Anda di halaman 1dari 60

BAB III

KOMUNITAS DI DESA GUDANG HIRANG RT 0 DAN


KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR
KOTA BANJARMASIN

Dalam rangka mengaplikasikan ilmu keperawatan, kebidanan dan farmasi


di komunitas dan untuk menerapkan konsep-konsep dalam memberikan
pelayanan kesehatan dalam konteks pengabdian, maka kelompok 1
mendapatkan tugas di Wilayah Desa Gudang hirang RT 01 Kelurahan Sei Lulut
Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjarmasin kota banjar baru mulai
tanggal 13 Januari-14 Februari 2020. Tahap kegiatan kelompok kerja komunitas
yang akan dilaporkan meliputi tahap-tahap sebagai berikut: persiapan,
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan program kegiatan dan evaluasi serta
rencana tindak lanjut.

1.1 Profil Wilayah Binaan


1. Pengkajian Komunitas
a. Data Demografi
1) Perumahan
Berdasarkan hasil pengkajian di wilayah RT 03 perumahan daerah
tersebut cukup padat, jarak antar rumah kerumah sekitar ± 1-2
meter, jenis bangunan semi permanen, halaman rumah ada yang
luas dan ada yang tidak memiliki halaman dan masih ada
beberapa bangunan rumah yang dibangun diatas sawah. Seluruh
warga sudah menggunakan air PAM (ledeng) untuk keperluan
makan dan minum.
2) Batas wilayah
Batas Wilayah RT 03 :
 Utara : RT 02 / Jalan raya
 Selatan : Sawah
 Barat : Sawah, RT 04, RT 05 dan RT 10
 Timur : Sungai Handil Jawa RT 01
3) Luas Wilayah
Panjang : 2000 m
Lebar : 800 m

38
4) Jarak dari pusat kekabupaten dan kecamatan
Dari pusat kekabupaten 25 km
Dari pusat kekecamatan ± 2 km
5) Luas lahan bebas dan lahan yang terisi
Jadi luas tanah untuk persawahan sekitar 75% dari keseluruhan,
lahan bebas sekitar 10% dan lahan perumahan sekitar 15%.
6) Kondisi lahan pertanian
Irigasi : berjumlah 4 dan airnya tetap mengalir normal semua
Tadah hujan : normal
7) Jenis tanah
Tanah merah kuning

8) Transportasi
Berdasarkan hasil pengkajian transportasi yang digunakan
masyarakat RT 09 dan RT10 sebagian besar adalah kendaraan
pribadi seperti motor, mobil serta ada juga yang masih
menggunakan sepeda dan belum adanya angkutan umum yang
melewati jalan tersebut. Sebagian jalan beraspal dan sebagiannya
belum beraspal dan ada juga jalan yang di semen (Dalam Komplek
dan Gang)
9) Pusat Pelayanan
Berdasarkan hasil pengkajian di RT 09 dan RT 10 adanya pusat
pelayanan kesehatan seperti Poskesdes, posyandu lansia dan
pelayanan pendidikan seperti sekolah (TK dan SD) serta ada
mushola dan pasar malam (hari Jum’at).
10) Kebiasaan Masyarakat
Berdasarkan hasil pengkajian di RT 09 dan RT 10 kebiasaan
perkumpulan masyarakat di wilayah Desa Simpang Limau adalah
pada sore hari.
Sedangkan kegiatan yang sering dilakukan adalah sebagai berikut :
 Remaja : Maulid Habsy
 Ibu-Ibu : Arisan, Yasinan, dan Pengajian

39
 Bapak-Bapak : Pengajian dan Burdahan
11) Masyarakat yang banyak di jumpai
Berdasarkan hasil pengkajian di RT 09 dan RT 10 yang sering
ditemui dijalan adalah ibu-ibu berkumpul didepan rumah dan bapak-
bapak diwarung kecil.
12) Media Informasi
Berdasarkan hasil pengkajian di RT 09 dan RT 10 media informasi
digunakan masyarakat adalah pengumuman dimusholla dan dari
mulut kemulut, pengumuman yang disampaikan pada acara seperti
maulid, yasinan dan kadang-kadang pemberitahuan tentang jika
ada acara penyuluhan kesehatan dan kegiatan senam.
13) Issue
Tidak ada issue untuk wilayah desa Simpang Limau RT 09 dan RT
10
2. Jumlah Penduduk
Hasil Pendataan yang dilakukan pada tanggal 31 Januari 2019 s/d 03
Februari 2019 di wilayah binaan RT 09 dan RT 10 desa Simpang Limau
Kelurahan Sei Lulut.
Penduduk yang berada pada wilayah binaan RT 09 dan RT 10 yang
berjumlah 300 KK. Namun yang di dapat saat pendataan dari tanggal 31
januari-03 Februari 2019 ada 193 KK dengan jumlah penduduk 650 orang.
Hal ini terjadi karena sebagian warga tidak mau didata, dan tidak berada
ditempat saat melakukan pendataan.
a. Distribusi Data Penduduk Desa Simpang Limau Kelurahan Sei Lulut
Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Penduduk
Menurut Jenis Kelamin di RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau
Kelurahan Sei Lulut Bulan Februari 2019.
No Jenis Kelamin Frekuensi (N) Persentase (%)
1 Laki-laki 320 49,2
2 Perempuan 330 50,8
Total 650 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.1 jumlah penduduk terbanyak di wilayah RT
09 dan RT 10 adalah perempuan sebanyak 330 orang sebesar 50,8%.

40
Menurut Badan Pusat Statistik (2018) Jumlah Penduduk Indonesia
pada 2018 mencapai 265 juta jiwa terdiri dari 131,9 juta jiwa berjenis
kelamin perempuan sedangkan laki-laki sebanyak 133,1 juta jiwa. Dari
data tersebut dapat disimpulkan bahwa penduduk Indonesia sebagian
besar adalah perempuan.
b. Distribusi Data Penduduk Desa Simpang Limau Kelurahan Sei Lulut
Berdasarkan Usia
Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Penduduk
Menurut Usia di RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau Kelurahan Sei
Lulut Bulan Februari 2019.
No Usia Frekuensi (N) Persentase (%)
1 Balita (0-5 tahun) 51 7,8
2 Anak-anak (6-11 tahun) 88 13,5
3 Remaja Awal (12-16 tahun) 40 6,2
4 Remaja Akhir (17-25 tahun) 101 15,5
5 Dewasa Awal (26-35 tahun) 143 22,0
6 Dewasa Akhir (36-45 tahun) 90 13,8
7 Lansia Awal (46-55 tahun) 79 12,2
8 Lansia Akhir (56-65 tahun) 33 5,1
9 Manula (>65 tahun) 25 3,8
Total 650 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.2 jumlah penduduk terbanyak di wilayah RT 09
dan RT 10 pada usia 26-35 tahun sebanyak 143 orang (22,0%).
Menurut kelompok umur, penduduk Indonesia yang masih tergolong
anak-anak (0-14 tahun) mencapai 70,49 juta jiwa atau sekitar 26,6% dari
total populasi. Untuk populasi yang masuk kategori usia produktif (14-64
tahun) 179,13 juta jiwa (67,6%) dan penduduk usia lanjut 65 ke atas
sebanyak 85,89 juta jiwa (5,8%) (Badan Pusat Statistik, 2018).

c. Distribusi Data Penduduk Desa Simpang Limau Kelurahan Sei Lulut


Berdasarkan Agama
Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Penduduk
Menurut Agama di RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau Kelurahan Sei
Lulut Bulan Februari 2019.
No Agama Frekuensi (N) Persentase (%)
1 Islam 634 97,5

41
2 Kristen 8 1,2
3 Hindu 0 0
4 Budha 4 0,6
5 Konghucu 4 0,6
Total 650 100
Sumber: Data Primer, 2019.
Berdasarkan tabel 3.3 Sebagian besar penduduk di wilayah RT 09
dan RT 10 mempunyai agama Islam yaitu 634 orang (97,5%).
Sebagian besar penduduk Indonesia  memeluk agama Islam yaitu
sebesar 207 juta jiwa atau 87,18% dari total Penduduk, yang berikutnya
adalah Agama Kristen yaitu sebesar 16,5 juta jiwa atau 6,9% dari total
Penduduk, Katolik yaitu sebesar 6,9 juta jiwa atau 2,9% dari total
Penduduk,Hindu yaitu sebesar 4 juta jiwa atau 1,6% dari total Penduduk,
Budha yaitu sebesar 1,7 juta jiwa atau 0,7% dari total Penduduk dan
Khong Hu Chu yaitu sebesar 117.091 ribu jiwa atau 0,049 % dari total
Penduduk (Badan Pusat Statistik, 2018).
d. Distribusi Data Penduduk Desa Simpang Limau Kelurahan Sei Lulut
Berdasarkan Pendidikan
Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Penduduk
Menurut Pendidikan di RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau Kelurahan
Sei Lulut Bulan Februari 2019.

No Persentase
Pendidikan Frekuensi (N)
(%)
1 Belum Sekolah 48 7,4
2 Tidak Sekolah 15 2,3
3 TK 33 5,1
4 SD 185 28,5
5 SMP 101 15,5
6 SMA 210 32,3
7 Perguruan Tinggi 58 8,9
Total 650 100
Sumber: Data Primer, 2019

42
Berdasarkan tabel 3.4 Sebagian besar penduduk di wilayah RT 09
dan RT 10 mempunyai pendidikan SMA yaitu 210 orang (32,3%).
Menurut Badan Pusat Statistik (2018) tingkat pendidikan penduduk
Indonesia yaitu SMA sebesar 21,88% menempati posisi tertinggi kedua
setelah lulusan SD sebanyak 24,15% dan lulusan perguruan tinggi
sebanyak 9,36%.Berdasarkan data diatas tingkat pendidikan sangat
mempengaruhi tingkat pemahaman seseorang baik secara lisan maupun
tulisan.
3. Data Lingkungan Fisik
a. Perumahan
1) Jendela
Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Ketersediaan
Jendela di RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau Kelurahan Sei
Lulut Bulan Februari 2019.
No. Jendela Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Ya 180 93,3
2. Tidak 13 6,7
Total 193 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.5 sebagian besar penduduk RT 09 dan RT
10 memiliki jendela yaitu berjumlah 180 rumah (93,3%) dan terdapat
sebagian kecil penduduk RT 09 dan RT 10 yang masih tidak memiliki
jendela yaitu berjumlah 13 rumah (6,7%).
Rumah sehat adalah proporsi rumah yang memenuhi kriteria
sehat minimum komponen rumah dan sarana sanitasi tiga komponen
(rumah, sarana sanitasi dan perilaku). Minimum dari kelompok
komponen rumah adalah langit-langit, dinding, lantai dan jendela
(Soemirat, 2009).
2) Keadaan Jendela
Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan frekuensi Membuka
Jendela Di RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau Kelurahan Sei
Lulut Bulan Februari 2019.
No. Membuka Jendela Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Ya 170 88,1
2. Kadang-Kadang 18 9,3
3. Tidak 5 2,6
Total 193 100

43
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.6 frekuensi membuka jendela sebagian
besar RT 09 dan RT 10 (88,1%) sehingga sirkulasi udara dalam
rumah menjadi segar, namun sebagian kecil RT 09 dan RT 10
masyarakat masih tidak membuka jendela (2,6%).
Menurut Kusnoputranto (2005) syarat-syarat pengelolaan
rumah sehat salah satunya adalah mempunyai ventilasi. Ventilasi
rumah memiliki banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga
pertukaran aliran udara dalam rumah tersebut agar tetap segar dan
optimal.
3) Vektor yang Ada di Lingkungan Rumah
Tabel 3.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Vektor Yang Ada Di
RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau Kelurahan Sei Lulut Bulan
Februari 2019.

No. Vektor Frekuensi (f) Persentase (%)


1. Lalat 17 8,8
2. Kecoa 9 4,7
3. Burung 1 0,5
4. Nyamuk 142 73,6
5. Anjing 0 0
6. Kucing 24 12,4
Total 193 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.7 vektor di lingkungan rumah penduduk
RT 09 dan RT 10 sebagian besar (73,6%) adalah nyamuk sehingga
menyebabkan rentan terjadinya DBD dan sebagian kecil vektor di
lingkungan rumah penduduk RT 09 dan RT 10 adalah burung (0,5%).
Kondisi lingkungan merupakan salah satu kondisi yang dapat
mempengaruhi perkembangan jentik nyamuk khususnya Aedes
Aegypti, dimana kondisi lingkungan ini meliputi suhu udara dan

44
kelembapan dalam rumah sehingga nyamuk pertumbuhan nyamuk
pada musim penghujan meningkat (Salwa, 2016).
4) Jenis Lantai
Tabel 3.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Lantai Rumah
di RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau Kelurahan Sei Lulut Bulan
Februari 2019.
No. Jenis Lantai Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Tanah 4 2,1
2. Keramik 87 45,0
3. Plester 4 2,1
4. Papan 98 50,8
Total 193 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.8 penduduk RT 09 dan RT 10 sebagian
besar memiliki jenis lantai papan sebesar (50,8%) dan sebagian kecil
penduduk RT 09 dan RT 10 memiliki jenis lantai tanah dan plester
sebesar (2,1%).
Syarat rumah yang sehat jenis lantai yang tidak berdebu pada
musim kemarau dan tidak basah pada musim penghujan. Lantai
rumah dapat terbuat dari semen, kayu dan tanah. Lantai yang basah
dan berdebu dapat menimbulkan serangan penyakit (Notoadmodjo,
2007). Jenis lantai rumah tinggal mempunyai hubungan yang
bermakna pula dengan kejadian diare pada anak balita, lantai dari
tanah lebih baik tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan
lembab sehingga menimbulkan gangguan penyakit pada
penghuninya.
5) Dinding Rumah
Tabel 3.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dinding Rumah di
RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau Kelurahan Sei Lulut Bulan
Februari 2019.
No. Dinding Rumah Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Tembok Penuh 92 47,7
2. Papan Kayu 90 46,6
3. Bilik 11 5,7
4. ½ Tembok 0 0
5. Lain-Lain 0 0
Total 193 100
Sumber: Data Primer, 2019

45
Berdasarkan tabel 3.9 penduduk RT 09 dan RT 10 sebagian
besar memiliki jenis tembok penuh sebesar (47,7%) dan sebagian
kecil penduduk RT 09 dan RT 10 memiliki jenis dinding bilik sebesar
(5,7%).
Jenis rumah yang lembab, gelap dan banyaknya lubang tanpa
kawat kassa akan memudahkan nyamuk untuk masuk kedalam
rumah (Wahyu, 2015). Dinding rumah yang terbuat dari tembok
adalah baik. Pada dasarnya dinding yang terbuat dari tembok untuk
kondisi geografis beriklim tropis khususnya kurang cocok karena
selain mahal dari segi ekonomi juga kurang mendapatkan
penerangan alamiah yang cukup apalagi bila ventillasinya tidak
optimal.
6) Luas Jendela
Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Luas Jendela di
RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau Kelurahan Sei Lulut Bulan
Februari 2019.
No. Laus Jendela Frekuensi (f) Persentase (%)
1. < 10% 47 24,4
2. > 10% 146 75,6
Total 193 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.10 penduduk RT 09 dan RT 10 sebagian

besar memiliki luas jendela rumah lebih 10% sebesar (75,9%) atau

sebanyak 146.

Ventilasi yang baik berukuran 10 sampai 20% dari luas lantai.

Ventilasi yang baik akan meberikan udara segar dari luar, suhu

optimum 22-240C dan kelembapan 60% (Kusnoputranto dan

Suzanna, 2000).

7) Cahaya Matahari
Tabel 3.11 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pencahayaan
Matahari di Rumah di RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau
Kelurahan Sei Lulut Bulan Februari 2019.
No. Cahaya Matahari Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Masuk 175 90,7

46
2. Tidak Masuk 18 9,3
Total 193 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.11 sebagian besar (90,7%) cahaya
matahari masuk kedalam rumah penduduk RT 09 dan RT 10
sehingga rumah cukup cahaya mataharinya.
Rumah yang sehat memerlukan pencahayaan dari
pencahayaan yang cukup dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya
yang masuk dalam rumah akan menyebabkan berkembangnya
beberapa bakteri, karena dalam hal ini pencahayaan yang kurang
akan menjadi media yang sangat baik untuk berkembang biaknya
bakteri-bakteri tersebut khususnya bakteri pathogen (Wahyu, 2015)

8) Kebersihan Rumah
Tabel 3.12 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebersihan
Rumah di RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau Kelurahan Sei
Lulut Bulan Februari 2019.
No. Kebersihan Rumah Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Bersih 177 91,7
2. Tidak Bersih 16 8,3
Total 193 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.12 sebagian besar (91,7%) penduduk RT
09 dan RT 10 memiliki rumah yang bersihh dan sebagian kecil (8,3%)
penduduk RT 09 dan RT 10 memiliki rumah yang kurang bersih.
Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya
taraf kesehatan jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya
penyakit dan mengurangi daya kerja atau daya produktif. Rumah yang
tidak sehat ini dapat menjadi reservoir penyakit bagi seluruh
lingkungan. (Notoadmodjo, 2007)
9) Pemanfaatan Halaman
Tabel 3.13 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemanfaatan
Halaman Rumah di RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau
Kelurahan Sei Lulut Bulan Februari 2019.

47
No. Jenis Lantai Frekuensi (f) Persentasec (%)
1. Tidak dimanfaatkan 91 47,1
2. Kandang Ternak 15 7,8
3. Untuk Berkebun 64 33,2
4. Untuk Perikanan 23 11,9
Total 193 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.13 sebagian besar penduduk RT 09 dan
RT 10 memiliki halaman yang tidak dimanfaatkan sebesar (47,1%).
Menurut pemanfaatan kandang ternak seperti ayam
mempunyai efek salah satunya penyebar virus flu burung, tanah yang
tercampur kotoran ayam, adalah tempat tumbuh jamur, jamur akan
terbang dan terhiap bisa menyebabkan penyakit paru-paru dan ada
beberapa jenis nyamuk malaria yang senang menempel di dinding
kandang dan bertelur di genanganan air kotor (Prasetyo, 2007).

10) Kebersihan Halaman


Tabel 3.14 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebersihan
Halaman Rumah di RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau
Kelurahan Sei Lulut Bulan Februari 2019.
Kebersihan Frekuensi Persentase
No.
Halaman (f) (%)
1. Bersih 168 87,0
2. Tidak Bersih 25 23,0
Total 193 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.14 sebagian besar (87,0%) penduduk RT
09 dan RT 10 memiliki halaman rumah yang bersih dan sebagian
kecil (23,0%) penduduk RT 09 dan RT 10 memiliki halaman rumah
yang kurang bersih.
Kebersihan halaman atau lingkungan yang sehat berpengaruh
terhadap kesehatan. Pengelolaan sanitasi lingkungan yang tidak baik
maka akan menyebabkan terjadinya berbagai masalah kesehatan.
Salah satu bentuk upaya pengelolaan sanitasi lingkungan adalah
penerapan rumah sehat (Notoadmodjo, 2007).
b. Sumber Air
1) Sumber Air Memasak dan Minum

48
Tabel 3.15 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penggunaan
Sumber Air untuk Memasak dan Minum di RT 09 dan RT 10 Desa
Simpang Limau kelurahan Sei Lulut.
No Sumber Air Memasak
Frekuensi (f) Persentase(%)
dan Minum
1 Sumur gali 4 2,07
2 Sungai 4 2,07
3 PDAM 185 96,8
Total 193 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.15 penduduk RT 09 dan RT 10 sumber air
untuk memasak dan minum dari air PAM (Perusahaan Air Minum)
dengan presentase terbanyak 96,8%.
Pengolahan air minum di rumah tangga sebelum dikonsumsi,
pada umumnya dilakukan dengan cara dipanaskan/dimasak terlebih
dahulu (Suhardi, 2011).
2) Sumber Air Untuk Mandi dan Mencuci
Tabel 3.16 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penggunaan
Sumber Air untuk Mandi dan Mencuci di RT 09 dan RT 10 Desa
Simpang Limau kelurahan Sei Lulut.
No Sumber Air Mandi dan
Frekuensi (f) Persentase (%)
Mencuci
1 Sumur Gali 4 2,07
2 Sungai 6 3,11
3 Mata Air 1 0,5
4 PAM 182 94,3
Total 193 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.16 penduduk RT 09 dan RT 10 sumber air
untuk mandi dan mencuci dari air PAM (Perusahaan Air Minum)
dengan presentase terbanyak 94,3%.
Masyarakat menggunakan air PAM untuk mandi dan mencuci
di karenakan airnya bersih dan tidak berbau disertakan jernih
(Suhardi, 2011).
3) Jarak Mata Air
Tabel 3.17 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jarak Mata Air
dengan Septik Tenk di RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau
kelurahan Sei Lulut.
Jarak Mata air Persentase (%)

49
No Frekuensi (N)

1 <10 % 96 49,7
2 >10% 97 50,2
Total 193 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.17 Distribusi Frekuensi jarak sumber mata
air degan penampungan akhir kotoran di RT 09 dan RT 10 di
dapatkan bahwa kategori yang terbanyak >10% dengan presentase
yang paling banyak 50,2%.
Menurut Suhardi, jarak antara mata air dan septic tenk >10%
atau kurang lebih 10 meter Alasannya, agar tidak terkontaminasi
dengan air tangki septic oleh bakteri patogen yang dapat
mengganggu kesehatan (Suhardi, 2011).
4) Keadaan Air
Tabel 3.18 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keadaan Air di RT
09 dan RT 10 Desa Simpang Limau kelurahan Sei Lulut.
No Keadaan Air Frekuensi (N) Persentase (%)
1 Jernih 184 95,33
2 Berbau 9 4,66
Total 193 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.18 Distribusi Frekuensi keadaan air jernih
dengan presentase yang paling banyak 95,3% dan air yang berbau
dengan presentase terkecil 4,66 %.
Menurut Soeparman 2010 keadaan air yang baik itu bersifat
jernih dan tidak berbau, tidak mengandung bakteri tidak mengandung
bahan kimia, misalnya pestisida dan desinfektan, melebihi batas yang
diperbolehkan.
c. Tempat Penampungan Air
1) Keadaan Gentong/bak mandi
Tabel 3.19 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keadaan
Gentong/bak mandi di RT. 09 dan 10 Desa Simpang Limau Kel. Sei
Lulut
No Keadaan Gentong/ Frekuensi (f) Presentase %)
bak mandi
1 Berlumut 8 4,15 %
2 Ada jentik nyamuk 43 22,28 %
3 Tidak ada jentik nyamuk 41 21,24 %

50
4 Tidak berlumut 101 52,33 %
Total 193 100 %
Sumber:Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.19 sebagian besar (52,33 %) keadaan
Gentong/bak mandi di wilayah RT. 09 dan 10 yaitu tidak berlumut
dan sebagian kecil (4,15 %) berlumut.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa masih banyak kondisi air
bersih , namun masih banyak ditemukan adanya jentik nyamuk dan
kondisi bak mandi yang berlumut sehingga air yang dikonsumsi
masih aman apabila air digunakan sesuai kebutuhannya (Mungkasa,
2009).
2) Penampungan air minum
Tabel 3.20 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kondisi Tempat
Penampungan Air Minum di RT. 09 dan 10 Desa Simpang Limau Kel.
Sei Lulut
No Tempat Air Minum Frekuensi(f) Presentase(%)
1 Tertutup 171 88,60 %
2 Terbuka 22 11.4 %
Total 193 100 %
Sumber:Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel sebagian besar (88,60 %) tempat air minum
di wilayah RT. 09 dan 10 yaitu tertutup dan sebagian keci terbuka
(11,4 %).
Kondisi air dimasyarakat nampak tertutup sehingga air tidak
tercemar namun jika tidak rajin dibersihkan dapat menimbulkan jentik
nyamuk yang lama kelamaan akan berkembang biak dan akan
menimbulkan wabah penyakit, air didalam bakmandi harus
dibersihkan minimal 2 kali dalam 1 minggu (Mungkasa, 2009)
d. Cara Pembuangan Sampah
1) Sampah dari Rumah dibuang
Tabel 3.21 Distriusi Frekuensi Berdasarkan Cara Pembuangan
Sampah di RT. 09 dan 10 Desa Simpang Limau Kel. Sei Lulut

51
No Cara Pembuangan Frekuensi (f) Presentase(%)
Sampah
1 Dikumpulkan dan dibakar 33 17,1 %
2 Di sungai 5 2,6 %
3 Di timbun dalam tanah 1 0,52 %
4 Sembarangan 1 0,52 %
5 TPS Pramuka 153 79,3 %
Total 193 100 %
Sumber:Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.21 sebagian besar (79,3 %) cara
pembuangan sampah di wilayah RT. 09 dan 10 yaitu di TPS Pramuka
dan sebagian kecil (0,52%) ditimbun di tanah dan sembarangan.
Penggunaan tempat sampah di daerah tersebut masih belum
ada sehingga sampah yang ada masih banyak yang ditimbun dahulu
baru dibuang ke TPS sehingga hal terseut dapat memicu munculnya
penyakit (WHO, 2010).
2) Keadaan Tempat Penampungan Sampah
Tabel 3.22 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kondisi Tempat
Penampungan Sampah di RT. 09 dan 10 Desa Simpang Limau Kel.
Sei Lulut
No Keadaan Tempat Frekuensi (f) Presentase(
Penampungan %)
1 Banyak lalat 18 9,32 %
2 Bau busuk 27 13,98 %
3 Banyak kecoa 0 0%
4 Terpelihara 148 76,7 %
Total 193 100 %
Sumber:Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.23 sebagian besar (Terpelihara %) cara
pembuangan sampah di wilayah RT. 09 dan 10 yaitu di TPS Pramuka
dan sebagian kecil (0 %) banyak kecoa.
Keadaan tempat penampungan sampah di daerah tersebut
Nampak terlihat masih adanya lalat dan tercium bau busuk dan hal
tersebut akan berdampak pada kesehatan sekitar masyarakat area
TPS (Depkes, 2010)
e. Pembuangan Air Bersih
1) Tempat Buang Air Besar

52
Tabel 3.24 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tempat
Pembuangan Air Besar di RT. 09 dan 10 Desa Simpang Limau Kel.
Sei Lulut
No Keadaan Tempat Frekuensi (f) Presentase(%)
Pembuangan
1 Sungai 13 6,73 %
2 Selokan 0 0%
3 Sembarang tempat 1 0,52%
4 Jamban Cemplung Sendiri 9 4,66 %
5 Jamban angsatrine sendiri 179 92,74 %
6 Jamban angsatrine umum 4 2,1 %
7 Lain-lain 0 0%
Total 193 100 %
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.24 sebagian besar (65,3 %) Keadaan
tempat Pembuangan di wilayah RT. 09 dan 10 yaitu jamban
angsatrine sendiri dan sebagian kecil (0%) selokan.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa jamban angsatrine telah
digunakkan disebagian masyarakat di daerah tersebut yang
menunjukkan bahwa masyarakat telah peduli akan kesehatan
(Depkes, 2009).
2) Polusi Udara dan pembuangan air limbah
Tabel 3.25 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Polusi Udara dan
Pembuangan Air Limbah di RT. 09 dan 10 Desa Simpang Limau Kel.
Sei Lulut
No Polusi Udara dan buangan Frekuensi (f) Presentase(%)
air limbah
1 Ya 3 1,6%
2 Tidak 190 98,45 %
Total 193 100 %
Sumber:Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.26 sebagian besar tidak ada polusi udara
(98,45%) di wilayah RT 09 dan RT 10, karena di wilayah RT 09 dan
RT 10 sebagian besar adalah pertanian
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa tidak ada polusi udara
yang diakibatkan oleh industry sehingga lingkungan didaerah tersebut
masih nampak asri (Depkes, 2009).
3) Kondisi Jamban Keluarga

53
Tabel 3.27 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kondisi Jamban
Keluarga di RT. 09 dan 10 Desa Simpang Limau Kel. Sei Lulut
No Kondisi jamban Keluarga Frekuensi(f) Presentase (%)
1 Terpelihara 187 96,9 %
2 Tidak terpelihara 6 3,12%
Total 193 100 %
Sumber:Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.27 sebagian besar (96,9%) Kondisi
jamban keluarga di wilayah RT. 09 dan 10 yaitu Terpelihara dan
sebagian kecil (3,12%) tidak terpelihara.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa kondisi jamban keluarga
sudah banyak yang terpelihara sehingga menunjukkan masyarakat
yang telah peduli akan kesehatan (Depkes, 2009).
f. Politik dan Pemerintahan
1) Pembentukan Kelompok Masyarakat
Tabel 3.28 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pembentukan Kelompok
Di Masyarakat di RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau Kel. Sei Lulut

Pembentukan Kelompok
No Frekuensi (N) Persentase (%)
Masyarakat
Dipilih langsung oleh
1 193 100
masyarakat
Total 193 100
Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.28 pembentukan kelompok penduduk RT 09
dan RT 10 dipilih oleh masyarakat secara langsung sebesar (100%).
Hal ini sesuai dengan Khairul (2017) mengatakan bahwa
partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan adalah
keterlibatan nyata seluruh masyarakat dalam memikul beban
pembangunan, bertanggung jawab atas pelaksanaan maupun
meninjau kembali hasil - hasil pembangunan. Hal Ini mengisyaratkan
sangat diperlukannya sinergisitas yang kuat antara masyarakat dan
pemerintah dalam ranah sosial maupun politik, sehingga bentuk
partisipasi masyarakat dapat tercapai melalui proses dialektis antar
keduanya.
2) Pemilihan Ketua Kelompok Masyarakat
Tabel 3.29 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemilihan Ketua di
Masyarakat di RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau Kel. Sei Lulut

54
Pemilihan Ketua Kelompok
No Frekuensi (N) Persentase(%)
Masyarakat
Dipilih langsung oleh
1 193 100
masyarakat
2 Ditetapkan oleh pejabat 0 0
3 Lain – lain 0 0
Total 193 100
Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.29 sebagian besar pemilihan ketua kelompok
masyarakat secara langsung sebesar (100%).
Hal ini sesuai dengan John (2012) karena mekanisme pemilihan
secara langsung akan menghadirkan legitimasi yang lebih kuat bagi
ketua kelompok masyarakat, melibatkan partisipasi politik masyarakat
secara nyata,dan mengukuhkan akuntabilitas pemimpin kepada
rakyatnya.Ketiga konsep alasan tersebut diikat oleh satu konsep yaitu
mengukuhkan demokrasi diaras local.
3) Penyampaian Aspirasi
Tabel 3.30 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Cara Penyampaian
Aspirasi Masyarakat di RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau Kel.
Sei Lulut

Pemilihan Ketua
No Frekuensi (N) Persentase(%)
Kelompok Masyarakat
1 Pertemuan rutin 53 27,46
2 Perintah dari atasan 0 0
Menyampaikan kepada
3 46 23,83
Kades Sewaktu – waktu
4 Pengajian 57 29,53
5 Lain – Lain 37 19,17
Total 193 100
Sumber : Data Primer, 2019

55
Berdasarkan tabel 3.30 cara penyampaian aspirasi dengan
melakukan pengajian (29,53%) sedangkan dengan pertemuan rutin
(27,46%) dengan cara diberi kebebasan untuk menyampaikan
kepada Kades Sewaktu – waktu (23,83%) dan lain – lain (19,17%).
Hal ini sesuai dengan Syamsudin (2007) yang mengatakan Ruang
bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi melalui pengajian
efektif untuk menyampaikan aspirasi masyarakat, disini masyarakat
dapat berkumpul dan menyampaikan aspirasi dan masyarakat dapat
relatif terbuka.
g. Komunikasi
Tabel 3.31 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Menerima Informasi Tentang
Kesehatan Masyarakat di RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau Kel. Sei
Lulut

No Media Informasi Frekuensi (N) Persentase(%)

1 Radio 6 3,10
2 Koran/Majalah 0 0
3 Edaran dari desa 1 0,51
4 Televisi 158 81,86
Penyuluhan di Puskesmas
5 28 14,50
Posyandu
Papan Pengumuman RW /
6 0 0
Desa
Total 193 100
Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.31, sebagian besar (81,86%) penduduk RT 09
dan RT 10 mendapatkan infromasi kesehatan melalui media televise dan
melalui penyuluhan di puskesmas atau posyandu (14,50%).
Hal ini sesuai dengan Ditha Prasanti (2017) yang mengatakan adanya
jenis media informasi kesehatan yang digunakan masyarakat urban
adalah media online situs portal yang kredibel tentang informasi
kesehatan sebagai media informasi utama; media sosial berupa sharing
info dari Whatsapp, LINE, dan BBM Group; serta televisi sebagai media
elektronik, yang dijadikan media informasi pendukung bagi masyarakat
urban terkait tentang informasi kesehatan.
h. Perekonomian
1) Sarana Ekonomi

56
Tabel 3.32 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sarana Ekonomi Yang
Ada Di Masyarakat Di RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau Kel.
Sei Lulut

Frekuensi Persentase
No Sarana Ekonomi
(N) (%)
1 Pasar 193 100
2 Tidak Ada 0 0
Total 193 100
Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.32, Seluruhnya (100%) sarana ekonomi
adalah pasar di wilayah RT 09 dan RT 10 untuk pengembangan
ekonomi.
Hal ini sesuai dengan Triana (2013) Pasar adalah tempat
bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual beli
barang atau jasa. Pasar merupakan kegiatan ekonomi yang termasuk
salah satu perwujudan adaptasi manusia terhadap lingkungannya.
Hal ini didasari atay didorong oleh faktor perkembangan ekonomi
yang pada awalnya hanya bersumber pada kebutuhan untuk
memenuhi kebutuhan hidup.

2) Penghasilan
Tabel 3.33 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penghasilan Warga
Perbulan Di RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau Kel. Sei Lulut

Persentase
No Penghasilan Frekuensi (N)
(%)
1 <Rp.250.000 13 6,73
2 >Rp.500.000 128 66,32
3 Rp.250.000 – Rp.500.000 34 17,61
4 Lain – Lain 18 9,32
Total 193 100
Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.33, sebagian besar (66,32%) penduduk RT
09 dan RT 10 memiliki penghasilan >Rp.500.000 dan sebagian kecil
penduduk RT 09 dan RT 10 memiliki penghasilan <250.000 (6,73%).
hal ini sesuai dengan Syamsurijal (2010) perbaikan tingkat kesehatan

57
ternyata secara langsung memberikan pengaruh yang buruk
terhadap peningkatan pendapatan per kapita, sedangkan secara
tidak langsung memberikan pengaruh yang positif, yang mana tingkat
kesehatan berpengaruh positif terhadap tingkat pendidikan.
i. Transportasi Dan Keamanaan
1) Sarana Transporatasi Umum
Tabel 3.34 Distribusi frekuensi berdasarkan sarana transportasi
diwilayah binaan RT 09 dan RT 09 di desa Simpang Limau kelurahan
Sei Lulut
Transportasi Frekuensi Persentase (%)
Bis 0 0
Ojek 0 0
Angkutan 0 0
Tidak tersedia
193 100
tranportasi umum
Total 193 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.34 distribusi frekuensi sarana transportasi
umum di wilayah binaan RT 09 dan 10 tidak memiliki sarana
tranportasi umum. Menurut Li Ye et al, (2010) sistem transportasi
diselenggarakan dengan tujuan agar proses transportasi penumpang
dan barang dapat dicapai secara optimum dalam ruang dan waktu
tertentu dengan pertimbangan factor keamanan, kenyamanan,
kelancaran dan efisiensi atas waktu dan biaya
2) Keadaan Jalan
Tabel 3.35 Distribusi frekuensi berdasarkan keadaan jalan di desa
Simpang Limau RT 09 dan RT 10 Kelurahan Sei Lulut.
No. Persentase
Keadaan Jalan Frekuensi
(%)
1 Dapat dilewati sepeda
59 30,56
motor
2 Dapat dilewati mobil
134 69,44
sepanjang musim
Total 193 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.35 distribusi frekuensi keadaan jalan
sebagian besar (69,44%) penduduk RT 09 dan RT 10 jalan dapat
dilewati mobil sepanjang musim.

58
3) Transportasi ke Pelayanan Puskesmas
Tabel 3.36 Distribusi frekuensi berdasarkan Transportasi ke
Pelayanan Puskesmas di desa Simpang Limau RT 09 dan RT 10
Kelurahan Sei Lulut.
No. Persentase
Transportasi Frekuensi
(%)
1 Jalan kaki 0 0
2 Naik sepeda 10 5,18
3 Naik sepeda motor 172 89,11
4 Naik mobil 11 5,69
Total 193 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.36 sebagian besar penduduk RT 09 dan
RT 10 pergi berobat ke puskesmas dengan menggunakan sepeda
motor (89,11%), sebagian kecil menggunakan mobil (5,69%) dan
menggunakan sepeda (5,18%).
Menurut Li Ye et al, (2010) sistem transportasi
diselenggarakan dengan tujuan agar proses transportasi penumpang
dan barang dapat dicapai secara optimum dalam ruang dan waktu
tertentu dengan pertimbangan factor keamanan, kenyamanan,
kelancaran dan efisiensi atas waktu dan biaya.
j. Sarana Rekreasi
1) Sarana Rekreasi
Tabel 3.37 Distribusi Frekuensi berdasarkan sarana rekreasi keluarga
saat liburan di RT 09 dan RT 10 desa Simpang Limau Kelurahan Sei
Lulut.
No Tujuan Rekreasi Frekuensi(f) Persentase (%)
1 Taman 34 19,17
2 Pantai 8 4,14
3 Kebun Binatang 0 0
4 Lain-lain 148 76,6
Total 193 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.37 distribusi frekuensi tujuan rekseasi
keluarga di wilayah binaan RT 09 dan 10 ditemukan, taman dengan
presentase yang paling tinggi yaitu lain-lain (76,6 %) salah satu
rekreasinya yaitu ke pasar malam. salah satu rekreasinya yaitu ke
pasar malam. Rekreasi pada dasarnya merupakan suatu kebutuhan

59
yang penting dan tidak bisa diabaikan manfaatnya dari kehidupan
manusia. Rekreasi dapat dijadikan sebagai kegiatan manusia untuk
memperoleh hiburan setelah lelah beraktivitas dalam kehidupan
sehari-hari (Wayan, 2015).
2) Frekuensi Rekreasi
Tabel 3.38 Distribusi Frekuensi berdasarkan frekuensi Rekreasi
keluarga diwilayah binaan RT.07 dan RT.08 di desa Simpang Limau
kelurahan Sei Lulut

No. Rekreasi Frekuensi (f) Persentase(%)


1 Kadang-
174 90,15
kadang
2 1 kali sebulan 9 4,66
3 2 kali sebulan 8 4,14
4 >3kali 2 1,03
Total 193 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.38 distribusi frekuensi sarana rekseasi
keluarga di wilayah binaan RT 09 dan RT 10 ditemukan bahwa,
kadang-kadang dengan presentase yang paling tinggi yaitu 90,15 %.
Berdasarkan hasil pendataan masyarakat RT 09 dan RT 10 jarang
melakukan rekreasi karena sibuk bekerja dari pagi hingga petang dan
anak-anak sibuk sekolah sehingga rekreasi dilakukan jika ada libur
panjang anak-anak.
Rekreasi adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat
tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka
waktu sementara (Wayan, 2015).
k. Pendidikan
1) Sarana Pendidikan

60
Tabel 3.39 Distribusi Frekuensi berdasarkan sarana pendidikan yang
ada diwilayah binaan RT 09 dan RT 10 di desa Simpang Limau
kelurahan Sei Lulut
Sarana
No. Frekuensi (f) Persentase (%)
pendidikan
1 TK 28 14,50%
2 SD 154 79,79%
3 SMP 11 5,6%
Total 193 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.39 distribusi frekuensi sarana pendidikan
yang ada di wilayah binaan RT 09 dan RT 10 ditemukan bahwa SD
dengan presentase yang paling tinggi yaitu 79,79%. Berdasarkan
peraturan pemerintah pendidikan nasional no 24 tahun (2007),
menyatakan bahwa setiap penduduk lebih dari 1000 jiwa terdapat satu
SD/MI dalam jarak waktun tempuh maksimun 3 KM
2) Program Kesehatan
Tabel 3.40 Distribusi Frekuensi berdasarkan program kesehatan
yang diajarkan disekolah diwilayah binaan RT 09 dan RT 10 di desa
Simpang Limau kelurahan Sei Lulut
Program Persentase
No. Frekuensi(f)
kesehatan (%)
1 Ada 193 193
2 Tidak ada 0 0
Total 193 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.40 distribusi frekuensi program kesehatan
yang diajarkan disekolah di wilayah binaan RT 09 dan RT 10
ditemukan bahwa program kesehatan diajarkan di sekolah (100%).
Berdasarkan peraturan pemerintah pendidikan nasional no 24 tahun
(2007), menentukan bahwa setiap sekolah harus memiliki program
kesehatan yaitu Ruang UKS dengan tujuan untuk membiasakan dan
mendidik pola hidup sehat serta menangani peserta didik yang
mengalami gangguan kesehatan dini dan ringan disekolah.

61
l. Kesehatan
1) Penyakit tiga bulan terakhir
Tabel 3.41 Distribusi Frekuensi Masalah Penyakit 3 Bulan Terakhir Di
RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau Kel. Sei Lulut
No Penyakit Frekuensi (f) Persentase(%)
1 Ispa 20 3,1
2 Asma 2 0,3
3 Diare 7 1,1
4 DBD 0 0
5 TBC 0 0
6 Hipertensi 42 6,5
7 Tidak Ada Penyakit 517 79,5
8 Lain-lain 62 9,5
Total 650 100
Sumber Data: Data Primer 2019
Berdasarkan Tabel 3.41 frekuensi penyakit yang paling
banyakdi Desa Simpang Limau Rt 09 dan Rt 10 adalah Hipertensi
dengan persentase 6,5% sedangkan untuk persentase 9,5% adalah
untuk penyakit lain (Gout Atritis, Rheumatoid arthritis, Magh). Hal in
sesuai dengan Jurnal Kependudukan Indonesia (2017) mengatakan
bahwa Indonesia mengalami peningkatan untuk penyakit tidak menular
sepeti hipertensi salah satunya dikarenakan faktor gaya hidup
masyarakat yang suka makan sembarangan, pola diet yang tidak
benar, dan jarang memeriksakan kesehatannya ke pelayanan
kesehatan sehingga angka kejadian penyakit tidak menular meningkat
dan menimbulkan komplikasi penyakit lainnya.
2) Pelayanan Kesehatan
Tabel 3.42 Distribusi Frekuensi Jenis pelayanan kesehatan dalam
mengatasi masalah kesehatan Di RT 09 dan RT 10 Desa Simpang
Limau Kel. Sei Lulut

62
No Jenis Pelayanan Frekuensi Persentase
1 Puskesmas 123 63,73
2 Dokter Praktek 18 9,32
3 Perawat/Mantri 1 0,51
4 Dukun 0 0
5 Rumah Sakit 45 23,31
6 Bidan Praktek 0 0
7 Balai Pengobatan 0 0
8 Posyandu 6 3,1
9 Total 193 100
Sumber Data: Data Primer 2019

Berdasarkan Tabel 3.42 frekuensi Jenis pelayanan kesehatan


untuk mengatasi masalah kesehatan di Desa Simpang Limau Rt 09
dan Rt 10 adalah sebagian besar dengan jenis pelayanan puskesmas
dengan persentase tertinggi 63,73%, Rumah Sakit 23,31%, Dokter
Praktek 9,32%. Ruang lingkup pelayanan kesehatan masyarakat
menyangkut kepentingan masyarakat banyak, maka peranan
pemerintah dalam pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai
bagian atau porsi yang besar. Namun karena keterbatasan sumber
daya pemerintah, maka potensi masyarakat perlu digali atau
diikutsertakan dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat
tersebut.
Di dalam kehidupan nyata sekarang ini masih ada masyarakat
yang belum mendapatkan hak pelayanan kesehatan, kurangnya
informasi serta sosialisasi merupakan salah satu faktor yang
menjadikan masyarakat belum bisa menikmati pelayanan kesehatan
dengan layak. Progam tentang pelayanan kesehatan dari pemerintah
pun sampai sekarang belum mencapai angka keberhasilan yang tinggi.
Dalam pelayanan pemerintah, rasa puas masyarakat terpenuhi bila
apa yang diberikan oleh pemerintah kepada mereka sesuai dengan
apa yang mereka harapkan, seperti jaminan kesehatan yang mudah
pengurusannya, selain itu juga dengan memperhatikan kualitas dan
kuantitas pelayanan itu di berikan serta biaya yang relatif terjangkau,
pada masyarakat pedesaan ataupun perkotaan puskesmas menjadi
salah satu tempat tujuan untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat
menengah kebawah oleh karena itu mutu pelayanan yang baik sangat
diharapkan masyarakat, sedangkan bagi masyarakat dengan ekonomi
menengah keatas pelayanan kesehatan seperti Dokter menjadi tujuan
mereka, karena pelayanan yang bagus serta yang berkompeten

63
(vivie, 2015).
3) Waktu Penyuluhan Kesehatan
Tabel 3.43 Distribusi Frekuensi kapan waktu yang baik untuk diberikan
penyuluhan Di RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau Kel. Sei Lulut
No Waktu Frekuensi Persentase
1 Pagi 10 5,18
2 Sore 167 85,52
3 Siang 16 8,29
4 Malam 0 0
Total 193 100
Sumber Data: Data Primer 2019
Berdasarkan Tabel 3.44 frekuensi kapan waktu yang baik
untuk diberikan penyuluhan di Desa Simpang Limau Rt 09 dan Rt 10
adalah sebagian besar Pada sore hari dengan persentase 86,52%.
Muchlis Efendy (2010) mengatakan waktu yang baik untuk melakukan
penyuluhan keseahatan di masyarakat itu adalah menyesuiakan
dengan keadaan masyarakat sehingga dapat menyampaikan
penyuluhan kesehatan dengan baik.
m. Masalah Maternal dan Keluarga Berencana
1) Akseptor KB
Tabel 3.44 Distribusi Frekuensi berdasarkan akseptor KB diwilayah
binaan RT 09 dan RT 10 di desa Simpang Limau kelurahan Sei Lulut
Frekuensi Persentase
No. Akseptor KB
(f) (%)
1. Ya 54 63,5
Pernah, tapi saat ini
2. 23 27,1
tidak
3. Tidak Pernah 8 9,4
Total 85 100
Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 3.44 sebagian besar (63,5%) penduduk RT 09


dan RT 10 menjadi akseptor KB. Menurut Hartanto (2010) pentingnya
program KB dapat mengurangi risiko kematian ibu, wanita dapat
merencanakan berapa jumlah anak yang diinginkan, KB juga dapat
memungkinkan setiap keluarga untuk memiliki anak sesuai dengan
jumlah yang mereka inginkan dan menurunkan angka kelahiran.

2) Jenis Alat Kontrasepsi

64
Tabel 3.45 Distribusi Frekuensi berdasarkan akseptor KB diwilayah
binaan RT 09 dan RT 10 di desa Simpang Limau kelurahan Sei
Lulut.
No. Jenis KB Frekuensi(f) Persentase(%)
1. Pil 27 50
2. Suntik 23 42,6
3. Kontap 1 1,9
4. AKDR 2 3,6
5. Susuk KB 1 1,9
Total 54 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.45 sebagian (50%) penduduk RT 09 dan RT
10 memakai alat akontrasepsi Pil dan sebagian kecil (1,9%) memakai
alat kontrasepsi kontap dan susuk KB. Menurut Hartanto (2010)
efektifitas KB tidak mempengaruhi terjadinya efek buruk terhadap
kehamilan, tidak mempengaruhi terjadinya kelainan kongenital selain
itu keuntungan pil KB memiliki efektivitas yang tinggi bila digunakan
setiap hari, tidak mengganggu hubungan seksual, dapat digunakan
jangka panjang, mudah dihentikan setiap saat
3) Ibu Hamil
Tabel 3.46 Distribusi Frekuensi Wanita Usia Subur Berdasarkan
Jumlah Ibu Hamil Di RT 09 Dan RT 10 Desa Simpang Limau
Kelurahan Sei Lulut
No Ibu Hamil Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Ya 6 7,05
2 Tidak 79 92,95
Total 85 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.46, jumlah ibu hamil yang ada di wilayah RT
09 dan RT 10 yaitu 6 orang sebesar 7,05%. Menurut Riskesdas
(2018) jumlah ibu hamil di Indonesia yaitu sebanyak 17,3%
sedangkan yang tidak hami sebanyak 14,5%.
4) Kehamilan yang Ke -
Tabel 3.47 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Berdasarkan Kehamilan
yang Ke- di RT 09 Dan RT 10 Desa Simpang Limau Kelurahan Sei
Lulut
No Kehamilan Ke- Frekuensi (N) Persentase (%)
1 Pertama 3 50,00

65
2Kedua 1 16,67
3Ketiga 1 16,67
4Keempat 0 0
5Kelima 1 16,67
Total 6 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.47, Sebagian besar (50%) ibu hamil di
wilayah RT 09 cdan RT 10 mengalami kehamilan yang pertama.
Menurut Riskesdas (2018) Usia 21-35 tahun adalah masa di mana
ibu hamil memiliki waktu ideal untuk hamil dan melahirkan. Maka
pada usia produktif ibu sedang mengandung anak pertama dan
kedua.
5) Usia Ibu Saat Hamil
Tabel 3.48 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Berdasarkan Usia Ibu
Saat Hamil Di RT 09 Dan RT 10 Desa Simpang Limau Kelurahan
Sei Lulut
No Usia Kehamilan Frekuensi (N) Persentase (%)
1 <17 tahun 0 0
2 17-25 tahun 3 50,00
3 26-35 tahun 2 33,33
4 >35 tahun 1 16,67
Total 6 100
Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.48 Sebagian besar (50%) di wilayah RT 09
dan RT 10 terdapat usia ibu hamil 17-25 tahun. Menurut Riskesdas
(2018) usia ibu saat hamil terbanyak di Indonesia yaitu pada usia
15-19 tahun sebanyak 33,5% sedangkan urutan kedua pada usia
20-24 tahun sebanyak 23,3%. Usia 21 – 35 tahun adalah masa di
mana ibu hamil memiliki risiko kesehatan paling rendah. Secara
umum, masa-masa ini disebut sebagai waktu ideal untuk hamil dan
melahirkan.
n. Bayi dan Balita
1) Bayi/Balita yang mempunyai KMS
Tabel 3.49 Distribusi Frekuensi Bayi/Balita Berdasarkan yang Memiliki
KMS Di RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau Kelurahan Sei Lulut.
No Bayi mempunyai Frekuensi (N) Persentase %
KMS
1 Ya 43 84,31
2 Tidak 8 15,68

66
Total 51 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.49 sebagian besar di wilayah RT 09 dan RT
10 bayi dan balita mempunyai KMS sebesar 84,31%. Manfaat dari
KMS yaitu untuk memantau pertumbuhan anak, sebagai catatan
pelayanan kesehatan anak, dan sebagai alat edukasi untuk pemberian
makan anak dan perawatan saat anak sakit (Kemenkes, 2012).
2) Interpretasi Grafik KMS
Tabel 3.50 Distribusi Frekuensi Bayi/Balita Berdasarkan Interpretasi
Grafik KMS Di RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau Kelurahan Sei
Lulut.
No Bayi mempunyai Frekuensi (N) Persentase %
KMS
1 Ya 45 88,23
2 Tidak 6 11,76
Total 51 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.50 sebagian besar 88,23% di wilayah
RT 09 dan RT 10 para ibu bisa menginterpretasikan grafik KMS.
Manfaat dari orang tua agar bisa menginterpretasi grafik tersebut agar
bisa mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Apabila
ada indikasi gangguan pertumbuhan atau kelebihan gizi orang tua
dapat melakukan tindakan perbaikan seperti memberi makan lebih
banyak dan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan. Jika orang tua
bisa menginterpretasi grafik KMS orang tua bisa mengetahui apakah
anaknya mendapatkan imunisasi dengan lengkap dan tepat waktu dan
mendapatkan kapsul vitamin sesuai dengan dosis yang di anjurkan
(Kemenkes 2012).
3) Alasan Bayi/Balita Tidak di Imunisasi
Tabel 3.51 Distribusi Frekuensi Bayi/Balita Berdasarkan Alasan
Bayi/Balita Tidak di Imunisasi RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau
Kelurahan Sei Lulut.
No Bila Tidak Frekuensi (N) Persentase %
1 Pernah diimunisasi tapi 3 23,07
berhenti
2 Takut 4 30,76
3 Tidak mendapatkan 6 46,15
imunisasi sama sekali

67
Total 13 100
Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.51 di wilayah RT 09 dan RT 10 bayi/balita
ada 3 orang yang pernah diimunisasi tapi tidak lengkap (23,07%), ada
4 bayi yang orangtuanya takut untuk anaknya diimunisasi (30,76%),
dan sebagian besar ada 6 bayi/balita yang sama sekali tidak
mendapatkan imunisasi sebesar (46, 15%). Menurut Ranuh (2010),
dalam Ikatan Dokter Anak Indonesia, imunisasi adalah pemindahan
atau transfer antibodi secara pasif, yang di mana pada anak wajib
mendapatkan imunisasi secara lengkap agar mencegah anak dari
berbagai macam penyakit.

o. Tingkat Tumbang Bayi/Balita


Tabel 3.52 Distribusi Frekuensi Bayi/Balita Berdasarkan Tingkat Tumbang
Bayi/Balita RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau Kelurahan Sei Lulut.
No Tingkat Tumbang Frekuensi (N) Persentase %
1 Normal 51 100
2 Tidak Normal 0 0
Total 51 100
Sumber : Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 3.52 sebagian besar 100% Bayi/Balita di wilayah
RT 09 dan RT 10 memiliki tingkat tumbang normal. Proses tumbuh
ke,bang anak adalah masa balita, karena pada masa pertumbuhan dasar
yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Perkembangan amak terdiri dari: perkembangan motorik
kasar (pergerakan dan sikap tubuh), perkembangan motorik halus
(menggambar, memegang suatu benda dan lain-lain), perkembangan
bahasa (kemampuan respon suara, mengikuti perintah, dan berbicara

68
sopan), kepribadian atau tingkah laku (berinteraksi dengan
lingkungannya) (Kania, 2015)
p. Pengkajian dengan Penyakit ISPA
1) Balita Menderita ISPA Satu Tahun Terakhir
Tabel 3.53 Distribusi Frekuensi Balita yang Menderita ISPA Satu
Tahun Terakhir di Wilayah RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau
Kel. Sei Lulut

Frekuensi Persentase
No ISPA 1 Tahun Terakhir
(N) (%)
1 Ya 15 100
2 Tidak 0 0
Total 15 100
Sumber : Data Primer, 2019.
Berdasarkan Tabel 3.53, sebagian besar balita menderita ISPA
(100%) di Wilayah RT 09 dan RT 10 dalam kurun waktu satu tahun
terakhir hal ini sesuai dengan agrina (2014) hasil penelitian
memperlihatkan gambaran penyakit yang paling banyak dialami oleh
balita dikeluarga adalah ISPA, mayoritas adalah bayi dan balita
disebabkan daya tahan tubuh balita dan perkembangan balita dan
perkembangan balita lebih banyak bersosialisasi dengan teman dan
orang sekitar sehingga memungkinkan terjadinya penularan.
2) Episode Serangan ISPA Dalam Satu Tahun Terakhir
Tabel 3.54 Distribusi Frekuensi Balita Berdasarkan Episode
Serangan ISPA dalam Satu Tahun Di RT 09 dan RT 10 Desa
Simpang Limau Kel. Sei Lulut

Episode Serangan ISPA 1 Frekuensi Persentase


No
Tahun Terakhir (N) (%)
1 <3 kali 7 46,66
2 3 – 6 kali 8 53,33
3 >6 kali 0 0
Total 15 100
Sumber : Data Primer, 2019.
Berdasarkan Tabel 3.54, sebagian besar (53,33%) balita di RT 09
dan RT 10 mengalami serangan ISPA < 3 kali dalam 1 tahun terakhir
dan sebagian kecil (46,66%) 3-6 kali dalam 1 tahun terakhir hal ini
sesuai dengan Kunoli (2013) mengatakan ISPA berada pada daftar
10 penyakit terbanyak, Episode penyakit batuk, Pilek pada balita di

69
Indonesia diperkirakan 3-6 kali pertahun, artinya seorang balita rata-
rata mendapat serangan batuk, pilek, sebanyak 3-6 kali setahun.
3) Tanda Penyerta Saat Batuk Pilek
Tabel 3.55 Distribusi Frekuensi Balita Berdasarkan Tanda Penyerta
Saat Batuk Pilek di RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau Kel. Sei
Lulut

Frekuensi Persentase
No ISPA 1 Tahun Terakhir
(N) (%)
1 Tidak ada tanda penyerta 15 25%
2 Nafas cepat 0 10%
3 Bernafas mengi 0 0
4 Diare/muntah 0 40%
5 Sesak nafas 0 25%
6 Bernafas ngorok 0 0
Total 15 100
Sumber : Data Primer, 2019.
Berdasarkan tabel 3.55, tanda gejala balita yang terkena ispa (25%)
tidak ada tanda dan gejala, (10%) bernafas cepat dan (25%) sesak nafas
dan (40%) disertau diare/muntah. Hal ini sesuai dengan Grange (2010)
gejala penyakit yang sering muncul akibat sampah diantaranya diare.
4) Tindakan Jika Balita Menderita Batuk Pilek
Tabel 3.56 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tindakan yang Dilakukan
Jika Balita Menderita batuk Pilek di wilayah RT 09 dan RT 10 Desa
Simpang Limau Kel. Sei Lulut

Frekuensi Persentase
No Tindakan
(N) (%)
1 Meberi obat biasa 10 66,66
Memberikan jeruk nipis dan
2 0 0
kecap/madu
Memberikan obat dari tenaga
3 5 33,33
kesehatan
Total 15 100
Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.56, di wilayah RT 09 dan RT 10 jika balita
menderita batuk pilek maka orang tuanya memberikan obat biasa
(66,66%) sedangkan memberikan obat dari tenaga kesehatan (33,33%)
hal ini sesuai dengan Sudibyo (2011) masyarakat melakukan pengobatan
dengan obat biasa dengan alasan sakit ringan dan hemat biaya, hemat
waktu, serta sifatnya sementara.

70
5) Penyuluhan ISPA
Tabel 3.57 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Warga yang
Pernah Mendapat Penyuluhan ISPA di wilayah RT 09 dan RT 10 Desa
Simpang Limau Kel. Sei Lulut

Frekuensi Persentase
No Mendapat Penyuluhan
(N) (%)
1 Ya 7 46,66
2 Tidak 8 53,33
Total 15 100
Sumber : Data Primer, 2019.
Berdasarkan tabel 3.56, sebagian (53,33%) diwilayah RT 09 dan RT 10
yang pernah mendapat penyuluhan dan sebagian (46,66%) tidak
mendapatkan penyuluhan Hal ini sesuai dengan Dwi Novrianda (2015)
pemberian penyuluhan kesehatan tentang ISPA pada balita secara intensif
dengan metode ceramah dan media booklet sehingga pencegahan dan
perawatan balita ISPA memberikan efek langsung terhadap penurunan
angka kejadian ISPA.
6) Media Informasi Tentang ISPA
Tabel 3.57 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Media Informasi
Tentang ISPA di wilayah RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau Kel. Sei
Lulut

Frekuensi Persentase
No Informasi
(N) (%)
1 Kader 0 0
2 Media cetak 0 0
3 Media elektronik 0 0
4 Tenaga Kesehatan 7 46,66
5 Lain – lain 8 53,33
Total 15 100
Sumber : Data Primer, 2019.
Berdasarkan tabel 3.57, sebagian (46,66%) mendapatkan informasi
melalui tenaga kesehatan sedangkan sebagian (53,33%) mendapatkan
informasi melalui lain-lain hal ini sesuai dengan Tina (2017) pengetahuan
masyarakat mendapat informasi dari tenaga kesehatan sehingga
mendapat peningkatan tingkat pengetahuan tentang penyakit.
q. Pengkajian dengan Penyakit Diare
1) Faktor Diare

71
Tabel 3.58 Distribusi Frekuensi Balitai/Anak Berdasarkan Dengan
Faktor Diare Di RT 09 dan RT 10 Desa Simpang Limau Kel. Sei Lulut.

No Faktor Diare Frekuensi(f) Persentase(%)


1 Kurang Gizi 0 0
2 Baru dikenalkan susu 7 100
formula
3 Anak tidak 0 0
mendapatkan ASI s/d
1 tahun
4 Mendapatkan campak 0 0
pada 4 minggu terakhir
5 Sedang mendapatkan 0 0
perawatan
imunosupresif
7 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan Tabel 3.58 seluruh balita/anak diwilayah rt 09
dan rt 10 penyebab faktor diare disebabkan oleh alergi susu sapi
(100%). Hal ini sesuai dengan penelitian Iskandar (2016) bahwa bayi
yang diberikan susu Formula 4 kali lebih beresiko terkena Diare
daripada anak atau bayi yang tidak diberikan susu formula. Protein di
susu sapi berada dalam bentuk yang disebut dengan kasein sebanyak
80% dan whey (20%). Paling sering berperan sebagai alergen (yang
menyebabkan alergi) adalah protein dalam bentuk kasein, alfa
laktalbumin, beta laktoglobulin, beta serum albumin, dan gamma
globulin.
2) Penanganan Bayi/Balita yang menderita Diare

72
Tabel 3.59 Distribusi Frekuensi Balitai/Anak Berdasarkan Penanganan
yang menderita Diare di rt 09 dan rt 10 desa simpang limau Kel. Sei
Lulut.

No. Penanganan Diare Frekuensi (f) Persentase (%)


1. Memberikan minum lebih 1 14,29
banyak dari biasanya
2. Membawa ke petugas 7 85,71
kesehatan jika kondisi
semakin memburuk atau
tanda dehidrasi berat
Total 7 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.59 Sebagian besar di wilayah RT 09 dan
RT 10 balita/anak yang menderita diare , lansung dibawa ke petugas
kesehatan jika kondisi memburuk atau dehidrasi berat sebesar 85,71%
dan 14,29% memberikan minum lebih banyak dari biasanya. Bahwa
lenbih dari 80% dari keluarga yang memiliki sifat positif terhadap
pencegahan diare dengan cara membawa anak ke pelayanan
kesehatan, selain itu juga pencegahan diare juga bisa dilakukan
dengan cara mencuci tangan sebelum dan sesudah makan maka akan
dapat mencegah terjadinya diare.Niat keluarga dalam melakukan
pencegahan diare pada balita sangat dipengaruhi oleh keyakinan
perilaku (behavioral belief) keluarga yang ditunjukkan dengan
keyakinan poitif bahwa tindakan pencegahan tersebut memberikan
manfaat yang besar bagi keluarga dan balita. (Jurnal Ilmu
Keperawatan, 2017).
3) Mendapatkan Informasi Pencegahan Diare

73
Tabel 3.60 Distribusi frekuensi penduduk berdasarkan yang mendapat
informasi pencegahan Diare Di RT 09 dan RT 10 Desa simpang Limau
Kel. Sei Lulut
No Informasi Pencegahan Frekuensi(f) Persentase(%)
Diare
1 YA 7 100
2 TIDAK 0 0
Total 7 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.60 Seluruhnya penduduk Rt 09 dan rt 10
mendapatkan informasi tentang pencegahan diare Di Rt 09 dan Rt 10
Desa Simpang Limau Rt 09 dan Rt 10 Kel. Sei Lulut. Promosi
kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
keluarga dalam tata laksana diare secara komprehensif dan rasional di
tingkat rumah tangga merupakan salah satu intervensi keperawatan
yang perlu dilakukan dalam rangka menekan angka kesakitan dan
kematian karena diare khususnya pada anak Balita. Kegiatan promosi
kesehatan hendaknya tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat mengenai penanganan Diare (Ade
wulandari, 2015 )
4) Informasi tentang pencegahan Diare
Tabel 3.61 Distribusi frekuensi penduduk berdasarkan yang
mendapatkan informasi tentang pencegahan Diare Di RT 09 dan RT
10 Desa simpang Limau Kel. Sei Lulut
No Jika Mendapatkan Informasi Frekuensi(f) Persentase(%)
1 Penggunaan Air Bersih 1 14,29
2 Membiasakan Cuci Tangan 6 85,71
Sebelum Makan dan
Sesudah BAB
Total 7 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan Tabel 3.61 Sebagian besar Penduduk RT 09 dan RT
10 yang mendapatkan informasi tentang pencegahan Diare dengan
membiasakan cuci tangan sebelum makan dan sesudah BAB dengan
persentase 85,71 %. Menurut Dhita Natasha Dwiriyant (2014)
mengatakan bahwa pencegahan diare dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu pada bayi yang terkena diare asi tetap harus

74
diberikan karena sumber cairan yang diperluka oleh bayi berasal dari
Asi ibu, selain dengan pemberian asi , sanitasi lingkungan juga perlu
kebersihan air yang dimasakan dan juga kebiasaan cuci tangan baik
pada ibu dan anak.
5) Pengetahuan tentang Diare
Tabel 3.62 Distribusi frekuensi penduduk berdasarkan Pengetahuan
tentang pencegahan Diare Di RT 09 dan RT 10 Desa simpang Limau
Kel. Sei Lulut.

No Pengetahuan Frekuensi Persentase


1 Bak, >5 0 0
2 Cukup, 3-5 Upaya 7 100
3 Kurang, < 3 Upaya 0 0
Total 7 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.63 sebagian besar diwilayah Rt 09 dan Rt 10
yang mendapatkan penegtahuan tentang diare yaitu 100%. PBB dalam
MDG’s (2015) yaitu telah ditetapkan beberapa strategi untuk menekan
angka kematian anak yang diantaranya adalah meningkatkan peran
pemerintah dan tenaga kesehatan dalam memberdayakan keluarga
dengan membantu keluarga belajar pengetahuan dan keterampilan
dasar dalam meningkatkan status kesehatannya. Pencegahan dan
pengobatan diare harus dimulai dari rumah tangga. Promosi kesehatan
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam
tata laksana diare secara komprehensif dan rasional di tingkat rumah
tangga merupakan salah satu intervensi keperawatan yang perlu
dilakukan dalam rangka menekan angka kesakitan dan kematian
karena diare khususnya pada anak Balita. Kegiatan promosi
kesehatan hendaknya tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat mengenai penanganan Diare di tingkat
rumah tangga (Ade Wulandari, 2015).
r. Pengkajian Keperawatan Lansia
1) Keluarga Lansia
Tabel 3.64 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keluarga Lansia di RT.
09 dan 10 Desa Simpang Limau Kel. Sei Lulut
No Keluarga Lansia Frekuensi (f) Presentase
(%)

75
1 Ya 137 21,1 %
2 Tidak 513 78,92 %
Total 650 100 %
Sumber:Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.64, diwilayah RT. 09 dan 10 warga yang
memiliki keluarga lansia sebesar 21,1 %. Hasil pengkajian
menunjukkan bahwa masih sedikit keluarga yang memiliki keluarga
dengan lansia dari total jumlah penduduk 650 jiwa. Dan diperkirakan
jumlah lansia akan meningkat setiap tahunnya (Depkes, 2018)
2) Umur
Tabel 3.65 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Umur Lansia Di
RT. 09 dan 10 Desa Simpang Limau Kel. Sei Lulut
No Umur Frekuensi Presentase
(%)
1 46-55 79 57,66 %
2 56-65 33 24,1 %
3 >65 25 18,24 %
Total 137 100 %
Sumber:Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.65, sebagian besar (57,66 %) di wilayah
RT. 09 dan 10 lansia berumur 46-55 tahun dan sebagian kecil (18,24
%) lansia berumur >65 %. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa
masih sebagian besar lansia berusia 46-55 tahun. Dan diperkirakan
jumlah lansia akan meningkat setiap tahunnya (Depkes, 2018)
3) Keluhan Penyakit
Tabel 3.66 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Keluhan
Penyakit lansia di RT. 09 dan 10 Desa Simpang Limau Kel. Sei Lulut
No Keluhan penyakit Frekuensi (f) Presentase(%)
1 Ya 61 44,53 %
2 Tidak 76 55,47 %
Total 137 100 %
Sumber:Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.66 sebagian besar (55,47 %) di wilayah RT.
09 dan 10 lansia tidak mengeluhkan penyakit dan sebagian kecil
(44,53 %) lansia mengeluhkan penyakit. Jumlah lansia yang memiliki
keluhan penyakit yaitu 44,53 % hal terseut dikarenakan telah
mengalami penurunan fungsi dari organ tubuh yang dimiliki lansia
(Colon et. Al, 2018)
4) Jenis Penyakit

76
Tabel 3.67 Distribusi Frekuensi Penduduk berdasarkan Jenis
Penyakit pada Lansia di RT. 09 dan 10 Desa Simpang Limau Kel. Sei
Lulut
No Jenis Penyakit Frekuensi(f) Presentase(%)
1 Hipertensi 43 70,49 %
2 Diabetes Melitus 6 9,8 %
3 Kolesterol 5 8,19 %
4 Rheumatik 4 6,56 %
5 Asma 3 4,91 %
Total 61 100 %
Sumber:Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.67 sebagian besar (70,49 %) lansia di
wilayah RT. 09 dan 10 menderita penyakit hipertensi dan sebagian
kecil (4,91 %) menderita Asma. Hasil pengkajian menunjukkan
bahwa angka hipertensi lebih tinggi pada lansia dikarenakan pola
hidup lansia yang masih suka makan makanan asin (Nuani, 2009)
5) Usaha Yang Dilakukan Lansia untuk mengobati Penyakitnya
Tabel 3.68 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Usaha yang
Dilakukan lansia untuk Mengobati Penyakit di RT. 09 dan 10Desa
Simpang Limau Kel. Sei Lulut.
No Usaha Lansia Frekuensi(f) Presentase(%)
1 Tukang Urut 2 3,28 %
2 Ke Praktik Tenaga 12 19,67 %
Kesehatan
3 Ke sarana kesehatan 42 68,85 %
4 Diobati Sendiri 5 8,19 %
Total 61 100
Sumber:Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.68 sebagian besar (68,85 %) lansia diwilayah
RT. 09 dan 10 berobat ke sarana kesehatan dan sebagian kecil (3,
28 %) lansia ke tukang urut. Tingginya tingkat pengetahuan lansia
menyebabkan lansia peduli akan kesehatan sehingga lansia mampu
untu pergi ke pelayanan kesehatan (Nurani, 2009)
6) Kecelakaan Fisik
Tabel 3.69 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Kecelakaan
Fisik di RT. 09 dan 10 Desa Simpang Limau Kel. Sei Lulut

No Kecelakaan Fisik Frekuensi(f) Presentase(%)


1 Lantai licin/jalan 83 60,58 %
2 Tangga rapuh/tanpa 1 0,73 %

77
pengaman
3 Terdapat selokan 10 7,3 %
terbuka/jurang
4 Lain-lain 43 31,39 %
Total 137 100 %
Sumber:Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.69 sebagian besar (60,58%) lansia di
wilayah RT. 09 dan 10 risiko mengalami kecelakaan fisik akibat lantai
licin dan sebagian kecil (0,73 %) lansia mangalami risiko jatuh dari
tangga rapuh/tanpa pengaman. Hasil pengkajian menunjukkan
bahwa kecelakaan fisik banyak terjadi akibat lantai licin/jalan karena
wilayah di desa Simpang Limau merupakan daerah perairan (Ariyanti,
2009).
7) Upaya Keluarga
Tabel 3.70 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Upaya

Keluarga dalam memenuhi makanan seimbang pada Lansia di RT.

09 dan 10 Desa Simpang Limau Kel. Sei Lulut.

No Upaya keluarga Frekuensi(f) Presentase(


%)
1 Mehidangkan makanan 36 10.95 %
sesuai porsi
2 Memberikan makanan 30 21,9 %
mudah dicerna
3 Makanan yang bervariasi 15 10,95 %
4 Memotivasi lansia makan 6 26,3 %
sayur
5 Makanan sesuai selera 15 4,2 %
6 Mengurangi makanan berupa 35 69,34 %
gula, garam dan lemak jenuh
Total 137 100 %
Sumber:Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.70 sebagian besar (69,34 %) lansia di
wilayah Rt.09 dan 10 Mengurangi makan berupa gula, garam dan
lemak jenuh sebagian kecil (4,2 %) lansia diberikan hidangan
makanan sesuai selera. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa lansia
harus menguangi makanan gula, garam dan lemak jenuh karena di
desa tersebut banyak lansia yang mengalami hipertensi. Diit untuk

78
pasien hipertensi yaitu diit rendah garam dan rendah lemak (Black,
2014)
8) Pola Makan
Tabel 3.71 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Pola Makan
pada Lansia di RT. 09 dan 10 Desa Simpang Limau Kel. Sei Lulut
No Pola Makan Frekuensi (f) Presentase(%)
1 Baik : > 5 Upaya 30 21,9 %
2 Cukup : 3-5 Upaya 90 65,7 %
3 Kurang : < 3 Upaya 17 12,41 %
Total 137 100 %
Sumber:Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.71 sebagian besar (65,7 %) lansia di wilayah
RT. 09 dan 10 makan makanan dengan pola yang baik dan sebagian
kecil (12,41 %) lansia makan makanan dengan pola yang kurang
baik. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa lansia dengan pola
makan cukup hal tersebut menunjukkan bahwa masih adanya
kesejahteraan yang dialami oleh lansia sehingga lansia mampu untuk
mendapatkan pola makan yang cukup dan seharusnya lansia
mendapatkan pemenuhan kebutuhan (Ariyanti, 2009)
9) Aktivitas Olahraga
Tabel 3.72 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Aktivitas
Olahraga pada Lansia di RT. 09 dan 10 Desa Simpang Limau Kel.
Sei Lulut.

No Aktivitas Olahraga Frekuensi Presentase


(%)
1 Ya 40 29,2 %
2 Tidak 97 70,8 %
Total 137 100 %
Sumber:Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.72 Sebagian besar (70,8 %) lansia di wilayah
RT.09 dan RT 10 melakukan ativitas keluarga. Hasil pengkajian
menunjukkan bahwa masih banyak lansia yang tidak berolahraga hal

79
tersebut dikarenakan minimnya fasilitas olahraga yang ada dan
banyak lansia yang hanya berada di dalam rumah saja. Pada lansia
aktivitas olahraga yang dilakukan yaitu berkebun dan hal tersebut
juga bergantung pada kondisi fisik lansianya (Ayu, 2009)
10) Jenis Olahraga
Tabel 3.73 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis
Olahraga pada Lansia di RT. 09 dan 10 Desa Simpang Limau Kel.
Sei Lulut
No Jenis Olahraga Frekuensi (f) Presentase(%)
1 Berkebun/pekerjaan rumah 86 62,8 %
2 Jalan-jalan 10 13,7 %
3 Jogging 5 3,65 %
4 Bersepeda 3 2,2%
5 Lain-lain 33 24,1 %
Total 137 100 %
Sumber:Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3.73 sebagian besar (62,8 %) lansia di
wilayah RT. 09 dan 10 melakukan olahraga dengan
Berkebun/pekerjaan rumah dan sebagian kecil (2,2 %) lansia
bersepeda. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa lansia yang ada di
wilayah Desa Simpang Limau banyak melakukan olah raga dengan
berkebun karena pekerjaan masyarakat di Desa tersebut sebagian
besar yaitu berkebun. Berkebun juga baik untuk meningkatkan
aktivitas pada lansia agar lansia menjadi leih produktif (Dahlia, 2009).

11) Bentuk bantuan


Tabel 3.74 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Bentuk
Bantuan Yang Dibutuhkan Lansia di masyaraka pada Lansia di RT.
09 dan 10 Desa Simpang Limau Kel. Sei Lulut
No Bentuk bantuan Frekuensi (f) Presentase(%)
1 Dana Sehat 56 40,9 %
2 Pelayanan kesehatan 10 7,3 %
3 Kelompok lansia 0 0%
4 Panti jompo 0 0%
5 Penyuluhan 19 13,9 %
kesehatan/kerohanian
6 Lain-lain 52 37,9 %
Total 137 100 %
Sumber:Data Primer, 2019

80
Berdasarkan tabel 3.74 sebagian besar (40,9 %) lansia di wilayah
RT. 09 dan 10 bentuk bantuan yang dibutuhkan lansia yaitu dana
sehat dan sebagian kecil (13,9 %) penyuluhan
kesehatan/kerohanian. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa
kebutuhan dana kesehatan merupakan kebutuhan yang harus
terpenuhi bagi lansia, karena merupakan salah satu hal yang dapat
meningkatkan kualitas hidup lansia (Nurani, 2009)

C. ANALISA DATA

No. Data Diagnosa Keperawatan


1. DATA SUBJEKTIF Domain 1: Managemen
• Sebagian warga mengatakan bahwa Kesehatan
lansia yang berada di RT09 dan RT 10  Ketidakefektifakn
sebagian besar mengalami keluahn Pemeliharaan
penyakit darah tinggi Kesehatan
• Kader lansia mengatakan saat
diadakan posyandu lansia hanya
sebagian lansia yang datang untuk
memriksakan kesehatannya saaat
posyandu lansia
• Warga juga mengatakan sudah tidak
lagi melakukan senam lansia

DATA OBJEKTIF
• Jumlah lansia di RT 09 dan RT 10
berjumlah 137 orang
• Lansia yang mengeluh penyakit
darah tinggi adalah 55%

81
• Jenis penyakit yang dialami oleh
lansia adalah Hipertensi 55%, Diabetes
15%, Kolestrol 12%, remstik 10%, dan
asma 8%

2. DATA SUBJEKTIF Domain 1: Promosi


• Sebagian warga mengatakan bahwa Kesehatan
Di lingkungan nya masih ada warga yang Kelas 2: Managemen
menumpuk dan membakar sampah Kesehatan
 Perilaku Kesehatan
DATA OBJEKTIF Cendrung Beresiko
• Masih banyak terdapatnya sampah
yang menumpuk di pinggiran jalan dan di
pinggiran sungai
• Masih ada warga yang membakar
sampah
• Sebagian warga memanfaatkan
halaman rumahnya untuk berternak
sebesar 7,8%
• Masih banyak terdapat halaman
rumah yang kosong dan tidak
dimanfaatkan
• Terdapat sekolah SMP di wiliyah RT
09 dan RT 10 Desa Simpang Limau
• Terdapat sekolah TK.Simpang Limau
• Di depan sekolah banyak yang
berjualan dipinggir jalan
• Rata - rata di halaman rumah warga
terdapat tempat untuk mengumpulkan
sampah

D. PRIORITAS MASALAH ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


N Prioritas kesehatan A B C D E F G H I J K Total Priorita
O
1 Lansia
(Ketidakefektifan
4 3 2 2 2 2 2 2 3 3 4 29 1
Pemeliharaan
Kesehatan)
2 Kesling (Perilaku
kesehatan beresiko
3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 25 2
terhadap bidang
kesehatan lingkungan)

Keterangan :
A. Resiko Terjadi

82
B. Resiko Parah
C. Potensial Untuk Pendidikan Kesehatan
D. Minat Masyarakat
E. Mungkin Diatasi
F. Sesuai Dengan Program Pemerintah
G. Tempat
H. Waktu
I. Dana
J. Fasilitas Kesehatan
K. Sumber Daya
Keterangan pembobotan :
1. Sangat Rendah
2. Rendah
3. Cukup
4. Tinggi
5. Sangat Tinggi

83
D. PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DIAGNOSA KEPERAWATA NOC NIC


DATA
KODE DIAGNOSA KODE HASIL KODE INTERVENSI
• Sebagian warga 00099 Ketidakefektifan 1823 Pengetahuan : promosi 5510  Pendidikan
mengatakan bahwa pemeliharaan kesehatan kesehatan kesehatan
lansia yang berada di pada warga di RT.09 dan 1805 Pengetahuan : perilaku 8500  Pengembangan
RT 09 dan RT 10 RT.10 kesehatan kesehatan
sebagian besar 1602 Perilaku meningkatkan komunitas
mengalami keluahn status kesehatan 5510  Pendidikan
penyakit darah tinggi kesehatan
• Kader lansia 6619  Identifikasi risiko
mengatakan saat 7400  Panduan sistem
diadakan posyandu kesehatan
lansia hanya sebagian 5515  Peningkatan
lansia yang datang kecakapan dalam
untuk memriksakan kesehatan (Health
kesehatannya saaat Literacy
posyandu lansia Enhancement)
• Warga juga
mengatakan sudah
tidak lagi melakukan
senam lansia
• Jumlah lansia di RT
09 dan RT 10 berjumlah
137 orang
• Lansia yang
mengeluh penyakit
darah tinggi adalah
55%

88
• Jenis penyakit yang
dialami oleh lansia
adalah Hipertensi 55%,
Diabetes 15%, Kolestrol
12%, remstik 10%, dan
asma 8%

a) Sebagian warga 00188 Perilaku kesehatan 1805 Pengetahuan : prilaku 5510  Pendidikan
mengatakan bahwa Di cenderung beresiko sehat kesehatan
lingkungan nya masih pada warga Sungai Lulut 1832 5618  Pengajaran
ada warga yang RT 09 dan RT 10 Pengetahuan : promosi prosedur/tindakan
menumpuk dan 1855 kesehatan  Terapi aktivitas
membakar sampah 4310  Manajemen prilaku
b) Masih banyak Pengetahuan : gaya 4350  Modifikasi prilaku
terdapatnya sampah hidup sehat  Manajemen
yang menumpuk di 4360 lingkungan
pinggiran jalan dan di 6486
 Panduan sistem
pinggiran sungai
kesehatan
c) Sebagian warga 6520
 Pengembangan
memanfaatkan halaman
program
rumahnya untuk 8700
berternak sebesar 7,8%
d) Rata - rata di halaman
rumah warga terdapat
tempat untuk
mengumpulkan sampah

89
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Hasil
Waktu
NO Kegiatan Faktor
danTempat Respon Masyarakat
Pendukung Penghambat
1 Penyuluhan Senin, 11 1. Jumlah peserta yang mengikuti a. Pengumpulan data mengenai Tidak semua
kesehatan Febuari 2019/ penyuluhan mencapai target masalah lingkungan pada RT 09 dan lansia datang
masalah Rumah Kader (100%) yaitu sebanyak 25 RT 10, menganalisis data, dari jumlah 30
hipertensi dan lansia orang. 80 % peserta mampu menentukan prioritas masalah, lansia yang
pemberian terapi menjawab dengan benar perumusan diagnosa, dan membuat menderita
komplementer pertanyaan yang diajukan rencana keperawatan hipertensi
( Puding dari penyaji. Pertanyaan yang b. Melakukan pengorganisasian dan
Dedak) diajukan antara lain: penyusunan kepanitiaan kegiatan
a. Apakah pengertian pendidikan kesehatan beserta jobdisc
hipertensi? masing-masing
b. Apa penyebab hipertensi? c. Melakukan persiapan penyuluhan
c. Apa tanda dan gejala tentang hipertensi meliputi
hipertensi? pembuatan SAP dan leaflet
d. Bagaimana cara perawatan d. Menentukan waktu dan tempat
dan pengobatan penyakit pelaksanaan penyuluhan
hipertensi e. Melakukan koordinasi dengan ketua
e. Bagaimana cara pencegahan RT 10 untuk melaksanakan kegiatan
penyakit hipertensi? penyuluhan
f. Bagaimana cara pembuatan f. Tim penyuluhan datang 10 menit
puding dari dedak sebelum waktu dimulainyayasinan,
2. Penyuluhan dimulai pukul 10.00 tim penyuluhan bermaksud
WITA, dilaksanakan setelah memasukkan materi mengenai
acara Posyandu lansia masalah hipertensi
3. Pelaksanaan penyuluhan g. Penyuluhan dilaksanakan di Rumah
hipertensi berlangasung selama kader lansia

90
20 menit
4. Jumlah peserta yang mengikuti
penyuluhan sebanyak 25 orang
5. Leaflet diberikan saat
penyuluhan berlangsung
6. Peserta antusias menyimak
penjelasan dari pemateri
7. Peserta aktif bertanya kepada
penyaji dan menjawab
pertanyaan yang diberikan
penyaji
8. Suasana kegiatan selama
penyuluhan berlangsung
kondusif dan berjalan lancer
9. Peserta menikmati puding dari
dedak yang telah dibuat

2 Penyuluhan Jumat 08 1. Jumlah peserta yang mengikuti a. Pengumpulan data mengenai Tidak semua
kesehatan Febuari 2019/ penyuluhan mencapai target masalah lingkungan pada RT 09 bubuk abate
Demam Rumah Kader (100%) yaitu sebanyak 34 dan RT 10, menganalisis data, yang
berdarah dan Lansia RT 10 orang. 80 % peserta mampu menentukan prioritas masalah, dibagikan,
pembagian menjawab dengan benar perumusan diagnosa, dan karena tidak
bubuk abate pertanyaan yang diajukan membuat rencana keperawatan semua warga
penyaji. Pertanyaan yang b. Melakukan pengorganisasian dan memiliki bak
diajukan antara lain : penyusunan kepanitiaan kegiatan mandi
a. Apakah pengertian demam pendidikan kesehatan beserta
berdarah? jobdisc masing-masing
b. Apa penyebab demam c. Melakukan persiapan penyuluhan
berdarah ? tentang demam berdarah meliputi
c. Apa tanda dan gejala demam pembuatan SAP, lembar balik dan
berdarah ? leaflet

91
d. Bagaimana cara perawatan d. Menentukan waktu dan tempat
dan pengobatan penyakit pelaksanaan penyuluhan
demam berdarah e. Melakukan koordinasi dengan
e. Bagaimana cara pencegahan ketua RT 09 untuk melaksanakan
penyakit demam berdarah ? kegiatan penyuluhan
f. Bagaimana ciri nyamuk f. Tim penyuluhan datang 10 menit
aedes aegypti sebelum waktu dimulainya arisan,
g. Bagaimana cara tim penyuluhan bermaksud
penggunaan bubuk abate memasukkan materi mengenai
2. Penyuluhan dimulai pukul 15.00 masalah asam urat
WITA, dilaksanakan setelah g. Penyuluhan dilaksanakan di
acara arisan berlangsung rumah Kader lansia RT 10
3. Pelaksanaan penyuluhan asam
urat berlangasung selama 15
menit
4. Jumlah peserta yang mengikuti
penyuluhan sebanyak 34 orang
5. Leaflet diberikan saat
penyuluhan berlangsung
6. Peserta antusias menyimak
penjelasan dari pemateri
7. Peserta aktif bertanya kepada
penyaji dan menjawab
pertanyaan yang diberikan
penyaji
8. Suasana kegiatan selama
penyuluhan berlangsung
kondusif dan berjalan lancar

92
3 Penyuluhan Kamis 14 1. Jumlah peserta yang mengikuti a. Pengumpulan data mengenai Waktu yang
kesehatan Febuari 2019 / penyuluhan mencapai target masalah lingkungan pada RT 09 diberikan untuk
tentang Napza SMPN 16 (100%) yaitu sebanyak 25 dan RT 10, menganalisis data, penyuluhan
Banjarmasisn orang. 90 % peserta mampu menentukan prioritas masalah, masih kurang
Kelas 7c menjawab dengan benar perumusan diagnosa, dan
pertanyaan yang diajukan membuat rencana keperawatan
penyaji. Pertanyaan yang b. Melakukan pengorganisasian dan
diajukan antara lain: penyusunan kepanitiaan kegiatan
a. Apakah ciri-ciri orang pendidikan kesehatan beserta
memakai napza ? jobdisc masing-masing
b. Apa Faktor penyebab orang c. Melakukan persiapan penyuluhan
memakai napza? tentang hipertensi meliputi
c. Apa saja yang termasuk pembuatan SAP dan leaflet
dalam Napza ? d. Menentukan waktu dan tempat
d. Bagaimana cara mencegah pelaksanaan penyuluhan
agar tidak menggunkakan e. Melakukan koordinasi dengan
napza Guru SMPN 16 Banjarmasin
e. Apa akibat memakai Napza untuk melaksanakan kegiatan
2. Penyuluhan dimulai pukul 09.00 penyuluhan
WITA, dilaksanakan setelah f. Tim penyuluhan datang 10 menit
acara pembelajaran sebelum waktu dimulainya
3. Pelaksanaan penyuluhan Napza penyuluhan, tim
berlangasung selama 15 menit g. Penyuluhan dilaksanakan di
4. Jumlah peserta yang mengikuti SMPN 16 Banjarmasin Kelas 7C
penyuluhan sebanyak 25 orang
5. Leaflet diberikan saat
penyuluhan berlangsung
6. Peserta antusias menyimak
penjelasan dari pemateri

93
7. Peserta aktif bertanya kepada
penyaji dan menjawab
pertanyaan yang diberikan
penyaji
8. Suasana kegiatan selama
penyuluhan berlangsung
kondusif dan berjalan lancar

4 Penyuluhan Jum’at 15 1. Jumlah peserta yang mengikuti a. Pengumpulan data mengenai Tidak semua
tentang gosok Febuari 2019/ penyuluhan hampir mencapai masalah lingkungan pada RT 09 anak anak
gigi yang baik TK Simpang target (100%) yaitu sebanyak dan RT 10, menganalisis data, dapat
dan benar Limau 45 orang. 80 % peserta mampu menentukan prioritas masalah, mengikuti
mendemonstrasikan cara gosok perumusan diagnosa, dan gerakan gosok
gigi, pertanyaan yang diajukan membuat rencana keperawatan gigi dengan
penyaji. Pertanyaan yang b. Melakukan pengorganisasian dan benar
diajukan antara lain : penyusunan kepanitiaan kegiatan
a. Apakah manfaat dari gosok pendidikan kesehatan beserta
gigi ? jobdisc masing-masing
b. Apa penyebab tidak c. Melakukan persiapan penyuluhan
menggosok gigi ? tentang hipertensi meliputi
c. Kapan waktu menggosok pembuatan SAP dan leaflet
gigi ? d. Menentukan waktu dan tempat
2. Penyuluhan dimulai pukul 08.00 pelaksanaan penyuluhan
WITA. e. Melakukan koordinasi dengan
3. Pelaksanaan penyuluhan Gosok Guru TK Simpang limau untuk
gigi berlangasung selama 60 melaksanakan kegiatan
menit penyuluhan
4. Jumlah peserta yang mengikuti f. Tim penyuluhan datang 10 menit
penyuluhan sebanyak 45 orang sebelum waktu dimulainya
penyuluhan
5. Peserta antusias menyimak g. Penyuluhan dilaksanakan di

94
penjelasan dari pemateri ruang kelas dan Dilapangan TK
6. Suasana kegiatan selama Simpang Limau
penyuluhan berlangsung
kondusif dan berjalan lancer

5 Penyuluhan Jum’at 15 1. Jumlah peserta yang mengikuti a. Pengumpulan data mengenai Tidak semua
Kesehatan Febuari 2019/ penyuluhan yaitu sebanyak 20 masalah lingkungan pada RT 09 warga fokus
tentang Diabetes rumah warga orang. 80 % peserta dan RT 10, menganalisis data, memperhatikan
mellitus RT 09 memahami tentang diabetes menentukan prioritas masalah, karena, saat
mellitus perumusan diagnosa, dan penyluhan
2. Acara dimulai pukul 15.00 membuat rencana keperawatan dibarengi
setelah cara yasinan ibu-ibu b. Melakukan pengorganisasian dan dengan
3. Pelaksanaan penyuluhan penyusunan kepanitiaan kegiatan pembagian
dilakukan selama 20 menit senam beserta jobdisc masing- makanan
4. Jumlah peserta yang mengikuti masing
penyuluhan sebanyak 20 orang c. Melakukan persiapan senam
5. Peserta antusias lansia meliputi penegeras suara,
mendengarkan pemateri lembar balik dan leafleat
6. Suasana kegiatan berlangsung d. Melakukan koordinasi dengan
kondusif dan berjalan lancar ketua RT 09 dan pemilik rumah
untuk melaksanakan kegiatan
penyuluhan
e. Tim senam datang 10 menit
sebelum waktu dimulainya
yasinan,
f. Penyuluhan dilaksanakan di
Rumah warga RT 09

6 Senam lansia Minggu, 3 1. Jumlah peserta yang mengikuti a. Pengumpulan data mengenai Tidak semua
dan umum Febuari 2019 / senam tidak mencapai target masalah lingkungan pada RT 09 lansia yang
halaman SDN (100%) yaitu sebanyak 7 orang. dan RT 10, menganalisis data, hadir saat

95
sungai Lulut 6 23,3% sebagian peserta menentukan prioritas masalah, senam
mampu mengikuti gerakan perumusan diagnosa, dan
senam. membuat rencana keperawatan
2. Senam dimulai pukul 07.00 Wita b. Melakukan pengorganisasian dan
penyusunan kepanitiaan kegiatan
pendidikan kesehatan beserta
jobdisc masing-masing
c. Melakukan persiapan penyuluhan
tentang hipertensi meliputi
pembuatan SAP
d. Menentukan waktu dan tempat
pelaksanaan Senam

e. Melakukan koordinasi dengan


ketua RT 09 untuk melaksanakan
kegiatan Senam
f. Tim datang 10 menit sebelum
waktu dimulainya senam lansia
g. Senam dilaksanakan di Lapangan
SDN 6 Sungai Lulut

7 Senam Lansia Minggu, 10 1. Jumlah peserta yang a. Melakukan pengorganisasian dan Senam tidak
dan Umum Febuari 2019 / mengikuti senam tidak penyusunan kepanitiaan kegiatan bisa
halaman SDN mencapai target (100%) yaitu pendidikan kesehatan beserta dilaksanakan
sungai Lulut 6 sebanyak 7 orang. 23,3% jobdisc masing-masing karena cuaca
sebagian peserta mampu b. Menentukan waktu dan tempat
mengikuti gerakan senam. pelaksanaan Senam
2. Senam dimulai pukul 07.00 c. Melakukan koordinasi dengan
Wita ketua RT 09 untuk melaksanakan
kegiatan penyuluhan
d. Tim datang 10 menit sebelum

96
waktu dimulainya senam lansia
e. Senam dilaksanakan di Lapangan
SDN 6 Sungai Lulut
8 Senam ansia Minggu, 17 1. Jumlah peserta yang mengikuti a. Melakukan pengorganisasian dan Tidak semua
dan Senam Febuari 2019 / senam tidak mencapai target penyusunan kepanitiaan kegiatan lansia yang
Umum halaman SDN (100%) yaitu sebanyak 14 orang. pendidikan kesehatan beserta datang saat
sungai Lulut 6 46,6% sebagian peserta mampu jobdisc masing-masing senam
mengikuti gerakan senam. b. Menentukan waktu dan tempat
2. Senam dimulai pukul 07.00 Wita pelaksanaan Senam
c. Melakukan koordinasi dengan
ketua RT 09 untuk melaksanakan
kegiatan penyuluhan
d. Tim penyuluhan datang 10 menit
sebelum waktu dimulainya senam
lansia
e. Senam dilaksanakan di Lapangan
SDN Sungai Lulut 6

9 Senam Lansia Minggu, 24 1. Jumlah peserta yang mengikuti a. Melakukan pengorganisasian dan Tidak semua
dan umum Febuari 2019 / senam tidak mencapai target penyusunan kepanitiaan kegiatan lansia
halaman SDN (100%) yaitu sebanyak 15 orang. pendidikan kesehatan beserta mengikuti
sungai Lulut 6 50% sebagian peserta mampu jobdisc masing-masing senam
mengikuti gerakan senam. b. Menentukan waktu dan tempat
2. Senam dimulai pukul 07.00 Wita pelaksanaan Senam
c. Melakukan koordinasi dengan
ketua RT 09 untuk melaksanakan
kegiatan penyuluhan
d. Tim penyuluhan datang 10 menit
sebelum waktu dimulainya senam

97
lansia
e. Senam dilaksanakan di Lapangan
SDN Sungai Lulut 6

10 Penyuluhan Kamis, 14 1. Jumlah peserta yang mengikuti a. Pengumpulan data mengenai


kesehatan Febuari 2019 penyuluhan mencapai target masalah lingkungan pada RT 09
masalah Napza SMPN 16 (100%) yaitu sebanyak 25 orang. dan RT 10, menganalisis data,
Banjarmasin 90 % peserta mampu menjawab menentukan prioritas masalah,
dengan benar pertanyaan yang perumusan diagnosa, dan
diajukan penyaji. Pertanyaan membuat rencana keperawatan
yang diajukan antara lain :
a. Apa pengertian napza? b. Melakukan pengorganisasian dan
b. Apa saja jenis-jenis napza? penyusunan kepanitiaan kegiatan
c. Apa akibat penyalahgunaan pendidikan kesehatan beserta
napza? jobdisc masing-masing
d. Bagaimana pencegahan c. Melakukan persiapan penyuluhan
penggunaan napza tentang napza
2. Penyuluhan dimulai pukul 08.30 d. Menentukan waktu dan tempat
WITA, dilaksanakan setelah pelaksanaan penyuluhan
senam e. Melakukan koordinasi dengan
3. Pelaksanaan penyuluhan napza ketua RT 09,10 dan pihak sekolah
berlangasung selama 10 menit SMPN 16 Banjarmasin untuk
4. Jumlah peserta yang mengikuti melaksanakan kegiatan
penyuluhan sebanyak 25 orang penyuluhan
5. Leaflet diberikan saat f. Tim penyuluhan datang 10 menit
penyuluhan berlangsung sebelum waktu
6. Peserta antusias menyimak dimulainyapenyuluhan, tim
penjelasan dari pemateri penyuluhan bermaksud
7. Peserta aktif bertanya kepada memasukkan materi mengenai
penyaji dan menjawab masalah hipertensi
pertanyaan yang diberikan g. Penyuluhan dilaksanakan di

98
penyaji ruang kelas SMPN 16
8. Suasana kegiatan selama Banjarmasin
penyuluhan berlangsung
kondusif dan berjalan lancar

11 Penyuluhan Sabtu, 1. Jumlah peserta yang a. Pengumpulan data mengenai


kesehatan 14 Oktober mengikuti penyuluhan masalah lingkungan pada RT 09
masalah cuci 2017/ TK mencapai target (100%) yaitu dan RT 10, menganalisis data,
tangan Simpang Limau sebanyak 30 orang. 70 % menentukan prioritas masalah,
peserta mampu menjawab perumusan diagnosa, dan
dengan benar pertanyaan membuat rencana keperawatan
yang diajukan penyaji. b. Melakukan pengorganisasian dan
Pertanyaan yang diajukan penyusunan kepanitiaan kegiatan
antara lain : pendidikan kesehatan beserta
a. Apa itu cuci tangan? jobdisc masing-masing
b. Apa yang terjadi jika tidak c. Melakukan persiapan penyuluhan
mencuci tangan? tentang cuci tangan meliputi
c. Kapan saja dilakukannya pembuatan SAP , leaflet, power
cuci tangan? point dan baner cuci tangan
d. Bagaimana cara mencuci d. Menentukan waktu dan tempat
tangan yang baik dan pelaksanaan penyuluhan
benar dengan 6 langkah? e. Melakukan koordinasi dengan
2. Penyuluhan dan praktek ketua RT 09 dan pihak sekolah
dimulai pukul 08.00 WITA, SDN Simpang Limau 6 untuk
dilaksanakan sebelum melaksanakan kegiatan
pembelajaran berlangsung penyuluhan
f. Tim penyuluhan datang 10 menit
3. Pelaksanaan penyuluhan dan sebelum waktu dimulainya
praktek cuci tangan penyuluhan, tim penyuluhan
berlangasung selama 15 menit bermaksud memasukkan materi
4. Jumlah peserta yang mengenai masalah cuci tangan

99
mengikuti penyuluhan g. Penyuluhan dilaksanakan di
sebanyak 30 orang ruang kelas TK Simpang Limau
5. Leaflet diberikan saat
penyuluhan berlangsung
6. Peserta antusias menyimak
penjelasan dari pemateri
7. Peserta aktif bertanya kepada
penyaji dan menjawab
pertanyaan yang diberikan
penyaji
8. Suasana kegiatan selama
penyuluhan berlangsung
kondusif dan berjalan lancar

12 Gotong royong Minggu, 22 1. Jumlah peserta yang mengikuti a. Pengumpulan data mengenai 1. Lahan
dan penanaman Oktober 2017/ gotong royong yaitu sebanyak masalah lingkungan pada RT 09 taman yang
Toga halaman rumah 28 orang. Gotong royong dan RT 10, menganalisis data, kurang luas
dan mushola Al dimulai pukul 09.00 WITA, menentukan prioritas masalah, 2. Waktu
Qoulul Haq dilaksanakan setelah senam perumusan diagnosa, dan dilskuksnny
berlangsung membuat rencana keperawatan s gotong
2. Pelaksanaan gotong royong b. Melakukan pengorganisasian dan royong
berlangasung kurang lebih penyusunan kepanitiaan kegiatan terlalu siang
selama 2 jam pendidikan kesehatan beserta sehingga
3. Peserta antusias mengikuti jobdisc masing-masing cuaca
gotong royong c. Melakukan persiapan gotong panas saat
4. Suasana kegiatan selama royong meliputi pencarian lahan gotong
gotong royong berlangsung pembuat taman herbal,pembuatan royong
kondusif dan berjalan lancar plang nama tanaman beserta dilaksanaka
manfaatnya, pencarian tanaman n
herbal, persiapan alat-alat
kebersihan seperti cangkul, arit,

100
ember.
d. Menentukan waktu dan tempat
pelaksanaan gotong royong
e. Melakukan koordinasi dengan
ketua RT 09 dan RT 10 serta
masyarakat untuk melaksanakan
kegiatan gotong royong
f. Tim datang 10 menit sebelum
waktu dimulainya gotong royong,
tim bermaksud menyiapkan
kebutuhan gotong royong
g. Gotong royong dilaksanakan di
halaman rumah warga desa
simpang limau RT 09 dan RT 10
serta halaman Mushola Al Qoulul
Haq

101

Anda mungkin juga menyukai