Anda di halaman 1dari 16

BAB I KONSEP MEDIS

A. Definis
Low Back Pain (LBP) atau dalam bahasa indonesia adalah nyeri
punggung bawah (NPB) adalah suatu gejala berupa nyeri dibagian
pinggang yang dapat menjalar ke tungkai kanan atau kiri. Dapat
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya.
Nyeri ini terasa di antara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah
yaitu didaerah lumbal atau lumbosakral dan sering disertai dengan
penjalaran nyeri ke arah tungkai. Nyeri yang berasal dari daerah punggung
bawah dapat dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal dari
daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (refered pain)
(Muttaqien, 2016).

B. Etiologi (Harsono, 2016)


1. Kongenital, misalnya Faset tropismus (asimetris), kelainan vertebra
misalnya sakralisasi, lumbalisasi, dan skoliosis serta Sindrom ligamen
transforamina yang menyempitkan ruang untuk jalannya nervus spinalis
hingga dapat menyebabkan NPB.
2. Trauma dan gangguan mekanik: Trauma dan gangguan mekanik
merupakan penyebab utama NPB. Orang yang tidak biasa melakukan
pekerjaan otot atau sudah lama tidak melakukannya dapat menderita
NPB akut, atau melakukan pekerjaan dengan sikap yang salah dalam
waktu lama akan menyebabkan NPB kronik. Trauma dapat berbentuk
lumbal strain (akut atau kronik), fraktur (korpus vertebra, prosesus
tranversus), subluksasi sendi faset (sindroma faset), atau spondilolisis
dan spondilolistesis.
3. Radang (Inflamasi), misalnya Artritis Rematoid dan Spondilitis
ankilopoetika (penyakit Marie-Strumpell)
4. Tumor (Neoplasma): Tumor menyebabkan NPB yang lebih dirasakan
pada waktu berbaring atau pada waktu malam. Dapat disebabkan oleh
tumor jinak seperti osteoma, penyakit Paget, osteoblastoma,
hemangioma, neurinoma, meningioma. Atau tumor ganas, baik primer
(mieloma multipel) maupun sekunder: (metastasis karsinoma payudara,
prostat, paru tiroid ginjal dan lain-lain).
5. Gangguan metabolik: Osteoporosis dapat disebabkan oleh kurangnya
aktivitas/imobilisasi lama, pasca menopouse, malabsorbsi/intake rendah
kalsium yang lama, hipopituitarisme, akromegali, penyakit Cushing,
hipertiroidisme/tirotoksikosis, osteogenesis imperfekta, gangguan
nutrisi misalnya kekurangan protein, defisiensi asam askorbat,
idiopatik, dan lain-lain. Gangguan metabolik dapat menimbulkan
fraktur kompresi atau kolaps korpus vertebra hanya karena trauma
ringan. Penderita menjadi bongkok dan pendek dengan nyeri difus di
daerah pinggang.
6. Degenerasi, misalnya pada penyakit Spondylosis (spondyloarthrosis
deforman), Osteoartritis, Hernia nukleus pulposus (HNP), dan Stenosis
Spinal.
7. Kelainan pada alat-alat visera dan retroperitoneum, pada umumnya
penyakit dalam ruang panggul dirasakan di daerah sakrum, penyakit di
abdomen bagian bawah dirasakan didaerah lumbal.
8. Infeksi : Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. NPB yang
disebabkan infeksi akut misalnya : disebabkan oleh kuman pyogenik
(stafilokokus, streptokokus, salmonella). NPB yang disebabkan infeksi
kronik misalnya spondilitis TB (penyakit Pott), jamur, osteomielitis
kronik.
9. Problem psikoneurotik : NPB karena problem psikoneuretik misalnya
disebabkan oleh histeria, depresi, atau kecemasan. NPB karena masalah
psikoneurotik adalah NPB yang tidak mempunyai dasar organik dan
tidak sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis, bila
ada kaitan NPB dengan patologi organik maka nyeri yang dirasakan
tidak sesuai dengan penemuan gangguan fisiknya.
10. Adapun faktor resiko untuk NPB antara lain adalah: usia, jenis kelamin,
obesitas, merokok, pekerjaan, faktor psikososial, dan cedera punggung
sebelumnya.

C. Manifestasi Klinis (Muttaqin, 2016)


1. Perubahan dalam gaya berjalan
a. Berjalan terasa kaku
b. Tidak bias memutar punggung
c. Pincang
2. Persyarafan
Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien
merasakan sensasi pada kedua anggota badan,tetapi mengalami
sensasi yang lebih kuat pada daerah yang tidak dirangsang.
3. Nyeri.
a. Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
b. Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
c. Nyeri otot dalam.
d. Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
e. Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
f. Nyeri pada pertengahan bokong.
g. Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.

D. Komplikasi
Skoliosis merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan
pada penderita nyeri punggung bawah karena Spondilosis. Hal ini terjadi
karena pasien selalu memposisikan tubuhnya kearah yang lebih nyaman
tanpa mempedulikan sikap tubuh normal. Hal ini didukung oleh
ketegangan otot pada sisi vertebra yang sakit (Risky 2016).

E. Pemeriksaan Diagnostik (Harsono, 2016)


1. Sinar X vertebra ; mungkin memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi,
infeksi, osteoartritis atau scoliosis.
2. Computed tomografhy ( CT ) : berguna untuk mengetahui penyakit
yangmendasari seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi
disekitar kolumna vertebralis dan masalah diskus intervertebralis.
3. Ultrasonography : dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis
spinalis.
4. Magneting resonance imaging ( MRI ) : memungkinkan visualisasi
sifat dan lokasi patologi tulang belakang.
5. Meilogram dan discogram : untuk mengetahui diskus yang mengalami
degenerasi atau protrusi diskus.
6. Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus
lumbalis dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
7. Elektromiogram (EMG) : digunakan untuk mengevaluasi penyakit
serabut syaraf tulang belakang ( Radikulopati ).

F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan (Muttaqin, 2016)
Informasi dan edukasi.
a. Pada NPB akut: Imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan
berat badan, posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas
dan dingin) masase, traksi (untuk distraksi tulang belakang), latihan :
jalan, naik sepeda, berenang (tergantung kasus), alat Bantu (antara lain
korset, tongkat)
b. NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas
termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat
badan posisi tubuh dan aktivitas
2. Medis (Harsono, 2016)
a. Formakoterapi.
1) NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri
berat), injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri
radikuler
2) NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan
(gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha
blocker (klonidin, prazosin), opioid (kalau sangat diperlukan)
b. Invasif non bedah
1) Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)
2) Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik punggung
bawah yang intractable)
c. Bedah
HNP, indikasi operasi :
1) Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat
minggu: nyeri berat/intractable / menetap / progresif.
2) Defisit neurologik memburuk.
3) Sindroma kauda.
4) Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif tidak berhasil
5) Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan
neurofisiologik dan radiologic.

G. Patofisiologi (Harsono, 2016)


Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah
stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan
persepsi nyeri disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari system
ini dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan intensitas yang dirasakan
berbeda diantara tiap individu. Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung
saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya pada stimulus yang kuat,
yang secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa
kimia, mekanik, ataupun termal. Kornu dorsalis dari medulla spinalis
merupakan tempat memproses sensori, dimana agar nyeri dapat diserap
secara sadar, neuron pada system assenden harus diaktifkan.
Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator
inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri
merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga
proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah
spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri yang
timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya
berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi
primer pada system saraf. Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat
menyebabkan dua kemungkinan.
Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf
yang kaya nosiseptor dari nervinevorum yang menimbulkan nyeri
inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan
peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan
kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi
perubahan biomolekuler dimana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion
lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot
yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini
merupakan dasar pemeriksaan Laseque.

H. Prognosis
Prognosis sangat baik, akan mengalami perbaikan nyata dari cedera
lumbal strain atau sprain. Dengan fisiotherapy dan pemberian
medikamentosa secara adekuat, 90% pasien mengalami penyembuhan
dalam waktu 1 bulan. Namun demikian nyeri pinggang strain dapat
menjadi kronik bila tidak dilakukan penglolaan secara benar termasuk
perubahan perilaku yng dapat menyebabkan strain atau sprain lumbal
(Risky, 2015).
BAB II KONSEP KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Data fokus yang perlu dikaji:
1. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan
pengkajian)
2) Riwayat penyakit sekarang
a) Diskripsi gejala dan lamanya
b) Dampak gejala terhadap aktifitas harian
c) Respon terhadap pengobatan sebelumnya
d) Riwayat trauma
3) Riwayat Penyakit Sebelumnya
a) Immunosupression (supresis imun)
b) Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas (kangker)
c) Nyeri yang menetap merupakan pertimbangan untuk kangker
atau infeksi.
d) Pemberatan nyeri di kala terbaraing (tumor instraspinal atau
infeksi) atau pengurangan nyeri (hernia nudeus pulposus /
HNP)
e) Nyeri yang paling berat di pagi hari (spondiloartropati
seronegatif: ankylosing spondyli-tis, artristis psoriatic,
spondiloartropati reaktif, sindroma fibromialgia)
f) Nyeri pada saat duduk (HNP, kelainan faset sendi, stenosis
kanal, kelahinan otot paraspinal, kelainan sendi sakroilikal,
spondilosis / spondilolisis / spondilolistesis, NPB-spesifik)
g) Adanya demam (infeksi)
h) Gangguan normal (dismenore, pasca-monopause
/andropause)
i) Keluhan visceral (referred pain)
j) Gangguan miksi
k) Saddle anesthesia
l) Kelemahan motorik ekstremitas bawah (kemungkinan lesi
kauda ekwina)
m) Lokasi dan penjalaran nyeri.
2. Aktivitas dan istirahat
Gejala: Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat,
duduk, mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan/matras
waktu tidur, penurunan rentang gerak dari ekstrimiter pada salah satu
bagian tubuh, tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya
dilakukan.
Tanda:Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam
berjalan.
3. Eliminasi
Gejala: Konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya
inkontenensia/retensi urine
4. Integritas Ego
Gejala: Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah
pekerjaan, finansial keluarga.
Tanda: Tampak cemas, defresi, menghindar dari keluarga/orang
terdekat
5. Neurosensori
Gejala: Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda: Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotania,
nyeri tekan/spasme pavavertebralis, penurunan persesi nyeri (sensori)
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk
dengan adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat
defekasi, mengangkat kaki, atau fleksi pada leher, nyeri yang tidak
ada hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara
interminten; nyeri menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atau
bahu/lengan; kaku pada leher (servikal).
Terdengar adanyasuara“krek” saat nyeri baru timbul/saat
traumaataumerasa “punggung patah”, keterbatasan
untukmobilisasi/membungkuk kedepan.
Tanda Sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena,
perubahan cara berjalan: berjalan dengan terpincang-pincang,
pinggang terangkat pada bagian tubuh yang terkena, nyeri pada
palpasi.
7. Keamanan
Gejala: Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi
8. Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala: Gaya hidup ; monoton atau hiperaktif
Pertimbangan: DRG menunjukan rata-rata perawatan:10,8 hari
Rencanapemulangan:Mungkin memerlukan batuan transportasi,
perawatan diri dan penyelesaian tugas-tugas.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien LBP:
1. Nyeri akut b/d agen injuri (fisik, kelainan muskuloskeletal dan system
syaraf vaskuler.
2. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskuloskeletal,
kekakuan sendi atau kontraktur.
3. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman
C. Inervensi Keperawatan
N Diagnosa Tujuan Intervensi
o Keperawatan
1 Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan Manajemen nyeri
injuri (fisik, kelainan tindakan 1. Lakukanpengkajian
muskuloskeletal dan keperawatan selama nyeri
system syaraf 3 x 24 jam nyeri secarakomprehensif
Vaskuler berkurang / hilang (lokasi, karateristik,
Batasan dengan kriteria : durasi, frekuensi,
Karakteristik Tingkat nyeri kualitas, dan faktor
Verbal 1. Melaporkan nyeri presipitasi).
1. Menarik napas berkurang / 2. Observasi reaksi non
panjang dan hilang verbal dari
merinti 2. Frekuensi nyeri ketidaknyamanan.
2. Mengeluh nyeri berkurang / 3. Gunakan teknik
Motorik hilang komunikasi terapetik
1. Menyeringaikan 3. Lama nyeri untuk mengetahui
wajah berkurang pengalaman nyeri klien.
2. Langkah yang 4. Ekspresi oral 4. Evaluasi pengalaman
terseok-seok berkurang / nyeri masa lampau.
3. Postur yang kaku/ hilang 5. Evaluasi bersama klien
tidak stabil 5. Ketegangan otot dan tim kesehatan lain
4. Gerakan yang berkurang / tentang ketidak efektifan
amat lambat atau hilang kontrol nyeri masa
terpaksa 6. Dapat istirahat lampau.
Respon autonom 7. Skala nyeri 6. Bantu klien dan keluarga
- Perubahan vital berkurang / untuk mencari dan
sign menurun menemukan dukungan.
Kontrol nyeri 7. Kontrol lingkungan
1. Mengenal faktor- yang dapat
faktor penyebab mempengaruhi nyeri
2. Mengenal onset (suhu ruangan,
nyeri pencahayaan, dan
3. Jarang / tidak kebisingan)
pernah 8. Kurangi faktor
menggunakan presipitasi nyeri.
analgetik 9. Pilih dan lakukan
4. Jarang / tidak penanganan nyeri
pernah (farmokologi, non
melaporkan farmakologi dan
nyeri kepada tim interpersonal)
kesehatan. 10. Kaji tipe dan sumber
5. Nyeri terkontrol nyeri untuk menentukan
Tingkat intervensi.
kenyamanan 11. Ajarkan tentang teknik
1. Klien melaporkan non farmakologi.
kebutuhan 12. Berikan analgetik untuk
istirahat tidur mengurangi nyeri.
tercukupi 13. Evaluasi keefektifan
2. Melaporkan kontrol nyeri
kondisi fisik 14. Tingkatkan istirahat
baikMelaporkan 15. Kolaborasi dengan
kondisi psikis dokter jika ada keluhan
baik dan tindakan nyeri tidak
berhasil
16. Monitor penerimaan
klien tentang
manajemen nyeri.
Administrasi analgeik
1. Tentukan lokasi,
karateristik kualitas, dan
derajat nyeri sebagai
pemberian obat
2. Cek riwayat alergi
3. Pilih analgenik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgetik
ketika pemberian lebih
dari satu.
4. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri.
5. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
6. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat.
7. Evaluasi efektifitas
analgesik tanda dan
gejala (efek sampingan).
2 Hambatan mobilitas Setelah dilakukan 1. Koreksi tingkat
fisik b.d nyeri, tindakan kemampuan mobilisasi
kerusakan keperawatan selama dengan sekala 0-4
muskuloskeletal, 3 x 24 jam klien 0: Klien tidak tergantung
kekakuan sendi atau mampu mencapai pada orang lain
kontraktur. mobilitas fisik 1: Klien butuh sedikit
Batasan dengan kriteria : bantuan
karakteristik Mobiliti level 2: Klien butuh bantuan
1. Postur tubuh 1. Klien dapat sederhan
kaku tidak stabil. melakukan 3 : Klien butuh bantuan
2. Jalan terseok- mobilitas secara banyak
seok bertahap dengan 4 :Klien sangat
3. Gerak lambat tanpa merasakan tergantung pada
4. Membatasi nyeri pemberian pelayanan
perubahan gerak 2. Penampilan 2. Atur posisi klien
yang mendadak seimbang 3. Bantu klien melakukan
atau cepat 3. Menggerakkan perubahan gerak.
otot dan sendi 4. Observasi / kaji terus
4. Mampu pindah kemampuan gerak
tempat tanpa motorik, keseimbangan
bantuan 5. Ukur tanda-tanda vital
5. Berjalan tanpa sebelum dan sesudah
bantuan melakukan latihan.
6. Anjurkan keluarga klien
untuk melatih dan
memberi motivasi.
7. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain
(fisioterapi untuk
pemasangan korset)
8. Buat posisi seluruh
persendian dalam letak
anatomis dan nyaman
dengan memberikan
penyangga pada lekukan
lekukan sendi serta
pastikan posisi
punggung lurus.

