Anda di halaman 1dari 42

LITERATUR REVIEW:

PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG


PERAWATAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Ahli Madya Kebidanan

Oleh
Friska Natalia
NIM 11194441920091

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tali pusat atau finiculus umbilicus merupakan sebuah saluran

kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Tali pusat inilah yang

menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin yang di dalamnya.

Tali pusat hanya berperan selama proses kehamilan. Ketika sudah dilahirkan

maka tali pusat sudah tidak dibutuhkan lagi, itu sebabnya tindakan yang

paling sering dilakukan adalah memotong dan mengikat tali pusat hingga

akhirnya beberapa hari setelah itu tali pusat akan mengering dan lepas dengan

sendirinya. Bayi yang baru lahir biasanya sangat rentang terkena infeksi

disebabkan oleh beberapa masalah. Salah satu infeksi yang sering terjadi pada

bayi baru lahir diakibatkan karena tali pusat yang bermasalah yang disebut

dengan tetanus neonatorum (Riksani, 2012).

Tetanus neonatorum merupakan salah satu infeksi neonatal yang dapat

mengakibatkan kematian. Tetanus neonatorum disebabkan oleh basil

Clostridium tetani, masuk ke tubuh melalui luka akibat pemotongan tali pusat

dengan alat yang tidak steril dan teknik perawatan tali pusat yang salah

(Kemenkes RI, 2014). Jika infeksi terjadi pada neonatal dapat mengakibatkan

tetanus neonatorum yang dapat menurunkan kualitas tumbuh kembang anak

sehingga tenaga kesehatan harus memperhatikan dan memperdulikan

bagaimana pengetahuan ibu tentang perawatan pada tali pusat bayinya.


World Health Organization (WHO) menemukan angka kematian bayi

sebesar 560.000, sedangkan di Afrika angka kematian bayi yang disebabkan

infeksi tali pusat berkisar 126.000 (21%), Asia Tenggara diperkirakan ada

220.017 kematian bayi yang disebabkan perawatan tali pusat yang kurang

bersih (Wihono, 2017). Data WHO tahun 2015 disebutkan bahwa kasus

tetanus neonaturum di Indonesia Tahun 2014 dilaporkan terdapat 84 bayi dari

15 provinsi dengan jumlah meninggal 54 bayi dengan faktor risiko perawatan

tali pusat dengan alkohol atau iodium sebanyak 15 bayi, tradisional sebanyak

32 bayi, lain-lain sebanyak 26 bayi, dan yang tidak diketahui cara perawatan

tali pusatnya sebanyak 7 bayi.

Hasil rekapitulasi data kematian bayi di wilayah Kalimantan Selatan

kelahiran mati dan kematian bayi juga masih tinggi. Pada tahun 2014 tercatat

73 (13,10%) bayi meninggal, 2015 sebanyak 55 (24,66%) bayi, 2016

sebanyak 44 (20,00%) bayi dan 2017 sebanyak 49 (11,36%) kematian bayi

dan di 2018 sebanyak 52 (6,12%) bay dan 2019 sebanyak 41 (13,1%). Selama

beberapa tahun terakhir kematian bayi yang terbanyak adalah disebabkan oleh

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) kemudian terbanyak kedua oleh Asfiksia

serta faktor lain-lain seperti kelainan kongenital, hipotermi, aspirasi dan

tetanus neonatorum (Dinkes Prov Kalsel, 2019).

Perawatan pada tali pusat dengan cara yang benar sangat penting, agar

tali pusat terhindar dari infeksi. Perawatan tali pusat tersebut sebenarnya

sangat sederhana, yaitu pastikan tali pusat dan area di sekelilingnya selalu

bersih dan kering dan tidak memberikan bubuk apapun. Selalu jaga
kebersihan dengan cuci tangan menggunakan air bersih dan sabun sebelum

membersihkan tali pusat agar terhindar dari infeksi (Antini, dkk, 2012).

Rekomendasi terbaru dari WHO tentang perawatan tali pusat adalah

cukup membersihkan pangkal tali pusat dengan menggunakan air dan sabun

lalu dikeringkan hingga benar-benar kering. Tali pusat yang dibersihkan

dengan air dan sabun relatif lebih cepat. Dibandingkan dengan tali pusat yang

dibersihkan dengan alkohol atau antiseptik. Perawatan tali pusat yang benar

dan lepasnya tali pusat dalam minggu pertama secara bermakna mengurangi

insiden infeksi pada neonatus, yang terpenting dalam perawatan tali pusat

adalah menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih. Cuci tangan

menggunakan sabun dengan air bersih sebelum merawat tali pusat (Riksani,

2012).

Berdasarkan hasil penelitian Febrina 2014 tentang gambaran

pengetahuan ibu tentang Perawatan tali pusat, dari hasil penelitian yang

dilakukan dengan responden 30 orang yang mayoritas berpengetahuan kurang

16 orang (53%), minoritas berpengetahuan cukup 12 orang (40%),

berpengetahuan kurang 2 orang (7%) (Febrina, 2014).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota

Banjarmasin tahun 2018, didapatkan bahwa jumlah ibu nifas terbanyak dari

26 puskesmas adalah Puskesmas Pekauman. Hasil studi pendahuluan yang

dilakukan di Puskesmas Pekauman Banjarmasin didapatkan data ibu nifas

pada tahun 2019 sebanyak 1.194 orang. Hasil diskusi dengan 10 orang ibu

nifas tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir didapatkan 7 dari 10
orang (70%) ibu nifas melakukan perawatan tali pusat pada bayinya dengan

menggunakan betadin. Mereka masih kurang mengetahui bagaimana cara

melakukan perawatan tali pusat yang benar dan memahami pentingnya

perawatan pada tali pusat, sedangkan 3 dari 10 orang (30%) sudah memahami

dan mengerti bagaimana cara merawat tali pusat pada bayinya, karena mereka

didampingi oleh bidan sampai tali pusatnya lepas.

Berdasarkan data diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui

bagaimana perawatan tali pusat yangdiketahui oleh ibu nifas melalui literatur

review.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan ibu

nifas tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir.

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui pengetahuan ibu nifas dalam merawat tali pusat bayi baru

lahir melalui literatur review.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan kajian bagi penelitian selanjutnya dan informasi mengenai

gambaran pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat.


2. Bagi Tenaga Kesehatan

Sebagai masukan bagi Bidan untuk memberikan penyuluhan kepada ibu

tentang pentingnya perawatan tali pusat yang benar.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai sumber informasi dan menambah ilmu pengetahuan

yang dapat memberikan sumbangan konsep dan teori yang berkaitan

dengan tugas utama tenaga kesehatan dalam upaya menurunkan kejadian

infeksi pada tali pusat dengan cara mengajarkan dengan benar cara-cara

perawatan tali pusat pada bayinya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengetahuan

a. Definisi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2014).

b. Tingkat

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overtbehaviour). Tingkat pengetahuan

di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan (Notoatmodjo,

2014), yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang tela


diterima oleh sebab itu, tahu merupakan tingkatan pengetahuan

yang paling rendah.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat

mengintrepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

telah paham terhadap objek atas materi dapat mnejelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

pengguanaan hukum-hukum, metode, prinsip, dan sebagainya

dalam konteks atau yang lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu

sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu


bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah

suatu bentuk kemampuan menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang baru.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justfikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin

diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan

yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan

tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2014).

c. Kriteria pengetahuan

Menurut Arikunto (2010) pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang, yaitu:

a) Baik, bila subyek menjawab benar 76%-100% seluruh pertanyaan.

b) Cukup, bila subyek menjawab benar 56%-75% seluruh

pertanyaan.

c) Kurang, bila subyek menjawab benar <56% seluruh pertanyaan.


d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah (baik

formal maupun nonformal) berlangsung seumur hidup. Pendidikan

adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan penelitian. Pendidikan mempengaruhi

proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah

orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan

tinggi, maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan

informasi baik dari orang lain maupun media massa. Semakin

banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan

yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat

kaitannya dengan pendidikan tinggi, orang tersebut akansemakin

luas pula pengetahuannya. Namun, perlu ditekankan bahwa

seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak

berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak

mutlak diperoleh pendidikan nonformal. Pengetahuan seseorang

tentang suatu objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek

positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya

menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin


banyak aspek positif dari objek yang diketahui akan

menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tersebut.

2) Umur

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambahnya usia akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya individu akan

lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta

lebih banyak melakukan persiapan melakukan demi suksesnya

upaya menyasuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia

madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk

membaca. Usia ibu yang baik untuk masa kehamilan dan

persalinan adalah antara umur 20 tahun sampai 35 tahun atau

sering disebut masa reproduksi sehat atau umur yang tidak

beresiko. Wanita yang melahirkan dibawah usia 20 tahun atau

lebih dari 35 tahun mempunyai resiko yang tinggi baik pada ibu

maupun bayinya.

3) Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya

(Nursalam, 2011). Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi

lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan


berulang dan banyak tantangan. Bekerja merupakan kegiatan yang

menyita waktu minimal 8 jam dalam sehari dan menghasilkan

uang (Nursalam, 2011).

2. Masa Nifas
a. Pengertian

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Prawirohardjo,

2016).

Tahapan masa nifas menurut Purwoastuti (2015) menjadi 3, yaitu :

1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan-jalan.

2) Puerpureum Intermediete yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat

genitalia yang lamanya 6-8 minggu.

3) Remote Puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan

mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bias

berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

b. Perubahan-perubahan pada masa postnatal

Perubahan fisiologis pada masa nifas menurut Purwoastuti (2015),

yaitu:

1) Sistem kardiovaskuler

a) Volume darah
Perubahan pada volume darah tergantung pada beberapa

variable, contoh kehilangan darah pada persalinan,, mobilisasi

dan pengeluaran cairan ekstravaskuler, dalam 2-3 minggu

setelah persalinan volume darah sering kali menurun sampai

pada nilai sebelum kehamilan.

b) Cardiac output

Cardiac ouput terus meningkat selama kala 1 dan kala 2

persalinan. Puncaknya selam masa nifas dengan tidak

memperhatikan tipe persalinan dan penggunaan anastesi,

cardiac output akan kembali seperti semula sebelum hamil 2-3

minggu.

2) Sistem hematologi

a) Keadaan hemotrokit dan hemoglobin akan kembali pada

keadaan semula seperti sebelum hamil selama 4-5 minggu post

partum.

b) Leukosit selama 10-12 hari setelah persalinan umumnya

bernilai antara 20.000-25.000/mm3.

3) Sistem reproduksi

a) Uterus

Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada

kondisi sebelum hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan

melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU-

nya (Tinggi Fundus Uteri).


Table 2.1 Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi

No Involusi Tinggi Fundus UteriBerat Uterus


1 Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
2 Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram

3 1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram


4 2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gram
5 6 minggu Bertambah kecil 50 gram
6 8 minggu Sebesar normal 30 gram

Sumber : Hesty, dkk. 2012. Perawatan Masa Nifas, Yogyakarta

b) Lokhea

Lokhea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri

dan vagina dalam masa nifas. Macam-macam lokhea yaitu :

(1) Lokhea rubra : darah segar, sisa-sisa selaput ketuban, sel-

sel desidua, vernixs kaseosa, lanugo dan meconium, selama

2 hari post partum.

(2) Lokhea sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan

lender, hari 3-7 post partum.

(3) Lokhea serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi,

hari ke 7-14 post partum.

(4) Lokhea alba : cairan putih selama 2 minggu.

(5) Lokhea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti

nanah berbau busuk.

(6) Lokheastatis : lokhea tidak lancer keluarnya.


c) Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus.

Perubahan perubahan yang terdapat pada serviks postpartum

adalah bentuk serviks yang akan menganga seperti corong.

Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat

mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi

sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan

serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri

merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.

Beberapa hari setelah persalinan, ostium eksternum dapat

dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata, tetapi retak-

retak karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu

pertama hanya dapat dilalui oleh satu jari saja, dan lingkaran

retraksi berhubungan dengan bagian atas dari kranialis

servikallis.

Pada serviks terbentuk sel-sel otot baru yang

mengakibatkan serviks memanjang seperti celah. Walaupun

begitu, setelah involusi selesai, ostium eksternum tidak serupa

dengan keadaannya sebelum hamil. Pada umumnya ostium

eksternum lebih besar dan tetap terdapat retak-retak dan

robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir

sampingnya. Oleh karena robekan ke samping ini terbentuklah

bibir depan dan bibir belakang pada serviks (Nurjannah, 2013).


d) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan

yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dalam

beberapa hari pertama setelah partus keadaan vulva dan vagina

masih kendur, setelah 3 minggu secara perlahan-lahan akan

kembali ke keadaan sebelum hamil.

e) Perineum

Perineum akan menjadi kendur karena sebelumnya

teregang oleh tekana kepala bayi dan tampak terdapat robekan

jika dilakukan episiotomi yang akan terjadi masa penyembuhan

selama 2 minggu.

f) Payudara

Payudara suplai darah ke payudara meningkat dan

menyebabkan pembengkakan vascular sementara, air susu saat

diproduksi disimpan di alveoli dan harus dikeluarkan dengan

efektif dengan cara didisap oleh bayi untuk pengadaan dan

keberlangsungan laktasi.

4) Perubahan psikologis masa nifas

Menurut Mansyur (2014), adaptasi psikologis postpartum oleh

rubin dibagi dalam 3 periode yaitu sebagai berikut:

a) Periode Taking In

Periode ini berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan. Ibu

pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga


komunikasi yang baik. Ibu menjadi sangat tergantung pada

orang lain, mengharapkan segala sesuatu kebutuhan dapat

dipenuhi orang lain. Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran

akan perubahan tubuhnya. Ibu mungkin akan bercerita tentang

pengalamannya ketika melahirkan secara berulang-ulang.

Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur

dengan tenang untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti

sediakala. Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan

peningkatan nutrisi, dan kurangnya nafsu makan menandakan

ketidak normalan proses pemulihan.

b) Periode Taking Hold

Periode ini berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan.

Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya

dalam merawat bayi. Ibu menjadi sangat sensitif, sehingga

mudah tersinggung. Oleh karena itu, ibu membutuhkan sekali

dukungan dari orang-orang terdekat. Saat ini merupakan saat

yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai penyuluhan

dalam merawat diri dan bayinya. Dengan begitu ibu dapat

menumbuhkan rasa percaya dirinya. Pada periode ini ibu

berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalkan

buang air kecil atau buang air besar, mulai belajar untuk

mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta belajar tentang

perawatan bagi diri dan bayinya.


c) Periode Letting Go

Periode ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan.

Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah. Ibu

menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai

menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan

untuk merawat bayi meningkat. Ada kalanya, ibu mengalami

perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya, keadaan ini

disebut baby blues.

c. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Prawirohardjo (2016), tujuan masa nifas :

1) Mengenal dan memenuhi kebutuhan ibu pada masa pascapersalinan.

2) Mengenal komplikasi perdarahan pascapersalinan.

3) Mengenal penyebab utama kematian dan kecacatan pada bayi selama

masa pascapersalinan.

4) Mengenal dan memenuhi kebutuhan bayi baru lahir.

5) Melakukan upaya pencegahan infeksi dasar pada bayi baru lahir.

6) Melakukan upaya untuk menyusui dan bagaimana

mempertahankannya selama minimal 6 bulan.

7) Menjelaskan manfaat konseling IMS/HIV-AIDS dan penggunaan

kontrasepsi.

8) Menjelaskan dan menjelaskan prosedur imunisasi pada ibu dan bayi.


3. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500-4000 gram,

cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital

(cacat bawaan) yang berat. Pada waktu kelahiran, sejumlah adaptasi

psikologik mulai terjadi pada tubuh bayi baru lahir, karena perubahan

dramatis ini, bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan

bagaimana ia membuat suatu transisi yang baik terhadap kehidupannya

diluar uterus. Bayi baru lahir juga membutuhkan perawatan yang dapat

meningkatkan kesempatan menjalani masa transisi dengan berhasil.

Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) merupakan proses penyesuaian

fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar

uterus (Rahardjo dan Marmi, 2015).

b. Ciri-ciri Bayi Normal

Menurut Saleha (2012) ciri-ciri bayi normal, yaitu :

1) Berat badan 2500-4000 gram.

2) Panjang badan lahir 48-52 cm.

3) Lingkar dada 30-38 cm.

4) Lingkar kepala 33-35 cm.

5) Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180×/menit,

kemudian menurun sampai120-140×/menit.

6) Pernafasan pada menit-menit pertama kira-kira 80 x/menit,

kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40 x/menit.


7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang

cukup terbentuk dan diliputi vernix caseosa, kuku panjang.

8) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah

sempurna.

9) Genitalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada

perempuan), testis sudah turun (pada laki-laki).

10) Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

11) Refleks moro sudah baik bila bayi dikagetkan akan memperlihatkan

gerakan seperti memeluk.

12) Refleks grasping sudah baik apabila diletakkan suatu benda diatas

telapak tangan, bayi akan menggengam/ adanya gerakan refleks.

13) Refleks rooting/mencari puting susu dengan rangsangan tektil pada

pipi dan daerah mulut sudah terbentuk dengan baik.

14) Eliminasi baik jika urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam

pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan.

c. Klasifikasi Bayi Baru Lahit

Klasifikasi bayi baru lahir menurut Marmi (2015) :

1) Bayi baru lahir menurut masa gestasinya

a) Kurang bulan (preterm infan) <259 hari ( 37 minggu).

b) Cukup bulan (term infant) 259-294 hari (37-42 minggu).

c) Lebih bulan (postterm infant ) >294 hari (42 minggu).

2) Bayi baru lahir menurut berat lahir

a) Berat lahir rendah < 2500 gram.


b) Berat lahir cukup 2500-4000 gram.

c) Berat lahir lebih >4000 gram.

d. Penanganan Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir memiliki kebutuhan dan perawatan yang diberikan

melalui pemberian asuhan, yaitu:

1) Menjaga kehangatan bayi.

2) Mengisap lendir dari mulut dan hidung (hanya jika perlu).

3) Mengeringkan bayi.

4) Memantau tanda bahaya pada bayi.

5) Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira

2 menit setelah lahir.

6) Lakukan Inisiasi Menyusu Dini.

7) Beri salep mata antibiotika pada kedua mata.

8) Pemeriksaan fisik.

9) Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 mL intramuskular, dipaha kanan

anterolateral, kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1

(Kementerian Kesehatan RI, 2013).

e. Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir

1) Pernafasan sulit atau cepat (lebih dari 60 kali per menit).

2) Kehangatan terlalu panas (lebih dari 38℃) atau terlalu dingin

(kurang dari 36,5℃).

3) Warna bayi kuning, biru, pucat.

4) Banyak muntah.
5) Infeksi pada bayi jika suhu meningkat, merah bengkak, dan

pernafasan sulit

6) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah.

7) Tidak berkemih dalam 24 jam.

8) Tinja lembek, sering, hijau, lendir atau darah pada tinja.

9) Bayi menggigil, tangis tidak biasa, tidak bias tenang, dan menangis

terus menerus.

4. Perawatan Tali Pusat

a. Pengertian Tali Pusat

Tali pusat atau dalam istilah medis dikenal dengan funiculus

umbilikalis merupakan sebuah saluran kehidupan bagi janin selama

dalam kandungan. Tali pusat merentang dari umbilicus (pusar) janin ke

permukaan plasenta dan mempunyai panjang normal kurang lebih 50-55

cm, dengan ketebalan sekitar 1-2 cm, tali pusat dianggap berukuran

pendek, jika panjang normal kurang dari 40 cm. Tali pusat merupakan

jembatan penghubung antara plasenta dan janin. Jadi tali pusat tidak

hanya mencakup fungsi pernapasan saja, tapi selarun aktivitas yang ada

di plasenta yakni menyalurkan zat-zat yang dibutuhkan oleh janin, baik

untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serta berperan

sebagai saluran untuk mengeluarkan bahan-bahan sisa yang tidak

dibutuhkan oleh janin seperti urea dan gas karbondioksida. Lalu, akan
dikembalikan ke peredaran darah ibu yang kemudian diekresikan dari

tubuh ibu (Riksani, 2012).

b. Perawatan Tali Pusat

Perawatan tali pusat adalah upaya mencegah infeksi tali pusat

sesungguhnya tindakan sederhana, yang penting adalah tali pusat dan

daerah sekitar tali pusat selalu bersih dan kering, dan selalu mencuci

tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun sebelum merawat tali

pusat (Sodikin, 2015). Perawatan tali pusat adalah upaya untuk

mencegah infeksi tali pusat merupakan tindakan sederhana, yang

penting adalah tali pusat dan daerah sekitar tali pusat selalu mencuci

tangan dengan air bersih (Sodikin, 2015).

Perawatan tali pusat selama belum tali pusatnya lepas, sebaiknya

bayi tidak dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam air. Cukup

dilap saja dengan air hangat. Alasannya, untuk menjaga tali pusat tetap

kering. Jangan khawatir, bayi anda tetap wangi meskipun hanya dilap

saja selama seminggu. Bagian yang harus selalu dibersihkan adalah

pangkal tali pusat, bukan atasnya. Untuk membersihkan pangkal ini,

anda harus sedikit mengangkat (Rika, 2015).

c. Tujuan Perawatan Tali Pusat

Tujuan mencegah terjadinya infeksi pada tali pusat pada bayi baru

lahir upaya ini di lakukan dengan cara merawat tali pusat, tidak terkena

air kencing, kotoran bayi atau tanah. Pemakaian popok bayi diletakkan

sebelah bawah tali pusat. Apa bila tali pusat kotor, cuci luka tali pusat
dengan air bersih yang mengalir menggunakan sabun, segera di

keringkan dengan kain kasa kering dan dibungkus dengan kasa tipis

yang steril dan kering (Marmi, 2015).

d. Cara Merawat Tali Pusat

Menurut Mubarak (2015) memotong dan mengikat tali pusat

dilakukan dengan tehnik aseptic dan anti septik, dengan prosedur

tindakan sebagai berikut:

1) Bersihkan area pusat dengan bola kapas lembut yang telah

dicelupkan air matang, lakukan dengan lembut, tidak perlu

menggosokkan atau mendorong pusat.

2) Keringkan dengan handuk lembut.

3) Ganti pembalut pusat bayi dengan kain kassa barundan tidak perlu

panik saat melihat tetesan darah yang kemudiaan menghitam

terutama pada minggu pertama ( pada saat ini, pusat bayi baru lahir

biasanya masih tampak luka).

4) Kenakkan popok dengan cara melipat bagiaan atasnya menjauhi

pusat untuk menghindari rembesan urin mengenai pusat.

Beberapa hal yang perlu diingatkan saat merawat tali pusat bayi yaitu:

1) Jaga kebersihan area pusat dan sekitarnya serta upayakan selalu

dalam keadaan kering.

2) Gunakan kapas baru pada setiap basuhan.

3) Agar tali pusat lebih cepat lepas, gunakan kain kasa pada bagian

pusat yang terus dibalut sehingga mendapat udara cukup.


4) Saat membersihkan, pastikan suhu kamar tidak terlalu dingin.

5) Agar praktis, kenakkan popok dan atasan dari bahan kaos yang

longgar.

6) Lakukan perawatan ini 1-2 kali sehari.

7) Konsultasikan dengan dokter bila area kulit di sekitar pusat bayi

memerah dan seperti terbakar karena mungkin terjadi infeksi jamur

atau lainnya (jika penyebabnya memang benar - benar infeksi,

biasanya akan di rawat dengan sedikit betadine).

e. Kondisi Tali Pusat yang Baik

Bayi akan sehat jika kondisi tali pusat berwarna putih kebiruan pada

hari ke-1 dan mulai mengering atau mengecil, kemudian lepas pada hari

ke-7 hingga ke-10 (Uliyah, 2015).

f. Dampak Perawatan Tali Pusat

Apabila tali pusat tidak dirawat dengan baik, kuman-kuman bisa

masuk sehingga terjadi infeksi yang mengakibatkan penyakit Tetanus

Neonatorum. Penyakit ini telah menjadi penyebab kesakitan dan

kematian secara terus menerus di berbagai negara (Sodikin, 2015).

1) Tetanus neonatorum

Tetanus neonatorum disebabkan masuknya basil Clostridium

tetani ke tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir

yang berusia kurang dari 28 hari.


a) Penyebab

Salah satu penyebab adalah apabila pemotongan tali

pusat tidak menggunakan alat yang steril. Kasus tetanus

neonatorum banyak ditemukan di negara berkembang terutama

negara dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang

rendah (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2012).

b) Gejala

Gejala klinis tetanus neonatorum adalah bayi yang

semula bias menetek dengan baik tiba-tiba tidak bias menetek,

mulut bayi mencucu seperti mulut ikan, mudah sekali dan

sering kejang-kejang terutama karena rangsangan sentuhan,

rangsangan sinar dan rangsangan suara, wajahnya mungkin

kebiruan, kadang-kadang disertai demam.

c) Komplikasi

Komplikasi yang berbahaya dari tetanus adalah

hambatan pada jalan napas sehingga pada tetanus yang berat,

terkadang memerlukan bantuan ventilator. Sekitar kurang lebih

78% kematian tetanus disebabkan karena komplikasi. Kejang

yang berlangsung secara terus menerus dapat mengakibatkan

fraktur dari tulang spinal dan tulang panjang, serta

rabdomiolisis yang sering diikuti oleh gagal ginjal akut.

Infeksi nosokomial umum sering terjadi karena rawat

inap yang berkepanjangan. Infeksi sekunder termasuk sepsis


dari kateter, pneumonia yang didapat di rumah sakit, dan ulkus

decubitus.

d) Cara pencegahan

Tetanus neonatorum dapat dicegah dengan cara:

(1) Pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) pada ibu hamil.

(2) Peningkatan pelayanan antenatal dan pertolongan

persalinan tiga bersih, yaitu bersih diri, bersih tempat, dan

bersih alat.

(3) Promosi perawatan tali pusat yang benar.

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan hubungan antara konsep yang dibangun

berdasarkan hasil kajian literature. Kerangka konsep dapat disusun dengan

berbagai model seperti model matematika, model tekstular dan model gambar

skematis. Kerangka konsep menggambarkan berbagai konsep yang akan

diteliti secara maksimal, namun menghilangkan berbagai konsep yang tidak

relevan atau konsep peracu.

Pengetahuan ibu nifas tentang


Karakteristik Ibu Nifas perawatan tali pusat pada bayi
a. Umur baru lahir, meliputi:
b. Pendidikan a. Pengertian
c. Pekerjaan b. Tujuan
c. Cara merawat
d. Dampak

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Strategi Pencarian Literatur

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah literatur

review. Metode literatur review merupakan bentuk penelitian yang dilakukan

dengan cara melakukan penelusuran dan membaca berbagai sumber baik dari

buku, jurnal, atau artikel-artikel lain yang berkaitan dengan topik penelitian

(Neuman, 2011). Sumber literatur yang digunakan dalam penelitian ini adalah

google scholar, Portal Garuda, DOAJ, dan PubMed dengan menggunakan kata

kunci pengetahuan, perawatan tali pusat, nifas, dan bayi baru lahir. Penelusuran

ini dilakukan pada awal bulan Juni 2020 sampai awal Juli 2020.

B. Kriteria Literatur Review

Kriteria bahan kajian yang digunakan pada penelitian ini antara lain ;

1. Artikel yang mengandung kata kunci yang sama dengan topik penelitian.

2. Artikel merupakan full paper dan tidak terbatas pada metode tertentu.

3. Artikel merupakan terbitan minimal tahun 2015

Tabel 3.1 Hasil temuan Literatur dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut :
Data based   Temuan  Literatur terpilih
Google Schoolar  50 6
OJS dinamika
kesehatan 3 2
DOAJ - -
Portal garuda 10 4
Pubmed - -
Jumlah  63  12

C. TahapanLiteratur Review

Pencarian Literatur

Basic Data : Google scholar, Portal


Garuda, DOAJ, PubMed

Hasil Pencarian (n=63)

Jurnal atau Artikel disaring atas dasar


judul, abstrak, dan kata kunci

Hasil pencarian yang Hasil pencarian yang


akandi proses kembali tidakakan di proses
(n=20) kembali (n=43)

Jumlah juranal dan artikeldisaring


kembalidengan melihat keseluruhan teks

Hasil pencarian yang akan Hasil pencarian yang


di proses kembali (n=15) tidakakan di proses
kembali (n=5)

Penyaringan dafta rreferensi dari artikel atau


jurnal yang akan di proses 5 tahun terakhir
(2015-2020)

Artikel atau jurnal yang relevan dengan


penelitian ini (n=10)
D. Peta Literatur Review

Karakteristik:

1. Umur
2. Pendidikan
3. pekerjaan

Gambaran pengetahuan

Ibu nifas tentang


perawatan tali pusat pada
bayi baru lahir
BAB IV

HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kajian Literatur Riview

Proses pengumpulan literatur dilakukan dengan cara melakukan peilihan

jumlah jurnal atau artikel dari 63 literatur menjadi 10 literatur yang memenuhi

kriteria inklusi. Proses penvarian literatur dilakukan melalui beberapa situs web

artikel/jurnal seperti google scholar, portal garuda, dinamika kesehatan, DOAJ.

Pada hasil kajian literatur dan pembahasan juga akan dijelaskan tentang

ringkasan dari variabel yang diteliti.


Tabel 4.1 Review Jurnal Pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat

No Author Bahasa Sumber Tujuan Metode Penelitian Hasil/Temuan


(Tahun) Artikel

1. Rhipiduri Indonesia Google mengetahui hubungan cross sectional Terdapat hubungan yang segnifikan
Rivanica. Scholar antara pendidikan dan antara pengetahuan ibu dengan
2018 pengetahuan ibu dengan perawatan tali pusat.
perawatan tali pusat pada
bayi baru lahir di rumah
bersalin dan balai
pengobatan “rachmi”
Palembang tahun 2016.

2. Findy Indonesia Google Mengetahui hubungan Analitik Terdapat hubungan yang sangat
Hindratni. Scholar pengetahan ibu nifas bermakna antara pengetahuan ibu
2018 tentang perawatan tali nifas tentang perawatan tali pusat
pusat dengan waktu dengan waktu lepasnya tali pusat.
lepasnya tali pusat.

3. Diah Indonesia Google Untuk mencegah dan Deskriptif Gambaran pengetahuan ibu nifas
Puspitasari Scholar mengidentifikasi tentang perawatan tali pusat di
et al. perdarahan atau infeksi Wilayah Puskesmas Ambarawa
2020 secara dini. sebanyak 64% dikategorikan baik

4. Nwonwu et English Google The study was to assess Cross-sectional Ada resiko tinggi infeksi neonatal
al. Scholar the knowledge, practice descriptive termasuk tetanus neonatal.
2019 and techniques of Pendidikan kesehatan yang terfokus
umbilical cord care pada ibu akan membantu
among mothers in meningkatkan pengetahuan, praktik
Primary Health Care dan penggunaan bahan yang benar
centre in Nwezenyi, dalam perawatan tali pusat untuk
Ebonyi State, Nigeria mengurangi morbilitas dan mortalitas
neonatal.

5. Heny Indonesia Portal Untuk mendalami antara Korelasional Sebagian besar responden
Puspasari. Garuda pengetahuan perawatan mempunyai pengetahuan baik
2018 tali pusat Ibu nifas sehingga ibu dapat mendeteksi sedini
dengan tindakan mungkin infeksi yang disebabkan
perawatannya di Desa oleh perawatan tali pusat yang tidak
Sigong Kabupaten benar.
Cirebon.

6. Triwulan, Indonesia Google Mengetahui perbedaan Komparatif Rata-rata ibu primipara dan multipara
dan Rosi Scholar pengetahuan ibu nifas memiliki pengetahuan cukup.
Rizqi primipara dan multipara
Nugrahani. tentang perawatan tali
2019 pusat.

7. Wita Indonesia Google Untuk mengetahui Deskriptif analitik Berdasarkan hasil uji statistik chi
Solama dan Shcolar hubungan tingkat square pada tingkat kemaknaan
Bella pengetahuan, pendidikan α=0,05 didapatkan pada variabel
Angelia. dan usia ibu nifas dengan pengetahuan ibu dengan perawatan
2020 perawatan tali pusat di tali ρ value =0,936 > 0,05, artinya
Rumah Sakit tidak ada hubungan yang bermakna
Muhammdiyah antara pengetahuan ibu dengan
Palembang tahun 2019. perawatan tali pusat. Pe ndidikan ρ
value = 0,789 > 0.05, usia ibu ρ value
= 0.500 > 0,05, artinya tidak ada
hubungan yang bermakna antara usia
ibu dengan perawatan tali pusat

8. Maryuni Indonesia Google Untuk mengetahui Deskriptif analitik Penelitian Menunjukkan sebagian
dan Sela Shcolar tingkat Pengetahuan Ibu besar yaitu 29 responden (84,9%)
Wahyuni. Tentang Perawatan Tali memiliki pengetahuan kurang tentang
2017 Pusat pada bayi baru perawatan tali pusat pada bayi.
lahir di BPM H.
Kecamatan Ciracap,
Sukabumi Jawa Barat
Tahun 2014”.
9. Priscila Indonesia Google Untuk mengetahui Cross sectional Hasil penelitian yang dilakukan pada
Sinaga dan Shcolar pengetahuan ibu nifas 33 responden diperoleh bahwa
Dina tentang perawatan tali pengetahuan ibu nifas tentang
Indrastita. pusat pada bayi baru perawatan tali pusat berdasarkan
2019 lahir. umur mayoritas 20- 35 sebanyak 15
responden (45,5%) berpengetahuan
cukup, pengetahuan berdasarkan
pendidikan mayoritas
berpengetahuann cukup sebanyak 11
responden (33,3%), pengetahuan
berdasarkan pekerjaan mayoritas
berpengetahuann cukup yang bekerja
sebanyak 11 responden (33,3%),
pengetahuan berdasarkan umur
mayoritas berumur 20-35 tahun
sebanyak 15 responden (45,5%).

10 Nurul Indonesia Google Untuk mengetahui Metode deskriptif Berdasarkan hasil penelitian tingkat
Ariningtyas. Shcolar tingkat pengetahuan ibu analitik. pengetahuan ibu nifas tentang
2019 nifas tentang perawatan perawatan tali pusat bayi baru lahir di
tali pusat bayi baru lahir RSUD Wonosari Gunung Kidul
di RSUD Wonosari, Yogyakarta masih kurang.
Gunung Kidul.
B. PEMBAHASAN

Perawatan tali pusat adalah upaya mencegah infeksi tali pusat sesungguhnya

tindakan sederhana, yang penting adalah tali pusat dan daerah sekitar tali pusat

selalu bersih dan kering, dan selalu mencuci tangan dengan air bersih dan

menggunakan sabun sebelum merawat tali pusat (Sodikin, 2015). Apabila tali

pusat tidak dirawat dengan baik, kuman-kuman bisa masuk sehingga terjadi

infeksi yang mengakibatkan penyakit Tetanus Neonatorum. Penyakit ini telah

menjadi penyebab kesakitan dan kematian secara terus menerus di berbagai

negara (Sodikin, 2015).

Dalam penelitian Faheim, dkk (2019) bahwa yang mengakibatkan skor buruk

atau tidak memuaskan dari pengetahuan dan praktik ibu dalam melakukan

perawatan tali pusat yaitu karna dalam penelitiannya usia ibu rata-rata berusia

dua puluhan dan sebagian besar sampel yang diteliti belum menyelesaikan

pendidikan tinggi dan buta huruf, lulusan sekolah dasar atau menengah dan ibu

rumah tangga.

1. Hubungan pengetahuan dengan umur

Menurut penelitian Priscila Sinaga dan Dina Idrasita (2019)

menunjukkan bahwa hasil berdasarkan umur mayoritas berpengetahuan cukup

pada umur 20-35 tahun sebanyak 20 responden (50,0 %). Sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Diah Puspitasari, dkk (2020) pengetahuan ibu

nifas berpengetahuan baik umur responden sebagian besar masuk dalam usia

dewasa awal, hal ini dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

responden yang terbanyak adalah di dewasa awal yaitu berumur 20-35 tahun.
Hal ini pun sejalan dengan penelitian Maryuni dan Sela Wahyuni (2017)

menunjukkan faktor umur ibu yang rata-rata berusia 20-35 tahun cenderung

pengetahuannya tinggi dalam mengetahui perawatan tali pusat.

Namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wita

Solama dan Bella Anggela (2020) bahwa ibu yang usia reproduktif sehat tidak

ada hubungan dengan perawatan tali pusat. Ibu yang reproduktif sehat

biasanya belum mempunyai pengalaman dalam mengurus dan mengasuh

bayinya dan ibu yang reproduktif tidak sehat biasanya lebih mempunyai

pengalaman dan biasanya juga ibu yang reproduktif tidak sehat sudah

memiliki bayi sebelumnya sehingga lebih tau tentang perawatan tali pusat.

Kecuali ibu yang reproduktif tidak sehat yang usianya < 20 tahun belum

mempunyai pengalaman dan bekum mengerti dalam mengurus bayinya.

Hal tersebut sesuai dengan teori usia mempengaruhi terhadap daya

tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambahnya usia akan semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik. Usia ibu yang baik untuk masa kehamilan

dan persalinan adalah antara umur 20 tahun sampai 35 tahun atau sering

disebut masa reproduksi sehat atau umur yang tidak beresiko. Wanita yang

melahirkan dibawah usia 20 tahun atau lebih dari 35 tahun mempunyai resiko

yang tinggi baik pada ibu maupun bayinya.

2. Hubungan pengetahuan dan pendidikan ibu nifas

Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Nwonwu EU, dkk (2017) di

Nwezenyi, Ebonyi State, Nigeria menunjukkan bahwa kurangnya


pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat standar merupakan faktor

penting yang mendasari tali pusat tidak sehat. Kurangnya pengetahuan tentang

perawatan tali pusat mempengaruhi kemampuan ibu untuk membuat

keputusan indevenden tentang perawatannya. Sehingga dapat ditingkatkan

dengan memperkuat informasi, pendidikan dan komunikasi kepada para ibu

tentang manajemen tali pusat.

Menurut penelitian Puspitasari, dkk, (2020) mengatakan bahwa tingkat

pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat adalah mayoritas responden

memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 64%. Dari hasil penelitian tingkat

pengetahuan ibu dalam perawatan tali pusat di Wilayah Puskesmas Ambarawa

Kabupaten Semarang dapat dikategorikan berpengetahuan baik. Pengetahuan

berhubungan erat dengan dengan pendidikan. Jika pendidikan seseorang

semakin tinggi maka pengetahuan juga semakin meningkat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rivanica (2018), bahwa

pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat dalam kategori baik, yaitu

sebanyak 19 responden (54,3%). Penelitian ini menyatakan bahwa dari 77

responden yang diteliti 18 (51,4) responden yang melakukan perawatan tali

pusat dengan pendidikan tinggi sedangkan responden yang melakukan

perawatan tali pusat dengan pendidikan rendah yaitu 9 (21,4%) responden.

Hal ini menunjukan responden melakukan perawatan tali pusat lebih banyak

yang berpendidikan dari pada yang berpendidikan rendah, karena semakin

tinggi pendidikan yang dimiliki oleh ibu akan mudah menerima informasi

yang masuk maka semakin baik dalam melakukan perawatan tali pusat.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Diah Puspitasari,

dkk, (2020) yang mengatakan adanya hubungan erat antara pengetahuan dan

pendidikan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryuni dan Wahyuni (2017),

menyatakan bahwa Tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat bayi

di BPM H. Sukabumi Jawa Barat, sebagian besar pengetahuan responden

tentang perawatan tali pusat pada penelitian ini paling banyak dengan tingkat

pengetahuan kurang yaitu sebanyak 29 orang (84,9%), sementara responden

yang memiliki tingkat penegetahuan baik hanya 4 orang (12,1%), hal ini

menandakan bahwa belum semua ibu post partum mempunyai pengetahuan

yang baik tentang perawatan tali pusat. Hal ini dipengaruhi oleh pendidikan

ibu yang rata-rata hanya berpendidikan rendah atau lulus Sekolah Dasar (SD)

menyebabkan ibu tidak mengetahui perawatan tali pusat, sedangkan ibu yang

berpendidikan tinggi cenderung mengetahui perawatan tali pusat.

Dari beberapa penelitian menunjukan adanya pengaruh antara pendidikan

dengan pengetahuan hal ini sejalan dengan teori menurut Notoatmodjo

(2010), menagatakan pendidikan seseorang dapat mempengaruhi cara

pandangnya terhadap diri dan lingkungan. Oleh karena itu akan berbeda orang

yang berpendidikan rendah dalam menyingkapi proses dan berinteraksi.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan mudah menerima

informasi yang masuk, maka semakin baik dalam melakukan perawatan tali

pusat. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan

sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan.


3. Hubungan pengetahuan dengan pekerjaan ibu nifas

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Priscila mengatakan ibu yang

bekerja mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 16 responden (40,0%).

Pekerjaan yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan yang dimiliki

seseorang. Seseorang yang bekerja di lingungan yang didukung dengan akses

informasi akan banyak mendapatkan pengetahuan dibandingkan dengan orang

yang bekerja di tempat-tempat tertutup dari akses informasi. Menurut

penelitian Triwulan dan Rosi (2019) bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh

beberapa faktor salah satunya pekerjaan. Hal ini sejalan dengan penelitian

menurut Nurul Ariningtyas hasil penelitian yang dilakukan di RSUD

Wonosari, Gunung Kidul, dengan jumlah responden 30 responden diperoleh

data bahwa, sebagian besar responden merupakan ibu dengan tingkat

pengetahuan ibu tentang prinsip perawatan tali pusat kategori kurang (56,7%).

Hal ini disebabkan oleh pekerjaan ibu yang sebagian besar adalah ibu rumah

tangga (56,7%). Hal tersebut jelas mempengaruhi karena aktifitas ibu sangat

terbatas dan lebih sering dilingkungan rumah saja. Sehingga para ibu kurang

memperoleh informasi yang lengkap mengenai perawatan tali pusat.

Hal ini sesuai dengan teori bahwa yang menyatakan lingkungan

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang

dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga buruk tergantung pada sifat

kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman

yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang.


C. Ketrebatasan

Keterbatasan peneliti dalam hasil pencarian literature yaitu sebagian besar

artikel tidak memiliki DOI, kemudian terdapat beberapa artikel yang mempunyai

kesamaan judul, serta sebagian besar artikel yang tidak sesuai dengan kriteria

dari topic yang peneliti punya.


BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Perawatan tali pusat bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi, infeksi tali

pusat sebagai penyebab kesakitan dan kematian neonates di Negara berkembang.

Kejadian ini tidak terlepas dari perawatan tali pusat dengan cara yang benar.

Sehingga perlu diketahui bagaimana pengetahuan ibu terhadap perawatan tali

pusat pada bayinya, jika pengetahuan ibu kurang maka dapat mengakibat infeksi

dan kematian pada bayinya.

Dari berbagai penelitian yang dilakukan beberapa peneliti menunjukkan

bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu ada faktor

pendidika, umur dan pekerjaan. Pendidikan sangat berpengaruh pada

pengetahuan seseorang, semakin tinggi pendidikan maka semakin baik juga

pengetahuannya. responden melakukan perawatan tali pusat lebih banyak yang

berpendidikan dari pada yang berpendidikan rendah, karena semakin tinggi

pendidikan yang dimiliki oleh ibu akan mudah menerima informasi yang masuk

maka semakin baik dalam melakukan perawatan tali pusat.

Faktor umur juga mempengaruhi pengetahuan ibu nifas bahwa umur yang

produktif sehat lebih memahami tentang perawatan tali pusat karena usia dapat

mempengaruhi pola pikir seseorang. Semakin bertambahnya usia akan semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik.


Faktor pekerjaan juga mempengaruhi pengetahuan ibu nifas, ibu rumah

tangga dapat mempengaruhi pengetahuan karena hal tersebut jelas

mempengaruhi karena aktifitas ibu sangat terbatas dan lebih sering dilingkungan

rumah saja. Sehingga para ibu kurang memperoleh informasi yang lengkap

mengenai perawatan tali pusat.

B. REKOMENDASI

Adapun rekomendasi pada penelitian ini yaitu lebih memfokuskan pada

tenaga kesehatan terutama bidan agar mampu meningkatkan fungsinya sebagai

edukator dalam meningkatkan pengetahuan ibu dan keluarga tentang cara

perawatan tali pusat yang benar, sehingga keluarga lebih mudah memahami dan

mengaplikasinya. Pada penelitin selanjutnya peneliti lebih menekankan untuk

meneliti pengetahuan ibu dalam penggunaan betadin pada tali pusat.

Anda mungkin juga menyukai