PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Perdarahan Antepartum adalah perdarahan pervagina pada
kehamilan diatas 28 minggu atau lebih .Karena perdarahanan tepartum
terjadi pada umur kehamilan diatas 28 minggu maka sering disebut atau
digolongkan perdarahan pada trimester ketiga.
Perdarahan Antepartum yang berbahaya umumnya bersumber
pada kelainan placenta ,secara klinis diklasifikasikan menjadi placenta
previa, solusio placenta, perdarahan ante partum yang belum jelas
sumbernya.
Perdarahan Ante partum terjadipadakira-kira 3 % - 4 %
darisemuapersalinan, yang terbagikira-kira rata antara placenta previa,
solusio placenta danperdarahan yang belumjelassumbernya.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah pembuatan makalah mahasiswa mampu mengetahui dan
memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan perdarahan
antepartum, sehingga dapat memperluas, memperbanyak pengetahuan
dan keterampilan dalam pemberian tidakan yang tepat.
b. Tujuan Khusus
Dengan disusunnya makalah ini mahasiswa diharapkan :
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 PENGERTIAN
Ante Partum Bleeding (APB) atauPerdarahan antepartum adalah
perdarahan pervaginam semasa kehamilan di mana umur kehamilan
telah melebihi 28 minggu atau berat janin lebih dari 1000 gram
(Manuaba, 2010).
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam yang
timbul pada masa kehamilan kedua pada kira-kira 3% dari semua
kehamilan (Wiknjosastro, 2007).
Plasenta previa adalah plasenta atau biasa disebut dengan ari-ari
yang letaknya tidak normal, yaitu pada bagian bawah rahim sehingga
dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan rahim. Pada
keadaan normal ari-ari terletak dibagian atas rahim (Wiknjosastro,
2005).
Klasifikasi atau ienis-jenis plasenta previa di dasarkan atas teraba
jaringan plasenta atau ari-ari melalui pembukaan jalan lahir pada
waktu tertentu.
1. Plasenta previa totalis, yaitu apabila seluruh pembukaan
tertutup oleh jaringan plasenta atau ari-ari.
2. Plasenta previa parsialis, yaitu apabila sebagian
pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta.
3. Plasenta Previa marginalis, yaitu apabila pinggir plasenta
atau ari-ari berada tepat pada pinggir pembukaan jalan ari.
4. Plasenta letak rendah, yaitu apabila letak tidak normal pada
segmen bawah rahim akan tetapi belum sampai menutupi
pembukaan jalan lahir (Wiknjosastro, 2005).
2.2 ETIOLOGI
Pendarahan antepartum dapat disebabkan oleh
1) Bersumber dari kelainan plasenta
a. Plasenta previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta
berimplantasi pada tempat abnormal yaitu pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir (osteum uteri internal).
2) Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta
yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum
janin lahir. Biasanya dihitung kehamilan 28 minggu.
a. Etologi Solusio Plasenta
Penyebab solusio plasenta antara lain :
1) Trauma langsung terhadap uterus hamil :
- Tendangan anak yang sedang digendong.
2) Trauma kebidanan artinya solusio plasenta terjadi
karena tindakan kebidanan yang dilakukan :
- Setelah versi luar.
- Setelah memecahkan ketuban.
- Persalinan anak kedua hamil kembar.
- Dapat terjadi pada kehamilan dengan tali
pusat yang pendek.
b. Faktor predisposisi terjadinya solusio plasenta adalah:
1. Umur ibu yang sudah tua.
2. Multiparitas.
3. Penyakit hipertensi menahun.
4. Pre-eklampisa.
5. Trauma.
6. Tali pusat yang pendek.
7. Tekanan pada vena kava inferior.
8. Difisiensi asam folik.
9. Faktor kebiasaan merokok.
10. Riwayat solusio plasenta sebelumnya.
11. Pengaruh lain seperti anemia.
12. Bersamaan dengan preeklamsia dan
eklamsia
Solusio plasenta dapat diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan
tingkat gejala klinik antara lain :
1. Solusio plasenta ringan
- Tanpa rasa sakit
- Pendarahan kurang 500cc
- Plasenta lepas kurang dari 1/5 bagian
- Fibrinogen diatas 250 mg %
2. Solusio plasenta sedang
- Bagian janin masih teraba
- Perdarahan antara 500 – 1000 cc
- Plasenta lepas kurang dari 1/3 bagian
3. Solusio plasenta berat
- Abdomen nyeri-palpasi janin sukar
- Janin telah meninggal
- Plasenta lepas diatas 2/3 bagian
- Terjadi gangguan pembekuan darah
- Tidak bersumber dari kelainan plasenta, biasanya tidak
begitu berbahaya, misalnya kelainan serviks dan
vagina (erosion, polip, varises yang pecah).
