NIM : 114170073
Kelas B
TUGAS HIDROLOGI
Dengan :
P : presipitasi
Qi Q0 : debit aliran masuk dan keluar
Gi G0 : aliran air tanah masuk dan keluar
E : evaporasi
T : evapotranspirasi
∆S : perubahan volume tampungan untuk selang waktu ∆t.
Manfaat secara umum yang dapat diperoleh dari analisis neraca air antara lain:
1. Digunakan sebagai dasar pembuatan bangunan penyimpanan dan pembagi air serta
saluran-salurannya. Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak
bulan-bulan yang defisit air.
2. Sebagai dasar pembuatan saluran drainase dan teknik pengendalian banjir. Hal ini
terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan yang surplus air.
3. Sebagai dasar pemanfaatan air alam untuk berbagai keperluan pertanian seperti
sawah, perkebunan, dan perikanan.
B. Perhitungan Neraca Air
Metode Thornthwaite Mather dapat digunakan untuk mengetahui kondisi air
secara kuantitas pada tiap bulannya dalam satu tahun, demikian juga runoff bulanannya.
Perhitungan menggunakan metode Thornthwaite Mather mempertimbangkan suhu udara,
indeks panas bulanan, Water Holding Capacity dan faktor koreksi lama penyinaran
matahari berdasarkan kondisi lintang. Untuk menghitung neraca air, maka langkah
pertama adalah menghitung kebutuhan air.
Kebutuhan air domestik dapat dijelaskan dengan rumus sebagai berikut :
𝑞 (𝑢) 𝑞(𝑟)
Q(D) = 365 x {1000 𝑥 𝑃(𝑢) + 𝑥 𝑃(𝑟)}
1000
Keterangan:
Q(D) = kebutuhan air domestik
q(u) = kebutuhan air penduduk kota (170 L/orang/hari)
q (r) = kebutuhan air penduduk desa (100L/orang/hari)
P (u) = jumlah penduduk kota
P (r) = jumlah penduduk desa
Kebutuhan air ternak, perhitungan kebutuhan air untuk ternak dapat diperoleh
sebagai berikut :
Q(T) = 365 x {q (c/b.P(c/b) + q (s/g). P (s/g) + q (pi). P (pi) + q (po). P (po}
Keterangan:
Q(D) = kebutuhan air untuk ternak
q(c/b) = kebutuhan air untuk sapi dan kerbau
q(s/g) = kebutuhan air untuk domba/kambing
q(pi) = kebutuhan air untuk babi
q(po) = kebutuhan air untuk unggas
P = jumlah masing-masing ternak
Diasumsikan untuk sapi dan kerbau ditentukan sebesar 40 liter/ekor/hari,
domba/kambing 3 liter/ekor/hari, babi 6 liter/ekor/hari, sedangkan unggas sebesar
0,6 liter/ekor/hari (Triatmodjo, 2009 dengan modifikasi).
Kebutuhan air untuk perikanan menggunakan rumus berikut:
𝑞 (𝑓𝑝)
Q (P) = 365 x x A (fp) x 10000
1000
Keterangan:
Q(P) = kebutuhan air untuk perikanan
q(fp) = kebutuhan air untuk penggantian air
A(fp) = luas kolam
Menurut hasil studi FIDP (The Study for Formulation of Irrigation Development Program
in The Republic Indonesia) yang tercantum dalam Technical Report National Water
Policy tahun 1992, penggantian air kolam adalah sebesar 7 mm/hari/ha.
Kebutuhan air industri dan pemeliharaan sungai
Kebutuhan air untuk industri dapat dihitung berdasarkan kebutuhan air rata-rata
yaitu 2000 liter/unit/hari atau 500 liter/hari/karyawan. Perkiraan kebutuhan air
untuk pemeliharaan sungai dihitung berdasarkan perkalian antara jumlah
penduduk perkotaan dengan kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai, yaitu 360
liter/kapita/hari (FIDP, 1993).
𝑞 (𝑓)
Q (S) = 365 x 1000 x Pn
Keterangan:
Q(S) = kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai
Q(f ) = kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai per kapita
P(n) = jumlah penduduk kota
Dengan :
a = 675 x 10-9 – 771 x 10-7I2 + 179 x 10-4I + 492 x 10-3
𝑇𝑚 1,514
I = ∑12
𝑚=𝐼 ( )
5
Dengan :
ETbulan = evapotranspirasi potensial bulanan (cm)
Tm = temperature bulanan rerata (oC)
I = indeks panas tahunan
D. Presipitasi
Presipitasi, bagaimana terjadinya, biasanya dinyatakan kedalam cairan yang
berakumulasi diatas permukaan bumi bila seandainya tidak terdapat kehilangan. Semua
air yang bergerak didalam bagian lahan dari daur hidrologi secara langsung berasal dari
presipitasi. Sebaliknya, sebagaimana dijelaskan dalam daur hidrologi, sumber hampir dari
semua presipitasi adalah laut. Udara yang diserap oleh air membawa air yang diuapkan
dari samudra dan bergerak hingga air tersebut mendingin sampai dibawah titik embun
dan mepresipitasikan uap air sebagai hujan maupun bentuk presipitasi lain.
a. Tipe-tipe presipitasi
Tipe-tipe presipitasi dalam ditentukan berdasarkan dua sudut pandangan yang
berlainan. Suatu klasifikasi dapat dilakukan bais atas dasar genesis (asal mulanya)
maupun atas dasar bentuk presipitasinya.
1. Klasifikasi genetik
Klasifikasi ini didasarkan atas timbulnya presipitasi. Agar terjadi presipitasi,
terdapat tiga faktor utama yang penting : suatu tubuh udara yang lembab, inti
kondensasi (partikel debu, Kristal garam, dll) dan suatu sarana untuk menaikan
udara yang lembab, sehingga kondensasi dapat berlangsung sebagai akibat udara
yang mendinginksn. Pengangkatan keatas dapat berlangsung dengan cara-cara
pendinginan sinklonik, orografik, maupun koncektif.
2. Klasifikasi bentuk
Suatu perbedaan yang sederhana tetapi mendasar dapat diadakan antara
presipitasi vertical dan horizontal. Presipitasi vertical jatuh di atas permukaan
bumi dan diukur oleh penakan hujan. Presipitasi horizontal dibentuk diatas
permukaan bumi dan tidak diukur oleh penakar hujan.
Presipitasi vertical :
a. Hujan : air yang jatuh dalam bentuk tetesan yang dikondensasikan dari uap
air di atmosfer
b. Hujan gerimis : hujan dengan tetesan yang sangat kecil
c. Salju : Kristal-kristal kecil air yang membeku yang secara langsung dibentuk
dari uap air di udara bila suhunya pada saat kondensasi kurang dari 0oC.
d. Hujan batu s : gumpalan es yang kecil, kebulat-bulatan yang dipresipitasikan
selama huajn badai.
e. Sleet : campuran hujan dan salju. Hujan ini disebut juga glaze (salju basah)
Presipitasi horizontal :
a. Es : salju yang sangat dipadatkan
b. Kabut : uap air yang dikondensasikan menjadi partikel-partikel air halus
didekat permukaan tanah (pedut)
c. Embun beku : bentuk kabut yang membeku diatas permukaan tanah dan
vegetasi. Disebut juga embun beku putih atau embun beku saja.
d. Embun : air yang dikondensasikan sebagai air diatas permukaan tubuh yang
dingin teritama pada malam hari, embun ini menguap pada pagi hari.
e. Kondensasi pada es dalam tanah : kondensasi juga menghasilkan presipitasi
darir udara basah hangat yang mengalir diatas lembaran es dan pada iklim
sedang di dalam cm bagian atas tanah.
b. Keragaman-keragaman presipitasi
Ruang dan waktu merupakan dua dimensi yang lazim menjadi perhatian para ahli
hidrologidalam mengkaji presipitasi. Dalam menentukan jumlah rata-rata presipitasi
pada beberapa bagian permukaan bumi, maka faktor-faktor berikut ini, disamping
sirkulasi uap air, adalah penting dalam mengendalikan keragaman ruang presipitasi
(Eagleson, 1970) :
1. Garis lintang
2. Ketinggian tempat
3. Jarak dari sumber-sumber air
4. Posisi didalam dan ukuran massa tanah benua atau daratan
5. Arah angin yang umm (menuju atau menjauhi) terhadap sumber-sumber air
6. Hubungannya dengan deretan gunung
7. Suhu nisbi tanah dan samudra yang berbatasan
Keragaman waktu presipitasi dapat dipandang baik dalm hubungannya dengan
(I) rezim-rezim presipitasi (tahunan, ,usiman, atau jangka pendek) maupun dalam
hubungannnya denganj (2) peluang statistic (harga-harga yang ekstrim, frekuensi
presipitasi dll).
Untuk banyak tujuan, para ahli geologi membutuhkan enpat unsure ini untuk
mencirikan presipitasi yang jatuh pada suatu titik.
1. Intensitas = jumlah presipitasi yang jatuh pada saat tertentu ( mm/menit,
cm/jam, dll).
2. Lama huajn = periode presipitasi jatuh (menit, jam, dll)
3. Frekuensi = ini mengacu pada harapan bahwa suatu presipitasi tertentu akan
jatuh pada suatu saat tertentu.
4. Luas areal = luas areal dengan suatu curah hujan yang dapat dianggap sama.
E. Simpanan Air Tanah (soil water storage)
Dalam kaitannya dengan irigasi dan pengairan, kapasitas simpanan air tanah
(SWS) didefinisikan sebagai jumlah total air yang disimpan dalam tanah pada zone
perakaran tanaman. Tekstur dan struktur tanah, serta kedalaman perakaran tanaman
akan menentukan besarnya SWS ini. Semakin dalam perakaran tanaman, berarti
semakin banyak air yang dapat disimpan dalam tanah dan semakin besar pula cadangan
air tersedia bagi tanaman selama periode tidak ada penambahan air.
Dengan mengetahui kapasitas simpanan air tanah ini, memungkinkan kita
menentukan berapa banyak air yang harus ditambahkan pada suatu saat dan berapa lama
kita bisa menunggu sebelum menambahkan air. Penambahan air ke tanah melebihi
kapasitas simpanan airnya akan mengakibatkan kehilangan air perkolasi dan
epencucian unsur hara ke luar zone perakaran tanaman. Hanya sebagian saja dari total
air tanah yang mudah diserap oleh akar tanaman. Tanaman hanya dapat menyerap
sebagian dari air yang disimpan dalam tanah. Koefisien ketersediaan digunakan untuk
menghitung persentase air yang mudah tersedia bagi tanaman. Defisit maksimum lengas
tanah ( maximum soil water deficit (MSWD), sering disebut sebagai “the management
allowable deficit”, merupakan jumlah air yang disimpan dalam tanah yang mudah
tersedia bagi tanaman. Tanaman harus diberi tambahan air kalau sejumlah air tersebut
telah diambil dari tanah. Nilai ini juga merupakan nilai maksimum yang dapat diberikan
ke tanah pada suatu waktu tertentu. Mauskan air yang berlebihan akan mengakibatkan
terjadinya perkolasi dalam.
Bagaimana menentukan SWS dan Defisit maksimum lengas tanah (MSWD) :
Tahap 1. Menentukan kedalaman perakaran tanaman, RD (m).
Tahap 2. Menentukan kapasitas simpanan air tersedia, AWSC (mm/m), Table 2
Tahap 3. Menghitung total simpanan lengas tanah, SWS (mm)
SWS (mm) = RD (m) x AWSC (mm/m)
Tahap 4. Menentukan koefisien eketersediaan air bagi tanaman, AC (%), Table 3
Tahap 5. Menghitung Defisit maksimum lengas tanah, MSWD (mm)
MSWD = SWS (mm) x AC (%)
Tabel 1.1 Kapasitas simpanan air tersedia dari beberapa tipe tanah
Tekstur Available Water Storage Capacity (AWSC)
Tanah
(in. water / in. (in. water / ft. (mm water /
soil) soil) m soil)
KacangKapri 35
Kentang 35
Pohonbuah-buahan 40
Anggur 40
Tomat 40
Other crops 50
Pengetahuan mengenai simpanan air tersedia dalam tanah sangat penitng dalam
pengelolaan pertanian lahan kering. Kajian tentang simpanan air tanah, komponen-
komponen dari siklus air, sangat diperlukan dalam perhitungan neraca air lahan. Neraca air
lahan menyajikan informasi tentang masukan air (hujan dan irigasi), kehilangan air
(evapotranspirasi, run-off dan drainage), serta perubahan simpanan lengas tanah yang terjadi
selama periode waktu tertentu. Pengelolaan simpanan lengas tanah secara efisien dapat
dicapai dengan jalan memanipulasi neraca air lahan. Hal ini melibatkan pemantauan dan
pengendalian berbagai proses aliran lengas tanah, termasuk infiltrasi, redistribusi, drainage,
evaporasi dan penyerapan air oleh tanaman. Bahan organik tanah mempunyai peran penting
dalam mengendalikan semua pproses-proses fisika ini.
F. Limpasan (Runoff)
Limpasan terdiri dari surface/ overlandflow, subsurface runoff, dan baseflow. Pada
lahan terbuka runoff terjadi dalam bentuk limpasan permukaan apabila tanah telah jenuh air.
Limpasan permukaan merupakan hujan yang mengalir di atas permukaan tanah dan
mengalir ke tempat yang lebih rendah dan mengisi sungai karena gravitasi (Triatmodjo,
2010).
Ketidaktersediaan data limpasan permukaan dapat didekati dengan permodelan SCS-
CN (Soil Conservation Service-Curve Number) (Dinka, et.al., 2014). Metode SCS-CN
menurut Arsyad (2010) mengasumsikan hubungan antara limpasan permukaan dengan curah
hujan. Metode ini juga dapat didekati dengan metode infiltrasi untuk menentukan kelompok
tanah tanah. Hubungan laju infiltrasi dan kelompok tanah menurut Arsyad (2010) dapat
dilihat pada tabel laju infiltrasi berdasarkan kelompok tanah.
Laju Infiltrasi minimum
Kelompok Tanah
(mm/jam)
A 12-8
B 4-8
C 1-4
D 0-1
Sumber : Arsyad, 2010
Klasifikasi kelompok tanah menurut Arsyad (2010) dibagi berdasarkan sifat-sifat tanah
menjadi empat kategori, yaitu:
Kelompok A : pasir dalam, loess dalam, debu yang beragregat.
Kelompok B : loess dangkal, lempung berpasir.
Kelompok C : lempung berliat, lempung berpasir dangkal, tanah berkadar bahan organik
rendah, dam tanah dengan kandungan liat tinggi.
Kelompok D: tanah yang mengembang secara nyata jika basah, liat berat, plastis, tanah saline.
DAFTAR PUSTAKA