Anda di halaman 1dari 11

a. Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan.

Lulus dengan
persyaratan yang ditelah ditetapkan dan memperoleh kualifikasi untuk registrasi dnn
memperoleh izin untuk melaksanakan praktik kebidanan.
b. Praktik Kebidanan adalah implementasi dari ilmu kebidanan oleh bidan yang bersifat otonom,
kepada perempuan, keluarga dan komunitasnya, didasari etika dan kode etik bidan. Selain itu
diartikan juga sebagai serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan
kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan
kemampuannya.
c. Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang mempersiapkan
kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval dan pengaturan kesuburan,
klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita, fungsi–fungsi reproduksi manusia serta
memberikan bantuan/dukungan pada perempuan, keluarga dan komunitasnya.
d. Manajemen Asuhan Kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang digunakan oleh
bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan
data, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
e. Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh
bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat
kebidanan.
f. Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau
rujukan.

2. Praktik dalam Pelayanan Kebidanan

Pelayanan praktik kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan
rumah sakit. Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggung jawab memberikan pelayanan kebidanan
yang optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang
diberikan selama 24 jam secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki keterampilan
professional, ataupun global. Agar bidan dapat menjalankan peran fungsinya dengan baik, maka
perlu adanya pendekatan sosial budaya yang dapat menjembatani pelayanannya kepada pasien.
Program pelayanan kebidanan yang optimal dapat dicapai dengan adanya tenaga bidan
yang professional dan dapat diandalkan dalam memberikan pelayanan kebidanannya berdasarkan
kaidah-kaidah profesi yang telah ditentukan,seperti memiliki berbagai pengetahuan yang luas
mengenai kebidanan, dan diterapkan oleh para bidan dalam melakukan pendekatan asuhan
kebidanan kepada masyarakat.
Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi, melalui pendekatan sosial
dan budaya yang akurat. Terdapat beberapa bentuk pendekatan yang dapat digunakan atau
diterapkan oleh para bidan dalam melakukan pendekatan asuhan kebidanan kepada masyarakat
misalnya paguyuban, kesenian tradisional, agama dan sistem banjar. Hal tersebut bertujuan
untuk memudahkan masyarakat dalam menerima, bahwa pelayanan atau informasi yang
diberikan oleh petugas, bukanlah sesuatu yang tabu tetapi sesuatu hal yang nyata atau benar
adanya.

Dalam memberikan pelayanan kebidanan, seorang bidan lebih bersifat :

1. Promotif, bidan yang bersifat promotif berarti bidan berupaya menyebarluaskan


informasi melalui berbagai media Metode penyampaian, alat bantu, sasaran, media,
waktu ideal, frekuensi, pelaksana dan bahasa serta keterlibatan instansi terkait maupun
informal leader tidaklah sama di setiap daerah, bergantung kepada dinamika di
masyarakat dan kejelian kita untuk menyiasatinya agar informasi kesehatan bisa diterima
dengan benar dan selamat. Penting untuk diingat bahwa upaya promotif tidak selalu
menggunakan dana negara, adakalnya diperlukan adakalanya tidak. Selain itu,
penyebaran informasi hendaknya dilakukan secara berkesinambungan dengan
memanfaatkan media yang ada dan sedapat mungkin dikembangkan agar menarik dan
mudah dicerna. Materi yang disampaikan seyogyanya selalu diupdate seiring dengan
perkembangan ilmu kesehatan terkini.
2. Preventif berarti bidan berupaya pencegahan semisal imunisasi, penimbangan balita di
Posyandu dll. Kadang ada sekelompok masyarakat yang meyakini bahwa bayi berusia
kurang dari 35 hari (jawa: selapan) tidak boleh dibawa keluar rumah.
3. Kuratif berarti bidan tidak dikehendaki untuk mengobati penyakit terutama penyakit
berat.
4. Rehabilitatif berarti bidan melakukan upaya pemulihan kesehatan, terutama bagi pasien
yang memerlukan perawatan atau pengobatan jangka panjang.

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan saat ini dihadapkan pada masyarakat
yang lebih terdidik,dan mampu memberi pelayanan kesehatan yang di tawarkan atau dibutuhkan
oleh masyarakat. Masyarakat mengiginkan pelayanan kesehatan yang murah, nyaman,sehingga
memberi kepuasan ( sembuh dengan cepat dengan pelayanan yang baik ). Rumah sakit perlu
mengembangkan suatu sistem pelayanan yang didasarkan pada pelayanan yang berkualitas baik,
biaya yang dapat dipertanggung jawabkan dan diberikan pada waktu yang cepat dan tepat.
Rumah sakit sebagai suatu institusi pelayanan kesehatan, dalam memproduksi jasa pelayanan
kesehatan ( pelayanan medis dan pelayanan kebidanan), untuk masyarakat menggunakan
berbagai sumber daya seperti ketenanagaan, mesin, bahan, fasilitas, modal, energy dan waktu.
Ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh bidan yaitu : memiliki wawasan dan
pengetahuan, telah menyelesaikan pendidikan kebidanan, memiliki sopan santun, tidak
membeda-bedakan miskin maupun kaya, tidak membuka privasi pasien, berbakti pada insani,
mempunyai etika dan moral, cepat dan cekatan, mampu melayani dengan ikhlas dan sabar,
bersikap ramah dan terampil, tidak mudah putus asa, serta dapat melakukan hak dan
kewajibannya dengan baik.
Bidan memiliki banyak peran terutama dalam menjalankan praktek di masyarakat.peran
bidan yang harus dilaksanakan diantaranya adalah peran sebagai pendidik, sebagai pelaksana,
sebagai pengelola, sebagai peneliti, sebagai pemberdaya, sebagai pembela klien, sebagai
kolaborator,dan sebagai perencana.Dari peran-peran tersebut,bidan memiliki tugas dan
wewenang yang harus di laksanakan secara baik dan sesuai peraturan yang sudah ditetapkan.

B. Tinjauan tentang Refleksi Praktik dalam pelayanan kebidanan


1. Refleksi Praktik Kebidanan
Refleksi praktik dalam pelayanan kebidanan dimaksudkan sebagai bentuk
pedoman/acuan yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan, dipengaruhi oleh filosofi yang dianut bidan (filosofi asuhan kebidanan) meliputi
unsur-unsur yang terdapat dalam paradigma kesehatan (manusia-perilaku, lingkungan &
pelayanan kesehatan).
Dalam praktek kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang berkualitas sangat
dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina hubungan, baik sesama
rekan sejawat ataupun dengan orang yang diberi asuhan. Upaya meningkatkan kualitas
pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh ketrampilan bidan untuk berkomunikasi secara efektif
dan melakukan konseling yang baik kepada klien.
Bidan merupakan ujung tombak memberikan pelayanan yang berkuliatas dan sebagai
tenaga kesehatan yang professional, bekerja sebagai mitra masyarakat, khususnya keluarga
sebagai unit terkecilnya, yang berarti bidan memiliki posisi strategis untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang bersifat holistik komprehensif (berkesinambungan, terpadu, dan
paripurna), yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam upaya
mencapai terwujudnya paradigma sehat. Jadi seorang bidan dituntut untuk menjadi individu yang
professional dan handal memberikan pelayanan yang berkualitas karena konsep kerjanya
berhubungan dengan nyawa manusia.
2. Praktik dalam Asuhan Kebidanan
a. Monitoring keadaan fisik, psikologis spiritual dan sosial perempuan dan keluarganya sepanjang
siklus reproduksinya
b. Menyediakan kebutuhan perempuan seperti pendidikan, konseling dan asuhan keahmilan;
pendamping asuhan berkesinambungan selama,kehamilan, persalinan dan periode post partum.
c. Meminimalkan intervensi
d. Mengidentifikasi dan merujuk perempuan yang memiliki tanda bahaya
Model Praktek Kebidanan di Indonesia
1) Primary Care
Bidan sebagai pemberi asuhan bertanggung jawab sendiri dalam memberikan asuhan yang
berkesinambungan sejak hamil, melahirkan dan post partum,sesuai kewenangan bidan.
2) Continuity of Care
 Diselenggarakan oleh sekelompok bidan dengan standard praktik yang sama filosofi dan proses
pelayanannya adalah partneship dengan perempuan
 Setiap bidan mempunyai komitmen sebagai berikut :
 Mengembangkan hubungan yang baik dengan pasien sejak hamil
 Mampu memberikan pealyanan yang aman secara individu
 Memberikan dukungan pada pasien dalam persalinan
 Memberikan perawatan yang komprehensif kepada ibu dan bayi
3) Collaborative Care
Bidan perlu berkolaborasi dengan professional lain untuk menjamin kliennya menerima
pelayanan yang baik bila terjadi sesuatu dalam asuhan. Kolaborasi dilaksanakan dengan
informed choice demi keuntungan ibu dan bayi.
Pelayanan kebidanan berfokus pada upaya pencegahan, promosi kesehatan, pertolongan
persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, melaksanakan tindakan asuhan sesuai
dengan kewenangan atau bantuan lain jika diperlukan, serta melaksanakan tindakan kegawat
daruratan. Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak
hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus
mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada
kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak.
Pelayanan kebidanan merupakan salah satu kegiatan dalam pembangunan kesehatan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan, hidup sehat dan mengambil bagian
dalam pelayanan kesehatan masyarakat, turut membantu menghasilkan generasi bangsa yang
cerdas.
Pelayanan yang demikian karena pelayanan kebidanan ditujukan kepada perempuan sejak
masa sebelum konsepsi, masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan balita. Tentu saja
pelayanan kebidanan yang berkualitas akan member hasil yang berkualitas, yaitu kepuasan
pelanggan maupun provider dan pelayanan yang bermutu. Untuk pelayanan yang berkualitas
tersebut diperlukan seorang pemimpin yang dapat meningkatkan terus mutu pelayanan
kebidanan yang diberikan oleh organisasinya dan pelayanan yang diberikan harus berorientasi
pada mutu.
Bidan adalah profesi yang benar-benar harus dijiwai karena sangat menuntut tanggung
jawab. Bidan juga nantinya akan menjadi pemberi asuhan di tengah masyarakat. Bidan adalah
orang yang berperan penting dalam terciptanya ibu dan anak yang sehat dan keluarga bahagia
serta generasi bangsa yang sehat.
3. Prinsip Bidan dalam Praktik Kebidanan.

Adapun tugas dan prinsip bidan dalam praktik kebidanan ketika melakukan tugasnya yaitu:
1) Cintai yang anda lakukan, lakukan yang anda cintai (love your do, do your love).
Profesi bidan harus dihayati. Banyak orang yang memilih bidan karena dorongan
orangtua, dengan harapan cepat bekerja dengan masa pendidikan yang singkat dan dapat
membuka praktek mandiri. Oleh karena itu terlepas dari apapun motivasi seseorang menjadi
bidan, setiap bidan harus mencintai pekerjaannya.
2) Jangan membuat kesalahan (don’t make mistake).
Dalam memberi asuhan, usahakan tidak ada kesalahan. Bidan harus bertindak sesuai
dengan standar profesinya. Untuk itu bidan harus terus menerus belajar dan meningkatkan
keterampilan. Kesalahan yang dilakukan memberi dampak sangat fatal. Jangan pernah berhenti
mengasah keterampilan yang telah dimiliki saat ini, terus meningkatkan diri, dan mau belajar
kaena ilmu selalu berubah. Keinginan untuk terus belajar dan kemauan untuk meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan akan sangat membantu kita menghindari kesalahan.
3) Orientasi kepada pelanggan (customer oriented).
Apapun yang dilakukan harus tetap berfokus pada pelanggan. Siapa yang anda beri
pelayanan, bagaimana karakter pelanggan anda, bagaimana pelayanan yang anda berikan dapat
mereka terima dan dapat member kepuasan sehinga anda tetap dapat member pelayanan yang
sesuai engan harapan dan keinginan pelanggan.
4) Tingkatkan mutu pelayanan (improved your service quality).
Bidan harus terus menerus meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan kepada
kliennya. Dalam member pelayanan, jangan pernah merasa puas. Oleh karena itu, bidan harus
terus menerus meningkatkan diri, mengembangkan kemampuan kognitif dengan mengikuti
pelatihan, mempelajari dan menguasai perkembangan ilmu yang ada saat ini, mau berubah ke
arah yang lebih baik, tentu saja juga mau menerima perubahan pelayanan di bidang kebidanan
yang telah dibuktikanlebih bermanfaat secara ilmiah.
Bidan yang terus berpraktek, keterampilannya akan terus bertambah dalam memberi
asuhan dan melakukan pertolongan persalinan, KB, maupun dalam hal member pelayanan
kebidanan lainnya. Dengan demikian diharapkan kualitas personal bidan meningkat sehingga
akan meningkatkan mutu pelayanan yag diberikannya.
5) Lakukan yang terbaik (do the best).
Jangan pernah memandang klien/pelanggan sebagai individu yang ‘tidak penting’ atau
mengklasifikasikan pelayanan yang anda berikan kepada pelanggan dengan memandang status
ekonomi, kondisi fisik, dan lain-lain. Ingat! Klien berhak memdapatkan pelayanan kesehatan
tanpa diskriminasi. Bidan harus member pelayanan, pemikiran, konseling, tenaga, dan juga
fasilitas yang terbaik bagi kliennya.
6) Bekerja dengan takut akan tuhan (work with reverence for the Lord).
Sebagai bangsa indonesia yang hidup majemuk dan beragama, bidan harus menghormati
setiap kliennya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Bidan juga harus percaya segala yang dilakukan
dipertanggungjawabkan kepada Sang pencipta. Oleh karena itu, bidan harus memperhatikan
kaidah/norma yang berlaku di masyarakat, menjunjung tinggi moral dan etika, taat dan sadar
hukum, menghargai pelanggan dan teman sejawat, bekerja sesuai dengan standar profesi.
7) Berterima kasih kepada setiap masalah (say thanks to the problem).
Bidan dalam menjalankan tugas, baik secara individual (mandiri) sebagai manajer
maupun dalam kelompok (rumah sakit, puskesmas, di desa) tentu saja menghadapi dan melihat
banyak masalah pada proses pelaksanaan pelayanan kebidanan. Setiap masalah yang dihadapi
akan menjadi pengalaman dan guru yang paling berharga. Bidan dapat juga belajar dari
pengalaman bidan lainnya dan masalah yang mereka hadapi serta bagaimana mereka
mengatasinya. Setiap masalah, baik masalah manajemen maupun asuhan yang diberikan,
membuat kita dapat belajar lebih baik lagi di waktu yang akan datang.
Selain itu masalah juga membuat seseorang mencapai kedewasaan dan kematangan. Oleh
karena itu, jangan pernah menyalahkan situasi dan masalah yang ada, justru kita bisa belajar dari
setiap situasi dan mencari strategi pemecahannya, yang terpenting adalah mengevaluasi segala
yang kita lakukan dan belajar dari kesukaran, masalah, dan kesalahan yang kita alami serta
berusaha menghindari kesalahan yang sama.
8) Perubahan perilaku (behavior change).
Mengubah perilaku sangat sulit dilakukan. H. L. Blum mengatakan bahwa ada empat
faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan yaitu tenaga kesehatan, lingkungan, keturunan, dan
perilaku. Hal yang paling sulit dilakukan adalah perubahan perilaku.
Akan tetapi, jika bidan sebagai tenaga kesehatan yang mengemban tanggung jawab moral
selalu meningkatkan diri, menerima perubahan yang positif dan baik untuk pelayanan kebidanan,
meninggalkan praktik yang tidak lagi didukung secara ilmiah, dan mengarahkan diri selalu pada
pencapaian kualitas pelayanan, berorientasi pada tugas dan pelanggan, turut serta ambil bagian
dalam peningkatan kualitas pelayanan kebidanan, mau memberi dan menerima saran/kritik dari
teman sejawat dan organisasi profesi untuk memperbaiki diri, menyadari batas-batas wewenang
dan tanggung jawabnya sebagai bidan, diharapkan angka kematian ibu dan anak dapat
diturunkan. Bidan juga harus terus melibatkan dirinya dalam perbaikan mutu pelayanan
sehingga bidan selalu berada dalam lingkaran mutu dan memberi pengaruh bagi perbaikan
kualitas pelayanan kebidanan masa depan
Upaya pembangunan keluarga sejahtera dan pemberdayaan bidan tidak bisa dipisahkan.
Bidan adalah ujung tombak pembangunan keluarga sejahtera dari sudut kesehatan dan
pemberdayaan lainnya. Bidan menempati posisi yang strategis karena biasanya di tingkat desa
merupakan kelompok profesional yang jarang ada tandingannya. Masyarakat dan keluarga
Indonesia di desa, dalam keadaan hampir tidak siap tempur, menghadapi ledakan generasi muda
yang sangat dahsyat. Bidan dapat mengambil peran yang sangat penting dalam membantu
keluarga Indonesia mengantar anak-anak dan remaja tumbuh kembang untuk berjuang
membangun diri dan nusa bangsanya.
Kesempatan hamil dan melahirkan bertambah jarang, pengalaman keluarga merawat ibu
hamil, ibu melahirkan, dan anak balita, atau anak usia tiga tahun, dalam suatu keluarga, juga
bertambah jarang. Kalau terjadi peristiwa kehamilan atau kelahiran dalam suatu keluarga, hampir
pasti kemampuan dan mutu anggota keluarga merawat anggotanya yang sedang hamil atau
melahirkan juga menjadi kurang cekatan dan mutunya rendah. Padahal keluarga masa kini, yang
bertambah modern dan urban, menuntut kualitas pelayanan yang bermutu tinggi.
Keluarga masa kini juga menuntut hidup tetap sehat dalam waktu yang sangat lama
karena usia harapan hidup yang bertambah tinggi. Karena itu, sebagai ujung tombak dalam
bidang kesehatan, bidan dituntut untuk berperan sebagai ahli detektor awal untuk apabila
menemukan suatu kondisi kesehatan yang mencurigakan dari anggota suatu keluarga, segera
memberi pertolongan dini, atau memberi petunjuk untuk rujukan.
Kalau seorang bidan tidak mampu memberikan petunjuk kepada suatu keluarga, karena
penyakit yang diderita seorang anggotanya berada diluar wewenangnya, seorang bidan segera
bisa mengirim anggota keluarga yang bersangkutan ke tingkat referal yang lebih tinggi. Dengan
demikian, para bidan, dalam jaman yang modern sekarang ini, memiliki peran luar biasa untuk
memelihara kesehatan keluarga di tingkat pedesaan dan rumah tangga. Para bidan bisa menjadi
detector dan sekaligus advokator yang ampuh.
Alasannya sederhana. Perubahan sosial budaya dan cirri kependudukan tersebut di atas
mengundang perubahan peran tenaga-tenaga pembangunan, seperti bidan, yang lebih tinggi
dalam mengantar anak-anak muda dan remaja membangun keluarga kecil yang bahagia dan
sejahtera. Kalau di masa lalu para bidan mempunyai peran yang relatif terbatas dalam melayani
proses reproduksi seseorang yang kondisinya kurang baik, dan berbahaya, di masa depan proses
reproduksi generasi muda dan pasangan muda lebih jarang terjadi.
Tetapi tidak kalah berbahayanya dan bahkan mungkin saja terjadi jauh sebelum
seseorang sesungguhnya siap dengan proses reproduksinya. Remaja tersebut perlu mendapat
dukungan dengan tuntutan kualitas yang sangat tinggi, sehingga peran bidan juga menjadi lebih
sukar dan perlu dukungan semua pihak dengan baik. Karena tuntutan yang demikian tinggi,
bidan tidak bisa santai menanggapinya. Anak muda dan remaja masa depan menuntut kualitas
prima karena penentuan pilihan pelayanan yang dikehendakinya tidak lagi pada unsur pelayanan,
yaitu para bidan, tetapi pada anak muda, remaja dan pasangan muda masing-masing.
Tuntutan atas peningkatan kualitas pelayanan itu mencuat pada akhir abad yang lalu
karena keluarga dan penduduk merasa bahwa kompetisi masa depan hanya bisa dimenangkan
bukan melalui “krubutan” dengan pasukan orang banyak, tetapi melalui pelayanan yang
bermutu. Keluarga dan penduduk masa depan menghendaki pelayanan dengan standard
internasional yang bermutu, tahan banting dan karena usia harapan hidup yang panjang, tuntutan
atas pelayanan bermutu itu akan berlangsung untuk masa yang sangat lama.
Ada delapan target dan sasaran yang harus dicapai secara terpadu. Indonesia yang ikut
menanda tangani deklarasi PBB pada akhir tahun 2000 itu ikut bertanggung jawab terhadap
pencapaian target-target tersebut. Untuk mencapai sasaran dan target-target tersebut Indonesia
harus menempatkan pembangunan dan pemberdayaan seperti bidan, tenaga kesehatan, tenaga
pendidikan dan tenaga pemberdayaan masyarakat pada posisi sangat penting di lapangan, di
pedesaan.
Peranan tenaga-tenaga pembangunan tersebut sangat tinggi dan mutlak. Peranan bidan
misalnya, sekaligus merupakan sumbangan yang sangat tinggi untuk meningkatkan mutu sumber
daya manusia, yaitu dalam rangka hidup sehat dan sejahtera. Lebih-lebih lagi nampak sekali
bahwa peranan bidan sangat penting dalam memberi dorongan agar keluarga yang isterinya
sedang hamil mendapat perhatian dalam bidang kesehatan pada umumnya dan kemampuan
mengembangkan ekonomi keluarga. Tujuannya adalah agar setiap keluarga mempunyai
kemampuan memelihara kesehatannya, terutama kesehatan isterinya.
Apabila kemampuan keluarga memadai, dan isteri atau ibu dalam rumah tangga sedang
hamil, akan mendapat masukan makanan dengan gizi yang cukup. Dengan gizi yang baik janin
yang dikandungnya akan tumbuh menjadi bayi yang sehat. Di kemudian hari, apabila janin sudah
dilahirkan berupa bayi, maka bayi tersebut akan tumbuh menjadi anak yang sehat. Kalau
mendapat dukungan keluarga yang sejahtera, maka anak itu akan tumbuh kembang dengan baik.
Selanjutnya keluarga yang lebih mampu secara ekonomis dapat mengirim anaknya ke sekolah
dan akhirnya menjadi putra bangsa yang dapat dibanggakan.
Karena itu dalam kehidupan keluarga yang sederhana, bersama dengan kekuatan
pembangunan lainnya di pedesaan, para bidan dapat mempengaruhi masyarakat dan pemimpin
sekelilingnya untuk memberi perhatian kepada keluarga kurang mampu dengan dukungan
pemberdayaan ekonomi.
Tujuannya adalah agar apabila isterinya mengandung dan melahirkan, keadaan rumah
tangganya lebih baik. Peranan sebagai ujung tombak dalam bidang kesehatan, sosial dan
ekonomi rumah tangga tersebut menjadi sangat penting dalam peningkatan mutu sumber daya
manusia yang sejak awal tahun 1990 menjadi acuan PBB, khususnya United Nations
Development Programme (UNDP).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelayanan praktik kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan

rumah sakit. Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggung jawab memberikan pelayanan

kebidanan yang optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan

kebidanan yang diberikan selama 24 jam secara berkesinambungan. Bidan harus

memiliki keterampilan professional, ataupun global. Agar bidan dapat menjalankan peran

fungsinya dengan baik, maka perlu adanya pendekatan sosial budaya yang dapat

menjembatani pelayanannya kepada pasien.

2. Refleksi praktik dalam pelayanan kebidanan dimaksudkan sebagai bentuk pedoman/acuan yang
merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan, dipengaruhi
oleh filosofi yang dianut bidan (filosofi asuhan kebidanan) meliputi unsur-unsur yang terdapat
dalam paradigma kesehatan (manusia-perilaku, lingkungan & pelayanan kesehatan).

Anda mungkin juga menyukai