2.5 Komplikasi
1. Plasenta previa
a. Prolaps tali pusat
b. Prolaps plasenta
c. Plasenta melekat sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau
perlu dibersihkan dengan kerokan
d. Robekan-robekan jalan lahir
e. Perdarahan post partum
f. Infeksi karena perdarahan yang banyak
g. Bayi prematuritas atau kelahiran mati
2. Solusi plasenta
a. Langsung
Perdarahan
Infeksi
Emboli dan obstetrik syok
b. Komplikasi tidak langsung
1) Couvelair uterus kontraksi tak baik, menyebabkan pendarahan
post partum
2) Adanya hipo fibrinogenemia dengan perdarahan post partum
3) Nekrosis korteks renalis, menyebabkan anuria dan uremia
2.6 Penatalaksanaan
1. Plasenta previa
a. Penanganan pasif ( pemberian obat-obatan )
b. Segera melakukan SC untuk dapat menyelamatkan ibu
dan anak atau untuk mengurangi kesakitan dan
kematian.
c. Harus diingat bahwa bila dijumpai ibu hamil yang
disangka dengan plasenta previa, kirim segera ke
rumah sakit yang memiliki fasilitas operasi dan
tranfuse darah.
d. Bila ada anemi berikan tranfuse darah dan obat-obatan.
e. Memilih cara persalinan yang tepat, biasanya dengan
cara Amniotomi
f. Pemasangan Cunam Willet Gausz
2. Solusio plasenta
c. Terapi konsrvatif
Prinsip :
1) Tunggu sampai perdarahan berhenti dan partus
berlangsung spontan
2) Perdarahan akan berhenti sendiri jika tekanan
intra uterin bertambah lama, bertambah tinggi
sehingga menekan pembuluh darah arteri yang
robek.
3) Sambil menunggu atau mengawasi berikan :
a) Morphin suntikan subkutan
b) Stimulasi dengan kardiotonika seperti
coramine, cardizol, dan pentazol.
c) Tranfuse darah.
d. Terapi aktif
Prinsip :
Melakukan tindakan dengan maksud anak segera
diahirkan dan perdarahan segera berhenti.Urutan-urutan
tindakan pada solusio plasenta :
a) Amniotomi ( pemecahan ketuban ) dan
pemberian oksitosin dan dan diawasi serta
dipimpin sampai partus spontan.
b) Accouchement force : pelebaran dan peregangan
serviks diikuti dengan pemasangan cunam villet
gauss atau versi Braxtonhicks.
c) Bila pembukaan lengkap atau hampir lengkap,
kepala sudah turun sampai hodge III-IV
- Janin hidup : lakukan ekstraksi vakum
atau forceps.
- Janin meninggal : lakukan embriotomi
c. Seksio cesarea biasanya dilakukan pada keadaan :
- Solusio plasenta dengan anak hidup, pembukaan
kecil
- Solusio plasenta dengan toksemia berat,
perdarahan agak banyak, pembukaan masih kecil.
- Solusio plasenta dengan panggul sempit.
- Solusio plasenta dengan letak lintang
d. Histerektomi dapat dikerjakan pada keadaan :
- Bila terjadi afibrinogenemia atau hipofibrino-
genemia kalau persediaan darah atau fibrinogen
tidak ada atau tidak cukup.
- Couvelair uterus dengan kontraksi uterus yang
tidak baik.
- Ligasi arteri hipogastrika bila perdarahan tidak
terkontrol tetapi fungsi reproduksi ingin
dipertahankan.
e. Pada hipofibrinogenemia berikan :
- Darah segar beberapa botol
- Plasma darah
- Fibrinogen
Patofisiologi
Implantasi abnormal
perub.perfusi jaringan
Cidera
A. PENGKAJJIAN
1. Identitas Umum
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama :
90% pada ibu hamil dengan plasenta pravia terjadi
perdarahan tanpa disertai nyeri
b. Riwayat Sekarang :
Ibu hamil biasanya mengalami perdarahan saat tidur
maupun melakukan aktivitas sehari – hari. Biasanya
perdarahan terjadinya pervaginam : banyak, sedikit, ibu
terlihat pucat, anemis, perdarahan berwarna merah segar,
letak janin abnormal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat
diperlukan uterus seperti seksio sasaria curettage yang
berulang-ulang.
- Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi
DM, Hemofilia serta mengalami penyakit menular
seperti hepatitis.
- Kemungkinan pernah mengalami abortus
d. Riwayat Kesehatan Keluarga :
- Kemungkinan keluarga pernah mengalami
kesulitan kehamilan lainnya.
- Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti
ini.Kemungkinan keluarga pernah mengalami
kehamilan ganda.
- Kemungkinan keluarga menderita penyakit
hipertensi DM, Hemofilia dan penyakit menular.
e. Riwayat menstruasi :
- Menarche : 12th
- Siklus haid : 28 hari
- Teratur / tidak : teratur
- Lama haid : ± 7 hari
- Keluhan saat haid : desminhorea
- Flour albus : terjadi setelah haid dan sebelum haid
(jernih dan tidak berbau)
f. Riwayat kehamilan sekarang
- TM I :
- TM II :
- TM III :
g. Riwayat kehamilan, bersalin, nifas yang dahulu
Kehamilan Hamil Persalinan Nifas
ke usia jenis penolong tempat Asi Penyakit
HAMIL INI
h. Pola Gordon
Pada pemeriksaan 11 pola gordon yang meliputi pola nutrisi
metabolik, pola istirahat dan tidur, pola eliminasi, pola aktivitas dan
latihan, pola kognitif perseptual, pola konsep diri, pola peran-
hubungan, pola koping – toleransi stres, pola nilai kepercayaan, pola
seksual reproduksi, dan pola persepsi kesehatan/penanganan
kesehatan yang paling dominan pada kasus placenta previa yaitu pada
pola istirahat tidur dan pola aktivitas dan latihan. Karena pada pasien
dengan placenta previa mengalami perdarahan pervaginam baik
sedikit maupun banyak, baik dalam aktivitas maupun dalam keadaan
istirahat, meskipun perdarahan ini tidak disertai rasa nyeri.
B. DATA OBJEKTIF
1) Kondisi Umum
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Suhu tubuh : suhu akan meningkat jika terjadi infeksi
Tekanan darah : akan menurun jika ditemui adanya tanda
syok
Pernapasan : nafas jika kebutuhan akan oksigen terpenuhi
Nadi : nadi melemah jika ditemui tanda-tanda shok
C. PEMERIKSAAN FISIK
- Kepala, seperti warna, keadaan dan kebersihan
- Muka, biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan
pucat.Mata biasanya konjugtiva anemis
- Thorak, biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan
thoracoabdominal
- Abdomen
Inspeksi : terdapat strie gravidarum
Palpasi :
- Leopoid I : Janin sering belum cukup bulan,jadi fundus uteri
masih rendah.
- Leopoid II : Sering dijumpai kesalahan letak
- Leopoid III : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak
kepala biasanya kepala masih goyang atau terapung(floating) atau
mengolak diatas pintu atas panggul.
- Leopoid IV : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
Perkusi : Reflek lutut +/+
Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat. Normal 120.160
Genetalia biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah muda
Ekstremitas, Kemungkinan udema atau varies. Kemungkinan akral
dingin.
D. ANALISA DATA
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS :Perubahan sensai Implantasi Perfusi jaringan
DO : placenta
- perubahan karakteristik abnormal
kulit (misalnya, rambut,
kuku dan kelembapan)
- nadi arteri lemah
- perubahan suhu kulit
- edema
2. DS :perasan takut Perubahan yang Cemas
DO : menyertai
- wajah tegang kehamilan
- peningkatan keringat
- gemetar / tremor
3. DS : Haus Output yang Kekuranga
DO : berlebihan volume cairan
- Penurunan turgor kulit dan
lidah
- perubahan status mental
- penurunan haluaran urine
- kulit dan membran
mukosa kering
- suhu tubuh meningkat
- peningkatan frekuensi
nadi, penurunan tekanan
darah, penurunan volume,
dan tekanan nadi
- kelemahan
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan ante
partem yang ditandai dengan perdarahan terjadinya pervaginam :
banyak, sedikit,
2. Cemas berhubungan dengan perubahan yang menyertai kehamilan
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang
berlebihan
F. INTERVENSI
Tgl No. Dx Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Tujuan : 1. Kaji penyebab 1. Dengan
Setelah dilakukan terjadinya mengontrol
tindakan keperawatan perdarahan(abrasi perdarahan
selama ... x ... jam, plasenta, plasenta dapat diketahui
diharapkan pasien dapat previa, merokok, perubahan
menunjukkan perfusi penggunaan perfusi jaringan
yang adekuat, dengan kokain, PIH pada plasenta
kriteria hasil : (pregnance sehingga dapat
1. Tekanan systole induced melakukan
dan diastole hiertention). tindakan segera
dalam rentang 2. Inspeksi keadaan 2. Dengan
yang diharapakan perineum, hitung mengetahui
2. Tidak ada jumlah dan jumlah dan
ortostatik karkateristik karakteristik
hipertensi perdarahan. perdarahn dapat
3. Tidak ada tanda – 3. Catat masukan digunakan untuk
tanda dan pengeluaran pemberian
peningkatan makanan dan terpai dan
tekanan minuman. mengetahui
intrakranial (tidak 4. Kolaborasi tingkat keparahn
lebih dari 15 pemeberian luka dan untuk
mmHg) analgetik mencegah psien
agar tidak
beresiko
kekurangan
cairan
3. Kurangnya
nutrisi dapat
memperlambat
proses
penyembuhan
4. Dengan
pemberian
analgetik dapat
mengurangi rasa
nyeri
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran