Anda di halaman 1dari 7

PERBEDAAN MINAT KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA ETNIS JAWA DAN CINA

DI SEMARANG

BAB 1
PENDAHULUAN

1.01. Latar Belakang Masalah

Peluang wirausaha selalu terbuka bagi siapapun yang memiliki niat, minat,
serta keuletan. Kita tidak mungkin sukses menjalani kehidupan berwirausaha jika
tidak memiliki niat, minat, dan keuletan. Artinya, kita harus terlebih dahulu
membangun mental dan sikap sebagai seorang wirausahawan, apapun bidangnya
serta besar dan kecilnya skala kegiatan usaha. Kewirausahaan berasal dari kata
wira dan usaha, dan diberi imbuhan ke-an. Wira dapat diartikan sebagai pahlawan,
pejuang atau gagah berani, sedangkan usaha adalah bekerja atau melakukan
sesuatu (Novitasyari dkk, 2017).

Kewirausahaan sendiri menurut Rusdiana (Bastian Sudibyo, 2016) memiliki


dua darma bakti bagi pembangunan bangsa, yaitu sebagai pengusaha, memberikan
darma baktinya dalam melancarkan proses produksi, distribusi dan konsumsi.
Wirausaha mengatasi kesulitan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan
masyarakat dan sebagai pejuang bangsa dalam bidang ekonomi, meningkatkan
ketahanan nasional, mengurangi ketergantungan pada bangsa asing. Selain itu
Suryana (Bastian Sudibyo, 2016) mengatakan fungsi dan peran wirausaha dapat
dilihat menjadi dua pendekatan, yaitu secara mikro dan makro. Secara mikro
wirausaha sendiri memiliki dua peran yaitu sebagai penemu (inovator) dan
perencana (planner), Sedangkan secara makro, peran wirausaha adalah
menciptakan kemakmuran, pemerataan kekayaan, dan kesempatan kerja yang
berfungsi sebagai mesin pertumbuhan perkekonomian suatu negara.

Menurut Saragih (2017) Kewirausahaan merupakan kemampuan kreatif dan


inovatif, jeli melihat peluang dan selalu terbuka untuk setiap masukan dan
perubahan yang positif yang mampu membawa bisnis terus bertumbuh serta
memiliki nilai. Begitu juga menurut Schumpeter (1965) wirausaha adalah individu
yang memanfaatkan peluang pasar melalui teknik dan inovasi. penelitian yang
dilakukan Jackson dan Rodkey (dalam Wyk, Boshof dan Bester, 2003) menunjukan
bahwa pengalaman dibanyak negara menunjukan bahwa kegiatan kewirausahaan
sangat penting bagi kesehatan perekonomian pasar dan secara khusus dapat
menjadi sumber utama penciptaan lapangan pekerjaan. Wirausaha juga berperan
penting sebagai solusi yang baik atas jumlah lulusan sarjana yang berlebih dan
masalah sosial (Ambad dan Damit, 2015).

Dusselman (Wibowo, 2011) Mengatakan jiwa kewirausahaan ditandai pola


tingkah laku sebagai berikut: inovasi, keberanian untuk menghadapi resiko,
kemampuan manajerial, usaha perencanaan, usaha mengkoordinir, usaha menjaga
kelancaran usaha, usaha mengawasi dan mengevaluasi usaha, kepemimpinan,
yaitu usaha memotivasi melaksanakan dan mengarahkan tujuan usaha. Seseorang
ingin menjadi wirausaha atau tidak adalah langkah pertama yang penting
menentukan kesuksesan berwirausaha (Haque, 2015). Jumlah pengusaha di
Indonesia masih terbilang rendah dibandingkan negara-negara lain. Ketua Umum
WALI Levita Ginting Supit mengatakan, 4 juta pengusaha baru perlu dihadirkan
dalam menggenjot perekonomian Indonesia. Pasalnya di beberapa negara
berkembang kehadiran pengusaha sangat berkontribusi dalam membantu
perekonomian.

Mengacu pada data Kementerian Perindustrian yang menunjukkan rasio wirausaha


di Indonesia saat ini masih sekitar 3,1% dari populasi penduduk. Jumlah wirausaha
3,1% kurangnya minimal kita butuh 4 juta pengusaha baru. Ini masih jauh sekali dari
target untuk menumbuhkan ekonomi," (Rina Anggraeni. Kamis, 5/9/2019/
https://ekbis.sindonews.com/read/1436798/34/dongkrak-ekonomi-indonesia-butuh-
empat-juta-pengusaha-baru-1567680666). Pola pikir masyarakat soal pelik-nya
dunia wirausaha membuat sebagian masyarakat enggan untuk meletakan nasib
mereka dalam dunia wirausaha, mereka lebih berfikir untuk mencari pekerjaan
setelah mengenyam pendidikan panjang ketimbang menciptakan lapangan
pekerjaan. Belum lagi stereotype yang berkembang dikalangan masyarakat yang
meng-“agung – agungkan” profesi tertentu sebagai penghasil pundi – pundi
kekayaan dan tolak ukur kesuksesan (Arief Muhammad. 2019, 18/1/2019/
https://communication.binus.ac.id/2019/01/18/problematika-meningkatkan-jumlah-
entrepreneur-di-indonesia/) .Indonesia memiliki keanekaragaman etnis yang diakui,
Kebudayaan masing-masing etnis memberikan khas dan kekuatan dalam
beridentitas Gumelar (2016). Indonesia dikenal memiliki banyak jumlah penduduk,
baik warga negara asing seperti Eropa, Cina, Arab, India dan sebagainya.

