1. Sediaan larutan parenteral dibuat seperti dengan prosedur pembuatan larutan lainnya. Obat
dengan tingkat kemurnian yang tinggi dilarutkan dalam Water for Injection USP. Larutan yang
dibuat dapat dilakukan penyaringan untuk menghilangkan partikel asing yang terdapat pada
sediaan (Parrot: 285).
2. Dalam pembuatan larutan parenteral, bahan yang dibutuhkan dilarutkan sesuai dengan praktik
farmasi yang baik (Good Pharmaceutical Practice) dalam Water for Injection, dalam pelarut lain,
atau dalam kombinasi pelarut. Larutan biasanya disaring melalui membran hingga jernih.
Setelah disaring, larutan dipindahkan secepat ke dalam wadah akhir. Produk kemudian
disterilisasi, sebaiknya dengan autoklaf, dan sampel produk jadi diuji untuk sterilitas dan pirogen
(Allen: 532).
3. Pembuatan sediaan parenteral mirip dengan formulasi sediaan non-steril, perbedaan utamanya
adalah cara dimana produk diberikan steril. Selain itu peralatan berskala kecil yang sebelumnya
telah disterilisasi dan disegel dan bahan baku termasuk agen terapeutik dimasukkan ke area
pembuatan aseptik melalui portal khusus dengan aliran udara positif untuk mencegah masuknya
mikroorganisme. Pasokan udara ke area manufaktur disaring. Operator di dalam area
manufaktur harus mengenakan pakaian kerja khusus (steril), memastikan tidak ada kontaminasi
operator terhadap produk dan lingkungan (Jones: 129).
1. Sterilsasi dilakukan dengan metode yang paling memungkinkan. Untuk larutan air yang stabil
pada pemanasan dapat dilakukan dengan autoclave pada suhu 121o C selama 30 menit. Pada
praktiknya, sterilisasi dilakukan pada wadah akhir (Parrot: 285- 286).
2. Sterilisasi panas lembab pada prinsipnya digunakan untuk mensterilkan bahan yang termostabil
(dalam kondisi siklus sterilisasi) dan yang dimana kelembaban dapat meresap. Contohnya,
barang pecah belah, pakaian, penutup dan larutan berair. Sifat berair dari sistem ini memastikan
bahwa sterilisasi panas lembab adalah metode ideal untuk sterilisasi akhir (dengan asumsi agen
terapeutik termostabil) (Jones: 127).
3. Sebagian besar produk farmasi terkena dampak panas dan tidak dapat dipanaskan dengan aman
pada suhu yang dibutuhkan untuk sterilisasi panas kering (sekitar 150 ° C sampai 170 ° C atau
302 ° F sampai 338 ° F). Saat ada kelembaban, bakteri dikoagulasi dan dihancurkan pada suhu
yang jauh lebih rendah daripada saat kelembaban tidak ada seperti yang terjadi jika
menggunakan metode panas kering. Dalam larutan air, kelembaban sudah ada, dan semua yang
dibutuhkan adalah peningkatan suhu larutan sesuai periode yang ditentukan. Dengan demikian,
larutan dalam wadah tertutup, seperti ampul, mudah disterilkan dengan metode ini (Allen: 522-
523).
Tiap 2,15 ml ampul mengandung :
adjust pH
WFI ad 100 %
Perhitungan Bahan
Per 1 ampul = 2,15 ml
- Sianokobalamin : 1000 mcg = 1 mg
- WFI : ad 2,15 ml
Per batch 45 ampul = 45 x 2,15 ml = 96.75 ml
- Sianokobalamin : 0,5 ml x 45 ampul = 22.5 ml
- WFI : ad 96.75 ml (96.75 ml – 22.5 ml = 74.25 ml )
Perhitungan pengenceran
1000 𝑚𝑔 50 𝑚𝑔
= = 4 ml
80 𝑚𝑙 𝑥 𝑚𝑙
Allen, L. V., & Ansel, H. C. (2014). Ansel's pharmaceutical dosage forms and drug delivery
systems 10th edition. Baltimore, MD : Wolters Kluwer Health.
Jones, D. S. (2014). Pharmaceutics - dosage form and design. London: Pharmaceutical Press.