Anda di halaman 1dari 12

MODUL 1

ALIRAN MELALUI PELUAP

TUJUAN :

 Mempelajari aliran melalui peluap ambang tipis.


 Mengukur debit yang melalui ambang Thompson dan menghitung koefisien debitnya.
 Mengetahui hubungan antara kedalaman aliran dengan debit.
 Mampu menggambarkan kurva lengkung debit.

DASAR TEORI :

Peluap merupakan suatu bukaan pada salah satu sisi kolam atau tangki yang berfungsi untuk
mengukur debit yang dari hulu. Debit diukur berdasarkan tinggi energy (head H), yaitu muka air yang
diukur dari puncak peluap (tinggi peluapan). Berdasarkan ketebalannya, peluap ada dua macam,
peluap ambang tipis (t<0.5 H) dan peluap ambang tebal (t>0.66H). berdasarkan muka air di hilir,
peluap ada dua macam yaitu peluap terendam dan peluap terjunan. Peluap disebut terendam jika
muka air di hilir lebih rendah dari puncak peluap. Merupakan bentuknya peluapdibedakan menjadi
peluap segitiga, segi empat, dan trapezium.

Ambang Thompson merupakan peluap ambang tipis berbentuk segitiga. Debit yang mengalir melalui
peluap segitiga dihitung dengan rumus :

8 𝛼 5
Q= Cd tg ( ) √2𝑔 𝐻 2
15 2

Thompson memberikan rumus debit sebagai berikut :

𝛼 5
Q = C . tg ( ) 𝐻 2
2

Kedua rumus disederhanakan menjadi :


5
Q = C . 𝐻2

Dengan Q = debit aliran, C = Koefisien debit, α = 90o;

H = kedalaman air pada ambang peluap (m).

Kurva lengkung debit sangat berguna untuk perencanaan bangunan air, terutama jika harus
merencanakan suatu bangunan air pada daerah tertentu yang belum ada bangunan air disekitarnya.
Debit yang diketahui, diperlukan untuk mendinensi saluran, tamoungan dan menentukan muka air
maksimal suatu bangunan air.

ALAT PERCOBAAN

1. Bak air (flume)


2. Peluap ambang Thompson
3. Alat ukur kedalaman aliran (point gauge meter)
4. Alat tulis
LANGKAH PERCOBAAN

1. Baca tinggi muka air awal pada ambang Thompson dan hulu bending.
2. Alirkan air kedalam flume, atur bukaan pintu di hulu untuk mendapatkan variasi setiap
perubahan nilai debit di hulu
3. Lakukan pengukuran secara berulang dengan debit yang bervariasi agar diperoleh data
lengkung debit

ANALISA DAN PERHITUNGAN

Rumus yang digunakan :

 Ambang Thompson :

∆h = hakhir – hawal
5
Q = C . ∆h 2

C Thompson = 1,39

 Udik Bendung :
3
Q = C B 𝐻2
𝑄
V=𝐴

𝑉2
H = ∆h + 2𝑔

𝑄
C= 3
B 𝐻2
Contoh Perhitungan MODUL 1

Nama : Azhandi Usemahu

NRP : 22 – 2012 – 116

Ambang Thompson

Diketahui :

Hawal (Thompson) : 14.33 cm B : 50 cm = 0.5 m

Hakhir (Thompson) : 17.7 cm Hawal (udik bendung) : 27.57 cm

C Thompson : 1.39 Hakhir (udik bendung) : 26.84 cm

Dit : a). Q Thompson b). Q Udik Bendung

c). v Udik Bendung d). C Udik Bendung

Jawab :
5
Q Thompson = C . ∆h 2
5
= 1.39 . (17.7 − 14.33) 2

= 2.9 x 10-4 m3/s


5
Q Udik Bendung = C B 𝐻2

27.57 26.84 3
= 1.39 x 0.5 x ( − )2
100 100

= 4.33 x 10-4 m3/s


𝑄
v Udik Bendung =𝐴

0.43
= 27.57 26.84
( 100 − 100 )x0.5

= 0.118 m/s

𝑄
C Udik Bendung = 3
B 𝐻2

4.33 x 10−4
= 3
27.57 26.84
0.5 x ( − )2
100 100

= 1.39
Kesimpulan
Pada pengujian aliran melalui peluap, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

 Setelah dilakukan analisa, didapati bahwa untuk perhitungan debit Thompson, semakin
besar selisih tinggi permukaan air ada percobaan/praktikum, maka nilai debitnya akan
semakin besar pula. Hal ini disebabkan karena pada perhitungan debit Thompson hanya
dipengaruhi oleh tinggi awal dan akhir pada percobaan, sedangkan nilai lainnya berupa
angka konstan dan tidak berubah.
 Sama halnya dengan pengujian dan perhitungan pada Thompson, pada perhitungan udik
bendung juga hanya dipengaruhi oleh besarna selisih tinggi muka air awal dan akhir,
sedangkan nilai dari koefisien atau besaran lainnya semuanya tetap/konstan.

Contoh Perhitungan MODUL 1


Nama : Fadjar Mohammad Elfaaz

NRP : 22 – 2012 – 131

Ambang Thompson

Diketahui :

Hawal : 14.33 cm B : 50 cm = 0.5 cm

Hakhir : 18.14 cm

C Thompson : 1.39

Dit : a). Q Thompson

b). Q Udik Bendung

c). v Udik Bendung

d). C Udik Bendung

Jawab :
5
Q Thompson = C . ∆h 2
5
= 1.39 . (18.14 − 14.33) 2

= 39.38 cm3/s
5
Q Udik Bendung = C B 𝐻2
3
= 1.39 x 0.5 x (27.62 − 26.84) 2

= 0.48 cm3/s
𝑄
v Udik Bendung =𝐴

0.48
= (27.62− 26.84)x0.5

= 1.23 cm/s

𝑄
C Udik Bendung = 3
B 𝐻2

0.48
= 3
0.5 x (27.62−26.84)2

= 1.39
Kesimpulan

Pada pengujian aliran melalui peluap, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Pada pengujian kali ini, nilai dari debit dan kecepatan hanya bergantung kepada selisih dari
tinggi muka airnya saja, dikarenakan semua besaran lainya bersifat konstan atau tetap.
Contoh Perhitungan MODUL 1

Nama : Ryan Achmad Fadhillah

NRP : 22 – 2012 – 122

Ambang Thompson

Diketahui :

Hawal : 14.33 cm B : 50 cm = 0.5 cm

Hakhir : 18.59 cm

C Thompson : 1.39

Dit : a). Q Thompson

b). Q Udik Bendung

c). v Udik Bendung

d). C Udik Bendung

Jawab :
5
Q Thompson = C . ∆h 2
5
= 1.39 . (18.59 − 14.33) 2

= 52.06 cm3/s
5
Q Udik Bendung = C B 𝐻2
3
= 1.39 x 0.5 x (27.75 − 26.84) 2

= 0.603 cm3/s
𝑄
v Udik Bendung =𝐴

0.603
= (27.75− 26.84)x0.5

= 1.325 cm/s

𝑄
C Udik Bendung = 3
B 𝐻2

0.603
= 3
0.5 x (27.75−26.84)2

= 1.39
Kesimpulan

Pada pengujian aliran melalui peluap, dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin besar selisih tinggi
muka air, maka semakin besar pula nilai debit pada Thompson dan Udik Bendung, namun sebaliknya
pada kecepatan udik bendung, yang mana semakin besar selisih tinggi muka air maka semakin kecil
kecepatan aliran pada udik bendung.
Contoh Perhitungan MODUL 1

Nama : Rifki Fadilah

NRP : 22 – 2012 – 123

Ambang Thompson

Diketahui :

Hawal : 14.33 cm B : 50 cm = 0.5 cm

Hakhir : 19.48 cm

C Thompson : 1.39

Dit : a). Q Thompson

b). Q Udik Bendung

c). v Udik Bendung

d). C Udik Bendung

Jawab :
5
Q Thompson = C . ∆h 2
5
= 1.39 . (19.48 − 14.33) 2

= 83.66 cm3/s
5
Q Udik Bendung = C B 𝐻2
3
= 1.39 x 0.5 x (28.03 − 26.84) 2

= 0.902 cm3/s
𝑄
v Udik Bendung =𝐴

0.902
= (28.03− 26.84)x0.5

= 1.516 cm/s

𝑄
C Udik Bendung = 3
B 𝐻2

0.902
= 3
0.5 x (28.03−26.84)2

= 1.39
Kesimpulan

Pada pengujian aliran melalui peluap, kesimpulan yang dapat diambil yaitu pada praktikum ini yang
mempengaruhi nilai debit Thompson maupun udik bendung serta kecepatanya hanyalah ∆h atau
selisih muka airnya, dikarenakan besaran atau koefisien lainnya bersifat konstan atau tetap.
Contoh Perhitungan MODUL 1

Nama : Sopar Sopater Sirait

NRP : 22 – 2012 – 184

Ambang Thompson

Diketahui :

Hawal : 14.33 cm B : 50 cm = 0.5 cm

Hakhir : 21.80 cm

C Thompson : 1.39

Dit : a). Q Thompson

b). Q Udik Bendung

c). v Udik Bendung

d). C Udik Bendung

Jawab :
5
Q Thompson = C . ∆h 2
5
= 1.39 . (21.80 − 14.33) 2

= 52.06 cm3/s
5
Q Udik Bendung = C B 𝐻2
3
= 1.39 x 0.5 x (28.55 − 26.84) 2

= 1.554 cm3/s
𝑄
v Udik Bendung =𝐴

1.554
= (28.55− 26.84)x0.5

= 1.817 cm/s

𝑄
C Udik Bendung = 3
B 𝐻2

1.554
= 3
0.5 x (28.55−26.84)2

= 1.39
Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum kali ini yaitu semakin besar tinggi muka air ke-2 atau akhir, maka semakin
besar pula nilai dari debit Thompson, juga berlaku hal yang sama untuk debit Udik Bendung, namun
sebaliknya pada kecepatan dari Udik Bendung, semakin besar elevasi hakhir, maka semakin kecil atau
lambat kecepatan pada udik Bendung.

Anda mungkin juga menyukai