Indonesia memiliki banyak pengusaha sukses yang terdiri dari berbagai


macam suku bangsa yang masing-masing pola tingkah laku, adat istiadat dan gaya
hidup yang berbeda. Terdapat berbagai macam etnis pedagang yang ada di
Indonesia diantaranya seperti etnis Tionghoa, Jawa, Minangkabau, Batak, Madura,
Sunda, dan lain-lain. Masing-masing dari tiap etnis memiliki perilaku budayanya
sendiri yang hidup berkembang dengan wajar dan alamiah dalam bentuk-bentuk
yang spesifik. etnis berasal dari Bahasa Yunani yaitu ethnos atau ethnik os yang
memiliki arti orang atau sekelompok orang (komunitas/rakyat) tradisional (folk).

Penggunaan kata etnis dalam perkembangannya banyak juga digunakan


untuk sekelompok orang-orang tertentu yang terjadi karena perbedaan area tinggal,
perbedaan kebudayaan, perbedaan bahasa, perbedaan kepercayaan, bahkan
perbedaan tampilan fisik dalam suatu ras manusia yang sama Gumelar (2016).
Namun salah satu etnis yang paling mendominasi dalam perdagangan di Indonesia
adalah etnis Tionghoa dan Jawa.
 Di pulau Jawa sendiri tentunya etnis Jawa yang
mendominasi, sedangkan etnis yang berasal dari kebudayaan asing yang
mendominasi adalah etnis Cina. Keberhasilan etnis Cina dalam berwirausaha tak
lepas dari etos kerjanya yang tinggi, keberanian mereka dalam berwirausaha sudah
tidak diragukan lagi, etos kerja yang tinggi, kemauan untuk berspekulasi, dan
berinventasi mendukung kemampuan etnis Cina dalam berwirausaha.

Penelitian yang dilakukan Riyanti (Maharani, 2003) menemukan bahwa


semakin lama seseorang menjalankan suatu usaha (entrepreneurial age), semakin
banyak pengalaman yang ia peroleh, sehingga semakin mampu dia mengelola
usaha dengan berhasil. Etnis Cina yang sudah sejak dini dan turun temurun
“bergulat” dengan dunia wirausaha akan mempunyai pengalaman yang lebih dalam
mengelola usahanya, hal ini yang meningkatkan prosentase kesuksesan
wirausahawan dari etnis Cina. Di dalam berbisnis, etnis Cina lebih banyak
melakukan in house training pada anak-anak mereka sejak kecil dalam bidang
perdagangan, kegiatan ini rutin dilakukan setiap hari. Budaya Jawa tampaknya tidak
mendukung pola kebudayaan perilaku berwirausaha. Beberapa karakteristik yang
menggambarkan rendahnya spirit kewirausahaan adalah ketidakpercayaan pada diri
sendiri, kurang sifat disiplin, sifat mentalitas yang seakan mengabaikan tanggung
jawab. Sifat-sifat yang muncul sesudah revolusi pun menambah lemahnya nilai
prestasi pada orang Jawa (Soemardjan dalam Maharani, 2013).

Koentjaraningrat (Bastian Sudibyo, 2016) melihat bahwa orang Jawa


memiliki keyakinan hidup yang cenderung bersifat pasif. Keyakinan tersebut
tergambar dari konsepsi hidup yang rela, narima, dan sabar. Pandangan hidup dari
orang jawa ini tidak mendukung didalam kewirausahaan. Sikap mental wirausaha
berbeda jauh dengan sikap mental pegawai negeri atau karyawan swasta.

Astamoen (Bastian Sudibyo, 2016) menyebutkan bahwa hal selalu dihadapi


oleh enterpreneur adalah resiko berupa kegagalan-kegagalan, hendaknya rasa takut
tersebut dapat dikelola dengan sebaik-baiknya dan penuh keberanian agar bisa
menghasilkan keuntungan dan hal-hal positif. Seringkali orang ragu untuk membuka
usaha, karena belum apa-apa sudah takut rugi. Menurut Wahab justru setiap ide
baru harus direalisasikan, kalau mau sukses kita harus siap-siap jatuh bangun.
Menurut Nadaa (2013) Suku Jawa merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia
yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. Setidaknya 41,7%
penduduk Indonesia merupakan etnis Jawa.

