PENDAHULUAN
PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) didirikan 07 Januari 1972
dalam rangka Penanaman Modal Asing (“PMA”) dan beroperasi secara komersial
mulai tahun 1972. Kantor pusat CPIN terletak di Jl. Ancol VIII No. 1, Jakarta
dengan Kantor cabang diberbagai daerah Sidoarjo,Medan,Tangerang,Balaraja,
Serang,Lampung,Denpasar,Surabaya,Semarang,Makasar,Salatiga,dan Cirebon.
Pendirian perusahaan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman
Republik Indonesia melalui surat keputusan No. Y.A.5/197/21 tanggal 8 Juni 1973
dan telah diumumkan dalam Berita Negara Indonesia No. 65, tambahan No 573
tanggal 14 Agustus 1973 dengan fasilitas penanaman modal asing berdasarkan
Keputusan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No 616/M/SK/XII/1971
tanggal 29 November 1971.
Perusahaan ini bergerak di bidang produksi dan pemasaran pakan ternak.
Perusahaan ini berdiri di Jakarta dengan luas area sebesar 27.284 m², hasil
produksinya mulai dipasarkan tahun 1972. Kapasitas produksi di tahun 1976
mencapai 20.000 ton per tahun. Kemudian perusahaan ini melakukan ekspansi
usaha ke surabaya dengan mendirikan pabrik pakan ternak pada lahan seluas
62.625 m² dengan kapasitas produksi sebesar 24.000 ton per tahun.
Pada tahun 1979, perusahaan ini kembali mendirikan pabrik pakan ternak di
Medan pada lahan seluas 17.505 m² dengan kapasitas produksi sebesar 80.000 ton
per tahun. Pada saat permintaan pasar meningkat di tahun 1992, perusahaan
memutuskan untuk mendirikan pakan ternak di desa Balaraja pada lahan seluas
101.080 m2 dengan kapasitas produksi sebesar 250.000 ton per tahun. Pada tahun
1988, perusahaan mendirikan pabrik pakan udang di Medan dan mulai melakukan
produksi ada awal tahun 1990 dengan kapasitas produsi sebesar 40.000 ton per
tahun. Pada tahun 1990, perusahaan mengambil alih 80% saham PT. Charoen
Pokphand Jaya Farm, yaitu perseroan yang bergerak di bidang pembibitan ayam
induk (DOC Parent Stock) dan ayam usia sehari komersial (DOC Final Stock).
1
2
1. Menjadi produsen kelas dunia dalam bidang makanan olahan dari daging
ayam khususnya dan bahan lain umumnya.
2. Menjadi perusahaan yang bertanggung jawab, peduli terhadap dampak sosial
dan lingkungan di dalam menjalankan kegiatan kami.
1.2.2 Misi Perusahaan
1.2.3 Visi dan Target PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division
Gambar 1.1. Struktur Organisasi PT. Charoen Pokphand Indonesia –Food Division – Plant Berbek .
Sumber: Dokumentasi pribadi
8
dari foreman atau forelady dan production worker. Berikut ini adalah kewajiban
atau tugas foreman atau forelady dan production workers;
1. Foreman atau Forelady
Lokasi pabrik adalah salah satu hal yang harus dipertimbangkan ketika
akan mendirikan sebuah pabrik. Lokasi pabrik menentukan kesuksesan pabrik
tersebut dalam melakukan proses produksi. Hal ini dikarenakan lokasi pabrik
juga mempengaruhi mudah atau sulitnya suatu pabrik untuk dijangkau baik oleh
supplier bahan baku maupun buyer produk jadi. Lokasi pabrik yang tepat akan
memberikan total biaya produksi (Total Production Cost) perusahaan kecil dan
akan memberikan keuntungan yang maksimal. Pemilihan lokasi pabrik harus
mempertimbangkan beberapa aspek diantaranya; lingkungan masyarakat, sumber
daya alam, sumber daya manusia, pasar, distribusi, pembangkit tenaga dan tanah
untuk perluasan (Reksohadiprodjo dan Handoko, 1990). Berikut adalah
13
BAB II
INPUT
Suatu proses produksi dapat berjalan dengan baik dan lancar apabila
terdapat input produksi. Apabila tidak terdapat input produksi maka proses
produksi tidak dapat berjalan karena tidak ada yang diproduksi. Oleh karena itu,
input produksi merupakan salah satu hal yang penting yang dapat membuat suatu
produksi berjalan dengan lancar
2.1 MACAM-MACAM INPUT
2.1.1 Bahan Baku.
Material biasa disebut dengan bahan baku dimana suatu bahan atau zat
yang digunakan untuk pembuatan suatu produk. Bahan baku berupa bahan mentah
atau bahan setengah jadi dan diperoleh dari proses pembelian atau hasil industri
yang dimiliki perusahaan. PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division –
Plant Berbek terdapat beberapa jenis material yang digunakan untuk
memproduksi sosis diantaranya, tepung, premix, daging, minyak, es, air dan
lainnya. Dalam pembuatan sosis siap santap merk “Champ” dan “Okey”
A. Bahan Baku Utama.
Merupakan bahan baku yang paling mendominasi dalam pembuatan produk di
perusahaan ini. Terdapat dua bahan baku utama yang digunakan yaitu daging
ayam dan daging sapi. Penggunaan kedua bahan ini disesuaikan dengan produk
sosis yang akan diproduksi.
1. Daging Sapi.
Merupakan bahan pangan yang bernilai gizi tinggi karena kaya akan
protein, lemak, mineral serta zat lainnya yang sangat dibutuhkan tubuh, sehingga
diperlukan usaha untuk meningkatkan kualitas daging yang dilakukan melalui
pengolahan atau penanganan yang lebih baik sehingga dapat mengurangi
kerusakan atau kebusukan selama penyimpanan dan pemasaran.
Daging sapi secara visual memiliki warna merah terang, mengkilap, tidak
pucat, dan saat ditekan, daging bersifat elastis, sedikit kaku dan tidak lembek.
Jika dipegang masih terasa basah dan tidak lengket di tangan. (Usmiati, 2010
15
dalam Agustina, 2012). Harga daging sapi lebih mahal dari harga daging ayam
dikarenakan biaya perawatan sapi lebih tinggi dan waktu untuk menternakan sapi
lebih lama, selain itu jumlah populasi peternak sapi di Indonesia lebih sedikit.
Komposisi daging sapi per 100 gram bahan ditampilkan pada tabel 2.1
Tabel 2.1. Komposisi Daging Sapi per 100 gram Bahan
Komponen Jumlah
Kalori (kal) 207,00
Protein (g) 18,80
Lemak (g) 14,00
Karbohidrat 0
(g)
Kalsium 11,00
(mg)
Fosfor (mg) 170,00
Besi (mg) 2,80
Vitamin A 30,00
(SI)
Vitamin B1 0,08
(mg)
Vitamin C 0
(mg)
Air (g) 66,00
Sumber: Soputan (2004) dalam Agustina (2012)
2. Daging Ayam.
Merupakan juga bahan baku utama pembuatan sosis siap santap. Dipilih
16
4. Tapioka Starch.
Modifikasi pati baik secara kimia maupun fisik dilakukan dengan tujuan
memperoleh atau meningkatkan sifat tertentu yang lebih baik untuk proses
pengolahan produk pangan tertentu. Sifat yang dimaksudkan ini meliputi
peningkatan karakteristik daya alir (rheological characteristics), kualitas
tekstur, optical properties, dan peningkatan stabilitas dalam sistem. Hal ini
sangat dipengaruhi oleh diameter granula pati, range suhu gelatinisasi, suhu
pasting, rasio amilosa dan amilopektin (Alfonso, 2008). Penentuan penggunaan
pati modifikasi pada produk pangan dilakukan dengan tujuan untuk
memberikan sifat fungsional yang tidak dapat dihasilkan pati biasa. Selain itu,
ketersediaan jumlah pati yang tinggi dapat memberikan keuntungan ekonomis
bila dibandingkan dengan penggunaan gum yang harganya relatif tinggi (Aktas
dan Genccelep, 2006). Perbedaan mendasar dari pati tapioka dengan pati
tapioka termodifikasi adalah adanya rantai produksi yang lebih panjang pada
pati tapioka termodifikasi, modifikasi yang dilakukan terhadap pati tapioka
dapat berupa modifikasi secara cross-linking, hidrolisis asam, oksidasi,
derivatisasi (substitusi atau stabilisasi), modifikasi secara hydrotermal
treatment, dan modifikasi pati pre-gelatinisasi (foodtech.binus.ac.id, 2015).
Pada pati tapioka biasa tidak terdapat beragam proses tersebut, sehingga pati
yang dihasilkan dimungkinkan memiliki sifat yang kurang atau tidak
dikehendaki.
6. Minyak Nabati.
Minyak merupakan senyawa lemak yang berbentuk cair pada suhu ruang,
yang banyak ditambahkan atau digunakan dalam proses pengolahan produk
pangan. Minyak nabati dapat diperoleh dengan cara ekstraksi minyak tumbuhan
golongan legume dan golongan palmae. Pada proses pembuatan sosis skala
rumah tangga, penambahan minyak nabati digunakan untuk mempermudah
proses stuffing dengan melicinkan adonan yang masuk ke dalam casing
(Mohan, 2014). Bahan ini merupakan komponen yang membentuk emulsi
dengan campuran bahan yang lain. Emulsi sendiri merupakan suatu sistem yang
tidak stabil secara termodinamika yang mengandung paling sedikit dua fase
cair yang tidak bercampur, satu diantaranya didispersikan sebagai globula
20
dalam fase cair lain. Sistem ini dibuat stabil dengan bantuan suatu zat
pengemulsi atau emulgator (Martin, 1993). Penambahan minyak nabati sebagai
substitusi lemak hewani dapat menurunkan jumlah kalori dan kolesterol pada
produk akhir, sehingga dapat diperoleh adonan sosis yang rendah lemak.
Minyak nabati yang ditambahkan pada produk pangan umumnya memiliki
kenampakan kuning jernih karena kandungan karotenoid sebagai pigmen alami
yang terkandung didalamnya.
Pada PT. Charoen Pokphand Indonesia Plant Brebek, penggunaan minyak
nabati ini digunakan saat proses mixing adonan sebelum dipompa ke dalam
emulsifier tank. Minyak yang digunakan ini merupakan minyak kelapa sawit
yang dipompa dari tandon utama dan dialirkan ke dalam profil tank dalam ruang
produksi pada interval waktu tertentu sesuai kebutuhan produksi. Minyak ini
diuji secara berkala oleh QC dengan parameter temperatur sebagai kontrol utama
selama pengolahan dan sebelum digunakan.
Fungsi minyak Nabati sebagai emulsi oil atau pelekat, minyak memberikan
fase terdispersi pada emulsi yang apabila tercampur dengan air (yang merupakan
fase kontinyu) akan terpisah (terlihat adanya garis pemisah yang jelas) dan akan
tersuspensi akibat adanya campuran dari bahan-bahan atau molekul-molekul lain
yang dapat disebut bahan pengemulsi.
7. Gula.
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan
komoditi perdagangan utama (Wahyudi, 2013). Menurut Barley (1998), gula
berfungsi sebagai pemberi citarasa, aroma, warna, tekstur, dan sebagai
penghambat pertumbuhan bakteri. Berfungsi untuk memperbaiki flavor,
mengurangi rasa asin, mengurangi kekerasan akibat adanya penambahan garam
(pelunak).
8. Garam.
Garam tidak hanya berfungsi sebagai pembentuk flavor, namun juga
berpengaruh dalam pembentukan karakteristik fisik dari adonan. Menurut
Soeparno (1994), garam merupakan bahan terpenting dalam curing, berfungsi
sebagai pengawet, penambah aroma dan citarasa. Garam mempunyai peran yang
21
Sekuestran adalah bahan tambahan makanan yang dapat mengikat ion logam
yang ada dalam makanan sehingga mencegah terjadinya oksidasi yang dapat
menimbulkan perubahan warna, citarasa, dan tekstur makanan. Bahan tambahan
makanan ini biasanya ditambahkan pada lemak dan minyak dan makanan yang
mengandung lemak dan minyak seperti daging untuk sosis. Sekuestran dapat
mengikat logam dalam bentuk ikatan kompleks sehingga mengalahkan sifat dan
pengaruh buruk logam tersebut dalam bahan pangan (Astuti, dkk. 2013).
Sekuestran yang digunakan adalah Natrium Tripolifosfat. Natrium Tripolifosfat
dikenal juga sebagai Sodium Tripolifosfat (STPP). Menurut Ockermann (1983),
STPP memiliki fungsi untuk meningkatkan pH daging, kestabilan emulsi dan
kemampuan emulsi. Jika nilai pH semakin mendekati titik isoelektrik protein,
maka daya ikat air akan semakin rendah. Dalam proses pembuatan sosis siap
santap merk “Champ”, bahan aditif ini sudah ada di dalam tepung premix.
23
WOF (Warmed-Over Flavor) yaitu berubahnya warna, aroma dan rasa yang tidak
diinginkan pada produk daging yang telah dimasak. Penambahan nitrit pada
konsentrasi 156 mg/kg cukup efektif menghambat pembentukan WOF dan
menurunkan angka TBA pada produk daging sapi dan ayam. TBA (Thio
Barbiturat Acid) adalah senyawa yang dapat bereaksi dengan senyawa aldehid
membentuk warna merah yang bisa diukur menggunakan spektrofotometer.
2.1.2 Mesin.
Mesin adalah salah satu elemen yang digunakan untuk membantu atau
mempermudah pekerjaan manusia. Keunggulan mesin dari manusia yaitu mesin
mempunyai tingkat kepresisian yang tinggi, terkadang ada proses yang tidak bisa
dilakukan oleh manusia, tetapi dapat dikerjakan oleh mesin, namun mesin tetap
harus dikendalikan oleh manusia. Mesin yang terdapat di PT. Charoen Pokphand
sebagian besar masih memerlukan manusia sebagai operator. Mesin yang
digunakan CPI yaitu;
1. Auto Grind.
Fungsi : Menggiling daging ayam atau sapi sampai halus
Merk : Laska Type Mincer WWB 200DC
Daya : 400 V,50 Hz, 66 Kw,126 A
Asal : Austria
Jumlah :1
digiling oleh poros screw yang berotasi sehingga dihasilkan daging giling.
Daging yang telah digiling akan memudahkan pencampuran daging dan bahan
lainnya di mesin mixer nantinya
2. Bowl Cutter.
Fungsi : Untuk menghaluskan dan mencampur bahan-bahan
penyusun gel dan adonan tepung premix secara terpisah.
Merk : Laska Type Cutter KU 130AC
Daya : 400 V,50 Hz, 95 Kw,238 A
Asal : Austria
Jumlah :1
Sumber: www.laska.at
Sumber: images.google.co.id
Sumber: www.loma.com
29
6. Mesin Filler
Fungsi : Mengisi adonan pada casing sosis
Merk : ZAP / KAP / CAP
Daya :-
Asal :
Jumlah : 14
a) b) c)
Prinsip kerja mesin filler yaitu, masing-masing mesin filler akan mengisi
casing sosis dengan rata-rata 16 gram adonan sosis, kemudian akan menutup
kedua ujung casing dengan clip dari aluminium (aluminium wire), setelah itu
casing sosis dan clip akan dipotong sehingga adonan sosis yang telah dikemas
oleh casing tersebut akan jatuh ke atas conveyor belt yang diletakkan tepat di
30
Sumber : www.globalindustrial.com
9. Vibrator Conveyor.
Sumber: https://www.syspal.com
pemindahan hampir semua jenis bahan kering dan kapasitas dari alat ini
sangat tergantung dari kecepatan, bentuk, dan lebar dari belt tersebut.
Conveyor yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu belt conveyor
tipe standar dan modular. Belt conveyor (standar) digunakan untuk loading
barang dari supplier dan stuffing barang dalam gudang. Sedangkan modular
conveyor yang terbuat dari bahan PVC, digunakan untuk proses
pemindahan dalam area produksi dan area packing. Pada area produksi,
conveyor ini mengalami kontak langsung dengan kemasan primer.
Conveyor ini digunakan dalam proses pencucian setelah retort, pembilasan,
pengeringan, dan proses sortasi sebelum karantina. Modular conveyor yang
digunakan ini diproduksi oleh PT. Ridar Esindo (Cikupa) dan beberapa
merupakan produk custom dari pihak engineer.
Setiap alur dalam suatu proses tidak luput dari masalah. Begitu pula
dengan bagian input pada PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division –
Plant Berbek. Input produksi merupakan salah satu faktor penting yang sangat
memengaruhi berhasil atau tidaknya suatu kegiatan produksi. Apabila input suatu
produksi baik maka hasil dari suatu produksi akan baik pula, akan tetapi dalam
suatu perusahaan tidak mungkin tidak pernah mengalami permasalahan dalam
input produksinya. Beberapa permasalahan yang pernah timbul dalam
Input,Proses,dan Output produksi antara lain peralatan yang digunakan, tenaga
kerja, proses,dan lain-lain. Berikut adalah beberapa permasalahan yang pernah
dialami PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division – Plant Berbek. antara
lain :
2.2.1 Sering Terjadi Lembur Pada Bagian Packaging.
Pada bagian packaging atau pengepakan karyawan sering harus melakukan
lembur kerja karena belum tercapainya target yang dicapai dalam sehari. Padahal
perusahaan telah melakukan waktu kerja long-shift pada bagian packaging. Ini
merupakan problem yang harus di tangani oleh PT. Charoen Pokphand Indonesia
– Plant Berbek.
Ishikawa. Idenya adalah berpikir tentang penyebab – penyebab yang mungkin dan
alasan yang menyebabkan efek atau masalah. Dengan demikian dapat dicari solusi
untuk mencegah masalah tersebut.
Konsep dasar dari Fishbone Diagram adalah menjabarkan sebuah masalah
dan penyebabnya yang dibagi menjadi penyebab utama dan penyebab lainnya.
Penyebab tersebut biasanya mengarah kepada 6 masalah, yaitu :
1. Metode (Method).
2. Manajemen (Management).
3. Material (Materials).
4. Manusia (Man).
5. Lingkungan (Environment).
6. Alat (Machine).
Tujuan dari Fishbone Diagram adalah menemukan penyebab masalah baik
penyebab utama maupun penyebab lainnya. Dengan menggunakan Fishbone
Diagram akan diketahui penyebab yang saling berkaitan. Dengan demikian akan
didapat kejelasan dari permasalahan yang ada dimana perbaikan dapat dilakukan
dengan mencari masalahnya dan menyelesaikan permasalahan tersebut. Dalam
menghadapi berbagai permasalahan – permasalahan yang terjadi, PT. Charoen
Pokphand Indonesia – Food Division – Plant Berbek sedikit banyak memiliki cara
tersendiri untuk mengatasi hal – hal tersebut, baik permasalahn yang terjadi pada
input, proses, sampai dengan output. Berikut akan dijelaskan mengenai cara atau
tindakan yang dilakukan oleh PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division –
Plant Berbek dalam menangani permasalahan yang terjadidi bagian input, proses,
dan output. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai penyebab permasalaahan dan
perbaikan yang seharusnya dilakukan terhadap permasalahan – permasalahan
yang terjadi PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division – Plant Berbek
berikut dengan dengan menggunakan Fishbone Diagram.
2.3.1 Sering Terjadi Lembur Pada Bagian Packaging
37
BAB III
PROSES PRODUKSI
Menurut Ahyari (2002), proses adalah suatu cara, metode maupun teknik
untuk penyelenggaraan atau pelaksanaan dari suatu hal tertentu. Sukanto (2002)
mengatakan bahwa produksi adalah kegiatan untuk mengetahui penambahan
manfaat atau penciptaan faedah, bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor
produksi yang bermanfaat bagi pemenuhan konsumen. Proses produksi adalah
suatu cara, metode maupun teknik bagaimana penambahan manfaat atau
penciptaan faedah, bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor proses produksi
sehingga dapat bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan dan kepuasan konsumen.
Proses produksi merupakan rangkaian proses terpadu guna memberikan nilai
tambah kepada produk jadi atau siap pakai.
3.1 ALUR PROSES PRODUKSI
Proses produksi merupakan tahapan-tahapan yang dengan urutan yang
logis dan semuanya harus mengacu kepada kesesuaian mutu produk yang
dihasilkan. Setiap industri manufaktur mempunyai diagram alur produksi yang
berbeda. Departemen Produksi di PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food
Division – Plant Berbek. Sendiri memiliki alur produksi dari raw material hingga
menjadi finish good. Alur tersebut terdapat beberapa pembagian ruang produksi
dan tahapan proses pengerjaan sosis dari raw material hingga gudang di PT.
Charoen Pokphand Indonesia – Food Division – Plant Berbek , berikut adalah
39
penjelasannya
3.1.1 Meat Preparation
Daging merupakan bahan baku utama dalam pembuatan sosis di PT.
Charoen Pokphand. Daging yang digunakan yaitu daging ayam dan sapi, daging
ini di import oleh CPI. Salah satu ruang utama dalam melakukan proses produksi
yaitu Meat preparation yang merupakan ruangan untuk menyiapkan bahan baku
atau material untuk diolah menjadi adonan. Meat Preparation memiliki beberapa
ruangan yang memiliki fungsi masing-masing untuk menampung dan menyiapkan
bahan baku diantaranya.
40
A. Cold Storage
Cold Storage merupakan tempat untuk menyimpan daging Sapi dan Ayam.
Jangka waktu daging digunakan selama tidak lebih dari sebulan. Namun
daging paling lama disimpan di cold storage selama 2 – 3 minggu. Tempat ini
memiliki suhu ± -20˚C agar daging dalam keadaan beku dan dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan mengurangi proses enzimatis
yang dapat mempercepat kerusakan pada daging, sehingga dalam jangka
panjang daging yang disimpan dapat awet, aman dan kesegaran dari daging
pun terjamin.
B. Chill Room
Chill room merupakan tempat untuk menyimpan daging atau gel
sementara dalam jangka waktu yang pendek maksimal 48 Jam. Ruangan ini
memiliki suhu sebesar 0 ˚C s/d 5 ˚C,yang berfungsi untuk mengurangi kadar
beku dari daging yang akan diolah dan menghindari kontaminasi oleh
mikroorganisme. Suhu pada chill room dicek dan dikontrol oleh QC agar tidak
melebihi standar suhu yang ditetapkan yaitu ≤ 5 ˚C, apabila melewati batasnya
dikhawatirkan bakteri akan tumbuh dan enzim dari mikroba pathogen dan
mikroba pembusuk tetap aktif dan akhirnya mempengaruhi umur simpan dan
kualitas produk (Jeremiah, 1996). Bakteri yang tergolong pshycrophile (bakteri
yang mampu memperbanyak diri pada suhu 5 ˚C atau lebih) akan
meningkatkan dan menyebabkan kerusakan pada daging yang ditandai dengan
bau busuk, pembentukan lendir, dan warna menjadi pucat. Jika stock daging
pada Chill room telah menipis maka, operator akan memindahkan daging atau
sosis dari Cold Storage ke Chill Room. Pemakaian dan pengunaan daging
mengunakan prinsip First In First Out (FIFO). Dimana barang yang datang
paling awal akan digunakan terlebih daluhu.
C. Ruang Premix
Premix room merupakan tempat untuk menyimpan bahan baku dan
menyiapkan bahan baku yang akan diolah seperti menimbang berat tepung dan
minyak, mengayak tepung, memisahkan bumbu (premix) dari kardus dan
lainnya. Premix room di lengkapi dengan dua pintu, pertama sebagai jalur
41
keluar masuk operator ke Meat prep dan yang kedua sebagai jalur bongkar stok
bahan baku sesuai dengan permintaan stok dari checker. Checker merupakan
operator yang bertugas untuk mengecek stock bahan baku dan akan meminta
persediaan barang kepada gudang dan melaporkan ke bagian produksi.
Permintaaan bahan baku dilakukan setiap hari hingga stok habis dikarenakan
ruang premix yang sempit.
D. Ruang Ice Flake
Flake ice room merupakan ruang untuk menyimpan serpihan es batu.
Ruangan ini dilengkapi dengan dua corong yang berfungsi untuk meembuat
flake ice. Ruangan ini dilengkapi dengan sekop yang berbahan dasar stainless
steel yang memiliki sifat relatifi kuat, keras, mengkilap, mudah dibersihkan,
tahan korosi dan dapat menahan suhu dingin dan panas. Sekop digunakan
untuk memindahkan es batu ke container.
E. Ruang Sanitasi
Sanitasi adalah cara pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan yang
mempunyai pengaruh terhadap lingkungan. Manfaat sanitasi yaitu mencegah
penyakit menular, mencegah kecelakaan, mencegah timbulnya bau tidak sedap,
menghindari pencemaran dan terakhir lingkungan menjadi bersih, sehat dan
nyaman. Kebersihan dan kehigenisan produk dan area produksi perlu di jaga
maka CPI memiliki QC dan pekerja untuk menjaga lingkungan produksi. QC
sanitasi bertugas untuk mengecek kebersihan kuku tangan dan kaki pada
operator dan QC lainnya, mengecek kebersihan pakaian operator, mengawasi
pekerja bagian sanitasi, mengecek area produksi dan alat-alat yang digunakan
dalam proses produksi, dan menangani area produksi.
Meat Preparation juga merupakan ruang utama dalam memproses dan
menyiapkan bahan baku. Ada beberapa tahapan atau proses yang dilakukan untuk
mengubah bahan baku menjadi adonan halus yaitu;
1. Penggilingan
agar hasil pencampuran lebih merata. Bahan baku yang di giling seperti daging
sapi, ayam, dan sosis. Masih terlihat serat-serat daging yang belum hancur saat
proses penggilingan karena daging tidak dihaluskan sehingga daging
menghasilkan tekstur yang khas. Proses ini menggunakan mesin meat grinder
dan dilengkapi dengan elevator untuk mengangkat daging dengan beban yang
besar (Max 350 kg). Namun pada prakteknya di lapangan operator hanya
menggiling daging sebesar 150 Kg saja untuk satu kali proses penggilingan
agar mesin tidak bekerja terlalu keas.
Daging ayam yang digunakan merupakan hasil dari peternakan PT.
Charoen Pokphand Indonesia Plant Cikande sedangkan daging sapi yang
digunakan merupakan produk impor dari Australia. Suhu bahan setelah proses
thawing diatur pada kisaran 0°C hingga 5°C dengan kondisi tekstur yang tidak
terlalu keras/beku. Proses thawing ini dilakukan di dalam chill room, suhu chill
room adalah 0 - 5ºC. Proses penggilingan ini dilakukan agar jaringan pada
daging melunak dan lebih mudah dicampur pada proses mixing karena
teksturnya yang lebih halus. Penggilingan daging pada industri pangan pada
umumnya menggunakan grinder dengan rotary cutter di dalamnya sehingga
menghasilkan untaian daging giling. Selain menghaluskan tekstur daging,
proses ini juga menghilangkan sebagian kristal es yang terikat pada jaringan
daging. Penghilangan kristal es ini terjadi akibat peningkatan suhu selama
proses berlangsung, sehingga hasil gilingan menjadi lebih halus dan mencegah
dripping. Keseragaman ukuran daging giling yang dihasilkan dapat
mempengaruhi proses mixing karena semakin homogen ukuran daging giling,
maka hasil proses mixing akan semakin baik.
2. Pengadukan (Bahan Premix dan Seasoning)
Proses ini merupakan tahapan yang dilakukan setelah bahan baku telah
disiapkan. Pada proses ini menggunakan mesin Bowl Cutter untuk pembuatan
Gel dan Seasoning. Gel merupakan campuran dari bahan premix (bahan yang
mengandung non allergen)seperti Tapbind atau corn strach, flake ice dan air
yang berfungsi untuk mengenyalkan sosis ketika dimakan. Sedangkan
Seasoning adalah campuran antara air dan bumbu Formula yang telah di
43
kembangkan oleh oleh departmen riset CPI sesuai rasa pada sosis yang akan
dibuat. Air berfungsi untuk melarutkan sedangkan flake ice berfungsi untuk
menambah kekenyalan dan volume dari adonan.
Adonan premix merupakan adonan bumbu yang terdiri dari campuran
beberapa macam bumbu yang dapat meningkatkan flavor pada produk akhir.
Pembuatan adonan premix juga dilakukan dengan mesin bowl cutter. Hasil dari
proses pembuatan adonan ini juga sangat mempengaruhi hasil adonan pada
proses mixing, karena adonan ini juga mempengaruhi homogenitas warna dan
flavor. Pembuatan adonan premix pada tahap ini dilakukan dengan
mencampurkan bumbu premix siap pakai dengan air ke dalam mesin bowl
cutter. Bumbu premix yang digunakan dihasilkan oleh perusahaan PT. Charoen
Pokphand Indonesia pusat.
3. Mixing
4. Emulsion
dalam adonan. Agar adonan bersih dari kandungan logam serta dapat
diproses kembali pada mesin mixer agar meminimalkan kerugian karena
pembuangan bahan baku.
3.1.2 Ruang Hopper
Hopper Room merupakan ruangan untuk menyimpan adonan dari Meat prep
yang dilengkapi dengan penampung atau hopper. Alat hopper ini berfungsi untuk
menampung adonan yang telah memenuhi standar dan adonan yang disalurkan
kembali oleh product pump untuk mencegah over-pressure. Suhu pada ruangan ini
10 ˚C hingga 12˚C untuk menghindari adanya resiko kontaminasi. CPI, dalam
menjaga kestabilan adonan di Ruang Hopper maka QC akan selalu mengecek
dengan termometer. Pada Ruang Hopper adonan yang telah lolos pada Metal
Detector akan dialirkan ke Ruang Hopper dan dibagi di penampungan adonan
sebelum di alirkan lagi di Ruang Filling.
3.1.3 Ruang Filling
Proses pada ruangan ini disebut juga denagn proses stuffing,adalah proses
pengisian adonan sosis ke dalam casing sosis tergantung pada jenis sosis, ukuran,
kemudahan proses dan penyimpanan serta permintaan dari konsumen (Hui, 1992).
Karena ruangan ini merupakan ruangan yang terdiri dari beberapa mesin dan
berfungsi untuk mengisi adonan ke dalam PVDC (casing) sosis. Pada ruang ini
ada 14 mesin yang digunakan yaitu 6 mesin CAP, 7 mesin ZAP dan 1 mesin
Kureha Corporation KAP. Ada 7 operator, 2 checker dan 3 Quality Control yang
bertugas pada ruangan ini. Operator mesin bertugas untuk mengontrol produk dan
mesin, mengecek kebersihan mesin, memperbaiki mesin, dan merawat mesin.
Checker memiliki tanggung jawab yang sama dengan operator selain itu checker
berfungsi untuk mencatat total sosis yang jadi permesinnya dan melakukan
pergantian bahan seperti PVDC dan Wire dan alat yang dibutuhkan mesin. Lalu
melaporkan hasil tersebut ke departemen produksi, sedangkan QC bertugas untuk
melakukan sampling untuk mengecek produk apakah sudah sesuai dengan
standart. Berikut adalah standart produk yang Telah Ditentukan.
Table 3.1. ukuran standart hasil produk pada Filling Machine.
Ukuran Produk Okey Produk Champ
47
Berikut adalah cara kerja Filling Machine untuk untuk mengisi adonan pada
PVDC (casing),sebagai berikut;
Saat mesin menyala round voider dan roll voider akan aktif. Round
voider yang berfungsi untuk menarik casing sosis sedangkan roll
voider untuk memberi ruang kosong pada sosis saat adonan telah
masuk agar tidak ada adonan yang jatuh atau terbuang saat sosis
dipotong.
dalam keadaan kosong yang berfungsi sebagai penutup. Suhu pada ruangan susun
sekitar 10˚C s/d 12 ˚C.
3.1.5 Ruang Retort Chamber
Merupakan ruangan untuk memasak sosis. Proses pemasakan menggunakan 4
retort atau tabung besar dimana satu tabung memuat 28 tray, mesin yang
digunakan yaitu Zhongtai Machinery Retort. Ruangan ini terdiri dari 4 operator.
yang bertugas untuk memasak dan memindahkan trolley dari ruang susun,dan
memindahkan sosis ke conveyor untuk disortir. 1 QC untuk mengecek apakah
retort dalam keadaan kering dan bersih sebelum dimulai proses pemasakan serta
untuk memasang alat casing sosis agar dapat mengetahui suhu pada adonan sosis
saat terjadi proses pemasakan di dalam Retort. Tujuan dari proses pemasakan
yaitu untuk menyatukan komponen-komponen sosis, dan memantapkan warna.
Proses cooking juga merupakan salah satu metode pengawetan makanan. Suhu
pemasakan yang tinggi dan waktu pemasakan yang lama dapat mendestruksi
sehingga mengurangi jumlah mikroorganisme di dalam produk sosis.
Apabila pemasakan sosis tidak sempurna, maka mikroorganisme patogen
masih dapat tumbuh dan akan berpengaruh pada umur simpan dan kualitas sosis.
Pemasakan dapat dilakukan dengan perebusan, pengukusan, pengasapan, dan
pengovenan. Pemasakan sosis pada PT.Charoen Pokphand Indonesia Plant Berbek
menggunakan retort chamber dengan sistem perebusan. Proses pemasakan sosis
dilakukan di dalam retort chamber pada suhu 121ºC selama 30 menit. Proses
pemasakan sosis harus dilakukan hingga sosis benar-benar matang, apabila dalam
pengukusannya kurang matang, maka akan mempengaruhi kualitas sosis yaitu,
sosis akan lembek dan tidak padat (Martiana, 2015). Pada tahap cooking juga
terjadi proses sterilisasi, proses sterilisasi dilakukan dengan tekanan 2,6 atm suhu
121ºC selama 15 menit. Proses sterilisasi dinyatakan selesai apabila tercapainya
suhu internal daging sesuai standar sehingga mikrobia yang ada di dalam daging
sudah mati/inaktif khusunya untuk spesies Clostridium botulinum. Berikut adalah
langkah-langkah Proses pemasakan di dalam Retort Chamber sebagi Berikut;
Table 3.2 Proses Pemasakan dal Retort Chamber Machine.
Proses Tujuan
49
dan ditambahkan sosis dicuci kembali dengan menggunakan air panas bersuhu
55ºC. Tujuan pencucian dengan air panas ini adalah menghilangkan sisa
khemikalia yang menempel pada kemasan. Setelah itu sosis diberi senyawa
pencegah pertumbuhan mikroba di conveyor vibrator. Pemberian senyawa
tersebut dilakukan dengan cara disemprot, tujuan penggunaan senyawa tersebut
adalah untuk mencegah terjadinya pertumbuhan jamur pada kedua ujung kemasan
sosis retort. Conveyor vibrator digunakan untuk meniriskan sosis dari air cucian
agar kelebihan air di dalam kemasan dapat dikurangi, sehingga sosis lebih mudah
untuk dikeringkan..
Air yang mengalir pada conveyor disaring mengunakan alat Shanghai Vivic
Filtration System Co. Ltd alat ini akan diganti setiap 2 bath proses produksi
selesai atau ditandai dengan air yang dikeluarkan oleh selang hanya sedikit maka
alat tersebut kotor, dalam 5 menit sirkulasi air harus diganti pada conveyor
washing sehingga setelah 5 menit air yang baru akan masuk dan air yang lama
akan dibuang.
3.1.6 Ruang Drying
Merupakan ruangan untuk mengeringkan sosis. Ruangan ini terdiri dari 4
conveyor yaitu drying conveyor I yang dilengkapi dengan heater untuk
memanaskan sosis guna mengurangi kadar air pada sosis setelah pencucian.
Drying conveyor II dan drying conveyor III dilengkapi dengan mesin pengering
(Dryer) untuk mengeringkan dan mendinginkan sosis setelah pemanasan, terakhir
drying room IV untuk membawa sosis keluar dari drying room ke Ruang
packaging.
Kandungan air sosis perlu dikurangi agar mikroba tidak dapat tumbuh. Apabila
sosis dipegang tidak terasa lengket dan basah, maka sosis tidak akan berjamur
sehingga dapat dinyatakan aman secara fisik. Kadar air berpengaruh terhadap
tekstur sosis. Pengeringan dapat menurunkan kandungan air sehingga bahan
pangan memiliki kualitas simpan yang lebih baik. Suhu ruang selama proses
drying adalah 35ºC- 40ºC dan RH 50-55, ruangan ini dilengkapi dengan heater
dan blower sebagai alat pengering. Heater berguna untuk menguapkan air di
kemasan, sedangkan blower digunakan untuk menyemprotkan udara panas ke
51
permukaan kemasan sosis. Hal ini dilakukan untuk memastikan air di kemasan
telah teruapkan seluruhnya.
3.1.7 Ruang Packaging
Pada ruangan ini terdapat beberapa proses yaitu mengisi sosis yang keluar dari
Drying Room pada container dan juga dengan proses sortir. Lalu sosis yang telah
diisi pada container dikumpulkan dengan batch yang sama. Lalu dilakukan proses
karantina pada sosis,selama ±4 hari. Masa karantina dilakukan dengan tujuan
untuk mengendalikan sosis yang akan dijual dan mencegah pertumbuhan
mikroorganisme agar sosis yang dijual layak dikonsumsi. Masa karantina selesai,
maka sosis akan di sortir oleh pekerja dan dilakukan proses pengemasan sosis
kedalam toples untuk produk CHAMP dan Plastik untuk Produk Okey.
Pengemasan pangan merupakan suatu cara dalam memberikan suatu kondisi
lingkungan yang tepat bagi bahan pangan (Buckle, 1987). Tujuan dilakukannya
pengemasan untuk melindungi bahan pangan (barrier) dari penyebab-penyebab
kerusakan baik karena kerusakan fisik, kimia, biologis, maupun kerusakan
mekanis, sehingga diharapkan dapat menjaga kualitas dari bahan pangan dan
sampai ke tangan konsumen dalam keadaan yang baik dan menarik.
Pada proses packing ini terdapat dua proses yang berbeda dengan 2 produk
yang berbeda juga,karena pada pabrik ini memproduksi dua jenis produk sosis
siap santap yaitu “Okey” dan “Champ” dengan kemasan yang berbeda. Untuk
kemasan “Champ” menggunakan Toples dan diberi label di dalamnya, dengan
ukuran 1 toples isi 26 pcs dan berat bersih 698 gram,apabila isi dan berat sudah
sesuai ukuran standart,lalu toples ditutup dan diberi segel pada leher penutupnya
dengan plastik shrink. Sedangkan untuk produk “Okey” menggunakan kemasan
plastik dan diberi label di dalamnya,dengan isi 30 pcs dan berat bersih 450 gram,
setelah isi dan berat sosis sesuai dengan ukuran standartnya lalu plastik kemasan
di vakum udara didalamnya kemudian di plastik ditutup dengan mesin sealing.
Sebelum sosis di filling pada kemasannya toples maupun plastik setiap sosis
tadi dilakukan proses sortasi untuk mengetahui apakah sosis layak untuk di
jadikan finish produk atau masuk dalam kategori produk tidak layak/cacat.
