Lampiran ................................................................................................................ 75
BAB I PENDAHULUAN
1
1.2. Objek Perencanaan Perpipaan
2
proses penyediaan material akan berjalan lebih mudah. Saat material sudah
tersedia akan segera dilakukan proses perakitan dan pendirian sistem unit
hydration yang sudah dirancang. Sebelum proses commissioning
dilaksanakan tahap terakhir yang harus dilakukan adalah inspeksi dan uji
coba untuk mengetahui sistem unit hydration tersebut sudah berjalan
dengan baik.
3
BAB II PROCESS FLOW DIAGRAM
4
2.2. Uraian Gambar Process Flow Diagram
Unit Hydration merupakan salah satu unit sistem yang ada di Product
Plant. Hydration adalah salah satu proses dalam industri petrokimia yang berfungsi
sebagai mempercepat kristaliasasi hemihydrate menjadi dihidrat pada suhu 60-
70oC. Untuk menghasilkan produk asam fosfat dengan kualitas yang baik .
Unit Hydration berawal dari produk yang berasal dari hemihydrate dari Fil-
2321 berupa cake. Kemudian cake yag berupa slurry ini dilarutkan dan bereaksi
menjadi dehydrate di dalam R-2401 A, setelah itu di dalam tank Hydration di
kristalkan menjadi dehydrates. Dalam tank Hydration bahan belum terdekomposisi
secara karena kadar Sulphuric acid yang tinggi sehingga tercapai recovery P205
yang tinggi, dengan penambahan asam sulfat menimbulkan panas sehingga slurry
perlu didingankan dengan menggunakan vacuum cooler D-2411. Setelah
didinginkan partikel gas di pisahkan menggunakan cyclone separator F-2461,
sebelum masuk kepada tangki TK-2334 return acid tank melewati seal pot yang
bertujuan untuk meredam tekanan sebelum menuju ke return acid tank.
5
BAB III PIPING & INSTRUMENT DIAGRAM
6
instrument,dan Saluran pipa diidentifikasikan dengan kode. Kode-kode
tersebut berdasarkan ukuran, jenis cairan yang dialirkan, jenis sambungan
pipa (Seperti dengan menggunakan Bolt atau Flang) dan keadaan status
Valve (Norrmally Close atau Normally open).
Unit Hydration merupakan salah satu unit sistem yang ada di Product
Plant. Hydration adalah salah satu proses dalam industri petrokimia yang berfungsi
sebagai mempercepat kristaliasasi hemihydrate menjadi dihidrat pada suhu 60-
70oC. Untuk menghasilkan produk asam fosfat dengan kualitas yang baik .
Fungsi line number itu sendiri digunakan untuk mengetahui secara umum
identitas dari pipa seperti diameter, jenis fluida yang mengalir didalamnya, .
Keterangan lain yang didapat dalam line number yaitu menentukan posisi atau
nomor dari jalur pipa tersebut dan juga dapat digunakan untuk mengetahui posisi
dari suatu instrumen yang terpasang dalam line number tersebut. Untuk penulisan
line number dapat dilihat pada gambar 3.1. Daftar line number pada sistem
Filtration dapat dilihat pada Tabel 3.1.
01 – 8 – A312 – 450 - PE
Keterangan :
01 = System number
8 = Line number
A312 = Material spesification
450 = Line size (DN)
PE = Insulation
7
Tabel 3. 1 Line Number setiap jalur
Pada sistem Hydration Product Plan memiliki beberapa simbol pada setiap
line number. Beberapa simbol yang berhubungan dengan sistem perpipaan yang
tertera pada P&ID dapat dilihat pada Tabel 3.2.
5 Butterfly Valve
6 Ball Valve
7 I Flange
8
Gambar 3. 2 Piping & Instrument Diagram dari Unit Hydration
9
BAB IV STANDARD DAN CODE SISTEM PERPIPAAN
10
o EN 13480-6 Metallic industrial piping – Part 6: Additional
requirements for buried piping
o PD TR 13480-7 Metallic industrial piping – Part 7: Guidance on
the use of conformity assessment procedures
o EN 13480-8 Metallic industrial piping – Part 8: Additional
requirements for aluminium and aluminium alloy piping
• EN 1993-4-3 Eurocode 3 — Design of steel structures – Part 4-3:
Pipelines
• AWS – American Welding Society
• AWWA – American Water Works Association
• MSS – Manufacturers’ Standardization Society
• ANSI – American National Standards Institute
o ANSI B 36.10 – piping dimension for all pipes
o ANSI B36.19 – piping dimension for SS ad aluminium alloy pipe
• NFPA – National Fire Protection Association
• EJMA – Expansion Joint Manufacturers Association
• SNI – Standard Nasional Indonesia
o SNI 8153:2015 – Tentang Sistem Plambing Pada Bangunan
Gedung
• AS/NZS – Australian Standard/New Zealand Standard
o AS/NZS3500 National Plumbing and Drainage
o AS2200 Design Charts For Water Supply and Sewerage
o
11
2. Valve
• API 598 for valve inspection and test
• API 604 for flange end ductile iron valve
• API 609 for butterfly valve
3. Penyangga Pipa
• ASME B16.5
• MSS SP-69
4. Gasket
• ASME B16.20 Ring-Joint Gaskets and Grooves for Steel Pipe
Flanges (Metalic Gasket)
• ASME B16.21 Non-Mectalic Gasket for Pipe Flange.
• ASME B16.5
12
BAB V FITTING AND SUPPORT
5.1.1 Fitting
Fitting adalah salah satu komponen pemipaan yang memiliki
fungsi untuk merubah aliran, menyebarkan aliran, membesarkan atau
mengecilkan aliran. Fitting merupakan salah satu pemain utama dalam
pemipaan, karna kita akan selalu menggunakan komponen ini. Fitting
bukanlah nama untuk individu, melainkan nama yang digunakan untuk
pengelompokan. Karena didalam fiiting sendiri terdapat berbagai macam
komponen lain pemipaan, yang anda harus memahami satu persatu
fungsi dan kegunaaannya. Adapun jennies dari fitting antara lain adalah,
1. Fitting Elbow
Elbow merupakan komponen utama pemipaan yang
berfungsi untuk membelokkan arah aliran fluida. Elbow terdiri dari
dua jenis yang paling umum yaitu 45 dan 90 derajat. Untuk
memperoleh sudut diselain sudut diatas, terkadang elbow tersebut
dipotong atau bisa juga dengan menggunakan dua elbow yang
disatukan untuk memperoleh sudut tertentu.
Dipasaran elbow dibagi menjadi dua tipe, tipe sort radiux dan
long radius. Numun umumnya digunakan long radius, yang memiliki
diameter belokan 1.5 kali NPS (nominal pipe size). Ada pula yang
sampai dengan 3D atau bahkan 6D, yang biasa digunakan untuk flare.
13
Gambar 5.1 Fitting Elbow
2. Fitting Tee
Tee dalam fitting bertugas untuk membagi aliran, adalah
koneksi fitting yang memiliki cabang. Biasanya cabangnya ini
ukurannya dengan straight tee. Sedangkan kalua berbeda, kita
menyebutnya dengan reducer tee. Tee yang tidak tegak lurus, ia
membentuk sudut 45 derajat. Kita mengenalnya dengan literal Tee,
yang penggunaannya untul pressure yang rendah.
14
3. Fitting Reducer
4. Stub-in
Stub-in, adalah jenis fitting yang fungsinya mirip dengan tee,
yaitu membagi aliran. Bedanya dengan tee, kalua stub ini
percabangan langsung dari pipa utamanya yang berfungsi
memnggantikan reducing tee.
5.1.2 Support
Support adalah alat yang digunakan untuk menahan atau
menyangga suatu system perpipaan. Support dirancang untuk dapat
menahan berbagai macam bentuk pembebanan yang mungkin terjadi
pada berbagai macam kondisi. Ada dua jenis penyangga pipa berdasrkan
pembebananya, yaitu pembebanan statis dan pembebanan dinamis
(Smith dan Van Laaan, 1987). Penyangga harus dapat menahan
keseluruhan berat suatu system perpipaan, termasuk didalamnya berat
pip, insulasi, fluida yang terkandung, komponen, dan penyangga itu
sendiri.
16
a. Berat Pipa
Berat yang harus diperhitungkan mencangkup berat pipa serta
perlengkapannya missal katup, bahan insulasi, serta berta isi pipa
tersebut.
b. Jenis Pipa
Jarak antara penggantung atau penumpu bergantung pada jenis
bahan pipa disamping ukuran pipa, karena adanya perbedaan
kelenturan.
c. Mencegah Perambatan Getaran
Pipa yang berhubungan dengan mesin dan peralatan yang
bergerak atau berputar dapat meneruskan getaran mesin tersebut
kedalam ruangan lainnya, baik melalui pipa atau melalaui kontruksi
gedung sihingga dapat menimbulkan kebisingan dan resonansi.
d. Ekspansi Pipa
Penggantung atau pennumpu pipa harus mampu menampung
adanya perubahan temperature pipa.
e. Jarak antara Pipa
Jarak antara pipa dengan pipa dan antara pipa dengan dinding
atau permukaan lainnya harus mencangkup lebar, jarak tersebut
memungkinkan untuk penggunan alat-alat, pemasangan isolasi atau
penutup pipa, pengecatan, dan pekerjaan perawatan dan perbaikan
disekitar pipa.
17
5.2 Fitting dan Support dalam obyek Perancangan
5.2.1 Fitting
5.2.2 Flange
Flange adalah sambungan baut diman dua buah pipa, equipment,
fitting atau valve dapat dihungkan Bersama-sama. Mereka tersedia dalam
berbagai bentuk, tekanan, rating dan ukuran untuk memmenuhi
persyaratan desain.
18
Gambar 5.6 Contoh Flange
5.2.3 Support
Support pipa dipilih dalam perancangan system perpipaan untuk
depentanizer system ini adalah tipe clamped stanchion support (support
pipa dengan U-Bolt). clamped stanchion support merupaka pondasi pipa
yang berfungsi menahan pipa dari pergerakan arah lateral dan vertical.
Support ini juga untuk penunjang leksibilitas pipa karena tidak menahan
gerakan pipa arah longitudinal. Support ini digunakan untuk jalur pipa
yang bertemperatur <399 0C.
19
BAB VI EQUIPMENT and INSTRUMENT
Equipment List
No Code Information Qty
1 A-2021 Tank Sulfuric Acid 1
2 01-R-2401A Tank Hidration A 1
3 01-R-2401B Tank Hidration B 1
4 01-D-2411 Vacuum Cooler 1
5 01-F-2461 Cyclone Separator 1
6 01-D-2461 Seal Pot 1
7 01-TK-2434 Tank Return Acid 1
8 01-P-2403 Sentrifugal Pump 4
Kegunaan dari tank sulfuric acid adalah untuk menyimpan asam sulfat
yang akan di distribusikan sebagai bahan pencampuran pembuatan P205 , sebagai
hasil terakhir dari pembuatan asam phospat.
20
6.3 01-R-2401A (Tank Hidration)
21
6.5 01-D-2411 (Vacuum Cooler)
Fungsi utama vacuum cooler adalah mendinginkan suhu partikel yang setelah
melewati proses hidration A dan partikel yang telah diturunkan suhunya di
kembalikan kepada tangki hidration A agar di proses kembali.
Fungsi utama cyclone adalah sebagai sparator yang memisahkan antara debu
dan udara. Dengan penggunaan teori perbedaan berat jenis suatu partikel diudara
debu dan udara bersih dapat dipisahkan.
23
7.2 Prosedur Plot Plan
24
9. Tambahkan platform, tangga, keranda, guide support, anchor, dan
hanger jika dibutuhkan.
10. Pastikan komponen sesuai dengan nomor line, kode, spesifikasi.
11. Penentuan dimensi untuk pipa.
12. Pemberian label atau nama pada equipment, support, untuk kebutuhan
pekerjaan.
13. Cocokan dan review plot plan dengan client. Plot plant memiliki
standard yang digunakan sebagai batasan keamanan dalam suatu piping
system. Standard yang digunakan yaitu mengacu kepada GAPS
Guideline, dimana dalam GAPS Guidelines dijelaskan jarak ataupun letak
antar equipment sebagai syarat suatu keamanan agar tidak terjadi suatu
masalah.
Gambar isometri pada Unit filtrasi dipisah berdasarkan line number pipa.
Dalam gambar isometri terdapat koordinat dari inlet maupun outlet dari setiap
27
equipment. Pada gambar isometri menginformasikan mengenai panjang dari pipa
dan peletakan equipment serta peletakan instrument perpipaan. Gambar isometri
ini juga menginformasikan mengenai elevasi ketinggian dari sistem perpipaan.
Warna yang ditampilkan dalam gambar isometri memiliki arti tersendiri untuk
memudahkan proses pembacaan gambar.
28
Gambar 8. 2 Isometric Drawing dari Unit Filtrasi
29
BAB IX 3D DRAWING
9.1 Gambar 3D
30
9.2 Langkah Pembuatan Gambar 3D
Pada tahap pertama membuat nama project untuk desain yang akan
dibuat. Karena dalam software AutoCad 3D Plant ini dapat doperasikan untuk
proses desain suatu sistem jika nama project yang telah dibuat sudah selesai. Pada
gambar 6.3 merupakan cara pembuatan equipment. Pada saat tampilan ini dapat
memilih equipment apa yang akan di design. Dengan cara memilih pada kolom
yang menujukkan tulisan “pumpl”. Setelah pemilihan equipment harus
memasukkan data mengenai equipment tersebut yang tertera pada kolom orange
diatas.
31
Gambar 9. 3 Create Equipment
Pada Nozzle pompa yang telah dibuat diklik dan pipa akan melakukan
roting sesuai arahan kursor yang dapat dilihat pada gambar 6.4.
10.1.2 Spooling
Dalam merancang suatu desain perpipaan diperlukan beberapa
tahapan yang ahrus dipenuhi guna terwujudnya gambar yang mudah
dipahami baik oleh drafter dan engineer lain yang memiliki keterkaitan
dengan gambar desain yang dibuat. Tahap pembuatan suatu gambar
desain diawali dengan menentukan lokasi dimana plant akan didirikan.
Setelah itu dimulai dilanjutkan pembuatan blok diagram alir proses,
selanjutnya akan diteruskan kedalam PFD. Gambar ini menjelaskan
tentang bagaiman alur proses yang nantinya akan dijalankan ketika plant
telah selesai dibangun. Pfd harus menyertakan nomor aliran, tekanan dan
temperature tiap jalur perpipaan. Setelah pfd selesai maka langkah
selanjutnya yang diperlukan dilakukan adalah membuat P&ID. Gambar ini
menjelaskan tentang instrument apa yang dipakai, berapa jumlahnya serta
jenis koneksi yang akan diterapkan. Pada gambar ini line number tiap jalur
pipa harus disertakan. Setelah P&ID selesai dibuat maka langkah
selanjutnya yang perlu dilakukan adalah membuat gambar isometri.
Gambar isometri memudahkan engineer untuk melihat obyek perancangan
secara tiga dimensi dalam bentuk dua dimensi. Gambar isometri tidak
33
terkait dengan skala. Pada gambar ini jarak instrument harus disertakan
untuk mengetahui lokasi dan elevasi.
Setelah tahap pembuatan suatau gambar isometri, hal selanjutnya
yang perlu dilakukan adalah spooling. Spooling adalah kelanjutnya dari
gambar isometri. Gambar isometri sudah selesai dibuat kemudian
ditambahkan bill of material untuk memperjelas desain yang akan dibuat.
Bill of material berisi informasi yang akan dibuat untuk mengetahui jenis
pipa yang digunakan, berapa saja diameter pipa yang diperlukan, valve
atau fitting apa saja yang diguanakan beserta jumlahnya serta
spesifikasinya berupa pound rating tau gradenya. Spooling tentunya
sangat diperlukan tiap line.
34
BAB XI WBS
WBS atau Work Breakdown Structure merupakan suatu daftar yang bersifat top
down dan secara hierarki menerangkan komponen-komponen yang harus dibangun
dan pekerjaan yang berkaitan dengannya, namun sumber lain menyebutkan WBS
adalah suatu metode pengorganisasian proyek menjadi stuktur pelaporan hierarkis.
WBS digunakan untuk memecahkan tiap proses pekerjaan menjadi lebih detail, hal ini
dimaksudkan agar proses perencanaan proyek dapat ditingkatkan menjadi lebih baik.
Tidak hanya itu, WBS juga memiliki merupakan elemen penting dalam sebuah
perencanaan proyek, hal ini dikarenakan WBS dapat memberikan kerangka mengenai:
35
11.2 Struktur Organisasi dan WBS
11.2.1 Struktur Organisasi
36
11.2.2 WBS
37
Diagram Work Breakdown. Structure tersebut dapat diperinci pada
tabel dibawah ini :
Tabel WBS Project Unit Hydration PT Petrokimia
1. ENGINEERING
2. PROCUREMENT
3. CONSTRUCTION
3.7 Fluid In
38
Uraian Pekerjaan :
1. Engineering
Pada tahap Engineering dimulai semua hal yang akan dibangun mulai untuk
di desain dan di rencanakan, mulai dari bentuk gambar, material apa saja yang
akan dipakai, sampai dengan perhitungan total biaya yang dibutuhkan untuk
mendukung berdirinya project Unit Hydration PT Petrokimia.
39
2. Procurement
40
2.4 Pengadaan Plat
3. Construction
41
3.3 Instalasi Tangki Reaktor dan Pompa
3.7 Fluid in
42
3.4 Integrasi WBS dengan Struktur Organisasi
43
BAB XI PRODUKTIVITAS KERJA
44
11.2 Perhitungan Massa
Location : 01-1-A106-300-000
No. Komponen Spesifikasi Quantity Quantity (m) Mass / Length(Kg/m) Mass / Pieces (Kg) Total Massa Total Massa Spool
1 Pipe DN 300 A106 sch 40 5900 mm 5,9 79,71 470,289
2 Elbow 90 DN 300 A106 sch 40 2 29,57 59,14
3 Tee DN 300 A106 sch 40 1 70,5 70,5
1695,589
4 Flange DN 300 A106 sch 40 class 400# 7 71,19 498,33
5 Valve Gate Valve Class 150# 2 298 596
6 Gasket DN 300 ASME B16.5 class 150# 7 0,19 1,33
Tabel 11.1 Perhitungan massa line 01-1-A106-300-000
Location : 01-2-A106-300-000
No. Komponen Spesifikasi Quantity Quantity (m) Mass / Length(Kg/m) Mass / Pieces (Kg) Total Massa Total Massa Spool
1 Pipe DN 300 A106 sch 40 17228 mm 17,228 79,71 1373,24388
2 Elbow 90 DN 300 A106 sch 40 3 29,57 88,71
3 Tee DN 300 A106 sch 40 1 70,5 70,5
2803,11388
4 Flange DN 300 A106 sch 40 class 400# 7 71,19 498,33
5 Valve Control Valve Class 150# 2 385,5 771
6 Gasket DN 300 ASME B16.5 class 150# 7 0,19 1,33
Location : 01-3-A106-300-000
No. Komponen Spesifikasi Quantity Quantity (m) Mass / Length(Kg/m) Mass / Pieces (Kg) Total Massa Total Massa Spool
1 Pipe DN 300 A106 sch 40 3600 mm 3,6 79,71 286,956
2 Flange DN 300 A106 sch 40 class 400# 2 71,19 142,38 429,716
3 Gasket DN 300 ASME B16.5 class 150# 2 0,19 0,38
Tabel 11.3 Perhitungan massa line 01-3-A106-300-000
Location : 01-4-A312-450-000
No. Komponen Spesifikasi Quantity Quantity (m) Mass / Length(Kg/m) Mass / Pieces (Kg) Total Massa Total Massa Spool
1 Pipe DN 450 A312 sch 40 13340 mm 13,34 155,81 2078,5054
2 Elbow 90 DN 450 A312 sch 40 3 88,53 265,59
3 Tee DN 450 A312 sch 40 1 238,35 238,35
4097,1054
4 Flange DN 450 A312 sch 40 class 400# 7 100,1 700,7
5 Valve Gate Valve Class 150# 2 406 812
6 Gasket DN 450 ASME B16.5 class 150# 7 0,28 1,96
Tabel 11.4 Perhitungan massa line 01-4-A312-450-000
Location : 01-5-A312-450-000
No. Komponen Spesifikasi Quantity Quantity (m) Mass / Length(Kg/m) Mass / Pieces (Kg) Total Massa Total Massa Spool
1 Pipe DN 450 A312 sch 40 23184 mm 23,184 155,81 3612,29904
2 Elbow 90 DN 450 A312 sch 40 4 88,53 354,12
3 Tee DN 450 A312 sch 40 1 238,35 238,35
5719,42904
4 Flange DN 450 A312 sch 40 class 400# 7 100,1 700,7
5 Valve Control Valve Class 150# 2 406 812
6 Gasket DN 450 ASME B16.5 class 150# 7 0,28 1,96
Tabel 11.5 Perhitungan massa line 01-5-A312-450-000
45
Location : 01-6-A312-450-000
No. Komponen Spesifikasi Quantity Quantity (m) Mass / Length(Kg/m) Mass / Pieces (Kg) Total Massa Total Massa Spool
1 Pipe DN 450 A312 sch 40 12809 mm 12,809 155,81 1995,77029
2 Elbow 90 DN 450 A312 sch 40 2 88,53 177,06
2373,59029
3 Flange DN 450 A312 sch 40 class 400# 2 100,1 200,2
4 Gasket DN 450 ASME B16.5 class 150# 2 0,28 0,56
Tabel 11.6 Perhitungan massa line 01-6-A312-450-000
Location : 01-7-A312-450-000
No. Komponen Spesifikasi Quantity Quantity (m) Mass / Length(Kg/m) Mass / Pieces (Kg) Total Massa Total Massa Spool
1 Pipe DN 450 A312 sch 40 13550 mm 13,55 155,81 2111,2255
2 Elbow 90 DN 450 A312 sch 40 3 88,53 265,59
2577,5755
3 Flange DN 450 A312 sch 40 class 400# 2 100,1 200,2
4 Gasket DN 450 ASME B16.5 class 150# 2 0,28 0,56
Tabel 11.7 Perhitungan massa line 01-7-A312-450-000
Location : 01-8-A312-450-000
No. Komponen Spesifikasi Quantity Quantity (m) Mass / Length(Kg/m) Mass / Pieces (Kg) Total Massa Total Massa Spool
1 Pipe DN 450 A312 sch 40 5670 mm 5,67 155,81 883,4427
2 Elbow 90 DN 450 A312 sch 40 2 88,53 177,06
1261,2627
3 Flange DN 450 A312 sch 40 class 400# 2 100,1 200,2
4 Gasket DN 450 ASME B16.5 class 150# 2 0,28 0,56
Tabel 11.8 Perhitungan massa line 01-8-A312-450-000
Location : 01-9-A312-300-000
No. Komponen Spesifikasi Quantity Quantity (m) Mass / Length(Kg/m) Mass / Pieces (Kg) Total Massa Total Massa Spool
1 Pipe DN 300 A312 sch 40 13785 mm 13,785 79,71 1098,80235
2 Elbow 90 DN 300 A312 sch 40 1 58,15 58,15
1299,71235
3 Flange DN 300 A312 sch 40 class 400# 2 71,19 142,38
4 Gasket DN 300 ASME B16.5 class 150# 2 0,19 0,38
Tabel 11.9 Perhitungan massa line 01-9-A312-300-000
𝑚
𝐷= .........................(10.1)
𝑃
M = Massa (Ton)
46
P = Produktivity (ton/hari)
M =1.696 (ton)
𝑚
D=
𝑃
1,696 𝑡𝑜𝑛
= 𝑡𝑜𝑛
0,15
ℎ𝑎𝑟𝑖
Location : 01-1-A106-300-000
No Items Jumlah Sambungan Jenis Sambungan Man Hours/Join Man Hours Waktu Pengerjaan (Hari) Jumlah Pekerja
1 Pipe to Flange 7 Weld Neck 5,7 39,9 3 1,6625
2 Flange to Valve 4 Field Erection Bolt Up 3,4 13,6 2 0,85
Tabel 11.10 Perhitungan produktivitas kerja join Line 01-1-A106-300-000
Location : 01-2-A106-300-000
No Items Jumlah Sambungan Jenis Sambungan Man Hours/Join Man Hours Waktu Pengerjaan (Hari) Jumlah Pekerja
1 Pipe to Flange 7 Weld Neck 5,7 39,9 3 1,6625
2 Pipe to pipe 1 Manual Butt Weld 3,4 3,4 1 0,425
3 Flange to Valve 4 Field Erection Bolt Up 3,4 13,6 2 0,85
Tabel 11.11 Perhitungan produktivitas kerja join line 01-2-A106-300-000
Location : 01-3-A106-300-000
No Items Jumlah Sambungan Jenis Sambungan Man Hours/Join Man Hours Waktu Pengerjaan (Hari) Jumlah Pekerja
1 Pipe to Flange 2 Weld Neck 5,7 11,4 3 0,475
Tabel 11.12 Perhitungan produktivitas kerja join line 01-3-A106-300-000
47
Location : 01-4-A312-450-000
No Items Jumlah Sambungan Jenis Sambungan Man Hours/Join Man Hours Waktu Pengerjaan (Hari) Jumlah Pekerja
1 Pipe to Flange 7 Weld Neck 8,9 62,3 3 2,595833333
2 Flange to Valve 4 Field Erection Bolt Up 4,8 19,2 3 0,8
Tabel 11.13 Perhitungan produktivitas kerja join line 01-4-A312-450-000
Location : 01-5-A312-450-000
No Items Jumlah Sambungan Jenis Sambungan Man Hours/Join Man Hours Waktu Pengerjaan (Hari) Jumlah Pekerja
1 Pipe to Flange 7 Weld Neck 8,9 62,3 3 2,595833333
2 Flange to Valve 4 Field Erection Bolt Up 4,8 19,2 3 0,8
Tabel 11.14 Perhitungan produktivitas kerja join line 01-5-A312-450-000
Location : 01-6-A312-450-000
No Items Jumlah Sambungan Jenis Sambungan Man Hours/Join Man Hours Waktu Pengerjaan (Hari) Jumlah Pekerja
1 Pipe to Flange 2 Weld Neck 8,9 17,8 2 1,1125
2 Pipe to pipe 1 Manual Butt weld 7,3 7,3 1 0,9125
Tabel 11.15 Perhitungan produktivitas kerja join line 01-6-A312-450-000
Location : 01-7-A312-450-000
No Items Jumlah Sambungan Jenis Sambungan Man Hours/Join Man Hours Waktu Pengerjaan (Hari) Jumlah Pekerja
1 Pipe to Flange 2 Weld Neck 8,9 17,8 3 0,741666667
Tabel 11.16 Perhitungan produktivitas kerja join line 01-7-A312-450-000
Location : 01-8-A312-450-000
No Items Jumlah Sambungan Jenis Sambungan Man Hours/Join Man Hours Waktu Pengerjaan (Hari) Jumlah Pekerja
1 Pipe to Flange 2 Weld Neck 8,9 17,8 2 1,1125
Tabel 11.17 Perhitungan produktivitas kerja join line 01-8-A312-450-000
Location : 01-9-A312-300-000
No Items Jumlah Sambungan Jenis Sambungan Man Hours/Join Man Hours Waktu Pengerjaan (Hari) Jumlah Pekerja
1 Pipe to Flange 2 Weld Neck 5,7 11,4 1 1,425
2 Pipe to pipe 1 Manual Butt Weld 3,4 3,4 1 0,425
Tabel 11.18 Perhitungan produktivitas kerja join line 01-9-A312-300-000
48
Produktivitas kerja (hari) line number 01-1-A106-300-000
Berat Total MAN HOURS TOTAL Jam Kerja Jumlah Pekerja PRODUCTIVITY TOTAL DURASI PRODUCTIVITY PRODUCTIVITY
Line Number
(kg) EACH SAMBUNGAN (jam) (orang) (JAM/PEKERJA) DURASI (JAM) (HARI/PEKERJA) (KG/HARI) (KG/HARI/PEKERJA)
PipeASTM A106 DN 300 sch 40 470,289 53,5 11 8 3 196,1666667 588,5 24,52083333 94,058 31,353
Total Hari 5
Berat Total MAN HOURS TOTAL Jam Kerja Jumlah Pekerja PRODUCTIVITY TOTAL DURASI PRODUCTIVITY PRODUCTIVITY
Line Number
(kg) EACH SAMBUNGAN (jam) (orang) (JAM/PEKERJA) DURASI (JAM) (HARI/PEKERJA) (KG/HARI) (KG/HARI/PEKERJA)
PipeASTM A106 DN 300 sch 40 1373,2439 56,9 12 8 3 227,6 682,8 28,45 228,874 76,291
Total Hari 6
Berat Total MAN HOURS TOTAL Jam Kerja Jumlah Pekerja PRODUCTIVITY TOTAL DURASI PRODUCTIVITY PRODUCTIVITY
Line Number
(kg) EACH SAMBUNGAN (jam) (orang) (JAM/PEKERJA) DURASI (JAM) (HARI/PEKERJA) (KG/HARI) (KG/HARI/PEKERJA)
PipeASTM A106 DN 300 sch 40 286,956 11,4 2 8 3 7,6 22,8 0,95 95,652 31,884
Total Hari 3
Berat Total MAN HOURS TOTAL Jam Kerja Jumlah Pekerja PRODUCTIVITY TOTAL DURASI PRODUCTIVITY PRODUCTIVITY
Line Number
(kg) EACH SAMBUNGAN (jam) (orang) (JAM/PEKERJA) DURASI (JAM) (HARI/PEKERJA) (KG/HARI) (KG/HARI/PEKERJA)
PipeASTM A312 DN 450 sch 40 20754,505 81,5 11 8 3 298,8333333 896,5 37,35416667 3459,084 1153,028
Total Hari 6
Berat Total MAN HOURS TOTAL Jam Kerja Jumlah Pekerja PRODUCTIVITY TOTAL DURASI PRODUCTIVITY PRODUCTIVITY
Line Number
(kg) EACH SAMBUNGAN (jam) (orang) (JAM/PEKERJA) DURASI (JAM) (HARI/PEKERJA) (KG/HARI) (KG/HARI/PEKERJA)
PipeASTM A312 DN 450 sch 40 36069,899 81,5 11 8 3 298,8333333 896,5 37,35416667 6011,650 2003,883
Total Hari 6
Berat Total MAN HOURS TOTAL Jam Kerja Jumlah Pekerja PRODUCTIVITY TOTAL DURASI PRODUCTIVITY PRODUCTIVITY
Line Number
(kg) EACH SAMBUNGAN (jam) (orang) (JAM/PEKERJA) DURASI (JAM) (HARI/PEKERJA) (KG/HARI) (KG/HARI/PEKERJA)
PipeASTM A312 DN 450 sch 40 19928,37 25,1 3 8 3 25,1 75,3 3,1375 6642,790 2214,263
Total Hari 3
Berat Total MAN HOURS TOTAL Jam Kerja Jumlah Pekerja PRODUCTIVITY TOTAL DURASI PRODUCTIVITY PRODUCTIVITY
Line Number
(kg) EACH SAMBUNGAN (jam) (orang) (JAM/PEKERJA) DURASI (JAM) (HARI/PEKERJA) (KG/HARI) (KG/HARI/PEKERJA)
PipeASTM A312 DN 450 sch 40 21081,226 17,8 2 8 1 35,6 35,6 4,45 7027,075 7027,075
Total Hari 3
49
Produktivitas kerja (hari) line number 01-8-A312-450-000
Berat Total MAN HOURS TOTAL Jam Kerja Jumlah Pekerja PRODUCTIVITY TOTAL DURASI PRODUCTIVITY PRODUCTIVITY
Line Number
(kg) EACH SAMBUNGAN (jam) (orang) (JAM/PEKERJA) DURASI (JAM) (HARI/PEKERJA) (KG/HARI) (KG/HARI/PEKERJA)
PipeASTM A312 DN 450 sch 40 8821,4427 17,8 2 8 2 17,8 35,6 2,225 4410,721 2205,361
Total Hari 2
Berat Total MAN HOURS TOTAL Jam Kerja Jumlah Pekerja PRODUCTIVITY TOTAL DURASI PRODUCTIVITY PRODUCTIVITY
Line Number
(kg) EACH SAMBUNGAN (jam) (orang) (JAM/PEKERJA) DURASI (JAM) (HARI/PEKERJA) (KG/HARI) (KG/HARI/PEKERJA)
PipeASTM A312 DN 300 sch 40 1098,8024 14,8 3 8 2 22,2 44,4 2,775 549,401 274,701
Total Hari 2
50
BAB XII PENJADWALAN
51
12.3 Penjadwalan Kerja pada Objek Perancangan
52
BAB XIII PROJECT NETWORK PLANNING
• Jenis pekerjaan yang dibuat detail rincian item pekerjaan contohnya jika kita
membuat network planning pondasi batu kali maka apabila dirinci ada pekerjaan
galian tanah, pasang pondasi batu kali kemudian urugan tanah kembali
• Durasi masing-masing pekerjaan, dapat ditentukan berdasarkan pengalaman
atau menggunakan rumus Analisa bangunan yang sudah ada.
• Jumlah total waktu pelaksaan pekerjaan.
• Jumlah kebutuhan yang kita butuhkan dalam seluruh pekerjaan.
• Metode pelaksanaan kontruksi sehingga dapat diketahui urutan pekerjaan
• Metode penggunaan Project Network Planning yang sesuai.
Selain network planning kita kenal juga jenis jadwal lain yang digunakan dalam
melaksanakanseperti kurva S, Bar Chart, Schedule harian mingguan bulanan dll.
Ada beberapa istilah yang kita kenal di jaringan kerja proyek yaitu,
53
13.2 Pembuatan Project Network Planning
Ada beberapa hal yang kita gunakan dalam pembuatan diagram jaringan yaitu :
1. Finish-to-start (FT): aktivitas “dari” harus selesai sebelum aktivitas “ke” selesai.
2. Finish-to-finish (FF) : aktivitas “dari” harus selesai sebelum aktivitas “ke” selesai.
3. Start-to-start (SS) : aktivitas “dari” harus dimulai sebelum aktivitas “ke” boleh
dimulai (dengan kata lain aktivitas “dari” dan “ke” boleh dimulai bersamaan.
4. Start-to-finish (SF) : aktivitas dari dimulai setelah aktivitas “ke” selesai.
5. Lead : perubahan pada logika aktivias yang mengijinkan percepatan “ke”
aktivitas..
6. Hammock : rangkuman dari semua aktivitas. Aktivitas-aktivitas yang
berhubungan diperlihatkan sebagai satu kesatuan.
Stack (float) : jumlah waktu yang diijinkan dalam perlambatan suatu proyek dari
dimulainya tanpa diperlambat waktu akhir penyelesaian proyek keseluruhan.
Waktu
Nama Kegiatan Deskripsi
(hari)
A Project design 4
B Estimasi biaya proyek 2
C Pembuatan PFD (Process 5
Flow Diagram )
D Pembuatan P&ID (Piping and 5
Instrumentation Diagram )
E Plot Plant 5
F Isometric Drawing 6
G List Material Take Off (MTO) 5
54
K Pengadaan pipa dan fittings 3
L Pendistribusian pipa dan 20
fittings
M Pemilihan Spesifikasi 3
equipment
N Survei harga equipment 2
O Pengadaan alat berat 2
P Distribusi alat berat 1
Q Pengadaan equipment 3
R Pendistribusian equipment 20
S Pemilihan dan list daftar 3
istrumentasi yang sesuai
T Survey harga instrumentasi 2
U Pengadaan Instrumentasi 2
V Distribusi instrumentasi 15
W Design bangunan pendukung 5
X Pemilihan spesifikasi material 3
bangunan pendukung
Y Survei harga material bangunan 2
pendukung
Z Pengadaan material bangunan 2
pendukung
AA Distribusi material bangunan 4
pendukung
AB Konstruksi bangunan 15
pendukung
AC Pemilihan spesifikasi plat 3
AD Survey harga plat 2
AE Distribusi plat 20
AF Konstruksi tangki 30
AG Instalasi support dan 6
equipment
AH Instalasi sistem Perpipaan 7
AI Instalasi Instrumentasi pada 5
equipment
AJ instalasi Instrumentasi pada 5
sistem perpipaan
AK Pelapisan equipment 4
AL Hydrotesting test 5
AM Pigging and cleaning 5
Tabel 13.1 Tabel durasi pekerjaan system Hydration Plan
55
Gambar 13.1 Gambar diagram Network Planning Sistem Hydration Plan
A – B – W – X – Y – Z – AA – AB – AC – AD – AE – AF
Bedasarkan analisa diatas tentang CPM (jalur kritis), didapatkan 1 jalur kritis
pada kegiatan tersebut selama 92 hari. Jadi kegiatan proyek tersebut bersifat kritis
yang artinya, banyak kegiatan di setiap kegiatan yang waktu memulainya harus
segera dilaksanakan setelah kegiatan predesesornya, atau dengan kata lain tidak
banyak kegiatan yang dapat ditunda.
56
BAB XV Program Evaluation and Review Technique
(PERT)
PERT adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk melakukan
penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi bagian-bagian pekerjaan yang ada didalam
suatu proyek. PERT yang memiliki kepanjangan Program Evalution Review Technique
sedangkan CPM merupakan kepanjangan dariCritical Path Method. ( Wiediartini,2017 )
Ada dua pendekatan untuk menggambarkan jaringan proyek yakni kegiatan pada
titik (activity on node – AON) dan kegiatan pada panah (activity on arrow – AOA). Pada
konvensi AON, titik menunjukan kegiatan, sedangkan pada AOA panah menunjukan
kegiatan.
Menentukan jadwal proyek atau jadwal aktivitas artinya kita perlu mengidentifikasi
waktu mulai dan waktu selesai untuk setiap kegiatan.
57
Kita menggunakan proses two-pass, terdiri atas forward pass dan backward pass
untuk menentukan jadwal waktu untuk tiap kegiatan. ES (earlist start) dan EF (earlist
finish) selama forward pass. LS (latest start) dan LF (latest finish) ditentukan selama
backward pass.
Waktu slack (slack time) yaitu waktu bebas yang dimiliki oleh setiap kegiatan untuk
bisa diundur tanpa menyebabkan keterlambatan proyek keseluruhan.
Jalur kritis adalah kegiatan yang tidak mempunyai waktu tenggang (Slack=0),
artinya kegiatan tersebut harus dimulai tepat pada ES agar tidak mengakibatkan
bertambahnya waktu penyelesaian proyek. Kegiatan dengan slack = 0 disebut sebagai
kegiatan kritis dan berada pada jalur kritis.
Pada pembahasan kali ini akan dibuat planning bedasarkan waktu Normal, Optimis,
pesimis, dan estimis. Dimana waktu normal adalah waktu yang telah dijadwalkan sesuai
dengan yang direncanakan secara aktual. Waktu optimis adalah waktu yang lebih cepat
dari waktu normal dalam melesaikan suatu kegiatan/aktivitas. Waktu pesimis adalah waktu
yang mungkin lebih lama dari waktu normal dalam menyelesaikan suatu kegiatan/aktivitas.
Waktu eptimis merupakan rata-rata dari ketiga waktu tersebut. Tetapi dalam perhitungan
waktu eptimis agar lebih mendekati nilai aktual, maka perbandingan rata-rata
TO:TN:TP=1:4:1. Dikarenakan waktu normal memiliki nilai keakuratan paling tinggi.
58
Waktu (Hari)
Nama Kegiatan Deskripsi Kegiatan Pendahulu te v Ket
Optimis Mungkin Pesimis
A Project design 3 4 6 4,17 0,25 waktu optimis dikarenakan
sedikitnya refisi, waktu pesimis
dikarenakan banyaknya refisi
G List Material Take Off (MTO) F 4 5 6 5,00 0,111111 waktu optimis dikarenakan
sedikitnya refisi, waktu pesimis
dikarenakan banyaknya refisi
J Survei harga material pipa dan I 1 2 3 2,00 0,111111 waktu optimis dikarenakan
fittings sedikitnya refisi, waktu pesimis
dikarenakan banyaknya refisi
59
Q Pengadaan equipment N 2 3 4 3,00 0,111111 waktu optimis dikarenakan
cuaca baik, waktu pesimis
dikarenakan cuaca buruk
R Pendistribusian equipment Q 17 20 30 21,17 4,694444 waktu optimis dikarenakan
cuaca baik, waktu pesimis
dikarenakan cuaca buruk dan
akses yang sulit
S Pemilihan dan list daftar D 2 3 4 3,00 0,111111 waktu optimis dikarenakan
istrumentasi yang sesuai sedikitnya refisi, waktu pesimis
dikarenakan banyaknya refisi
60
dari tabel diatas kita dapat membuat sebuah Diagram penjaringan Network
Planning, dalam pembuatan Network Planning, digunakan metode AON (Activity On Note).
Akan dibahas dua waktu penjadwalan dalam satu proyek yang sama. Yaitu penjadwalan
dengan waktu normal (TN) dan waktu estimis (TE). Disini akan kami perbandingkan, mana
yang akan memiliki waktu perngerjaan yang paling singkat dan perbedaan yang
berpengaruh lainnya. Maka kali ini pembahasan PERT berapa peluang kegiatan dapat
selesai dalam waktu kurang dari waktu Normal TN.
Dari hasil tabel di atas menggunakan waktu rata – rata (Te) diperoleh 1 CPM (Jalur
kritis) yaitu
A – B – W – X – Y – Z – AA – AB – AC – AD – AE – AF
Bedasarkan analisa diatas tentang CPM (jalur kritis), didapatkan 1 jalur kritis pada
kegiatan tersebut selama 98 hari. Jadi kegiatan proyek tersebut bersifat kritis yang artinya,
banyak kegiatan di setiap kegiatan yang waktu memulainya harus segera dilaksanakan
setelah kegiatan predesesornya, atau dengan kata lain tidak banyak kegiatan yang dapat
ditunda.
61
Gambar 15.2 Gambar diagram PERT waktu cepat Sistem Hydration Plan
Dari hasil tabel di atas menggunakan waktu cepat diperoleh 1 CPM (Jalur kritis)
yaitu
A – B – W – X – Y – Z – AA – AB – AC – AD – AE – AF
Bedasarkan analisa diatas tentang CPM (jalur kritis), didapatkan 1 jalur kritis pada
kegiatan tersebut selama 90 hari. Jadi kegiatan proyek tersebut bersifat kritis yang artinya,
banyak kegiatan di setiap kegiatan yang waktu memulainya harus segera dilaksanakan
setelah kegiatan predesesornya, atau dengan kata lain tidak banyak kegiatan yang dapat
ditunda.
62
BAB XVI ANALISA BIAYA
63
16.2 Rencana Anggaran Biaya pada Obyek Perancangan
Resource
Cost unit
Name
kuli Rp800,000 5
drafter Rp2,760,000 3
disigner Rp1,440,000 3
piping
Rp18,400,000 4
engineering
project
Rp6,800,000 1
meneger
chem. Eng Rp19,600,000 2
welder Rp18,400,000 4
supervisior Rp8,160,000 2
inspector Rp2,400,000 1
64
Survei harga
J material pipa dan
fittings
Pengadaan pipa dan
K Rp50.000.000
fittings
Pendistribusian pipa
L Rp. 15.000.000
dan fittings
Pemilihan
M Spesifikasi
equipment Rp. 5.000.000
Survei harga
N
equipment
O Pengadaan alat berat
Rp. 7.000.000
P Distribusi alat berat
Pengadaan
Q Rp. 10.000.000
equipment
Pendistribusian
R Rp. 5.000.000
equipment
Pemilihan dan list
S daftar istrumentasi
yang sesuai Rp. 5.000.000
Survey harga
T
instrumentasi
Pengadaan
U Rp. 15.000.000
Instrumentasi
Distribusi
V Rp. 7.000.000
instrumentasi
Design bangunan
W Rp. 10.000.000
pendukung
Pemilihan spesifikasi
X material bangunan
pendukung
Rp. 5.000.000
Survei harga
Y material bangunan
pendukung
Pengadaan material
Z bangunan Rp. 20.000.000
pendukung
Distribusi material
AA bangunan Rp. 5.000.000
pendukung
65
Konstruksi
AB bangunan Rp. 10.000.000
pendukung
Pemilihan spesifikasi
AC
plat
AD Survey harga plat Rp.5.000.000
AE Distribusi plat Rp. 5.000.000
AF Konstruksi tangki Rp. 25.000.000
Instalasi support dan
AG
equipment
Instalasi sistem
AH
Perpipaan
Instalasi
Rp. 30.000.000
AI Instrumentasi pada
equipment
instalasi
AJ Instrumentasi pada
sistem perpipaan
AK Pelapisan equipment Rp. 10.000.000
AL Hydrotesting test Rp. 5.000.000
AM Pigging and cleaning Rp. 5.000.000
Total Rp. 292.000.000
Tabel 16.2 Tabel biaya proyek system Hydration Plan
NO Items Spec Line Number Length (mm) Length (m) Mass / Length (kg/m) Mass / Line(kg) Mass Total (kg) Mass Total (Ton) Price / Ton Total Price Total Price All
1 PipeASTM A106 DN 300 sch 40 01-1-A106-300-000 5900 5,9 470,289
01-2-A106-300-000 17228 17,228 79,71 1373,24388 2130 2,13 Rp80.093.900 Rp170.639.163,31
01-3-A106-300-000 3600 3,6 286,956
2 PipeASTM A312 DN 450 sch 40 01-4-A312-450-000 13340 13,34 20754,5054
01-5-A312-450-000 23184 23,184 36069,89904 Rp6.170.147.348,04
01-6-A312-450-000 12809 12,809 1555,81 19928,37029 106655,4429 106,6554429 Rp55.820.000 Rp5.953.506.824
01-7-A312-450-000 13550 13,55 21081,2255
01-8-A312-450-000 5670 5,67 8821,4427
3 PipeASTM A312 DN 300 sch 40 01-9-A312-300-000 13785 13,785 79,71 1098,80235 1098,80235 1,09880235 Rp41.865.000 Rp46.001.360
NO Items Spec Line Number QTY Price/Pieces Price/Line Number Total Price All
1 Elbow 90 ASTM A106 DN 300 sch 40 01-1-A106-300-000 2 Rp251.190
Rp125.595
01-2-A106-300-000 3 Rp376.785
2 Elbow 90 ASTM A312 DN 450 sch 40 01-4-A312-450-000 3 Rp33.492.000
01-5-A312-450-000 4 Rp44.656.000
Rp165.296.975
01-6-A312-450-000 2 Rp11.164.000 Rp22.328.000
01-7-A312-450-000 3 Rp33.492.000
01-8-A312-450-000 2 Rp22.328.000
3 Elbow 90 ASTM A312 DN 300 sch 40 01-9-A312-300-000 1 Rp8.373.000 Rp8.373.000
Tabel 16.4 Tabel biaya material elbow system Hydration Plan
66
MENENTUKAN HARGA TEE
NO Items Spec Line Number QTY Price/Pieces Price/Line Number Total Price
1 Tee ASTM A106 DN 300 sch 40 01-1-A106-300-000 1 Rp488.425
Rp488.425
01-2-A106-300-000 1 Rp488.425
Rp28.886.850
2 Tee ASTM A312 DN 450 sch 40 01-4-A312-450-000 1 Rp13.955.000
Rp13.955.000
01-5-A312-450-000 1 Rp13.955.000
Tabel 16.5 Tabel biaya material tee system Hydration Plan
NO Items Spec Line Number QTY Price/Pieces Price/Line Number Total Price
1 Flange ASTM A106 DN 300 A106 sch 40 class 400# 01-1-A106-300-000 7 Rp4.395.825
01-2-A106-300-000 7 Rp627.975 Rp4.395.825
01-3-A106-300-000 2 Rp1.255.950
2 Flange ASTM A312 DN 450 A312 sch 40 class 400# 01-4-A312-450-000 7 Rp9.768.500
01-5-A312-450-000 7 Rp9.768.500 Rp39.771.750
01-6-A312-450-000 2 Rp1.395.500 Rp2.791.000
01-7-A312-450-000 2 Rp2.791.000
01-8-A312-450-000 2 Rp2.791.000
3 Tee 90 ASTM A312 DN 300 A312 sch 40 class 400# 01-9-A312-300-000 2 Rp907.075 Rp1.814.150
Tabel 16.6 Tabel biaya material flange system Hydration Plan
NO Items Spec Line Number QTY Price/Pieces Price/Line Number Total Price
1 Gate Valve DN300 Gate Valve Class 150# 01-1-A106-300-000 2 Rp2.791.000 Rp5.582.000
2 Control Valve DN300 Control Valve Class 150# 01-2-A106-300-000 2 Rp6.977.500 Rp13.955.000
Rp136.894.000
3 Gate Valve DN450 Gate Valve Class 150# 01-4-A312-450-000 2 Rp27.910.000 Rp55.820.000
4 Control Valve DN450 Control Valve Class 150# 01-5-A312-450-000 2 Rp30.768.500 Rp61.537.000
Tabel 16.7 Tabel biaya material valve system Hydration Plan
NO Items Spec Line Number QTY Price/Pieces Price/Line Number Total Price
1 Gasket DN300 ASTM A106 ASME B16.5 class 150# 01-1-A106-300-000 7 Rp43.958.250
01-2-A106-300-000 7 Rp6.279.750 Rp43.958.250
01-3-A106-300-000 2 Rp12.559.500
2 Gasket DN450 ASTM A312 ASME B16.5 class 150# 01-4-A312-450-000 7 Rp73.263.750
01-5-A312-450-000 7 Rp73.263.750 Rp330.733.500
01-6-A312-450-000 2 Rp10.466.250 Rp20.932.500
01-7-A312-450-000 2 Rp20.932.500
01-8-A312-450-000 2 Rp20.932.500
3 Gasket DN300 ASTM A312 ASME B16.5 class 150# 01-9-A312-300-000 2 Rp7.675.250 Rp20.932.500
Tabel 16.7 Tabel biaya material gasket system Hydration Plan
67
BAB XVII METODE CRASHING
1) Cari total biaya langsung untuk lama proyek yang telah dipilih, contoh: biaya
pegawai dan peralatan.
2) Cari total biaya tidak langsung untuk lama proyek yang telah dipilih, contoh: biaya
konsultansi dan administrasi.
3) Jumlahkan biaya langsung dan tidak langsung untuk lama proyek yang telah dipilih
tersebut.
1) Waktu Normal (Normal Time), yaitu penyelesaian aktivitas dalam kondisi normal.
2) Waktu Akselerasi (Crash Time), yaitu waktu terpendek yang paling mungkin untuk
menyelesaikan aktivitas.
Dari dua komponen tersebut dapat diperoleh Total Waktu Akselerasi, dengan
persamaan: 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑾𝒂𝒌𝒕𝒖 𝑨𝒌𝒔𝒆𝒍𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊= 𝑾𝒂𝒌𝒕𝒖 𝑵𝒐𝒓𝒎𝒂𝒍−𝑾𝒂𝒌𝒕𝒖 𝑨𝒌𝒔𝒆𝒍𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊
• Biaya Normal (Normal Cost), yaitu biaya langsung untuk menyelesaikan aktivitas
pada kondisi normal.
• Biaya Akselerasi (Crash Cost), yaitu biaya langsung untuk menyelesaikan aktivitas
pada kondisi akselerasi/crash (pada kondisi waktu terpendek yang paling mungkin
untuk menyelesaikan aktivitas).
Dari dua komponen tersebut dapat diperoleh Total Biaya Akselerasi, dengan
persamaan:
• Biaya Akselerasi per Unit Waktu (Slope), yaitu biaya langsung untuk menyelesaikan
aktivitas pada kondisi akselerasi/crash (pada kondisi waktu terpendek yang paling
68
mungkin untuk menyelesaikan aktivitas) dalam satuan waktu terkecil yang
ditentukan, dengan menggunakan persamaan:
𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝑨𝒌𝒔𝒆𝒍𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊 𝒑𝒆𝒓 𝑼𝒏𝒊𝒕 𝑾𝒂𝒌𝒕𝒖 𝑺𝒍𝒐𝒑𝒆 = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝑨𝒌𝒔𝒆𝒍𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊 : 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑾𝒂𝒌𝒕𝒖
𝑨𝒌𝒔𝒆𝒍𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊
69
O Pengadaan alat berat
Rp. 7.000.000 3,67 3 Rp 8.000.000
P Distribusi alat berat
Q Pengadaan equipment Rp. 10.000.000 3,00 2 Rp 13.000.000
Pendistribusian
R Rp. 5.000.000 21,17 17 Rp 8.000.000
equipment
Pemilihan dan list
S daftar istrumentasi
yang sesuai Rp. 5.000.000 5,00 3 Rp 7.000.000
Survey harga
T
instrumentasi
Pengadaan
U Rp. 15.000.000 2,00 1 Rp 21.000.000
Instrumentasi
Distribusi
V Rp. 7.000.000 15,83 14 Rp 8.000.000
instrumentasi
Design bangunan
W Rp. 10.000.000 5,17 4 Rp 12.000.000
pendukung
Pemilihan spesifikasi
X material bangunan
pendukung Rp. 5.000.000 5,17 3 Rp 7.500.000
Survei harga material
Y
bangunan pendukung
Pengadaan material
Z Rp. 20.000.000 2,00 1 Rp 27.000.000
bangunan pendukung
Distribusi material
AA Rp. 5.000.000 4,33 3 Rp 7.000.000
bangunan pendukung
Konstruksi bangunan
AB Rp. 10.000.000 15,50 13 Rp 12.000.000
pendukung
Pemilihan spesifikasi
AC Rp. 5.000.000 3,00 2 Rp 7.500.000
plat
AD Survey harga plat Rp.5.000.000 2,00 1 Rp 7.000.000
AE Distribusi plat Rp. 5.000.000 19,83 14 Rp 8.500.000
AF Konstruksi tangki Rp. 25.000.000 30,50 28 Rp 27.000.000
Instalasi support dan
AG
equipment
Instalasi sistem
AH
Perpipaan
Rp. 30.000.000 23,3333 19 Rp 34.000.000
Instalasi Instrumentasi
AI
pada equipment
instalasi Instrumentasi
AJ
pada sistem perpipaan
AK Pelapisan equipment Rp. 10.000.000 4,00 3 Rp 13.000.000
AL Hydrotesting test Rp. 5.000.000 5,00 4 Rp 7.000.000
AM Pigging and cleaning Rp. 5.000.000 5,00 4 Rp 7.000.000
Total Rp 6.946.730.423 Rp 7.168.500.000
Tabel 17.1 Tabel biaya crashing system Hydration Plan
70
Dari tabel diatas didapat total biaya pekerja setelah mengalami Crashing yaitu
sebesar Rp7.168.500.000. Sehingga biaya setelah Crashing mengalami kenaikan dari
pada biaya pada waktu normal (Te) yang awalnya Rp 6.946.730.423 Namun waktu
Crashing memiliki waktu yang lebih cepat.
71
BAB XVIII ANALISA S CURVE
Ada beberapa manfaat dari kurva S yang dapat di aplikasikan di proyek, yaitu:
72
Beberapa pengunaannya adalah sebagai berikut,
73
DAFTAR PUSTAKA
74
LAMPIRAN
Lampiran 1 PFD
Lampiran 2 P&ID
Lampiran 5 3D
75