Mayoritas orang Jawa berprofesi sebagai petani, namun di perkotaan mereka


mendominasi pegawai negeri sipil, BUMN, anggota DPR/DPRD, pejabat eksekutif,
pejabat legislatif, pejabat kementerian dan militer (Nadaa, 2013). Orang Jawa adalah
etnis paling banyak di dunia artis dan model. Orang Jawa juga banyak yang bekerja
di luar negeri, sebagai buruh kasar dan pembantu rumah tangga. Orang Jawa
mendominasi tenaga kerja Indonesia di luar negeri terutama di negara Malaysia,
Singapura, Filipina, Jepang, Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Taiwan, AS
dan Eropa.

Pada penelitian yang dilakukan Raharjo (2008) tentang perbedaan minat


kewirausahaan antara remaja etnis Cina dan etnis Sunda menemukan adanya
perbedaan minat kewirasahaan antara remaja etnis Cina dan remaja etnis Sunda
dengan hasil mean etnis Cina sebesar 152,52 dan remaja etnis Sunda sebesar
146,48 dengan kata lain minat kewirausahaan remaja etnis Cina lebih tinggi
dibandingkan minat wirausaha remaja etnis Sunda. Hasil berbeda ditemukan dalam
penelitian yang dilakukan Nadaa (2013) tentang perbedaan minat kewirausahaan
pada remaja etnis Arab, Jawa dan Cina menunjukan adanya perbedaan minat
kewirausahaan pada remaja etnis Arab, Jawa, dan Cina dengan nilai rerata hasil
minat kewirausahaan pada remaja etnis Jawa sebesar 70,03, etnis Cina 69,00 dan
etnis Arab 64,43 sehingga terdapat perbedaan yang signifikan dengan etnis Jawa
memiliki minat wirausaha yang paling tinggi. Dengan melihat perbedaan etnis yang
ada, terkait dalam nilai, norma, kebiasaan dan karakter masing-masing etnis maka
rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini adalah apakah ada perbedaan
minat kewirausahaan antara mahasiswa etnis cina dan jawa di semarang?

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas judul penelitiannya adalah


perbedaan minat kewirausahaan pada remaja etnis Arab, Jawa dan Cina.

B. Tujuan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui perbedaan minat kewirausahaan pada
mahasiswa etnis Jawa dan etnis cina yang ada di kota Semarang.

C. Manfaat Penelitian

Secara teoritis

Hasil dari penelitian ini akan menambah masukan bagi pengembangan
psikologi industri dan psikologi sosial serta menambah wawasan tentang
enterpreneurship dari sudut ilmu psikologi lintas budaya. 


Secara praktis


Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi masyarakat


Jawa dan Cina terutama pada bidang kewirausahaan. 


Raharjo, Adi Warih. (2008). Perbedaan minat entrepreneurship antara remaja Etnis
Cina dengan remaja Etnis Sunda. Abstrak.


Bastian sudibyo 2016 PERBEDAAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN ANTARA ETNIS


TIONGHOA DAN ETNIS JAWA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Michael Sega GumelarNapakTilasMarginalisasiBerbagaiEtnisdiIndonesia...Jurnal


Studi Kultural Volume I No. 2 Juli 2016 www.an1mage.org70Jurnal Studi Kultural
(2016) Volume I No.2: 70-78Jurnal Studi
Kulturalhttp://journals.an1mage.net/index.php/ajsk

https://ekbis.sindonews.com/read/1436798/34/dongkrak-ekonomi-indonesia-butuh-
empat-juta-pengusaha-baru-1567680666

Nadaa. (2013). Perbedaan Minat Kewirausahaan Pada Etnis Arab, Jawa dan Cina.
Skripsi. Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Wyk, R.V,. Boshoof, AB,. Bester, CL. (2003). Entrepreneurial Attitude: What Are
Their Sources?. SAJEMS NS. Vol.6 No.1. 1-24. (jurnal inter)
Maharani (2013) PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG ETNIS CINA DAN
PEDAGANG ETNIS JAWA DI PASAR YAIK PERMAI SEMARANG

Wibowo (2011) PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DAN MINAT WIRAUSAHA


LULUSAN SMK

Ambad, damit, 2015 Determinants of Entrepreneurial Intention among


Undergraduate Students in Malaysia

Haque,dkk 2015. ENTREPRENEURIAL INTENTIONS: A STUDY ON STUDENTS


FROM COUNTRYSIDE UNIVERSITY

Wiwin Novitasyari, Tati Setiawati, Yulia Rahmawati 2017 MINAT BERWIRAUSAHA



MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BOGA UNIVERSITAS
PENDIDIKAN INDONESIA

Rintan Saragih, 2017 MEMBANGUN USAHA KREATIF, INOVATIF DAN


BERMANFAAT MELALUI PENERAPAN KEWIRAUSAHAAN SOSIAL

https://communication.binus.ac.id/2019/01/18/problematika-meningkatkan-jumlah-
entrepreneur-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai