360150106
360150106
KINI
06:24 Diposkan oleh Febri
Metode persalinan gentle birth memang sedang banyak diminati oleh calon ibu di dunia,
terutama di kalangan public figure. Sebut saja Demi Moore, Gwyneth Paltrow, Katie Holmes,
Oppie Andaresta, dan sebagainya, pernah mencoba teknik ini dan merasakan manfaatnya
1. Gentle birth merupakan metode persalinan yang menggabungan persiapan pikiran dan
mental dengan latihan self hypnosis atau hipnosis diri, sejak awal kehamilan hingga proses
persalinan berlangsung. Metode persalinan bisa dilakukan secara konvensional maupun
alternatif. Syaratnya, kehamilan harus bebas risiko sama sekali dan bukan kehamilan
kembar (dr. Ali Sungkar, SpOG spesialis kandungan dan kebidanan FKUI-RSUPN Cipto
Mangunkusumo, Jakarta)
2. Gentle birth merupakan proses persalinan alami yang berlangsung dengan lembut untuk
menyambut jiwa yang lahir ke dunia. Penolong dan pendamping harus membantu dengan
tenang dan suara yang lembut, sehingga pada saat bayi lahir, suasana di sekelilingnya
tenang, hening dan penuh kedamaian. Hal ini bertujuan agar ibu tetap dapat
mempertahankan kondisi relaksasi yang dalam (meditatif) selama persalinan berlangsung
(Lanny Kuswandi, pakar hypnobirthing dari Pro V Klinik, Jakarta).
Beberapa persyaratan yang harus Anda penuhi terkait kondisi kesehatan dan
kehamilan, Jika Anda ingin mencoba berbagai pilihan gentle birth, Antara lain:
a. Tidak berada pada rentang usia untuk hamil yang berisiko tinggi, yaitu di atas 35 tahun.
b. Merupakan kehamilan tunggal, bukan kembar.
c. Selama masa kehamilan tidak ada masalah kesehatan berarti pada ibu dan janin.
d. Posisi janin normal dan tidak memiliki risiko mengalami gangguan kesehatan.
e. Tidak ada gejala cairan ketuban pecah dini.
f. Tidak ada riwayat komplikasi kehamilan maupun persalinan sebelumnya
Silence Birth.
Tak ada aba-aba “Dorong! Dorong lagi!” untuk menyemangati ibu mengejan pada persalinan
dengan cara ini. Metode yang dikembangkan oleh Ron L. Hubbard dari aliran Scientology ini
menghindari suara, baik oleh ibu yang melahirkan maupun tenaga medis dan pendamping,
sehingga tercipta suasana tenang, hening, damai, serta penuh cinta dan kebahagiaan.
Suasana seperti itu menunjang ibu mampu menggunakan alam bawah sadarnya untuk
menjalani persalinan serta mengalihkan persepsi rasa sakit dalam pikirannya. Batalkan
rencana ini bila terjadi komplikasi pada kehamilan atau pada saat persalinan.
Hypno Birthing.
Sebelum proses persalinan –bahkan selama kehamilan– ibu melakukan self hypnosis untuk
mencapai kondisi relaksasi yang dalam (meditatif) dan membebaskan diri dari rasa takut
melalui latihan pernapasan. Dalam kondisi ini, tubuh akan memproduksi senyawa pereda
rasa sakit alami yaitu hormon endorfin. Rasa sakit selama proses persalinan akan teralihkan
dan minimal, atau hingga tak terasa. Dalam prosesnya ibu juga disemangati untuk
melakukan visualisasi positif bahwa melahirkan itu lembut, bebas dari rasa takut, dan
mudah. Batalkan rencana ini bila terjadi komplikasi medis pada ibu dan janin, bayi dalam
kondisi tak normal atau bila bibir rahim tak cukup lebar.
Water Birth.
Rasa sakit pada saat persalinan dikurangi dengan menggunakan sarana berupa air hangat.
Ibu dibiarkan bebas mengatur sendiri posisi yang paling nyaman. Sebaiknya, ibu masuk ke
dalam air setelah mencapai pembukaan 6, karena masuk ke dalam kolam atau bak mandi
terlalu awal malah akan memperlama proses melahirkan karena air hangat membuat tubuh
menjadi relaks.
Sebelum masuk air, ibu harus minum banyak air putih karena berendam dalam air hangat
dapat menyebabkan dehidrasi dan menurunkan level energi. Dehidrasi menghambat otot-
otot tubuh bergerak efisien dan menyebabkan lelah. Batalkan rencana ini bila mekonium
(pup pertama bayi) keluar ketika air ketuban pecah atau bayi Anda mengalami komplikasi,
bila terjadi perdarahan pada ibu, terjadi keterlambatan pada pembukaan satu-dua atau bila
kepala bayi tidak berada di bawah di jalan lahir.
Sumber: www.ayahbunda.co.id
http://bidanshop.blogspot.com/2010/05/gentle-birth-pilihan-persalinan-masa.html
"Gentle Birth", Menghadapi
Persalinan dengan Tenang
Melahirkan dengan cara normal adalah proses alamiah bagi seorang perempuan. Meski
begitu, proses alamiah itu kerap dilihat dengan sudut pandang negatif.
”Setiap proses persalinan selalu melibatkan rasa sakit. Yang perlu dilakukan adalah
mengubah persepsi untuk menyikapi rasa nyeri tersebut,” kata dr Hariyasa Sanjaya,
penggagas Bali Water Birth Association (BWBA), Senin (2/8) di Denpasar, Bali. Agar bisa
melahirkan dengan tenang, sebagian perempuan memilih melahirkan dengan metode gentle
birth.
Beberapa hal yang diajarkan dalam gentle birth adalah mengelola stres selama masa
kehamilan dan menghadapi persalinan. Selain itu, gentle birth juga menganjurkan persalinan
di dalam air untuk mengurangi trauma kelahiran pada bayi.
”Namun, persalinan normal di dalam air hanya boleh dilakukan untuk kehamilan tanpa faktor
penyulit,” kata Hariyasa yang bekerja di RSUP Sanglah, Denpasar.
Kesadaran untuk merawat kandungan dan melahirkan bayi dengan cara sealamiah mungkin
membuat penyanyi dan penulis Dewi Lestari (34) atau Dee memilih metode gentle
birth untuk melahirkan anak keduanya, Atisha Prajna Tiara (9 bulan). Dee melahirkan Atisha
di dalam air di rumah mereka di Tangerang, Banten.
Saat melahirkan, Dee dibantu suaminya, Reza Gunawan (34), yang berprofesi sebagai
terapis penyembuhan holistik. Karena sudah berlatih sebelumnya, Dee dan Reza tidak
kesulitan membantu kelahiran Atisha meski tanpa bantuan dokter atau bidan.
”Tetapi, saya sudah mendaftarkan Dee ke rumah sakit terdekat supaya cepat mendapat
pertolongan,” kata Reza. Bila terjadi sesuatu pada Dee, Reza sudah siap melarikan istrinya
ke rumah sakit karena waktu tempuh rumah mereka ke rumah sakit hanya sekitar 10 menit.
Sebelumnya, Dee punya pengalaman melahirkan Keenan (6), anak pertamanya, dengan
cara caesar. Dee terpaksa menjalani caesar setelah diberi tahu dokter kandungan bahwa
kehamilannya bermasalah. ”Namun, tidak jelas betul apa yang mempersulit kehamilan
saya,” kata Dee.
Diiringi musik
Pengalaman Oppie Andaresta (37) tidak kalah seru dibandingkan dengan Dee. Penyanyi ini
tidak memilih rumah sakit besar untuk mengantarkan kelahiran anaknya, Kai Matari Bejo (3),
tiga tahun lalu.
Kai lahir di dalam bak air berisi air hangat di Yayasan Bumi Sehat, klinik bersalin yang
didirikan Robin Lim di Desa Nyuh Kuning, Ubud, Bali. Ketika sudah merasakan kontraksi,
Oppie merendam diri di dalam bak berisi air hangat itu. Selama kontraksi itu, Oppie tetap
merasakan sakit, tetapi ia bisa menyikapinya dengan tenang.
”Aku setel lagu-lagu reggaenya Bob Marley. Aku menyanyi sambil teriak-teriak wooo…
yeaaah,” kata Oppie. Bayi yang dilahirkan Oppie berenang-renang sebentar di dalam bak
mandi sebelum akhirnya diangkat dan langsung diberikan ke Oppie untuk diberi air susu ibu
(ASI).
Kata Oppie, begitu lahir, plasenta Kai tidak langsung dipotong. Selama kurang lebih
sembilan jam, plasenta itu tetap menempel di tali pusar Kai sebelum akhirnya dibakar.
Karena plasentanya masih terus menempel, Oppie menggendong-gendong anaknya sambil
menyeret-nyeret baskom berisi plasenta.
Oppie mengenal Robin dari seorang teman ketika sedang berlibur ke Bali pada waktu usia
kandungannya masih tujuh minggu. Awalnya, ia hanya ingin berkonsultasi dengan Robin
tentang gangguan mual yang masih terus menderanya ketika itu.
”Aku lalu ditawari melahirkan di dalam air dan diajarkan filosofi gentle birth. Aku dan suami
langsung tertarik,” ujar Oppie yang sekarang menjadi pendukung penuh kegiatan di Yayasan
Bumi Sehat.
Lebih rileks
Lalu apa yang membuat para perempuan tadi tertarik untuk melahirkan di air? ”Bohong
kalau orang mengatakan melahirkan di air tidak sakit. Rasa sakit tetap ada, tetapi badan
rasanya lebih rileks,” kata Oppie.
Karena rileks, Oppie tidak merasakan kelelahan luar biasa setelah melahirkan. Begitu
anaknya lahir, beberapa jam kemudian ia sudah bisa langsung berjalan-jalan di dalam
kamar.
Hariyasa menjelaskan, secara ilmiah kelahiran di dalam air mengurangi tingkat nyeri
dibandingkan di tempat tidur pada umumnya. ”Air hangat membuat nyaman dan rileks.
Seperti kalau kita lelah bekerja lalu mandi berendam di dalam bathtub,” kata Hariyasa.
Perasaan nyaman itu mengubah proses kimiawi dalam tubuh, yaitu terjadi penurunan
pelepasan hormon adrenalin dan sebaliknya pelepasan hormon endorfin semakin
meningkat. Hormon endorfin itu melebarkan pembuluh darah dan membuat otot-otot tidak
kaku. Hormon ini juga berefek bagus pada ”hubungan” si ibu dengan jabang bayi melalui tali
pusat. Dengan kata lain, si bayi juga akan merasa lebih nyaman dalam proses persalinan.
Merawat kehamilan
Adalah proses yang tidak kalah penting dari persalinan. Selama hamil, Oppie mengaku
menjauhkan diri dari obat-obatan kimia bila tidak sangat diperlukan. Untuk urusan sakit
ringan, Oppie memilih pengobatan homeopati, yaitu pengobatan dengan bahan-bahan
alamiah.
”Aku menjaga kondisi tubuh dengan banyak makan sayuran dan buah-buahan,” kata Oppie.
Meski terdengar klise, bagi Oppie makan sayur dan buah-buahan adalah rutinitas yang
cukup menantang selama hamil. ”Kalau hari biasa, boro-boro makan sayur. Ngelihat aja
tidak tertarik,” tutur perempuan yang baru mendapatkan anak setelah sembilan tahun lebih
menikah dengan Kurt Kaler.
Sementara itu, Dee rajin berlatih self healing untuk membersihkan trauma dan emosi negatif
yang bisa memengaruhi proses persalinan. Ia juga rutin berlatih meditasi dan menjaga
asupan gizi secara alami. Apa pun gaya melahirkannya, mau di air atau di tempat tidur,
ketenangan diri sangat dibutuhkan untuk persalinan.
http://female.kompas.com/read/2010/08/09/08472260/.Gentle.Birth.Menghadapi.Persalinan.denga
n.Tenang
Dari paradigma itulah kemudian muncul metode persalinan yang tenang dan
santun, dan memanfaatkan semua unsur alami, yang disebut gentle birth.
Tenang, karena ibu dalam kondisi relaks. Santun karena ibu diminimalkan rasa
sakitnya –bahkan tanpa rasa sakit– sehingga tak terjadi kehebohan dan drama
selama proses persalinan.
Mental ibu pun perlu persiapan. Malah bisa dibilang mental ibu adalah bagian
terpenting untuk suksesnya gentle birth. Ibu yang akan melahirkan diharapkan
untuk rutin melakukan meditasi, tak pernah henti mencanangkan pikiran positif
dan afirmasi-afirmasi positif pada dirinya. Ketenangan jiwa nampaknya memang
mutlak dalam metode gentle birth ini.
Sejauh ini gentle birth yang sudah cukup banyak dilakukan di Indonesia adalah
persalinan dalam air (water birth) dan persalinan dengan otohipnosis. Beberapa
ibu yang telah menjalaninya, dari tuturan mereka kepada Ayahbunda,
(hypnobirthing) mengaku merasa telah memilih hal yang tepat untuk kelahiran
bayinya dan merasa sangat puas melakukan persalinan cara ini. Namun
memang persalinan mereka tetap didampingi oleh bidan dan dokter
berpengalaman yang mendukung proses waterbirthmaupun dengan otohipnosis.
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/gizi+dan+kesehatan/Kelahiran/metode.persalinan.gentle.birth/
001/001/937/13/3
Seperti yang kita tahu, bayi yang baru lahir akan langsung dipotong
tali pusarnya, lalu segera dipisahkan dari dekapan ibunya untuk
dilakukan observasi di inkubator atau di ruang bayi.
manfaat
http://www.gentlebirthmethod.com/
Bila ditanya apa kelebihan Gentle Birth ini sendiri, lebih kepada bahwa Gentle
Birthadalah sesuatu yang alamiah, sebagaimana kelahiran itu sendiri. Hanya
saja, jika benar bisa menerapkan filosofi Gentle Birth maka akan bisa lebih
siap untuk menyambut proses kelahiran sendiri. Dalam Gentle Birth tidak
mengutamakan dimensi fisik, tapi memandang seorang Ibu sebagai manusia
seutuhnya secara psikologi dan spiritual.
Gentle Birth pertama kali dipopulerkan di Indonesia oleh Bidan Robin Liem di
klinik gratis klinik Bumi Sehat Bali. Gentle Birth adalah sebuah proses yang
ramah jiwa. Memiliki beberapa prinsip utama sbb:
Melihat kepada prosedur medis, tidak ada bedanya Gentle Birth ataupun
tidak, karena hanyalah sebuah filosofi. Hanya saja dalam Gentle
Birth ada birth plan untuk ibu.Costumize bagi sang ibu sejak awal, karena ibu
dan bayi adalah pemeran utama dalam sebuah proses kelahiran. Misalnya,
sejak awal direncanakan ingin seperti apakah suasana ruang rawat nantinya?
Bagaimana pencahayaannya, bagaimana pendampingannya dalam proses
persalinan nanti.
Sekalipun dikatakan bahwa ibu dan anaklah subjek utama, peran suami juga
sangat penting. Suami adalah figuran utama. Bidan dan pelaku medis lainnya
sebenarnya adalah figuran yang sama sekali kalah penting. Karena yang
paling dibutuhkan oleh seorang calon ibu yang nantinya akan menjadi ibu
adalah support dan dukungan, yang pastinya diharapkan besar diberikan oleh
suami. Sudah pasti, suami sendiri harus memiliki knowledge yang lebih untuk
mengatasi segala masalah yang mungkin terjadi.
Gentlebirth
Gentle birth bukan tentang melahirkan secara normal vs operasi. Gentle birth juga
bukan berarti alergi terhadap intervensi medis. Gentle birth didasari keyakinan
bahwa setiap perempuan memiliki potensi untuk menjalani proses melahirkan
sealamiah mungkin, tenang, dan nyaman. Metode ini mengajarkan perempuan
untuk menyatu, mempercayai isyarat tubuh, serta meyakini bahwa tubuh mampu
berfungsi sebagaimana mestinya sehingga komplikasi bisa ditekan serendah
mungkin, bahkan dihindari.
Agar kondisi tersebut dapat tercapai, ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi:
Pertama, melahirkan dipandang sebagai momen yang harus “dirayakan” dengan
penuh rasa hormat, damai, dan sakral oleh semua yang terlibat di dalamnya. Untuk
itu, aspek mental dan spiritual juga perlu diperhatikan. Ibu diberi kesempatan
untuk percaya, memberdayakan, dan memegang otonomi tubuhnya sendiri,
sedangkan tenaga medis dan perlengkapannya bersifat membantu.
Kedua, adanya peran serta keluarga – terutama suami – untuk memberikan
dukungan mental dan spiritual. Partisipasi aktif semacam itu akan membuat
masing-masing pihak bertransformasi untuk “tumbuh dan berkembang” bersama.
Karena bagaimanapun, proses kehamilan dan kelahiran sesungguhnya merupakan
fase di mana orangtua “dibesarkan” menjadi pribadi yang lebih matang.
Ketiga, rasa mulas dan nyeri menjelang melahirkan dipandang sebagai mekanisme
alamiah tubuh untuk membantu mengeluarkan bayi. Meskipun tetap ada, rasa nyeri
tidak lagi dipandang sebagai rasa sakit yang perlu ditakuti atau dihindari.
Di tengah inovasi teknologi yang terus berkembang, proses persalinan secara natural
seperti yang dilakukan zaman dahulu justru kian marak diperbincangkan. Para calon ibu
mulai mencari tahu dan mempelajari kembali konsep persalinan yang disebut-sebut lebih
tenang dan nyaman, yaitu gentle birth. “Gentle birth itu diambil secara filosofi. Jadi kami
menggunakan cara pandang bahwa semua pelayanan untuk ibu dan janin dilakukan
dengan gentle ,” ujar Aviasti Pratiwi Andayani, S.Ked, Direktur Medis
sekaligus Hypnotherapist Galenia Mom and Child Center Bandung . Filosofi yang
dipegang itulah, tambah Aviasti, yang akan membedakan penanganan saat persalinan.
Dalam gentle birth, persalinan ibarat momen memetik buah cinta yang sebelumnya telah
ditanam dan dipelihara sepenuh hati. Mengingat panjangnya proses yang telah dilewati,
maka alangkah pentingnya menuai hasil dengan cara yang penuh kasih sayang dan
kelembutan. Itulah konsep persalinan yang dipaparkan Aviasti. Pasalnya, ia meyakini bahwa
penanganan bayi sejak dilahirkan akan sangat berpengaruh secara psikologis pada calon
ibu dan bayi. “Karena calon bayi juga bisa merekam kenangan, maka penanganan yang
lembut diharapkan dapat menjadi pengalaman berkesan dan tidak meninggalkan trauma
untuk ibu dan bayi,” tukas Aviasti.
Penanganan secara lembut ini dilakukan agar proses melahirkan berjalan lancar dan
nyaman, sehingga ibu merasa tenang dan bayi tidak merasa “diburu-buru” apalagi “dipaksa”
untuk keluar. “Coba bayangkan jika bayi sedang tidur dengan damai, tiba-tiba dibangunkan
paksa. Ia akan kaget. Maka kita bangunkan perlahan, agar ia bisa bangun dengan tenang
pula,” tambahnya. Hal ini tentu menjadi impian setiap calon ibu. Pasalnya dalam melahirkan,
salah satu indikator kelancaran dapat dilihat dari ketenangan dan kepiawaian calon ibu
mengatur emosi saat menyambut Sang Bayi.
Meskipun berkiblat pada konsep yang begitu alami, namun bukan berarti teknik ini
mengesampingkan perlunya intervensi medis. Menurut Okke Evriana Amd.Keb ., Bidan di
Galenia Mom and Child Center, pemantauan kesehatan calon ibu dan janin tidak boleh luput
dari perhatian. “Tetap harus beriringan dengan hal medis. Minim intervensi memang benar.
Selama hamil dan bersalin, intervensi medis diberikan sesuai indikasi saja. Kalau masih bisa
bersalin normal, kenapa tidak? Tapi, untuk mengetahui kondisi kehamilan berarti tetap harus
rutin memeriksakan ke dokter,” papar Okke.
Seperti yang diungkapkan sebelumnya, ketenangan calon ibu dalam menyambut kelahiran
bayi memang menjadi kunci kelancaran persalinan. Namun meraih kelahiran yang tenang
dan damai pun perlu banyak persiapan. Proses menyiapkan diri itulah yang harus dilatih
sejak dini. Maka dalam gentle birth, salah satu rangkaian yang umumnya dipersiapkan calon
ibu adalah menjaga kestabilan diri dengan self-hypnosis .
“Hipnosis itu persiapan sebelum melahirkan untuk mencapai ketenangan saat persalinan. Itu
akan membuat ibu rileks. Dan, relaksasi itu skill yang harus dilatih agar saat persalinan ia
bisa melakukan hipnosis sendiri,” tambah Aviasti. Mengingat hipnosis juga dapat digunakan
ibu untuk meraih ketenangan saat kehamilan, maka menurut Aviasti, akan lebih baik jika
hipnosis dipelajari calon ibu sedini mungkin.
Pada prinsipnya, hipnosis merupakan teknik untuk memasuki alam bawah sadar manusia
dan menanamkan sugesti positif di dalamnya. Ada tiga tahap yang membangun hipnosis
yaitu relaksasi, repetisi, dan afirmasi. Pertama-tama ibu diajarkan untuk rileks, salah satunya
dengan cara mengatur pernapasan. Ketika telah mencapai kondisi rileks, selanjutnya ia
akan diberi afirmasi atau kalimat positif yang diucapkan berulang-ulang. Kalimat-kalimat
positif itulah yang kemudian akan tertanam di alam bawah sadar dan menguatkan ibu saat
persalinan.
“Pada ibu yang sudah punya trauma akibat persalinan sebelumnya, akan dicoba dibongkar
dulu memorinya. Kami ajak bicara dan tanamkan kepercayaan dengan kalimat positif bahwa
kali ini, persalinan akan berbeda,” tukas Aviasti. Dengan demikian, ibu akan lebih menguasai
diri dalam mengatur rasa sakit dan perasaan tidak nyaman menjelang melahirkan.
Okke lantas menambahkan, hasil yang diharapkan dari hipnosis ini sebenarnya pada
penerimaan. “Bagaimana ibu dapat siap secara fisik dan mental. Jadi ketika akan
melahirkan ia sepenuhnya siap dan rileks. Kalaupun merasa mulas, ia akan berpikir positif.
Misalnya, ‘Si Kecil sedang mencari jalan keluar nih, sebentar lagi ia akan keluar.’ Jadi bisa
disikapi dengan lebih baik,” ujar Okke.
Seiring dengan kepopuleran gentle birth, istilah water birth pun kian banyak dikenal.
Padahal, teknik melahirkan di air telah dilakukan sejak abad ke-12. “Tekniknya hampir sama
dengan teknik melahirkan seperti biasa, hanya ini dilakukan di dalam air. Suhu air
disamakan dengan suhu tubuh sehingga bayi lebih nyaman,” ujar Okke. Proses persalinan
dengan media air ini dilakukan di dalam sebuah kolam karet yang sebelumnya telah
menempuh proses sterilisasi.
Pasalnya, menurut Okke, media air dapat berdampak baik untuk ibu maupun bayi. Ketika
masih di dalam perut, bayi berada di dalam air ketuban Sang Ibu. Pemilihan suhu air pun
disesuaikan dengan suhu tubuh ibu, yaitu kisaran 36,5-37,5 derajat Celsius. Suhu ini dinilai
menjadi media yang paling lembut dan ramah untuk bayi. Sementara untuk ibu, hangatnya
air dapat meningkatkan perasaan nyaman dan tenang.
“Dalam water birth , ibu juga dapat memilih posisi yang menurut dia nyaman. Boleh
setengah duduk atau jongkok. Biasanya, sih, setengah duduk, karena melahirkan dengan
posisi tidur telentang justru jarang padawater birth ," kata Okke. Ia menambahkan, selain
dapat meminimalisasi sobekan di vagina, posisi setengah duduk ini juga searah dengan
gravitasi sehingga membuat kelahiran lebih mudah.
Namun ketika memutuskan untuk memilih water birth , perlu dipastikan terlebih dahulu
kondisi ibu dan janin. Pasalnya, persalinan dengan teknik ini dikatakan aman dilakukan jika
kondisi ibu dan janin dalam keadaan siap. Dalam artian, jika ditemukan indikasi-indikasi
tertentu dalam kehamilan, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter tentang
kemungkinan melahirkan secara alami dengan media air ini.
“Misalnya anak pertama dilahirkan dengan caesar , maka harus diketahui indikasi pada
kehamilan pertama terlebih dahulu. Atau, jika anak pertama dilahirkan dengan caesar dan
bayi kedua ini terlihat lebih besar, itu juga ada risikonya. Jadi harus diketahui indikasi
sebelum lahir, bagaimana kondisi ibu dan dedeknya,” papar Okke.
http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Anak/Gentle-Birth-Ibu-Tenang-Bayi-Senang-1
Dalam gentle birth, dikenal pula istilah “lotus birth ” yang berarti metode perawatan tali pusat
dan plasenta. Ada juga istilah delayed cord clamping yang berarti pemotongan tali pusat
bayi ditunda hingga kondisi bayi siap. “Pada dasarnya kami selalu menerapkan delayed
cord cramping karena ada keuntungan yang diraih jika tali pusat tidak langsung dipotong,”
ujar Okke. Kecuali jika ditemukan indikasi-indikasi tertentu seperti lilitan tali pusat yang
terlampau ketat, perdarahan hebat, atau jika tali pusat terlampau pendek. “Jika tidak ada
indikasi yang mengharuskan tali pusat segera dipotong, kami memilih menunda
pemotongan hingga inisiasi menyusu dini,” tambah Aviasti.
Adapun guna dari menunda pemotongan tali pusat, menurut Aviasti, adalah agar transisi
bayi dari dalam perut hingga setelah lahir berjalan lebih lembut. Pasalnya, selama sembilan
bulan dalam kandungan bayi bernapas dan makan melalui tali pusat. “Beberapa detik
setelah lahir, bayi pun sebenarnya tidak langsung napas. Jika saat bayi belum bernapas
sudah dipotong tali pusat, otomatis dia sempat kekurangan oksigen,” tambahnya.
Lain halnya jika menunda pemotongan. Selain menghindari fase bayi kekurangan oksigen,
penundaan pemotongan tali pusat ini membuat paru-paru bayi berkembang lebih lembut.
Menurut dr. Prima Progestian SPOG., istilah gentle birth pertama kali timbul dari bidan-bidan
di Amerika yang pada dasarnya memiliki arti serupa dengan home birth, “Jika dilihat secara
teknik sebenarnya sama saja, karena gentle birth itu bukan mengacu pada teknik tertentu
melainkan istilah lain dari melahirkan di rumah.” Jika penanganannya dikatakan lebih gentle,
menurut Prima, bisa jadi karena tenaga kesehatan yang mempraktikkan gentle birth
memperhatikan seluruh aspek dengan pendekatan psikososial. Sebagai contoh adalah
keikutsertaan dalam memandikan ibu, memandikan plasenta, juga merawat bayi.
Lebih lanjut ia mengatakan, melahirkan di dalam air (water birth) memang membuat ibu
rileks karena ia berada di air hangat. Namun, bukan berarti dapat menghilangkan rasa sakit.
“Rasa sakit tetap ada karena, kan, ibu masuk ke air pada pembukaan tujuh. Jadi
sebenarnya masih ada sakit hanya memang bisa membuat ibu rileks,” tukasnya.
Selain itu, perlu pemantauan kondisi bayi dan ibu terlebih dahulu sebelum memutuskan
persalinan dengan metode water birth. Pasalnya jika ada komplikasi seperti darah tinggi
atau diabetes pada ibu, terjadi ketuban pecah, atau posisi kepala bayi yang sungsang atau
melintang, metode persalinan ini akan berisiko. Maka dari itu, konsultasi ke tenaga
kesehatan mengenai teknik persalinan yang akan dipilih sangat diperlukan sebelum
mengambil keputusan tersebut.
“Sementara lotus birth itu artinya tidak memotong tali pusat dan menunggu hingga kering.
Jadi yang biasa saya lakukan itu delayed cord clamping atau menunda pemotongan,
biasanya baru dipotong setelah dua hingga tiga menit lahir,” papar penulis Buku Panduan
Ingin Hamil: Cara Menentukan Masa Subur ini. Ia menambahkan, penundaan pemotongan
dengan jangka waktu tersebut bertujuan untuk mengalirkan dua ratus hingga tiga ratus
millimeter darah pada bayi. “Dengan begitu kadar HB dan feritin pada bayi akan lebih tinggi
sehingga mengurangi risiko anemia,” tukas Prima. Sementara bila pemotongan tali pusat
ditunda terlalu lama, bayi justru akan kelebihan sel darah merah.
ANNELIS BRILIAN
http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Anak/Gentle-Birth-Ibu-Tenang-Bayi-Senang-2
Parahnya, banyak pula ibu hamil yang karena takut sakit dan sekadar
memilih hari baik lantas mementingkan kemauan sendiri dan bukan
kemauan bayi, bahkan meminta operasi caesar padahal tak ada indikasi
penyulit apapun. Padahal rasa sakit bisa jauh berkurang dengan model
melahirkan tetap normal namun dengan waterbirth yang kini sudah banyak
dilakukan di rumah bersalin maupun di RS.
Normalnya yang terjadi saat ini, ibu yang pernah melahirkan secara caesar
akan divonis harus caesar lagi bila kembali melahirkan. Dan biasanya ibu
hamil langsung manut aja karena tidak mengerti. Padahal melahirkan
normal setelah caesar (VBAC/vaginal birth after caesar) bisa dilakukan.
Dan sudah banyak kok ibu yang berhasil melahirkan normal setelah
sebelumnya caesar. Tentu ada prasyarat yang harus dipenuhi. Untuk
mengetahui kondisi-kondisi dimana ibu hamil bisa melakukan VBAC ini, ibu
hamil harus banyak belajar.
Intinya, ibu hamil harus pintar dan memintarkan diri, harus
memberdayakan diri, banyak menimba ilmu dan memutuskan sendiri akan
melahirkan dengan jalan apa dan tindakan apa apa yang harus diambil bila
perlu. Bila ibu hamil pintar, tidak akan mudah dibodohi dan ditakut-takuti
sama SPOG yang mata duitan
http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-anak/2012/05/01/gentle-birth-melahirkan-secara-
primitif-yang-kembali-ngetren/
Gentle Birth
Well, sejauh yang saya pelajari, Gentle Birth adalah proses melahirkan yang diadaptasi
dari zaman primitif, cara melahirkan ala generasi sebelum kita terdahulu. Alami dan
sedapat mungkin meminimalisasi trauma, baik pada ibu maupun Baby-nya. Proses
persalinannya dilakukan di dalam air, dengan tujuan agar Mom bisa lebih rileks dan dapat
"berkomunikasi" dengan baby di dalam perutnya. Secara ajaib saling ngobrol dan bekerja
sama untuk menentukan, "Hey Mom.. it's time.. I'm ready now!!"
Sebetulnya, Gentle Birth sudah cukup nge-tren di Indonesia. Beberapa orang pun sudah
mencobanya dan memberikan reviewnya. Salah satunya adalah penulis favorit saya Dewi
"dee" Lestari saat melahirkan anak keduanya, Atisha. Hanya saja, pola pikir masyarakat
akan dampak --yang keburu dikhawatirkan banyak jeleknya (padahal enggak)-- membuat
mereka tidak mau berspekulasi mencoba. Sebetulnya sih bukan spekulasi juga yah, toh
kita juga bisa mencari tahu "gimana-gimana" nya kaan.. Informasi banyak bisa kita jumpai
di internet kok. Saya sepakat kalau Gentle Birth banyak banget keuntungannya. Dan serius
kepingin melahirkan dengan cara itu kalau sudah hamil nanti.
Informasi tentang Gentle Birth di Indonesia bisa kita dapati di situs resminya, Gentle Birth
Indonesia. Sedangkan pusat nya sendiri berada di Ubud, Bali. Mereka membuka klinik
tersebut untuk umum. Sekali waktu, jika saya nanti punya kesempatan ke Bali, saya ingin
berkunjung ke sana. Bahkan kalau boleh jujur, jika saat ini saya kepingin sekali ke Bali,
maka mengunjungi Yayasan Bumi Sehat sebagai pusat Gentle Birth di Indonesia itu lah
alasan terbesar saya. Oiya, berikut situs resminya- Bumi Sehat International Foundation
http://aizzah-nur.blogspot.com/2011/07/gentle-birth.html
Menurut Reza, persalinan pada dasarnya adalah sebuah proses alamiah sehingga
tidak perlu intervensi medis kecuali memang ada komplikasi. Secara alamiah, tubuh
manusia memiliki banyak mekanisme termasuk hormonal yang akan memudahkan
proses persalinan.
Reza mempraktikkan sendiri metode gentle birth saat istrinya, penyanyi dan penulis
novel Dewi Lestari melahirkan putrinya, Atisha pada 2009. Dengan hanya ditemani
Reza dan tanpa didampingi bidan, Dewi sukses melahirkan Atisha tanpa kesulitan
yang berarti.
"Bayi baru lahir punya refleks untuk tidak bernapas dalam air, karena selama di
dalam kandungan selalu terendam air ketuban," jelas Reza.
Metode gentle birth seperti yang dilakukan Reza dan Dewi sebenarnya bukanlah
sebuah metode baru. Selain dengan water birth, metode gentle birth juga sering
diterapkan dengan cara-cara yang unik misalnya melahirkan dengan posisi jongkok
atau nungging.
"Posisi jongkok atau nungging merupakan posisi alami untuk melahirkan. Dalam
posisi ini, keluarnya bayi dibantu juga oleh gravitasi sehingga lebih lancar. Di rumah
sakit kadang terasa lebih sulit karena dipaksa untuk berbaring dengan kaki di atas,"
kata Reza.
http://health.detik.com/read/2012/06/01/180224/1930758/1299/gentle-birth-persalinan-alami-
yang-minim-trauma