N
DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DIRUANG ICU RSUD ULIN
BANJARMASIN
DISUSUN OLEH :
Kelompok V
Anjarwati, S.Kep NIM 194691920006
Devi Kharismawati, S.Kep NIM 194691920012
Muhammad Afriyaldi, S.Kep NIM 194691920021
Nor Diana, S.Kep NIM 194691920029
DISUSUN OLEH :
Kelompok VII
Mengetahui,
iii
LEMBAR PENGESAHAN
DISUSUN OLEH :
Kelompok VII
Mengetahui,
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianNya sehingga laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan mengenai
pasien dengan Diabetes Melitus tipe 2 tepat pada waktunya. Shalawat serta
salam dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, atas segenap keluarga,
para sahabat dan mereka yang setia keapadaNya.
Harapan penulis dengan diselesaikannya laporan ini, semoga memberi
manfaat baik untuk mengetahui lebih dalam mengenai pasien dengan kasus
tersebut dalam bidang kesehatan ataupun untuk pembaca yang bisa menjadikan
laporan ini sebagai pembelajaran. Kami dalam kesempatan ini mengucapkan
terimakasih kepada Clinical Instructur dan Clinical Teacher yang sudah
membimbing kami dalam penyelesaian laporan studi kasus ini serta seluruh
teman-teman yang selalu memberikan asuhan keperawatan.
Banjarmasin, Agustus
2019
Penulis
Kelompok V
v
DAFTAR ISI
COVER.......................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. iii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 3
C. Tujuan .................................................................................................... 3
D. Manfaat................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 5
A. Anatomi Fisioligi................................................................................. 5
B. Definisi............................................................................................... 8
C. Etiologi............................................................................................... 8
D. Klasifikasi........................................................................................... 9
E. Patofisiologi........................................................................................ 9
F. Tanda dan Gejala............................................................................... 11
G. Komplikasi.......................................................................................... 11
H. Pemeriksaan Diagnostik..................................................................... 12
I. Penatalaksanaan .............................................................................. 12
J. Pengkajian Keperawatan................................................................... 15
K. Diagnosa Keperawatan...................................................................... 16
L. Rencana Keperawatan....................................................................... 17
BAB III TINJAUAN KASUS............................................................................ 22
A. Identitas Klien.................................................................................... 22
B. Analisa Data....................................................................................... 29
C. Intervensi, Implementasi, Evaluasi..................................................... 34
D. Catatan Perkembangan..................................................................... 42
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................. 68
BAB V PENUTUP.......................................................................................... 70
A. Simpulan............................................................................................ 70
B. Saran.................................................................................................. 71
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gaya hidup modern yang multi kompleks menuntut siapa saja untuk
mengikuti konsumsi produk modern. Gaya hidup masyarakat yang tinggi
membuat pola konsumsi makanan dan minuman berubah. Masyarakat masih
banyak memilih makanan siap saji yang umumnya rendah serat, tinggi lemak,
tinggi gula, dan mengandung banyak garam. Pola makan yang kurang sehat
seperti tinggi lemak, mengandung banyak garam serta tinggi gula akan
memicu berbagai penyakit yaitu salah satunya hipertensi dan Diabetes
Melitus (Sutanto, 2010).
Diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolic dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
gangguan kerja insulin atau keduanya, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah.
Kesimpulannya diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak yang ditandai oleh hiperglikemia, eterosklerotik,
mikroangiopati dan neuropati. Hiperglikemia terjadi akibat dari kekurangan
insulin atau menurunnya kerja insulin (American Diabetes Association, 2016).
Diabetes Melitus terbagi dalam 2 tipe yaitu, Diabetes Melitus tipe 1 dan
tipe 2. Diabetes Melitus tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes
Mellitus(IDDM)/diabetes melitus yang perlu pemberian insulin). Terjadi
gangguan autoimun sehingga insulin yang dihasilkan oleh pancreas akan
dirusak oleh tubuh. Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada usia<30 tahun,
sedangkan pada diabetes mellitus tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM) /diabetes yang tidak tergantung insulin) pancreas relative
menghasilkan insulin tetapi insulin yang bekerja kurang sempurna karena
adanya resistensi insulin akibat kegemukan. Faktor genetis dan pola hidup
juga sebagai penyebabnya, faktor resiko Diabetes Melitus tipe 2 adalah:
obesitas, stress fisik dan emosional, kehamilan umur lebih dari 40 tahun,
pengobatan dan riwayat keluarga diabetes melitus. Hampir 90% penderita
diabetes mellitus adalah diabetes melitustipe 2 (American Diabetes
Association, 2016).
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas, masih tingginya jumlah pasien
Diabetes Melitus dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana
asuhan keperawatan pada Ny.N dengan Diabetes Melitus tipe 2 di Ruang
Intensif Care Unit RSUD Ulin Banjarmasin ?
C. Tujuan Penulisan
Mengetahui asuhan keperawatan pada Ny.N dengan Diabetes Melitus tipe 2
di Ruang Intensif Care Unit RSUD Ulin Banjarmasin.
4
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan adanya asuhan keperawatan diharapkan dapat memberikan
manfaat berupa pengetahuan di bidang ilmu pengetahuan sehingga bisa
digunakan untuk proses belajar mengajar.
2. Bagi Rumah Sakit
Asuhan keperawatan ini diharapkan memberikan manfaat sebagai
pelengkap dan referensi dalam asuhan keperawatan yang ada di rumah
sakit.
3. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya asuhan keperawatan ini diharapkan mahasiswa dapat
menambah wawasan pengetahuan khususnya pada pasien Diabetes
Melitus.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi fisiologi
Pankreas adalah organ pipih yang terletak dibelakang dan sedikit di
bawah lambung dalam abdomen. Organ ini memiliki 2 fungsi : fungsi endokrin
dan fungsi ekokrin.
Bagian eksokrin dari pankreas berfungsi sebagai sel asinar pankreas,
memproduksi cairan pankreas yang disekresi melalui duktus pankreas ke
dalam usus halus.
Pankreas terdiri dari 2 jaringan utama yaitu :
a. Asini mensekresi getah pencernaan ke dalam duodenum
b. Pulau langerhans yang mengeluarkan sekretnya keluar. Tetapi,
mengekskresikan insulin dan glukagon langsung ke darah.
Pulau-pulau langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari
pankreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1-3% dari berat
total pankreas. Pulau langerhans berbentuk opiod dengan besar masing-
masing pulau berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50µ,
sedangkan yang terbesar 300µ, terbanyak adalah yang besarnya 100-225µ.
Jumlah semua pulau langerhans di pankreas diperkirakan antara 1-2 juta.
Sel endokrin dapat ditemukan dalam pulau-pulau langerhans, yaitu
kumpulan kecil sel yang tersebar di seluruh organ. Ada 4 jenis sel penghasil
hormon yang teridentifikasi dalam pulau-pulau tersebut :
a. Sel alfa : jumlah sekitar 20-40%, memproduksi glukagon yang menjadi
faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai antiinsulin like
activity.
b. Sel beta : mengekskresikan insulin yang berfungsi untuk menurunkan
kadar gula darah
c. Sel delta : mengekskresi somastatin, hormon yang berfungsi menghalangi
hormon pertumbuhan untuk menghambat sekresi glukagon dan insulin.
d. Sel F : mengekskresi polipeptida pankreas, sejenis hormon pencernaan
dimana fungsinya tidak jelas.
5
6
(GLUT) adalah senyawa asam amino yang terdapat dalam berbagai sel yang
berperan dalam proses metabolisme glukosa. Fungsinya sebagai “kendaraan”
pengangkut glukosa masuk dari luar ke dalam jaringan tubuh. Glucose
transporter 2 (GLUT 2) yang terdapat dalam sel beta misalnya, diperlukan
dalam proses masuknya glukosa dari dalam darah, melewati membran, ke
dalam sel. Proses ini merupakan langkah penting, agar selanjutnya ke dalam
sel, molekul glukosa tersebut dapat mengalami proses glikolisis dan fosforilasi
yang akan membebaskan molekul ATP. Molekul ATP yang terbebas tersebut
dibutuhkan untuk mengaktifkan proses penutupan channel K yang terdapat
pada membran sel, yang diikuti kemudian oleh proses pembukaan channel
Ca. Keadaan inilah yang memungkinkan masuknya ion Ca2+ sehingga
meningkatkan kadar ion Ca2+ intrasel, suasana yang dibutuhkan bagi proses
sekresi insulin melalui mekanisme yang cukup rumit dan belum seutuhnya
dapat dijelaskan.
B. PENGERTIAN
Diabetes melitus merupakan peyakit kronis yang berkaitan denan defisiensi
atau resistansi insulin relatif atau absolut dan ditandai dengan ganguan
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. (Fatimah, 2015).
C. ETIOLOGI
Etiologi menurut CDA (2013) tergantung dari tipe Diabetes, yaitu :
1. Diabetes Tipe I ( Insulin Dependent Diabetes Melitus / IDDM )
Diabetes yang tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran sel-sel
beta pancreas disebabkan oleh :
a. Faktor genetic
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi suatu
predisposisi / kecenderungan genetic ke arah terjadinya DM tipe 1.
Ini ditemukan pada individu yang mempunyai tipe antigen HLA (
Human Leucocyte Antigen ) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen
yang bertanggung jawab atas antigen transplatasi dan proses imun
lainnya.
b. Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
2. Diabetes Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus / NIDDM )
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II belum diketahui .
Faktor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin . Selain itu terdapat faktor-faktor resiko tertentu yang
berhubungan yaitu :
a. Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun
b. Obesitas
c. Riwayat Keluarga
d. Kelompok etnik
9
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi DM dan gangguan toleransi glukosa menurut Matsuda (2010)
adalah sebagai berikut :
1. Diabetes mellitus
a. DM tipe 1 (tergantung insulin)
b. DM tipe 2 (tidak tergantung insulin)
- Gemuk
- Tidak gemuk
c. DM tipe lain yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu
- Penyakit pancreas
- Hormonal
- Obat atau bahan kimia
- Kelainan reseptor
- kelainan genital dan lain-lain
2. Toleransi glukosa terganggu
3. Diabetes Gestasional
E. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal, jika terdapat insulin, asupan glukosa / produksi
glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan di simpan sebagai glikogen
dalam sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses glikogenesis ini mencegah
hiperglikemia ( kadar glukosa darah > 110 mg / dl ). Jika terdapat defisit
insulin, empat perubahan metabolic terjadi menimbulkan hiperglikemi.
Empat perubahan itu adalah :
1. Transport glukosa yang melintasi membran sel berkurang
2. Glikogenesis berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam
darah
3. Glikolisis meningkat sehingga dadangan glikogen berkurang dan glukosa
hati dicurahkan ke dalam darah secara terus menerus melebihi
kebutuhan.
4. Glukoneogenesis meningkat dan lebih banyak lagi glukosa hati yang
tercurah ke dalam darah dari pemecahan asam amino dan lemak
Pada DM tipe 1 terdapat ketidak mampuan menghasikan insulin karena sel-
sel beta telah dihancurkan oleh proses autoimun. Akibat produksi glukosa
tidak terukur oleh hati, maka terjadi hiperglikemia. Jika konsentrasi klokosa
10
dalam darah tinggi, ginjal tidak dapat menyerap semua glukosa, akibatnya
glukosa muncul dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa berlebihan
diekskresikan dalam urine disertai pengeluaran cairan dan elektrolit (diuresis
osmotik). Akibat kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan berkemih (poli uri) dan rasa haus (polidipsi). Defisiensi insulin
juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan
penurunan berat badan . pasien juga mengalami peningkatan selera makan
(polifagi) akibat penurunan simpanan kalori.gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan
Pada DM tipe 2 terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan insulin
yaitu resistensi insulin dan ganguan sekresi insulin. Resistensi insulin ini
disertai dengan penurunan reaksi intra sel sehingga insulin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Pada
gangguan sekresi insulin berlebihan, kadar glukosa akan dipertahankan pada
tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel beta tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin maka kadar glukosa darah
meningkat. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif
maka awitan DM tipe 2 dapat berjalan tanpa terdeteksi. Gejala yang dialami
sering bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas, poliuri, polidipsi, luka pada
kulit yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (Fatimah,
2015).
11
11
H. KOMPLIKASI
Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikas i akut yang terjadi pada
penderita Diabetes Mellitus tapi selain ulkus diabetik antara lain (Soegondo,
2009) :
1. Akut
a. Ketoasidosis diabetik
b. Hipoglikemi
c. Koma non ketotik hiperglikemi hiperosmolar
d. Efek Somogyi ( penurunan kadar glukosa darah pada malam hari
diikuti peningkatan rebound pada pagi hari )
e. Fenomena fajar / down phenomenon ( hiperglikemi pada pagi hari
antara jam 5-9 pagi yang tampaknya disebabkan peningkatan
sikardian kadar glukosa pada pagi hari )
13
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan kadar serum glukosa
a. Gula darah puasa : glukosa lebih dari 120 mg/dl pada 2x tes
b. Gula darah 2 jam pp : 200 mg / dl
c. Gula darah sewaktu : lebih dari 200 mg / dl
2. Tes toleransi glukosa
Nilai darah diagnostik : kurang dari 140 mg/dl dan hasil 2 jam serta satu
nilai lain lebih dari 200 mg/ dlsetelah beban glukosa 75 gr
3. HbA1C
> 8% mengindikasikan DM yang tidak terkontrol
4. Pemeriksaan kadar glukosa urin
Pemeriksaan reduksi urin dengan cara Benedic atau menggunakan enzim
glukosa . Pemeriksaan reduksi urin positif jika didapatkan glukosa dalam
urin (Carpenito, 2011).
J. PENATALAKSANAAN
Untuk penatalaksanaan pada penderita ulkus DM khususnya penderita
setelah menjalani tindakan operasi debridement yaitu termasuk tindakan
perawatan dalam jangka panjang.
a. Medis
Menurut Sugondo (2009 )penatalaksaan secara medis sebagai berikut :
14
K. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Anamnesa
a. Identitas : Nama
Usia (DM tipe I < 30 tahun, DM tipe II > 30 tahun,
cenderung meningkat pada usia > 65 tahun)
Jenis Kelamin
b. Keluhan utama :
Kondisi hipoglikemia (biasa terjadi pada DM tipe II)
Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, rasa lapar, sakit kepala,
vertigo, penurunan perfusi dimana perfusinya dingin, mengantuk,
lemah, konfusi, penurunan kesadaran.
Kondisi hiperglikemia (biasa terjadi pada DM tipe I)
Penglihatan kabur, lemas, rasa haus, banyak kencing, dehidrasi,
suhu tubuh meningkat, sakit kepala.
c. Riwayat penyakit sekarang
Dominan muncul adalah sering berkemih, sering lapar dan haus,
berat badan berlebih, biasanya penderita belum tahu, sampai
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.
d. Riwayat penyakit dahulu
17
2. Pemeriksaan Fisik
B1 (Breath) : pernafasan cepat dan dalam, frekuensi meningkat, nafas
berbau aseton.
B2 (Blood) : takikardi, perubahan TD postural, hipotensi, nadi
menurun,
ulkus pada kaki dan penyembuhan luka yang lama.
B3 (Brain) : pusing, merasa kesemutan, disorientasi, mengantuk,
letargi, stupor/koma, gangguan memori, reflek tendon
menurun, penurunan sensasi
B4 (Bladder) : Poliuria, nocturia, ISK, urine encer, dapat menjadi
oliguria/anuria bila terjadi hipovolemia berat, glukosuria.
B5 (Bowel) : mual, muntah, anoreksia, penurunan berat badan, diare,
bising usus meningkat, polifagi dan polidipsi.
B6 (Bone) : kelemahan, sulit bergerak, kulit/membran mukosa kering.
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa umum yang muncul pada pasien Diabetes Melitus :
1. Kekurangan Volume Cairan b/d gangguan mekanisme regulasi
2. Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b/d anoreksia
3. Intoleransi Aktivitas b/d imobilitas
4. Resiko Infeksi
5. Kerusakan Integritas Kulit b/d gangguan metabolik
18
M. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Rencana Perawatan
Keperawatan
Nursing Out Come Nursing Intervention
(NOC) Classification (NIC)
Nama : Ny N
Usia : 60 tahun
Alamat : Marabahan
No. Register : 243-xxx-xxx
Kriteria Klien : Total care
Tanggal MRS : 23 April 2019
Tanggal Pengkajian : 24 April 2019
I. PENGKAJIAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan terdapat luka pada bagian kaki sebelah kiri yang
mengalami kematian jaringan dan dilakukan tindakan pembukaan
pembuluh darah dan pasien juga mengatakan bengkak pada kedua tangan
dan kaki
2. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan awalnya pada tanggal 10/04/2019 pasien datang ke
rumah sakit anshari saleh untuk melakukan perawatan luka yang
dilakukan 2 hari sekali, luka dikaki disebabkan pasien menggunakan
alas kaki yang salah saat berjalan keluar rumah. Kondisi luka pada kaki
kiri pasien semakin parah lalu pasien dianjurkan untuk rawat inap di
rumah sakit anshari saleh, di rumah sakit anshari saleh pasien dirawat
kurang lebih 10 hari, karena keterbatasan alat dan anjuran dokter untuk
di rujuk ke RSUD Ulin Banjarmasin, dan pada tanggal 22/04/2019
pasien dirujuk ke IGD RSUD Ulin Banjarmasin, di IGD pasien dianjurkan
untuk membersihkan luka diruang Operasi, setelah dilakukan
pembersihan luka lalu pasien dipindahkan diruang ICU RSUD Ulin
Banjarmsin.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga mengatakan pasien mempunyai riwayat penyakit gula darah
sudah kurang lebih 15 tahun, pasien mendapatkan luka pada kaki kiri
pada saat naik haji sekitar 10 tahun yang lalu karena menggunakan alas
23
24
meminum obat, tetapi kadang pasien tidak bisa menahan ketika ingin
memakan makanan yang diinginkannya walaupun itu manis.
c. Riwayat penyakit Keluarga
Keluarga mengatakan dari pihak keluarga tidak ada yang memiliki
penyakit diabetes yang sama seperti di alami pasien, dan tidak ada
riwayat darah tinggi serta jantung
d. Diagnosa Medis
DM tipe 2 + Post Op Debridement + Faseiotomi + Nekrotomi
3. Secondary Survey
a. B1 (Breath)
Inspeksi : Bentuk dada normo chest, pasien tampak sesak , napas
cepat dan dangkal, terpasang nasal canul dengan oksigen
4 lpm, terdapat otot bantu nafas, tampak adanya
pernapasan cuping hidung dan retraksi dinding dada,
RR:30x/menit, SPO2: 97%.
Palpasi : Ekspansi paru simetris antara kiri dan kanan
Perkusi : Saat di perkusi terdengar redup
+ +
+ +
- -
b. B2 (Blood)
Perfusi darah ke perifer normal ditandai tidak ada sianosis, CRT kembali
kurang dari 2 detik, TD 120/90 mmHg, Nadi 87x/menit, spO2 97%, Suhu
tubuh 36,80C, MAP 100 mmHg.
90
ABI = 0.75 (some arterial diseases)
120
highest pressure∈foot
ABI
highest pressure∈both arms
c. B3 (Brain)
Tingkat kesadaran pasien composmentis dengan nilai GCS E4M6V5
26
d. B4 (Bowel)
Pasien terpasang NGT di lubang hidung sebelah kanan dengan diet
nutrisi entramix 6x100 cc, pasien mengalami BAB cair dengan warna
merah kehitaman.
e. B5 (Bladder)
Pasien terpasang kateter, warna kuning pekat kecoklatan, urine yang
keluar hanya sedikit
Intake 24 jam:
Asering 83 ml/24jam : 1992 ml
PRC : 175 ml
Albumin : 100 ml
Entramix 6x100cc : 600 ml
Ceftriaxon 2x1 gr : 20 ml
Omeprazole 2x40mg : 20 ml
Metrodinazole 3x500mg : 300 ml
Meropenem 3x1gr : 30 ml
Asam tranexamat 3x500mg : 15 ml
3252 ml
Output 24 jam:
Urine 24 jam : 35 ml
Balance cairan : intake – output
: 3252 ml – 35 ml
: 3217 ml
f. B6 (Bone)
kulit teraba hangat, kedua kaki dan tangan tampak bengkak, terdapat
luka pada kaki sebelah kiri yang tertutup oleh elastic bandage , luka
tampak berbau dan basah, terdapat luka lecet pada paha sebelah kiri,
terdapat edema pada ekstremitas atas dan bawah dengan pitting edema
derajat 3, kemampuan ADL pasien di bantu total oleh perawat, pasien
tidak bisa membolak balik posisi secara mandiri.
Skala aktivitas 4 (di bantu total)
Skala otot
3333 3333
3333 3333
27
Keterangan:
0 : tidak ada kontraksi otot
1 : Sentakan ringan
2 : tidak mampu melawan gaya gravitasi
3 : mampu melawan gravitasi
4 : mampu melawan gravitasi dengan tahanan ringan
5 : mampu melakukan gerakan persendian dengan penuh
4. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 24 April 2019
PEMERIKSAAN HASIL RUJUKAN SATUAN
Hemoglobin 8.0 12.0-16.0 g/dl
Leukosit 17.2 4.0-10.5 Ribu/ul
Eritrosit 2.96 4.00-5.30 Juta/ul
Hematokrit 24.8 37.0-47.0 %
Trombosit 349 150-450 Ribu/ul
RDW-CV 15.7 12.1-14.0 %
MCH 27.0 28.0-32.0 Pg
MCHC 32.3 33.0-37.0 %
Eosinofil% 0.7 1.0-3.0 %
Limfosit% 14.8 20.0-40.0 %
Monosit% 8.7 2.0-8.0 %
Gran# 12.97 2.50-7.0 Ribu/ul
Monosit# 1.49 0.30-1.00 Ribu/ul
Glukosa darah sewaktu 208 <200.00 Mg/dl
Hasil PT 12.1 9.9 - 13.5 Detik
INR 1.12 -
Control Normal PT 10.8 -
Hasil APTT 35.9 22.2 - 37.0 Detik
Control Normal APTT 24.8 -
Terapi Farmakologi
punggung
- Mual dan
muntah
berkaitan gan
dengan perdarahan
penyumbatan - Pusing
arteri kronis - Enzim hati
- hipertensi meningkat,
trigliserida
& bilirubin.
Ners Muda
edema derajat 3
- Balance cairan : intake – output
: 3252 ml – 35 ml
: 3217 ml
- Hb: 8,0 g/dl, Hematokrit : 24,8 %
3. DS : Gangguan metabolisme Kerusakan integritas jaringan
- Keluarga mengatakan pasien
terdapat luka pada bagian kaki
sebelah kiri
DO:
- terdapat luka pada kaki sebelah kiri
yang tertutup oleh elastic band
- luka tampak berbau dan basah
- terdapat luka lecet pada paha
sebelah kiri
4. DS: - Gangguan muskuloskeletal Hambatan mobilitas fisik
DO:
- kemampuan ADL pasien di bantu
total oleh perawat
- pasien tidak bisa membolak balik
posisi secara mandiri.
- Skala aktivitas 4 (di bantu total)
- Skala otot
33
3333 3333
3333 3333
5. Faktor resiko: Resiko Sepsis
- terdapat luka pada kaki sebelah kiri
yang tertutup oleh elastic band
- luka tampak berbau dan basah
- terdapat luka lecet pada paha
sebelah kiri
- post op debridement cruris sinistra a/i
nekrotomi
- terpasang kateter, NGT, dan IV line
- leukosit 17,2 ribu/ul
gangguan metabolisme Wound healing : primary and 1. Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman
secondary intention luka, jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi
Setelah dilakukan tindakan lokal, formasi traktus
keperawatan 3 x 24 jam diharapkan 2. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian
kerusakan integritas jaringan membaik yang Ionggar
dengan kriteria hasil: 3. Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
1. Perfusi jaringan normal 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi dua jam sekali
3. Tidak ada nekrotik 5. Monitor status nutrisi pasien
4. Menujukkan terjadinya proses 6. Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril
penyembuhan luka 7. Hindari kerutan pada tempat tidur
4. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan Body mechanics performance Exercise therapy: joint mobility
muskuloskeletal Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji keterbatasan gerak sendi
keperawatan 3 x 24 jam diharapkan 2. Kaji kelembapan kulit
pasien dapat tetap mempertahankan 3. Lakukan mika miki setiap 2 jam
pergerakkannya dengan kriteria hasil: 4. Jelaskan alasan pemberian latihan kepada
1. Mempertahankan kekuatan otot keluarga
2. Mempertahankan fleksibilitas sendi 5. Lakukan ROM aktif dan pasif pada pasien
3. Tidak terjadinya kontraktur sendi sesuai indikasi
5. Resiko Sepsis Risk control Infection Control
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV
keperawatan 3 x 24 jam diharapkan 2. Monitor tanda dan gejala sepsis
tidak terjadi sepsis dengan kriteria 3. Pantau terhadap perubahan dalam mental,
hasil: kelemahan.
1. Pasien bebas dari tanda dan 4. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
gejala sepsis tindakan keperawatan
2. Mendeskripsikan proses penularan 5. Tingkatkan nutrisi
penyakit, faktor yang 6. Bersihkan luka setiap hari
mempengaruhi penularan serta 7. Kolaborasi pemberian terapi antibiotik
penatalaksanaannya
3. Jumlah leukosit dalam batas
normal
6. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa Blood Glucose level Hyperglecymia Management
37
V. IMPLEMENTASI
No Tanggal/Jam Tindakan Keperawatan Paraf
1. 24 April 2019/ 22.00 1. Memonitor tanda-tanda vital & saturasi O2
TD : 100/49 mmHg, N : 110x/m, RR: 24x/m, S: 36,2oC, SpO2 : 100%
22.05 2. Memposisikan pasien semi fowler
Posisi 30o
22.10 3. Mengauskultasi suara nafas
Saat diauskultasi terdengar ronkhi
+ +
+ +
- -
Intake 07.00 : 83 ml
Output : 31 ml
07.00 4. memonitor status nutrisi
nutrisi entramix 6x100 cc
08.00 5. Memonitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hmt,
osmolalitas urin)
Hb: 8,0 g/dl, Hematokrit : 24,8 %
3. 24 April 2019/ 22.10 1. mengobservasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka, jaringan nekrotik,
tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus
(terdapat luka pada kaki sebelah kiri yang tertutup oleh elastic band, luka
tampak berbau dan basah, terdapat luka lecet pada paha sebelah kiri)
22.15 2. menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang Ionggar
06.00 3. menjaga kulit agar tetap bersih dan kering
06.15 4. memobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
mika miki tiap 2 jam
07.00 5. Memonitor status nutrisi pasien
08.00 nutrisi entramix 6x100 cc
08.15 6. melakukan tehnik perawatan luka dengan steril
7. menghindari kerutan pada tempat tidur
4. 24 April 2019/ 23.00 1. mengkaji keterbatasan gerak sendi
Skala otot
3333 3333
3333 3333
2. mengkaji kelembapan kulit
23.05
kulit tampak lembab
3. melakukan mika miki setiap 2 jam
06.15
4. menjelaskan alasan pemberian latihan kepada keluarga
06.30
5. melakukan ROM aktif dan pasif pada ekstrimitas atas dan bawah
07.15
5. 24 April 2019/ 21.00 1. Monitor TTV
TD : TD : 100/49 mmHg, N : 110x/m, RR: 24x/m, S: 36,2oC, SpO2 : 100%
39
1
- napas regular dan dangkal
- terpasang oksigen 4 lpm menggunakan nasal canul
- terdapat otot bantu nafas
- tampak adanya pernapasan cuping hidung
- adanya retraksi dinding dada
- RR:21x/menit, SPO2: 99%
40
2
- TD 120/90 mmHg, Nadi 87x/menit, RR 30x/m
- terdapat edema pada ekstremitas atas dan bawah dengan pitting edema
derajat 3
- Balance cairan : intake – output
: 3252 ml – 35 ml
: 3217 ml
- Hb: 8,0 g/dl, Hematokrit : 24,8 %
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5,6
41
3. 24 April 2019/ S : -
07.20 O:
3
- terdapat luka pada kaki sebelah kiri yang tertutup oleh elastic band
- luka tampak berbau dan basah
- terdapat luka lecet pada paha sebelah kiri
- CRT kembali < 2 detik
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5,6,7
4. 24 April 2019/ S: -
07.30 O:
- kemampuan ADL pasien di bantu total oleh perawat
4
- pasien tidak bisa membolak balik posisi secara mandiri.
- Skala aktivitas 4 (di bantu total)
- Skala otot
3333 3333
3333 3333
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5
42
5. 24 April 2019/ S : -
07.30 O:
- terdapat luka pada kaki sebelah kiri yang tertutup oleh elastic band
5
- luka tampak berbau dan basah
- terdapat luka lecet pada paha sebelah kiri
- post op debridement cruris sinistra a/i nekrotomi
- terpasang kateter, NGT, dan IV line
- leukosit 17,2 ribu/ul
A: masalah terjadi
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5,6,7,8
6. 24 April 2019/ S : -
08.30 O:
6
- GDS : 208 mg/dl
- Keton urin negatif
- Glukosa urin negatif
A: masalah tidak terjadi
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5
1
15.00 O:
- napas regular dan dangkal
- terpasang oksigen 4 lpm menggunakan nasal canul
- terdapat otot bantu nafas
- tampak adanya pernapasan cuping hidung
- adanya retraksi dinding dada
- RR:24x/menit, SPO2: 98%
- Pasien belum mampu mengeluarkan dahaknya
- saat diauskultasi terdengar ronkhi
+ +
+ +
- -
E:
S : - pasien mengatakan sesak berkurang
O:
- napas regular dan dangkal
- terpasang oksigen 4 lpm menggunakan nasal canul
- terdapat otot bantu nafas
- tampak adanya pernapasan cuping hidung
- adanya retraksi dinding dada
- RR:24x/menit, SPO2: 98%
- Pasien belum mampu mengeluarkan dahaknya
- saat diauskultasi terdengar ronkhi
+ +
+ +
- -
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5
2
16.00 - pasien mengatakan kedua tangan dan kaki masih bengkak
O:
- kedua tangan dan kaki pasien tampak masih bengkak
- TD 120/90 mmHg, Nadi 87x/menit, RR 30x/m
- terdapat edema pada ekstremitas atas dan bawah dengan pitting
45
edema derajat 3
- Balance cairan : intake – output
: 3252 ml – 35 ml
: 3217 ml
- Hb: 8,0 g/dl, Hematokrit : 24,8 %
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5,6
I:
1. Memonitor TTV
2. mengkaji luas edema
3. mempertahankan catatan intake dan output yang akurat
4. memonitor status nutrisi
5. Memonitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hmt,
osmolalitas urin)
E:
S:
- pasien mengatakan kedua tangan dan kaki masih bengkak
O:
- kedua tangan dan kaki pasien tampak masih bengkak
- TD 120/90 mmHg, Nadi 87x/menit, RR 30x/m
- terdapat edema pada ekstremitas atas dan bawah dengan pitting
edema derajat 3
46
3
18.00 O:
- terdapat luka pada kaki sebelah kiri yang tertutup oleh elastic band
- luka tampak berbau dan basah
- terdapat luka lecet pada paha sebelah kiri
- CRT kembali < 2 detik
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5,6,7
I:
1. mengobservasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka, jaringan nekrotik,
tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus
2. menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang Ionggar
3. menjaga kulit agar tetap bersih dan kering
4. memobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
5. Memonitor status nutrisi pasien
6. melakukan tehnik perawatan luka dengan steril
7. menghindari kerutan pada tempat tidur
47
E:
S:-
O:
- terdapat luka pada kaki sebelah kiri yang tertutup oleh elastic band
- luka tampak berbau dan basah
- terdapat luka lecet pada paha sebelah kiri
- CRT kembali < 2 detik
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5,6,7
4
19.00 O:
- kemampuan ADL pasien di bantu total oleh perawat
- pasien tidak bisa membolak balik posisi secara mandiri.
- Skala aktivitas 4 (di bantu total)
- Skala otot
3333 3333
3333 3333
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5
I:
1. mengkaji keterbatasan gerak sendi
2. mengkaji kelembapan kulit
48
5
20.00 O:
- terdapat luka pada kaki sebelah kiri yang tertutup oleh elastic band
- luka tampak berbau dan basah
- terdapat luka lecet pada paha sebelah kiri
- post op debridement cruris sinistra a/i nekrotomi
- terpasang kateter, NGT, dan IV line
- leukosit 17,2 ribu/ul
A: masalah terjadi
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5,6,7,8
49
I:
1. menginstruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
2. mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
3. mempertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
4. meningkatkan nutrisi
5. Memonitor adanya tanda-tanda infeksi
6. membersihkan luka setiap hari
7. berkolaborasi pemberian terapi antibiotik (metrodinazole 3x500mg)
E:
S:-
O:
- terdapat luka pada kaki sebelah kiri yang tertutup oleh elastic band
- luka tampak berbau dan basah
- terdapat luka lecet pada paha sebelah kiri
- post op debridement cruris sinistra a/i nekrotomi
- terpasang kateter, NGT, dan IV line
- leukosit 17,2 ribu/ul
A: masalah terjadi
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5,6,7,8
50
6
21.00 O:
- GDS : 208 mg/dl
- Keton urin negatif
- Glukosa urin negatif
A : masalah tidak terjadi
P : Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5
I:
1. Monitor glukosa dalam darah
2. Monitor tanda dan gejala hiperglekemia : Polidipsi, poliuria, polipagi,
kelemahan,malaise, pandangan kabur
3. Monitor keton dalam darah
4. Monitor status cairan
5. Kolaborasi pemberian insulin
E:
S:-
O:
- GDS : 223 mg/dl
- Keton urin negatif
- Glukosa urin negatif
A : masalah tidak terjadi
P : Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5
1
09.00 O:
- napas regular dan dangkal
- terpasang oksigen 4 lpm menggunakan nasal canul
- terdapat otot bantu nafas
- tampak adanya pernapasan cuping hidung
- adanya retraksi dinding dada
- RR:28x/menit, SPO2: 98%
- Pasien belum mampu mengeluarkan dahaknya
- saat diauskultasi terdengar ronkhi
+ +
+ +
- -
E:
S : - pasien mengatakan sesak berkurang
O:
- napas regular dan dangkal
- terpasang oksigen 4 lpm menggunakan nasal canul
- terdapat otot bantu nafas
- tampak adanya pernapasan cuping hidung
- adanya retraksi dinding dada
- terdengar suara snoring,
- RR:28x/menit, SPO2: 98%
- Pasien belum mampu mengeluarkan dahaknya
- saat diauskultasi terdengar ronkhi
+ +
+ +
- -
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5
2. Jum’at, 26 April 2019 S:
2
11.00 - pasien mengatakan kedua tangan dan kaki masih bengkak
O:
- kedua tangan dan kaki pasien tampak masih bengkak
- TD 120/90 mmHg, Nadi 87x/menit, RR 30x/m
- terdapat edema pada ekstremitas atas dan bawah dengan pitting
53
edema derajat 3
- Balance cairan : intake – output
: 3252 ml – 35 ml
: 3217 ml
- Hb: 8,0 g/dl, Hematokrit : 24,8 %
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5,6
I:
1. Memonitor TTV
2. mengkaji luas edema
3. mempertahankan catatan intake dan output yang akurat
4. memonitor status nutrisi
5. Memonitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hmt,
osmolalitas urin)
E:
S:
- pasien mengatakan kedua tangan dan kaki masih bengkak
O:
- kedua tangan dan kaki pasien tampak masih bengkak
- TD 120/90 mmHg, Nadi 87x/menit, RR 30x/m
- terdapat edema pada ekstremitas atas dan bawah dengan pitting
edema derajat 3
54
3
12.00 O:
- terdapat luka pada kaki sebelah kiri yang tertutup oleh elastic band
- luka tampak berbau dan basah
- terdapat luka lecet pada paha sebelah kiri
- CRT kembali < 2 detik
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5,6,7
I:
1. mengobservasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka, jaringan nekrotik,
tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus
2. menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang Ionggar
3. menjaga kulit agar tetap bersih dan kering
4. memobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
5. Memonitor status nutrisi pasien
6. melakukan tehnik perawatan luka dengan steril
7. menghindari kerutan pada tempat tidur
55
E:
S:-
O:
- terdapat luka pada kaki sebelah kiri yang tertutup oleh elastic band
- luka tampak berbau dan basah
- terdapat luka lecet pada paha sebelah kiri
- CRT kembali < 2 detik
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5,6,7
4. Jum’at, 26 April 2019 S: -
4
13.00 O:
- kemampuan ADL pasien di bantu total oleh perawat
- pasien tidak bisa membolak balik posisi secara mandiri.
- Skala aktivitas 4 (di bantu total)
- Skala otot
3333 3333
3333 3333
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5
I:
1. mengkaji keterbatasan gerak sendi
2. mengkaji kelembapan kulit
3. melakukan mika miki setiap 2 jam
56
5
14.00 O:
- terdapat luka pada kaki sebelah kiri yang tertutup oleh elastic band
- luka tampak berbau dan basah
- terdapat luka lecet pada paha sebelah kiri
- post op debridement cruris sinistra a/I nekrotomi
- terpasang kateter, NGT, dan IV line
- leukosit 17,2 ribu/ul
A: masalah terjadi
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5,6,7,8
I:
57
6
15.00 O:
- GDS : 223 mg/dl
- Keton urin negatif
- Glukosa urin negatif
A : masalah tidak terjadi
P : Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5
I:
1. Monitor glukosa dalam darah
2. Monitor tanda dan gejala hiperglekemia : Polidipsi, poliuria, polipagi,
kelemahan,malaise, pandangan kabur
3. Monitor keton dalam darah
4. Monitor status cairan
5. Kolaborasi pemberian insulin
E:
S:-
O:
- GDS : 228 mg/dl
- Keton urin negatif
- Glukosa urin negatif
A : masalah tidak terjadi
P : Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5
59
1
15.00 O:
- napas regular dan dangkal
- pasien terpasang ETT
- terdapat otot bantu nafas
- tampak adanya pernapasan cuping hidung
- adanya retraksi dinding dada
- RR:28x/menit, SPO2: 98%
- Pasien belum mampu mengeluarkan dahaknya
- saat diauskultasi terdengar ronkhi
+ +
+ +
- -
E:
S:-
O:
- napas regular dan dangkal
- pasien terpasang ETT
- terdapat otot bantu nafas
- tampak adanya pernapasan cuping hidung
- adanya retraksi dinding dada
- terdengar suara snoring,
- RR:28x/menit, SPO2: 98%
- Pasien belum mampu mengeluarkan dahaknya
- saat diauskultasi terdengar ronkhi
+ +
+ +
- -
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5
2. Jum’at, 26 April 2019 S:
2
16.00 - pasien mengatakan kedua tangan dan kaki masih bengkak
O:
- kedua tangan dan kaki pasien tampak masih bengkak
- TD 120/90 mmHg, Nadi 87x/menit, RR 30x/m
- terdapat edema pada ekstremitas atas dan bawah dengan pitting
61
edema derajat 3
- Balance cairan : intake – output
: 3252 ml – 35 ml
: 3217 ml
- Hb: 8,0 g/dl, Hematokrit : 24,8 %
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5,6
I:
1. Memonitor TTV
2. mengkaji luas edema
3. mempertahankan catatan intake dan output yang akurat
4. memonitor status nutrisi
5. Memonitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hmt,
osmolalitas urin)
E:
S:
- pasien mengatakan kedua tangan dan kaki masih bengkak
O:
- kedua tangan dan kaki pasien tampak masih bengkak
- TD 120/90 mmHg, Nadi 87x/menit, RR 30x/m
- terdapat edema pada ekstremitas atas dan bawah dengan pitting
edema derajat 3
62
3
18.00 O:
- terdapat luka pada kaki sebelah kiri yang tertutup oleh elastic band
- luka tampak berbau dan basah
- terdapat luka lecet pada paha sebelah kiri
- CRT kembali < 2 detik
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5,6,7
I:
1. mengobservasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka, jaringan nekrotik,
tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus
2. menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang Ionggar
3. menjaga kulit agar tetap bersih dan kering
4. memobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
5. Memonitor status nutrisi pasien
6. melakukan tehnik perawatan luka dengan steril
7. menghindari kerutan pada tempat tidur
63
E:
S:-
O:
- terdapat luka pada kaki sebelah kiri yang tertutup oleh elastic band
- luka tampak berbau dan basah
- terdapat luka lecet pada paha sebelah kiri
- CRT kembali < 2 detik
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5,6,7
4. Jum’at, 26 April 2019 S: -
4
20.00 O:
- kemampuan ADL pasien di bantu total oleh perawat
- pasien tidak bisa membolak balik posisi secara mandiri.
- Skala aktivitas 4 (di bantu total)
- Skala otot
3333 3333
3333 3333
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5
I:
1. mengkaji keterbatasan gerak sendi
2. mengkaji kelembapan kulit
3. melakukan mika miki setiap 2 jam
64
5
20.30 O:
- terdapat luka pada kaki sebelah kiri yang tertutup oleh elastic band
- luka tampak berbau dan basah
- terdapat luka lecet pada paha sebelah kiri
- post op debridement cruris sinistra a/i nekrotomi
- terpasang kateter, NGT, dan IV line
- leukosit 17,2 ribu/ul
A: masalah terjadi
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5,6,7,8
I:
65
6
21.00 O:
- GDS : 223 mg/dl
- Keton urin negatif
- Glukosa urin negatif
A : masalah tidak terjadi
P : Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5
I:
1. Monitor glukosa dalam darah
2. Monitor tanda dan gejala hiperglekemia : Polidipsi, poliuria, polipagi,
kelemahan,malaise, pandangan kabur
3. Monitor keton dalam darah
4. Monitor status cairan
5. Kolaborasi pemberian insulin
E:
S:-
O:
- GDS : 324 mg/dl
- Keton urin negatif
- Glukosa urin negatif
A : masalah tidak terjadi
P : Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5
BAB IV
PEMBAHASAN
Diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolic dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, gangguan
kerja insulin atau keduanya, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada
mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah. Kesimpulannya diabetes mellitus adalah
gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang ditandai oleh
hiperglikemia, eterosklerotik, mikroangiopati dan neuropati. Hiperglikemia terjadi
akibat dari kekurangan insulin atau menurunnya kerja insulin (American Diabetes
Association, 2016).Prevalensi diabetes mellitus di Kalimantan Selatan menduduki
peringkat ketiga bila dilihat dari Pulau Kalimantan dengan jumlah kejadian
Diabetes Melitus sebesar 2.722.366 kasus (2,0%) atau menduduki peringkat ke-
22 se-Indonesia (Kemenkes RI, 2015). Data dari Dinas Kesehatan Kota
Banjarmasin tahun 2016 jumlah penderita diabetes mellitus sebanyak 22.236
orang (Dinkes Kota Banjarmasin, 2015).
Pasien pada tanggal 22/04/2019 pasien dirujuk ke IGD RSUD Ulin
Banjarmasin, di IGD pasien dianjurkan untuk membersihkan luka diruang
Operasi, setelah dilakukan pembersihan luka lalu pasien dipindahkan diruang
ICU RSUD Ulin Banjarmasin.
Setelah dilakukan pengkajian data secara sistematik, baik secara
subjektif maupun objektif dalam melakukan asuhan keperawatan, didapatkan
data subjektif keluarga mengatakan bahwa pasien memiliki riwayat Keluarga
mengatakan pasien mempunyai riwayat penyakit gula darah sudah kurang lebih
15 tahun, pasien mendapatkan luka pada kaki kiri pada saat naik haji sekitar 10
tahun yang lalu. Dari data objektif didapatkan pemeriksaan umum Ny. yaitu
keadaan umum: sedang, kesadaran somnolen, tekanan darah 130/80mmHg,
nadi 107X/menit, respirasi 20X/menit dan suhu 36,20C, skala otot ekstremitas
atas dan bawah yaitu 2, Hasil laboratorium terlampir. Setelah dilakukan
pemeriksaan CT Scan kepala terhadap hasil menunjukkan adanya infark pada
bagian serebri sinistra.
Setelah mendapatkan data dari pengkajian, selanjutnya data tersebut
diintrepretasikan dan dianalisa untuk mengetahui masalah keperawatan yang
muncul. Kemudian menentukan dan menegakkan diagnosa keperawatan utama.
Pada askep teoritis diagnosa keperawatan yang mungkin muncul antara lain:
68
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan defisiensi insulin,
penurunan intake oral, status hipermetabolisme, Kekurangan volume cairan
69
69
70
implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam
perencanaan. Ny. N yang sekarang dirawat di Selama masa perawatan,
71
71
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan asuhan keperawatan diatas, beberapa saran yang
dapat penulis sampaikan yaitu dalam melaksanakan asuhan keperawatan,
mahasiswa atau perawat hendaknya tetap mempertahankan dan
mengupayakan pendekatan keluarga yang optimal baik secara pisikososial,
spiritual, dan tindakan yang di lakukan