan, sehingga satu-satunya cara perlindungan yang dapat diberikan
adalah melalui pemakaian ELCB dengan kepekaan tinggi. Perlu dicatat
bahwa tidak tertutup kemungkinan terjadinya gangguan yang dapat
membahayakan manusia atau mahluk hidup akibat dari pentanahan yang
tidak baik, yang mana nilai impedansi pentanahan yang bisa berubah.
Apabila tegangan pada badan peralatan yang ditanahkan tidak boleh
melebihi 50 Volt, maka syarat untuk tahanan dari lingkaran arus
pentanahannya adalah : R ka < 50/I, Saklar ini dapat dicoba dengan
sebuah tombol tekan percobaan yang terdapat pada saklar, tahanan dari
lingkaran arus percobaan dipilih sedemikian hingga saklar kutub dua
untuk tegangan AC 220 Volt, bisa juga digunakan pada tegangan 127
Volt. Saklar ini memiliki magnet hilang, karena itu pemutusannya tidak
bergantung pada tegangan jaringan.
Suatu arus bocor akan menyebabkan suatu medan magnet kedua dalam
magnet halang (medan halang), karena medan halang ini jalan ke angker
bagi garis-garis gaya dari magnet permanent akan tertutup. Sebuah magnet
permanent menimbulkan garis-garis gaya megnetik dalam dua paket besi
trasformator dengan permiabilitas yang rendah. Sebagian besar dari garis-
garis gaya megnet tersebut melewati sebuah angker, sehingga angker ini
akan ditarik. Gaya tarik maknet ini mengalahkan gaya tarik sebuah pegas.
Pemutusan dari saklar berlangsung sebagai berikut : kalau dalam
lingkaran arus utama terjadi hubung tanah, maka dalam kumparan
sekunder dari transformator akan timbul suatu tegangan, karena itu dalam
kumparan dari magnet halang yang dihubungkan dengan magnet sekunder
akan mengalir arus. Arus ini akan membangkitkan suatu medan magnet,
garis-garis gaya dari medan tersebut harus juga melalui tempat-tempat
sempit E, karena itu ditempat ini garis-garis gaya itu akan tertutup, oleh
karena itu magnet tersebut diberi nama magnet halang.
Dengan demikian seluruh garis gaya dari magnet permanent sekarang
terpaksa harus melaluishunt magnet tersebut. Garis gaya yang semula
melalui angker, sekarang tertarik ke shunt magnet, karena itu angker

81
tersebut akan terlepas dan ditarik oleh pegasnya gerakan ini akan
menyebabkan saklar arus bocor tanah akan mebuka secara mekanis.

Gambar 5. ELCB
(Sumber : https://hlhonline.files.wordpress.com/)

Gambar 6. Cara kerja ELCB


(Sumber : http://1.bp.blogspot.com)

82
6. Thermal Overload Relay (TOR)

Thermal overload adalah alat pengaman rangkaian dari arus lebih yang
diakibatkan beban yang terlalu besar dengan jalan memutuskan rangkaian
ketika arus yang melebihi setting melewatinya. Thermal overload berfungsi
untuk memproteksi rangkaian listrik dan komponen listrik dari kerusakan
karena terjadinya beban lebih.
Thermal overload memproteksi rangkaian pada ketiga fasanya (untuk
rangkaian tiga fasa) baik yang menggunakan sistem bimetal maupun yang
menggunakan sistem elektronik tanpa suplai terpisah (maksudnya thermal
overload elektronik ini tidak membutuhkan sumber daya listrik secara khusus)
dan mempunyai sensitifitas terhadap hilangnya fasa yang bekerja dengan
sistem diferensial (tidak langsung trip pada kasus terjadinya hilang satu fasa),
namun apabila dibutuhkan rangkaian untuk trip segera saat kehilangan satu
fasa, maka perlu diperlukan tambahan alat proteksi lain.
Thermal overload ini bisa dipasangkan langsung dengan kontaktornya
maupun terpisah sehingga sangat fleksibel untuk pemasangannya di dalam
panel. Pemilihan jenis thermal overload ditentukan oleh rating/setting arus
sesuai dengan arus nominal rangkaian pada beban penuh dan kelas trip-nya.
Untuk pemakaian standar digunakan kelas trip 10 yaitu thermal overload akan
trip pada 7,2 Ir dalam waktu 4 detik.

Prinsip Kerja TOR


Sesuai dengan namanya proteksi motor ini menggunakan panas
sebagai pembatas arus pada motor. Alat ini sangat banyak dipergunakan saat
ini. Biasanya disebut TOR, Thermis atau overload relay. Cara kerja alat ini
adalah dengan menkonversi arus yang mengalir menjadi panas untuk
mempengaruhi bimetal. Nah, bimetal inilah yang menggerakkan tuas untuk
menghentikan aliran listrik pada motor melalui suatu control motor starter
(baca motor starter). Pembatasan dilakukan dengan mengatur besaran arus
pada dial di alat tersebut.

83
Gambar 7. TOR
(Sumber : data:image/jpeg;base64,/)

Gambar 8. Prinsip Kerja TOR


(Sumber : www.infodanpengertian.com)

7. Circuit Breaker (CB)


Circuit Breaker (CB) adalah salah satu peralatan pemutus daya yang
bergunauntuk memutuskan dan menghubungkan rangkaian listrik dalam
kondisi terhubung ke beban secara langsung dan aman, baik pada kondisi
normal maupun saat terdapatgangguan. Berdasarkan media pemutus listrik
/ pemadam bunga api, terdapat empat jenis CB sbb:

84
a) Air Circuit Breaker (ACB)
ACB adalah singkatan dari Air Circuit Breaker. Circuit Breaker
sendiri sebenarnya adalah komponen yang berguna untuk
melindungi peralatan listrik dari beberapa masalah yang sering
muncul, misalnya: panas berlebih, voltage berlebih, voltage yang
terlalu turun, dan sebagainya. Pada dasarnya ada beberapa jenis
Circuit Breaker, salah satunya adalah Air Circuit Breaker.
Pembeda jenis circuit breaker ini dengan lainnya adalah terletak di
cara kerja dan komponen pendukungnya. Berikut akan dibahas
cara kerja Air Circuit Breaker dalam penggunaannya di komponen
listrik.
Berfungsi untuk memutuskan arus listrik.
Walaupun terdengar agak membingungkan mengapa arus listrik
perlu diputuskan, ternyata cara kerja Air Circuit Breaker yang
memutuskan arus listrik ini berfungsi untuk mengamankan diri
Anda dan peralatan lain yang terhubung dengan listrik, ketika
terjadi arus yang berlebih. Tanpa alat ini, komponen listrik bisa
meledak dan akan sangat berbahaya bagi manusia dan sekitarnya.

Komponen MN/UVR/UVT
Pada prinsipnya, Air Circuit Breaker akan bekerja jika terdapat
tegangan pada UVT (Under Voltage Toggle) sehingga
memunculkan tarikan pada toggle. Ketika toggle ini terlepas, maka
sistem mekani Air Circuit Breaker akan terkunci atau dalam
kondisi off.
Closing Release
Cara kerja Air Circuit Breaker ditinjau dari closing releasenya
adalah sebagai berikut. Ketika tegangan masuk, maka toggle akan
menarik Air Circuit Breaker sehingga ia akan ada pada mode ON.
Sementara itu jika dilepas tegangannya maka ia akan tertutup
kembali. Selain itu untuk dapat memastikan closing releasenya
terputus dan benar-benar tidak bekerja lagi, biasanya digunakan
cara mengunci (interlock) salah satu komponen yang disebut cable
control.

85
Shunt Trip
Shunt trip pada Air Cicuit Breaker adalah sering juga disebut
dengan MX. Tugasnya adalah untuk membuka circuit breaker
dengan cara mendorong toggle mekanik sehingga sistem menjadi
OFF sementara circuit breaker ON. Sistem ini bekerja dengan
melewatkan kabel wiring melalui Auxiliary Contact terlebih
dahulu.
Auxiliary Contact
Alat ini merupakan tombol Switch ON/OFF dengan beberapa
kondisi: (1) Normally Open, dimana kondisi normal terbuka atau
sering pula disebut lepas, (2) Normally Close yang artinya kondisi
normal berhubungan sedang tersambung, dan (3) C artinya kondisi
dasar yang dapat terhubung dengan keadaan normal open maupun
normal close. Auxiliary Contact ini memiliki fungsi sebagai
perlindungan tambahan jika terjadi kegagalan dalam komponen
listrik.

Gambar 8. ACB
(Sumber : https://carakerjapro.blogspot.com/)

86
b) Vacuum Circuit Breaker (VCB)
Vacum Circuit Breakers adalah salah satu pemutus kontak, vakum
di gunakan sebagai peredam terhadap busur api, vacuum
mempunyai kekuatan isolasi yang tinggi sehingga mempunyai
keunggulan dibandingkan menggunakan media lain,
Prinsip kerjanya berbeda dengan dasar prinsip lain kerena tidak
terdapat gas yang dapat berionisasi bilamana kontak - kontak
terbuka, ketika kontak pemutus dibuka dalam ruang hampa maka
akan timbul percikan busur api, elektron dan ion saat pelepasan
walaupun haya sesaat maka dengan cepat diredam karena percikan
busur api, elektron dan ion yang dihasilkan pada saat pemutusan
akan segera mengembun pada ruangan hampa, kemampuannya
terbatas hingga kira-kira 30 kV. untuk tegangan yang lebih tinggi
pemutus ini dapat di pasang seri. pemutus tenaga vacuum ini
biasanya banyak di gunakan pada sistem bawah tanah ACR (
Automatic Circuit Recloser )

Gambar 8. VCB
(Sumber : phenomena13.blogspot.com)

87
Konstruksi : Gambar diatas menunjukan bagian bagian pada
Vacuum Circuit Breaker, terdiri dari Fixed contact ( kontak tetap ),
Moving contact ( kontak yang bergerak ), shield ( pelindung )
insulating envelope, electrodes, vapor condensation shield.

c) Gas Circuit Breaker(GCB)


Gas Circuit Breaker (GCB) merupakan salah satu bagian penting
dari sistem proteksi yang berfungsi sebagai saluran penghubung
antara sistem pembangkitan dan jaringan transmisi milik PLN.
GCB adalah sebuah sistem penghubung dan pemutus jaringan
listrik yang dikemas dalam sebuah tabung non-ferro dan
menggunakan bahan gas Sulphurhexaflouride (SF6) sebagai media
isolasinya. Gas SF6 mempunyai sifat elektronegatif yang berperan
untuk menghambat busur api yang mungkin terjadi ketika operasi
switchgearSifat gas SF6 murni adalah tidak berwarna, tidak
berbau, tidak beracun dan tidak mudah terbakar. Pada suhu diatas
150º C, gas SF6 mempunyai sifat tidak merusak metal, plastic dan
bermacam bahan yang umumnya digunakan dalam pemutus tenaga
tegangan tinggi, Gas SF6 pada GCB berfungsi untuk meredam
loncatan bunga api listrik sekaligus mengisolasikan antara bagian-
bagian yang bertegangan. Sebagai isolasi listrik, gas SF6
mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi (2,35 kali udara) dan
kekuatan dielektrik ini bertambah dengan pertambahan tekanan.
Sifat lain dari gas SF6 ialah mampu mengembalikan kekuatan
dielektrik dengan cepat, tidak terjadi karbon selama terjadi busur
api dan tidak menimbulkan bunyi pada saat pemutus tenaga
menutup atau membuka. Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk
memutus arus sampai 40 KA dan pada rangkaian bertegangan
sampai 765 KV.

Ada dua kontak tetap dilengkapi dengan celah kontak tertentu.


Sebuah jembatan geser silinder ini ke kontak tetap. Silinder aksial
bisa meluncur ke atas dan ke bawah sepanjang kontak . Ada satu
piston stasioner dalam silinder yang tetap dengan bagian stasioner

88
lain dari SF6 pemutus sirkuit , sedemikian rupa sehingga tidak
dapat mengubah posisinya selama gerakan silinder .
Seperti piston tetap dan silinder gerak atau geser , volume
internal perubahan silinder ketika slidesilinder.Selama pembukaan
pemutus silinder bergerak ke bawah terhadap posisi piston tetap
maka volume dalam silinder berkurang yang menghasilkan gas
terkompresi SF6 dalam silinder .
Silinder memiliki jumlah ventilasi samping yang diblokir oleh
tubuh kontak tetap atas selama posisi tertutup . Sebagai silinder
bergerak ke bawah lebih lanjut , ini bukaan ventilasi menyeberangi
kontak tetap atas, dan menjadi diblokir dan kemudian dikompresi
gas SF6 dalam silinder akan keluar melalui ventilasi dalam
kecepatan tinggi terhadap busur dan melewati lubang aksial kedua
kontak tetap .
Busur dipadamkan selama ini aliran gas SF6. Selama
penutupan SF6 pemutus sirkuit, bergerak silinder geser ke atas dan
sebagai posisi piston tetap pada ketinggian tetap, volume
meningkat silinder yang memperkenalkan tekanan rendah di dalam
silinder dibandingkan dengan sekitarnya . Karena perbedaan
tekanan ini gas SF6 dari sekitarnya akan berusaha untuk masuk
dalam silinder . Semakin tinggi tekanan gas akan datang melalui
lubang aksial kedua kontak tetap dan masuk ke dalam silinder
melalui lubang dan selama aliran ini, gas akan memadamkan
busur.

Gambar 10. GCB


(Sumber : http://www.hicoamerica.com/)

89
d) Oil Circuit Breaker (OCB)
Oil Circuit Breaker adalah jenis CB yang menggunakan minyak
sebagai sarana pemadam busur api yang timbul saat terjadi
gangguan. Bila terjadi busur api dalam minyak, maka minyak yang
dekat busur api akan berubah menjadi uap minyak dan busur api
akan dikelilingi oleh gelembung-gelem-bung uap minyak dan gas.
Gas yang terbentuk tersebut mempunyai sifat thermal conductivity
yang baik dengan tegangan ionisasi tinggi sehingga baik sekali
digunakan sebagi bahan media pemadam loncatan bunga api.

Gambar 10. OCB


(Sumber : https://wiki.openelectrical.org/images/)

8. Sectionalizer (SSO / Sakelar Seksi Otomatis)


Adalah peralatan pemisah saluran yang secara otomatisyang akan bekerja
sendiri untuk membuka jaringansetelah melakukan deteksi arus dan
melakukan perhitungan operasi pemutusan dari peralatan pengamandisisi
sumbernya. Pembukaannya dilakukan pada saat peralatan disisi sumber
sedang dalam posisi terbuka.Sectionalizer pada prinsipnya berfungsi
sebagai pengaman apabila dipasang pada sistem jaringantegangan
menengah setelah recloser. Sectionalizer memiliki kelebihan aplikasi yang
berbeda:
1. Sectionalizer dapat diterapkan antara dua perangkat pelindung
yang memiliki kurvaoperasi yang berdekatan. Ini merupakan fitur
penting dalam lokasi di mana langkahtambahan dalam koordinasi
tidak praktis atau mungkin.

90
2. Hal ini dapat digunakan pada jarak dekat untuk mencegah arus
lebih yang tinggiyang dikoordinasi dengan sekering.
3. Kemampuan untuk setiap operasi penutupan kesalahan

C. PERHITUNGAN RATING PENGAMAN

91
Sebagai contoh perhitungan, mari kita lihat gambar diatas, instalasi rumah
tipe T-125 lantai dasar saja pada halaman 2-13. dari gambar perencanaan
instalasi dapat dirinci sebagai berikut :
Beban dibagi menjadi 3 group, yaitu 2 group untuk lantai dasar dan 1 group
sebagai cadangan.
Group 1 terdiri dari 1 x 15 W; 2 x 25 W; 3 x 40 W dan 4 x 200 VA. Oleh
karena beban lampu pijar bersifat resistif, maka faktor dayanya sama dengan
1, sehingga 15 W = 15 VA; 25 W = 25 VA dan 40 W = 40 VA.
Group 2 sama dengan group 1.
Group 3 sebagai cadangan untuk lantai atas.

Jika beban lampu nyala semua dan semua stop kontak diberi beban penuh,
maka :
Arus nominal group 1 :
(1 x 15) + (2 x 25) + (3 x 40) + (4 x 200)
= 4,5 A
220

Arus nominal group 2 :


(1 x 15) + (2 x 25) + (3 x 40) + (4 x 200))
= 4,5 A
220

Arus utamanya : 4,5 + 4,5 = 9 A.


Jika faktor pemakaiannya dimisalkan 80%, maka arus totalnya = 80% x 9 =
7,2 A
Dengan demikian penggunaan pengaman arusnya adalah sebagai berikut :
I = 80% x 4,5 = 3,6 A, maka MCB yang digunakan 6A.
I1 = 80% x 4,5 = 3,6 A, maka MCB yang digunakan 6A.
I2 = 80% x 9 = 7,2 A, maka MCB yang digunakan 10A.

92
D. SOAL
Soal Pilihan Ganda
1. Sebuah motor listrik 1 fasa tidak dapat bekerja,maka yang tidak
termasuk menjadi penyebabnya adalah…
a. Sekering putus
b. Terjadinya hubung singkat pada kumparan motor
c. Tegangan yang diterima terlampau tinggi
d. Hubungan dari kondensator terlepas
e. Beban yang diputar terlampau berat
2. Komponen panel daya yang berfungsi untuk memutuskan rangkaian
apabila terjadi beban lebih adalah …
a. NFB
b. Fuse
c. kontaktor
d. grounding system
e. measurement equipment
3. ELCB merupakan komponen listrik yang berfungsi sebagai ....
a. pengaman jenis lebur, batas lebur 2/3 arus nominal
b. pengaman, pembagi, pemutus dan penghubung arus listrik
c. pengaman jenis lebur, batas lebur 2 kali arus nominal
d. pengaman dari kebocoran listrik arus kejut, setuh langsung dan
sentuh tak langsung
e. pembagi dan pengaman arus kejut
4. Berikut adalah simbol komponen listrik untuk ....

a. pengaman beban lebih pada motor


b. pengaman daya lebih
c. pengaman arus bocor
d. pengaman hubung singkat
e. kontaktor

93
5. MCB akan memutuskan rangkaian secara otomatis ketika terjadi…
a. Gangguan hubung singkat
b. Gangguan hubung langsung
c. Gangguan beban lebih
d. Gangguan arus lebih
e. Gangguan tegangan drop
6. Fungsi pengaman antara lain yang benar….
a. Mengamankan suatu benda didekat instalasi listrik
b. Memberikan pelayanan tenaga listrik dengan keandalan yang
rendah
c. Melindungi hubung singkat dengan badan mesin atau
perlengkapan lainnya
d. Memperbesar arus lebih yang dialirkan
e. Memberikan kerusakan perlatan pada sistem tenaga listrik
7. Secara terus menerus tanpa pemanasan yang berlebihan (overheating).
Pernyataan tersebut merupakan ….
a. Persyaratan circuit breaker
b. Persyaratan instalasi listrik
c. Persyaratan sebuah pengaman
d. Syarat overload
e. Syarat beban
8. Perhatikan pernyatan berikut ini :
1) Overload yang kecil pada selang waktu yang pendek seharusnya
tidak menyebabkan peralatan bekerja
2) Pengaman harus bekerja walaupun pada overload yang kecil tetapi
cukup lama sehingga dapat menyebabkan overheating pada
rangkaian penghantar.
3) Pengaman harus membuka rangkaian sebelum kerusakan yang
disebabkan oleh arus gangguan yang dapat terjadi.
4) Sekering atau circuit breaker harus diatas nominal arus kerja
5) Pengaman harus dapat melakukan pemisahan beban.

Dari pernyataan diatas manakah yang termasuk dari syarat sebuah


pengaman instalasi listrik ?

a. 1-2-3 c. 2-3-4
b. 1-2-4 d. 2-3-5

94
e. 3-4-5

9. Persyaratan kualitas pengaman yang benar antara lain,


a. Selektivitas, stabilitas, kecepatan operasi
b. Sensitivitas, kecepatan operasi, waktu trip
c. Pertimbangan ekonomis, kemampuan, kecocokan
d. Stabilitas, pertimbangan ekonomi, kekuatan
e. Kecepatan operasi, keandalan, pertimbangan grafis
10. Fungsi dari MCCB adalah….
a. Pemutus sirkit dari gangguan beban lebih
b. Pemutus sirkit pada sebuah motor
c. Pemutus sirkit pada tegangan menengah.
d. Pemutus sirkit pada teganagn rendah
e. Pemutus sirkit pada tegangan tinggi
11. Karakteristik sistem MCCB antara lain yang benar….
a. Frekuensi beban, arus total,
b. Arus pengenal, kapasitas pemutusan
c. Sistem tegangan, sistem arus
d. Jumlah beban, kapasitas rangkaian
e. Frekuensi sistem, jumlah beban
12. Bila arus yang mengalir pada NFB melebihi dari In (arus nominal)
pada NFB, maka ….
a. NFB akan memutuskan arus ke beban.
b. NFB tidak akan bekerja
c. NFB menghubungkan arus
d. NFB akan memerintahkan MCB untuk memutus beban
e. NFB akan menjalankan instalasi
13. Bagaimanakah pemasangan fuse pada sebuah instalasi listrik ?
a. Dipasang secara paralel dengan rangkaian
b. Dipasang paralel dengan kapasitor
c. Dipasang secara seri dengan rangkaian
d. Dipasang secara seri dengan kapasitor
e. Dipasang seri-paralel dengan rangkaian

95
14. Salah satu peralatan pemutus daya yang bergunauntuk memutuskan
dan menghubungkan rangkaian listrik dalam kondisi terhubung ke
beban secara langsung dan aman merupakan pengertian dari….
a. Miniature circuit breaker (MCB)
b. MCCB
c. NFB
d. ELCB
e. CB
15. Pengaman yang digunakan untuk mengamankan motor dari arus beban
lebih adalah ….
a. OCB
b. MCCB
c. ACB
d. TOR
e. Fuse

Jawaban :

1. C
2. A
3. D
4. A
5. A
6. C
7. C
8. A
9. A
10. C
11. B
12. A
13. C
14. E
15. D

96
Soal Essay

1. Apa yang disebut dengan pengaman instalasi listrik ?


2. Sebutkan lima fungsi dari pengaman instalasi listrik !
3. Jelaskan prinsip kerja dari Thermal Overload Relay!
4. Jelaskan prinsip kerja dari gambar dibawah ini !

5. Sebuah mesin listrik 3 phase memiliki daya 30 kW, maka berapa kapasitas
MCCB yang dibutuhkan?

Jawaban :

1. Pengaman sistem tenaga listrik adalah system pengaman yang dilakukan


kepada peralatan-peralatan listrik yang terpasang pada suatu sistem tenaga
misanya generator, transformator jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi
abnormal operasi sistem itu sendiri.
2. Lima fungsi pengaman instalasi listrik antara lain :
a) Mengamankan system instalasi listrik (hantaran, perlengkapan listrik
dan alat/ pesawat yang menggunakan listrik)
b) Melindungi/membatasi arus lebih yang disebabkan oleh pemakaian
beban yang berlebihan dan akibat hubung singkat antara fasa dengan
fasa, fasa dengan netral atau fasa dengan badan (body).
c) Melindungi hubung singkat dengan badan mesin atau perlengkapan
lainnya.
d) Mencegah kerusakan peralatan pada sistem tenaga listrik akibat
terjadinya gangguan atau kondisi tidak normal pada sistem.
e) Mempersempit daerah terjadinya gangguan sehingga gangguan tidak
menyebar ke sistem yang lain.

97
3. Prinsip kerja TOR:
Sesuai dengan namanya proteksi motor ini menggunakan panas sebagai
pembatas arus pada motor. Alat ini sangat banyak dipergunakan saat ini.
Biasanya disebut TOR, Thermis atau overload relay. Cara kerja alat ini
adalah dengan menkonversi arus yang mengalir menjadi panas untuk
mempengaruhi bimetal. Nah, bimetal inilah yang menggerakkan tuas
untuk menghentikan aliran listrik pada motor melalui suatu control motor
starter (baca motor starter). Pembatasan dilakukan dengan mengatur
besaran arus pada dial di alat tersebut.

4. Pada saat terjadi gangguan arus yang mengalir dipenghantar phasa tidak
sama lagi dengan arus yang mengalir pada netral ( IL = IN + If ) atau
sistim dikatatakan dalam keadaan tidak seimbang, arus differensial ini
dibandingkan dalam sebuat sistim trafo toroida. Ketidak seimbangan
antara arus phasa dengan arus netral menandakan adanya arus bocor
ketanah akibat kegagalan isolasi, ketidak seimbangan arus ini akan
menyebabkan fluks magnet pada toroida sehingga pada bilitan sekunder
toroida akan dibangkitkan suatu tegangan yang berfungsi untuk
menggerakan relai pemutus mekanisme kontak, kemudian kontak utama
ELCB akan memutuskan hubungan dengan peralatan.

5. P = 30.000 W

Cos phi= 0,8


V = 380 V
𝑃
𝐼=
𝑉𝑥√3𝑥𝑐𝑜𝑠 𝑝ℎ𝑖
30.000
𝐼=
380𝑥 √3 𝑥0.8
I = 56,8 Ampere
Untuk menentukan breaker/MCCB, maka 56,8 Ampere x 1,2 (faktor
safety) = 68,2.
Maka MCCB , 3P 80 Ampere

98
Instalasi Penerangan Listrik

A. Jenis- Jenis Pengaman


Merujuk pada pemaparan bahaya kebakaran akibat listrik pada BAB I, maka
instalasi penerangan perlu dilakukan pengaman. Pengamanan pada instalasi
penerangan dapat dilakukan dengan cara melengkapi pengawatan dengan pengamana
lebur ataupun MCB. Kedua jenis pengaman ini berfungsi untuk memutus rangkaian
ketika terjadi gangguan. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing pengaman.

1. Patron Lebur
Berdasarkan PUIL 2000 (108 P4), patron lebur merupakan bagian dari
pengaman lebur yang dapat diganti dan berisi satu atau lebih kawat pita lebur.
Patron lebur berfungsi sebagai pemutus arus ketika suhu pada penghantar mencapai
titik tertentu. Kemampuan patron lebur dalam melakukan pemutusan menjadi
empat belas, yakni; 2A (warna merah muda), 4A (warna coklat), 6A (warna hijau),
10A (warna merah), 16A (warna abu-abu), 20A (warna biru), 25A (warna kuning),
30A (warna hitam), 35A (warna hitam), 40A (warna hitam), 50A (warna putih),
63A (warna tembaga), 80A (warna perak), dan 100A (warna merah tua). Kontruksi
dari pengaman lebur dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Konstruksi Pengaman Lebur

Berdasarkan Gambar 1, dapat dilihat bahwa elemen pengaman lebur


berbentuk kepingan tipis yang terbuat dari perak dan dilapisi tembaga, hal ini
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya oxidase. Tahanan elemen pengaman
lebur sangat tinggi untuk menghindari bekerjanya temperature yang sangat tinggi.
Pada bagian pengaman lebur juga terdapat pasir dan kontak yang berfungsi untuk
memperoleh arus pemutusan. Apabila arus yang mengalir pada elemen tersebut
memanas, maka lama kelamaan kawat signal akan memijar dan pada saat tertentu

99
akan putus. Putusnya kawat signal sangat dipengaruhi oleh nilai arus dan waktu.
Rincian dari komponen pengaman lebur dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pengaman Lebur


2. Miniatur Circuit Breaker
Flurscheim (1982) menjelaskan bahwa MCB merupakan peranti pengaman
yang digunakan untuk membatasi arus listrik dan/atau memutus rangkaian secara
otomatis ketika terjadi gangguan. Berdasarkan jenisnya, MCB dapat dibagi
menjadi dua, yakni MCB satu fasa dan MCB tiga fasa. MCB tiga fasa digunakan
sebagai pengaman beban yang disuplai dengan sumber tegangan tiga fasa.
Sedangkan MCB satu fasa dapat digunakan sebagai pengaman, baik pada instalasi
domestik maupun pada rangkaian kendali. Ilustrasi bagian pengaman dari MCB
dapat dilihat pada gambar internal parts of MCB.

100
Gambar 3. Internal Parts of MCB
(sumber: ABB)
Setiyono (1988) memaparkan bahwa MCB mempunyai dua cara pemutusan
yang akan berfungsi otomatis jika arus yang melewati pengaman melebihi nilai
arus nominalnya. Kedua cara tersebut adalah termis dan elektromagnetis. Pemutus
termis berfungsi untuk memberikan perlindungan terhadap arus beban lebih.
Apabila suhu naik, lempengan pada salah satu sisi akan memuai lebih besar
daripada sisi yang lain, sehingga bimetal tersebut melengkung. Besar dan
kecepatan lengkungan bimetal dipengaruhi oleh waktu dan nilai dari arus beban
lebih yang mengalir. Sedangkan pemutus elektromagnetis berfungsi untuk
memberikan perlindungan terhadap arus hubung singkat. Ketika terjadi hubung
singkat, elektromagnetis dari koil akan mampu menarik armatur mekanisme tuas
(operator) MCB dalam waktu yang singkat (instantaneuous), sehingga akan

101
memutuskan arus hubung singkat tersebut. Kode dan simbol MCB dapat dilihat
pada Gambar 4 berikut ini.

Gambar 4. Nameplate MCB 1 Phase


Merujuk pada Gambar 4, terdapat sembilan simbol yang memiliki makna
berbeda. Kesembilan simbol tersebut yaitu simbil angka 1 dan 2, kode NC45a, C6,
230/400V, 4500 dan 3, 12002, LMK; SPLN 108; SLI 175 dan IEC 898, I-ON, dan
SNI.
a. Simbol dengan angka 1 dan angka 2
Riyadi (2018) menjelaskan bahwa angka 1 dan angka 2 pada nameplate
MCB difungsikan sebagai simbol dari nomor terminal koneksi kabel. Koneksi
terminal kabel dengan simbol angka 1 difungsikan untuk menghubungkan
masukan MCB dengan kabel sumber, sedangkan koneksi terminal kabel
dengan simbol angka 2 difungsikan untuk menghubungkan keluaran MCB
dengan beban. Berdasarkan Gambar 2, dapat terlihat bahwa MCB tersebut
hanya 1 Pole saja.
b. Kode NC45a
NC45a merupakan kode nomor model pada MCB yang sudah ditentukan
oleh produsen. Model NC45a pada MCB menunjukan bahwa peranti
pengaman digunakan di perumahan. Beberapa produsen MCB memiliki
nomor model yang berbeda-beda.
c. C6
Huruf C menunjukan tipe karakteristik MCB, sedangkan angka 6
menunjukan rating current atau arus pengenal sebesar 6A. Berdasarkan data
yang diperoleh dari hitachi circuit breaker ataupun data dari Schneider-

102
electric, terdapat sebelas arus pengenal pada MCB. Nilai arus pengenal pada
MCB adalah 2A, 4A, 6A, 10A, 16A, 20A, 25A, 32A, 40A, 50A, dan 63A.
Berdasarkan PUIL 2011, kurva karakteristik pemutusan MCB
mempengaruhi kecepatan magnetik (Im) ketika terjadi hubung singkat.
Apabila merujuk pada standar IEC 608981, maka kurva kurva karakteristik
pemutusan MCB terbagi menjadi tiga, yaitu kurva B, Kurva C, dan Kurva D.
1.) Kurva B
MCB jenis ini biasanya digunakan sebagai pengaman di bangunan
domestik dengan karakteristk pemutus tipe standar. Tipe MCB dengan
karakteristik pemutus kurva B akan melakukan pemutusan ketika arus
lebih besar tiga sampai lima kali arus nominal MCB.
2.) Kurva C
MCB dengan kuva C merupakan pengaman yang digunakan pada
peralatan listrik dengan arus yang lebih tinggi, seperti lampu, motor, dan
lain sebagainya. MCB dengan karakteristik pemutus kurva C merupakan
tipe MCB yang akan melakukan pemutusan ketika arus lebih besar lima
sampai sepuluh kali arus nominal MCB.
3.) Kurva D
MCB tipe kurva D lebih dikhususkan sebagai pengaman dari
peralatan listrik yang menghasilkan lonjakan arus kuat seperti
transformator dan kapasitor. Instalasi Karakteristik pemutus kurva D
beroperasi saat arus sepuluh sampai lima puluh kali arus nominal MCB.
Sedangkan dari Schneider memberikan karakteristik pemutus kurva D
pada wilayah sepuluh sampai empat belas kali arus nominal.

103
Gambar 5. Kurva Pemutusan MCB berdasarkan Schneider
(Sumber: Scheider-Electric, 2012)
Disisi lain, beberapa referensi membagi pemutusan MCB berdasarkan
waktu menjadi 5, yakni tipe G, tipe L, tipe H, tipe K, dan tipe Z.
1) Tipe G (General)
Tipe G umum digunakan untuk instalasi motor listrik, baik motor
kecil AC maupun DC. Otomat tipe G beroperasi pada wilayah arus
delapan sampai sebelas kali arus nominal untuk AC dan empat belas kali
arus nominal untuk DC.
2) Tipe L (Line)
Tipe L biasanya digunakan untuk instalasi jala-jala. Otomat tipe L
beroperasi pada wilayah arus empat sampai enam kali arus nominal untuk
AC dan delapan kali arus nominal untuk DC.
3) Tipe H (Home)
Tipe H digunakan sebagai pengaman instalasi rumah/gedung yang
mana ketika kondisi gangguan kecilpun harus diputus dengan cepat.

104
Otomat tipe G beroperasi pada wilayah arus dua setengah sampai tiga kali
arus nominal untuk AC dan empat kali arus nominal untuk DC.
4) Tipe K
MCB tipe K digunakan sebagai pengaman belitan di motor ataupun
transformer dan sebagai pengaman arus serentak dari kabel (ABB)
5) Tipe Z
MCB tipe Z digunakan sebagai pengaman pada rangkaian kendali
yang memiliki impedansi tinggi, rangkaian converter tegangan,
semikonduktor, dan bahkan sebagai pengaman dari arus serentak kabel.

Gambar 3. Kurva Karakteristik Pemutusan MCB berdasarkan ABB


(Sumber: ABB)

105
d. 230/400V
Kode ini menjelaskan rating tegangan dalam operasi MCB yang sesuai
dengan teganganlistrik PLN.
e. 4500 dan 3
4500 merupakan batas kempuan kerja dari MCB atau dikenal dengan
istilah rated breaking capacity. MCB dapat beroprasi dengan baik apabila
arus yang mengalir saat hubung singkat tidak melebihi 4500A. sedangkan
angka 3 adalah I2t classification atau karakteristik energi maksimum dari
arus listrik yang dapat melalui MCB.
f. 12002
Kode ini merupakan catalog number dari produsen MCB yang digunakan
sebagai nomor kode saat pembelian.
g. LMK; SPLN 108; SLI 175 dan IEC 898
Kode ini menandakan bahwa MCB sudah lolos uji dari Lembaga Masalah
Kelistrikan (LMK) PLN. Sedangkan tiga kode selanjutnya menyatakan
bahwa MCB dibuat dengan mengacu standar teknis yang telah ditetapkan,
baik nasional maupun internasional.
h. I-ON pada toggle switch
Kode ini membuktikan bahwa MCB dalam kondisi ON, sehingga apabila
MCB dalam kondis OFF kodenya adalah O-Off
i. SNI
Tulisan ini menyatakan bahwa MCB sudah mendapatkan sertifikasi dari
Standar Nasional Indonesia
B. Perancangan Penentuan Titik Lampu
Kebutuhan tingkat kekuatan pencahayaan (iluminasi) di dalam ruangan dapat
menggunakan rumus di bawah ini:
𝐸𝑥𝐴
𝑛=
 𝑙𝑎𝑚𝑝𝑢 𝑥  𝑥 𝑑
yang mana:
n = jumlah lampu
E = intensitas pencahayaan pada bidang kerja (lux)
A = luas bidang kerja (m2)
 = fluk cahaya lampu (lumen)
 = efisiensi pencahayaan

106
D = faktor penyusutan (depresiasi)
catatan:
efisiensi pencahayaan ditentukan dari tabel efisiensi pencahayaan jenis lampu.
Efisiensi pencahayaan untuk lampu yang digunakan berdasarkan faktor refleksi langit-
langit, faktor refleksi dinding, dan faktor refleksi lantai.
𝑝. 𝑙
𝑘=
ℎ(𝑃 + 𝐿)
yang mana:
p = Panjang ruang
l = lebar ruang
h = tinggi ruang dari bidang kerja
𝑓𝑙𝑢𝑘 𝑐𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑟𝑚𝑎𝑡𝑢𝑟
 = 𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑎𝑟𝑚𝑎𝑡𝑢𝑟 =
𝑓𝑙𝑢𝑘 𝑐𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑐𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎
𝐸 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
𝑑=
𝐸 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑢
Contoh:
Sebuah gudang dengan panjang 10 m, lebar 20 m, dan tinggi 3,85 m diberi
pencahayaan dengan intensitas rata-rata 225 lux. Dinding gudang tersebut berwarna
kuning, sedangkan atapnya berwarna putih. Armatur yang digunakan adalah TMX 100
dengan lampu 38 W yang memiliki fluk sebesar 2500 lumen. Armatur tersebut
digantung 1,5 m di bawah langit-langit. Faktor refleksi untuk langit-langit adalah 0,7
sedangkan untuk dinding adalah 0,5. Faktor penyusutanya sebesar 0,85. Tentukan
jumlah armature yang dibuhkan?
Jawab:
p = 20 m; l = 10 m; h = 3,85-0,8 = 3,05 m
rp = 0,7; rw = 0,5; rm = 0,1
𝑝. 𝑙 20 𝑥 10
𝑘= = = 2,2
ℎ(𝑃 + 𝐿) 3,05 (20 + 10)
Berdasarkan tabel efisiensi pencahayaan:
untuk k = 2 adalah 0,69 sedangkan untuk k = 2,5 adalah 0,75
efisiensi pencahayaan untuk k=2,2 dapat diketahui dengan interpolasi, sehinga
2,2 − 2
 = 0,69 (0,75 − 0,69) = 0,71
2,5 − 5
Berdasarkan data yang sudah diperoleh, maka jumlah armatur yang dibutuhkan apabila
dalam keadaan baru sebanyak:

107
𝐸𝑥𝐴 225 𝑥 20 𝑥 10
𝑛= = = 25
 𝑙𝑎𝑚𝑝𝑢 𝑥  𝑥 𝑑 2500 𝑥 0,71 𝑥 1
Namun apabila keadaan lampu sudah terpakai selama dua tahun dan nilai depresiasinya
0,85 maka iluminasinya akan berkurang menjadi
 𝑙𝑎𝑚𝑝𝑢 𝑥  𝑥 𝑑 25 𝑥 2500 𝑥 0,71 𝑥 0,85
𝐸= = = 177,5 𝑙𝑢𝑥
𝐴 20 𝑥 10

108
BAB VI
Instalasi Tenaga Listrik

A. Karakteristik Instalasi Tenaga listrik


Menurut Suswanto (2010) pelayanan listrik dibagi dalam beberapa sektor yaitu
sektor perumahan, sektor usaha, sektor komersial, dan sektor industri. Masing – masing
sektor beban tersebut memiliki karakteristik yang bebeda. Hal ini dikarenakan pola
konsumsi energi dari masing-masing konsumen di setiap sektor. Karakteristik beban
pada sektor perumahan selalu ditunjukan dengan fluktuasi konsumsi energi listrik yang
cukup besar pada malam hari. Sedangkan pada sektor industri, fluktuasi konsumsi
energi sepanjang hari akan mendekati sama, sehingga perbandingan antara beban
puncak dengan beban rata-rata mendekati satu. Beban pada sektor komersial dan usaha
mempunyai karakteristik yang hampir sama, perbedaannya terletak pada beban puncak
dari sektor komersial yang lebih tinggi di malam hari. Namun, apabila dilihat dari jenis
konsumen energi listrik secara garis besar, ragam dari beban listrik dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Beban rumah tangga yang mana pada umumya berupa penerangan, alat rumah
tangga, seperti kipas angina,, pemanas air, lemari es, penyejuk udara, mixer, oven,
pompa air, dan sebagainya.
2. Beban komersial yang mana pada umumnya terdiri dari penerangan reklame, kipas
angin, penyejk udara, dan alat-alat listrik lain yang diperlukan di bidang bisnis.
3. Beban industri yang mana dibedakan dalam skala kecil dan skala besar. Skala kecil
banyak beroperasi pada siang hari, sedangkan industri besar untuk saat ini banyak
yang beroperasi sampai 24 jam.
4. Beban fasilitas umum.

Berdasarkan uraian yang sudah dipaparkan, pemakaian daya pada sektor industri
akan lebih merata karena mayoritas industri beroperasi hammpir 24 jam. Maka dapat
dilihat bahwa pemakaian daya pada sektor industri menguntungkan karena kurva
bebannya akan lebih merata. Sebaliknya, pada beban fasilitas umum lebih dominan di
siang hari dan malam hari. Maka dari itu, klasifikasi beban sangat diperlukan dalam
melakukan analisis karakteristik pembebanan. Karakteristik beban dapat dikatakan
sangat penting karena digunakan untuk; i) mentukan keadaan awal yang akan
diproyeksikan dalam perencanaan selajutnya, ii) mengevaluasi pembebanan, iii)
menentukan rating peralatan pemutus, iv) menganalisis rugi-rugi, v) menentukan
kapasitas pembebanan, dan v) menentukan cadangan energi yang dibutuhkan.
Karakteristik beban listrik sangat tergantung pada jenis beban yang dilayani. Hal ini
terlihat jelas pada pencatatan kurva beban dalam interval waktu. Berikut adalah
beberapa faktor yang menentukan karakteristik beban.

1. Faktor Beban (Load Factor)


Faktor beban merupakan perbandingan antara beban rata-rata terhadap beban
puncak yang diukur dalam suatu periode tertentu. Beban rata-rata ataupun beban
puncak dapat dinyatakan dalam satuan kW, kVA, kVAR, dan sebagainya, tetapi

109
untuk satuan kedua harus sama. Faktor beban di industri biasanya dihitung
berdasarkan periode tertentu, misalnya perhari, perbulan, dan pertahun.
Beban puncak sesaat atau beban puncak rata – rata dalam interval tertentu (demand
maksimum) biasanya 15 menit atau bahkan 30 menit. Faktor beban dapat diketahui
kurva bebannya, sedangkan untuk perkiraan besaran faktor beban di masa yang akan
datang dapat didekati dengan data-data statistik berdasarkan jenis beban yang
terpasang.
𝑃𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑇
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐵𝑎𝑏𝑎𝑛 (𝐹𝑏) = 𝑥
𝑃𝑃𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 𝑇
yang mana;
T = Periode Waktu
Prata-rata = beban rata-rata dalam periode T
Pp = beban puncak yang terjadi dalam periode T pada selang waktu
tertetntu
Catatan:
a.) Prata-rata dan Pp dalam kW dan periode T dalam jam.
b.) Apabila perider T dalam setahun maka didapatlah faktor beban tahunan tetapi
apabila periode T dalam satu bulan maka didapat fakto beban bulanan, dan
begitulah seterusnya.
2. Beban Harian
Faktor beban harian memiliki variasi yang berbeda-beda berdasarkan
karakteristik dari daerah beban dan pengaruh internal maupun eksternal.
3. Penilian Beban
Faktor penilaian beban adalah faktor yang dapat memberikan gambaran
mengenai karakteristik beban , baik dari segi kuantitas pembebanannya maupun dari
segi kualitasnya. Faktor penilaian beban sangat berguna untuk mempoyeksikan
karakteristik beban di masa mendatang atau dalam menentukan efek pembenanan
terhadap kapasitas sistem ecara menyeluruh.
a.) Baban (Demand)
Beban atau demand dapat diartikan sebagai besaran pembebanan sesaat pada
waktu tertentu atau besar beban rata-rata untuk suatu interval waktu tertentu.
Interval waktu dari besarnya beban disebut dengan istikah Demand Interval (T).
interval kebutuhan merupakan periode yang dijadikan dasar untuk terima secara
rata-rata. Pemilihan periode yang teradi dapat dimulai dari selang 15 menit,
selang 30 menit, selang 60 menit, ataupun lainnya. Pada kondisi tertentu,
kebutuhan pada selang 15 menit sama dengan kebutuhan pada selang 30 menit.
Pernyataan kebutuhan ini harus diekspresikan dalam satu selang waktu ketika
kebutuhan tersebut diukur. Gambar 1 merupakan kurva harian beban yang
menunjukan beban sebagai fungsi waktu. Berdasarkan gambar kurva harian
beban tersebut maka dapat dibuat kurva lama beban “Load Duration Curve”
seperti pada pada Gambar 2. Besarnya demand biasanya dnyatakan dalam
satuan kW, kVA, dan kVAR.

110
Gambar 1. Kurva Harian Beban

Gambar 2. Kurva Lama Beban


b.) Beban Maksimum (Maximum Demand)
Maximum Demand (Dmax) merupakan beban rata-rata terbesar yang terjadi
pada suatu interval tertentu. Sehingga, Maximum Demand ditentukan untuk
waktu tertentu dari suatu interval waktu tertentu. Misal: Dmax 1 jam pada T =
24 jam, artinya beban rata-rata terbesar untuk selang waktu 1 jam pada interval
waktu T = 24 jam. Dengan kata lain, kebutuhan maksimum dapat didefinikan
sebagai kebutuhan terbesar yang dapat terjadi dalam suatu selang tertentu.
c.) Beban Puncak (Peak Load)
Beban puncak (Pmax) merupakan nilai terbesar dari pembenanan sesaat pada
suatu interval beban. Gambar 1 merupakan ilustrasi yang dapat digunkan untuk
memperjelas pengertian mengenai demand (D), maximum demand (Dmax), dan
beban puncak (Pmax).

111
Gambar 3. Perubahan Kebutuhan Maksimum terhadap Waktu
Interval demand: T = 24 jam
Demand = Pav : D = 27 kW
Maksimum Demand : Dmax 1 jam = 95 kW
Beban Puncak : Pmax = 10 kW
d.) Beban Terpasang
Beban terpasang pada suatu sistem merupakan jumlah total daya dari seluruh
peralatan sesuai dengan spesifikasi yang tertulis pada name plat perlralatan yang
akan dilayani oleh sistem tersebut. Sehingga persamaannya adalah sebagi
berikut:
𝑛

𝑃𝑙 = ∑ 𝑃𝑖
𝑖=1
yang mana:
Pi = rating kVA dari alat i
n = jumlah alat yang terhubung ke sistem
e.) Faktor Keragaman (Diversity Factor)
Faktor keragaman (fdiv) didefinisikan sebagai perbandikan antara jumlah beban
maksimum dari masing-masing unit beban yang ada pada suatu sistem terhadap
beban maksimum sistem secara keseluruhan. Sehingga persamaan dari faktor
keragaman adalah sebagai berikut:
𝐷max 1 + 𝐷𝑚𝑎𝑥 2 + … … 𝐷max 𝑛
𝑓𝑑𝑖𝑣 =
𝐷𝑚𝑎𝑥 (1 + 2 + 𝑛)
∑𝑛𝑖=1 𝐷𝑚𝑎𝑥
=
𝐷max 𝑠
yang mana:
Dmax1 = beban maksimum unit ke i
Dmax s = beban maksimum sistem
Catatan:

112
Apablia Dmax I untuk seluruh unit bersamaan waktunya maka fdiv akan
memiliki nilai 1 tetapi apabila tidak aka fdiv akan lebih besar dari i.
f.) Faktor Keserempakan (Coincidence Factor)
Faktor keserempakan (fcf) merupakan kebalikan dari faktor keragaman yang
mana didefinisikan sebagai perbandingan antara beban maksimum dari suatu
kumpulan beban pada sistem terhadap jumlah beban maksimum dai masing-
masing unit beban. Persamaan dari faktor keserempakan adalah sebagai berikut:
𝐷𝑚𝑎𝑥 (1 + 2+. . . 𝑛) 𝐷𝑠 1
𝑓𝑐𝑓 = = 𝑛 =
𝐷max 1 + 𝐷max 2 + … 𝐷max 𝑛 ∑1=1 𝐷max 𝑖 (𝑓𝑑𝑖𝑣 )
g.) Faktor Kebutuhan (Demand Factor)
Faktor kebutuhan didefinisikan sebagi perbandingan antara beban puncak
suatu sistem terhadap beban terpasang yang dilayani oleh sistem. Nilai Fd pada
prinsipnya lebih kecil atau sama dengan satu. Namun, apabila terjadi beban
lebih maka nilai fd lebih besar dai satu. Persamaan dari faktor kebutuhan adalah
sebagi berikut:
𝑃𝑚𝑎𝑥
𝑓𝑑 = 𝑛
∑𝑖=1 𝑃𝑖
Faktor kebutuhan dipakai untuk menentukan kapasitas maupun biaya dari
peralatan tenaga listrik yang diperlukan untuk melayani beban. Kator kebutuhan
menjadi penting dalam menentukan jadwal pembiyaan karena ada pengaruhnya
terhadap investasi. Berikut ini adalah Faktor kebutuhan dari beberapa jenis
bangunan.
1.) Perumahan sederhana = 50 – 75%
2.) Perumahan besar = 40 – 65%
3.) Kantor = 60 – 80%
4.) Toko sedang = 40 – 60%
5.) Took serba ada = 70 – 90%
6.) Industri sedang = 35 – 65%
h.) Faktor Beban (Load factor)
Faktor beban merupakan perbandingan antara beban rata-rata pada saat
interval tertentu dengan beban puncak yang terjadi pada saat interval yang sama.
𝑃𝑎𝑣
𝐹𝐿𝑑 =
𝑃𝑚𝑎𝑥
i.) Faktor Rugi-Rugi (Loss Factor)
Faktor rugi-rugi didefinisikan sebagai perbandingan antara rugi-rugi daya
rata-rata terhadap rugi-rugi daya beban puncak dalam selang waktu tertentu.
Dengan kata lain, faktor rugi-rugi beban merupakan rugi-rugi terhadap fungsi
waktu, jadi akan mengalami perubahan sesuai dengan fungsi dari kuadrat waktu.
Oleh karena itu, faktor rugi-rugi tidak dapat ditentukan langsung dari faktor
beban. Berdasarkan pengalaman dan percobaan yang dilakukan oleh Buller dan
Woodrow yang menganalisa ratusan grafik maka diperoleh persamaan empiris
sebagai berikut:
LLF = 0,3 (LF) + 0,7 (LF)2
yang mana:

113
LLF = faktor rugi-rugi
LF = Faktor beban
4. Diversitas
Faktor diversitas merupakan perbandingan antara jumlah beban puncak dari
masing-masing pelanggan dari satu kelompok pelanggan dengan beban puncak dari
kelompok pelanggan tersebut. faktor diversitas secara umum didefinisikan sebagai
perbandingan antara jumlah kebutuhan dari setiap unit beban terhadap kebutuhan
maksimum dari keseluruhan beban. Secara matematis, fator diversitas dapat ditulis
sebagai berikut:
∑ 𝑘𝑒𝑛𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
𝐷𝐹 =
𝑘𝑒𝑛𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚 ∑ 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
atau
𝐷1 + 𝐷2 + … … 𝐷𝑛
𝐹𝑑 =
𝐷𝑘
𝑎𝑡𝑎𝑢
∑𝑛𝑖=1 𝐷𝑖
𝐹𝑑 =
𝐷𝑘
yang mana:
Di = beban puncak atau kebutuhan maksimum dari masing – masing beban
Dk = beban puncak dari n kelompok beban.
5. Kebersamaan (waktu)
Faktor kebersamaan (waktu) merupakan perbandingan antara beban puncak
(kebutuhan maksimum) dari suatu kelompok pelanggan (beban) dengan beban
puncak dari masing – masing pelanggan dari kelompok tersebut. Sehingga,
persamaan faktor kebersamaan adalah sebagai berikut:
𝐷𝑘
𝐹𝑐 =
𝐷1 + 𝐷2 + 𝐷3 +. . . 𝐷𝑛
𝑎𝑡𝑎𝑢
1
𝐹𝑐 =
𝐹𝑑
6. Coincident
Faktor Coincident sering didefinisikan sebagai perbandingan antara demand
maksimum seluruh beban dengan jumlah demand maksimum dari setiap unit beban.
Persamaan dari faktor Coincident adalah sebagai berikut:
𝑑𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 ∑ 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
𝐶𝐹 =
∑ 𝑑𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
Atau
1
𝐶𝐹 =
𝐷𝐹
7. Pengguna (utility factor)
Faktor pengguna didefinisikan sebagai perbandinan antara demand maksimum
dengan kapasitas nominal dari sistem suplai daya. demand maksimum dapat dicari
berdasarkan kurva beban atau dengan menghitung beban terpasangnya. Demand

114
maksimum berkaitan dengan beban terpasang dan faktor demand. Persamaan dari
utility faktor dapat ditulis sebagai berikut:
𝑑𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚
𝑈𝐹 =
𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚

B. Beban-beban Instalasi Tenaga Listrik


Beban listrik merupakan suatu piranti yang dapat beroperasi / berfungsi ketika
dialiri arus listrik yang berpotensial. Berdasarkan sifatnya, Beban instalasi tenaga listrik
dibedakan menjadi tiga, yaitu: beban resitif, beban induktif dan beban kapasitif.

Gambar 4. Ilustrasi Ketiga Jenis Beban


Sumber: Martini, Carrers Australia Group
1. Beban resistif
Beban resistif merupakan beban yang terdiri dari tahanan / resistance murni,
sehingga beban ini hanya meyerap daya aktif dan tidak menyerap daya reaktif sama
sekali. Dengan demikian, tegagangan dan arus se-fasa. Secara matematis,
persamaan dari beban resistif adalah sebagi berikut:
𝑉
𝑅=
𝐼
Sedangkan untuk persamaannya daya dari beban resistif adalah sebagai berikut:
P=VxI
yang mana:
I = Kuat Arus (Ampere)
P = Daya aktif yang diserap beban (Watt)
R = Hambatan ()
V = Tegangan (Volt)

Gamabr 5. Diagram Phasor Beban Resistif


Sumber: Sharma, 2013

115
2. Beban induktif
Beban induktif merupakan beban yang terdiri dari lilitan kumparan kawat pada
satu inti besi. Contoh dari beban induktif adalah coil, motor listrik, transformator,
dan selenoida. Jenis beban induktif menyimpan energi dalam wujud medan
magnetis, sehingga dapat menyebabkan pergeseran fasa pada arus menjadi
tertinggal dari tegangan. Persamaan matematis dari beban induktif adalah sebagai
berikut:
XL = 2L
Sedangkan untuk persamaan daya dari beban induktif adalah sebagai berikut:
P = V x I x Cos 
yang mana:
Cos  = sudut antara arus dan tegangan

Gambar 6. Diagram Phasor Beban Induktif


Sumber: Sharma, 2013
3. Beban Kapasitif
Beban kapasitif merupakan beban yang memiliki kemampuan untuk
menyimpan energi dari pengisian dielektrik pada suatu rangkaian. Peranti dari
jenis beban kapasitif dapat menyebabkan arus mendahului tegangan. Beban jenis
kapasitif menyerap daya aktif dan mengeluarkan daya reaktif (Pratama, 2013).
Persamaan matematis untuk menghitung besarnya reaktansi kapasitif adalah
sebagai berikut:
1
𝑋𝑐 =
2 𝐶
Sedangkan untuk menghitung besarnya daya pada beban kapasitif menggunakan
persaman berikut:
P = V x I x Sin 

Gambar 7. Diagram Phasor Beban Kapasitif


Sumber: Sharma, 2013

C. Pengendali Beban Listrik


Mustagfirin (2014) menjelaskan bahwa Pengendalian operasi motor dapat
dilakukan dengan lima cara, yakni; i) Direct On-Line, ii) pengendali motor berurutan,

116
iii) Pengendalian motor dengan dua arah putaran, iv) pengendalian motor dengan
pengasut Y-, dan v) mengatur kecepaatan putar motor.

1. Direct On-line
Pengendali secara langsung atau yang sering disebut dengan istilah direct on-
line (DOL) merupakan metode paling sederhana untuk mengoperasikan beban
motor, baik satu fasa maupun tiga fasa. Metode DOL, baik pada motor satu fasa
maupun tiga fasa hanya menggunakan sebuah tombol on dan tombol off untuk
mengendalikan kontaktor magnit. Kontaktor magnit berfungsi sebagai saklar
mekanik yang berfungsi untuk menghubungkan terminal motor dengan sumber
tegangan. Perbedaan antara motor satu fasa dan tiga fasa pada beban yang
dikendalikan adalah sumber tegangan yang digunakan. Sumber tegangan yang
digunakan pada motor satu fasa menggunakan salah satu dari sumber tegangan tiga
fasa, sedangkan motor tiga fasa menggunakan tegangan antar fasa / jaringan / jala-
jala sebagai sumber utama. Gambar rangkaian DOL motor tiga fasa dapat dilihat
pada Gambar 8.

(a) Rangkaian Tenaga (b) Rangkaian Kendali

Gambar 8. Rangkaian DOL Motor Tiga Fasa

117
2. Pengendali motor berurutan
Pada pengendali motor berurutan terdapat dua motor atau lebih yang
dioperasikan secara kontinyu. Artinya, setiap motor harus beroperasi sesuai dengan
tahap yang telah ditentukan dan tidak boleh beroperasi sebelum proses sebelumnya
berakhir. Pengendalian motor berurutan sering diterapkan pada konveyor pembawa
material produksi.

Gambar 9. Rangkaian Tenaga Motor Berurutan.

118
Gambar 10. Rangkaian Kendali Motor Berurutan
3. Pengendali motor dengan dua arah putaran
Pengendalian motor dengan dua arah putaran ini menggunakan sebuah motor
yang dikendalikan oleh tiga buah tombol, yakni PB OFF, PB ON 1, dan PB ON 2.
Pengendalian dua arah putaran motor dapat dilakukan dengan membalik/mengubah
polaritas tegangan masukan stator motor induksi tiga fasa. Dengan demikian,
medan putar yang dihasilkan juga berubah karena putaran rotor searah dengan

119
medan putar stator. Proses untuk membalik/mengubah polaritas tegangan dapat
dilakukan dengan memanfaatkan dua buah saklar magnit seperti yang terlihat pada
Gambar 11.

Gambar 11. Rangkaian Tenaga Dua Arah Putaran

4. Pengendali motor dengan pengasut Y-


Pengendali motor dengan pengasutan Y- memiliki tujuan untuk menurunkan
arus starting sebesar 33,33%. Pengendali motor dengan pengasutan Y- banyak
digunakan untuk mengoperasikan motor induksi rotor sangkar yang mempunyai
daya diatas 5 kW atau sekitar 7 HP.

120
a. sambungan bintang / star (Y) :
Apabila motor dihubung dalam sambungan bintang, motor akan mendapat
tegangan sebesar V volt, sedangkan lilitan motor mempunyai impedansi sebesar
Z ohm, maka besarnya arus start motor dalam hubungan bintang menjadi:

Besarnya I start bintang (Y) sama dengan besarnya arus jala-jala / jaringan
bintang atau sama dengan besarnya arus fase :
I start (Y) = I jala-jala / jaringan (IL) = I fase (IP)

b. Sambungan segitiga / delta (Δ) :


Apabila motor dihubung dalam sambungan delta, motor akan mendapat
tegangan sebesar V volt, sedangkan lilitan motor mempunyai impedansi sebesar
Z ohm, maka besarnya arus start motor dalam hubungan delta menjadi:

Besarnya I start delta (Δ) sama dengan besarnya arus jala-jalanya atau sama
dengan besarnya arus fase. :

Dari penjelasan di atas kita dapat simpulkan bahwa rangkaian segitiga


memiliki daya yang besar dari pada rangkaian bintang. Perbandingan daya didapat
dari perbedaan arus jaringan antar arus bintang dan arus segitiga, perbandingan arus
bintang dan segitiga adalah 1 : 3. Jika dilihat dari perbandingan arus tersebut maka
rangkaian akan lebih efisien jika yang digunakan adalah rangkaian bintang namun
rangkaian ini torsinya rendah. Untuk rangkaian segitiga memiliki torsi besar namun
arusnya pun besar, maka diperlukan rangkaian pengasutan seperti Gambar 12.

121
Gambar 12. Rangkaian Tenaga Motor Y-
Dari gambar 12 sudah terlihat jelas bahwa rangkaian tersebut terdapat 2 jenis
sambungan yakni bintang dan segitiga. Prinsip kerja dari rangkaian tersebut
berpusat pada kendali sakelar mekanik atau yang kita sebut MC. Jika MC 1 dan
MC 2 hidup maka sambungan pada rangkaian adalah bintang yang memiliki arus
jaringan yang sama dengan arus fasa, sehingga arus starting rendah. Jika MC 1 dan
MC 3 hidup maka sambungan pada rangkaian adalah segitiga yang memiliki torsi
besar yang dapat dimanfaatkan untuk mengoperasikan proses produksi. Rangkaian
pengasutan Y/∆ perlu suatu rangkaian pengendali supaya dapat beroperasi.
Rangkaian kendali tersebut memanfaatkan kontak bantu dari MC yang dipakai dan
memanfaatkan sakelar otomatis berupa TDR. Rangkaian kendali ini harus dapat
mengoperasikan ketiga MC yang dipakai sesuai dengan prosedur supaya dapat
beroperasi dengan efsisien.

122
Gambar 13. Rangkaian Kendali Motor Y-
Selanjutnya mustagfirin menjelaskan bahwa cara pengoperasian sistem
pengendali motor dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu: Pengendalian secara
manual, Pengendalian semi-otomatis, Pengendalian otomatis, dan Pengendalian
terprogram. Pengendalian secara manual memanfaatkan komponen Push Button
(PB) untuk memutus dan menghubungkan beban listrik dengan sumber tegangan.
Sedangkan pengendalian secara semi-otomatis dapat dilakukan dengan
menambahkan peranti Time Delay Relay (TDR) pada rangkaian kendali manual.

123
SISTEM PENTANAHAN

A. Pengertian Sistem Pentanahan


Pentanahan atau pembumian merupakan suatu usaha untuk mengamankan sistem instalasi
listrik dengan cara mentanahkan badan (body) peralatan instalasi tersebut menggunakan elektroda
pentanahan yang ditanam ke dalam tanah dan dihubungkan melalui suatu penghantar. Sistem
pentanahan adalah sistem yang berfungsi untuk mengamankan instalasi listrik, peralatan listrik,
dan pengguna listrik serta bangunan dari bahaya tegangan sentuh dan kebocoran tegangan. Sistem
pentanahan secara umum adalah hubungan penghantar yang menghubungkan sistem, badan
peralatan dan instalasi dengan tanah sehingga dapat mengamankan manusia dari sengatan listrik,
dan mengamankan komponen-komponen instalasi dari kerusakan akibat bahaya tegangan atau
arus abnormal.. Pentanahan perlu dilakukan karena beberapa alasan diantaranya dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya kerusakan akibat sambaran petir, mencegah terjadinya lonjakan listrik,
mencegah terjadinya loncatan yang timbul karena adanya perbedaan potensial tegangan antara
sistem pentanahan dengan sistem lainnya.

B. Tujuan Pentanahan
1. Membatasi besarnya tegangan terhadap bumi agar berada dalam batasan yang diijinkan.
2. Sebagai media bagi aliran arus yang dapat memberikan deteksi terjadinya hubungan yang tidak
normal antara konduktor sistem dan bumi. Deteksi ini akan mengakibatkan peralatan
pengaman yang memutuskan suplai tegangan dari konduktor tersebut beroperasi.
3. Menjaga keselamatan manusia dari sengatan listrik.
4. Menjamin kerja peralatan listrik dan elektronik
5. Mencegah kerusakan pada peralatan listrik dan elektronik.
6. Menyalurkan energi serangan petir ketanah
7. Menyetabilkan tegangan dan meminimalisir kemungkinan terjadinya flashover ketika terjadi
transien.

124
C. Jenis jenis pentanahan
1. Pentanahan Sistem
Pentanahan sistem adalah sistem dengan menghubungkan titik netral dan tanah secara
sengaja baik melalui impedansi maupun secara langsung. Tujuan pentanahan titik netral sistem
adalah sebagai berikut :
a. Menghilangkan gejala-gejala busur api pada suatu sistem.
b. Membatasi tegangan-tegangan pada fasa yang tidak terganggu (pada fasa yang sehat).
c. Meningkatkan keandalan (realibility) pelayanan dalam penyaluran tenaga listrik.
d. Mengurangi/membatasi tegangan lebih transient yang disebabkan oleh penyalaan bunga
api yang berulang-ulang (restrike groundfault).
e. Memudahkan dalam menentukan sistem proteksi serta memudahkan dalam menentukan
lokasi gangguan.

Sumber: vedcmalang.com

2. Pentanahan Peralatan
Pentanahan peralatan sistem pentanahan netral pengaman (PNP) adalah tindakan
pengamanan dengan cara menghubungkan badan peralatan/ instalasi yang diproteksi dengan
hantaran netral yang ditanahkan sedemikian rupa sehingga apabila terjadi kegagalan isolasi tidak

125
terjadi tegangan sentuh yang tinggi sampai bekerjanya alat pengaman arus lebih. Yang dimaksud
bagian dari peralatan ini adalah bagian-bagian mesin yang secara normal tidak dilalui arus listrik
namun dalam kondisi abnormal dimungkinkan dilalui arus listrik

3. Pentanahan Penangkal Petir


Pentanahan penangkal petir berfungsi untuk menghindari timbulnya kecelakaan atau
kerusakan akibat sambaran petir, petir yang menyambar dapat mengalir menuju peralatan-
peralatan listrik dan elektronik. Arus tinggi akibat sambaran petir dapat merusak peralatan-
peralatan listrik dan elektronik serta instalasi yang dilalui. Oleh karena itu diperlukan adanya
instalasi penangkal petir karena dengan adanya instalasi penangkal petir sambaran petir dapat
dikendalikan melalui instalasi penangkal petir yang diteruskan langsung kebumi tanpa merusak
benda disekitarnya. Ada 3 bagian utama pada penangkal petir yaitu :

Sumber: anekapetir.com

a. Batang penangkal petir


Sebuah batang logam atau konduktor yang dipasang di atas gedung yang terhubung ke tanah
melalui kawat, untuk melindungi bangunan pada saat terjadi petir. Dibuat runcing karena muatan
listrik mempunyai sifat mudah berkumpul dan lepas pada ujung logam yang runcing. Dengan
demikian dapat memperlancar proses tarik menarik dengan muatan listrik yang ada di awan.

126
Sumber: pinterest
b. Kabel konduktor
Kabel konduktor terbuat dari jalinan kawat tembaga. Diameter jalinan kabel konduktor sekitar 1
cm hingga 2 cm . Kabel konduktor berfungsi meneruskan aliran muatan listrik dari batang muatan
listrik ke tanah. Kabel konduktor tersebut dipasang pada dinding di bagian luar bangunan.

Sumber: ecmweb.com
c. Elektroda pentanahan
Elektroda pentanahan (grounding) adalah suatu konduktor yang ditanam dalam tanah berfungsi
mengalirkan muatan listrik dari kabel konduktor ke bumi dan memiliki nilai tahanan yang
digunakan sebagai acuan terhadap baik buruk suatu sistem pentanahan. Batang pentanahan
biasanya terbuat dari bahan tembaga berlapis baja.

127
Sumber: http://hamdan61.blogspot.co.id

D. Elektroda Pentanahan
Elektroda pentanahan adalah sebuah konduktor yang ditanam di dalam tanah untuk membuat
kontak langsung dengan tanah. Adanya kontak langsung dengan tanah bertujuan untuk
memudahkan penyaluran arus ke tanah apabila terjadi gangguan. Menurut PUIL, elektroda adalah
pengantar yang ditanamkan ke dalam tanah yang membuat kontak lansung dengan tanah. Untuk
bahan elektroda pentanahan biasanya digunakan bahan tembaga, atau baja yang bergalvanis atau
dilapisi tembaga. Jenis-jenis elektroda yang digunakan dalam pentanahan adalah sebagai berikut :
a. Elektroda Batang
Elektroda batang yaitu elektroda dari pipa, besi baja profil atau batang logam lain yang
dipancangkan ke dalam tanah. Secara teknis, elektroda jenis ini mudah pemasangannya dan tidak
memerlukan lahan yang luas. Elektrode batang dipasang tegak lurus atau vertikal ke dalam tanah
dengan kedalaman yang cukup dalam. Elektroda ini merupakan elektroda yang pertama kali
digunakan dan teori-teori berawal dari elektroda jenis ini. Elektroda ini banyak digunakan pada

128
gardu induk. Berdasarkan PUIL 2011 ayat 542.2.9.4 panjang elektroda disesuaikan dengan nilai
tahanan pembumian yang diperlukan

Gambar 2.9 Elektroda Batang

kelistrikanku.com

Rumus tahanan pentanahan untuk elektroda Batang –Tunggal :

𝜌 4𝐿
𝑅= [ln ( ) − 1]
2𝜋𝐿 𝐴
Rumus tahanan pentanahan untuk 2 elektroda batang:
Untuk s < L; jarak antar elektroda s
𝜌 4𝐿 4𝐿 𝑆 S2 𝑆4
𝑅= [ln + ln − 2 + ln + + ]
4𝜋𝐿 𝐴 𝐴 2𝐿 16𝐿2 512𝐿4

Untuk s > L ; jarak s

𝜌 4𝐿 𝜌 𝐿2 2𝐿4
𝑅= [ln − 1] + [1 − 2 + 4
4𝜋𝐿 𝐴 4𝜋𝑆 3𝑆 5𝑆

129
Dimana :
R = Tahanan pentanahan untuk batang tunggal (ohm)
ρ = Tahanan jenis tanah (ohm-meter)
L = Panjang elektroda (meter)
A = Diameter Elektroda (meter)

b. Elektroda Pelat
Elektroda pelat ialah elektroda dari bahan pelat logam (utuh atau berlubang) atau dari kawat kasa.
Pada umumnya elektroda ini ditanam dalam. Elektroda ini digunakan bila diinginkan tahanan
pentanahan yang kecil dan sulit diperoleh dengan menggunakan jenis-jenis elektroda yang lain.
Elektrode pelat dipasang tegak lurus dalam tanah. Sesuai dengan peraturan PUIL 2011 ayat
542.2.9.5 elektrode pelat yang digunakan dalam sistem pembumian berukuran 1 m x 0,5 m. Sisi
atas pelak harus diletakkan minimal 1 m dibawah permukaan tanah. Apabila menggunakan
beberapa pelat logam untuk memperoleh nilai tahanan pembumian yang lebih rendah, maka pelat
tersebut dipasang secara paralel. Jarak antar pelat dianjurkan minimal 3 meter. Pemilihan elektrode
harus memperhatikan kondisi setempat, kelembaban tanah, sifat tanah, dan tahanan pembumian
yang diperbolehkan. Batu dan kerikil yang langsung mengenai elektrode bumi dapat memperbesar
tahanan pembumian. Tahanan pembumian sebagian besar bergantung pada panjang elektrode dan
sedikit bergantung pada ukuran penampangnya. Apabila memerlukan beberapa elektrode untuk
memperoleh tahanan pembumian yang rendah, maka jarak antar elektrode tersebut minimal harus
dua kali panjangnya. Apabila elektrode tersebut tidak bekerja efektif pada seluruh panjangnya,
maka jarak minimal antar elektrode harus dua kali panjang efektifnya. Instalasi sistem pembumian
harus dilengkapi dengan hubungan yang dapat dilepas untuk keperluan pengukuran tahanan isolasi
suatu elektrode.

130
Gambar. Gambar elektroda pelat

Rumus tahanan pentanahan untuk elektroda Pelat Tunggal :

𝜌 8𝑊𝑝
𝑅𝑝 = [ln ( ) − 1]
2𝜋𝐿𝑝 0,5𝑊𝑝 + 𝑇𝑝

Dimana,
Rp = Tahanan pentanahan pelat (ohm)
ρ = Tahanan jenis tanah (ohm-meter)
L = Panjang pelat (m)
Wp = Lebar Pelat (m)
Tp = Tebal Pelat (m)

c. Elektroda Pita
Elektroda pita ialah elektroda yang terbuat dari hantaran berbentuk pita atau berpenampang bulat
atau hantaran pilin, Bentuk dari pita tersebut dapat lurus, radial, melingkar, jala-jala atau gabungan
dari bentuk-bentuk tersebut yang pada umumnya ditanam secara dangkal. Kalau pada elektroda
jenis batang, pada umumnya ditanam secara dalam. Pemancangan ini akan bermasalah apabila
mendapati lapisan-lapisan tanah yang berbatu, disamping sulit pemancangannya, untuk
mendapatkan nilai tahanan yang rendah juga bermasalah. Pemancangan dapat dilakukan dengan
menanam elektroda secara mendatar dan dangkal. Disamping kesederhanaannya itu, tahanan

131
pentanahan yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh konfigurasi elektrodanya, seperti dalam
bentuk melingkar, radial atau kombinasi antar keduanya.

Contoh rumus perhitungan tahanan pentanahan untuk elektroda pita tunggal

𝜌 2 𝐿𝑤 1.4 𝐿𝑤
𝑅𝑤 = [ln ( )+ − 5,6]
𝜋𝐿𝑤 √𝑑𝑤𝑍𝑤 √𝐴𝑤

Rw = Tahanan dengan kisi-kisi (grid) kawat (ohm)


ρ = Tahanan jenis tanah (ohm-meter)
L = Panjang total grid kawat (m)
dw = Diameter kawat (m)
Zw = Kedalaman penanaman (m)
Aw = Luasan yang dicakup oleh grid (m2)

132
E. Faktor yang Memengaruhi Tahanan Pentanahan
Tahanan pentanahan harus sekecil mungkin untuk menghindari bahaya-bahaya yang
ditimbulkan oleh adanya arus gangguan tanah. Nilai standar mengacu pada Persyaratan
Umum Instalasi Listrik atau PUIL (peraturan yang sesuai dan berlaku hingga saat ini) yaitu
kurang dari atau sama dengan 5 (lima) ohm. Dijelaskan bahwa nilai sebesar 5 ohm
merupakan nilai maksimal atau batas tertinggi dari hasil resistan pembumian (grounding)
yang masih bisa ditoleransi. Nilai yang berada pada range 0 ohm -5 ohm adalah nilai aman
dari suatu instalasi pembumian grounding. Nilai tersebut berlaku untuk seluruh sistem dan
instalasi yang terdapat pembumian (grounding) di dalamnya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi besar tahanan pentanahan adalah :
1. Jenis elektroda
2. Bahan dan ukuran elektroda
Sebagai konsekwensi peletakannya di dalam tanah, maka elektroda dipilih dari
bahan-bahan tertentu yang memiliki konduktivitas sangat baik dan tahan terhadap sifat-
sifat yang merusak dari tanah, seperti korosi. Ukuran elektroda dipilih yang mempunyai
kontak paling efektif dengan tanah.
Tabel berikut ini dapat digunakan sebagai acuan kasar harga tahanan pentanahan
pada tanah dengan tahanan jenis tanah tipikal berdasarkan jenis dan ukuran elektroda.
Tabel (Sumber PUIL 2011 tabel 54.3 ayat 542.2.8.2
Pelat vertical
Pita atau konduktor dengan sisi atas ±
Jenis Elektroda Batang atau pipa
pilin 1m dibawah
permukaan tanah
Panjang (m) Panjang (m) m2
Ukuran
10 25 50 100 1 2 3 5 0.5x1 1x1
Tahanan
20 10 5 3 70 40 30 20 35 25
Pembumian (Ω)

133
3. Jumlah dan Konfigurasi elektroda
Untuk mendapatkan tahanan pentanahan yang dikehendaki dan bila tidak cukup dengan
satu elektroda, bisa digunakan lebih banyak elektroda dengan bermacam-macam
konfigurasi pemancangannya di dalam tanah.

4. Kedalaman penanaman elektroda


Pemancangan ini tergantung dari jenis dan sifat-sifat tanah. Ada yang lebih efektif ditanam
secara dalam, namun ada pula yang cukup ditanam secara dangkal.

5. Resistansi tanah
Dari rumus untuk menentukan tahanan tanah dari statu elektroda yang
hemispherical R= ρ/2πr terlihat bahwa tahanan pentanahan berbanding lurus
dengan besarnya ρ. Untuk berbagai tempat harga ρ ini tidak sama dan tergantung pada
beberapa faktor :

a. Sifat Geologi Tanah


Ini merupakan faktor utama yang menentukan tahanan jenis tanah.
Bahan dasar dari pada tanah relatif bersifat bukan penghantar. Nilai resistans
jenis tanah, rt sangat berbeda tergantung komposisi tanah seperti dapat
dilihat dalam pasal 320-1 dalam PUIL 1987 atau yang ditunjukkan pada Tabel
2.2.
Tabel 2.2 Tahanan Jenis Tanah (sumber : PUIL 2011 tabel 54.2)
No Jenis Tanah Hambatan Jenis (Ω-m)
1 Tanah Rawa 30
Tanah Liat dan
2 100
Tanah Ladang
3 Pasir Basah 200
4 Kerikil Basah 500
Pasir dan Kerikil
5 1000
Kering
6 Tanah Berbatu 3000

134
6. Kandungan Air Tanah
Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan tahanan jenis tanah ( ρ )
terutama kandungan air tanah sampai dengan 20%. Dalam salah satu test laboratorium
untuk tanah merah penurunan kandungan air tanah dari 20% ke 10% menyebabkan
tahanan jenis tanah naik samapai 30 kali. Kenaikan kandungan air tanah diatas 20%
pengaruhnya sedikit sekali.

7. Temperatur tanah
Temperatur bumi pada kedalaman 5 feet (= 1,5 m) biasanya stabil terhadap perubahan
temperatur permukaan. Bagi Indonesia daerah tropic perbedaan temperatur selama
setahun tidak banyak, sehingga faktor temperatur boleh dikatan tidak ada pengaruhnya.

F. Perhitungan Tahanan Pentanahan


Penentuan jenis elektrode pembumian harus dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor
seperti jenis elektrode, panjang elektrode, tahanan pentanahan yang dihasilkan, dan lain
sebagainya. Tahanan pembumian yang dihasilkan dari suatu elektrode pembumian dapat kita
hitung apabila diketahui tahanan jenis tanah, panjang elektrode, dan tahanan jenis (ρ1). Rumus
yang digunakan untuk menghitung tahanan pentanahan suatu instalasi adalah sebagai berikut:
ρ
R= 𝑥 Tahanan pembumian pada ρ1
ρ1

Keterangan:
R = tahanan pembumian yang dicari (Ω)
ρ = tahanan jenis lain (Ω/m)
ρ1 = tahanan jenis (100 Ω/m)

Tahanan pembumian pada ρ1 menyesuaikan nilai tahanan pada tabel 2.2 berdasarkan ukuran
elektrode.

135
Contoh:
1. Pada tanah rawa mempunyai tahanan jenis sebesar 30 Ω/m, akan ditanam satu buah elektrode pita
dengan panjang 25 meter. Berapa nilai tahanan pentanahan yang dihasilkan dari penanaman jenis
elektrode tersebut? Apabila menggunakan 2 elektrode batang dengan panjang masing-masing 5
meter, berapa jarak pemasangan antar elektrode?
Diketahui :
ρ = 30 Ω/m
ρ1 = 100 Ω/m
R berdasar panjang pita 25 meter pada tabel 1.2 = 10 Ω
Ditanya:
a. R
b. Jarak pemasangan antar elektrode apabila panjang masing-masing elektrode 5 meter?
Penyelesaian:
ρ
a. R = 𝑥 Tahanan pembumian pada ρ1
ρ1
30
R=
100
𝑥 10
R=3Ω
b. Jarak masing-masing elektrode minimal harus dua kali panjang elektrode, yaitu: Jarak =
5 × 2 = 10 meter

136
PENANGKAL PETIR

1. KONSEP DASAR
Petir yang menyambar ke permukaan bumi membawa dampak yang
merusak dan mengancam kehidupan manusia. Petir sebagai fenomena alam yang
alamiah dan terjadi di seluruh belahan dunia, membuat manusia mulai
mengembangkan berbagai cara untuk meminimalisir kerusakan akibat sambaran
petir. Sistem proteksi petir merupakan sebuah kesatuan sistem yang terdiri dari
terminal udara, penghantar, dan pentanahan yang mengurangi bahaya petir dari
sebuah bangunan atau objek tertentu.

Sistem proteksi petir harus dapat melindungi semua bagian dari suatu
bangunan dan termasuk manusia serta peralatan yang ada didalamnya terhadap
bahaya dan kerusakan akibat sambaran petir. Sistem proteksi petir dibagi menjadi
dua jenis yaitu sistem proteksi internal yang mencegah kerusakan pada bangunan,
manusia dan peralatan dari sambaran petir langsung, dan sistem proteksi eksternal
yang mencegah pengaruh induksi arus petir terhadap peralatan elektronik.

a. Sejarah dan Perkembangan Sistem Proteksi Petir


1. Sejarah Proteksi Petir
Penangkal petir atau proteksi petir ditemukan pertama kali oleh seorang
ilmuwan bernama Benjamin Franklin pada tahun 1752. Pada zaman dahulu petir
masih dianggap sebagai kutukan dari dewa, tetapi Benjamin Franklin memiliki
pandangan berbeda terhadap petir, maka dia mempelajari persamaan antara listrik
dan petir, kemudian diketahui bahwa petir adalah peristiwa pelepasan muatan
listrik. Berdasarkan hal itu, kemudian dilakukan eksperimen yang bertujuan untuk
mengetahui perlindungan terhadap bahaya sambaran petir, dengan melalukan
percobaan dimana sebuah metal di ikatkan ke layang-layang yang diarahkan untuk
menarik petir, dan pada saat petir menyambar maka arus akan mengalir melalui
tali layang-layang menuju bumi.

137
Gambar 9.1. Benjamin Franklin (1707 – 1790)
Sumber: www.wikimedia.org/BenjaminFranklin/byJosephDuplessi.jpg

Hasil percobaannya tersebut kemudian di terapkan dengan memasang rod


atau tiang penyalur petir (terminasi) udara menggunakan besi atau tembaga
runcing pada bagian atas sebuah bangunan dan dihubungkan dengan konduktor
tembaga menuju sistem pembumian. Penyalur petir yang dikenal pada saat itu
disebut franklin rod, yang saat ini dikenal dengan sistem penyalur petir
konvensional

2. Perkembangan Proteksi Petir


Bentuk proteksi terhadap petir sejak di perkenalkan oleh bejamin franklin
hingga saat ini tentunya mengalami berbagai perubahan dan semakin bervariasi
jenisnya. Perkembangan proteksi petir mengikuti dengan perkembangan teknologi
yang saat ini terus mengalami kemajuan baik dari aspek kemampuan perlindungan
dan bentuk secara fisik yang sudah sangat berbeda sejak dahulu di temukan.
Berdasarkan perkembanganya proteksi petir dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

2.1. Sistem Proteksi Petir Internal

Sistem proteksi internal merupakan tindakan tambahan yang diberikan


pada sistem proteksi eksternal yang akan mengurangi efek elektromagnetik yang
ditimbulkan arus petir pada ruang terproteksi dan secara khusus proteksi internal
adalah proteksi peralatan elektronik terhadap efek dari arus petir terutama efek

138
medan magnet dan medan listrik terhadap instalasi listrik atau instalasi yang
terdiri dari metal. Berdasarkan pengertiaan tersebut sistem proteksi internal
digunakan untuk melengkapi sistem proteksi petir eksternal dan berfungsi
mencegah bahaya induksi (rambatan arus) dari sambaran petir agar tidak merusak
khususnya peralatan elektronik dalam bangunan ataupun peralatan lain yang
berada dalam radius dampak sambaran petir

2.2. Sistem Proteksi Petir Eksternal

Proteksi bangunan dari sambaran langsung sangat diperlukan, mengingat


sambaran petir dapat membahayakan bagi manusia dan peralatan yang ada dalam
bangunan. Sistem proteksi eksternal memiliki fungsi untuk meminimalisir
dampak kerusakan dengan cara menangkap, menyalurkan, dan mentanahkan
sambaran petir. Pada instalasi sistem proteksi eksternal dalam SNI 03-7015-2004
terdiri dari sistem terminasi udara (air termination system), sistem konduktor
penyalur (down conductor), dan sistem pentanahan (grounding system).

Sistem Proteksi Tipe Konvensional


1. Proteksi Petir Konvensional Jenis Franklin
Pengamanan bangunan terhadap sambaran kilat dengan menggunakan
sistem penangkal petir franklin merupakan cara yang tertua namun masih sering
digunakan karena hasilnya dianggap cukup memuaskan, terutama untuk
bangunan-bangunan dengan bentuk tertentu, seperti misalnya: menara, gereja dan
bangunan-bangunan lain yang beratap runcing.

Gambar 9.2. Penangkal Petir Benjamin Franklin


sumber: www.duniapetir.com

139
Jenis franklin menempatkan sebuah batang penangkal petir dengan
ujungnya dibuat runcing di bagian teratas dari bagian yang akan dilindungi. Ujung
batang penangkal petir ini dibuat runcing dengan tujuan agar pada keadaan
dimana terjadi aktivitas penumpukan muatan di awan, maka diujung itulah akan
terinduksi muatan dengan rapat muatan yang relatif lebih besar bila dibandingkan
dengan rapat muatan dari muatan-muatan yang terdapat pada bagian-bagian lain
dari bangunan, dengan demikian dapat diharapkan bahwa kilat akan menyambar
ujung dari batang penangkal petir itu terlebih dahulu.

Batang penangkal petir ini kemudian dihubungkan dengan pentanahan


melalui penghantar turunan ke elektroda petanahan. Tujuan dari penghantar
turunan dan elektroda pentanahan adalah sebagai jalan singkat bagi muatan bumi
dan juga arus kilat untuk keluar atau memasuki bumi sehingga muatan bumi atau
arus kilat tidak mengambil jalan melalui bagian-bagian lain dari bangunan yang
bersangkutan.

2. Proteksi Petir Konvensional Jenis Faraday


Sistem pengaman bangunan terhadap sambaran kilat dengan menggunakan
sistem sangkar faraday merupakan pengembangan dari sistem penangkal petir
franklin, sehingga dalam banyak segi, prinsip kerja dari sistem sangkar faraday
dapat dikatakan sama dengan sistem penangkal petir franklin. Perbedaannya
hanyalah terletak dalam segi penggunaan ujung penangkal dimana bila pada
sistem penangkal petir franklin digunakan batang-batang penangkal petir yang
vertikal, maka pada sistem sangkar faraday digunakan konduktor-konduktor
horizontal.

Sambaran kilat biasanya mengenai bagian-bagian yang runcing atau ujung-


ujung dari atap bangunan, hal ini disebabkan karena pada bagian-bagian inilah
terdapat muatan yang relatif lebih besar bila dibandingkan dengan muatan dari
bagian-bagian atap yang lain dari bangunan tersebut. Oleh karena itu, maka pada
bagian-bagian yang berbahaya tersebut perlu dipasang konduktor horizontal yang
berfungsi sebagai obyek sambaran kilat, sehingga bagian-bagian lain dari atap
bangunan tersebut terlindung. Untuk bangunan-bangunan yang beratap luas, perlu

140
ditambahkan beberapa konduktor horisontal lagi diantaranya konduktor-
konduktor itu harus terhubung secara listrik satu dengan yang lain.

Prinsip dari sangkar faraday dimana konduktor-konduktor horisontal yang


dipasang dibagian teratas lalu terhubung melalui konduktor saluran ke tanah dan
terhubung ke elektroda pentanahan dari bangunan seolah-olah membentuk
sangkar pelindung yang melindungi bangunan tersebut terhadap induksi atau
masuknya muatan dari luar yang membahayakan bangunan tersebut. Untuk
memperbaiki sistem sangkar faraday ini perlu ditambahkan beberapa batang
penangkal petir yang pendek (finial) pada bagian-bagian dari atap bangunan yang
diperkirakan mudah tersambar kilat, finial ini dihubungkan secara listrik dengan
konduktor horizontal yang terdekat (tujuan dari pemasangan finial ini adalah
untuk memperlancar mengalirnya arus muatan dari bumi ke awan dan sebaliknya
dari awan ke bumi).

Gambar 9.3. Penangkal Petir Konvensional


sumber: www.pusatpenangkalpetir.com

Pemilihan cara pemasangan konduktor-konduktor baik mendatar maupun


menurun tentunya haruslah diperhitungkan kemungkinan tegangan pindah yang
terjadi, agar tidak membahayakan. Kalaupun ingin mencegah tegangan pindah ini
dapat mempertimbangkan pemakaian kabel coaxial atau triax walaupun secara
estetika gedung dan ekonomis tidak memenuhi kebutuhan. Untuk gedung yang
dipenuhi peralatan elektronik sangkar faraday atau franklin tidak dianjurkan
karena medan yang ditimbulkan ketika terjadi sambaran dapat memperpendek
waktu kerja perangkat elektronik terutama untuk perangkat yang memakai sinyal

141
3. Sistem Proteksi Tipe Radioaktif

Gambar 9.4. Penangkal Petir Radioaktif


Sumber: www.beritalink.com
Penelitian tentang petir yang dilakukan oleh para ilmuwan
mengenai proses terjadinya petir karena ada muatan listrik yang berasal dari
proses ionisasi, maka untuk menggagalkan proses ionisasi dilakukan dengan cara
menggunakan zat radiasi seperti Radium 226 dan Ameresium 241. Kedua bahan
tersebut mampu menghamburkan ion radiasi yang dapat menetralkan muatan
listrik pada awan, sehingga akan meminimalkan potensi terjadinya petir sebelum
awan yang penuh dengan muatan berpotensi menghasilkan sambaran petir.

Kemampuan yang dimilki oleh bahan radium atau ameresium


seperti yang telah dijelaskan, membuat bahan tersebut kemudian dimanfaatkan
sebagai bahan proteksi petir. Pada bagian splitzer yang menggunakan bahan
radium dan ameresium akan bekerja dengan menghamburkan ion yang ada di
awan, bila awan yang bermuatan besar tidak mampu di netralkan zat radiasi,
kemudian terjadi sambaran petir maka akan cenderung mengenai splitzer ini.

Gambar 9.5 Penangkal Petir Radioaktif


Sumber: www.endurra.co.id/artikel/penyalur-petir/

142
Bahan yang radium dan amerium yang termasuk kedalam bahan
radioaktif seiring waktu membawa dampak yang buruk terhadap kesehatan
manusia, sehingga keberadaan penangkal petir jenis ini telah dilarang
pemakaiannya. Bahaya yang ditimbulkan dari bahan radioaktif terhadap
Berdasarkan peraturan internasional dengan pertimbangan mengurangi zat
beradiasi di masyarakat, selain itu penangkal petir ini dianggap dapat
mempengaruhi kesehatan manusia. demi mengurangi efek buruk untuk kondisi
tubuh manusia, hewan dan tumbuhan, efek buruk radiasi dan radioaktif untuk
manusia terlihat dari kerusakan organ tubuh, cacat fisik pada bayi yang baru lahir
dan mutasi tumbuhan dan hewan yang tidak lazim jika dibiarkan makan akan
menimbulkan efek buruk untuk keseimbangan kehidupan.

4. Sistem Proteksi Tipe Elektrostatis


Prinsip kerja poteksi petir tipe elektrostatis mengadopsi sebagian
sistem penangkal petir radioaktif, yaitu menambah muatan pada ujung terminal
udara agar petir selalu memilih ujung ini untuk disambar. Perbedaan dengan
sistem radioaktif adalah jumlah energi yang dipakai, dimana untuk penangkal
petir radioaktif muatan listrik dihasilkan dari proses hamburan zat beradiasi
sedangkan pada penangkal petir elektrostatis energi listrik yang dihasilkan dari
listrik awan yang menginduksi permukaan bumi.

Penangkal petir elektrostatis merupakan penangkal petir modern


dengan menggunakan sistem E.S.E (Early Streamer Emision). Sistem E.S.E
bekerja secara aktif dengan cara melepaskan ion dalam jumlah besar ke lapisan
udara sebelum terjadi sambaran petir. Pelepasan ion ke lapisan udara secara
otomatis akan membuat sebuah jalan untuk menuntun petir agar selalu memilih
ujung terminal penangkal petir elektrostatis ini dari pada area sekitarnya.
Pemakaian sistem E.S.E ini berfungsi untuk memberikan perlindungan yang lebih
besar dan berbentuk seperti payung dalam radius tertentu, maka penangkal petir
elektrostatis juga disebut penangkal petir radius. Komponen ini telah mendapat
rekomendasi dari dinas tenaga kerja karena tidak mengandung radiasi radioaktif
yang dapat berbahaya bagi manusia yang berada disekitarnya.

143
Gambar 9.6. Contoh Merk Penangkal Petir Elektrostatis di Pasaran
Sumber: www.penangkalpetir.biz/jual-penangkal-petir.html
1.3 Perbedaan Proteksi Petir Konvensional dan Elektrostatis
Penangkal petir yang pada saat ini digunakan yaitu penangkal petir
konvensional dan penangkal petir elektrostatis, sedangkan untuk penangkal petir
radioaktif keberadaanya telah dilarang oleh pemerintah. Maka dalam pembahasan
ini akan kita ketahui perbedaan dari kedia jenis penangkal petir yang masih
digunakan yaitu proteksi petir tipe konvensional dan elektrostatis., Kedua jenis
proteksi petir tersebut penggunaanya disesuaikan dengan tingkat kebutuhan
perlindungan bangunan terhadap sambaran petir, dimana kedua jenis tersebut
memiliki keuntungan masing-masing. Berikut pembahasan mengenai keuntungan
dari penangkal petir tipe konvensional dan tipe elektrostatis:

1.3.1 Proteksi Petir Tipe Konvensional


Penangkal petir tipe konvensional seperti pada yang telah dijelaskan, ada
dua jenis yaitu franklin dan sangkar faraday. Kedua jenis tersebut memiliki
kesamaan karakteristik antara lain:

1. radius perlindungan terbatas hanya 450,


2. cenderung lebih mahal biaya jika digunakan untuk area yang luas,
karena membutuhkan banyak splitzer di atas struktur bangunan
sebagai alat penerima sambaran;
3. kurang baik dari segi estetika bangunan.

144
4. Memerlukan banyak kabel untuk penghantar.
5. Biaya yang dikeluarkan lebih banyak, terutama bila bangunan yang
dipasang semakin luas dan membutuhkan banyak terminal udara.
Secara perhitungan penangkal petir konvensional untuk biaya yang
dikeluarkan jauh lebih mahal, karena pemasangan splitzer harus disesuaikan
dengan luas bangunan dan kebutuhan sehingga semakin luas bangunan akan
membutuhkan splitzer yang banyak dan kabel yang panjang. tersambar petir juga
masih ada bila dalam perhitungan jarak dari masing-masing splitzer tidak tepat,
selain itu juga memiliki resiko lebocoran pada atap disetiap titik pemasangan
splitzer, sehingga pemasangan harus diperhatikan dan dirancang sebaik mungkin.
Karakteristik dari sistem penangkal petir konvensional adalah bersifat pasif,
dimana menunggu untuk disambar petir yang kemudian menyalurkan arus petir
menuju ke tanah. Kekurangan dari sifat pasif ini adalah kemampuannya yang
terbatas untuk melindungi bangunan yang ada, sehingga bisa saja petir
menyambar sekitar bangunan dan induksi arus petir mampu menyebabkan
kerusakan peralatan elektronik.

1.3.2 Proteksi Petir Tipe Elektrostatis


Penangkal Petir Elektrostatis pada saat ini telah banyak digunakan, karena
sebelumnya penangkal jenis radioaktif sudah tidak diperbolehkan dipergunakan
akibat bahaya radioaktif yang dapat mengganggu kesehatan lingkungan sekitar.
Penggunaan jenis elektrostatis sangatlah praktis, mudah, murah dan perawatan
yang mudah, selain itu jangkauan proteksi perlindungan yang dimiliki lebih luas
jangkauannya.

Penangkal petir elektrostatis merupakan penangkal petir modern dengan


menggunakan sistem E.S.E (Early Streamer Emision). Sistem E.S.E bekerja
secara aktif dengan cara melepaskan ion dalam jumlah besar ke lapisan udara
secara otomatis akan membuat sebuah jalan untuk menuntun petir agar selalu
memilih ujung terminal penangkal petir elektrosatis ini dari pada area sekitaranya.
Penggunaan sistem E.S.E mampu meningkatkan area perlindungan yang lebih

145
luas dari pada sistem konvensional. Berikut tabel dibawah ini adalah
perbandingan penangkal petir elektrostatis dengan penangkal petir konvensional.

Tabel 9.1. Perbandingan Tipe Konvensional dan Elektrostatis

Penangkal Petir
Penangkal Petir Konvensional
Elektrostatis
Area perlindungan lebih luas
Daerah perlindungan terbatas, hanya sebatas
antara 50–150 meter
air terminal yang melekat pada bangunan
Lebih murah untuk
Biaya mahal bila diterapkan untuk area
diterapkan pada area yang
perlindungan yang luas
luas
Hanya membutuhkan 1
Memerlukan banyak air terminal di atap
terminal pada titik radius
bangunan
tertentu
Membutuhkan banyak kabel penghantar Tidak banyak memakai
(down conductor) komponen maupun kabel
Pada umumnya hanya
Membutuhkan banyak elektroda
membutuhkan 1 elektroda
Tidak banyak mengganggu
Mengganggu estetika bangunan estetika karena dapat
dipasang pada titik tertentu
Bentuk ujung yang runcing, membuat bahaya Lebih aman bagi petugas saat
mengenai petugas pemeliharaan gedung saat menjalankan tugasnya pada
bekerja atap

Berdasarkan penjelasan perbedaan dari tipe konvensional dan elektrostatis,


dapat digunakan sebagai pertimbangan pada saat menentukan kebutuhan dari
proteksi petir yang ingin digunakan pada bangunan dan disesuaikan dengan jenis
bangunan yang akan dipasang seperti bila pada kompleks perumahan dapat
menggunakan jenis elektrostatis karena kontraktor pasti mempertimbangkan nilai
estetika dari setiap unit rumah yang akan dijual.

2. KOMPONEN SISTEM PROTEKSI PETIR


Sistem proteksi petir yang akan diterapkan pada objek bangunan memiliki
beberapa komponen dalam instalasi pemasangannya, komponen-komponen dari
sistem proteksi petir disesuaikan dengan letak penggunaan sesuai kerja masing-

146
masing. Sistem proteksi internal memiliki komponen yang berbeda dengan sistem
proteksi eksternal, karena memang fungsi dari kedua komponen tersebut masing-
masing berbeda. Untuk itu, pada pembahasan ini akan dijelaskan mengenai
komponen yang digunakan dari masing-masing sistem proteksi sesuai dengan
kegunaan.

a. Komponen Sistem Proteksi Internal


Sistem proteksi internal seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,
merupakan bentuk proteksi dari induksi arus petir yang dapat mengakibatkan
kerusakan terutama pada komponen elektronik yang ada di dalam bangunan.
Untuk proteksi internal dalam tegangan menengah dipergunakan komponen yaitu
surge arrester. Pada saat tegangan listrik yang ada pada bangunan mengalami
lonjakan tegangan yang diakibatkan oleh berbagai faktor seperti sambaran petir
tidak langsung, akan mengakibatkan listrik yang mengalir pada instalasi listrik
melebihi tegangan normal dan dapat mengakibatkan kerusakan dari peralatan
listrik yang ada pada bangunan.

Surge arrester yang dipasang pada bangunan akan bekerja dengan


memutus tegangan sumber pada saat terjadi lonjakan tegangan dan mengalirkan
listrik menuju ke pentanahan (grounding). Surge arrester berbeda-beda sesuai
dengan fungsi masing-masing, bila pada jaringan listrik arrester yang digunakan
juga untuk memutus bila terjadi lonjakan tegangan listrik yang diakibatkan oleh
berbagai faktor, dan pada bangunan komersial seperti rumah tinggal, gedung
perkantoran, gedung pemerintahan digunakan surge arrester yang dipasang pada
main distribution panel (MDP) atau pada sub distribution panel (SDP).