Berikut ini merupakan sosis yang dikategorikan sebagai sosis yang cacat:
52
3.1.8 Kartoning
Pada produk “Champ” Toples akan dibawa oleh conveyor, toples akan
melewati mesin ISHIDA DACS yang dilengkapi dengan sensor untuk mendeteksi
berat toples, jika kurang dari standar berat yang telah ditentukan maka mesin akan
mengeluarkan toples tersebut ke sebelah kiri dan jika toples kelebihan maka mesin
akan mengeluarkan toples ke sebelah kanan. Toples yang lulus akan dimasukkan
kedalam karton, untuk satu kartonnya berisi 6 toples. Pekerja akan menaruh
karton ke mesin untuk menyegel karton menggunakan isolasi, karton akan tetap
dicek beratnya menggunakan mesin jika tidak sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan maka karton akan ditolak. Pada Produk “Okey” Plastik akan dibawa
53
oleh conveyor kemasan yang telah sesuai lalu dimasukkan kedalam karton, untuk
satu kartonnya berisi 10 kemasan. Pekerja akan menaruh karton ke mesin untuk
menyegel karton menggunakan isolasi. Dan produk akan di taruh diatas Pallet
kemudiah ditaruh digudang sementara menuggu dicek oleh QC dan diberi stempel
QC sebagai tanda bahwa finish good tersebut siap direlease. Proses cartoning,
dalam memudahkan proses penyimpanan dan pengambilan finish good.
Division-Plant Berbek
55
Gambar 4.1 Sosis Siap Santap merk “Champ” rasa ayam original.
57
58
Gambar 4.2 Sosis Siap Santap merk “Champ” rasa sapi panggang.
3. Champ rasa Otak-Otak.
Adalah sosis siap santap yang dibuat dengan daging ayam dengan
kombinasi rasa Otak-otak. Merupakan varian rasa terbaru dari merk “Champ”
yang di produksi PT. CPI-Food Division-Plant Berbek.
Gambar 4.3 produk sosis siap santap merk “Champ” rasa Otak-otak.
59
Gambar 4.4 produk sosis siap santap merk “Okey” rasa Ayam Bakar.
4.2 MASALAH PADA OUTPUT.
Berikut adalah masalah yang terjadi pada output produk yang di produksi
di PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division – Plant Berbek. Adalah
sebagai berikut;
4.2.1 Bengkok
Merupakan salah satu bentuk kecacatan Produk yang sering dialami di
proses produksi pembuatan sosis siap santap. Bengkok adalah keadaan dimana
sosis memiliki bentuk melengkung pada bagian ujung atau tengah sosis.
4.2.2 Air Trap
Bentuk kecacatan produk dimana pada casing sosis terdapat bagian yang
ada udara yang terperangkap didalamnya. Sehingga pada kemasan sosis terdapat
bagian yang mengkerut seperti kurang adonan.
4.2.3 Pinhole
60
Bentuk kecacatan produk yang paling sulit terdeteksi yaitu terdapat lubang
sebesar jarum pada bagian casing sosis. Biasanya perlu penerangan yang bagus
untuk mengetahui jenis cacat produk ini.
4.2.4 Klip Tajam
Merupakan masalah berupa clip alumunium wire pada kemasannya
memiliki hasil potongan yang tajam, hal ini cenderung dapat melukai tangan dan
mulut konsumen apabila sosis tersebut dikonsumsi.
4.3 PENYELESAIAN MASALAH.
Berikut adalah penyelesaian masalah yang terjadi pada output produk yang
di produksi di PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division – Plant Berbek.
Adalah sebagai berikut;
4.3.1 Bengkok
Akar permasalahan dari jenis kecacatan klip tajam diakibatkan oleh faktor
manusia dan mesin. Faktor yang berasal dari manusia adalah operator tidak
melakukan setting mesin sesuai dengan prosedur. Faktor mesin disebabkan oleh
mesin mengalami gangguan.
Tindakan yang perlu dilakukan dalam hal ini adalah Membuat form down
time untuk melakukan pencatatan saat mesin mengalami gangguan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berikut ini adalah Kesimpulan pada laporan ini :
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Struktur organisasi di perusahaan menggunakan struktur organisasi linier
sehingga perintah mengalir langsung secara vertikal dari manajemen
puncak sampai pada setiap orang yang berada pada jabatan terendah dan
masing masing dihubungkan oleh garis perintah dan pelaporan, karyawan
yang bekerja di perusahaan ini dibagi menjadi dua menurut sifat
keterikatannya terhadap perusahaan yaitu; karyawan tetap dan karyawan
kontrak. Karyawan tetap.
2. Proses pembuatan produk sosis siap santap merk “Champ” dan “Okey” di
PT. Charoen Pokphand Indonesia-Food Division-Plant Berbek telah
memenuhi aspek higienitas, semua bahan-bahan yang digunakan selama
pembuatan sosis merupakan bahan-bahan berkualitas dan bermutu tinggi
dengan jumlah yang digunakan tidak melebihi batasan aman yang diatur
oleh pemerintah, semua peralatan dan mesin yang digunakan di
perusahaan ini (khususnya di ruang meat preparation) telah sesuai standar
untuk industri pengolahan pangan.
3. Masih banyaknya permasalahan yang terjadi pada Unit Pengepakan karena
volume pekerjaan yang dikerjakan karyawan tidak sesuai dengan
banyaknya jumlah karyawan yang mengerjakan pekerjaan tersebut. Jumlah
kebutuhan karyawan riil unit pengepakan masih belum sesuai dengan
kebutuhan karyawan ideal.
4. Permasalahan-permasalahan praktis yang terjadi di perusahaan dapat
diselesaikan dengan cara diskusi dan pengaturan job desk yang baik,
proses pengendalian mutu dan sanitasi di perusahaan sangat diperhatikan
sehingga mutu produk yang dihasilkan sangat baik, suasana lingkungan
kerja yang terjadi di dalam PT. Charoen Pokphand Indonesia sangat baik
63
64
dan rasa kekeluargaan sangat terasa sehingga dapat membuat para pekerja
di perusahaan menjadi semangat dalam melakukan pekerjaannya.