BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Ciri-Ciri Sosiologi
Sosiologi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. sosiologi bersifat empiris yang berarti bahwa ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada
observasi terhadap kenyataan dan akal serta hasilnya bersifat sekulatif.
b. Sosilogi bersifat teoristis, yaitu ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha untuk menyusun
abstraksi dari hasil-hadil observasi. Abstraksi terfsebut merupakan kerangka unsur-unsur
yang tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan hubungan-hubungan sebab
akibat, sehingga menjadi teori.
c. Sosiologi bersifat komulatif yang berati bahwa teori-teori sosiologi dibentuk atas dasar
teori-teori yang sudah ada dalam arti memperbaiki, memperluas sertamemperluas teori-teori
yang lama.
d. Bersifat non-etis, yakni yang mempersoalkan bukanlah buruk baiknya fakta tertentu akan
tetapi tujuannya dalah untuk menjelaskan fakata tersebut secara analistis.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak
bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal
mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Secara historis-religius bahwa pendidikan terjadi lebih dahulu dari kebudayan. Dari
sisi lain kemudian disebutkan bahwa pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan, dan
pendidikan tidak dapat dari kebudayaan. Keduanya merupakan gejala dan faktor pelengkap
dan penting dalam kehidupan manusia.Sebab manusia sebagai makhluk alam, juga berfungsi
sebagai makhluk kebudayaan atau makhluk berfikir (human rational).
Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia.
Bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau
berlangsung suatu proses pendidikan. Pendidikan telah ada sepanjang peradaban manusia.
Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya. Tiada
kehidupan masyarakat tanapa adanya kegiatan pendidikan.
Meskipun pendidikan merupakan gejala umum dalam setiap kehidupan masyarakat,
namun terlihat adanya perbedaan praktek kegiatan pendidiksn dalam masyarakat masing-
masing, yang disebabkan oleh adanya falsafah/pandangan hidupnya. Sebagai contoh, praktek
pandidikan yang dilakukan masyarakat zaman pertengahan sangat mementingkan norma
kehidupan keagamaan, sedang masyarakat zaman Renaissance lebih mementingkan nilai-
nilai kehidupan duniawi.
Pendidikan di Indonesia pada zaman penjajahan kolonial belanda juga menampakkan
perbedanya dsalam praktek pendidikan oleh pemerintahan Hindia Belanda dengan praktek
pendidikan Indonesia. Pendidikan Hindia Belanda menciptakan strata-strata masyarakat agar
dapat menjadi ajang politik “adu domba dan pecah belah”, sedangkan praktek pendidikan
Indonesia seperti Taman Siswa berdasarkan asas kebangsaan dan pendidikan pondok-pondok
pesantren berdasarkan agama Islam, dan sebagainya.
Kini praktek pendidikan zaman Indonessia merdeka yang berdasarkan falsafah dan
asas pancasila, harus dilaksanakan dalam dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Setiap pendidik wajib mewujudkan falsafah Pancasila dalam segala kegiatan
pendidikan, menuju terwujudnya masyarakat yang sejahtera berdasarkan Pancasila.
Agar kebudayaan bangsa tidak hilang/pudar dari diri anak/siswa, guru perlu
menumbuhkan kemampuan untuk memahami dan mengamalkan nilai budaya daerah yang
luhur dan beradab serta menyerap nilai budaya asing yang positif untuk memperkaya budaya
bangsa. Selain itu guru perlu menumbuhkan rasa cinta dan bangga terhadap kebudayaannya.
Agar rasa cinta dan bangga terhadap kebudayaannya tidak menjadi berlebihan seperti tidak
menyukai kebudayaan orang lain atau menghina kebudayaan orang lain, guru juga harus
mengajarkan dan memberitahu agar sikap feodal, sikap eksekutif, dan paham kedaerahan
yang sempit serta pengaruh budaya asing yang bertentangan dengan nilai budaya bangsa
dihilangkan karena ini akan dapat merusak persatuan dan kesatuan baik di masyarakat
maupun di bangsa.
Dalam pembangunan budaya nasional, guru perlu menciptakan suasana yang
mendorong tumbuh dan berkembangnya sikap serta pengaruh budaya asing yang
bertentangan dengan nilai budaya bangsa dilhilangkan karena ini akan dapat merusak
persatuan dan kesatuan baik di masyarakat maupun di bangsa.
Dalam pembangunan budaya nasional, guru perlu menciptakan suasana yang
mendorong tumbuh dan berkembangnya sikap kerja keras. Disiplin, sikap menghargai
prestasi, berani bersaing, serta mampu menyesuaikan diri dan kreatif. Selain itu perlu
menumbuhkan budaya menghormati dan menghargai orang yang lebih tua, budaya belajar,
budaya ingin maju, dan budaya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perlu dikembangkan
pranata sosial yang dapat mendukung proses pemantapan budaya bangsa.
Setiap bangsa, setiap individu pada umunya menginginkan pendidikan.Dalam
pendidikan dimaksud disini pendidikan formal, makin banyak formal, makin banyak dan
makin tinggi pendidikan makin baik.Bahkan diinginkan agar tiap warga negara melanjutkan
pendidikannya sepanjang hidup. Dahulu banyak tugas pendidikan yang dipegang oleh
keluarga dan lembaga-lembaga lain yang lambat laun makin banyak dialihkan menjadi beban
sekolah seperti persiapan untuk mencari nafkah, kesehatan, agama, pendidikan kesejahteraan
keluarga,dan lain-lain. Namum pendidikan formal tidak dapat diharapkan menanggung
transmisi keseluruhan kebudayaan bangsa. Masyarakat masih akan tetap memegang fungsi
yang penting dalam pendidikan tranmisi kebudayaan. Pendidikan norma-norma, sikap adat
istiadat, keterampilan sosial dan lain-lain banyak diperoleh anak terutama berkat
pengalamannya dalam pergaulannya dengan anggota keluarga, teman-teman sepermainan dan
kelompok primer lainnya, bukan di sekolah.
Fungsi sekolah yang utama ialah pendidikan intelektual yakni memperoleh ilmu dan
pengetahuan. Sekolah dalam kenyataan masih mengutamakan latihan mental formal yaitu
suatu tugas pada umumnya tidak dapat dipenuhi oleh keluarga atau lembaga lain, oleh sebab
itu memerlukan tenaga yang khusus dipersiapkan yakni guru. Dalam pendidikan formal yang
biasa memegang peranan utama ilah guru dengan mengontrol reaksi dan respon murid.
Anak-anak biasa belajar dibawah tekanan dan bila perlu paksaan tertentu dan kelakuannya
dikuasai dan diatur dengan berbagai aturan. Kurikulum pada umumnya juga ditentukan oleh
petugas pendidikan, dan bukan oleh murid itu sendiri. Materi yang disajikan tidak selalu
menarik minat dan perhatian siswa, dalam hal ini guru berusaha memberikan motivasi
ekstrinsik.
Walaupun banyak kritik terhadap pendidikan dan guru, walaupun sistem pendidikan
banyak mengandung kelemahan, namum pada umum ya orang percaya akan manfaat
pendidikan. Jumlah anak yang memasuki sekolah senantiasa bertambah. Banyak permintaan
yang telah menjalankan kewajiban belajar, ada yang sampai berusia 12 tahun bahkan sampai
18 tahun. Dalam sistem kewajiban belajar, kelalaian menhadiri pelajaran disekolah tanpa
alasan dipandang sebagai pelanggaran yang dapat diberikan hukuman.
Jumlah peserta didik semakin bertambah banyak dari berbagai lapisan masyarakat,
mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Semuanya ini akan menjadi
tanggungjawab pihak pendidik dalam hal memberikan ilmu dan pengetahuan kepada mereka
sebagai bekal dalam menghadapi era globalisasi dimasa yang akan datang.
Ciri-ciri Kebudayaan
Adapun ciri-ciri dari kebudayaan adalah :
1. Kebudayaan adalah produk manusia. Artinya keudayaan adalah ciptaan
manusia bukan ciptaan Tuhan atau dewa. Manusia adalah pelaku sejarah dan
kebudayaannya.
2. Kebudayaan selalu bersifat sosial. Artinya kebudayaan tidak pernah dihasilkan
secara individual, melainkan oleh manusia secara bersama. Kebudayaan adalah suatu
karya bersama bukan karya perorangan.
3. Kebudayaan diteruskan lewat proses belajar. Artinya kebudayaan itu
diwariskan dari generasi yang satu kegenerasi yang lainnya melalui suatu proses
belajar. Kebudayaan berkembang dari waktu ke waktu karena kemampuan belajar
manusia Tampak disini bahwa kebudayaan itu selalu bersifat historis, artinya proses
yang selalu berkembang.
4. Kebudayaan bersifat simbolik, sebab kebudayaan bersifat ekspresi, ungkapan
kehadiran manusia. Suatu ekspresi manusia, kebudayaan ini tidak sama dengan
manusia. Kebudayaan disebut simbolik, sebab mengekspresikan manusia dan segala
upayanya untuk mewujudkan dirinya.
5. Kebudayaan adalah sistem pemenuhan berbagai kebutuhan manusia. Tidak
seperti hewan, manusia memenuhi segala kebutuhannya dengan cara-cara yang
beradab, atau dengan cara-cara manusiawi.
Menurut Kerber dan Smith (imran Manan, 1989) menyebutkan ada 6 fungsi utama
kebudayaan dalam kehidupan manusia yaitu :
a. Penerus keturunan dan pengasuh anak
b. Pengembangan kehidupan ekonomi
c. Transmisi budaya
d. Meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
e. Pengendalian sosial
f. Rekreasi
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
§ Sosiologi ialah ilmu pengetahuan tentang cara berteman/berkawan/bersahabat atau bergaul
yang baik dalam masyarakat.
§ Sosiologi pendidikan adalah iklmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan
proses pendidikan untuk mengembangkan individu kearah yang lebih baik.
§ Kebudayaan adalah merupakan hasil (karya) dari cipta, rasa, dan karsa manusia.
§ Sistem sekolah yang dipertahankan masyarakat sangat tergantung pada kebudayannya, karena
sekolah merupakan perantara kebudayaan.
3.2. Implikasi
Sosial budaya sangat berperan dalam proses pendidikan oleh karena itu kita sebagai
anggota masyarakat perlu memberi dukungan yang positif agar pendidikan menjadi agen
pembangunan di masyarakat.
3.3. Saran
Agar hidup bermasyarakat menjunjung tinggi nilai-nilai sosial budaya maka sudah
seharusnya kita sebagai pemerintah/sekolah,orang tua siswa, dan masyarakat secara bersama-
sama bertanggung jawab atas lancarnya pelaksanaan pendidikan dari segi sosial budaya.
DAFTAR PUSTAKA
Ary H.,G.,(2000). Sosilogi Pendidikan Suatu Analisis Tentang Berbagai Problem Pendidikan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Rafael R., m., (2004). Manusia & dan Kebudayaan dalam Prespektif Ilmu Budaya dasar. Jakarta :
Rineke Cipta.