3 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan Peningkatan tidur/ sleep


b.d nyeri, tidak tindakan enhancement
nyaman keperawatan selama 1. Kaji pola tidur / pola
Batasan 3 x 24 jam klien aktivitas
karakteristik dapat terpenuhi 2. Anjurkan klien tidur
1. Pasien menahan kebutuhan tidurnya secara teratur
sa-kit (merintih, dengan kriteria : 3. Jelaskan tentang
me-nyeringai) Tidur pentingnya tidur yang
2. Pasien a. Jumlah jam tidur cukup selama sakit dan
mengungkapkan cukup terapi.
tidak bisa tidur b. Pola tidur normal 4. Monitor pola tidur dan
karena nyeri c. Kualitas tidur catat keadaan fisik,
cukup psykososial yang
d. Tidur secara mengganggu tidur
teratur 5. Diskusikan pada klien
e. Tidak sering dan keluarga tentang
terbangun tehnik peningkatan pola
f. Tanda vital tidur
dalam batas Manajemen lingkungan
normal 1. Batasi pengunjung
Rest 2. Jaga lingkungan dari
a. Istirahat Cukup bising
b. Kualitas istirahat 3. Tidak melakukan
baik tindakan keperawatan
c. Istirahat fisik pada saat klien tidur
cukup Anxiety reduction
d. Istirahat psikis 1. Jelaskan semua prosedur
cukup termasuk pera-saan yang
Anxiety control mungkin dialami selama
a. Tidur adekuat men-jalani prosedur
b. Tidak ada 2. Berikan objek yang
manifestasi fisik dapat memberikan rasa
c. Tidak ada aman
manifestasi 3. Berbicara dengan pelan
perilaku dan tenang
d. Mencari 4. Membina hubungan
informasi untuk saling percaya
mengurangi 5. Dengarkan klien
cemas dengan penuh perhatian
e. Menggunakan 6. Ciptakan suasana saling
teknik percaya
relaksasi untuk 7. Dorong orang tua
mengurangi mengungkapkan pera-
cemas saan, persepsi dan cemas
f. Berinteraksi secara verbal
sosial 8. Berikan peralatan /
aktivitas yang
menghibur untuk
mengurangi ketegangan
9. Anjurkan untuk
menggunakan teknik
relaksasi
10. Berikan lingkungan
yang tenang
11. Batasi pengunjung
BAB III WEB OF CAUTION ( WOC )

PATHWAY

Masalah musculosceletal, gangguan ginjal,


masalah pelvis, tumor

Kontraksi punggung

Tulang belakang menyerap


goncangan vertikal

Otot abdominal & thoraks Terjadi perubahan struktur dengan discus susun
melemah atas fibri fertilago dan matrik gelatinus

Fibri kartilago padat dan kurang


teratur
Mobilitas fisik terganggu
Penonjolan diskus/ kerusakan
sendi pusat
Hambatan mobilitas fisik
Menekan akar syaraf

Pelepasan
Jarang bergerak
neurotransmitter

Struktur melemah ketidaknyaman Transduksi,


aan modulasi, transmisi
Penumpukan lemak RAS teraktivasi
karena tubuh kurang Nyeri dipersepsikan
gerak
REM menurun
Gangguan rasa nyaman
Nutrisi lebih dari nyeri
kebutuhan tubuh Gangguan pola
tidur
DAFTAR PUSTAKA

 Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2016. Buku


Ajar Anatomi Umum. FK UNHAS
 Brunner and Suddarth. 2016. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: JB
Lippincot Company.
 Harsono. 2016. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi 1. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.Judith M. Wilkinson.2016. Buku saku diagnosis
keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC ed. 7. Jakarta :
EGC
 Muttaqin, Arief. 2016. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
persarafan. Jakarta : EGC
 NANDA International. 2015. Diagnosis keperawatan definisi dan
klasifikasi 2015-2016. Jakarta : EGC
 Risky, Arianto. 2015. Low back pain/ nyeri pinggang.
http://freshlifegreen.id.scribd.co.id/2015/02/low-back-pain-lbp-nyeri-
pinggang.html (diakses pada 2 November 2015)
LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG
LOW BACK PAIN (LBP)

DI SUSUN OLEH :

NAMA : ISNA DEWI UWEN


NPM : 1420116O67
RUANG : NEUROLOGI
KELOMPOK : VI ( ENAM)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKes MALUKU HUSADA
AMBON
2020

Anda mungkin juga menyukai