Anda di halaman 1dari 15

Nama : Dicky Herlambang

NIM : 114170073
Kelas B

TUGAS HIDROLOGI

A. Definisi Neraca Air


Neraca air (water balance) merupakan neraca masukan dan keluaran air disuatu
tempat pada periode tertentu, sehingga dapat digunakan untuk mengetahui jumlah air
tersebut kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit). Kegunaan mengetahui kondisi
air pada surplus dan defisit dapat mengantisipasi bencana yang kemungkinan terjadi, serta
dapat pula untuk mendayagunakan air sebaik-baiknya. Neraca air dapat dinyatakan dalam
interval waktu singkat atau untuk durasi panjang, untuk suatu DAS atau badan air seperti
waduk atau danau. Secara umum persamaan neraca air dapat ditulis dalam bentuk :
∆𝑆
P + Qi + Gi – E – T – Q0 – G0 - ∆𝑡 = 0

Dengan :
P : presipitasi
Qi Q0 : debit aliran masuk dan keluar
Gi G0 : aliran air tanah masuk dan keluar
E : evaporasi
T : evapotranspirasi
∆S : perubahan volume tampungan untuk selang waktu ∆t.

Manfaat secara umum yang dapat diperoleh dari analisis neraca air antara lain:
1. Digunakan sebagai dasar pembuatan bangunan penyimpanan dan pembagi air serta
saluran-salurannya. Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak
bulan-bulan yang defisit air.
2. Sebagai dasar pembuatan saluran drainase dan teknik pengendalian banjir. Hal ini
terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan yang surplus air.
3. Sebagai dasar pemanfaatan air alam untuk berbagai keperluan pertanian seperti
sawah, perkebunan, dan perikanan.
B. Perhitungan Neraca Air
Metode Thornthwaite Mather dapat digunakan untuk mengetahui kondisi air
secara kuantitas pada tiap bulannya dalam satu tahun, demikian juga runoff bulanannya.
Perhitungan menggunakan metode Thornthwaite Mather mempertimbangkan suhu udara,
indeks panas bulanan, Water Holding Capacity dan faktor koreksi lama penyinaran
matahari berdasarkan kondisi lintang. Untuk menghitung neraca air, maka langkah
pertama adalah menghitung kebutuhan air.
 Kebutuhan air domestik dapat dijelaskan dengan rumus sebagai berikut :
𝑞 (𝑢) 𝑞(𝑟)
Q(D) = 365 x {1000 𝑥 𝑃(𝑢) + 𝑥 𝑃(𝑟)}
1000

Keterangan:
Q(D) = kebutuhan air domestik
q(u) = kebutuhan air penduduk kota (170 L/orang/hari)
q (r) = kebutuhan air penduduk desa (100L/orang/hari)
P (u) = jumlah penduduk kota
P (r) = jumlah penduduk desa
 Kebutuhan air ternak, perhitungan kebutuhan air untuk ternak dapat diperoleh
sebagai berikut :
Q(T) = 365 x {q (c/b.P(c/b) + q (s/g). P (s/g) + q (pi). P (pi) + q (po). P (po}
Keterangan:
Q(D) = kebutuhan air untuk ternak
q(c/b) = kebutuhan air untuk sapi dan kerbau
q(s/g) = kebutuhan air untuk domba/kambing
q(pi) = kebutuhan air untuk babi
q(po) = kebutuhan air untuk unggas
P = jumlah masing-masing ternak
Diasumsikan untuk sapi dan kerbau ditentukan sebesar 40 liter/ekor/hari,
domba/kambing 3 liter/ekor/hari, babi 6 liter/ekor/hari, sedangkan unggas sebesar
0,6 liter/ekor/hari (Triatmodjo, 2009 dengan modifikasi).
 Kebutuhan air untuk perikanan menggunakan rumus berikut:
𝑞 (𝑓𝑝)
Q (P) = 365 x x A (fp) x 10000
1000
Keterangan:
Q(P) = kebutuhan air untuk perikanan
q(fp) = kebutuhan air untuk penggantian air
A(fp) = luas kolam

Menurut hasil studi FIDP (The Study for Formulation of Irrigation Development Program
in The Republic Indonesia) yang tercantum dalam Technical Report National Water
Policy tahun 1992, penggantian air kolam adalah sebesar 7 mm/hari/ha.
 Kebutuhan air industri dan pemeliharaan sungai
Kebutuhan air untuk industri dapat dihitung berdasarkan kebutuhan air rata-rata
yaitu 2000 liter/unit/hari atau 500 liter/hari/karyawan. Perkiraan kebutuhan air
untuk pemeliharaan sungai dihitung berdasarkan perkalian antara jumlah
penduduk perkotaan dengan kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai, yaitu 360
liter/kapita/hari (FIDP, 1993).
𝑞 (𝑓)
Q (S) = 365 x 1000 x Pn

Keterangan:
Q(S) = kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai
Q(f ) = kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai per kapita
P(n) = jumlah penduduk kota

 Kebutuhan air irigasi


Kebutuhan air irigasi sebagian besar dicukupi dari air permukaan. Kebutuhan air
irigasi dipengaruhi berbagai faktor seperti klimatologi, kondisi tanah, pola tanam,
pasokan air yang diberikan, luas daerah irigasi, efisiensi irigasi, penggunaan
kembali air drainase untuk irigasi, sistem golongan, jadwal tanam dan lain-lain.
Kebutuhan air irigasi dihitung dengan tahapan sebagai berikut:
a. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan:
𝑀.𝑒 𝑘
I = 𝑒 𝑘− 1 (mm/hari)
𝑀 .𝑇
k= 𝑆
Keterangan:
I = kebutuhan air untuk penyiapan lahan
M = evaporasi (Eo) dan perkolasi (mm/hari)
T = waktu penyiapan lahan (hari)
S = adalah tebal penggenangan yang diiinginkan (mm)
b. Consumtive use (Crop Water Requirement)
Consumtive use adalah kebutuhan air tanaman, oleh karena itu sering
disebut pula CWR atau Crop Water Requirement. Consumtive use dapat
diartikan sebagai tebal air yang diperlukan tiap tanaman untuk
menggantikan air yang hilang akibat evapotranspirasi. Besar kecilnya
consumtive use dipengaruhi oleh cuaca (suhu, radiasi, angin dan
kelembapan), karakteristik tanaman, kondisi lokasi serta praktek
pertanian. Perhitungan CWR hanya dapat dilakukan pada tanaman
sejenis dan kedalaman airtanah tidak mempengaruhi kelembapan akar.
CU = Kc . Eo
Keterangan:
Kc = koefi sien tanaman yang tergantung dari tipe tanaman
dan tingkat pertumbuhannya
Eo = evaporasi, dengan albedo 0,25 untuk penutup lahan yang
berupa tanaman
c. Farm Water Requirement (FWR)
FWR adalah banyaknya kebutuhan air tanaman untuk satu petak sawah.
FWR = (Cu + Inf ) – Peff
Keterangan:
Peff = hujan efektif
Cu = kebutuhan air tiap tanaman dan Inf adalah infi ltrasi/
Perkolasi
Selama penyiapan lahan Peff diasumsikan 70% dari hujan, selama
penanaman 40% dari hujan dan setelah penanaman 60% dari hujan
d. Project Water Requirement (PWR)
𝐹𝑊𝑅
PWR = xA
𝐸𝑓
Keterangan:
PWR = kebutuhan air seluruh areal irigasi
FWR = kebutuhan air satu petak sawah
Ef = efi siensi irigasi
Efisiensi irigasi merupakan perbandingan antara jumlah air yang masuk
di petak sawah dari saluran dengan jumlah air yang masuk ke areal irigasi di
tempat pengambilan atau intake. Adanya kehilangan air di saluran
dipengaruhi oleh tipe saluran, jenis tanah, jenis sawah, evaporasi dan campur
tangan manusia.
Standar kebutuhan air rata-rata 1 liter/det/ha. Apabila kebutuhan air
diperhitungkan selama 1 tahun, pengaruh lama tanaman dan prosentase (%)
intensitas tanaman juga harus diperhitungkan. Persamaan yang digunakan :
A=LxItxa
Keterangan :
A = penggunaan air untuk pengairan
L = luas daerah pertanian
It = intensitas tanaman dalam persen (%) musim/tahun
a = standard penggunaan air.
Penasfsiran kuantitatif dari daur hidrologi juga dicapai dengan suatu persamaan
umum yang disebut persamaan neraca air. Ini merupakan persamaan yang
menggambarkan prinsip bahwa selama selang waktu tertentu, masukan air total pada
suatu ruang tertentu harus sama dengan keluaran total ditambah perubahan bersih dalam
cadangan.
1. Neraca air suatu danau atau reservoir
Perolehan = kehilangan
Q1 + Qg + P + S = Qo + SQ + Eo
Dimana :
Q1 = masukan air Qo = keluaran air
Qg = debit ait tanah SQ = perembesan
P = presipitas Eo = evap[orasi air permukaan bebas
∆S = perubahan dalam cadangan
2. Neraca air suatu kolom tanah
Qsi + Qi + C + P + ∆S = Q30 + Qo + FR + E
Dimana : Qsi = masukan air limpasan permukaan
Qi = masukan air dibawah permukaan tanah
C = air kapiler
P = presipitasi
∆S = perubahan pada lengan tanah
Q30 = keluaran air limpasan permukaan
Qo keluaran air dibawah permukaan tanah
FR = perkolasi
E = evaporasi tanah
3. Neraca air suatu akifer
Batas-batas ruang untuk penerapan persamaan neraca air bergantung pada
maksud pengkajian. Misalnya :
ABGH : untuk insinyur banjir
ACFH : untuk insinyur pertanian
CDEF : untuk insinyur air tanah
ADEH : untuk insinyur sumber daya air
Batas-batas ruang untuk penerapan persamaan neraca air bergantung pada
maksud pengkajian. Misalnya :
ABGH : untuk insinyur banjir
ACFH : untuk insinyur pertanian
CDEF : untuk insinyur air tanah
ADEH : untuk insinyur sumber daya air
4. Daur agrohidrologi
Untuk permukaan-permukaan pertanian di negeri Belanda. Molen (1974)
memberikan daur agrohidrologi tahunan rata-rata sebagai (semuanya dalam
mm/satuan tahun) :
P = presipitasi = 750
E = evaporasi = 150
I = infiltrasi = 750-150= 600
FR = perkolasi = 300
C = kenaikan kapiler = 50
∆Sm = cadangan sebagai lengas tanah = I - FR + C = 350
T = transpirasi = 350
Qg = debit air tanah kelaut = FR – C = 250
Dengan demikian, dari presipitasi sebesar 750 mm/tahun yang jatuh, 500 mm/tahun
(Ea = E + T) hilang sebagai evapotranspirasi dan 250 mm/tahun hilang melalui air tanah
menuju ke laut. Limpasan permukaan (Qs) adalah hamper nol.
5. Daerah aliran drainase
Dengan menganggap daerah aliran drainase yang tidak menerima atau kehilangan
air ke dalam aliran di sekitarnya, kecuali dari pintu utamanya (outlet), maka :
P = Ea + Q + ∆𝑠
Dimana :
P = presipitasi ∆𝑠 = cadangan permukaan dan bawah
Ea = evapotranspirasi permukaan
Q = debit
6. Neraca air dunia
Agihan bumi yang didasari perhitungan Soviet yang baru. Jumlah total air dibumi
diperkirakan 1.386 juta km3. 96,5% air ini terkandung disamudra. Volume total air
tawar (permukaan dan bawah permukaan) yang tertinggal bagi manusia adalah 35 juta
km3 yang merupakan 2.5% dari jumlah air total di bumi. Sedangkan 1,4% air tawar ini
disimpan sebagai beku es dan salju dalam bentuk kantong es dan dengan demikian
tidak secara langsung tersedia.
Harus diingat bahwa agihan ini didasarkan pada suatu perhitungan Budyko yang
baru (1962) (Eagleson, 1970) dan berbeda nyata dari perhitungan yang lama (Volker,
1968). Persamaan neraca air untuk permukaan lahan (seluas 136 x 106 km2 – 30% luas
permukaan bumi) akan menjadi :
PL = EL + QL → 72 = 41 + 31
Diman :
PL = presipitasi pada luasan lahan (cm/tahun)
EL = evapotranspirasi dari luasan lahan (cm/tahun)
Q = limpasan ke laut dan samudra (cm/tahun)
Persamaan neraca untuk samudra (yang memiliki luas permukaan sebesar 374 x
106 km2, 70% dari luasan permukaan bumi) akan menjadi:
PS + QS = ES → 112 + 13 = 125
Dimana :
PS = presipitasi pada lautan dan samudra (cm/tahun)
ES = evaporasi dari lautan dan samudra (cm/tahun)
QS = limpasan yang berasal dari luasan lahan (cm/tahun)
C. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah gabungan dari evaporasi dan transpirasi sama dengan
kebutuhan air konsumtif yang didefinisikan sebagai penguapan total dari lahan dan air
yang diperlukan oleh tanaman. Dalam prakteknya, hitungan evaporasi dan transpirasi
dilakukan secara bersama-sama. Dalam hodrologi dan evapotranspirasi ini adalah sangat
penting. Banyak metode telah dikembangkan untuk memperkirakan besarnya
evapotranspirasi, yang dibedakan dalam tiga kategori yaitu 1) metode neraca air, 2)
metode imbangan energy, 3) metode transfer massa, 4) kombinasi metode transfer dan
panas, 5) metode prediksi, 6) metode untuk tanaman spesifik. Pengukuran
evapotranspirasi dapat dilakukan dengan cara Evapotranspirometer dan Lisimeter.
Penggunaan rumus-rumus dalam melakukan perhitungan evapotranspirasi
disesuaikan dengan kondisi daerah yang ditinjau. Salah satunya adalah rumus yang
diusulkan oleh Thornthwaite yang berlaku untuk daerah basah. Evapotranspirasi potensial
dipengaruhi oleh temperature dan lama penyinaran matahari. Untuk 30 hari dalam satu
bulam dan penyinaran matahari 12 jam per hari, persamaan tersebut mempunyai bentuk :
10.𝑇𝑚 𝑎
ETbulan = 1,62 ( )
𝐼

Dengan :
a = 675 x 10-9 – 771 x 10-7I2 + 179 x 10-4I + 492 x 10-3
𝑇𝑚 1,514
I = ∑12
𝑚=𝐼 ( )
5

Dengan :
ETbulan = evapotranspirasi potensial bulanan (cm)
Tm = temperature bulanan rerata (oC)
I = indeks panas tahunan
D. Presipitasi
Presipitasi, bagaimana terjadinya, biasanya dinyatakan kedalam cairan yang
berakumulasi diatas permukaan bumi bila seandainya tidak terdapat kehilangan. Semua
air yang bergerak didalam bagian lahan dari daur hidrologi secara langsung berasal dari
presipitasi. Sebaliknya, sebagaimana dijelaskan dalam daur hidrologi, sumber hampir dari
semua presipitasi adalah laut. Udara yang diserap oleh air membawa air yang diuapkan
dari samudra dan bergerak hingga air tersebut mendingin sampai dibawah titik embun
dan mepresipitasikan uap air sebagai hujan maupun bentuk presipitasi lain.
a. Tipe-tipe presipitasi
Tipe-tipe presipitasi dalam ditentukan berdasarkan dua sudut pandangan yang
berlainan. Suatu klasifikasi dapat dilakukan bais atas dasar genesis (asal mulanya)
maupun atas dasar bentuk presipitasinya.
1. Klasifikasi genetik
Klasifikasi ini didasarkan atas timbulnya presipitasi. Agar terjadi presipitasi,
terdapat tiga faktor utama yang penting : suatu tubuh udara yang lembab, inti
kondensasi (partikel debu, Kristal garam, dll) dan suatu sarana untuk menaikan
udara yang lembab, sehingga kondensasi dapat berlangsung sebagai akibat udara
yang mendinginksn. Pengangkatan keatas dapat berlangsung dengan cara-cara
pendinginan sinklonik, orografik, maupun koncektif.
2. Klasifikasi bentuk
Suatu perbedaan yang sederhana tetapi mendasar dapat diadakan antara
presipitasi vertical dan horizontal. Presipitasi vertical jatuh di atas permukaan
bumi dan diukur oleh penakan hujan. Presipitasi horizontal dibentuk diatas
permukaan bumi dan tidak diukur oleh penakar hujan.
Presipitasi vertical :
a. Hujan : air yang jatuh dalam bentuk tetesan yang dikondensasikan dari uap
air di atmosfer
b. Hujan gerimis : hujan dengan tetesan yang sangat kecil
c. Salju : Kristal-kristal kecil air yang membeku yang secara langsung dibentuk
dari uap air di udara bila suhunya pada saat kondensasi kurang dari 0oC.
d. Hujan batu s : gumpalan es yang kecil, kebulat-bulatan yang dipresipitasikan
selama huajn badai.
e. Sleet : campuran hujan dan salju. Hujan ini disebut juga glaze (salju basah)
Presipitasi horizontal :
a. Es : salju yang sangat dipadatkan
b. Kabut : uap air yang dikondensasikan menjadi partikel-partikel air halus
didekat permukaan tanah (pedut)
c. Embun beku : bentuk kabut yang membeku diatas permukaan tanah dan
vegetasi. Disebut juga embun beku putih atau embun beku saja.
d. Embun : air yang dikondensasikan sebagai air diatas permukaan tubuh yang
dingin teritama pada malam hari, embun ini menguap pada pagi hari.
e. Kondensasi pada es dalam tanah : kondensasi juga menghasilkan presipitasi
darir udara basah hangat yang mengalir diatas lembaran es dan pada iklim
sedang di dalam cm bagian atas tanah.
b. Keragaman-keragaman presipitasi
Ruang dan waktu merupakan dua dimensi yang lazim menjadi perhatian para ahli
hidrologidalam mengkaji presipitasi. Dalam menentukan jumlah rata-rata presipitasi
pada beberapa bagian permukaan bumi, maka faktor-faktor berikut ini, disamping
sirkulasi uap air, adalah penting dalam mengendalikan keragaman ruang presipitasi
(Eagleson, 1970) :
1. Garis lintang
2. Ketinggian tempat
3. Jarak dari sumber-sumber air
4. Posisi didalam dan ukuran massa tanah benua atau daratan
5. Arah angin yang umm (menuju atau menjauhi) terhadap sumber-sumber air
6. Hubungannya dengan deretan gunung
7. Suhu nisbi tanah dan samudra yang berbatasan
Keragaman waktu presipitasi dapat dipandang baik dalm hubungannya dengan
(I) rezim-rezim presipitasi (tahunan, ,usiman, atau jangka pendek) maupun dalam
hubungannnya denganj (2) peluang statistic (harga-harga yang ekstrim, frekuensi
presipitasi dll).
Untuk banyak tujuan, para ahli geologi membutuhkan enpat unsure ini untuk
mencirikan presipitasi yang jatuh pada suatu titik.
1. Intensitas = jumlah presipitasi yang jatuh pada saat tertentu ( mm/menit,
cm/jam, dll).
2. Lama huajn = periode presipitasi jatuh (menit, jam, dll)
3. Frekuensi = ini mengacu pada harapan bahwa suatu presipitasi tertentu akan
jatuh pada suatu saat tertentu.
4. Luas areal = luas areal dengan suatu curah hujan yang dapat dianggap sama.
E. Simpanan Air Tanah (soil water storage)
Dalam kaitannya dengan irigasi dan pengairan, kapasitas simpanan air tanah
(SWS) didefinisikan sebagai jumlah total air yang disimpan dalam tanah pada zone
perakaran tanaman. Tekstur dan struktur tanah, serta kedalaman perakaran tanaman
akan menentukan besarnya SWS ini. Semakin dalam perakaran tanaman, berarti
semakin banyak air yang dapat disimpan dalam tanah dan semakin besar pula cadangan
air tersedia bagi tanaman selama periode tidak ada penambahan air.
Dengan mengetahui kapasitas simpanan air tanah ini, memungkinkan kita
menentukan berapa banyak air yang harus ditambahkan pada suatu saat dan berapa lama
kita bisa menunggu sebelum menambahkan air. Penambahan air ke tanah melebihi
kapasitas simpanan airnya akan mengakibatkan kehilangan air perkolasi dan
epencucian unsur hara ke luar zone perakaran tanaman. Hanya sebagian saja dari total
air tanah yang mudah diserap oleh akar tanaman. Tanaman hanya dapat menyerap
sebagian dari air yang disimpan dalam tanah. Koefisien ketersediaan digunakan untuk
menghitung persentase air yang mudah tersedia bagi tanaman. Defisit maksimum lengas
tanah ( maximum soil water deficit (MSWD), sering disebut sebagai “the management
allowable deficit”, merupakan jumlah air yang disimpan dalam tanah yang mudah
tersedia bagi tanaman. Tanaman harus diberi tambahan air kalau sejumlah air tersebut
telah diambil dari tanah. Nilai ini juga merupakan nilai maksimum yang dapat diberikan
ke tanah pada suatu waktu tertentu. Mauskan air yang berlebihan akan mengakibatkan
terjadinya perkolasi dalam.
Bagaimana menentukan SWS dan Defisit maksimum lengas tanah (MSWD) :
Tahap 1. Menentukan kedalaman perakaran tanaman, RD (m).
Tahap 2. Menentukan kapasitas simpanan air tersedia, AWSC (mm/m), Table 2
Tahap 3. Menghitung total simpanan lengas tanah, SWS (mm)
SWS (mm) = RD (m) x AWSC (mm/m)
Tahap 4. Menentukan koefisien eketersediaan air bagi tanaman, AC (%), Table 3
Tahap 5. Menghitung Defisit maksimum lengas tanah, MSWD (mm)
MSWD = SWS (mm) x AC (%)

Tabel 1.1 Kapasitas simpanan air tersedia dari beberapa tipe tanah
Tekstur Available Water Storage Capacity (AWSC)
Tanah
(in. water / in. (in. water / ft. (mm water /
soil) soil) m soil)

Clay = Liat 0.21 2.5 200

Clay Loam 0.21 2.5 200

Silt loam 0.21 2.5 208

Clay loam 0.20 2.4 200

Loam 0.18 2.1 175

Fine sandy 0.14 1.7 142


loam
Sandy loam 0.12 1.5 125

Loamy sand 0.10 1.2 100

Sand 0.08 1.0 83


Tabel 1.2 Koefisien ketersediaan air tanah
Tanaman Maximum
Percent (%)

KacangKapri 35

Kentang 35

Pohonbuah-buahan 40

Anggur 40

Tomat 40

Other crops 50

Pengetahuan mengenai simpanan air tersedia dalam tanah sangat penitng dalam
pengelolaan pertanian lahan kering. Kajian tentang simpanan air tanah, komponen-
komponen dari siklus air, sangat diperlukan dalam perhitungan neraca air lahan. Neraca air
lahan menyajikan informasi tentang masukan air (hujan dan irigasi), kehilangan air
(evapotranspirasi, run-off dan drainage), serta perubahan simpanan lengas tanah yang terjadi
selama periode waktu tertentu. Pengelolaan simpanan lengas tanah secara efisien dapat
dicapai dengan jalan memanipulasi neraca air lahan. Hal ini melibatkan pemantauan dan
pengendalian berbagai proses aliran lengas tanah, termasuk infiltrasi, redistribusi, drainage,
evaporasi dan penyerapan air oleh tanaman. Bahan organik tanah mempunyai peran penting
dalam mengendalikan semua pproses-proses fisika ini.
F. Limpasan (Runoff)
Limpasan terdiri dari surface/ overlandflow, subsurface runoff, dan baseflow. Pada
lahan terbuka runoff terjadi dalam bentuk limpasan permukaan apabila tanah telah jenuh air.
Limpasan permukaan merupakan hujan yang mengalir di atas permukaan tanah dan
mengalir ke tempat yang lebih rendah dan mengisi sungai karena gravitasi (Triatmodjo,
2010).
Ketidaktersediaan data limpasan permukaan dapat didekati dengan permodelan SCS-
CN (Soil Conservation Service-Curve Number) (Dinka, et.al., 2014). Metode SCS-CN
menurut Arsyad (2010) mengasumsikan hubungan antara limpasan permukaan dengan curah
hujan. Metode ini juga dapat didekati dengan metode infiltrasi untuk menentukan kelompok
tanah tanah. Hubungan laju infiltrasi dan kelompok tanah menurut Arsyad (2010) dapat
dilihat pada tabel laju infiltrasi berdasarkan kelompok tanah.
Laju Infiltrasi minimum
Kelompok Tanah
(mm/jam)
A 12-8
B 4-8
C 1-4
D 0-1
Sumber : Arsyad, 2010
Klasifikasi kelompok tanah menurut Arsyad (2010) dibagi berdasarkan sifat-sifat tanah
menjadi empat kategori, yaitu:
Kelompok A : pasir dalam, loess dalam, debu yang beragregat.
Kelompok B : loess dangkal, lempung berpasir.
Kelompok C : lempung berliat, lempung berpasir dangkal, tanah berkadar bahan organik
rendah, dam tanah dengan kandungan liat tinggi.
Kelompok D: tanah yang mengembang secara nyata jika basah, liat berat, plastis, tanah saline.
DAFTAR PUSTAKA

Subagyo, sentot. 1990. Dasar-dasar Hidrologi. Yogyakarta. UGM


Triatmodjo, Bambang.2010.Hidraulika Terapan.Yogyakarta:Gama Press
http://e-book.com/analisis-neraca-air-pdf-download/

Anda mungkin juga menyukai