Gambar 9.7. Pemasangan Surge Arrester


Sumber: www.duniaberbagiilmuuntuksemua.blogspot.com

147
Proteksi internal terdapat berbagai jenis yang digunakan sebagai proteksi
terhadap induksi petir pada peralatan elektronik yang ada dalam sebuah bangunan,
sehingga kebutuhan arrester dapat disesuai dan berikut jenis-jenis dari surge
arrester yaitu:

 Surge Arrester 3 Phasa


LY1-C40 NPE yang telah berstandarisasi CE dan IEEE. Surge arreseter
tipe in berfungsi untuk proteski terhadap induksi melalui jaringan listrik 3 Phasa.
Mempunyai kapasitas i max = 40 Ka. LY1-C40 3 + NPE dapat memproteksi jalur
R,S,T,N. Pemasangnya dapat dilakukan pada SDP (Sub Distribution Panel) dan
MDP (Main Distribution Panel) sesuai dengan kebutuhan proteksi.

 Surge Arrester 1 Phasa


Untuk pengaman terhadap sumber tegangan yang menggunakan satu phasa
maka LY1-C40 1+NPE cocok untuk diaplikasikan sebagai proteksi pada tegangan
rendah 220V satu phasa. Surge arrester tipe ini berfungsi untuk memproteksi
terhadap induksi arus petir dengan kapasitas i max=40 Ka dan dipasang di SDP
atau MDP.

 Arrester LTDZ series


Surge arrester tipe ini berfungsi sebagai proteksi listrik langsung pada
alat, dan digunakan sebagai stop kontak. Secara fisik terdapat 5 buah soket,
dimana masing-masing soket dilengkapi dengan leaked protection yang dapat
melindungi dari short circuit. Surge arrester LTDZ series mempunya kapasitas i
max=10Ka dan dibuat dengan standar ISO.

 Arrester LTDCC series


Surge arrester tipe ini berfungsi sebagai proteksi jalur power DC dari
induksi terhadap petir dan dilengkapi dengan grounding (PE) sehingga surge
arrester mempunyai daya tahan lebih lama terhadap induksi petir. LTDCC series
mempunyai imax = 5 Ka. Surge arrester ini dibuat oleh pabrik yang berstandari
ISO.

148
 Arrester LTDT series
Surge arrester tipe ini berfungsi sebagai proteksi jalur CCTV-coaxial
cable dari induksi terhadap petir. untuk penggunaan baik untuk proteksi kamera
CCTV maupun DVR. Surge arrester LTDT series merupakan surge arrester tipe
data yang mempunyai imax = 5 Ka dan memiliki kecepatan transfer data hingga
10 Mbps. Surge arrester ini dibuat oleh pabrik yang berstandarisasi ISO

 Arrester LTDW series


Surge arrester tipe ini berfungsi sebagai proteksi radio telekomunikasi dari
induksi petir. tersedia dalam konektor BNC, N, F dan SMA. Surge arrester ini
mempunyai i max = 10 ka dan memiliki bandwidth data hingga 1 Gbps.

 Arrester LTDXJ series


Surge arrester ini berfungsi sebagi proteksi jalur data dari induksi petir. Surge
arrester ini mempunyai i max = 5 ka dan memiliki bandwith hingga 10 Mbps.

 Arrester LTDXR series


Surge arrester ini berfungsi sebagai proteksi terhadap jalur data (9, 15, atau 25
pin). Surge arrester ini mempunyai kecepatan transfer data hingga 1 Mbps dengan
insertation loss < 0,5 db.

 Arrester LYD4 series


Surge arrester tipe ini berfungsi sebagai proteksi jalur DC pada solar cell dan
tersedia untuk proteksi tegangan mulai dari 12 V DC hingga 100 V DC dan dapat
dibuat sesuai dengan kebutuhan.

b. Komponen Sistem Proteksi Eksternal


 Terminasi Udara (Air Termination)
Terminasi udara adalah bagian sistem proteksi petir eksternal yang
dikhususkan untuk menangkap sambaran petir, berupa elektroda logam yang

149
dipasang secara tegak (vertikal). Penangkap petir ditempatkan sedemikian rupa
sehingga mampu menangkap semua petir yang menyambar tanpa mengenai
bagian gedung, bangunan atau daerah yang dilindungi (zona proteksi). Posisi
penyalur petir yang vertikal membuat tampak atasnya hanya berupa suatu titik,
sehingga bila step leader mendekati penyalur petir dari daerah manapun akan
mengalami reaksi yang sama tanpa kondisi khusus. Hal ini menggambarkan
secara umum bahwa perilaku penyalur petir dalam melindungi daerahnya
cenderung untuk membentuk suatu lingkup volume dengan penyalur petir sebagai
sumbu.

Persyaratan mengenai terminal udara antara lain:

1. Penerima harus dipasang di tempat atau bagian yang diperkirakan dapat


tersambar petir, dimana jika bangunan yang terdiri dari bagian-bagian
seperti bangunan yang mempunyai menara, antena, papan reklame atau
suatu blok bangunan harus dipandang sebagai suatu kesatuan.
2. Pemasangan penerima pada atap yang mendatar harus benar-benar
menjamin bahwa seluruh luas atap yang bersangkutan termasuk dalam
daerah perlindungan.
3. Penerima yang dipasang di atas atap yang datar sekurang-kurangnya lebih
tinggi 15 cm dari pada sekitarnya.
4. Jumlah dan jarak antara masing-masing penerima harus diatur sedemikian
rupa sehingga dapat menjamin bangunan itu termasuk dalam daerah
perlindungan.

150
Gambar 9.8. Terminal Udara Konvensional
Sumber. www.antipetir.com

 Konduktor Penyalur (Down Conductor)


Konduktor penyalur berfungsi sebagai penyalur arus petir yang mengenai
terminasi udara dan diteruskan ke pembumian (grounding). Pemilihan jumlah dan
posisi konduktor penyalur sebaiknya memperhitungkan kenyataan bahwa, jika
arus petir dibagi dalam beberapa konduktor penyalur resiko loncatan kesamping
dan gangguan elektromagnetik didalam gedung akan berkurang. Bahan-bahan
yang dipergunakan sebagai down conductor ada beberapa jenis yaitu:

a. Kawat Tembaga (BCC = Bare Cooper Cable)

Gambar 9.9. Bare Copper Cable


Sumber: www.tokopedia/copper-cable.com

b. Alumunium (AAC = All Alumunium Cable)

151
Gambar 9.10. All Alumunium Cable
Sumber: www.vericable.com

c. Campuran Alumunium dan Baja

Gambar 9.11. Kawat Campuran Alumunium dan Baja


Sumber: www.indonesian.aluminiumalloyconductors.com

d. Kawat baja dilapisi tembaga (Cooper Weld)

Gambar 9.12. Copper Weld


Sumber: http://copperweld.com/
e. Alumunium Puntir Berisolasi (Twisted Wire)

Gambar 9.13. Alumunium Puntir Berisolasi


Sumber: www.Alibaba/PVC-insulated-Aluminum-cable.com

152
f. Kawat baja, dipakai pada kawat petir dan pentanahan.

Gambar 9.14. Kawat Baja


Sumber: www.alibaba/steinless-steel-wire.com

Jenis penghantar yang digunakan pada umumnya adalah BCC (Bare Cooper
Cable) yaitu tembaga telanjang yang dipasang di luar bangunan. Penghantar jenis
ini sebagai penghubung antara sistem terminasi udara dengan konektor ke sistem
pentanahan. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk penyalur petir harus
berdasarkan beberapa faktor antara lain:

1. Tahan panas
2. Tahan korosi/karat
3. Tingkat konduktivitas tinggi
4. Daya tarik mekanik kuat
5. Ringan
6. Tidak mudah patah

Penggunaan komponen harus disesuaikan dengan kondisi, seperti komponen


yang berada diatas tanah di perkenankan memakai bahan jenis tembaga,
alumunium, dan besi yang digalvanis. Tetapi jika dipasang pada pabrik kimia,
cerobong asap, atau daerah pegunungan dimana udara banyak mengandung zat
belerang maka harus dilapisi dengan pelapis khusus agar tidak mudah korosi.

 Elektroda Pentanahan (Grounding Electrode)


Pentanahan atau pembumian (grounding) adalah menanam satu atau
beberapa elektroda kedalam tanah dengan cara tertentu untuk mendapatkan
tahanan pembumian yang diinginkan. Elektroda pembumian tersebut membuat

153
kontak langsung dengan bumi dan penghantar pembumian (down conductor) yang
tidak berisolasi dan ditanam dalam bumi dianggap sebagai bagian dari elektroda
bumi. Bahan yang digunakan sebagai elektroda seperti tembaga atau baja galvanis
sepanjang kondisi tempat tidak mengharuskan memakai bahan lain.

Penentuan sistem pentanahan harus memperhatikan beberapa hal sebagai


berikut:

a. Disipasi Energi Petir


Disipasi energi petir adalah elektroda dari logam yang ditanam pada tanah
yang berfungsi untuk menyebarkan arus petir ke tanah, dapat berupa elektroda
batang, pita atau plat. Bahan untuk pembuatan elektroda, digunakan tembaga atau
baja galvanis sepanjang kondisi tempat pemasangan tidak mengharuskan
menggunakan bahan lain. Pembumian disini dapat dipakai untuk pembumian
netral, pembumian bodi dari suatu benda yang seharusnya tidak boleh
bertegangan dan pembumian penyalur petir, baik untuk menara transmisi atau
bangunan tinggi.

Tahanan elektroda tanah adalah tahanan antara elektroda tanah atau sering
disebut sistem pembumian dengan suatu tanah referensi. Tahanan pembumian
adalah tahanan elektroda tanah dan hantaran hubung tanah. Tahanan total adalah
tahanan pembumian dari keseluruhan sistem pembumian yang terukur di suatu
titik. Terdapat dua macam pembumian, yaitu:

1. Pembumian netral sistem


Menghubungkan ke tanah bagian dari sistem yang pada kerja normal dilalui oleh
arus listrik. Tujuannya adalah untuk membatasi tegangan lebih peralihan selama
terjadi kesalahan atau hubung singkat satu fasa ke tanah.

2. Pembumian peralatan
Menghubungkan ke tanah bagian dari peralatan yang pada kerja normal tidak
dilalui oleh arus.

b. Pengurangan loop pembumian

154
Pengurangan loop pembumian memungkinkan untuk mencegah terjadinya
loncatan yang ditimbulkan oleh adanya perbedaan potensial tegangan antara satu
sistem pembumian dengan yang lainnya, dimana antar terminasi bumi
dihubungkan satu sama lain.

c. Karakteristik tanah
Karakteristik tanah merupakan salah satu faktor yang mutlak diketahui
karena mempunyai kaitan dengan perencanaan dari sistem pentanahan yang akan
diterapkan. Pada sebuah lokasi tertentu sering kita jumpai beberapa jenis tanah
yang memiliki tahanan jenis yang berbeda-beda di setiap tempat.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tahanan jenis tanah antara lain: 1).
Pengaruh temperatur, 2). Pengaruh gradien tegangan, 3). Pengaruh besarnya arus,
4). Pengaruh kandungan air, 5) pengaruh kandungan kimia dalam tanah. Sistem
pentanahan yang tidak memerlukan untuk dilakukan penanaman lebih dalam
sehingga mencapai air tanah yang konstan, variasi tahanan jenis tanah sangat
besar. Sering kali ditemukan pada penanaman elektroda memungkinkan
kelembaban dan temperatur bervariasi, hal tersebut mempengaruhi besar tahanan
jenis tanah dan harus diambil dari kondisi yang paling buruk yaitu tanah kering
dan dingin.
d. Komposisi Tanah
Nilai tahanan pentanahan sangat dipengaruhi oleh komposisi tanah,
kelembapan tanah, dan temperatur. Sehingga mengakibatkan besar tahanan
pentanahan tidaklah sama karena juga dipengaruhi oleh perubahan musim.
Kelembapan tanah atau besar kecilnya konsentrasi air dalam tanah juga
mempengaruhi nilai tahanan tanah, semakin lembab atau makin banyak
kandungan air maka semakin kecil nilai tahanan tanahnya. Hal ini dapat dengan
mudah diterangkan dari proses elektrolisasi pada tanah.

e. Pengaruh Temperatur
Pengaruh temperatur untuk indonesia sebenarnya tidakmenjadi masalah.
Karena selalu berada diatas temperatur 0 oC (air beku, tekanan 1 atmosfir).
Berbeda untuk daerah yang mengalami temperature dibawah 0 oC, tahanan jenis

155
akan naik drastis untuk temperatur dibawah 0 oC. Hal ini karena air dalam tanah
juga menjadi beku, sehingga proses aliran elektron sangat terhambat.

c. Komponen Tambahan
Komponen dari sistem proteksi petir eksternal seperti yang telah dibahas
sebelumnya terdapat terminal udara, konduktor penghantar dan elektroda
pentanahan, kemudian selain dari ketiga komponen utama tersebut terdapat
beberapa komponen yang menjadi penunjang kelengkapan dari proses instalasi
sistem proteksi petir yang akan dipasang.

Berikut beberapa komponen yang mejadi pendukung kelengkapan antara


lain:

1. Klem
Klem terdiri dari berbagai jenis dan bentuk yang pengguananya juga
menyesuaikan dari kebutuhan. Klem berfungsi sebagai pengikat dari konduktor
penghantar, elektroda pentanahan, dan terminasi udara. Bahan yang digunakan
umumnya adalah tembaga, namun ada pula yang terbuat dari besi dan lain-lain.

Gambar 9.15. Klem Kabel Penghantar


Sumber: www.indotrading.com/product/clamp-kabel-bc.aspx
2. Penghitung Jumlah Sambaran Petir (Lightning Counter)
Penghitung petir merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui jumlah
sambaran petir mengenai sebuah instalasi penangkal petir.

156
Gambar 9.16. Penghitung Petir (Lightning Counter)
Sumber: www.erico.com

3. Pelindung Penghantar Turunan


Pelindung kabel penghantar digunakan untuk melindungi penghantar
penurunan itu dipergunakan pipa logam, pipa tersebut pada kedua ujungnya harus
disambungkan secara sempurna baik elektris maupun mekanis kepada penghantar
untuk mengurangi tahanan induksi.

Gambar 9.17. Pipa PVC merk Lobster


Sumber: www.onoshop.files.wordpress.com

4. Copper Butter Connector


Konektor tembaga digunakan untuk menyambung kabel, dan biasanya kabel
yang disambung pada instalasi penangkal petir flash vectron adalah kabel sistem
pentanahan, karena kabel penyalur pada penangkal petir flash vectron tidak boleh
terputus atau tidak boleh ada sambungan. Setelah kabel tersambung oleh alat ini
tentunya harus diperkuat dengan isolasi sehingga daya rekat dan kualitas
sambungannya dapat terjaga dengan baik. Penyambungan kabel instalasi penyalur

157
petir konvensional umumnya menggunakan alat ini, karena pada penangkal petir
konvensional jalur kabel terbuka hanya dilindungi oleh conduite dari PVC.

Gambar 9.18. Copper Butter Connector


Sumber: www.alibaba/copper-butter-connector.com

5. Ground Rod Drilling Head


Alat ini berfungsi untuk membantu mempercepat pembuatan grounding
penangkal petir dengan cara memasang bagian bawah copper rod atau ground rod
tersebut ketika didorong kedalam tanah akan cepat masuk karena bagian ujung
alat ini runcing, selain itu alat ini juga dapat menghindari kerusakan copper rod
ketika di pukul kedalam tanah.

Gambar 9.19. Ground Rod Drilling Head


Sumber: www.tokopedia/ujung-elektroda.com

6. Ground Rod Driver Head


Alat ini dipasang dibagian atas cooper rod atau groud rod dan memiliki
fungsi untuk menghindari kerusakan copper rod atau ground rod bagian atas yang
akan dimasukan ke dalam tanah, karena disaat copper rod didorong ke dalam
tanah dengan cara di pukul, alat pemukul tersebut tidak mengenai copper rod akan
tetapi mengenai alat ini

158
Gambar 9.20. Ground Rod Driver Head
Sumber: www.listriku.com

7. Ground Rod Coupler


Alat ini digunakan ketika kita akan menyambung beberapa segmen copper
rod atau ground rod yang dimasukan kedalam tanah sehingga copper rod atau
ground rod yang masuk kedalam tanah akan lebih panjang.

Gambar 9.21. Ground Rod Driver Head


Sumber: www.ilmulistrik.com
8. Bus Bar Grounding
Alat ini digunakan sebagai titik temu antara kabel penyalur petir dengan
kabel grounding. Biasanya terbuat dari plat tembaga atau logam yang berfungsi
sebagai konduktor, sehingga kualitas dari fungsi instalasi penangkal petir yang
terpasang dapat terjamin.

159
Gambar 9.22. Bus Bar Grounding
Sumber: www.berbagiilmulistrik.com

9. Bak Kontrol
Bak kontrol dibuat untuk mempermudah pemasangan kabel penghantar
yang dihubungkan dengan elektroda yang telah terpasang, sehingga akan
memudahkan dalam pemasangan jaringan baru, pengukuran tahanan pentanahan
proteksi petir dan memudahkan pemeriksaan. Bak kontrol dibuat dari beton yang
didalamnya terpasang bus bar dan diberi penutup dari beton atau besi, pembuatan
bak kontrol tergantung dari jumlah elektroda pentanahan yang digunakan dan
biasanya dibuat khusus untuk bangunan yang besar, sedangkan untuk rumah
tinggal hanya sederhana tanpa ada bak kontrol.

Gambar 9.23. Bak Kontrol


Sumber: www.pasangpenangkalpetir.blogspot.com

160
3. PENENTUAN KEBUTUHAN PROTEKSI PETIR BERDASAR ASPEK
BANGUNAN
Menentukan besarnya kebutuhan bangunan terhadap instalasi proteksi
petir ditentukan oleh besarnya kemungkinan kerusakan serta bahaya yang
terjadi jika bangunan tersebut tersambar petir. Bangunan yang akan dipasang
proteksi petir haruslah dilihat berbagai aspek-aspek yaitu: jenis bangunan
yang akan dibangun, kontruksi bangunan, ketinggian bangunan, lokasi
bangunan di bangun apakah di daerah dataran rendah atau tinggi, dan potensi
petir di daerah dimana bangunan tersebut dibangun, sehingga akan dapat
diperkirakan tingkat resiko dari bangunan bila terjadi sambaran petir.

Gambar 9.24. Desain Perencanaan Pemasangan Instalasi Proteksi Petir


Sumber: www.duniapetir.co.id

Berdasarkan PUIPP besarnya kebutuhan dari bangunan yang akan dipasang


proteksi petir mengacu kepada penjumlahan indeks-indeks tertentu yang
mewakili keadaan bangunan di suatu lokasi dan dituliskan sebagai berikut:

R=A+B+C+D+E

dimana: R = Perkiraan Bahaya Petir


A = Jenis Bangunan
B = Kontruksi Bangunan
C = Tinggi Bangunan
D = Situasi Bangunan
E = Pengaruh Kilat

161
Dari persamaan tersebut maka akan terlihat bahwa semakin besar nilai
indeks akan semakin besar pula resiko (R) suatu bangunan sehingga semakin
besar kebutuhan bangunan tersebut akan sistem proteksi petir.

a. Tingkat Kebutuhan Proteksi Petir Berdasarkan Jenis Bangunan


Bangunan yang akan dipasang dilihat dari jenis bangunannya
menjadi salah satu aspek dari perhitungan resiko sambaran petir, karena
bangunan akan berbeda fungsi kegunaannya dan pada Tabel 9.2 akan
ditentukan besar nilai indeks A dari masing-masing jenis peruntukan
bangunan. Bangunan yang memiliki potensi berbahaya bila tersambar
petir seperti gudang bahan peledak menjadi prioritas tertinggi, sedangkan
bangunan yang fungsinya biasa saja menjadi prioritas yang paling
rendah.

Tabel 9.2. Indeks A : Bahaya Berdasarkan Jenis Bangunan

Penggunaan dan Isi Indeks A


Bangunan biasa yang tak perlu diamankan baik bangunan
-10
maupun isinya
Bangunan dan isinya jarang dipergunakan misalnya menara
0
atau tiang dari metal
Bangunan yang berisi peralatan sehari-hari atau tempat
tinggal misalnya rumah tinggal, industri kecil, stasiun 1
kereta
Bangunan dan isinya cukup penting misalnya toko barang-
2
barang berharga dan kantor pemerintah
Bangunan yang isinya banyak sekali orang misalnya sarana
3
ibadah, sekolah dan atau monumen sejarah yang penting
Instalasi gas, kilang minyak, dan rumah sakit 5
Bangunan yang mudah meledak dan menimbulkan bahaya
yang tak terkendali bagi sekitarnya misalnya instalasi 15
nuklir.

b. Tingkat Kebutuhan Proteksi Petir Berdasarkan Jenis Kontruksi


Pembangunan bangunan dengan berbagai kontruksi juga menjadi
hal yang diperhitungan, dan dalam Tabel 9.3 akan ditentukan besaran

162
nilai resiko sesuai indeks B. Bangunan yang dibangun dengan berbagai
bahan dari kontruksi kayu hingga kontruksi baja yang sekarang banyak
dipakai dalam bangunan pencakar langit.

Tabel 9.3. Indeks B : Bahaya Berdasarkan Kontruksi Bangunan

Kontruksi bangunan Indeks B


Seluruh bangunan terbuat dari logam dan mudah
0
menyalurkan listrik
Bangunan dengan kontruksi beton bertulang atau rangka
1
besi dengan atap logam
Bangunan dengan kontruksi beton bertulang, kerangka besi
2
dan atap bukan logam
Bangunan kayu dengan atap bukan logam 3

c. Tingkat Kebutuhan Proteksi Petir Berdasarkan Tinggi Bangunan


Gedung pencakar langit yang saat ini banyak di bangun juga
menjadi dasar penentu dilihat dari ketinggi bangunan tersebut. Pada
Tabel 9.4 ketinggian bangunan menjadi penilaian terhadap tingkat resiko
dari bangunan dengan ketinggian tertentu berpotensi besar untuk
tersambar petir.

Tabel 9.4. Indeks C : Bahaya Berdasarkan Tinggi Bangunan

Tinggi bangunan sampai dengan (m) Indeks C


6 0
12 2
17 3
25 4
35 5
50 6
70 7
100 8
140 9
200 10

163
d. Tingkat Kebutuhan Proteksi Petir Berdasarkan Situasi Bangunan
Daerah yang menjadi lokasi bangunan didirikan tidak lepas dari
perencanaan kebutuhan proteksi petir, dan pada Tabel 9.5 dapat kita
ketahui berapa nilai indeks dari lokasi bangunan berdasarkan ketinggian
dataran. Daerah yang lapang dan cenderung datar berbeda nilainya
dengan daerah pegunungan, sehingga bangunan yang dibangun pada
daerah dataran tinggi akan memiliki potensi terkena sambaran petir lebih
besar dibandingkan dengan bangunan di daerah dataran yang lapang.
Tabel 9.5. Indeks D : Bahaya Berdasarkan Situasi Bangunan
Situasi bangunan Indeks D
Pada tanah datar di semua ketinggian 0
Pada kaki bukit sampai tiga per empat tinggi bukit atau di
1
pegunungan sampai 1000 meter
Pada puncak gunung atau pegunungan lebih dari 1000
2
meter.

e. Tingkat Kebutuhan Proteksi Petir Berdasarkan Hari Guruh


Jumlah hari guruh pula yang akan mempengaruhi besar nilai indeks
dan berdasarkan Tabel 9.6 sebuah daerah akan berbeda jumlah hari guruh
dan dapat diketahui melalui informasi dari Badan Meteorologi
Klimatologi Geofisika (BMKG) setempat mengenai potensi hari guruh
pada daerah tersebut setiap tahunnya.

Tabel 9.6. Indeks E : Bahaya Berdasarkan Hari Guruh

Hari guruh per tahun Indeks E


2 0
4 1
8 2
16 3
32 4
64 5
128 6
256 7

164
f. Perkiraan Tingkat Kebutuhan Proteksi Petir
Berdasarkan dari masing-masing indeks tingkat resiko, kemudian
akan menghasilkan suatu nilai yang akan diketahui berapa besar resiko
dari sebuah objek yang akan dipasang proteksi petir apabila terkena
sambaran petir, kemudian diketahui tingkat kebutuhan dari tidak perlu,
dianjurkan, dan sangat perlu untuk dipasang proteksi petir. Nilai indeks
disesuaikan dengan tabel indeks perkiraan bahaya petir yang terbagi
dalam empat indeks, berikut tabel indeks perkiraan bahaya petir:

Tabel 9.7. Indeks R: Perkiraan Bahaya Sambaran Petir Berdasarkan


Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir.

Besar Nilai R Perkiraan Bahaya Pengamanan


Di bawah 11 Diabaikan Tidak Perlu
11 Kecil Tidak Perlu
12 Sedang Dianjurkan
Sama dengan
13 Agak Besar Dianjurkan
14 Besar Sangat Dianjurkan
Lebih dari 14 Sangat Besar Sangat Perlu

Berdasarkan perhitungan nilai R, dapat kita jadikan sebagai pedoman


mengenai tingkat perkiraan bahaya petir untuk menentukan bahwa bangunan
tersebut membutuhkan proteksi petir. Apabila dari perhitungan resiko bahaya
petir kita dapatkan nilai dibawah 11, maka bisa kita abaikan bangunan
tersebut untuk dipasang dengan proteksi petir. Kemudian bila kita dapatkan
nilai 11–14, maka kebutuhan proteksi petir sangat dianjurkan, mengingat
bangunan yang akan dipasang membutuhkan perlindungan. Bila mendapatkan
nilai diatas 14, bangunan tersebut sangat membuthkan dan harus dipasang
proteksi petir mengingat dampak kerusakan sambaran petir yang akan
merugikan apabila bangunan tersebut terkena petir.

165
4. PENENTUAN ELEKTRODA PENTANAHAN
Metode pentanahan yang digunakan berdasarkan tahanan pentanahan
yang ada dan dilengkapi dengan standar pentanahan yang harus dipenuhi
untuk memaksimalkan kinerja penyalur petir. Pentanahan untuk penyalur
petir berdasarkan Permen No. 2 tahun 1989 pasal 33 menyebutkan bahwa
instalasi pentanahan instalasi listrik tidak diperbolehkan digunakan untuk
instalasi penyalur petir, sehingga pentanahan penyalur petir harus dibuat
tersendiri. Kemudian pada pasal 28 ayat (1) menjelaskan bahwa elektroda
bumi harus dibuat dan dipasang sedemikian rupa sehingga tahanan
pembumian sekecil mungkin. Pada pemasangan instalasi pentanahan terdapat
hal-hal yang perlu dipahami adalah jenis elektroda, diameter, kedalaman,
jarak antar elektroda, dan down conductor.

a. Jenis Elektroda Pentanahan


Batang elektroda yang digunakan untuk mentanahkan ada
beberapa jenis, yatu:

1) Elektroda Batang
a) Pentanahan Satu Batang
Sistem yang menggunakan elektroda batang adalah suatu
sistem pembumian dengan elektroda batang adalah suatu sistem
pembumian dengan menggunakan batang-batang elektroda yang
ditanam tegak lurus dengan permukaan tanah. Banyaknya batang
yang ditanam didalam tanah tergantung besar tahanan pembumian
yang diinginkan, dimana semakin kecil tahanan pembumian yang
diinginkan semakin banyak batang konduktor yang harus ditanam.

166
Gambar 9.25. Elektroda Pentanahan Tunggal
Sumber: www.pasangkabel.blogspot.co.id

b) Pentanahan Dua Batang


Tahanan pentanahan dapat diperkecil nilai tahanan dengan
memperbanyak elektroda yang ditanam dan dihubungkan secara
paralel.

Gambar 9.26. Elektroda Pentanahan Dua Batang


Sumber: www.pasangkabel.blogspot.co.id

167
c) Pentanahan Multiple Elektroda
Tahanan pembumian yang memiliki hambatan kurang dari standar
5 ohm dapat diperkecil nilai tahananya dengan memperbanyak
elektroda yang ditanam dan dihubungkan secara paralel

Gambar 9.27. Elektroda Pentanahan Multi Batang


Sumber: www.pasangkabel.blogspot.co.id

2) Elektroda Pita
Elektroda pita merupakan jenis elektroda yang dibuat dari
penghantar berbentuk pita atau berpenampang bulat, atau penghantar
pilin yang pada umumnya ditanam secara dangkal. Elektroda ini
ditanam sejajar permukaan tanah dengan dalam antara 0.5-1 m.

Gambar 9.28. Elektroda Pentanahan Jenis Pita


Sumber: www.kelistrikanku.com

168
3) Elektroda Pelat
Elektroda pelat dibuat dari pelat logam, pelat logam berlubang
atau kawat kasa. Pada umumnya elektroda jenis ini ditanam secara
dalam.

Gambar 9.29. Elektroda Pentanahan Jenis Plat


Sumber: www.kelistrikanku.com

b. Pemasangan dan Susunan Elektroda


Untuk memilih macam elektroda bumi yang akan dipakai, harus
diperhatikan terlebih dahulu kondisi setempat, sifat tanah, dan resistansi
pembumian yang diperkenankan. Jika keadaan tanah mengizinkan,
elektroda bumi yang akan dipakai harus memperhatikan terlebih dahulu
kondisi setempat, sifat tanah, dan resistansi pembumian yang
diperkenankan.

Jika keadaan tanah mengizinkan, elektroda pita harus ditanam


sedalam 0.5 meter sampai 1 meter. Pengaruh kelembaban lapisan tanah
terhadap resistansi pembumian harus diperhatikan. Resistansi
pembumian elektroda pipa sebagian besar tergantung pada panjang
elektroda tersebut dan sedikit tergantung pada luas penampangnya.
Elektroda batang dimasukan tegak lurus kedalam tanah dan panjangnya
disesuaikan dengan resistansi pembumian yang diperlukan. Resistansi
pembumian sebagian besar tergantung pada panjangnya dan sedikit
bergantung pada ukuran penampangnya.

169
c. Pemilihan Bahan Elektroda
Bahan sistem proteksi petir dan kondisi pemakainnya adalah seperti
dalam tabel ukuran konduktor termasuk konduktor terminasi udara,
konduktor penyalur dan konduktor terminasi bumi, untuk bahan yang
berbeda seperti tembaga, aluminium dan baja adalah seperti dalam tabel
13 sebaiknya terbuat dari bahan yang tahan terhadap korosi seperti
tembaga, aluminium, inox dan baja galvanis. Bahan batang dan kawat
terminasi udara seharusnya bersesuaian secara elektrokimia dengan
bahan elemen penyambung dan elemen pemegang, dan seharusnya
mempunyai sifat tahan terhadap korosi atmosfir atau kelembaban.
Sambungan antara bahan yang berbeda sebaiknya harus dihindarkan, atau
harus dilindungi, bagian dari tembaga seharunya tidak dipasang diatas
bagian galvanis kecuali bagian tersebut dilindungi terhadap korosi.

Bahan yang dipergunakan untuk pembuatan elektroda pentanahan


sesuai dengan Permen No. 2 tahun 1989 pasal 29 yaitu:

1. Pipa baja yang disepuh dengan Zn (Zincum) dan garis tengah


kurangnya 25 mm dan tebal sekurang-kurangnya 3,25 mm;
2. Batang baja yang disepuh dengan Zn dan garis tengah sekurang-
kurangnya 19 mm;
3. Pita baja yang disepuh dengan Zn yang tebalnya sekurang-
kurangnya 3 mm dan lebar sekurang-kurangnya 25 mm.

Untuk daerah yang memiliki tanah dengan sifat korosif lebih tinggi,
maka elektroda bumi harus terbuat dari bahan tertentu yaitu:

1. Pipa baja yang disepuh dengan Zn dan garis tengah dalam sekurang-
kurangnya 50 mm dan tebal sekurang-kurangnya 3,5 mm;
2. Pipa dari tembaga atau bahan yang sederajat atau pipa yang disepuh
dengan tembaga atau bahan yang sederajat dengan garis tengah
dalam sekurang-kurangnya 16 mm dan tebal sekurang-kurangnya 3
mm;

170
3. Batang baja yang disepuh dengan Zn dengan garis tengah sekurang-
kurangnya mm;
4. Batang tembaga atau bahan yang sederajat atau batang baja yang
dibalut dengan tembaga atau yang sederajat dengan garis tengah
sekurang-kurangnya 16 mm;
5. Pita baja yang disepuh dengan Zn dan tebal sekurang-kurangnya 4
mm dan lebar sekurang-kurangnya 25 mm.
Tabel 9.8. Dimensi Minimum Penghantar Penyalur Bahan SPP.

Tingkat Proteksi Bahan Luas Penampang (mm2)


Tembaga 16
I sampai IV Aluminium 25
Besi 50

5. SOAL LATIHAN

1. Apakah yang dimaksud dengan arde pentanahan ?


2. Apakah yang dimaksud dengan sistem pentanahan ?
3. Berapakah ukuran penampang minimum penghantar bumi berdasarkan
kekuatan mekanisnya ?
4. Sebutkan ketentuan-ketentuan dari penghantar bumi yang ada di atas tanah !
5. Jelaskan fungsi dari terminasi udara!

JAWABAN

1. Arde pentanahan adalah penghantar yang ditanam dalam bumi dan


membuat kontak langsung dengan bumi. Penghantar bumi yang tidak
berisolasi yang ditanam dalam bumi dianggap sebagai bagian dari
elektrode bumi.

171
2. Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang
menghubungkan sistem, badan peralatan dan instalasi dengan bumi/tanah
sehingga dapat mengamankan manusia dari sengatan listrik, dan
mengamankan komponen-komponen instalasi dari bahaya tegangan

3. Untuk penghantar yang terlindung kokoh secara mekanis, 1,5 mm2


tembaga atau 2,5 mm2 alumunium.
Untuk penghantar yang tidak terlindung kokoh secara mekanis 4 mm 2
tembaga atau pita baja yang tebalnya 2,5 mm, dan luas penampangnya 50
mm2.
4. Ketentuan-ketentuan dari penghantar bumi yang ada di atas tanah antara
lain :
a. Mudah terlihat dan jika tertutup harus mudah dicapai.
b. Harus dilindungi dari bahaya mekanis atau kimiawi.
c. Tidak boleh ada sakelar atau sambungan yang mudah di lepas tanpa
menggunakan gawai khusus.
d. Penghantar bumi untuk kapasitor peredam interferensi radio harus
diisolasi sama seperti penghantar fase dan harus dipasang dengan cara
yang sama pula, jika arus yang dialirkan melebihi arus sebesar 3,5
mA.
5. Terminasi udara adalah bagian sistem proteksi petir eksternal yang
dikhususkan untuk menangkap sambaran petir, berupa elektroda logam
yang dipasang secara tegak (vertikal).

172
6. SOAL EVALUASI

ESSAY :
1. Sebutkan dan jelaskan tentang jenis-jenis elektroda lain dari elektroda
pentanahan !
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan elektroda batang, elektroda pita,
dan elektroda pelat !
3. Jelaskan prinsip kerja dari surge arrester!
4. Jelaskan macam-macam jenis pembumian!
5. Sebutkan ukuran luas penampang minimum elektroda yang
diperbolehkan dalam mengatur gradient tegangan !

JAWABAN

1. Jenis-jenis elektroda lain dari elektroda pentanahan anatar lain


a. Jaringan pipa air
Jaringan pipa air dari logam dapat juga digunakan sebagai elektroda
pentanahan. Jika saluran air minum di dalam rumah atau gedung
digunakan sebagai pentanahan, ujung-ujung pipa dikedua sisi dari
meter air harus saling dihubungkan dengan baik.
b. Selubung logam dari kabel tanah yang tidak dibungkus dengan bahan
isolasi sintetis dan ditanam langsung dalam tanah
Di kedua sisi kotak sambung, selubung logam ini harus saling
dihubungkan dengan hantaran. Konduktivitas hantaran penghubung
ini harus sekurang-kurangnya sama dengan konduktivitas selubung
logam tersebut.
2. Yang dimaksud dengan elektroda batang, elektroda pita, dan elektroda
pelat yaitu :

173
a. Elektroda batang (rod)
Elektroda batang adalah elektroda dari pipa atau besi baja profil
yang dipancangkan ke dalam tanah.
b. Elektroda pita
Elektroda pita adalah elektroda yang terbuat dari hantaran berbentuk
pita atau berpenampang bulat atau hantaran pilin yang pada
umumnya ditanam secara dangkal.
c. Elektroda pelat
Elektroda pelat adalah elektroda dari bahan pelat logam (utuh atau
berlubang) atau dari kawat kasa.
3. Surge arrester yang dipasang pada bangunan akan bekerja dengan
memutus tegangan sumber pada saat terjadi lonjakan tegangan dan
mengalirkan listrik menuju ke pentanahan (grounding).
4. Macam-macam pembumian dan penjelasnya
a. Pembumian netral sistem
Menghubungkan ke tanah bagian dari sistem yang pada kerja normal
dilalui oleh arus listrik. Tujuannya adalah untuk membatasi tegangan
lebih peralihan selama terjadi kesalahan atau hubung singkat satu
fasa ke tanah.

b. Pembumian peralatan
Menghubungkan ke tanah bagian dari peralatan yang pada kerja
normal tidak dilalui oleh arus.

5. Ukuran luas penampang minimum elektroda yang diperbolehkan dalam


mengatur gradient tegangan yaitu :
a. Untuk baja berlapis seng : minimum 16 mm2
b. Untuk baja berlapis tembaga : minimum 16 mm2
c. Untuk tembaga : minimum 10 mm2

174
PILIHAN GANDA
1. Bahan dari elektroda pentanahan adalah …..
a. Tembaga d. Titanium
b. Nikel e. Baja
c. Emas
2. Berikut ini yang merupakan jenis elektroda yang lain adalah ..…
a. Jaringan pipa air
b. Jaringan kabel tanah
c. Jaringan kabel telepon tanah
d. Jaringan pipa pertamina
e. Jaringan kabel listrik
3. Ukuran minimal untuk tembaga pada elektroda untuk mengukur gradient
tegangan adalah …..
a. 8 mm2 d. 16 mm2
b. 10 mm2 e. 32 mm2
c. 20 mm2
4. Ukuran minimal untuk baja berlapis seng pada elektroda untuk mengukur
gradient tegangan adalah …..
a. 15 mm2 d. 25 mm2
b. 16 mm2 e. 32 mm2
c. 18 mm2
5. Kedalaman minimal dalam pemasangan elektroda pita …..
a. 0,5 meter – 1,0 meter
b. 1,5 meter – 2,0 meter
c. 2,5 meter – 3,0 meter
d. 3,5 meter – 4,0 meter
e. 4,0 meter – 4,5 meter
6. Panjang minimal dari elektroda batang adalah …..
a. 1 meter d. 4 meter
b. 2 meter e. 5 meter
c. 3 meter

175
7. Sistem pentanahan dengan menggunakan elektroda batang adalah …..
a. Pentanahan dangkal
b. Pentanahan horizontal
c. Pentanahan vertikal
d. Pentanahan dalam
8. Jarak pemasangan antar elektroda pelat adalah …..
a. 3,0 meter d. 1 meter
b. 2,0 meter e. 0,5 meter
c. 1,5 meter
9. Ukuran minimal pelat pada elektroda pelat adalah …..
a. 0,5 meter x 0,25 meter
b. 1,0 meter x 0,50 meter
c. 1,5 meter x 0,75 meter
d. 2,0 meter x 1,00 meter
e. 2,0 meter x 1,50 meter
10. Elektrode yang terbuat dari pipa besi, baja profil merupakan elektrode
jenis…..
a. Batang d. Pelat
b. Pita e. Pilin
c. Tabung

176
Testing and Commissioning

A. Pengertian Testing and Commissioning


Testing and Commissioning merupakan kegiatan pemeriksaan dan pengujian yang
dilakukan terhadap instalasi listrik yang baru terpasang atau mengalami perubahan guna
memastikan apakah instalasi listrik terpasang sudah sesuai dengan peraturan-peraturan
yang relevan dan berlaku, sesuai dengan perencanaan dan kontrak awal, serta memenuhi
kaidah keamanan dan keandalan instalasi listrik. Kegiatan Testing and Commissioning
dilakukan sebelum instalasi listrik terpasang memasuki tahap start up atau dihubungkan
dengan sumber tegangan tetap untuk diserahkan kepada pemilik atau pengguna, setelah
ada perubahan atau perbaikan pada instalasi listrik, dan dilakukan secara berkala.
Pemeriksaan secara berkala dilakukan setiap satu tahun sekali, dan pengujian secara
berkala dilakukan setiap lima tahun sekali.
Kegiatan pemeriksaan dan pengujian dilakukan oleh penguji yang memiliki
kewenangan melakukan pemeriksaan dan pengujian. Penguji yang memiliki kewenangan
antara lain pengawas ketenagakerjaan spesialis K3 listrik, ahli K3 bidang listrik
perusahaan, atau ahli K3 bidang listrik pada perusahaan jasa kesehatan dan keselamatan
kerja (PJK3). Hasil pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh penguji berwenang
kemudian dilaporkan dan diterbitkan oleh kepala dinas provinsi setempat. Hasil tersebut
digunakan sebagai bahan pertimbangan pembinaan dan atau tidakan hukum oleh
pengawas. Pengusaha atau pengurus perusahaan yang tidak memenuhi ketentuan dan
peraturan akan dikenai sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1. Definisi Pemeriksaan (Commissioning) Listrik
Definisi pemeriksaan Listrik seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja
(PERMENAKER) No, 12 tahun 2015 pasal 9 ayat 1 adalah serangkaian kegiatan
penilaian dan pengukuran terhadap instalasi, perlengkapan, dan peralatan listrik untuk
memastikan bahwa instalasi, perlengkapan, dan peralatan listrik telah memenuhi
standar bidang kelistrikan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Definisi Pengujian (Testing) Listrik
Definisi Pengujian Listrik seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja
(PERMENAKER) No, 12 tahun 2015 pasal 9 ayat 2 adalah kegiatan penilalai,

177
perhitungan, pengetesan, dan pengukuran terhadap instalasi, perlengkapan, dan
peralatan listrik untuk memastikan bahwa instalasi, perlengkapan, dan peralatan listrik
telah memenuhi standar bidang kelistrikan dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
B. Jenis-Jenis Testing and Commissioning
1. Pengujian Perencanaan
Pengujian berupa kegiatan penilaian, perhitungan dan pemeriksaan terhadap hasil
perencanaan/ perancangan sebelum hasil perencanaan/ pemasangan dilanjutkan dengan
kegiatan pemasangan.
2. Pemeriksaan Secara Visual
Pemeriksaan secara visual ini ditujukan untuk mengetahui apakah perlengkapan yang
dipasang telah sesuai dengan spesifikasi dalam kontrak dan untuk memastikan apakah
semua perlengkapan dalam kondisi baik secara fisik tanpa ada kelainan seperti
berkarat, pecah ataupun retak
3. Pemeriksaan Pemasangan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan apakah hasil pemasangan instalasi sudah
sesuai dengan gambar perencanaan serta peraturan-peraturan yang berlaku.
4. Pengujian Secara Individual
Pengujian secara individual ialah suatu pengujian yang dilakukan untuk mencocokan
kesesuaian karakteristik perangkat atau perlengkapan listrik, jika terdapat
penyimpangan maka pemasok atau kontraktor harus mengadakan penyetelan atau
penyesesuaian kembali. Tetapi jika ternyata tidak dapat disetel atau disesuaikan
kembali maka perangkat atau perlengkapan listrik tersebut dinyatakan tidak baik dan
harus diganti.
5. Pengujian Tegangan Tinggi
Pengujian tegangan tinggi ditujukan untuk menilai keadaan isolasi dari perlengkapan
tenaga listrik. Untuk perlengkapan atau bagian dari instalasi yang dirakit atau
mengalami pengerjaan dilapangan harus dilakukan pengujian tegangan tinggi, sedang
untuk perlengkapan yang dirakit di pabrik dan dalam pengangkutan tidak pecah-pecah,
pengujiannya tergantung dari macam perlengkapan dan ditinjau kasus demi kasus.
6. Pengujian sistem pengaman dan control

178
Dilakukan untuk meyakinkan apakah semua peralatan pengaman dan kontrol telah
tersambung dengan baik, maka semua perlengkapan dioperasikan (sebelum diberi
tegangan) dari papan hubung maupun ruang kontrol termasuk uji jatuh (trip) relai relai
yang bersangkutan untuk memastikan bahwa semua peralatan sinyal telah berfungsi
baik.
C. Tujuan Testing and Commissioning
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan terhadap instalasi terpasang baru atau instalasi
yang mengalami perubahan memiliki maksud dan tujuan antara lain sebagai berikut:
1. Memastikan semua peralatan listrik, subsistem, dan sistem dipasang sesuai dengan
peraturan yang relevan dan berlaku, rencana, spesifikasi persyaratan, dokumen kontrak
serta rekomendasi pabrikan.
2. Memverifikasi bahwa kinerja peralatan atau sistem yang terpasang sesuai dengan
desain yang ditentukan melalui serangkaian tes dan penyesuaian.
3. Memverifikasi dan mendokumentasikan kinerja yang tepat dari semua peralatan dan
sistem listrik.
4. Memberikan penjaminan instalasi listrik yang aman, handal dan memberikan
keselamatan bagi peralatan listrik, instalasi listrik, pngguna atau manusia, dan
bangunan berserta isinya.
5. Memastikan adanya tempat kerja yang selamat dan sehat untuk mendorong
produktivitas.
D. Acuan Testing and Commissioning
Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan dan pengujian dari hasil perencanaan, pemasangan,
penggunaan, pengubahan, dan pemeliharaan yang dilakukan pada pembangkitan,
transmisi, distribusi, dan pemanfaatan listrik wajib mengacu standar bidang kelistrikan dan
ketentuan perundang undangan antara lain:
1. Standar Nasional Indonesia
Standar Nasional Indonesia yang dimaksud adalah SNI 0225:2011 atau PUIL 2011,
Undang Undang no 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, Permenaker No. 12 tahun
2015 dan Permenaker No. 33 tahun 2015 tentang K3 listrik di tempat kerja, Permenaker
No. 02 tahun 1989 dan Permenaker No. 31 tahun 2015 tentang pengawasan instalasi

179
penyalur petir, dan Permenaker No. 33 tahun 2016 Tata Cara Pengawasan
Ketenagakerjaan.
2. Standar Internasional
Standar International yang dimaksud antara lain Electrotechnical Commission (IEC),
National Fire Protection Association (NFPA), Institute of Electrical and Electronics
Engineers (IEEE), dan lain sebagainya.
3. Standar nasional negara lain yang ditentukan oleh pengawas ketenagakerjaan spesialis
K3 listrik.
4. Standar nasional negara lain yang dimaksud antara lain Japanese Industrial Standar
(JIS), American National Standards Institute (ANSI), Australia Standards (AS), dan
lain sebagainya.
E. Prosedur Testing and Commissioning
Pemeriksa dan penguji demikian pula pengguna instalasi harus memeroleh data yang
jelas tentang instalasi dan bagaimana melaksanakan fungsi dalam instalasi tersebut guna
memperlancar kegiatan pemeriksaan dan pengujian instalasi. Informasi yang diperoleh
dari data yang ada diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman saat melakukan
pemeriksaan dan pengujian serta dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam proses
pemeriksaan dan pengujian. Tanpa informasi yang lengkap pemeriksa dan penguji tidak
dapat memberikan kepastian apakah instalasi terpasang telah memenuhi regulasi dan
persyaratan atau bahwa instalasi telah dilaksanakan sesuai rancangan.
1. Kelengkapan Data Pendukung
Data pendukung yang diperlukan oleh seorang pemeriksa dan penguji antara lain:

a. Gambar situasi
b. Gambar instalasi sesuai ketentuan
c. Jenis suplai apa fasa tunggal atau fasa tiga
d. Kebutuhan maksimum instalasi
e. Tindakan pembumian bagi instalasi
f. Rincian rancangan instalasi termasuk susunan PHB utama dan PHB cabang serta
sirkit cabang dan sirkit akhir.

180
g. Data mengenai rancangan instalasi termasuk perhitungan untuk menentukan
kebutuhan maksimum, penampang penghantar fasa dan netral, penghantar
pengaman dan lainnya.
h. Metode yang diterapkan untuk menghindari tegangan sentuh jika terjadi gangguan
bumi.
2. Ketentuan Penguji
Direktorat Jendral Listrik dan Pengembangan Energi menetapkan sistem
standarisasi dan sertifikasi di bidang ketenagalistrikan sesuai peraturan perundang-
undangan di bidang ketenagalistrikan, termasuk diantaranya sertifikasi tenaga ahli/ teknisi
dan sertifikasi instalasi listrik domestik maupun non domestik.
Petugas yang diserahi tanggung jawab atas semua pekerjaan pemeriksaan dan
pengujian instalasi listrik harus memiliki sertifikat kompetensi dibidang kelistrikan,
memahami peraturan perlistrikan, menguasai pekerjaan memasang instalasi listrik, dan
memiliki izin bekerja dari instansi yang berwenang. Penguji harus mampu menjaga
keselamatan dirinya dan orang lain di sekitar lokasi pemeriksaan dan pengujian. Sikap dan
tindakan pengujian yang harus dilakukan oleh seorang penguji mencakup diantaranya hal-
hal sbb:

a. Meyakini bahwa tindakan keselamatan dan pengamanan dipatuhi


b. Mempunyai pemahaman tentang instalasi, bagaimana rancangannya dan bagaimana
pemasangannya.
c. Meyakini bahwa instrumen uji yang akan digunakan memenuhi standar yang
ditentukan dan masih mempunyai tanda lulus kalibrasi untuk menjamin ketelitiannya.
d. Memeriksa bahwa penghantar uji yang akan dipakai dalam keadaan baik, bila perlu
penghantar diproteksi dengan pengaman lebur.
3. Syarat Pengujian
Instalasi yang telah diperiksa dan diuji dengan hasil baik, sesuai ketentuan
yang berlaku, jika dipandang perlu harus diuji coba dengan tegangan dan arus kerja
menurut batas yang ditentukan dan dalam waktu yang disyaratkan.
a. Pada waktu uji coba, semua peranti yang terpasang dan akan digunakan harus
dijalankan, baik secara sendiri-sendiri maupun serempak sesuai dengan rencana
dan tujuan penggunaannya.

181
b. Hasil pemeriksaan dan pengujian, termasuk hasil uji coba, harusdilaporkan dalam
bentuk berita acara.
c. Jika uji coba menunjukkan ada kesalahan dalam instalasi, uji coba itu harus
dihentikan dan hanya dapat diulangi seteh instalasi diperbaiki.
F. Pelaksanaan testing commissioning
1. Pemeriksaan Dokumen
Penelaahan dokumen pada instalasi pemanfaatan tenaga listrik bertujuan untuk
memastikan keberadaan dan kelengkapan dokumen yang dapat digunakan untuk
mengetahui jenis, spesifiksai dan kemampuan dari keseluruhan sistem instalasi sehingga
pengguna dapat memanfaatkan pembangkit secara efektif, efisien, dan aman. Dokumen
yang ditelaah antara lain:
Ijin/ SLO/ SK, Peta lokasi, old, layout, wiring, area klasifikasi, daftar komponen panel,
perhitungan arus hub singkat, buku manual, buku pemeliharaan dan operasi, tanda
peringatan, sertifikat pabrik pembuat, sertifikasi teknik peralatan dan perlengkapan listrik,
perhitungan rekapitulasi daya, record daily, data penunjang lain
Pemeriksaan dokumen bertujuan untuk memastikan keberadaan dan kelengkapan
dokumen yang dapat digunakan untuk mengetahui jenis pembangkit, spesifiksai dan
kemampuan dari pembangkit sehingga pengguna dapat memanfaatkan pembangkit
secara efektif, efisien, dan aman. Dokumen yang ditelaah antara lain:
a) Gambar diagram satu garis dari generator pembangkit dan instalasi
pembangkit yang sesuai.
b) Gambar diagram pengawatan dari generator pembangkit dan instalasi
pembangkit yang sesuai
c) Daftar komponen yang digunakan dalam pembangkit
d) Gambar layout pembangkit
e) Gambar area klasifikasi
f) Data hasil uji pabrik pembuat
g) Buku manual/ buku pedoman
h) Buku petunjuk pemeliharaan dan pengoperasian
i) Tanda peringatan K3
Sertifikat pabrik pembuat

182
2. Pemeriksaan Fisik
a. Panel
1) Spesifikasi Switchgear
Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan crosscheck terhadap spesifikasi
Switchgear terpasang dengan kebutuhan instalasi. Beberapa spesifikasi yang
diperiksa antara lain rating tegangan dan frekuensi, rating freq withstand voltage ,
rating impulse withstand voltage, symmetrical breaking current. Degree protection
2) Lampu indicator, alat ukur, nama/ label instalatir, tanda bahaya,
selector switch dan kunci.
3) Pemeriksaan tampak dalam.
Gambar single line diagram dan riwayat perawatan, kabel bonding
untuk pengaman sentuh tak langsung, labeling, kode warna kabel,
kebersihan panel.
4) Pemeriksaan visual pada sistem terminasi.
Bubar / penghantar, pengaman, sepatu kabel, sistem pembumian,
jarak busbar.
5) Pemeriksaan daerah visual kerja.
Jarak bagian depan samping belakang, bebas buka pintu panel,
pencahayaan, barang-barang tak terpakai.
6) Perlengkapan listrik pada kubikel
a) PMT dan PMB.
Memeriksa label, memeriksa kontak, memeriksa relay, memeriksa kawat
pentanahan, pengujian tahanan isolasi, pemeriksaan kerja local secara
mekanis dan elektris, pengukuran interlock mekanis dan elektris.
Pengukuran indikasi buka/ tutup.
b) PMS.
Memeriksa kontak, memeriksa relay, memeriksa kawat pentanahan,
pengukuran tahanan isolasi, pemeriksaan kerja local secara mekanis dan
elektris, pengukuran interlock mekanis dan elektris.
c) Trafo arus.
Memeriksa kawat pentanahan, memeriksa rasio, memeriksa tahanan isolasi.

183
d) Trafo tegangan.
Memeriksa kawat pentanahan, memeriksa rasio, memeriksa polaritas.
e) Relay Proteksi.
Pemeriksaan visual dan pengujian pada OCR, differensial, REF, GFR,
UVR, dan OVR.
f) Alat ukur
Memeriksa secara visual dan pengujian unjuk kerja pada ampere
meter, volt meter, VAR meter, frekuensi meter, dan memeriksa
indicator fasa.
2. Kabel
Penggunaan kabel terpasang yang berfungsi sebagai penghantar listrik dipastikan
kesesuaiannya berdasarkan kontrak dan peraturan yang berlaku. Cakupan pemeriksaan
penggunaan kabel antara lain:
a. Cara pemasangan kabel
Pemeriksaan secara fisik apakah kabel dipasang dengan cara in bow atau out bow
b. Spesifikasi kabel
Pemeriksaan secara fisik apakah kabel terpasang memiliki jenis ukuran kabel sesuai
dengan kontrak yang telah disepakati. Pemeriksaan juga dilakukan untuk
memastikan bahwa kabel terpasang memiliki kemampuan hantar arus yang sesuai
dengan arus maksimum yang mengalir dalam instalasi tersebut.
c. Warna kabel atau warna tanda pengenal (marking) kabel
Pemeriksaan secara fisik berupa pengamatan penggunaan kabel. Kabel terpasang
harus memiliki warna isolasi kabel atau penanda kabel sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Warna isolasi kabel atau penanda kabel yang diatur dalam PUIL 2011 dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1 Warna Kabel

Penghantar Warna Penghantar

Hitam atau cokelat atau abu-abu


Fasa
(Konsisten)

184
Netral Biru

Pentanahan/ Ground Hijau-kuning

Pemeriksaan penggunaan kabel dilakukan pada tiga obyek yaitu bagaimana cara
pemasangan kabel, apakah kabel terpasang memiliki spesifikasi sesuai dengan
kebutuhan, dan apakah warna kabel atau sepatu kabel sesuai standar yang berlaku.
Dalam pemeriksaan penggunaan kabel dapat berpedoman pada tabel berikut. FORM

Tabel 2. Form pemeriksaan Kabel

TABEL OBSERVASI KABEL


No OBYEK HASIL KET
1. Pemasangan Kabel Sesuai/Tidak sesuai
Pemasangan Kabel pada Sesuai/Tidak sesuai
2.
pintu panel dilindungi
terhadap kerusakan
3. Terminal kabel Sesuai/Tidak sesuai
dilengkapi dengan
pelindung kabel/ soket
4. Semua peralatan dan Sesuai/Tidak sesuai
terminal diberi kode dan
nama indikasi
5. Pemasangan kabel Sesuai/Tidak sesuai
masuk dan keluar
6. Kabel terpasang pada Sesuai/Tidak sesuai
jaringan dilindungi
dengan pipa atau tray
Ukuran kabel sesuai Sesuai/Tidak sesuai
7
dengan kebutuhan

185
8. Warna kabel terpasang Sesuai/Tidak sesuai
atau sepatu kabel sesuai
standar yang berlaku

3. Pengujian
a. Pengujian Tahanan isolasi
keamanan dan keandalan sebuah isolasi penghantar harus dipastikan dalam kondisi
baik. Perlu dilakukan pengujian tahanan isolasi dengan tujuan untuk memastikan
penghantar dalam kondisi baik (tidak terjadi kegagalan isolasi/ isolasi mengalami
kerusakan), untuk mengetahui kebenaran rangkaian, untuk menghindari gangguan
tegangan tembus pada sebuah penghantar.

Gambar 1 Penghantar Listrik

b. Nilai tahanan isolasi antara dua saluran penghantar pada instalasi listrik minimal 2000 Ω
tiap 1 V tegangan kerja ditambah 1000.000 Ω. Apabila tegangan kerja yang digunakan
adalah 220 V, maka besar nilai tahanan isolasi minimal sebesar : 1000 x 220 = 220.000 Ω
atau 220 KΩ. Arus yang diijinkan di dalam tahanan isolasi 1 mA/V. Hasil pengujian harus
memenuhi nilai minimal yang telah ditetapkan untuk dapat dihubungkan dengan sumber

186
tegangan. Apabila hasil pengukuran nilai lebih rendah dari ketentuan minimum yang sudah
ditetapkan, maka saluran penghantar tersebut tidak layak untuk dihubungkan dengan
sumber tegangan.
Pengukuran tahanan isolasi dilakukan oleh inspektor dimulai dari panel hubung bagi
(PHB) karena semua beban yang terpasang pada instalasi terhubung pada PHB. Pengujian
tahanan isolasi pada sistem instalasi dilakukan pada penghantar Fasa-Fasa (pada sistem
tiga fasa), Fasa – Netral, Fasa – Ground, dan Netral Ground.
Pengujian tahanan isolasi dilakukan pada seluruh rangkaian dengan menggunakan alat
ukur insullation tester . tegangan uji yang digunakan untuk instalasi penerangan adalah
500VDC. Dalam Pengukuran tahanan isolasi beberapa hal yang harus diperhatikan
diantaranya :

Gambar 6. Insulation Tester Kyoritsu 3005A


Sumber: www.kew-ltd.co.jp
1) saat melakukan pengujian instalasi tidak boleh dalam keadaan bertegangan.
2) MCB pada KWh meter dalam posisi off
3) Saklar yang terpasang dalam posisi on
4) Beban terpasang dilepas selama pengujian (kecuali pengujian terhadap ground)

187
Gambar 7. Pengukuran pada Fasa-Netral

Gambar 8. Pengukuran pada Fasa-Ground

Gambar 9. Pengukuran pada Netral-Ground

188
Hasil pengukuran dicatat kedalam tabel kerja kemudian ditarik kesimpulan yang dituliskan
dalam kolom keterangan, apabila hasil pengkuran memenuhi standar maka beri keterangan
layak, kemudian apabila hasil pengukuran kurang memenuhi standar maka beri keterangan
tidak layak. Pengujian tahanan isolasi dapat menggunakan tabel atau formulir tahanan
isolasi
No:
Formulir
Revisi:
LOGO Tanggal:
Tes Tahanan Isolasi (Megger) Halaman:

Kontraktor : ……………. Proyek/ Cluster : …………………….


Pelaksana : ……………. Inspector : …………………….
Mandor : ……………. Inspector MK : …………………….
Blok/ No : ……………. Tanggal Mulai : …………………….
Uraian Pekerjaan Hasil Uji Tanggal/ Paraf
No
(Line) P-N P-G N-G KONT MK SB
A. Kabel Instalasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
P-N : Phase – Netral Catatan:
P-G : Phase – Ground
N-G : Netral – Ground
 Wiring Diagram
 Tes Ulang
Demikian berita acara tes tahanan isolasi/ megger ini dibuat dan ditandatangani pada
tanggal tersebut diatas dalam rangkap 1 (satu)
asli dan dapat digandakan untuk dipergunakan seperlunya DISETUJUI/ DITOLAK TGL:

189
Menyetujui:
Departemen Proyek: Departemen Proyek: Kontraktor
PT.

Project Manager Site Manager ME Project Manager

c. Pengujian Tahanan tanah


Pengujian kualitas grounding dalam suatu sistem pentanahan dapat menggunakan earth
tester. Hasil yang ditunjukan dari hasil pengukuran maksimum 5Ω.

Gambar 10. Earth Tester Kyoritsu 4105A


Sumber: UGE Electronics

Pengukuran tahanan pentanahan dilakukan dengan menghubungkan alat ukur dengan


elektroda pentanahan pentanahan yang akan diukur dan elektroda bantu. Jarak antara
elektroda menuju elektroda bantu 1 (rode 1) dan rode 1 menuju elektroda bantu 2 (rode 2)
masing-masing adalah 5-10m dengan jarak yang sama. Jika jarak elektroda menuju rode
8m maka jarak rode 1 menuju rode 2 juga harus 8m. Pastikan melakukan pemeriksaan
baterai (jika diperlukan) dan rangkaian sebelum pengujian dilakukan. Sebaiknya pengujian
grounding dilakukan lebih dari 1 kali pengujian dengan arah yang berbeda (disarankan 4
arah berbeda).
Apabila pengujian pertama elektroda, rode 1, dan rode 2 dibentangkan ke arah utara maka
percobaan selanjutnya dilakukan dengan membentangkan ke arah selain utara. Hasil

190
pengujian kemudian dicatat dan diambil rerata pengujian sebelum dilakukannya
pengambilan kesimpulan yang dicatat di kolom keterangan.

Gambar 11. Rangkaian Pengukuran Tahanan Pentanahan

Gambar 12. Titik Pengukuran Tahanan Pentanahan

Tabel 8. Formulir pemeriksaan Tahanan Pentanahan


Formulir Tes Tahanan Pentanahan
Hasil Rerata Hasil
Pengujian ke1 Keterangan
Pengukuran Pengukuran
1 1Ω 0.87 Ω Grounding bagus

191
2 1Ω
3 0.5 Ω
4 1Ω

d. Pengujian Perlengkapan Pemutus Daya


Pengujian perangkat proteksi dilakukan untuk memastikan bahwa perangkat
proteksi terpasang dapat bekerja dengan baik.
1) MCB
Pengujian MCB dapat dilakukan dengan melakukan pembebanan berdasarkan rating
arus pada MCB. Pengujian dapat dilakukan berulang dengan arus pengujian variatif,
variasi yang dapat digunakan adalah 0.75 x rating arus, 1 x rating arus, 1.25 x rating
arus dan 2 x rating arus. Pada arus pengujian 0.75 x rating arus dan 1 x rating arus
MCB dikatakan normal apabila tidak merespon (tidak trip) , sedangkan pada arus
1.25 x rating arus dan 2 x rating arus MCB dikatakan normal apabila merespon (trip).

Gambar 3. Rangkaian Pengujian MCB

Variasi arus pengujian MCB dapat dilakukan dengan rangkaian diatas, besaran arus
dapat diatur dengan mengubah nilai tegangan. Sebagai contoh apabila MCB
terpasang pada suatu grup memiliki rating arus 4 A maka atur arus pengujian sebesar
3A, 4A, 5A, dan 8A. Contoh tabel percobaan dapat dilihat pada tabel 6.

192
Tabel 6. Pengujian MCB
TABEL PENGUJIAN MCB
ARUS
No OBYEK HASIL KET
UJI
1. MCB 1 3A TRIP/ TIDAK
(4A) 4A TRIP/ TIDAK
5A TRIP/ TIDAK Trip sebelum 5A
8A TRIP/ TIDAK Trip sebelum 8A
2. MCB 2 3A TRIP/ TIDAK
(4A) 4A TRIP/ TIDAK
5A TRIP/ TIDAK Trip sebelum 5A
8A TRIP/ TIDAK Trip sebelum 8A

2) ELCB
Pengujian ELCB dapat dilakukan menggunakan alat uji ELCB atau pengujian
konvensional, salah satu alat uji ELCB adalah RCD Tester.

193
Gambar 4. RCD Tester Kyoritsu 5406A

Pengujian menggunakan RCD Tester dapat menggunakan opsi auto ramp test yaitu
dengan cara menempatkan selector switch pada posisi auto ramp kemudian tekan dan
tahan tombol uji hingga ELCB trip dan menunjukan arus bocor dan waktu yang
dibutuhkan untuk ELCB bekerja atau dapat menggunakan opsi x 1/2, x 1, dan x 5 akan
tetapi pada opsi ini RCD Tester hanya menunjukan waktu yang dibutuhkan ELCB
untuk bekerja. Untuk lebih detail instruksi penggunaan RCD Tester dapat dilihat pada
manual terlampir. Cara lain yang dapat dilakukan adalah cara konvensional yaitu
dengan mengalirkan arus dari penghantar fasa menuju ground. Proses mengalirkan arus
menuju ground dapat dilakukan dengan menghubungkan fasa pada kotak kontak
menuju ground.

Gambar 5. Rangkaian Pengujian ELCB

e. Pengukuran Susut Tegangan


Tegangan jatuh atau biasa disebut dengan drop tegangan maksimum 4% Sehingga apabila
tegangan pada sumber tegangan bernilai 220 V maka tegangan pada titik beban atau titik
akhir dalam suatu instalasi tidak boleh lebih kecil dari 211 V. Pengukuran dilakukan
menggunakan Voltmeter pada titik awal tegangan didistribusikan dan titik beban yang jauh
dari sumber tegangan awal. Untuk contoh penentuan titik ukur dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.

194
Gambar 18. gambar titik ukur tegangan

Sumber tegangan awal ditandai dengan notasi angka 1 ada gambar lokasi tersebut
merupakan titik referensi atau titik awal pengukuran dilakukan. Sedangkan pada titik
dengan notasi angka 2 dan 3 merupakan titik beban yang berlokasi jauh dari sumber
tegangan awal. Titik 2 dan 3 merupakan titik ukur tegangan akhir. Sehingga dapat
dianalisa tegangan pada titik 2 dan 3 tidak boleh lebih kecil dari ((Tegangan titik 1-(4%
X Tegangan titik 1)))
f. Pengukuran Temperatur
g. uji fungsi
Periksa dan pastikan instalasi dapat berfungsi sesuai spesifikasi kontrak atau desain awal
pemasangan instalasi. Gunakan form pengujiam untuk membantu proses pengujian fungsi
instalasi listrik.
Tabel 9. Form Tes Nyala

195
Komponen Kondisi
No Lokasi Keterangan
Pengujian Sesuai Tidak
Teras 
Ruang
1 Saklar 
Tamu
Dapur 
Teras 
Ruang
2 lampu 
Tamu
Dapur 
Ruang

Tamu 1
Kotak Ruang
3 
Kontak Tamu 2
Kamar

Tidur 1
.
.
.
Dst..

196
PERBAIKAN FAKTOR DAYA

1. KONSEP DASAR

Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha, dalam


sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk
melakukan kerja atau usaha. Daya listrik biasanya dinyatakan dalam
satuan Watt atau Horsepower (HP). Daya dalam sistem arus bolak-balik
dikenal ada tiga macam, yaitu daya aktif (P) dengan satuan watt, daya
reaktif (Q) dengan satuan Var dan daya semu (S) dengan satuan VA. Daya
dinyatakan dalam P, tegangan dinyatakan dalam V dan arus dinyatakan
dalam I, sehingga besarnya daya dinyatakan :

P=VxI
P = Volt x Ampere x Cos φ = Watt

Faktor daya merupakan perbandingan antara daya aktif dengan daya


semu. Daya aktif digunakan untuk mengoperasikan beban-beban pada
pelanggan listrik. Daya semu dihasilkan oleh generator pembangkit yang
ditransmisikan ke pelanggan listrik. Bertambahnya daya reaktif berarti
menyebabkan turunnya faktor daya listrik. Cara mudah dalam
mengantisipasi turunnya faktor daya dapat dilakukan dengan memilih
beban-beban yang mempunyai faktor daya besar dan juga dapat dilakukan
dengan memasang kapasitor. Pemasangan kapasitor dapat memperbaiki
faktor daya, jika faktor daya diperbaiki maka daya reaktif dapat berkurang
dan mendekati daya aktif.
Suatu beban dengan faktor daya (cos φ) sebesar 1.0 merupakan beban
yang hanya mengandung nilai resistansi murni dan merupakan
pembebanan yang paling efisiensi. Beban dengan faktor daya yang rendah
(0.5) merupakan beban yang mengandung nilai induktansi yang
menyebabkan kerugian yang lebih tinggi di dalam sistem suplai tenaga

197
listrik. Faktor daya yang rendah berhubungan dengan beda fasa antara arus
dan tegangan pada terminal beban dan berkaitan dengan kualitas harmonik
atau bentuk gelombang arus yang menyimpang bentuknya. Sudut fasa arus
beban yang rendah biasanya diakibatkan oleh beban induktif seperti motor
induksi, transformator daya, ballast lampu, peralatan las ataupun beban
elektronik lainya.

a) Beban Listrik
Suatu rangkaian listrik selalu dijumpai suatu sumber dan beban. Bila
sumber listrik DC, maka sifat beban hanya bersifat resistif murni, karena
frekuensi sumber DC adalah nol. Reaktansi induktif (XL) akan menjadi
nol yang berarti bahwa induktor tersebut akan short circuit. Reaktansi
kapasitif (XC) akan menjadi tak berhingga yang berarti bahwa kapasitif
tersebut akan open circuit. Jadi sumber DC akan mengakibatkan beban
beban induktif dan beban kapasitif tidak akan berpengaruh pada rangkaian.
Bila sumber listrik AC maka beban dibedakan menjadi 3 sebagai berikut :
a. Beban Resistif
Beban resistif yang merupakan suatu resistor murni, contoh : lampu
pijar, pemanas. Beban ini hanya menyerap daya aktif dan tidak
menyerap daya reaktif sama sekali. Tegangan dan arus se-fasa. Secara
matematis dinyatakan :
R=V/I

198
Gambar 11.1 Gelombang Pada Rangkaian Resistif
b. Beban Induktif
Beban induktif adalah beban yang mengandung kumparan kawat
yang dililitkan pada sebuah inti biasanya inti besi, contoh : motor –
motor listrik, induktor dan transformator. Beban ini mempunyai faktor
daya antara 0 – 1 “lagging”. Beban ini menyerap daya aktif (kW) dan
daya reaktif (kVAR). Tegangan mendahului arus sebesar φ°. Secara
matematis dinyatakan :

Gambar 11.2 Gelombang Pada Rangkaian Induktif


c. Beban Kapasitif
Beban kapasitif adalah beban yang mengandung suatu rangakaian
kapasitor. Beban ini mempunyai faktor daya antara 0 – 1 “leading”.

199
Beban ini menyerap daya aktif (kW) dan mengeluarkan daya reaktif
(kVAR). Arus mendahului tegangan sebesar φ°. Secara matematis
dinyatakan :
XC = 1 / 2πfC

Gambar 11.3 Gelombang Pada Rangkaian Kapasitif

b) Rangkaian R L C
1. Karakteristik Resistor (R) Murni

Gambar 2.1 Rangkaian Resistor Murni


Resistor tidak mengubah fase tegangan dan arus, sehingga arus
dan tegangan sefase. Beda fase arus dan tegangan (Δθ = 0).

Gambar 11.4 Fasor Arus dan Tegangan Resistor


Persamaan yang berlaku

200
I = Im sin ω . t
V = Vm sin ω . t
VR = IR . R
2. Karakteristik Induktor (L) Murni

Gambar 11.5 Rangkaian Induktor Murni


Induktor (L) mengubah fase tegangan dan arus sebesar 90 o,
tegangan mendahului arus sebesar 90o (arus lebih lambat dari pada
tegangan). Beda fase arus dan tegangan (Δθ = 90o).

Gambar 11.6 Fasor Arus dan Tegangan Induktor


Persamaan yang berlaku
I = Im sin (ω . t – 90)
V = Vm sin ω . t
VL = IL . XL
XL = ω . L
XL = 2π .f .L
3. Karakteristik Kapasitor (C) Murni

Gambar 11.7 Rangkaian Kapasitor Murni

201
Kapasitor (C) mengubah fase tegangan dan arus, arus mendahului
tegangan sebesar 90o (arus lebih CEPAT dari pada tegangan). Beda
fase arus dan tegangan (Δθ = 90o).

Gambar 11.8 Fasor Arus dan Tegangan


Persamaan yang berlaku
I = Im sin (ω . t + 90)
V = Vm sin ω . t
VC = IC . XC
XC =1/(ω . C)
XC = 1 / (2π .f .C)

4. Rangkaian Seri R-L-C

Gambar 11.9 Rangkaian R L C Seri


Karakteristik Rangkaian R-L-C seri
Arus pada setiap komponen sama. Sudut fase antar arus dan
tegangan berkisar 0o < θ < 90o.

202
Gambar 2.8 Fasor Tegangan

Gambar 11.10 Fasor Hambatan


Persamaan yang berlaku:
a) Arus pada masing-masing komponen sama.
I = IR =IL =IC
b) Tegangan pada masing-masing komponen
VC = IC . XC
VL = IL . XL
VR = IR . R
V=I.Z

c) Tegangan total
V = √(VR2 + (VL – VC)2)
d) Hambatan total/Impedansi (Z)
Z = √(R2 + (XL – XC)2)  Lagging (tertinggal)
Z = √(R2 + (XC – XL)2)  Leading (mendahului)
Ket.:
Z = impedansi (Ohm)
R = Resistor/hambatan (Ohm)
XL = Reaktansi induktor/induktif (Ohm)

203
XC = Reaktansi kapasitor/kapasitif (Ohm)
L = induktansi induktor (Henry)
C = kapasitansi kapasitor (Farad)

c) Sifat Faktor Daya


Faktor daya terdiri dari dua sifat yaitu faktor daya “leading” dan
faktor daya “lagging”. Faktor daya ini memiliki karakteristik seperti
berikut :
1) Faktor Daya “leading”
Apabila arus mendahului tegangan, maka faktor daya ini
dikatakan “leading”. Faktor daya leading ini terjadi apabila bebannya
kapasitif, seperti kapasitor, synchronocus generators, synchronocus
motors dan synchronocus condensor

Gambar 11.11 Faktor daya “leading”

Gambar 11.12 Segitiga daya untuk beban kapasitif


2) Faktor Daya “lagging”
Apabila tegangan mendahului arus, maka faktor daya ini
dikatakan “lagging”. Faktor daya lagging ini terjadi apabila bebannya
induktif, seperti motor induksi, AC dan transformator.

204
Gambar 11.13 Faktor daya “lagging”

Gambar 11.14 Segitiga daya untuk beban induktif

d) Perbaikan Faktor Daya


Perbaikan faktor daya untuk memperbesar harga cos φ (pf) yang
rendah hal yang mudah dilakukan adalah memperkecil sudut φ1 sehingga
menjadi φ2 berarti φ1 > φ2. Usaha untuk memperkecil sudut φ itu hal yang
mungkin dilakukan adalah memperkecil komponen daya reaktif (VAR).
Berarti komponen daya reaktif yang ada bersifat induktif harus dikurangi
dan pengurangan itu bisa dilakukan dengan menambah suatu sumber daya
reaktif yaitu berupa kapasitor atau lebih dikenal kapasitor bank.
Perbaikan faktor daya dapat di ilustrasikan seperti gambar dibawah
ini:

Gambar 11.15 Prinsip Perbaikan Faktor Daya


Sumber: http://konversi.wordpress.com

205
Kapasitor bank adalah sekumpulan beberapa kapasitor yang
disambung secara parallel untuk mendapatkan kapasitas kapasitif tertentu.
Besaran yang sering dipakai adalah VAR (volt ampere reaktif) Kapasitor
ini mempunyai sifat listrik yang kapasitif (leading), sehingga
mempunyai sifat mengurangi atau menghilangkan terhadap sifat induktif
(lagging). Dasar inilah nilai power faktor diperbaiki.
Kapasitor yang akan digunakan untuk memperbesar faktor daya
dipasang paralel dengan rangkaian beban. Metode pemasangan kapasitor
dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

(1) Kompensasi Individu


Pemasangan kapasitor dilakukan pada setiap beban.

Gambar 11. 16 Kompensasi Individu


(2)Kompensasi Kawasan
Pemasangan kapasitor dilakukan dengan memasang kapasitor pada setiap
panel pembagi setelah panel utama/induk (MDP).

206
Gambar 11.17 Kompensasi Kawasan

(3) Kompensasi Menyeluruh


Pemasangan kapasitor dilakukan dengan memasang kapasitor pada panel
utama/induk (MDP).

Gambar 11.18 Kompensasi Menyeluruh


Proses kerja kapasitor dimulai saat rangkaian diberi tegangan maka
elektron akan mengalir masuk ke kapasitor. Pada saat kapasitor penuh
dengan muatan elektron maka tegangan akan berubah. Kemudian elektron
akan ke luar dari kapasitor dan mengalir ke dalam rangkaian yang
memerlukannya dengan demikian pada saaat itu kapasitor membangkitkan
daya reaktif. Bila tegangan yang berubah itu kembali normal (tetap) maka

207
kapasitor akan menyimpan kembali elektron. Pada saat kapasitor
mengeluarkan elektron (Ic) berarti sama juga kapasitor menyuplai daya
reaktif ke beban.
Proses pengurangan itu bisa terjadi karena kedua beban (induktor dan
kapasitor) arahnya berlawanan akibatnya daya reaktif menjadi kecil. Bila
daya reaktif menjadi kecil sementara daya aktif tetap maka harga pf
menjadi besar akibatnya daya nyata (kVA) menjadi kecil sehingga
rekening listrik menjadi berkurang.

Gambar 11.19 Perbedaan Konsumsi Daya Reaktif Sebelum dan Sesudah


Pemasangan Kapasitor
Gambar diatas memperlihatkan perbedaan konsumsi daya reaktif
sebelum kompensasi dan sesudah kompensasi. Konsumsi daya reaktif
sebelum kompensasi akan berkurang setelah kompensasi karena sebagian
daya reaktif akan di suplai oleh kapasitor yang berakibat menaikkan cos φ
beban dan menghemat konsumsi energi dari PLN.

Perhitungan Perbaikan Faktor Daya


Faktor daya (Cos φ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan
antara daya aktif (Watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam

208
sirkuit AC atau beda sudut fasa antara V dan I yang biasanya dinyatakan
dalam cos φ .
Faktor Daya = Daya Aktif (P) / Daya Nyata (S)
= kW / kVA = V.I Cos φ / V.I = Cos φ
Faktor daya mempunyai nilai range antara 0 – 1 dan dapat juga
dinyatakan dalam persen. Faktor daya yang bagus apabila bernilai
mendekati satu.
Tan φ = Daya Reaktif (Q) / Daya Aktif (P)
= kVAR / kW
Karena komponen daya aktif umumnya konstan (komponen kVA dan
kVAR berubah sesuai dengan faktor daya), maka dapat ditulis seperti
berikut :
Daya Reaktif (Q) = Daya Aktif (P) x Tan φ
Rumus perhitungan rating kapasitor yang dibutuhkan untuk
memperbaiki faktor daya sebagai berikut :
Daya reaktif pada pf awal = Daya Aktif (P) x Tan φ1
Daya reaktif pada pf diperbaiki = Daya Aktif (P) x Tan φ2
Sehingga rating kapasitor yang diperlukan untuk memperbaiki faktor
daya adalah :
Daya reaktif (kVAR) = Daya Aktif (kW) x (Tan φ1 - Tan φ2)

Dunia industri dalam upaya peningkatan faktor daya sebagian besar


memilih sambungan kompensasi kapasitor dengan sambungan delta (Δ)
daripada sambungan bintang (Y). Hal ini karena kapasitas kapasitor pada
sambungan delta yang lebih kecil dari sambungan bintang mampu
menaikkan cos φ sesuai target. Pemilihan kapasitas kapasitor yang kecil
dirasa menguntungkan disamping mampu meningkatkan cos φ, biaya
pembelian kapasitor juga dapat menghemat pengeluaran perusahaan.

2. KOMPONEN PANEL KAPASITOR

209
Komponen-komponen utama yang terdapat pada panel kapasitor
antara lain:

a) Main switch / Load Break switch


Main switch ini sebagai peralatan kontrol dan isolasi jika
ada pemeliharaan panel. Sedangkan untuk pengaman kabel / instalasi
sudah tersedia disisi atasnya (dari) MDP. Main switch atau lebih
dikenal load break switch adalah peralatan pemutus dan penyambung
yang sifatnya on load yakni dapat diputus dan disambung dalam
keadaan berbeban, berbeda dengan on-off switch model knife yang
hanya dioperasikan pada saat tidak berbeban.

Gambar 11.20 Load Break Switch


b) Kapasitor Breaker.
Kapasitor breaker digunkakan untuk mengamankan instalasi kabel
dari breaker ke kapasitor bank dan juga kapasitor itu sendiri. Kapasitas
breaker yang digunakan sebesar 1,5 kali dari arus nominal dengan I m
= 10 x Ir. Untuk menghitung besarnya arus dapat digunakan rumus I n
= Qc / 3 . VL

210
Gambar 11.21 Breaker Kapasitor
c) Magnetic Contactor
Magnetic contactor diperlukan sebagai peralatan kontrol.
Beban kapasitor mempunyai arus puncak yang tinggi , lebih tinggi dari
beban motor. Untuk pemilihan magnetic contactor minimal 10 % lebih
tinggi dari arus nominal ( pada AC 3 dengan beban induktif/kapasitif).
Pemilihan magnetic dengan range ampere lebih tinggi akan lebih baik
sehingga umur pemakaian magnetic contactor lebih lama.

Gambar 11.22 Magnetic Contactor


d) Kapasitor Bank
Kapasitor bank adalah peralatan listrik yang mempunyai
sifat kapasitif..yang akan berfungsi sebagai penyeimbang sifat induktif.

211
Kapasitas kapasitor dari ukuran 5 KVar sampai 60 Kvar. Dari
tegangan kerja 230 V sampai 525 Volt atau Kapasitor.

Gambar 11.23 Kapasitor Bank


e) Reactive Power Regulator
Peralatan ini berfungsi untuk mengatur kerja kontaktor agar
daya reaktif yang akan disupply ke jaringan/ system dapat bekerja
sesuai kapasitas yang dibutuhkan. Dengan acuan pembacaan besaran
arus dan tegangan pada sisi utama Breaker maka daya reaktif yang
dibutuhkan dapat terbaca dan regulator inilah yang akan mengatur
kapan dan berapa daya reaktif yang diperlukan. Peralatan ini
mempunyai bermacam macam steps dari 6 steps , 12 steps sampai 18
steps.

212
Gambar 11.24 Power Factor Regulator

Modul PF Regulator mempunyai input CT dan input tegangan, sehingga


bisa terbaca arus, tegangan, power factor, KVA, KW dan KVAR. Parameter
ini tidak selalu ditampilkan dalam layar akan tetapi selalu terbaca dalam
proses internal modul. Parameter Kvar dipakai sebagai acuan berapa steps
dan berapa Kvar yang masuk ke sistem agar power factor mencapai target.
Waktu tunda dan model rotasi dari step by step dapat diatur sesuai dengan
yang diinginkan. Saat beban awal mempunyai power factor yang rendah
maka yang terhitung dalam modul regulator berapa kvar yang diperlukan
untuk mencapai nilai target power factor. Kapasitor tidak akan masuk bila
nilai kvar yang dibutuhkan dibawah nilai minimum Kvar yang tersedia.
Bertambahnya beban yang mengandung beban induktif antara lain lampu
mercury, motor-motor listrik, AC, maka dalam modul akan mendeteksi Kva
menjadi lebih besar maka step-step kontaktor yang diaktifkan regulator akan
masuk memberikan masukan daya reaktif yang dibutuhkan. Sebaliknya,
apabila beban berkurang maka nilai VAR yang di suplai kapasitor menjadi
berlebihan, hal ini akan dideteksi oleh regulator dan segera mengurangi
pasokan kapasitor sehingga power factor menjadi seimbang kembali.
Peralatan tambahan yang biasa digunakan pada panel kapasitor antara lain :

213
1. Selektor auto – off – manual yang berfungsi memilih sistem operasional
auto dari regulator atau manual dari push button.
2. Push button on dan Push button off yang berfungsi mengoperasikan
magnetic contactor secara manual.

3. METODE PEMASANGAN CAPASITOR

Cara pemasangan instalasi kapasitor dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu :


a) Global compensation
Dengan metode ini kapasitor dipasang di induk panel (
MDP ). Arus yang turun dari pemasangan model ini hanya di
penghantar antara panel MDP dan transformator. Sedangkan arus
yang lewat setelah MDP tidak turun dengan demikian rugi akibat
disipasi panas pada penghantar setelah MDP tidak terpengaruh.
Terlebih instalasi tenaga dengan penghantar yang cukup panjang
Delta Voltagenya masih cukup besar.

Gambar 11.24 Skema Global Compensation


b) Sectoral Compensation
Dengan metoda ini kapasitor yang terdiri dari beberapa
panel kapasitor dipasang dipanel SDP. Cara ini cocok diterapkan

214
pada industri dengan kapasitas beban terpasang besar sampai
ribuan kva dan terlebih jarak antara panel MDP dan SDP cukup
berjauhan.

Gambar 11.25 Skema Sectoral Compensation


c) Individual Compensation
Dengan metoda ini kapasitor langsung dipasang pada
masing masing beban khususnya yang mempunyai daya yang
besar. Cara ini sebenarnya lebih efektif dan lebih baik dari segi
teknisnya. Namun ada kekurangan nya yaitu harus menyediakan
ruang atau tempat khusus untuk meletakkan kapasitor tersebut
sehingga mengurangi nilai estetika. Disamping itu jika mesin
yang dipasang sampai ratusan buah berarti total cost yang di
perlukan lebih besar dari metode diatas

215
Gambar 11.26 Skema Individual Compensation

4. PENGATURAN C/K PADA POWER FACTOR REGULATOR

Parameter ini menunjukkan arus reaktif dari step kapasitor yang


terkecil diukur dari sisi sekunder trafo arus (CT). Oleh karena itu nilai
parameter tergantung pada daya reaktif terkecil pada step kapasitor, rasio
CT, dan tegangan suplai. Pengaturan ini ditujukan agar power factor
regulator dapat bekerja sesuai prosedur dengan mengatur perbandingan
antara kapasitor dan trafo arus (CT) yang dipasang.

Tabel 5. Tetapan C/K berdasarkan rasio CT


Rasio
Trafo Power in kvar of first step at 400 V
Arus
Ip/Is
(A)
150/5 2.5
0.12 5.00
0.24 7.5
0.36 10.0
0.48 12.5
0.60 15.0
0.72 20.0
0.96 25.0 30.0 37.5 40.0 50.0 60.0 75.0 80.0
200/5 0.09 0.18 0.27 0.36 0.45 0.54 0.72 0.90
250/5 0.07 0.14 0.22 0.29 0.36 0.43 0.58 0.72 0.87
300/5 0.06 0.12 0.18 0.24 0.30 0.36 0.48 0.60 0.72 0.90 0.96
400/5 0.05 0.09 0.14 0.18 0.23 0.24 0.36 0.48 0.58 0.67 0.72 0.87
500/5 0.07 0.11 0.14 0.18 0.22 0.29 0.36 0.45 0.54 0.54 0.72 0.87
600/5 0.06 0.09 0.12 0.15 0.18 0.24 0.30 0.36 0.45 0.48 0.60 0.72 0.90 0.96
800/5 0.07 0.09 0.11 0.14 0.18 0.23 0.27 0.33 0.36 0.45 0.54 0.68 0.72

216
1000/5 0.05 0.07 0.09 0.11 0.14 0.18 0.22 0.27 0.29 0.36 0.43 0.54 0.57
1500/5 0.05 0.06 0.07 0.10 0.12 0.14 0.18 0.19 0.24 0.29 0.36 0.38
2000/5 0.05 0.07 0.09 0.11 0.13 0.14 0.18 0.22 0.27 0.28
2500/5 0.06 0.07 0.09 0.10 0.12 0.14 0.17 0.22 0.23
3000/5 0.05 0.06 0.07 0.09 0.10 0.12 0.14 0.18 0.19
4000/5 0.05 0.06 0.07 0.09 0.11 0.14 0.14

Untuk tegangan antar phase 400 V atau kurang dengan rasio CT


yang berbeda dan daya reaktif kapasitor pada setiap step, maka untuk
menentukan nilai C/K maka perlu melakukan perhitungan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
𝐼𝑝𝑟𝑖𝑚.
a) Menghitung perbandingan Rasio CT => 𝐾 = 𝐼𝑠𝑒𝑐.

Ket:
Iprim = rating primer pada CT, misal : 250/50 A => Iprim = 250 A
Isec = rating sekunder pada CT, misal : 250/50 A => Isec = 50 A
b) Menghitung arus reaktif terkecil tiap step Ic => Ic = Q/(√3 x V)
Ket:
Q = daya reaktif 1 kapasitor
V = tegangan antar phase
c) Menghitung parameter C/K => C/K = Ic/K
Contoh perhitungan:
Diketahui
 Rasio CT => K = 500 / 5 = 100
 Kapasitor 60 kvar dengan tegangan V = 400 V
Ic = 60000 / √3 x 400 = 86,7 A
 Setting parameter C/K => C/K = 86,7 / 100 = 0,867
Maka nilai C/K yang diatur dalam modul regulator adalah 0,87.

5. METODE PENGAMANAN KAPASITOR

Apabila kapasitor daya ditambahkan ke sebuah jaringan yang memiliki


harmonik, maka level harmonik harus dianalisa terlebih dahulu, agar dapat
diambil tindakan yang tepat. Ada tiga situasi yang diberikan.

217
Bermacam-macam efek harmonik di sistem yang berbeda-beda
menyebabkan kesulitan memprediksi apabila situasi berbahaya akan
terjadi. Evaluasi teknis harus dilakukan untuk memperkirakan resiko yang
bakal terjadi dan memilih teknik yang terbaik dan pilihan ekonomis.
 Kapasitor Normal, apabila kondisi yang muncul yaitu;

𝑃𝑠𝑐
> 240
R

 Kapasitor dengan terisolasi lebih, apabila kondisi yang muncul yaitu;

𝑃𝑠𝑐
120 < > 240
R

 Kapasitor dengan reactor anti harmonik, apabila kondisi yang muncul


yaitu;

𝑃𝑠𝑐
< 240
R

Dimana :
R = jumlah aritmatik nilai nominal kVA perlengkapan sebagai penghasil
harmonik
Psc: nilai daya hubung singkat (nilai nominal daya transfo/nilai impedansi trafo)

 Jika kandungan harmonik rendah, maka gunakan kapasitor standar


solusi : kapasitor VARPLUS standard
 Jika kandungan harmonik cukup tinggi, menyebabkan proses
penuaan dini terhadap kapasitor standar.
solusi : kapasitor derated VARPLUS
 Jika kandungan harmonik tinggi yg kemungkinan menyebabkan
kapasitor derated rusak dan kemungkinan terjadinya amplifikasi
harmonik sebagai akibat resonansi.
solusi : kapasitor bank rectiphase dg anti-harmonic

218
6. SOAL LATIHAN

1. Tentukan KHA penghantar, bila diketahui Qc = 124 kVAr dan U = 400


volt
2. Bila diketahui bahwa daya nominal trafo 500 kVA, tegangan hubung
singkat 4%, total daya yang disearahkan 50 kVA. Tentukan:
a. Daya hubung singkat, Psc,
b. Tentukan golongan kapasitor, apakah standar, terisolasi lebih, atau
dengan reaktor anti harmonik
3. Hitunglah besarnya kapasitor yang harus ditambahkan ke sebuah lampu
fluoresen 15 W, 220 VAC, 50 Hz dengan faktor daya 0,35; sehingga
faktor dayanya terkoreksi menjadi 0,9.

JAWABAN SOAL LATIHAN

1. Cari terlebih dahulu Arus Capasitor (Ic)

124.000
𝐼𝑐 = = 179 𝐴
400 √3

KHA = 1,5 x Ic

= 1,5 x 179 = 268,5 A

= 95 mm2 di udara terbuka

2. a. Psc = 500.000/0,04

= 12.500 kVA

b. Scc/240 = 12500/240

= 52 kVA

219
Bila daya yang disearahkan adalah 50 kVA, maka nilai ini lebih kecil dari
nilai rasio Scc/240, dengan demikian digunakan solusi kesatu, yaitu
kapasitor normal.

3. Langkah-langkah penyelesaian soal tersebut yaitu

P = V.I.Cos ϕ

I1 = P/V.Cos ϕ 1 = 15/(220 x 0,35) = 15/77 = 0,1948A = 194,8mA

Konsumsi secara teori bila cos ϕ2 = 0,9 adalah :

I2 = P/V.Cos ϕ 2 = 15/(220x0,9) = 0,0757 A = 75,7 mA

Penghematan (%) : I1 – I2 =194,8 – 75,7 = 119,05 mA » ± 61%

mencari nilai kapasitor :

Cos ϕ 1 = 0,35 » ϕ 1 = Cos-1 x 0,35 = 69,50


Cos ϕ 2 = 0,9 » ϕ 2 = Cos-1 x 0,9 = 25,840
Daya Semu

S1 = P/Cos θ = 15/0,35 = 42,857 VA


S2 = V.I = 220 x 75,75 mA = 16,665VA
Daya Reaktif

Q1 = S1.Sin ϕ1 = 42,857.Sin 69,5 = 40,143 VAR


Q2 = S2.Sin ϕ2 = 16,665.Sin 25,84 = 7.26 VAR
Daya reaktif yang harus dihilangkan :

ΔQ = Q1 – Q2 = 40,143 – 7,26 = 32,883 VAR (Q koreksi)

220
Gambar 7. Prinsip Perbaikan Faktor Daya
Sumber: http://konversi.wordpress.com

Jadi kapasitor yang digunakan untuk cos ϕ2 = 0,9 adalah :

C = Qc/V2ω = 32,882/((2202)* 2*3,14*50)


= 32,882/15197600 = 2,2 μF
Jadi untuk penghematan dengan beban diatas setelah dilakukan

perhitungan kapasitor yang harus dipasang sebesar = 2,2 μF

7. SOAL EVALUASI

1. Sebuah motor induksi 3 phase 220 kW, 50 Hz dengan cos phi awal
0,7. Apabila diinginkan cos phi target sebesar 0,9 hitunglah nilai
kapasitor yang harus dipasang!
2. Buktikan bahwa faktor daya yang jelek menyebabkan rugi-rugi
jaringan bertambah besar!
3. Bila diketahui kapasitor Varplus dengan spesifikasi 50 kVAr, 440
V/50 Hz. Dapatkah kapasitor tersebut dipasangkan ke jaringan yang
membutuhkan 50 kVAr dengan tegangan nominal 400 V/50 Hz?
Mengapa demikian ?
4. Bila diketahui bahwa daya nominal trafo 1000 kVA, tegangan hubung
singkat 4%, total daya yang disearahkan 150 kVA. Tentukan:
a. Daya hubung singkat (Psc)
b. Tentukan golongan kapasitor, apakah standar, terisolasi lebih, atau
dengan reaktor anti harmonik

221
5. Hitunglah besarnya kapasitor yang harus ditambahkan ke sebuah
lampu fluoresen 20 W, 220 VAC, 50 Hz dengan faktor daya 0,4;
sehingga faktor dayanya terkoreksi menjadi 0,93.

JAWABAN SOAL EVALUASI

1. Dik : motor induksi 3 phase 220 kW


VL = 440 V, 50 Hz
Cos φ1 = 0,7
Dit : Perhitungan kapasitor dengan target cos φ2 = 0,9 ?
Jawab :
Cos φ1 = 0,7  tan φ1 = 1,02
Cos φ2 = 0,9  tan φ2 = 0,48
Jadi daya reaktif yang diperlukan adalah
Qc (VAR) = P (W) x (Tan φ1 - Tan φ2)
= 220000*(1,02-0,48) = 118,8 kVAR
kVAR per phase = 118,8/3 = 39,6 kVAR
Karena dalam rangkaian kapasitif  I = V/XC
Mengalikan kedua sisi dengan V, sehingga
VI = V 2/XC  volt ampere reaktif
Dengan demikian V 2/XC = 39,6 kVAR
Kapasitas kapasitor hubungan bintang:
Vc = VL / √3 = 440/√3 = 254 V
Cstar = Qc/((VC)2 * 2π*f)
= 39600/((254)2*2*3,14*50) = 1954 µF

Gambar Kapasitor Hubung Bintang


Kapasitas kapasitor per phase hubungan delta:

222
Vc = VL = 440 V
Cdelta = Qc/(VC)2 * 2π*f)
= 39600/((440)2*2*3,14*50) = 651 µF

Gambar Kapasitor Hubung Delta


Daya Semu
S1 = P/Cos φ1 = 220000/0,7 = 314285,7 VA
S2 = P/Cos φ2 = 220000/0.9 = 244444,44VA
Daya Reaktif
Q1 = S1.Sin ϕ1 = 314285,7*Sin 45,5 = 224164,42 VAR
Qc = 118,8 kVAR
Daya reaktif beban setelah kompensasi:
Q2 = Q1 – Qc = 224164,42 – 118800 = 105364,42 VAR
2. Penyelesaian
S = (V.A) / cos φ
Faktor daya jelek terjadi bila cos φ < 0,93
Bila cos φ semakin kecil, maka S semakin besar, dengan demikian:
 KHA penghantar yang dibutuhkan juga semakin besar
 Beban tagihan rekening listrik juga semakin besar, karena rekening
listrik dihitung per Vah.
3. Berdasarkan data spesifikasi dan sumber tegangan, kapasitor tersebut
dapat dipasang dalam jaringan, karena 50 kVAr/440 V menunjukkan
tegangan isolasi kapasitor, asalkan tegangan nominal jaringannya adalah
400 V. Konsekwensinya, semakin tinggi tegangan isolasi kapasitor yang
dipasang, maka dari segi ekonomi harga kapasitor semakin mahal. Dengan
demikian, apabila tegangan nominal jaringan adalah 400 V, maka harus
dipilih tegangan isolasi kapasitor 400 V juga.

223
4. Penyelesaian :

a. Psc = 1.000.000/0,04
= 25.000 kVA
b. Scc/240 = 25.000/240 = 104 kVA
Scc/120 = 25.000/120 = 208 kVA
Bila daya yang disearahkan adalah 150 kVA, maka nilai ini berada di
antara nilai rasio Scc/240 dan Scc/120, dengan demikian digunakan solusi
kedua, yaitu kapasitor terisolasi lebih.

5. Penyelesaian:

Diketahui : P = 20 W V = 220 VAC


cos φ 1 = 0,4 cos φ 2 = 0,93
Dijawab :
Dari tabel sebelumnya: (tan φ 1 - tan φ 2) = 1,896
Qc = P. (tan φ 1 - tan φ 2)
2
= V / Xc
P. (tan φ 1 - tan φ 2)
C = -------------------------
2
2. p.f.V
20 . 1,896 39,816
= ------------------------- = -------------
2
2 . 3,14 . 50 . 220 15197600

= 2,62 uF / 250 VAC

224

Anda mungkin juga menyukai